1 analisa network planning dan sumber daya pada proyek

advertisement
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
ANALISA NETWORK PLANNING DAN SUMBER DAYA PADA PROYEK PENGEMBANGAN
DERMAGA SEMAMPIR DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM)
M. Nurwahidin, Suparno, Ahmadi
Program Studi Analisa Sistem dan Riset Operasi,
Direktorat Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut
Email : [email protected]
ABSTRAK
CPM (Critical Path Method) adalah salah satu metode network planning yang
berorientasi pada waktu yang mengarah pada penentuan penjadwalan proyek dan estimasi
waktunya bersifat diterministik/pasti. Tujuan penelitian dengan metode ini adalah untuk
menentukan waktu dan biaya proyek serta mengetahui kegiatan apa saja yang termasuk dalam
kegiatan kritis. Selain itu juga untuk mengontrol dan mengkoordinasi berbagai kegiatan sehingga
proyek dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang tepat dan juga dapat membantu perusahaan
dalam mengadakan perencanaan dan pengendalian proyek dengan waktu dan bi-aya yang lebih
efisien. Untuk dapat mengurangi dampak keterlambatan dan pembengkakan biaya proyek dapat
diusulkan proses crashing dengan suatu alternatif pengendalian untuk mempercepat
penyelesaian proyek adalah mempercepat waktu pelaksanaan proyek dengan penambahan jam
kerja dari waktu awal proyek yaitu dilaksanakan dengan cara lembur. Dengan adanya lembur
sehingga membutuhkan biaya lebih besar dari perencanaan sebelumnya agar proyek selesai
tepat waktu dan perusahaan tidak medapatkan pinalty. Percepatan durasi dilakukan pada
pekerjaan pekerjaan yang ada di lintasan kritis. Dengan penggunaan metode CPM ini
menghasilkan satu jalur kritis dengan 18 kegiatan dan dua kurva S yaitu untuk jadwal kegiatan
paling awal dan paling lambat. Hasil perhitungan dengan metode CPM membutuhkan waktu 203
hari dari waktu pada pelaksanaan awal 259 hari dengan biaya percepatan sebesar Rp.
370.164.180,-. Sehingga total biaya sebesar Rp. 61.321.994.180,00 dengan penambahan biaya
sebesar 0.61 % dari biaya normal.
Kata kunci : Analisa Network, Jalur Kritis, Efisiensi Waktu dan Biaya Proyek
I. PENDAHULUAN
Fasilitas Labuh yang ada di Lantamal V saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan bagi
unsur-unsur KRI dari berbagai satuan kapal yang berada di jajaran Koarmatim. Pengembangan
Dermaga Semampir merupakan salah satu upaya dalam rangka pemenuhan kebutuhan fasiltas
labuh yang diperlukan. Lokasi pengembangan Dermaga merupakan lahan kosong sehingga
diharapkan mendapatkan ruang yang luas bagi manuver dari setiap KRI yang akan sandar di
dermaga tersebut.
Pada manajemen proyek, sebelum proyek dikerjakan perlu adanya tahap-tahap
pengelolaan proyek yang meliputi tahap perencanaan, tahap penjadwalan, dan tahap
pengkoordinasian. Dari ketiga tahapan ini, tahap perencanaan dan penjadwalan adalah tahap
yang paling menentukan berhasil/tidaknya suatu proyek, karena penjadwalan adalah tahap
ketergantungan antar aktivitas yang membangun proyek secara keseluruhan. Penjadwalan
sendiri harus disusun secara sistematis dengan penggunaan sumber daya manusia manusia
secara efektif dan efisien agar tujuan proyek bisa tercapai secara optimal. Pemecahan masalah
penjadwalan yang baik dari suatu proyek merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam
pelaksanaan proyek untuk selesai tepat pada waktunya yang merupakan tujuan pokok, baik bagi
kontraktor maupun pemiliknya. Riza Arifudin (2012).
Tahapan-tahapan dalam manajemen proyek terdiri dari perencanaan, penjadwalan, dan
pengawasan. Manajemen proyek tidak dapat melaksanakan kegiatan proyek sebelum
diadakannya perundingan atau kontrak kerja yang merupakan kegiatan yang terjadi diantara
pemberi perintah dan pelaksana proyek sehingga ada kesepakatan antara dua belah pihak.
Dengan adanya kontrak kerja maka pelaksanaan proyek dapat segera dilaksanakan. Tujuan
manajemen proyek adalah melakukan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan waktu dan
biaya yang telah ditetapkan agar penyelesaian proyek tepat sasaran. Untuk keperluan ini,
B - VIII - 1
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
manajemen proyek dapat menerapkan analisis Network. Analisis Network dapat membantu
dalam menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling
efisien. Disamping itu, Network dengan metode Critical Path Methode (CPM) juga dapat
dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk penyelesaian proyek.
Sebelum suatu proyek konstruksi dilaksanakan, kontraktor tentunya telah membuat
suatu perencanaan yang matang agar proses konstruksi dapat berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Salah satu bentuk dari perencanaan suatu proyek adalah penjadwalan proyek.
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan
informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa
biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dengan progress waktu
untuk penyelesaian proyek. Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya
proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Namun pada
kenyataannya di lapangan, suatu proyek tidak selalu berjalan sesuai dengan penjadwalan yang
telah dibuat.
Ada banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadinya salah satu yang paling
sering terjadi adalah karena turunnya hujan yang mengakibatkan proses kegiatan konstruksi
harus ditunda. Keterlambatan waktu proyek yang terjadi selama pelaksanaan konstruksi dapat
menjadi masalah besar untuk kontraktor, karena pada pihak owner pasti sangat tidak
menginginkan terjadinya keterlambatan pada proyek. Maka disini kontraktor dituntut untuk
mengatur strategi agar proyek dapat selesai sesuai atau sebelum jadwal yang telah disepakati.
Salah satu cara untuk mengembalikan tingkat kemajuan pengerjaan proyek yang telah tertunda
adalah melakukan upaya percepatan waktu proyek. Oleh karena itu diperlukan analisis
optimalisasi durasi proyek sehingga dapat diketahui berapa lama suatu proyek tersebut
diselesaikan dan mencari adanya kemungkinan percepatan waktu pelaksanaan proyek dengan
metode Critical Path Method (CPM).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu diadakan penelitian pada Proyek
Pengembangan Dermaga Semampir Surabaya dengan metode Critical Path Method (CPM).
Metode ini dapat dipakai untuk mengontrol dan mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam suatu
pekerjaan sehingga proyek dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang tepat. Dari penelitian
analisis network planning dengan metode CPM ini diharapkan dapat membantu pada
perencanaan penjadwalan proyek untuk dapat memperoleh waktu dan biaya pelaksanaan proyek
yang lebih efisien.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Manajemen Proyek
Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.
(Mulayu S.P. Hasibuan, 2000:2).
Proyek adalah setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan
kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu tertentu dan direncanakan selesai atau
berakhir pada waktu yang telah ditetapkan. (Yamit; 2000:296). Manajemen proyek adalah
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya
organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber
daya tertentu. (Budi santoso; 2003:3) Dalam proses untuk mencapai tujuan proyek terdapat
batasan yang harus dipenuhi biaya atau anggaran, waktu atau jadwal, serta kualitas atau mutu.
Tiga hal tersebut merupakan parameter penting dalam penyelengaraan suatu proyek dan sering
disebut juga triple constrain. Triple constrain tersebut yaitu:
1.
Biaya atau anggaran
Suatu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak boleh melebihi anggaran.
Proyek berskala besar dan proses pelaksanaannya bertahun-tahun, biayanya tidak hanya
ditentukan dalam total proyek, akan tetapi terbagi atas bagian-bagian atau periode tertentu
yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian penyelesaian bagianbagian proyek harus memenuhi sasaran anggaran perperiode.
2.
Waktu atau jadwal
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan dan
penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
B - VIII - 2
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
3.
Kualitas atau mutu
Hasil kegiatan atau produk harus memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu yang telah
dipersyaratkan.
Gambar 1 Hubungan triple constrain (Iman Soeharto, 1997:3)
Tiga batasan tersebut diatas bersifat saling bersangkutan dan saling tarik-menarik. Jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah ditentukan, maka secara umumnya harus diikuti dengan
meningkatkan mutu. Hal ini selanjut-nya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi
anggaran. Sebaliknya jika ingin menekan atau memperkecil biaya, maka biasanya harus
memperhatikan jadwal atau waktu dan mutu juga.
2.
Jaringan kerja (Network Planning)
Jaringan kerja merupakan salah satu metode yang menjelaskan hubungan antara kegiatan dan
waktu yang secara grafis mencerminkan urutan rencana kegiatan atau pekerjaan proyek. (Imam
Soeharto; 1990:63). Jaringan kerja pada dasarnya adalah hubungan ketergantungan antara
bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan
demikian dapat diketahui pada area mana pekerjaan yang termasuk kedalam lin-tasan kritis dan
harus diutamakan pelaksanaanya, pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang
lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan orang digeser ketempat
lain demi efisiensi.
3.
CPM (Critical Path Method)
CPM adalah metode yang berorientasi pada waktu yang mengarah pada penentuan
jadwal dan estimasi waktunya bersifat diterministik/pasti. Menurut Srivastava (1995:663). Jalur
Kritis Jalur kritis itu sendiri merupakan jalur yang memiliki waktu terpanjang dari semua jalur
yang dimulai dari peristi-wa awal hingga peristiwa yang terakhir. .(Yamit; 2000:301). Kegunaan
jalur kritis tersebut untuk mengetahui ke-giatan yang memiliki kepekaan sangat tinggi atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan, atau disebut juga kegiatan kritis. Apabila kegiatan
keterlambatan proyek maka akan memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan
meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan.(Yamit; 2000:301). Dengan demikian
waktu yang diperlu-kan untuk penyelesaian jalur kritis adalah sama dengan waktu untuk
menyelesaikan proyek secara keseluruhan. Waktu longgar merupakan jumlah waktu kegiatan
tertentu dapat ditunda, tanpa menunda keseluruhan proyek. Bila waktu longgar nol maka
kegiatan yang berada disepanjang jalur waktu longgar nol tersebut adalah kegiatan kritis dan
jalurnya disebut jalur kritis.
4.
Efisiensi Waktu dan Biaya
Efisiensi adalah tingkat kehematan dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi waktu dan
efisiensi biaya. Efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat pelaksanaan
hingga kapan proyek itu selesai. Sedangkan efisiensi biaya
adalah tingkat kehematan dan pengorbanan ekonomi yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah dite-tapkan. (Muchdoro, 1997:180).
5.
Diagram Network
Variabel kegiatan dalam membuat diagram network adalah kurun waktu, tanggal mulai dan
tanggal berakhir. Bila kegiatan tersebut dijumlahkan kembali akan menjadi lingkup proyek
keseluruhan.
a.
Peristiwa atau kejadian dan milestone, adalah suatu titik waktu dimana semua
kegiatan sebelumnya sudah selesai dan kegiatan sesudah itu dapat dimulai. Peristiwa
dalam proyek adalah titik awal dimulainya proyek dan peris-tiwa akhir adalah titik dimana
B - VIII - 3
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
proyek selesai. Salah satu peristiwa atau event yang penting dinamakan tonggak
kemajuan atau milestone.
b.
Node i dan nide j yang berada diekor anak panah adalah node i, sedngkan yang
dikepala adalah node j. Tetapi node j akan menjadi node i untuk kegiatan berikutnya.
c.
Kecuali kegiatan awal maka sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan
terdahulu harus sudah selesai.
d.
Dummy merupakan anak panah yang hanya menjelaskan hubungan
ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan sumber daya dan tidak
membutuhkan waktu.
e. Penyajian grafis jaringan kerja tidak membutuhkan skala, kecuali untuk keperluan
tertentu.
Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:177), adapun simbol-simbol yang
digunakan dalam network planning adalah sebagai berikut:
a.
Anak panah (arrow).
: Menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas.
Kegiatan disini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu
tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material,
biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai
arti. Jadi, tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi pedoman arah
tiap kegiatan, yang menunjukan bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan
berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan.
b.
Lingkaran kecil (node),
: Menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa atau
event. Kejadian (event) disini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau
beberapa kegiatan.
c.
Anak panah terputus-putus.
: Menyatakan pada kegiatan semu atau
dummy, disini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan. Seperti halnya kegiatan
biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tidak berarti apa-apa sehingga tidak
perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa dummy tidak mempunyai
duration (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai atau menghabiskan sejumlah
resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya).
Dalam pelaksanaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan
sebagai berikut:
a.
Diantara dua event yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
b.
Nama atau aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor event.
c.
Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor tinggi.
d.
Diagram hanya memiliki sebuah initial event dan sebuah terminal event
6.
Hubungan antar Simbol dan Kegiatan
Untuk dapat menggambar dan membaca network diagram yang menyatakan logika
ketergantungan, perlu diketahui hubungan antar simbol dan kegiatan yang ada dalam sebuah
proyek atau penyelesaian produksi tersebut. Adapun hubungan atau ketergantungan antar
simbol dan kegiatan menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:178), yaitu:
a.
Jika aktifitas A harus diselesaikan dahulu sebelum aktivitas B dapat dimulai dan
aktivitas C dimulai setelah aktivitas B selesai, digambarkan :
Gambar 2
aktivitas B dan
Aktivitas A pendahulu
B
pendahulu aktivitas C (Sumber, Dimyati. 1999)
B - VIII - 4
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
b.
Jika aktifitas A dan B harus selesai sebelum aktifitas C dapat dimulai,
digambarkan :
Gambar 3
Aktifitas A dan B
merupakan
pendahulu aktifitas C
(Sumber,
Dimyati. 1999)
c.
Jika aktifitas A dan B harus dimulai sebelum aktifitas C dan D, digambarkan:
Gambar 4
merupakan
(Sumber,
Aktifitas A dan B
pendahulu C dan D
Dimyati. 1999)
d.
Jika aktifitas A dan B harus selesai sebelum aktifitas C dapat dimulai, tetapi sudah
dapat dimulai bila aktifitas B sudah selesai, digambarkan :
Gambar 5
merupakan
(Sumber,
Aktifitas B
pendahulu C dan D
Dimyati. 1999)
e.
Jika aktifitas A,B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran aktifitas yang sama,
maka tidak boleh menggambarkannya sebagai berikut :
Gambar 6
bila aktifitas
dan selesai
Gambar yang salah
A,B, dan C mulai
pada aktifitas yang
sama (Sumber, Dimyati. 1999)
Berdasarkan gambar di atas, berarti bahwa aktifitas (1,2) adalah aktifitas A atau B atau C.
Untuk membedakan ketiga aktifitas itu, maka masing-masing harus digambarkan dummynya,
sebagai berikut :
B - VIII - 5
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
Gambar 7
dan selesai
pada kejadian
Dimyati. 1999)
Aktifitas A,B, dan C mulai
yang sama (Sumber,
Dalam tulisan yang dikutip dari tulisan Eka Dannyanti (2010), bahwa ada dua
pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu aktifitas pada titik AON (activity on
node ) dan aktifitas pada panah AOA (activity on arrow). Pada pendekatan AON, titik
menunjukkan aktifitas, sedangkan pada AOA, panah menunjukkan aktifitas.
7.
Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float atau Slack)
Salah satu manfaat dari metode network planning adalah dapat membantu perusahaan
dalam membuat jadwal penyelesaian suatu proyek atau produksi. Untuk dapat membuat jadwal
yang sesuai dengan rencana, maka harus diketahui kegiatan – kegiatan mana saja yang perlu
diselesaikan terlebih dahulu dan kegiatan mana yang dapat dilakukan penundaan pada
pengerjaannya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan penundaan atau mempunyai kelonggaran waktu
dalam proses pengerjaannya, dapat diketahui setelah melakukan perhitungan maju dan
perhitungan mundur. Kelonggaran waktu (slack/float) tersebut dapat digunakan pada
penjadwalan tanpa menyebabkan keterlambatan pada keseluruhan penyelesaian proyek atau
produksi. Terdapat dua macam kelonggaran waktu di dalam network planning, yaitu total slack
dan free slack.
Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:186-189)“ Total Float adalah
jumlah waktu dimana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi
saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan”.
Total Float dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling lambat dimulainya
aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas (S = LS – ES), atau dapat dihitung
dengan mencari selisih antara saat paling lambat diselesaikannya aktivitas dengan saat paling
cepat diselesaikannya aktivitas (S = LF – EF).
Rumus :
S = LS – ES
Dimana :
S = Total float
LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas.
Free Float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa
mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat
terjadinya event lain pada network”.
Sedangkan untuk free slack dihitung dengan cara mencari selisih antara saat tercepat
terjadinya event diujung aktivitas dengan saat tercepat diselesaikannya aktivitas tersebut (SF =
TE – ES - t).
Rumus:
SF = EF – ES – t
Dimana :
SF = Free Float
EF = Saat tercepat diselesaikannya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas
t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas
B - VIII - 6
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
Suatu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran (Float) disebut aktivitas kritis, dengan
kata lain aktivitas kritis mempunyai S = SF = 0.
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. (Arikunto,
2000:309). Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pengembangan Dermaga Semampir Surabaya
dan PT Bina Bumi Nusantara sebagai kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut.. Salah satu
metode penelitian yang digunakan dalam efisiensi waktu dan biaya pada Proyek proyek
Pengembangan Dermaga Semampir Surabaya ini adalah metode CPM (Critical Path Method).
Untuk mempermudah analisis dalam penelitian ini maka diperlukan data-data yang berkaitan
secara langsung maupun tidak langsung dengan Proyek Pengembangan Dermaga Semampir
Surabaya. Data-data tersebut antara lain : Rencana kerja dalam bentuk kurva S, Rencana
Angaran Biaya (RAB), item pekerjaan dan volume pekerjaan beserta harga satuan pekerjaan,
dan data lain yang berhubungan dengan perma-salahan penelitian. Langkah-langkah analisis
dengan metode CPM adalah sebagai berikut :
1.
Pengumpulan data baik di lingkungan proyek maupun dari instansi terkait.
2.
Menguraikan jenis kegiatan menjadi kegiatan atau kelompok kegiatan yang
merupakan komponen proyek.
3.
Menyusun hubungan ketergantungan antara kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam
pelaksanaan dan menjadikannya mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika
ketergantungan tersebut. Urutan ini dapat berbentuk seri atau paralel.
4.
Membuat diagram network untuk tiap kegiatan-kegiatan pada pelaksanaan proyek.
5.
Menentukan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilakn dari
penguraian lingkup proyek. Umumnya satuan waktu yang digunakan adalah hari.
Penentuan kurun waktu kegiatan tergantung dari volume pekerjaan, sumber daya,
ruangan, dan produktifitas jam kerja perhari kerja.
6.
Menentukan atau mengidentifikasi jalur kritis dan float pada jaringan kerja.
7.
Menghitung biaya seluruh kegiatan atau pekerjaan.
8.
Analisa waktu yang dilakukan yaitu dengan membuat tolak ukur waktu pada saat
paling awal/SPA dan pada saat paling lambat/SPL.
9.
Setelah diperoleh kurva S dengan tolak ukur yang menunjukan SPA dan SPL,
maka kita dapat membandingkan antara perencanaan atau jadwal dari pihak kontraktor
dengan hasil analisis ini.
10. Pengambilan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan dan merupakan
jawaban atas rumusan masalah.
IV. PENGOLAHAN DATA
1.
Deskripsi dan Durasi Pekerjaan
Perencanaan adalah penentuan syarat terhadap sumber–sumber proyek urutan
penggunaan dalam berbagai operasi yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang
diinginkan. Namun perencanaan tidak lengkap bila disertai faktor waktu tapi waktu hendaknya
fleksibel terhadap pertimbangan financial, sosial dan faktor lain dalam perencanaan. Sedangkan
hubungan keterkaitan antara kegiatan dan durasi, tiap kegiatan dapat dilihat pada tabel-tabel
dibawah ini:
Tabel 1 Uraian kegiatan, Aktivitas Pendahulu, Durasi Kegiatan
No
Jenis Kegiatan
Aktivitas
Aktivitas
Waktu
Pendahulu
(hari)
I
1
2
3
4
II
5
6
PEKERJAAN PERSIAPAN
Direksi Keet dan Gudang Bahan
Mobilisasi dan Demobilisasi
Pengukuran / uitset
Ponton Apung Rakit
PEKERJAAN TRESTEL
Pengadaan tiang pancang
Relokasi tiang pancang
A
B
C
D
O
A
A
A
7 hari
28 hari
28 hari
14 hari
E
F
A
B, C, E
21 hari
28 hari
B - VIII - 7
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
No
Jenis Kegiatan
Aktivitas
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Pemancangan tiang tegak
Sambungan pancang
Kepras tiang pancang
Beton isian tiang pancang
Beton poor Trestel Type A
Balok melintang Trestel
Balok sudut Trestel
Balok memanjang
Plat Lantai trestel
Kabel trance
Beton kanstin
PEKERJAAN DERMAGA
Pengadaan tiang pancang
Relokasi tiang pancang
Pemancangan tiang tegak
Pemancangan tiang miring
Penyambungan tiang pancang
Pemotongan tiang pancang
Pekerjaan isian tiang pancang H :
3m
Pekerjaan Beton Poor Type A
Pekerjaan Beton Poor Type B
Pekerjaan Beton Poor Type C
Pekerjaan balok melintang 50 x 70
Pekerjaan balok memanjang 50 x
70
Pekerjaan balok memanjang 80 x
70
Pekerjaan plat lantai
Pekerjaan Beton Plank Fender
Pekerjaan Ruber Fender Type V
400
Angkur/baut Ruber Fender Type V
400
Pekerjaan Ruber Fender Type V
300
Angkur/baut Ruber Fender Type V
300
Bollard kap. 70 Ton
Pembuatan delatasi L. 100.100.10
Kabel tranch
Pekerjaan Beton kanstin+ducting
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
AI
AJ
AK
AL
AM
AN
Aktivitas
Pendahulu
F
F
D, G, H
I
I
J, K
J, K
J, K
L, M, N
O
P
Waktu
(hari)
14 hari
21 hari
14 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
7 hari
7 hari
A
A
R, S
R, S
R, S
R, S
T, U, V, W
T, U, V, W
T, U, V, W
T, U, V, W
O, X, Y, Z, AA
O, X, Y, Z, AA
O, X, Y, Z, AA
O, X, Y, Z, AA
AB, AC, AD,
AE
AH
AF
AJ
AF
AB, AC, AD,
AE
AB, AC, AD,
AE
AK
AL
63 hari
63 hari
56
hari
56 hari
14 hari
14 hari
14 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
35 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
21 hari
35 hari
2.
Biaya Proyek
Perkiraan biaya sangat diperlukan pada suatu perencanaan awal dari suatu proyek karena
mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu proyek. Pada penelitian ini
akan membahas biaya yang berhubungan dengan sumber daya manusia (tenaga kerja). Harga
satuan pekerjaan tersebut terdiri atas harga bahan, upah tenaga kerja, dan biaya peralatan.
Pada Tabel 2 Rencana Anggaran dan Biaya Proyek Pembangunan Dermaga Semampir
Surabaya.
B - VIII - 8
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
NO
Tabel 2 Rencana Anggaran Biaya Dermaga Semampir
URAIAN PEKERJAAN
VOL
SA
HARGA SAT
T
(RP)
A
1
2
3
4
PEKERJAAN PERSIAPAN
Mobilisasi dan Demobilisasi
Direksi Keet dan Gudang Bahan
Pengukuran / uitset
Ponton Apung Rakit
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pengadaan tiang pancang
Relokasi tiang pancang
Pemancangan tiang tegak
Sambungan pancang
Kepras tiang pancang
Beton isian tiang pancang
Beton poor Trestel Type A
Balok melintang Trestel
Balok sudut Trestel
Balok memanjang
11
JUMLAH
HARGA
(RP)
1.00
30.00
1.00
3.00
ls
m2
ls
unit
375,277,500
1,431,790
35,000,000
7,033,050
TOTAL A
375,277,500
42,953,700
35,000,000
21,099,150
474,330,350
160.00
160.00
160.00
10.00
5.00
2.20
4.84
7.06
3.81
6.60
m
m
m
unit
unit
m3
m3
m3
m3
m3
1,473,100
220,000
949,750
1,225,150
824,500
5,441,705
6,976,000
8,199,625
8,199,625
8,199,625
235,696,000
35,200,000
151,960,000
12,251,500
4,122,500
11,960,868
33,763,840
57,870,903
31,258,610
54,088,416
Plat Lantai trestel
21.72
m3
9,844,619
12
Kabel trance
10.90
m'
275,000
13
Beton kanstin
10.90
m'
365,000
TOTAL B
C
PEKERJAAN DERMAGA
1
Pengadaan tiang pancang
11,200.00
m
1,473,100
2
Relokasi tiang pancang
11,200.00
m
220,000
3
Pemancangan tiang tegak
5,600.00
m
949,750
4
Pemancangan tiang miring
5,600.00
m
1,049,900
5
Penyambungan tiang pancang
640.00
bh
1,225,150
6
Pemotongan tiang pancang
320.00
bh
824,500
7
Pekerjaan isian tiang pancang
140.67
m3
5,441,705
77.44
m3
6,976,000
158.08
m3
6,976,000
98.56
m3
6,976,000
301.70
m3
8,199,625
274.75
m3
8,199,625
109.90
m3
8,199,625
1,057.30
m3
9,844,619
8
9
10
11
12
13
14
Pek Beton Poor Type A
(110x110x80)
Pek Beton Poor Type B
(190x130x80)
Pek Beton Poor Type C
(220x140x80)
Pekerjaan balok melintang 50 x
70
Pekerjaan balok memanjang 50 x
70
Pekerjaan balok memanjang 80 x
70
Pekerjaan plat lantai
213,775,902
2,997,500
3,978,500
848,924,539
16,498,720,000
2,464,000,000
5,318,600,000
5,879,440,000
784,096,000
263,840,000
765,495,526
540,221,440
1,102,766,080
687,554,560
2,473,826,863
2,252,846,969
901,138,788
10,408,684,904
B - VIII - 9
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
15
16
17
18
19
Pekerjaan Beton Plank Fender
Pek Ruber Fender Type V
400X2000 L
Baut Ruber Fender Type V
400X2000L
Pek Ruber Fender Type V 300 x
2500 L
Baut Ruber Fender Type V
300x2500 L
127.66
m3
8,199,625
40.00
bh
18,099,500
320.00
bh
850,000
33.00
bh
16,087,000
264.00
bh
750,000
19.00
bh
37,600,000
20
Bollard kap. 70 Ton
21
Pembuatan delatasi L.
100.100.10
124.00
M'
564,835
22
Kabel tranch
202.94
m
275,000
23
Pekerjaan Beton kanstin+ducting
368.27
M'
365,000
1,046,752,976
723,980,000
272,000,000
530,871,000
198,000,000
714,400,000
70,039,540
55,808,500
134,416,725
TOTAL C
54.087.499.870
JUMLAH
55,410,754,759
A+B+C
5,541,075,475
PPn 10%
JUMLAH 60,951,830,234
DIBULATKAN 60,951,830,000
(Sumber: Dinas Fasilitas Pangkalan TNI AL (Disfaslanal) : 2016)
3.
Menghitung Kebutuhan Tenaga Kerja.
Sistem pengalokasian jumlah tenaga kerja tiap aktivitas diperoleh dari perencanaan awal
yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Jadi kebutuhan tenaga kerja yang sudah dialokasikan
telah ditetapkan sebelum proyek tersebut dilaksanakan. Selanjutnya perhitungan jumlah
kebutuhan tenaga kerja selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perhitungan jumlah tenaga kerja
B - VIII - 10
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
4.
Perhitungan Waktu Proyek dengan Metode CPM
Pada penjadwalan CPM, kegiatan-kegiatan dalam proyek diklasifikasikan menjadi kegiatan
kritis dan kegiatan nonkritis.
Tabel 4 Perhitungan Slack Time Awal
Tabel 4.6 Perhitungan jumlah tenaga kerja (Lanjutan)
Berdasarkan perhitungan ES dan LS sebelumnya, maka dapat diketahui lintasan kritis
proyek tersebut dengan menghitung Total Float setiap kegiatan yang ada dengan rumus:
S = LS – ES
Dimana :
S = Total float
LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas.
B - VIII - 11
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
Bila Total Float pada suatu kegiatan bernilai 0, maka kegiatan tersebut termasuk kegiatan
kritis seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kegiatan jalur kritis pada kondisi awal
Tabel 5
Kegiatan
kritis
kondisi
jalur
pada
awal
(Lanjutan)
5.
Perhitungan Percepatan Waktu dan Biaya Proyek
Setelah pekerjaan kritis didapat maka berdasarkan data Rancangan Anggaran Biaya
(RAB) digunakan untuk melakukan perhitungan percepatan proyek dengan penambahan jam
kerja dengan memberlakukan jam lembur. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 bahwa upah untuk
penambahan waktu kerja satu jam pertama 1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk
penambahan waktu kerja berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.
Tabel 6 Percepatan waktu dan biaya percepatan perhari
B - VIII - 12
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
6.
Perhitungan Waktu Setelah Percepatan
Berdasarkan perhitungan Forward dan Backward maka dapat diketahui lintasan kritis
proyek tersebut dengan menghitung Slack/Float setiap kegiatan yang ada dengan rumus:
S = LS – ES
atau S = LF - EF
Dimana :
S = Total float
LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas.
LF = Saat paling lambat diselesaikannya aktivitas
EF = Saat tercepat diselesaikannya aktivitas.
Bila Slack/Float pada suatu kegiatan bernilai 0, maka kegiatan tersebut termasuk kegiatan
kritis, seperti yang terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan Slack Time pada Kondisi Dipercepat
B - VIII - 13
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
Kumpulan kegiatan-kegiatan tersebut akan membentuk pola pada network diagram seperti
terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Network Diagram Jalur Kritis Kondisi Percepatan
Kegiatan yang melewati jalur kritis yang memiliki Slack = 0 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Kegiatan jalur kritis pada kondisi percepatan
B - VIII - 14
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Aktivitas kritis pada kondisi awal dengan waktu 259 hari adalah sebagai berikut : A-B-C-FH-I-J-K-L-M-N-O-AE-AF-AG-AH-AI-AJ,
setelah dilakukan
percepatan
dengan waktu
penyelesaian selama 203 hari (total percepatan 56 hari) dengan lintasan kritis yang mencakup
21 aktivitas pekerjaan yaitu A-B-C-E-F-H-I-J-K-L-M-N-O-AE-AF-AG-AH-AI-AJ-AL-AN.
Dengan nilai kontrak sebesar Rp. 60.951.830.000,- maka apabila terjadi keterlambatan
pihak kontraktor akan dikenakan denda sebesar 1/1000 dari nilai kontrak atau sebesar Rp.
60.951.830,- perhari, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor akan lebih besar
dibandingkan biaya percepatan sebesar Rp. 370.164.180,- dengan percepatan 56 hari.
Pada beberapa kegiatan distribusi sumber daya manusia harus menyesuaikan luasnya
lokasi tempat kegiatan, sehingga penggunaan sumber daya manusia akan lebih maksimal.
2.
Saran
Pada perencanaan dan penjadwalan sebelum pelaksanaan proyek sebaiknya pihak
kontraktor mempertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi pelaksaan di lapangan.
Kontrol dan pengawasan harus mengacu pada spesifikasi teknis yang ada dalam Kontrak
terutama pada aktivitas-aktivitas yang kritis, karena apabila dalam aktivitas ini mengalami
keterlambatan pelaksanaan maka akan mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek
secara keseluruhan.
Percepatan waktu (crashing) sebaiknya dilaksanakan oleh pihak kontraktor yaitu dengan
penambahan jam kerja lembur agar terhindar dari kerugian yang lebih besar akibat denda
keterlambatan. Agar pelaksanaan kerja lembur dilakukan pengawasan yang ketat karena pada
umumnya pada kerja lembur akan mengalami penurunan produktivitas dari pekerja yang secara
langsung maupun tidak berpengaruh pada kualitas/mutu dari proyek.
Pihak kontraktor agar memperhatikan lokasi kegiatan dalam distribusi sumber daya
manusia, karena pada aktivitas tertentu kegiatan dibatasi oleh luasnya area/lokasi pekerjaan
tersebut, sehingga penggunaan sumber daya manusia akan lebih maksimal.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Badri, S. (1997). Dasar-dasar Network Planing. Jakarta : PT Rika Cipta. Graha ilmu
Chatrapornchai. and D.Sawangkokrouk., (2013), Project Mangement Software : Allocation and
Scheduling Aspect, International Journal of u and e Service, science and Technology.
Vol.6 No, 3, 2013.
Dimyati,. dan Tjutju Tarliah, A., (1999), Operation Risearch Model-Model Pengambilan
Keputusan, Sinar Baru Algesindo, Bandung.
Dina Krisnawati., Imam Pujo Mulyatno dan Kiryanto., (2015). Analisis Re-Schedule
Pembangunan Kapal Baru Sistem Hull Block Contrukction Method (HBCM) dengan Critical
Path Method (CPM) pada kapal Tug Boat 2x1600 Hp Hull 62, Vol. 3, No. 1Januari 2015.
Eddy, Harjanto. (2003). Manajemen Operasi, Edisi ketiga. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hayan, A., (2005), Analisa Durasi Proyek Jalan dengan Penggabungan Metode CPM dan PERT
pada Proyek Luasa Jalan Pada Kota Lewoleba Kabupaten Lambatu Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Tesis, Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia.
Haming, Murdifin dan Nurnajamuddin, Mahfud. (2007). Manajemen Produksi Modern Operasi
Manufaktur dan Jasa. Jakarta: Bumi Aksara.
Handoko T. Hani, (2000), Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II, Cetakan
Keempat Belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Kareth Michael., (2012), Analisis Optimalisasi Waktu Dan Biaya Dengan Program Primavera 6.0.
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No. 1, November 2012 (53-59).
Lalu Sumayang., (2003). Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Empat.
Levin, Richard I. dan Charles A Kirkpatrick. (1972). Perentjanaan dan Pengawasan Dengan
PERT dan CPM. Jakarta : Bhratara.
Maharany, Leny dan Fajarwati., (2006). Analisis Optimasi Percepatan Durasi Proyek dengan
Metode Least Cost Analysis. Utilitas, Vol. 14, No. 1, h. 113-130.
Maharesi. (2002). Ekonomi Teknik, Edisi 2, Kanisius, Yogyakarta
B - VIII - 15
PROSEDING
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA STTAL
DESEMBER 2016
Nasim Monjezi, Mohammad Javad Sheikhdavoodi and Hadi Basirzadeh, 2011. Application of
Project Scheduling in Agriculture (Case Study: Mechanized Greenhouses Construction
Project). Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology 4(3): 241244, 2012 ISSN: 2040-7467.
Render, B & Heizer, J. (2005). Prinsip – prinsip Manajemen Operasi. Edisi 2. Jakarta Salemba
Empat.
Riza Arifudin., (2012). Optimasi Penjadwalan Proyek Dengan Penyeimbangan Biaya
Menggunakan Kombinasi CPM dan Algorotma Genetika, Jurnal Masyarakat Informatika,
Volume 2, Nomor, ISSN 2086-4930.
Sandyavitri, A., (2008), Pengendalian Dampak Perubahan Desain Terhadap Waktu Dan Biaya
Pekerjaan Konstruksi, Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Volume. 9, No.
1, Oktober 58 2008 : 57 – 70.
Santoso., B. (1997). Manajemen Proyek. Edisi 1. Guna Widaya, Surabaya.
Siswanto. (2007). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Soeharto., I. (1999). Manajemen Proyek. Erlangga, Jakarta :
Tampubolon, P. Manahan, (2004), Manajemen Operasional, edisi pertama, Ghalia Indonesia
Teguh Yudha Kusumah dan Silvia Kusuma Wardhani, (2008). Optimasi Waktu dan Biaya pada
Jaringan Kerja Critical Path Method (CPM) dan Preceden.
Wahyu Amani., (2012). Perbandingan Aplikasi CPM, PDM, dan Teknik Bar Chart-Kurva S Pada
Optimalisasi Penjadwalan Proyek. Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster), Vol. 01,
No. 1, 2012, Hal. 15 – 22.
B - VIII - 16
Download