RESPON PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla

advertisement
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI (Swietenia
macrophylla King.) TERHADAP PENAMBAHAN ARANG
TEMPURUNG KELAPA DAN KOMPOS PADA MEDIA
BEKAS TAMBANG PASIR
ANGGA ANDIKA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King.) terhadap Penambahan Arang
Tempurung Kelapa dan Kompos pada Media Bekas Tambang Pasir adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2017
Angga Andika
NIM E44130021
iv
ABSTRAK
ANGGA ANDIKA. Respon Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia
macrophylla King.) terhadap Penambahan Arang Tempurung Kelapa dan Kompos
pada Media Bekas Tambang Pasir. Dibimbing oleh BASUKI WASIS.
Sempadan sungai merupakan wilayah yang sering dijadikan lokasi
penambangan pasir. Penambangan pasir yang dilakukan secara berlebihan dan tidak
memperhatikan aspek pengelolaan lingkungan berdampak negatif terhadap
lingkungan. Untuk mencegah dan mengurangi kerusakan lingkungan yang lebih
parah, perlu upaya pengendalian melalui kegiatan revegetasi dengan pemilihan
jenis tanaman yang mampu beradaptasi pada lahan bekas tambang pasir. Salah satu
jenisnya adalah mahoni (Swietenia macrophylla King.). Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh penambahan pupuk kompos dan arang tempurung kelapa
terhadap pertumbuhan bibit mahoni (Swietenia macrophylla King.) pada media
bekas tambang pasir dan mengetahui dosis pemberian pupuk kompos dan arang
tempurung kelapa yang sesuai dengan kondisi media lahan bekas tambang secara
efektif dan efisien. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial. Hasil penelitian menunjukkan pemberian arang tempurung kelapa dan
pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi,
diameter, berat basah total, berat kering total dan nisbah pucuk akar dari bibit
mahoni. Pemberian pupuk kompos tunggal berpengaruh nyata terhadap parameter
tinggi, berat basah total, berat kering total, dan nisbah pucuk akar dengan dosis
terbaik 100 gram (A4). Pemberian dosis arang tempurung kelapa 20 gram (B1)
memberikan respon terbaik terhadap parameter berat basah total.
Kata kunci : Arang tempurung kelapa, kompos, mahoni, penambangan pasir,
revegetasi
ABSTRACT
ANGGA ANDIKA. Growth Responses of Mahogany (Swietenia macrophylla
King.) Seedlings with Compost and Charcoal of Coconut Shell Addition on Media
of Ex-Sand Mined Land. Supervised by BASUKI WASIS.
Riparian area is an area that is often used as a sand mining location. Over
mining operation and do not pay attention for the aspects of environmental will
have negative impacts to the environment. For preventing and reducing more severe
damages to the environment, need to conduct controlling effort by revegetation with
choosing of plant species that is able to adapt on sand mined land. One of these
species is Mahogany (Swietenia macrophylla King.). This research studied the
effect of compost and coconut shell charcoal addition to the growth of height ,
diameter, total wet weight, total dry weight, and shoot-root ratio of Mahogany
(Swietenia macrophylla King.) seedlings and to examined the dose of compost and
coconut shell charcoal that appropriate to ex-sand mined land’s media in order to
gain effectiveness and efficient during revegetation process. The study was
conducted by fully randomized design with factorial. The results showed that
coconut shell charcoal and compost addition did not affect to all parameters.
Compost addition in single treatment have different affects to height, total wet
weight, total dry weight, root, and shoot ratio with the best dose was 100 grams
(A4). Dose of 20 grams coconut shell charcoal addition (B1) gave best response to
the total wet weight.
Keywords : Coconut shell charcoal, compost, mahogany, revegetation, sand mining
vi
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI ( Swietenia
macrophylla King.) TERHADAP PENAMBAHAN ARANG
TEMPURUNG KELAPA DAN KOMPOS PADA MEDIA
BEKAS TAMBANG PASIR
ANGGA ANDIKA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
viii
ii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah Nya serta doa dan dukung dari orang tua, sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 sampai Mei
2016 ini berjudul Respon Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla
King.) terhadap Pemberian Arang Tempurung Kelapa dan Kompos pada Media
Bekas Tambang Pasir.
Penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik karena dukungan yang
telah diberikan dari berbagai pihak.Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr
Ir Basuki Wasis, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan
arahan. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada orang tua penulis (Fislamimba
dan Yusnani) dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan motivasi, moril,
maupun materil dalam menyusun karya ilmiah ini serta semua pihak yang
membantu penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada M. Agus Salim, Seto Fauzi Rahman, Andy Arihta, Haris Cahya,
Dikdik Nurul Ramdan, Riyandha CS, Elga, Alfi, Alif, Adi NW, Dimas, Andhira
Trianingtyas, Rafika Andriani, Meilia Irma Sari, Bu Atika, Bu Yani, Pak Atang,
dan civitas Fahutan terutama teman-teman Silvikultur 50 atas semangat,
kerjasamanya dan bantuan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat diterima dan dapat bekerlanjutan
menjadi penelitian yang dapat bermanfaat bagi semua orang serta mendukung
kelestarian hutan dan lingkungan.
Bogor, Maret 2017
Angga Andika
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pertumbuhan Tinggi
6
Pertumbuhan Diameter
9
Berat Basah Total (BBT)
9
Berat Kering Total (BKT)
11
Nisbah Pucuk Akar (NPA)
12
Analisis Kimia Tanah
13
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
20
iv
DAFTAR TABEL
1 Komposisi pupuk kompos dan arang tempurung kelapa
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam berbagai perlakuan terhadap parameter
pertumbuhan bibit mahoni
3 Hasil uji duncan pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi
bibit mahoni
4 Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan berat
basah total (BBT) bibit mahoni
5 Hasil Uji Duncan pengaruh arang tempurung kelapa terhadap
pertumbuhan berat basah total (BBT) bibit mahoni
6 Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan berat
kering total (BKT) bibit mahoni
7 Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk kompos terhadap nisbah pucuk akar
bibit mahoni
8 Hasil analisis sifat kimia tanah
5
6
7
10
10
11
12
13
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik laju pertumbuhan tinggi (cm) bibit mahoni pada berbagai
perlakuan pemberian kombinasi dosis pupuk kompos
2 Pertumbuhan tinggi dari berbagai perlakuan dosis kompos
7
8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah
19
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sempadan sungai merupakan wilayah yang sering dijadikan lokasi
penambangan pasir. Penambangan pasir yang dilakukan secara berlebihan dan tidak
memperhatikan aspek pengelolaan lingkungan akan berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar.
Dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan pasir antara lain, tingginya
tingkat erosi, menurunnya kemampuan peresapan air, terjadinya gerakan tanah
(longsor), sedimentasi, penurunan kualitas air sungai dan penurunan produktivitas
tanah. Keadaan tersebut mengakibatkan lahan bekas tambang menjadi kritis, untuk
itu perlu dilakukan usaha untuk mengembalikan produktivitas tanah. Untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan lingkungan yang lebih parah, maka perlu
dicari upaya pengendalian. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan kegiatan
revegetasi.
Kegiatan revegetasi perlu dilakukan pada daerah pasca penambangan pasir
yang telah mengalami gangguan ekosistem. Menurut Setiadi (2006), revegetasi
adalah penanaman kembali di lahan bekas tambang untuk perbaikan biodeversitas
dan pemulihan estetika lanskap serta komunitas tumbuhan asli secara berkelanjutan
untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan. Pemilihan jenis pohon yang tepat
menjadi salah kunci utama dalam keberhasilan revegetasi lahan bekas tambang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan revegetasi pada
lahan kritis akibat pertambangan pasir, yaitu dengan memilih jenis tanaman yang
mampu beradaptasi dan upaya-upaya perbaikan tanah seperti memperbaiki kembali
sifat biologi, kimia dan fisik tanahnya. Salah satu jenis yang digunakan dalam
kegiatan revegetasi adalah mahoni
Mahoni merupakan tanaman yang cocok dan mampu hidup pada kondisi
tanah yang miskin hara seperti bekas penambangan pasir. Bahkan menghasilkan
banyak serasah untuk meningkatkan bahan organik tanah serta perbaikan struktur
tanah. Hal tersebut akan mendukung untuk perbaikan revegetasi bekas lahan
tambang. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk kompos dan
arang tempurung kelapa dengan tujuan optimalisasi media tumbuh tanaman mahoni
(Swietenia macrophylla).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak penambangan pasir terhadap lingkungan ?
2. Apa upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan
yang lebih parah akibat penambangan pasir?
3. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk kompos dengan berbagai dosis (0
gram, 25 gram, 50 gram, 75 gram , 100 gram) terhadap pertumbuhan bibit
Swietenia macrophylla King. pada media bekas tambang pasir?
2
4. Bagaimana pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dengan berbagai
dosis (0 gram, 20 gram, 40 gram, 60 gram) terhadap pertumbuhan bibit
Swietenia macrophylla King. pada media bekas tambang pasir?
5. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk kompos yang di kombinasikan
dengan arang tempurung kelapa dengan berbagai dosis terhadap
pertumbuhan bibit Swietenia macrophylla King. pada media bekas tambang
pasir?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : (1). Menguji pengaruh penambahan pupuk
kompos dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan bibit mahoni
(Swietenia macrophylla King.) pada media bekas tambang pasir, dan (2). Menguji
dosis pemberian pupuk kompos dan arang tempurung kelapa yang sesuai dengan
kondisi media lahan bekas tambang secara efektif dan efisien.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan dan menyediakan
informasi mengenai pengaruh penambahan pupuk kompos dan arang tempurung
kelapa terhadap pertumbuhan bibit mahoni (Swietenia macrophylla King.) pada
media bekas tambang pasir Ciomas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dan digunakan sebagai rekomendasi untuk bahan acuan masyarakat
dalam upaya pemilihan metode alternatif dalam kegiatan revegetasi lahan bekas
tambang pasir.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Mei 2016 di rumah kaca
bagian Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,
Laboratorium Pengaruh Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,
dan analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian IPB. Lokasi pengambilan media bekas penambangan pasir di
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa barat.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaliper, cangkul,
polybag dengan ukuran 20 cm x 20 cm , alat penyiraman, sekop kecil, timbangan
(neraca analitik), label, timbangan digital, penggaris 60cm, Tallysheet, kalkulator
(alat hitung), alat tulis, kamera , software microsoft excel 2007, dan software SAS
9.1.3. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit mahoni
3
(Swietenia macrophylla King.) berumur ± 4 bulan, media bekas tambang pasir,
pupuk kompos, dan arang tempurung kelapa.
Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu persiapan media
tanam, penyapihan, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, serta analisis
unsur hara, rancangan percobaan dan analisis data. Berikut uraian lengkap tahapan
prosedur penelitian :
Persiapan
Tahap persiapan meliputi persiapan media dan persiapan bibit mahoni
pengambilan media bekas tambang pasir dilakukan di Ciomas, Kabupaten Bogor.
Media yang dipersiapkan terdiri atas komposisi yang disusun dari arang tempurung
kelapa, kompos, dan media bekas tambang pasir dalam keadaan kering udara.
Komposisi bahan yang akan digunakan sebagai media ditimbang menggunakan
timbangan, dengan takaran yang telah disesuaikan. Setelah mendapatkan kombinasi
takaran masing-masing bahan, lalu dimasukkan ke dalam polybag. Komposisi
takaran untuk kontrol adalah pasir dengan takaran 1 kg. Setelah itu ditentukan
komposisi takaran pupuk kompos adalah 25 gram / polybag, 50 gram / polybag, 75
gram / polybag, dan 100 gram / polybag, sedangkan untuk bahan arang tempurung
kelapa takarannya, masing-masing adalah 0 gram / polybag (sebagai kontrol), 20
gram / polybag, 40 gram / polybag, dan 60 gram / polybag. Persiapan bibit mahoni
dilakukan meliputi pemilihan bibit yang sehat, memiliki tinggi dan diameter yang
relatif seragam, segar, serta bebas hama dan penyakit.
Penyapihan
Bibit mahoni (Swietenia macrophylla King.) yang berumur ± 4 bulan
dipindahkan ke dalam polybag yang telah diisi komposisi media yang telah
ditentukan. Waktu penyapihan dilaksanakan pada pagi hari untuk mengurangi
tingkat stress dan mengurangi penguapan pada bibit yang dilakukan proses
penyapihan
Pemeliharaan
Bibit mahoni yang telah disapih, kemudian ditempatkan di rumah kaca
selama 3 bulan. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore serta dilakukan
penyiangan seperlunya, kegiatan penyiraman harus mempertimbangkan kondisi
media tanam di polybag, jika masih terasa basah maka penyiraman tidak dilakukan.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengambilan data didasarkan pada pengamatan terhadap beberapa parameter,
yaitu tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total dan nisbah pucuk akar.
Pengamatan dan pengambilan data dilakukan selama 3 bulan. Setelah 3 bulan
diperoleh biomassa tanaman dengan menimbang berat basah dan berat kering bibit.
4
Tinggi bibit. Pengukuran tinggi bibit diukur menggunakan mistar, mulai dari
batang dengan ketinggian 1 cm diatas tanah hingga titik tumbuh pucuk bibit .
Pengukuran tinggi bibit diukur setiap minggu sekali.
Diameter bibit. Pengukuran diameter bibit diukur dengan menggunakan
kaliper pada ketinggian 1 cm di atas permukaan tanah. Pengukuran diameter bibit
diukur setiap minggu sekali
Berat Basah Total. Pengukuran berat basah total dilakukan pada akhir
pengamatan, yaitu minggu ke-12. Bibit dipanen dan dipisah antara bagian pucuk
daun, batang, dan akar. Daun dan batang disatukan menjadi bagian pucuk
sementara akar dipisahkan, kemudian kedua bagian tersebut ditimbang dengan
timbangan digital. Berat basah total merupakan penjumlahan antara berat basah
akar dan berat basah pucuk.
Berat Kering Total. Berat kering total diukur setelah bagian bibit mahoni
(Swietenia macrophylla King.) yang terdiri dari bagian akar dan pucuk (daun dan
batang) dioven pada suhu 80°C selama 24 jam. Selanjutnya, kedua bagian tersebut
ditimbang dengan timbangan digital. Berat kering total diperoleh dari penjumlahan
berat kering akar dengan berat kering pucuk.
Nisbah Pucuk Akar. Nisbah pucuk akar dihitung berdasarkan perbandingan
nilai berat kering total pucuk dengan nilai berat kering total akar.
Analisis Unsur Hara
Analisis unsur hara yang terkandung di dalam media dilakukan pada awal
sebelum media diberi perlakukan dan setelah pengamatan. Sampel tanah yang
diambil dari perlakuan kontrol dan perlakuan terbaik.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama, yaitu pupuk
kompos yang terdiri dari 5 taraf. Faktor kedua, yaitu arang tempurung kelapa yang
terdiri dari 4 taraf. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 3 ulangan, masingmasing ulangan terdiri dari satu tanaman sehingga dalam percobaan dibutuhkan 60
bibit Swietenia macrophylla. Adapun masing-masing faktor dirinci sebagai
berikut:
Faktor pemberian pupuk kompos (A), terdiri dari:
A0 = 0 g (pupuk kompos) + 1000g (media bekas tambang pasir)
A1 = 25 g (pupuk kompos) + 1000g (media bekas tambang pasir)
A2 = 50 g (pupuk kompos) + 1000g (media bekas tambang pasir)
A3 = 75 g (pupuk kompos) + 1000g (media bekas tambang pasir)
A4= 100 g (pupuk kompos) + 1000g (media bekas tambang pasir)
Faktor pemberian arang tempurung kalapa (B), terdiri dari:
B0 = 0 g (arang tempurung kelapa) + 1000 g (media bekas tambang pasir)
B1 = 20 g (arang tempurung kelapa) + 1000g (media bekas tambang pasir)
B2 = 40 g (arang tempurung kelapa) + 1000g (media bekas tambang pasir)
B3 = 60 g (arang tempurung kelapa) + 1000g (media bekas tambang pasir)
5
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi pupuk kompos dan arang tempurung kelapa
Pupuk
Kompos
A0
A1
A2
A3
A4
Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
B0
A0B0-1
A0B0-2
A0B0-3
A1B0-1
A1B0-2
A1B0-3
A2B0-1
A2B0-2
A2B0-3
A3B0-1
A3B0-2
A3B0-3
A4B0-1
A4B0-2
A4B0-3
Arang Tempurung Kelapa
B1
B2
A0B1-1
A0B2-1
A0B1-2
A0B2-2
A0B1-3
A0B2-3
A1B1-1
A1B2-1
A1B1-2
A1B2-2
A1B1-3
A1B2-3
A2B1-1
A2B2-1
A2B1-2
A2B2-2
A2B1-3
A2B2-3
A3B1-1
A3B2-1
A3B1-2
A3B2-2
A3B1-3
A3B2-3
A4B1-1
A4B2-1
A4B1-2
A4B2-2
A4B1-3
A4B2-3
B3
A0B3-1
A0B3-2
A0B3-3
A1B3-1
A1B3-2
A1B3-3
A2B3-1
A2B3-2
A2B3-3
A3B3-1
A3B3-2
A3B3-3
A4B2-1
A4B2-2
A4B2-3
Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengukuran, kemudian
dianalisis dengan menggunakan model linier:
Y ijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Yijk
µ
αi
βj
(αβ)ij
εijk
i
j
k
= Respon dari pengamatan faktor pupuk kompos taraf ke-i,faktor arang
tempurung kelapa taraf ke-j dan ulangan ke-k
= Nilai rataan umum
= Pengaruh perlakuan pemberian pupuk kompos taraf ke-i
= Pengaruh perlakuan pemberian arang tempurung kelapa taraf ke-j
= Pengaruh interaksi faktor pupuk kompos pada taraf ke-i dengan faktor
arang tempurung kelapa pada taraf ke-j
= Pengaruh acak dari perlakuan pupuk kompos taraf ke-i arang
tempurung kelapa taraf ke-j, dan ulangan ke-k
= Pupuk kompos (0 gram, 25 gram, 50 gram, 75 gram, 100 gram)
= Arang tempurung kelapa (0 gram, 20 gram, 40 gram, dan 60 gram)
= Ulangan 1, 2, dan 3
Analisis Data
Pengujian sidik ragam dengan uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan dalam penelitian ini. Data diolah menggunakan software SAS 9.1.3, jika:
a) Nilai P-value > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter tinggi, diameter, berat basah total berat kering total dan
nisbah pucuk akar
b) Nilai P-value < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total dan
6
nisbah pucuk akar, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple
Range Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, Berat
Basah Total (BBT), Berat Kering Total (BKT) dan Nisbah Pucuk Akar (NPA) dari
bibit mahoni pada media bekas tambang pasir dengan penambahan pupuk kompos
dan arang tempurung kelapa. Respon pengaruh pemberian pupuk kompos dan arang
tempurung kelapa terhadap parameter yang diamati dapat diketahui dengan
melakukan analisis sidik ragam. Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam berbagai perlakuan terhadap parameter
pertumbuhan bibit mahoni
Perlakuan
Parameter
Pupuk
Kompos
Tinggi
Diamter
Berat Basah
Total (BBT)
Berat Kering
Total (BKT)
Nisbah Pucuk
Akar (NPA)
0.0056*
0.7043tn
Arang
Tempurung
Kelapa
0.4840tn
0.1660tn
0.0047*
0.0454*
0.7660tn
0.0209*
0.0529tn
0.8423tn
0.0235*
0.8928tn
0.3693tn
Pupuk Kompos x
Arang Tempurung Kelapa
0.4716tn
0.8241tn
Keterangan : Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan. * = perlakuan berpengaruh
nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr<F) 0.05 (α) tn = perlakuan
tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05
(α).
Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kompos tunggal berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, BBT, BKT, dan
NPA bibit mahoni pada selang kepercayaan 95%. Pemberian Arang tempurung
kelapa tunggal hanya berpengaruh nyata terhadap BBT tanaman mahoni pada
selang kepercayaan 95%, sedangkan interaksi antar pupuk kompos dan arang
tempurung kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati
pada selang kepercayaan 95%.
Pertumbuhan Tinggi
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian pupuk kompos dan arang tempurung pada media bekas tambang pasir
7
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit mahoni.
Namun dengan adanya perlakuan pupuk kompos tunggal pada media bekas
tambang pasir berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit mahoni. Hasil uji duncan
pengaruh tunggal pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi bibit
mahoni yang diamati dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji duncan pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi
bibit mahoni
Rata-rata pertumbuhan
tinggi (cm)
Persentase Peningkatan
(%)
kompos 0 gram
3.14b
0
kompos 25 gram
4.02ab
27.95
kompos 50 gram
3.87ab
23.34
kompos 75 gram
5.03a
60.21
kompos 100 gram
5.09a
62.06
Perlakuan
*)Angka
yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %
Berdasarkan uji duncan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan
kompos 100 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos 75 gram dan
berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kompos 0 gram. Perlakuan terbaik
ditunjukkan oleh pemberian pupuk kompos sebanyak 100 gram dengan rata-rata
pertumbuhan tinggi sebesar 5.09 cm dan persentase peningkatan terhadap kontrol
62.06 persen. Sementara rata-rata pertumbuhan tinggi terkecil terdapat pada
perlakuan pupuk kompos sebanyak 0 gram dengan rata-rata pertumbuhan tinggi
sebesar 3.14 cm dan persentase peningkatan terhadap kontrol 0 persen.
Pertumbuhan tinggi bibit mahoni selama 12 minggu dapat dilihat pada Gambar 1.
A0B0
A1B0
A2B0
A3B0
A4B0
TINGGI (CM)
50,00
45,00
40,00
35,00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
WAKTU (MINGGU KE-)
Gambar 1 Grafik laju pertumbuhan tinggi (cm) bibit mahoni pada berbagai
perlakuan pemberian kombinasi dosis pupuk kompos
8
Gambar 1 menunjukkan grafik pertumbuhan tinggi rata-rata (cm) bibit
mahoni selama 12 minggu mengalami peningkatan setiap minggunya.
Pertumbuhan tinggi bibit mahoni yang terbaik adalah pada perlakuan A4B0
(Kompos 100 gram dengan arang tempurung kelapa 0 gram) dapat dilihat dari
grafik pertumbuhan tinggi bibit mahoni yang mengalami peningkatan lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pertumbuhan tinggi dari berbagai
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Pertumbuhan tinggi dari berbagai perlakuan dosis kompos
Pertumbuhan tanaman merupakan pertambahan dimensi tanaman yang di
karenakan adanya pembelahan sel-sel yang nantinya akan menghasilkan tanaman
dewasa. Pertumbuhan suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik dibawa oleh tanaman yang langsung diturunkan dari
induk atau tetuanya. Sedangkan faktor lingkungan di tentukan dari lokasi atau
tempat tumbuhnya suatu tanaman (Marjenah 2007).
Pertumbuhan tinggi dikatakan sebagai pertumbuhan primer yang terjadi pada
meristem baik diujung akar maupun pucuk. Jaringan meristem ini terus membelah
yang mengakibatkan pertambahan jaringan akar dan batang, sehingga terjadi
pertambahan secara vertikal (tinggi) (Darmawan dan Baharsjah 2010). Hasil
penelitian ini telah sesuai dengan pendapat Ningrum (2015) bahwa pemberian
pupuk kompos sebanyak 100 gram memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Kompos merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara makro
dan mikro lengkap yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan suatu tanaman
(Yuniwati et al. 2012). Menurut Wasis dan Fathia (2011), adanya penambahan
pupuk kompos pada suatu media tanaman dapat membantu meningkatkan
kesuburan tanah dan merasang pertumbuhan akar. Selain itu, pupuk kompos dapat
menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Beberapa
manfaat kompos bagi tanaman, yaitu kompos memberikan nutrisi bagi tanaman,
memperbaiki strukur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah
kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah,
9
mampu meningkatkan pH pada tanah asam, dan meningkatkan ketersediaan unsur
mikro (Yuwono 2007).
Pemberian arang tempurung kelapa tunggal tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit mahoni pada berbagai dosis yang
digunakan (0, 20, 40, 60 gram). Hal tersebut diduga karena arang tempurung kelapa
merupakan salah satu arang aktif yang mempunyai daya serap adsorpsi yang tinggi
terhadap larutan dan uap. Arang tempurung kelapa ini dapat membantu dalam
penyerapan unsur hara. Namun ketersediaan unsur hara dalam arang tempurung
kelapa lebih rendah di bandingkan dengan kompos (Suhartana 2006).
Pertumbuhan Diameter
Pertumbuhan diameter merupakan pertumbuhan yang diakibatkan oleh
jaringan kambium dan menyebabkan pertambahan secara horizontal (diameter)
(Mandella 2010) . Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian
pupuk kompos tunggal, arang tempurung kelapa tunggal dan perlakuan interaksi
pemberian kombinasi dosis kompos dengan arang tempurung kelapa tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan diameter, sehingga tidak
dilakukan uji lanjut Duncan. Umumnya pada usia muda, tanaman cenderung
menunjukkan pertumbuhan yang cepat ke atas (vertikal). Pertumbuhan diameter
akan terpenuhi apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun,
pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi (Lewenusa 2009). Pertambahan diameter
berjalan lambat karena unsur hara yang terserap oleh akar hasil fotosintesis
disebarkan untuk peningkan pertumbuhan secara vertikal (tinggi) terlebih dahulu
(Yuniarti et al. 2004).
Menurut Campbell (2012), pertambahan diameter merupakan salah satu
pertumbuhan yang sulit di ukur dalam fase tanaman muda. Tanaman lebih cendrung
menunjukkan pertumbuhan primer yaitu penambahan panjang batang, akar, serta
penambahan jumlah daun sedangkan pertumbuhan sekunder merupakan
bertambahannya tebal batang dan akar yang terjadi pada saat pertumbuhan primer
telah berhenti .
Berat Basah Total (BBT)
Pemberian pupuk kompos tunggal dan arang tempurung kelapa tunggal
memberikan pengaruh nyata terhadap Berat Basah Total (BBT) mahoni. Hasil uji
duncan pengaruh pemberian pupuk kompos tunggal dan arang tempurung kelapa
tunggal terhadap parameter BBT bibit mahoni yang diamati dapat dilihat pada
Tabel 4 dan 5.
10
Tabel 4 Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan Berat
Basah Total (BBT) bibit mahoni
Perlakuan
Rata–rata berat basah
total (gram)
kompos 0 gram
kompos 25 gram
19.47b
23.44ab
kompos 50 gram
22.26b
22.40b
kompos 75 gram
kompos 100 gram
27.21a
Persentase peningkatan
(%)
0
20.39
14.32
15.04
39.75
*)Angka
yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %
Berdasarkan uji duncan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan kompos
100 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos 25 gram dan berbeda
nyata dengan perlakuan pupuk kompos 0, 75 dan 50 gram. Perlakuan terbaik
ditunjukkan oleh pemberian pupuk kompos sebanyak 100 gram dengan rata-rata
berat basah total sebesar 27.21 gram dan persentase peningkatan terhadap kontrol
39.75 persen. Sementara rata-rata berat basah terkecil terdapat pada pemberian
pupuk kompos sebanyak 0 gram dengan rata-rata berat basah total sebesar 19.47
gram dan persentase peningkatan terhadap kontrol 0 persen.
Menurut Roidah (2013), pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah
seperti permeabilitas, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kationkation tanah. Sifat-sifat tanah yang baik ini akan menciptkan proses fisiologi
disekitar perakaran akan lebih baik. Sehingga akan mempermudah penyerapan air
kedalam tanah ( Simanungkali et al. 2006).
Tabel 5
Hasil Uji Duncan pengaruh arang tempurung kelapa terhadap
pertumbuhan Berat Basah Total (BBT) bibit mahoni
Rata–rata berat basah
total (gram)
Persentase peningkatan
(%)
Arang 0 gram
21.32b
0
Arang 20 gram
24.92a
16.88
Arang 40 gram
24.50ab
14.91
Arang 60 gram
21.09b
-1.07
Perlakuan
*)Angka
yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %
Berdasarkan uji duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan arang
20 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian arang 40 gram dan berbeda nyata
dengan perlakuan arang 0 gram terhadap parameter BBT bibit mahoni. Perlakuan
terbaik ditunjukkan oleh pemberian arang tempurung kelapa sebanyak 20 gram
dengan rata-rata berat basah total sebesar 24.92 gram dan persentase peningkatan
11
terhadap kontrol 16.88 persen. Sementara permberian arang tempurung kelapa
sebanyak 60 gram memberikan respon terhadap parameter BBT yang kurang baik
dengan rata-rata berat basah total 21.09 gram dan persentase peningkatan terhadap
kontrol -1.07 persen. Penambahan arang dapat menyebabkan akar lebih
berkembang sehingga penyerapan hara dan air berjalan dengan baik sehingga
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman (Fiona 2010). Menurut Abigail
et al. (2016), keberadaan arang dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk
menyimpan air dan hara, sehingga meningkatkan ketersedian air dan hara untuk
fotosintesis yang hasilnya menjadikan berat basah total bibit mahoni meningkat
dibanding perlakuan tanpa penambahan arang tempurung kelapa.
Berat Basah Total (BBT) menggambarkan kadar air dan kebutuhan air dari
suatu tanaman. Selain itu, BBT ini juga dapat menunjukkan hasil aktivitas
metabolik suatu tanaman. BBT dapat dipengaruhi oleh faktor panjang akar
tanaman, jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah tunas (Lakitan 2012).
Berat Kering Total (BKT)
Pemberian pupuk kompos tunggal memberikan pengaruh nyata terhadap
Berat Kering Total (BKT) mahoni. Hasil uji duncan pengaruh tunggal pemberian
pupuk kompos terhadap parameter BKT bibit mahoni yang diamati dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan Berat
Kering Total (BKT) bibit mahoni
Rata–rata berat kering
total (gram)
Persentase peningkatan
(%)
kompos 0 gram
kompos 25 gram
7.55b
8.62ab
0
14.17
kompos 50 gram
8.30b
9.93
kompos 75 gram
kompos 100 gram
8.12b
9.90a
7.54
31.12
Perlakuan
*)Angka
yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %
Berdasarkan uji duncan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan
kompos 100 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos 25 gram dan
berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kompos 0, 75 dan 50 gram terhadap
parameter BKT bibit mahoni. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh pemberian pupuk
kompos sebanyak 100 gram, dengan rata-rata berat kering total sebesar 9.90 gram
dan persentase peningkatan terhadap kontrol 31.12 persen. Sementara rata-rata
berat basah terkecil terdapat pada pemberian pupuk kompos sebanyak 0 dengan
rata-rata berat kering total sebesar 7.55 gram dan persentase peningkatan terhadap
kontrol 0 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos mampu
menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan bibit mahoni , sehingga bibit mahoni
mendapatkan ketersediaan unsur hara dan hasil nya menjadi menjadikan berat
12
kering total bibit lebih besar dibandingkan dengan tanpa menggunakan pupuk
kompos. Putri dan Nurhasbyi (2010) menyatakan semakin tinggi berat kering total
maka kualitas pertumbuhan semai semakin baik.
Berat kering total merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui
respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam suatu media
tumbuh (Gusmalina dan Pari 2002). Biosmassa mencerminkan efesiensi interaksi
proses fisiologi dengan lingkungannya, dan nilai sebagai manifestasi dari semua
proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman (Sitompul dan
Guritno 1995). Parameter BKT bibit dapat menunjukkan akumulasi kandungan
unsur hara pada tanaman (Herianto dan Siregar 2004).
Nisbah Pucuk Akar (NPA)
Pemberian pupuk kompos tunggal memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter Nisbah Pucuk Akar (NPA). Hasil uji duncan pengaruh tunggal
pemberian pupuk kompos terhadap parameter NPA bibit mahoni yang diamati
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk kompos terhadap Nisbah Pucuk Akar
(NPA) bibit mahoni
Perlakuan
kompos 0 gram
kompos 25 gram
kompos 50 gram
kompos 75 gram
kompos 100 gram
Nisbah pucuk akar
2.06c
2.26bc
2.39abc
2.60ab
2.77a
Persentase peningkatan
(% )
0
9.70
16.01
26.21
34.46
*)Angka
yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95 %.
Berdasarkan uji duncan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan kompos
100 gram tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos 75 gram dan berbeda
nyata dengan perlakuan pupuk kompos 0, 25 dan 50 gram terhadap NPA bibit
mahoni. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh pemberian pupuk kompos sebanyak
100 gram dengan nilai nisbah pucuk akar sebesar 2.77 dan persentase peningkatan
terhadap kontrol 34.46%. Sementara rata-rata berat basah terkecil terdapat pada
pemberian pupuk kompos sebanyak 0 gram dengan nilai nisbah pucuk akar sebesar
2.06 gram dan persentase peningkatan terhadap kontrol 0%.
Nisbah Pucuk Akar (NPA) merupakan parameter yang menunjukkan
perbandingan antar kemampuan akar menyerap air dan unsur hari dari tanah
dengan proses transpirasi dan luasan fotosintesis pada bagian pucuk tanaman
(Santosa et al. 2013). NPA dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat genetik
tanaman, ketersedian unsur hara dan persaingan cahaya (Mokany et al. 2006)
.Menurut Sitompul dan Guritno (1995), tanaman yang kekurangan air dan unsur
hara akan berusaha membentuk akar yang lebih banyak dan memungkinkan
13
tanaman untuk meningkatan serapan yang menghasilkan NPA yang rendah.
Semakin kecil nilai NPA maka bibit akan semakin siap untuk dipindahkan ke
lapang karena semakin tercukupinya jumlah akar yang akan digunakan untuk
menyerap air dan unsur hara yang akan menunjang pertumbuhan bibit dilapang
(Santosa et al. 2013).
Analisis Kimia Tanah
Analisis kimia tanah digunakan untuk mengetahui kondisi unsur hara tanah.
Kegiatan penambangan pasir akan mempengaruhi sifat fisika, kimia serta biologi
tanah melalui pengupasan tanah lapisan atas. Tanah bekas tambang pasir umumnya
memiliki karakteristik fisik dan kimia tanah yang tidak optimal bagi pertumbuhan
tanaman (As’ad 2005). Hasil uji laboratorium tanah menunjukkan bahwa
perbandingan antara hara perlakuan kompos dan arang tempurung kelapa dengan
perlakuan kontrol (media bekas tambang pasir) memiliki persentase unsur hara
yang berbeda. Tabel 8 menunjukkan hasil uji laboratorium tanah pada media tanam
bibit mahoni.
Tabel 8 Hasil analisis sifat kimia tanah
No
Perlakuan
Kontrol
Kriteria
1
2
pH
C-Organik (%)
6.36
0.07
Agak asam
Sangat rendah
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Arang dan
kompos
7.12
0.91
N-total (%)
0.06
Sangat rendah
0.10
P-tersedia
4.12
Sangat rendah
46.20
Ca (me/100g)
3.35
Rendah
10.67
Mg (me/100g)
1.83
Rendah
3.01
K (me/100g)
0.26
Rendah
0.95
KTK (me/100g)
5.94
Rendah
7.92
Fe (ppm)
27.50
42.95
Cu (ppm)
1.55
2.73
Tekstur (%) Pasir 90.74
90.24
Debu 6.44
7.25
Liat
2.51
2.82
*= Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Departemen Pertanian 1983)
Kriteria
Netral
Sangat
rendah
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Rendah
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa tekstur tanah bekas tambang pasir
(kontrol) berupa pasir 90 %, debu 6.44%, dan liat 2.82 % dengan ph 6.36 yang
tergolong Agak asam, nilai KTK 5.94 me/100gram ( rendah), kandungan N total
0.06 % (Sangat rendah), kandungan C-oraganik 0.07% (sangat rendah), kandungan
P 4.12 % (sedang), kandungan unsur K 0.26 me/100 g (rendah), Kandungan Ca 3.35
me/100gram (rendah), kandungan Mg 1.83 me/100gram (sedang). Berdasarkan
analisis unsur hara penambahan pupuk kompos dan arang tempurung kelapa
diperoleh nilai dari tekstur pasir debu dan liat masing-masing sebesar 90.24%,
7.25% dan 2,51% dengan nilai pH sebesar 7.12 yang tegolong netral, nilai
14
kandungan C-organik 0.91 % (sangat rendah), N total 0,10% (rendah), P tersedia
46.20% (tinggi), kandungan unsur K 0.95 me/100gram (tinggi) serta kandungan
unsur-unsur hara lainnya yang tergolong sedang.
Penambahan pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan atau pun
segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologi tanah serta
nutrisi tanaman. (Noverita 2005). Selain itu, arang berperan dalam perbaikan sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahkan arang dapat menyediakan habitat bagi
mikroba (Santi dan Goenadi 2010). Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil kimia tanah
bekas tambang pasir sebelum diberikan perlakuan penambahan pupuk kompos dan
arang tempurung kelapa memiliki pH 6.36 yang artinya tanah tersebut bersifat agak
asam sedangkan setelah diberikan penambahan pupuk kompos dan arang
tempurung kelapa, pH tanah mengalami peningkatan yaitu 7.12 bersifat netral.
Pemberian kompos dapat memperbaiki dan meningkatkan nilai pH, terutaman pada
tanah-tanah yang bersifat masam (Simanungkalit et al. 2006). pH mempengaruhi
serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman, yaitu melalui pengaruh terhadap
tersedianya unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun (Megawati 2013).
Siregar (2004) mengungkapkan bahwa aplikasi arang dapat meningkatkan pH
tanah, serta sering digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah di daerah tropis
karena penambahan arang berfungsi seperti proses pengapuran yaitu arang dapat
menetralisir kemasaman tanah.
Menurut munawar (2011), pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah
adalah 7.0 karena pada pH ini semua unsur hara makro tersedia secara maksimum
sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga mungkin
terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan. C-organik menunjukkan kandungan
bahan organik yang ada di dalam tanah. C-organik ini memiliki peranan yang sangat
penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah (Isminanda
2012). Kandungan C-organik mengalami peningkatan pada perlakuan penambahan
pupuk kompos dan arang tempurung kelapa dari 0,07 % menjadi 0,91 %. Hal ini
berarti pemberian pupuk kompos dan arang tempurung kelapa memiliki kesuburan
tanah yang lebih tinggi di bandingkan kontrol. Penambahan bahan organik tanah
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (Munawar 2011).
Katapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk
menahan kation-kation dan menukarkan kation-kation tersebut (Hardjowigeno
2003). Penambahan kompos juga dapat meningkatkan KTK tanah dari media bekas
tambang pasir yaitu 5.94 me/100 gram menjadi 7.92 me/100 gram, namun
peningkatan yang terjadi masih sedikit dan tergolong dalam nilai KTK yang rendah.
Adanya peningkatan nilai KTK ini disebabkan karena kompos mengandung humus
yang sangat dibutuhkan dalam peningkatan hara makro dan mikro yang sangat
dibutuhkan tanaman. Humus tersebut memiliki nilai KTK yang besar, penyediaan
hara makro dan mikro yang tersedia dalam tanah menjadi lebih lama
(Simanungkalit et al. 2006). Menurut Windu sari et al. (2010), nilai KTK yang
rendah diakibatkan tekstur liat dan koloid organik yang rendah. Sehingga kation
nutrisi mudah telepas karena proses pencucian.
Kandungan unsur hara makro N, P, K, Ca, dan Mg mengalami peningkatan
jika dibandingankan dengan perlakuan kontrol Namun peningkatan yang terjadi
tidak terlalu tinggi dan masih tergolong dalam klasifikasi rendah-sedang.
peningkatan kandungan bahan organik tersebut membuktikan bahwa adanya
pengaruh yang baik yang diberikan oleh perlakuan kompos dan arang pada media
15
bekas tambang pasir terhadap pertumbuhan bibit mahoni. Peningkatan kandungan
unsur hara makro unsur Nitrogen (N) dari 0.03% menjadi 0.07%, namun masih
tergolong rendah. Unsur N yang rendah mengakibatkan sel-sel pada tanaman
menebal karena karbohidrat didepositkan pada sel-sel vegetatif tanaman. Unsur
hara N berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan protein (Hardjowigeno 2003).
Unsur hara fospor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang berperan
penting bagi pertumbuhan tanaman, fungsi hara fospor yaitu untuk pembelahan sel,
mempercepat pematangan buah, dan memperkuat batang (Hardjowigeno 2003).
Kandungan unsur hara P mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 4.12
menjadi 46.20 peningkat yang terjadi cukup tinggi dan tergolong dalam klasifikasi
tinggi. Menurut Soemeinaboedhy dan Tejowulan (2007), adanya penambahan
arang tempurung kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui
kefektifektifan dalam melepaskan unsur hara terutama unsur P. Unsur hara K
(Kalium) merupakan unsur hara terbesar kedua yang diserap oleh tanaman.
Kandungan unsur hara K pada media kontrol meliki nilai yang tergolong rendah
0.26 me/100 gram, dengan adanya penambahan arang tempurung kelapa dan
kompos, unsur hara K mengalami peningkatan yaitu 0.95 me/100 gram (tinggi).
Kalium (K) berfungsi dalam mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, berperan
dalam metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, dan
perkembangan akar (Hardjowigeno 2003).
Kalsium merupakan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) merupakan hara
makro sekunder yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif besar untuk
pertumbuhan tanaman dan perbaikan hara tanah. Kalsium (Ca) berfungsi dalam
penyusunan dinding-dinding sel tanaman dan pembelahan sel (Hardjowigeno
2003). Berdasarkan Tabel 8 kandungan Ca yang tedapat pada kontrol tergolong
rendah 3.35 me/100 gram dan mengalami peningkatan dengan pemberian arang dan
kompos yaitu 10.67 me/100 gram yang tegolong sedang. Kekurang unsur hara Ca
dapat menyebabkan tunas dan akar tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal
(Munawar 2011). Ketersediaan Magnesium di dalam tanah berperan dalam
pembentukan klorofil tanaman. Pada media bekas tambang pasir. Unsur hara Mg
mengalami peningkatan dari 1.83 me/100 gram tergolong rendah menjadi 3.01
me/100 gram yang tergolong sedang.
Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang sedikit. Unsur-unsur yang termasuk dalam unsur hara mikro antara
lain adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn. Unsur hara mikro memiliki peranan yang komplek
dalam nutrisi tanaman, terutama dalam proses fotosintesis. Berdasarkan Tabel 8
menunjukkan bahwa adanya perlakuan pemberian pupuk kompos dan arang
tempurung kelapa dapat meningkatkan ketersediaan kandungan unsur hara mikro
di dalam tanah. Unsur hara Fe mengalami peningkatan dari 27.50 ppm menjadi
42.95ppm. unsur hara Fe berperan dalam berfungsinya sejumlah enzim di dalam
tanaman terutama terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi didalam respirasi dan
fotosintesis (Munawar 2005). Unsur hara Cu mengalami peningkatan dari 1.55 ppm
menjadi 2.73 ppm. Cu (Tembaga) termasuk komponen essensial terutama dalam
sejumlah enzim tanaman. Adanya kandungan Cu yang cukup akan mengkatifkan
enzim-enzim yang ada didalam tanaman khusus nya dalam membantu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Kandungan unsur hara mikro yang berlebihan dapat
menyebabkan keracunan bagi tanaman (Hardjowigeno 2003).
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan pupuk kompos dan arang tempurung kelapa tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi, diameter, berat basah total,
berat kering total dan nisbah pucuk akar dari bibit mahoni yang diamati. Pemberian
pupuk kompos tunggal memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi,
berat basah total, berat kering total, dan nisbah pucuk akar. Pemberian arang
tempurung kelapa tunggal hanya berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah
total. Dosis pemberian pupuk kompos tunggal 100 gram (A4) memberikan respon
terbaik hampir pada semua parameter, kecuali diameter. Pemberian dosis arang
tempurung kelapa 20 gram (B1) memberikan respon terbaik terhadap parameter
berat basah total
Saran
Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan, untuk 1 kg media bekas tambang
pasir. Dosis kompos dan arang tempurung kelapa yang optimal untuk pertumbuhan
bibit mahoni (Swietenia macrophylla King.) adalah 100 gr dan 20 gr. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi untuk bahan acuan masyarakat dalam
upaya pemilihan metode alternatif dalam kegiatan revegetasi lahan bekas tambang
pasir dan adanya informasi serta analisis karaktersitik tanah sebelum penanaman
merupakan hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan penanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Abigail EA and Chidambaran R. 2016. Rice husk as low cost nanosorbent for 2,4dichlorophenoxyaceticacid removal from aqueous solution. Journal
Ecological Engineering. 92(2016): 97-105.
As’ad. 2005. Pengelolaan lingkungan pada penambangan rakyat (studi kasus
penambangan intan rakyat di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan [tesis]. Semarang (ID): Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro.
Campbell NA and Reece JB. 2012. Bilogi Edisi ke-8. Wulandari DT, penerjemah :
Hardani W, Adhita P, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Darmawan J dan Baharsjah JS. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta
(ID): SITC.
Fiona F. 2010. Pemanfaatan arang untuk memperbaiki pertumbuhan semai jabon
(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq pada media subsoil [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
17
Gusmailina dan Pari G. 2002. Pembuatan Arang dan Arang Kompos Bahan Temu
Lapang Peningkatam Kualitas Kayu dari Hutan Rakyat [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademia Akapressindo.
Herianto NM dan Siregar CA. 2004. Pengaruh pemberian serbuk arang terhadap
pertumbuhan bibit A. mangium di persemaian. Jurnal Penelitian Hasil
Konservasi Alam (1): 78-88.
Isminanda A. 2012. Respon pertumbuhan bibit sengon buto pada media tailing PT.
Antam Pongkor dengan penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi
pupuk kandang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Lakitan B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo
Persada.
Lewenusa A. 2009. Pengaruh mikoriza dan bio-organik terhadap pertumbuhan bibit
Cananga odorata (Lamk) Hook. Fet & Thoms [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Mandella ABM. 2010. Pengaruh pupuk limbah agar-agar terhadap pertumbuhan
semai mahoni (Swietenia macrophylla King.) di media tailing tambang emas
PT Antam UPBE Pongkor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Marjenah. 2007. Pertumbuhan tanaman jati ( Tectona grandis L.F) pada beberapa
sistem lahan di Kalimantan. Rimba Kalimantan. 12(1): 43-50.
Megawati NJ. 2013. Pertumbuhan bibit krey payung (Filicium decipiens) pada
media bekas tambang pasir dengan penambahan arang dan pupuk NPK
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Mokany K, Raison RJ, and Prokushkin NS. 2006. Critical analysis of roots shoot
rations in terrestial biomes. Journal of Global Change Biology. 12 : 84-96.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press.
Ningrum EM. 2015. Pertumbuhan semai Gmelina arborea Roxb pada media bekas
tambang silika dengan pemberian pupuk kompos dan arang tempurung kelapa
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Noverita SV. 2005. Pengaruh pemberian nitrogen dan kompos terhadap komponen
pertumbuhan tanaman lidah buaya (Aloe vera). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu
Pertanaian 3 (3): 95-105.
Putri KP dan Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas
semai takir (Duabanga moluccana). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(3) :
141-146.
Roidah. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo. 1(1): 30-42.
Santi LP dan Goenadi DH. 2010. Pemanfaatan biochar sebagai pembawa mikroba
untuk pemantap agregat tanah ultisol dari Taman Bogo-Lampung. Bogor
(ID): Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan.
Santosa AC, Harwati T, dan Siswadi. 2013. Pengaruh pemberian mikoriza
arbuluska dan pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit jati putih
(Gmenlina aroborea Roxb.). Jurnal Inovasi Pertanian. 12 (2): 53-66.
Setiadi Y. 2006. Teknik Revegetasi untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang.
Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertanian UGM. 11 Febuari 2006.
Yogyakarta.
18
Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyiorini D, dan Hartatik W.
2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor (ID): BALAI BESAR
LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Siregar CA. 2004. Pemanfaatan arang untuk memperbaiki kesuburan tanah dan
pertumbuhan Acacia mangium. Di dalam: Prosiding Ekspose Penerapan
Hasil Litbang Hutan dan Konservasi Alam; Palembang, 15 Des 2004.
Palembang: Kelompok Peneliti Konservasi Tanah dan Air. hlm 15–23.
Sitompul SM dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr.
Soemeinaboedhy IN dan Tejowulan RS. 2007. Pemanfaatan berbagai macam arang
sebagai sumber P dan K serta sebagai pembenah tanah. Jurnal Agroteksos.
17(2): 115-121.
Suhartana. 2006. Pemanfaatan tempurung kelapa sebagai bahan baku arang aktif
dan aplikasi nya untuk penjernihan air sumur di Desa Belor Kecamatan
Ngaringan Kabupaten Grobogan. Berkala Fisika. 9(3) : 151-156.
Wasis B dan Fathia N. 2011. Pertumbuhan semai gmelina dengan berbagai dosis
pupuk kompos pada media tanah bekas tambang emas. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika. 17(1): 29-33.
Windusari Y, Haryanti D, Budianto D, Dahlan Z, dan Puryadiyatmika P. 2010.
Karakteristik kimia tailing dan pengaruhnya terhadap vegetasi di kawasan
pengendapan tailing tanggul ganda PT Freeport Indonesia di Kabupaten
Mimika Papua. Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia. hlm 697-705.
Yuniarti N, Heryati Y, dan Rostiwati. 2004. Pengaruh media tanam dan frekuensi
pemupukan kompos terhadap pertumbuhan dan mutu bibit damar (Agathis
loranthifolia Salisb.). Jurnal Agronomi 9(2) : 59-66.
Yuniwati M, Iskandar F, dan Padulemba A. 2012. Optimasi kondisi proses
pembuatan kompos dari sampah dengan cara fermentasi menggunkan EM4.
Jurnal Teknologi. 5(2): 172-181.
Yuwono D. 2007. Kompos. Depok (ID): Penebar Swadaya.
19
Lampiran 1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah.
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung
Barat, pada tanggal 21 April 1995. Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
dari pasangan Bapak Fislamimba (Alm) dan Ibu Yusnani. Z. Penulis memulai
pendidikan formal di Taman Kanak kanak-kanak (TK) Pertiwi (2000-2002), lalu
SDN 1 Liwa (2001-2007), kumudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1
Liwa (2008-2010) dan SMAN 1 Liwa (2010-2013). Pada tahun 2013, penulis lulus
seleksi penerimaan mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN Undangan pada mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif dalam sejumlah organisasi
kemahasiswaan, diantaranya sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Tree Grower
Community (TGC) dan penulis aktif sebagai anggota Pathology group dan
Agroforestry group serta pernah mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA)
Kegiatan lapang yang telah diikuti penulis, yaitu Praktek Pengelolaan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat-Kamojang (2014), Praktek Pengelolaan
Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2015) dan Praktek Kerja Profesi
(PKP) di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (2016).
Penulis melakukan penelitian berjudul Respon Pertumbuhan Bibit Mahoni
(Swietenia macrophylla King.) terhadap Penambahan Arang Tempurung Kelapa
dan Kompos pada Media Bekas Tambang Pasir sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, di bawah bimbingan Dr Ir Basuki Wasis,
MS.
Download