SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PAPA PENERIMAAN PENGHARGAAN DARI KUIL TAISEIKI-JI TANGGAL 26 APRIL 2007 DI JEPANG Yang terhormat Bhikshu Nichinyo Syonin; Yang saya hormati Saudara Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha; Yang saya hormati Pandita Herwinda Aiko Senosoenoto; Para undangan yang berbahagia. Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan anugerah-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini, saya sebagai Menteri Agama Republik Indonesia mendapatkan kehormatan untuk menerima penghargaan dari Kuil Pusat Taiseiki-Ji sebagai pemegang amanat penerus ajaran Buddha Niciren. Oleh karena itu peristiwa ini akan akan menjadi catatan penting dalam perjalanan tugas dan pengabdian saya. Pada kesempatan yang sangat menggembirakan ini juga saya mengucapkan terima kasih atas penganugerahan penghargaan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya. Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan yang baik ini, izinkan saya menyampaikan sketsa kehidupan beragama di Indonesia, sebagai berikut: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk yang terdiri atas berbagai suku, bahasa, budaya dan agama yang berbeda. Ada enam agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, yaitu: Islam (87,2%), Kristen (6%), Katholik (3,6%), Hindu (1,8%), Buddha (1%), Konghucu dan lainnya (0,3%). Negara Republik Indonesia melindungi keberadaan agama dan menjamin kemerdekaan beragama sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Berpijak pada penegasan itu, agama memiliki anti dan peranan penting serta tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Arti dan peranan tersebut antara lain meliputi penempatan agama sebagai sumber motivasi dari setiap perilaku umat manusia, sumber inspirasi umat manusia untuk melakukan karya inovatif, dan sumber integrasi bagi setiap aktivitas manusia dalam berbagai kehidupan baik sebagai orang per orang maupun anggota masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari agama mewujud dan nampak pada perilaku serta berbagai kegiatan, baik yang bersifat ritual maupun sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan perwujudan itu agama berkembang dan menyatu dengan lingkungan serta tradisi kehidupan masyarakat. Hadirin yang terhormat, Bagi masyarakat Indonesia yang majemuk, kerukunan hidup beragama merupakan faktor penting dalam proses integrasi bangsa dan kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena kerukunan merupakan kondisi sosial dimana semua golongan agama dapat hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Mengelola kemajemukan bukanlah persoalan yang mudah. Di satu sisi umat beragama sebagai salah satu komponen bangsa akan berusaha memelihara identitas dan memperjuangkan aspirasinya. Pada sisi lain, mereka juga dituntut untuk memberi andil dalam rangka memelihara kerukunan dan keutuhan bangsa. Dalam kaitan itulah diperlukan kearifan dan kedewasaan di kalangan umat beragama untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan nasional. Karena itulah maka Departemen Agama sebagai bagian dari pemerintah Negara Republik Indonesia yang mengurusi agama mempunyai tugas dan fungsinya demi "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia". Dan untuk mewujudkan hal itu pemerintah menetapkan dua kebijakan pokok, dalam membangun dan memelihara kerukunan umat beragama, yaitu: Pertama, pemerintah Indonesia berupaya memberdayakan masyarakat pada umumnya dan kelompokkelompok agama serta pemuka agama untuk menyelesaikan sendiri masalah-masalah kerukunan umat beragama, seperti pendirian wadah musyawarah antar umat beragama. Pemerintah Indonesia memfasilitasi dan memberi dukungan terhadap berbagai dialog antar umat beragama, pengem-bangan wawasan multikultural, penyuluhan agama berwawasan kerukunan, dan pendidikan agama yang berwawasan kerukunan. Melalui proses dialogis seperti itu akan dapat diidentifikasikan sejumlah hal yang disebut sebagai potensi kerukunan umat beragama dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Kedua, pemerintah Indonesia memberikan rambu-rambu dalam pengelolaan kerukunan beragama, baik yang dilakukan oleh umat sendiri maupun pemerintah. Rambu-rambu ini berupa peraturan perundangan yang mengatur kehidupan warga negara yang mungkin memiliki kepentingan berbeda karena menganut agama yang berbeda, khususnya aturan mengenai kebebasan beribadah, aturan tentang pencegahan penyalahgunaan dan penodaan agama, pedoman tentang penyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada lembaga keagamaan di Indonesia, pedoman penyelenggaraan peringatan hari besar keagamaan, pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian tempat ibadah. Hadirin yang berbahagia, Keberadaan dan ketersediaan peraturan dalam kehidupan kemasyarakatan adalah penting untuk menjaga tetap terbinanya dinamika kehidupan yang harmonis, namun hal yang terpenting dari itu semua adalah kesungguhan dan ketulusan dari semua pihak untuk bersama-sama mengambil bagian dalam menciptakan dan memelihara kerukunan umat beragama dengan mengacu pada suara hati yang terdalam. Banyak masalah yang terkait dengan pembinaan kerukunan umat beragama dapat diselesaikan melalui pembicaraan dari hati kehati dan akal yang jernih dari para pemuka agama. Dan inilah kata kunci dari kesuksesan kami dalam membangun kehidupan harmoni dalam masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia. Semoga pengalaman ini dapat diambil hikmahnya untuk meningkatkan kualitas pembinaan kehidupan dan pergaulan masyarakat luas. Sekian dan terima kasih. Jepang, April 2007 Menteri Agama RI ttd Muhammad M. Basyuni Disampaikan pada Acara Penerimaan Penghargaan dari Kuil Taiseiki-Ji, tanggal 26 April 2007 di Jepang.