PENGARUH PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 KOMPETENSI GURU DAN KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS KELAS VIII SMPN 1 TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Lasini, Imam Sujono, H. Abdul Manab. ABSTRAK. Tujuan peneliltian dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh yang signifikan persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013 terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung (2) untuk mengetahui pengaruh yang signifikanantara kompetensi guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung.(3) untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1Tulungagung.(4) untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara persepsi peserta didik,implementasi kurikuklum 2013 kompetensi guru dan kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung... Populasi penelitian ini adalah kelas VIII SMPN 1 Tulungagung sebanyak 500 peserta didik, sedangkan pengambilan sampel sebesar 15% dari populasi yaitu sebanyak 75 peserta didik.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random sampling. Variabel peneliatian ini terdiri atas (1) variabel X1 yaitu persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013, (2) variabel X2 yaitu persepsi peserta didik tentang kompetensi guru IPS, (3) variabel X3 yaitu persepsi peserta didik tentangkinerja guru, (4) variabel Y yaitu motivasi belajar IPS. Pengambilan data penelitian menggunakan angket tertutup dengan menggunakan empat option. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPSS.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh yang signifikan persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013 terhadap motivasi belajar IPS kelas VII, hal ditunjukkan dengan hasil thitung 7,742 > 1,666, (2) ada pengaruh yang signifikan kompetensi guru IPS terhadap motivasi belajar IPS kelas VIII, hal ini ditunjukkan dengan hasil thitung 3,6999 > 1,666, (3) ada pengaruh yang signifikan kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS kelas VIII, hal ini ditunjukkan dengan hasil thitung 5,111 > 1,666, (4) ada pengaruh yang signifikan persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013, kompetensi guru, kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS kelas VIII SMPN 1 Tulungagung, hal ini dapat dibuktikan hasil uji secara simultan bahwa nilai fhitung 87,732 > ftabel 2,73. Kata Kunci : Implementasi Kurikulum 2013, Kinerja Guru, Kompetensi Guru, Motivasi Belajar PENDAHULUAN 1 Penerapan kurikulum 2013 mulai tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap terus dilakukan oleh pemerintah. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang 2 memuat ruang lingkup materi dan dijadikan pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran.Salah satu karakteristik kurikulum tahun 2013 secara tegas dijelaskan bahwa implementasinya menggunakan pendekatan ilmiah atau scientific approach. Beberapa hasil penelitian selalu menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia hasilnya tidak menggembirakan apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Laporan UNESCO dalam Education for All Global Monitoring Repo (EFA-GMR) Indeks Pembangunan Pendidikan untuk semua atau The Education For ALL Development Index (EDI) Indonesia tahun 2014 berada pada peringkat 57 dari 115. (Humas / Pram Kedeputian 4). Selanjutnya berdasarkan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Kemendikbud, ( 2013:6) dijelaskan bahwa berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari enam level kemampuan yang dirumuskan dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level tiga saja, sementara negara lain yang terlibat dalam studi tersebut dapat mencapai level empat, lima dan enam. Rangking pendidikan tahun 2015 versi OECD (Organisation For Economic Co-Operation and Development). Indonesia berada pada peringkat 69 dari 76 negara yang berpartisipasi dalam Tes PISA tahun 2015. Berdasarkan data diatas Pemerintah melalui Kemendikbud sebagai penentu arah kebijakan pendidikan di negeri ini diharapkan dapat lebih peka dan responsif dalam membaca tantangan ke depan.Proses pembelajaran kurikulum 2013 dapat disepadankan dengan suatu proses ilmiah. Proses pembelajaran ini dipandu oleh nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan kriteria ilmiah. Oleh karena itu kurikulum tahun 2013 mengamanatkan bahwa esensi dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.Pengembangan kurikulum 2013 perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini, baik tantangan internal maupun eksternal. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada delapan standar pendidikan, yaitu meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, santar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan yang lain adalah tantangan 3 eksternal, tantangan ini antara lain adalah perkembangan penduduk. Sumber daya manusia yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal besar bagi pembangunan, namun apabila tidak memiliki kometensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan. Belum lagi tantangan eksternal lainnya yaitu tuntutan kehidupan di masa mendatang yang semakin kompetitif, persepsi masyarakat mengalami perubahan yang mendasar, perkembangan pengetahuan sangat cepat, dan ditambah fenomena negatif yang mengemuka di masyarakat. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah dimulai dari proses mengamati, menanya, melakukan, menganalisis, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Hasil akhir yang diharapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah adanya peningkatan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills), dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dan bermartabat (hard skills). Hasil akhir dari proses pembelajara ini dapat dicapai apabila guru memiliki kompetensi yang baik.Hasil akhir yang diharapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah adanya peningkatan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills), dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dan bermartabat (hard skills). Hasil akhir dari proses pembelajara ini dapat dicapai apabila guru memiliki kompetensi yang baik. Kompetensi adalah perilaku atau sikap untuk melakukan sesuatu yang dilandasi oleh seperangkat pengetahuan dan keterampilan.Hasil kerja guru atau kinerja guru dilakukan penilaian yang lazim disebut penilaian kinerja guru, pelaksanaannya secara teratur setiap tahun diawali dengan penilaian formatif diawal tahun dan penilaian sumatif diakhir tahun secara objektif, adil, akuntabel, bermanfaat, transparan, praktis, berorientasi pada tujuan, beroreintasi pada proses, berkelanjutan, dan bersifat rahasia.Peraturan Pemerintah Nomor: 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat (2) disebutkan bahwa “kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru agar bisa menjadi guru yang profesional dan bermutu.Kompetensi kepribadian menuntut guru harus memiliki integritas dan nilai-nilai 4 yang dapat menunjukkan kejujuran, kebenaran, komitmen, dan disiplin yang dapat menjadi tauladan bagi peserta didik, orang tua, dan masyarakat luas. Guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus menunjukan sikap dan kepribadian yang baik. Guru yang baik adalah guru yang patut digugu dan ditiru. Digugu karena guru diyakini mempunyai ilmu yang bermanfaat bagi kemaslakatan hidup peserta didik, ditiru karena pada diri guru terdapat sikap dan kepribadian yang baik, dan layak untuk diikuti oleh peserta didik, dan masyarakat.Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berinteraksi dan berkomunikasi sosial yang baik dengan warga sekolah maupun warga dimana guru berada. Kemampuan sosial ini dapat dilihat melalui pergaulan sosial guru dengan peserta didik, dengan teman sejawatnya, maupun dengan masyarakat dimana ia berada. Guru dituntut memiliki kemampuan berkolaborasi sesama guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, tenaga kependidikan, lebih-lebih kepada peserta didik.Kompetensi profesional mengharuskan guru menguasai substansi keilmuan yang diberikan dan diajarkan guru kepada peserta didik. Misalnya guru IPS secara substantif bidang Ilmu Pengetahuan Sosial harus dikuasai oleh guru karena penguasaan keilmuan ini sangat menentukan pengetahuan peserta didik di dalam memahami bagaimana ilmu tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Begitu juga para guru mata pelajaran lainnya harus memiliki kompetensi profesional yang sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing.Kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam memahami dinamika proses pembelajaran, pembelajaran yang terjadi didalam kelas harus bersifat dinamis, terjadi karena interaksi atau hubungan komunilkasi timbal balik antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan teman, peserta didik dengan sumber belajar. Dinamisasi pembelajaran terjadi karena dalam satu kelas dihuni oleh multi karakter dan multi dimensi. Hiterogenitas peserta didik dalam kelas akan memerlukan keterampilan guru dalam mendesain program pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013, ditekankan tentang pembelajaran yang dapat menghasilakn peserta didik memiliki kemampuan problem solving, critikal thingking, dan innovative sehingga menuntut guru memahami strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Berbagai macam perangkat yang diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu meliputi implementasi kurikulum 2013 secara konsisten menggunakan pendekatan ilmiah, guru yang kompeten, dan kinerja yang nyata dan baik diharapkan dapat membangkit 5 motivasi belajar peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kinerja guru merupakan hasil kerja yang dilakukan guru secara nyata dalam satu periode tertentu sesuai dengan tugas utama guru. “Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Kemendiknas, 2011:5)Hasil kerja guru atau kinerja guru dilakukan penilaian yang lazim disebut penilaian kinerja guru, pelaksanaannya secara teratur setiap tahun diawali dengan penilaian formatif diawal tahun dan penilaian sumatif diakhir tahun secara objektif, adil, akuntabel, bermanfaat, transparan, praktis, berorientasi pada tujuan, beroreintasi pada proses, berkelanjutan, dan bersifat rahasia.Fungsi utama penilaian kinerja guru adalah untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Dengan demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap guru, yang dapat digunakan sebagai basis untuk merencanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan atau PKB. Motivasi belajar merupakan daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri peserta didik untuk memperoleh perubahan perilaku sesuai tujuan pembelajaran setelah melaksanakan proses pembelajaran. Motivasi adalah “gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbal balik pada diri seseorang baik sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”. (Sardiman, 2006 :2). Motivasi adalah “dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar”.Jenis motivasi belajar menurut Syah, (1999:137) di klasifikasikan kedalam 2 jenis yaitu “motivasi insrtinsik dan motivasi ekstrinsik”. Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya melakukan tindakan belajar, yang tergolong dalam klasifikasi ini adalah perasaan menyenangi materinya dan kebutuhannya terhadap materi tersebut yang berhubungan dengan cita-cita masa depan siswa yang bersangkutan. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu siswa 6 yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar, yang tergolong ke dalam motivasi eksternal adalah : pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah,suri teladan orang tua. (Dimyati dan Mujiono, 2009 : 80). Higard dalam Nasution, (1989:29) mengatakan bahwa “Learning is the procces by wich an activity originates or changed through trainning prosedures (whether laboratory or is the natural environment ) as distinguished from changes by factors not atributable to trainning .“Dari fefinisi tersebut dapat dimaknai bahwa belajar adalah suatu proses yang mana aktivitas atau prosedur perubahan melalui latihan baik di laboratorium maupun dilingkungan alami sebagaimana terlihat perubahan-perubahan yang tidak dapat dihubungkan dengan pelatihan dimaksud. Fenomena yang terjadi di tempat penelitian mengindikasikan bahwa beberapa guru belum konsisten melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Hal ini diindikatori dengan beberapa keluhan guru ketika menggunakan pendekatan ilmiah merasa rumit harus menyiapkan rancangan pembelajaran yang baik, lebih mudah menggunakan metode ceramah. Pada umumnya beberapa guru tidak mau terlalu disibukkan dengan pembuatan rancangan pembelajaran, yang penting pada saat pembejalajaran dilakukan secara serius. Beberapa guru belum mengusai dalam menerapkan model-model pembelajaran yang mendukung pendekatan ilmiah, indikasinya pada saat diskusi di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah ( MGMPS ) belum dapat menjelaskan contoh yang benar langkahlangkah model pembelajaran sepertiStudent Team Achievement Division (STAD ), Team Games Tournament ( TGT) dsb. Begitu juga dari sisi peserta didik, terjadi kecemburuan sosial karena merasa tidak diajar dengan baik ketika guru tidak melakukan ceramah. Peserta didik merasa diperalat oleh guru karena disuruh untuk belajar sendiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar.Dalam hal kompetensi guru, berdasarkan hasil wawancara pada saat diskusi di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah ( MGMPS) beberapa guru beranggapan bahwa penyusunan Rancangan Pembelajaran Pendidikan (RPP) lebih cenderung untuk kepentingan dan kelengkapan administrasi, begitu pula dalam hal pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian yang dilakukan guru, disinyalir lebih mengedepankan untuk kelengkapan formalnya. Selanjutnya dalam kaitannya dengan transparansi hasil Uji Kompetensi Guru ( UKG) tahun 2015, beberapa guru tidak bersedia untuk memberitahukan hasil Uji Kompetensi Guru(UKG) nya. Hal ini mengindikasikan 7 bahwa hasil kompetensi guru berdasarkan uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 disinyalir masih bellum menggembirakan. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Tulungagung tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 500 peserta didik. Populasi Penelitian No. Kelas Jumlah 1 VIII A 38 2 VIII B 38 3 VIII C 38 4 VIII D 38 5 VIII E 39 6 VIII F 38 7 VIII G 38 8 VIII H 40 9 VIII I 40 10 VIII J 40 No. Kelas Jumlah 11 VIII K 38 12 VIII L 37 13 VIII M 38 Jumlah 500 Sumber data : SMP Negeri 1 Tulungagung Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 15% dari jumlah populasi, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 peserta didik. Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random atau acak. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian menggunakan metode angket atau kuesioner. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini dari semua variabel yaitu motivasi belajar peserta didik, implementasi kutrikulum 2013, kompetensi guru, dan kinerja guru semuanya menggunakan angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, kerena pernyataan yang dibuat dalam penelitian tidak memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan 8 tanggapan sesuai dengan keinginan responden. Pengukuran atau penskoran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono, (2010:134) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Pengukuran atau penskoran penelitian ini menggunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.Adapun skor alternatif jawaban tersebut dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut. Skor Alternatif Jawaban Angket Alternatif Jawaban Skor Sangat Setuju 4 Setuju 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: Sugiyono, (2011:94) a. Alternatif jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 4, artinya apabila responden menjawab dengan tegas sangat setuju atas pernyataan tersebut. b. Alternatif jawaban setuju (S) diberi skor 3, artinya apabila responden menjawab dengan tegas setuju atas pernyataan tersebut. c. Alternatif jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2, artinya apabila responden menjawab dengan tegas tidak setuju atas pernyataan tersebut. d. Alternatif jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1, artinya apabila responden menjawab sangat tidak setuju atas pernyataan tersebut. Berdasarkan tabel tersebut dapat dideskripsikan bahwa jumlahpernyataaan yang akan dijawab oleh responden pada setiap variabel penelitian sebanyak dua puluh. Apabila responden menjawab pernyataan dari setiap variabel sangat setuju semua maka skor tertinggi delapan puluh, begitu juga apabila responden menjawab pernyataan dari setiap variabel tidak setuju semua maka akan mendapat skor dua puluh. Jadi skor tertinggi delapan puluh dan skor terendah adalah dua puluh. Teknik analisis data diawali dengan uji prasyarat analisis dengan menggunakan uji asumsi klasik berupa uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji 9 heterokedastisitas. Dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan yaitu Ha 1 : Ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung, Ha 2 : Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi guru terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung, Ha 3 : Ada pengaruh yang signifikan antara kinerja guru terhadap motivasi belajar pesertadidik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung, Ha 4 : Ada pengaruh yang signifikan antara implementasi kurikulum 2013, kompetensi guru,kinerja guru, terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung.Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel depanden.Untuk mengetahui keberartian persamaan regresi ganda atau untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara keseluruhan atau simultan, maka dilakukan uji F, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdapat dalam model terhadap variabel terikat.Peneliti menggunakan bantuan program statistik SPSS 16 for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji coba instrumen dilakukan pada 30peserta didikkelas Tulungagung. VIII di SMPN 1 Pengujian validitas menggunakan bantuan software statistik SPSS 16for Windows yang diinterprestasikan dengan menggunakan tabel nilai r product momentdengan taraf signifikansi 5%. Instrumen dinyatakan valid apabila hasil perhitungan yaitu r hitung> rtabel pada taraf signifikansi 5%, diperoleh 0,361. Untuk menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasayarat untuk menyatakan apakah data yang dikumpulkan memenuhi persyaratan untuk pengujian hipotesis. Uji prasayarat dilakukan dengan uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, serta uji heterokedastisitas. Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data variabel berdistribusi normal atau tidak sebagai persyaratan pengujian hipotesis. Pada prinsipnya, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada suram residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal.Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat memiliki hubungan linier atau 10 tidak.Pengujian multikolineritas dapat dilihat dari nilai Variance Inflatio Factor (VIF) dan nilai toleransi. Sujianto, (2010:79) menjelaskan bahwa jika TOL (Tolerance) berada atau mendekati 1 dan VIF (Varians Inflation Factor) di sekitar 1 maka model regrasi tidak terdapat problem multikolinearitas. Sementara itu deteksi ada tidaknya heteroskedostisitas dapat dilakukandengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y yang telah di prediksi dan sumbu X adalah residual. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Persamaan garis regresi yang diperoleh dari pengujian melalui SPSS dapat dinyatakan dengan persamaanY = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 diperoleh nilai a = 14,980, nilai b1 = 0,351, nilai b2 = 0,251, dan nilai b3= 0,236. dengan penjelasannya sebagai berikut. a) Merupakan konstanta yang besarnya 14,980 menyatakan bahwa jika variabel independen (persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013) sebesar 0 (nol), maka nilai variabel dependen (motivasi belajar peserta didik) sebesar 14,980. b1) Merupakan koefisien regresi dari X1 yaitu sebesar 0,351yang menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel X1 dengan asumsi variabel lain (X2) dan (X3) dianggap konstan maka hal ini akan berpengaruh peningkatan besarnya Y sebesar 0,351. b2) Merupakan koefisien regresi dari X2yaitu sebesar 0,251yang menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel X2dengan asumsi variabel lain (X1) dan (X3) dianggap konstan maka hal ini akan berpengaruh peningkatan besarnya Y sebesar 0,251. b3) Merupakan koefisien regresi dari X3yaitu sebesar 0,236yang menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel X2dengan asumsi variabel lain (X1) dan (X2) dianggap konstan maka hal ini akan berpengaruh peningkatan besarnya Y sebesar 0,236.Selanjutnya, nilai a, nilai b1, nilai b2, nilai b3 dimasukkan ke dalam persamaan garis regresi sehingga dapat disusun persamaan Y= 14,980 + 0,351, + 0,251, + 0,236dengan penjelasan bahwa bila pemahaman peserta didik tentang persepsi implementasi kurikulum 2013 naik sebesar satu satuan dan variabel persepsi peserta didik tentang kompetensi guru dan kinerja guru konstan, maka motivasi belajar IPS peserta didik akan naik sebesar 0,351. Selanjutnya apabila pemahaman peserta didik tentang kompetensi guru naik sebesar satu satuan sementara pemahaman peserta didik tentang persepsi implementasi kurikulum 2013 serta kinerja 11 gurukonstan, maka motivasi belajar IPS peserta didik akan naik sebesar 0,252. Selanjutnya apabila pemahaman peserta didik tentang kinerja guru naik sebesar satu satuan sementara persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013 dan kompetensi guru konstan, maka motivasi belajar IPS peserta didik akan naik sebesar 0,263. Analisis data dalam penelitian ini untuk tahap pertama menggunakan uji t (ujia pasial). Adapun penjelasan tentang uji hipotesis seperti berikut ini. Ho : koefisien regresi adalah tidak signifikan Ha : koefisien regresi adalah signifikan Taraf signifikansi : α 5% = 0,0, daerah kritis : Ho ditolak jika thitung> ttabel Nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1,666. Hasil analisis variabel X1 yaitu persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013 terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung, menggunakan uji t dengan bantuan perhitungan SPSS menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh Nilai thitung (7,742) sedangkan ttabel (1,666). Dengan demikian, berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Perhitungan ini memiliki makna bahwa ada pengaruh yang signifikan persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013terhadap Motivasi Belajar IPS Peserta Didik.Sebagaimana di tuliskan oleh Supardi, (2013: 26-27) Indikator pemahaman kurikulum adalah kemampuan menerapkan, mengembangkan dan mengimplementasikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan menurut Kusnandar, (2007: 233) Kedudukan guru sangat penting dalam implementasi dan pengembangan kurikulum dalam hal implementasi kurikulum guru bertugas mengaktualisasikan kurikulum tertulis kedalam bentuk pembelajaran. Hasil analisis variabel X2 yaitu persepsi peserta didik tentang kompetensi guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung, menggunakan uji t dengan bantuan perhitungan SPSS menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh Nilai 12 thitung (3,699) sedangkan ttabel (1,666). Dengan demikian, berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Perhitungan ini memiliki makna bahwa ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang kompetensi guru IPS terhadap Motivasi Belajar IPS Peserta Didik.Sebagaimana ditulis oleh Kusnandar, (2007: 113) Kurikulum harus dikuasi guru untuk menunjang penguasaan kompetensi dalam memotivasi belajar siswa. Hal senada juga disampaikan oleh Sarimaya,(2009:17). Bahwa kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasi dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesiannya. Hasil analisis variabel X3 yaitu persepsi peserta didik tentang kinerja guru terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung, menggunakan uji t dengan bantuan perhitungan SPSS menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh Nilai thitung (5,111) sedangkan ttabel (1,666). Dengan demikian, berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Perhitungan ini memiliki makna bahwa ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang kinerja guru IPS terhadap Motivasi Belajar IPS Peserta Didik.udjana, (2002: 42) menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan 76,6 % hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru dengan rincian guru memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran 8,60%. Selanjutnya, Depdiknas, (2004 : 11) dijelaskan bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru untuk mendemontrasikan berbagai kecakapan dan kompetensi yang dimiliki. Selanjutnya penelitian ini sejalan dengan pendapatnya Barnawi, (2012 :14) bahwa kinerja guru merupakan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya berdasarkan yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Hasil analisis data uji F yaitu pengaruh persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013, kompetensi guru, kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atas bantuan perhitungan SPSS diperolehhasil Fhitung 87,782> Ftabel 2,74. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan Persepsi Peserta Didik tentang Implementasi Kurikulum 13 2013, Kompetensi Guru, Kinerja Guru Dan Motivasi Belajar IPS Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1 Tulungagung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rofiq, (2011) tentang Pengaruh Kurikulum, Kompetensi Guru dan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA wilayah Jakarta Pusat.Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Hasil analisis koefisien diterminasi, angka R square pada tabel Model Summary hasil SPSS 16 bahwa koefisien korelasi antara persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013, kompetensi guru, dan kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS adalah sebesar 0,887. Sedangkan nilai koefisien determinan (r 2) dari persamaan regresi adalah sebesar 0,788dengan nilai koefisien determinan sebesar 78,8%. Hal ini menunjukkan bahwa 78,8% perubahan Y dipengaruhi oleh X1, X2, dan X3 sedangkan sisanya 21,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar variabel dalam penelitian ini. Persamaan Penelitian ini dengan penelitian diatas adalah menggunakan 4 variabel,menggunakan metode angket,Anlisis data menggunakan Regresi Linier Berganda. Perbedaannya adalah metode menggunakan dokumen . Hasil penelitian lainnya yang mendukung penelitian ini adalah hasil penelitian Widoyoko, (2008) dengan judul Pengaruh Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar di Universitas Muhamadiyah Purworejo Jawa Tengah. Persamaan dengan Penelitian diatas adalah sama – sama menggunakan variabel Pengaruh Kinerja Guru dan Motivasi Belajar, menggunakan metode angket. Perbedaannya adalah menggunakan dua variabel,analisa data regresi linier sederhana. Dan juga didukung oleh hasil penelitiannya Yunus, (2012) tentang Pengaruh Kinerja Guru IPA terhadap Kualitas Pembelajaran di SMP Kabupaten Belitung Timur.Persamaan dengan variabel diatas adalah sama –sama menggunakan variabel Pengaruh kinerja guru terhadap kualitas pemebelajaran,satu variabel yang sama,menggunakan metode angket,perbedaannya adalah menggunakan analisa regresi sederhana. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan judul “Pengaruh Persepsi Peserta Didik tentang Implementasi Kurikulum 2013, Kompetensi Guru, Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar IPS Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1 Tulungagung” dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 14 1. Ada pengaruh yang signifikan pengaruh yang signifikan antara persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013 terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung. Hal ini terbukti dari Ho yang ditolak. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung. Hal ini terbukti dari Ho yang ditolak. 3. Ada pengaruh pengaruh yang signifikan antara kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung Hal ini terbukti dari Ho yang ditolak. 4. Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013, kompetensi guru, kinerja guru terhadap motivasi belajar IPS peserta didik kelas VIII SMPN 1 Tulungagung. Hal ini terbukti dari Ho yang ditolak. Analisis regresi berganda yang dihasilkan adalah Y = a + b 1X1 + b2X2 + b3X3 yaitu Y = 14,980 + 0,351X1 + 0,251X2 + 0,236X3 dengan penjelasan motivasi belajar IPS peserta didik akan naik apabila pemahaman peserta didik tentang implementasi kurikulum 2013, kompetensi dan kinerja guru meningkat. Saran yang dapat peneliti berikan terkait hasil penelitian ini antara lain untuk : 1. Kepala Sekolah Agar selalu mendorong dan memberikan motivasi serta memfasilitasi kepada para guru IPS agar melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah secara benar, meningkatkan kompetensi, dan memiliki kinerja yang baik agar peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran IPS. 2. Kepada Guru IPS Dalam melaksanakan pembelajaran agar secara konsisten menggunakan pendekatan ilmiah secara benar, meningkatkan kompetensi melalui Diklat, Seminar, Workshop, dsb, serta secara konsisten memiliki kinerja yang baik sesuai tugas pokok sebagai pendidik. 3. Kepada Peserta Didik Peserta didik disarankan untuk memiliki motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu syarat dalam belajar. Dengan motivasi yang tinggi maka prestasi kalian dapat meningkat. 15 DAFTAR RUJUKAN Arikunto Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta. Barnawi, 2012. Berprestasi dan Kompetensi Dengan kinerja Guru Sekolah Dasar, Yogyakarta : Angkasa Raya Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Pengembangan Perangkat Penialaian Kinerja Guru. Jakarta: Ditjen dikti, Bag.Proyek P2TK Hamalik Oemar, 2002. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta : Bumi Aksara Hamalik Oemar,2008. Proses Belajar Mengajar,Bandung : PT Bumi Aksara. PERMENDIKBUD RI, Nomor 103 Tahun 2014. Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, PERMENDIKBUD RI, Nomor 104 Tahun 2014, Tentang Penilaian Hasil Belajar BelajarOleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah, Nomor 74 Tahun 2008. Tentang Guru. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang –Undang Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Guru dan Dosen