BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesajahteraan masyarakat; serta menciptakan efesiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, maka diperlukan penyelenggaraan otonomi daerah. Dimana otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan. Penyelenggaraan otonomi daerah tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diubah dengan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UndangUndang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, yang kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui penyediaan sumber-sumber pembiayaan berdasarkan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berupa sistem keuangan yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggungjawab yang jelas antar tingkat pemerintahan. Maka ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah. Untuk melaksanakan dan mendukung Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang kemudian di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 155, disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri, sehingga ditetapkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kemudian diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Meskipun Permendagri 13 Tahun 2006 telah diubah menjadi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, akan tetapi sebagian besar ketentuan-ketentuan dasar mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah masih mengikuti Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 232 ayat 5, disebutkan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggara Pendapatan Belanja Daerah (APBD), entitas pelaporan wajib menyusun laporan keuangan meliputi: Laporan Realisasi Anggaran; Neraca; Laporan Arus Kas; dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi pemerintahan. Oleh karena itu ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pemerintah Kota Kupang yang dalam hal ini sebagai entitas pelaporan yang terdiri atas lebih dari satu entitas akuntansi yang menurut peraturan tentunya wajib menyusun laporan keuangan. Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, Pemerintah Kota Kupang masih menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Basis akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan adalah basis kas menuju akrual. Dimana pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas, sedangakan pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam neraca menggunakan basis akrual. Salah satu laporan keuangan yang wajib disusun oleh Pemerintah Kota Kupang adalah Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan pemerintah daerah untuk memperoleh gambaran tentang mutasi kas akibat dari aktivitas yang dilakukan pemerintah daerah, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran selama satu periode. Dalam laporan arus kas tersebut juga menggambarkan perubahan kas terkait dengan sumber penambahan kas dan penggunaannya, sementara neraca hanyalah merupakan potret posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki pemerintah daerah pada tanggal pelaporan saja, sedangkan laporan realisasi anggaran lebih sekedar menunjukkan tingkat kepatuhan anggaran, tetapi tidak secara spesifik menginformasikan aktivitas pemerintah daerah. Oleh karena itu, diperlukan laporan arus kas untuk memahami dan menilai kinerja keuangan pemerintah daerah terkait dengan aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut. Arus kas bersih dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran Pemerintah Kota Kupang Tahun 2010, 2011, dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Arus Kas Bersih Pemerintah Kota Kupang Tahun 2010 - 2012 Arus Kas Bersih Tahun Aktivitas Operasi (Rp) Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (Rp) 2009 68.636.650.976 (81.643.516.750) 2010 92.596.164.325 (113.298.906.631) 2011 91.890.858.551 (81.370.297.096) Aktivitas Pembiayaan (Rp) 4.271.151.310 Aktivitas Nonanggaran (Rp) 6.726.635.756 2.753.829.412 (11.438.384.678) 1.296.265.199 461.613.825 2012 72.328.452.373 (58.466.472.222) 5.549.516.769 (1.525.047.314) Sumber: Laporan Arus Kas Pemerintah Kota Kupang Tahun 2010, 2011, dan 2012 Dari data pada Tabel di atas dapat diketahui bahwa arus kas bersih Pemerintah Kota Kupang menunjukkan bahwa pada: 1. Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Operasi: - Tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp. 23.959.513.349 atau 34,90% dibandingkan dengan Tahun 2009. - Tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp. 705.305.774 atau 0,76% dibandingkan dengan Tahun 2010. - Tahun 2012 mengalami mengalami penurunan sebesar Rp. 19.562.406.178 atau 21,28% dibandingkan dengan 2011. 2. Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan: - Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 31.655.389.881 atau 38,77% dibandingkan dengan Tahun 2009. - Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp. 31.928.609.535 atau 28,18% dibandingkan dengan Tahun 2010. - Tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp. 22.903.824.874 atau 28,14% dibandingkan dengan Tahun 2011. 3. Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Pembiayaan: - Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.517.321.898 atau 35,52% dibandingkan dengan Tahun 2009. - Tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.457.564.213 atau 52,92% dibandingkan dengan Tahun 2010. - Tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp. 4.253.251.570 atau 328,11% dibandingkan dengan Tahun 2011. 4. Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Nonanggaran: - Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 18.165.020.434 atau 270,04% dibandingkan dengan Tahun 2010. - Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp. 11.899.998.503 atau sebesar 104,03% dibandingkan dengan Tahun 2010. - Tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.986.661.139,00 atau sebesar 430,37% dibandingkan dengan Tahun 2011. Peningkatan atau penurunan arus kas bersih dari: aktivitas operasi; aktivitas investasi aset nonkeuangan; investasi pembiayaan; dan investasi nonanggaran tersebut pada Tahun 2010, 2011, dan 2012 belum dapat menggambarkan secara keseluruhan mengenai membaik atau memburuknya kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang pada Tahun 2010, 2011, dan 2012. Oleh karena itu dibutuhkan informasi dari setiap komponen aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran untuk dianalisis lebih lanjut. Dengan demikian perlu dilakukan analisis Laporan Arus Kas Pemerintah Kota Kupang untuk memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Laporan Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kota Kupang”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas operasi? 2. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas investasi aset nonkeuangan? 3. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas pembiayaan? 4. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas nonanggaran? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas operasi. 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas investasi aset nonkeuangan. 3. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas pembiayaan. 4. Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas nonanggaran. 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Kota Kupang 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan laporan arus kas BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Keuangan Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (2006:2), keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelengaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Dan menurut Mamesah dalam Halim (2002:18), menyatakan bahwa keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan perundang-undangan. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelengaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangundangan. Dimana yang dimaksud dengan semua hak daerah adalah hak untuk memungut sumber-sumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan atau hak untuk menerima sumber-sumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut akan menigkatkan kekayaan daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan semua kewajiban daerah adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut akan menurunkan kekayaan daerah. 2.2 Konsep Laporan Keuangan Menurut Mamduh dan Halim (2002:63), laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan. Menurut Harahap (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dari hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Dan menurut Prasetya (2005:5), laporan keuangan adalah produk manajemen dalam mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah pertanggungjawaban dalam menggunakan sumber daya dan sumber dana dan juga untuk menggambarkan kondisi dari hasil usaha suatu perusahaan guna mengetahui prospek dan resiko perusahaan. 2.3 Peran Laporan Keuangan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:232) menjelaskan bahwa Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu pertode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi: pendapatan yang terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah; belanja yang terdiri dari belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak terduga; transfer yang terdiri dari tranfer/bagi hasil ke desa; dan pembiayaan yang terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan: (a) Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. (b) Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat. (c) Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. (d) Keseimbangan Antargenerasi Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. 2.4 Tujuan Pelaporan Keuangan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:233) menjelaskan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan: (a) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran. (b) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan. (c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai. (d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya. (e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman. (f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan. Tujuan laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah sebagai berikui: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kenerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. 3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya 2.5 Komponen Laporan Keuangan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:233) menjelaskan bahwa laporan keuangan pokok terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. (b) Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. (c) Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. (d) Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. 2.6 Konsep Laporan Arus Kas Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:245) menjelaskan bahwa laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Menurut Bastian (2006:380), laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam satu periode akuntansi, dimana dalam laporan arus kas, perubahan posisi kas akan dilihat dari tiga sisi, yaitu aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi. Menurut Harnanto (2002:129), laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam satu periode akuntansi. Dimana laporan arus kas merupakan laporan keuangan pengganti dari laporan perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan penggunaan dana. Menurut Halim (2004:64), laporan arus kas adalah laporan yang bertujuan menyajikan informasi mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh kas dan menilai penggunaan kas untuk memenuhi kebutuhan daerah. Laporan ini menggambarakan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas daerah dalam satu periode akuntansi Tahun berkenaan. Dari berbagai pengertian laporan arus kas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas merupakan laporan yang memberikan informasi arus masuk kas dan arus keluar kas sehingga dapat diketahui perubahan arus kasnya selama satu periode, dimana terdapat empat komponen aktivitas, yaitu: aktivitas operasi; aktivitas investasi aset non keuangan; aktivitas penganggaran; aktivitas nonanggaran. 2.7 Tujuan Laporan Arus Kas Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:299) menjelaskan bahwa Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Menurut Horngren dan Harrison (2007:94) menyatakan bahwa laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut: 1. Untuk memprediksi arus kas masa depan. 2. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. 3. Memprediksi kemampuan untuk membayar utang dan deviden. 2.8 Manfaat Informasi Arus Kas Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:299) menjelaskan bahwa manfaat informasi arus kas, yaitu: 1. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. 2. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus masuk kas dan arus keluar kas selama periode pelaporan. 3. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas). Mahmudi (2006:187) menjelaskan bahwa laporan arus kas memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya surplus atau defisit anggaran. 2. Untuk memprediksi kemampuan fiskal pemerintah daerah di masa datang terkait dengan kekuatan dan ketahanan fiskal. 3. Untuk memprediksi kesinambungan fiskal pemerintah daerah dalam pemberian pelayanan publik. 2.9 Entitas Pelaporan Arus Kas Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:303) menjelaskan bahwa entitas pelaporan arus kas adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri dari: (a) Pemerintah pusat; (b) Pemerintah daerah; dan (c) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib membuat laporan arus kas. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah. 2.10 Penyajian Laporan Arus Kas Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:303) menjelaskan bahwa laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi. 1. Aktivitas Operasi Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. - Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari: (a) Penerimaan Perpajakan; (b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); (c) Penerimaan Hibah; (d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; dan (e) Transfer masuk. - Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pengeluaran: (a) Belanja Pegawai; (b) Belanja Barang; (c) Bunga; (d) Subsidi; (e) Hibah; (f) Bantuan Sosial; (g) Belanja Lain-lain/Tak Terduga; dan (h) Transfer keluar. Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 2. Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang. - Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari: (a) Penjualan Aset Tetap; (b) Penjualan Aset Lainnya. - Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari : (a) Perolehan Aset Tetap; (b) Perolehan Aset Lainnya. 3. Aktivitas Pembiayaan Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang. - Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain: (a) Penerimaan Pinjaman; (b) Penerimaan Hasil Penjualan Surat Utang Negara; (c) Penerimaan dari Divestasi; (d) Penerimaan Kembali Pinjaman; (e) Pencairan Dana Cadangan. - Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain: (a) Penyertaan Modal Pemerintah; (b) Pembayaran Pokok Pinjaman; (c) Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan (d) Pembentukan Dana Cadangan. 4. Aktivitas Nonanggaran Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasikas antar rekening kas umum negara/daerah. - Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi: (a) penerimaan PFK dan; (b) kiriman uang masuk. - Arus keluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi: (a) pengeluaran PFK dan; (b) kiriman uang keluar. 2.11 Pelaporan Arus Kas Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (2010:306) menjelaskan bahwa entitas pelaporan melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto dari aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan cara: (a) Metode Langsung Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto. (b) Metode Tidak Langsung Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi operasional nonkas, penangguhan atau pengakuan penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi aset nonkeuangan dan pembiayaan. Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Keuntungan penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut: (a) Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di masa yang akan datang; (b) Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan (c) Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat langsung diperoleh dari catatan akuntansi. 2.12 Konsep Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/progam yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Dan menurut Moeheriono (2009:60), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, progam, atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kinerja keuangan pemerintah daerah adalah kemampuan daerah dalam mengelola sumber-sumber keuangan daerah untuk pencapaian suatu kegiatan atau progam guna mendukung pelayanan kepada masyarakat dan pembangaunan daerah sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. 2.13 Konsep Analisis Laporan Arus Kas Menurut Mahmudi (2006:193), laporan arus kas merupakan informasi keuangan yang sangat penting baik bagi manajemen maupun pengguna laporan eksternal, misalnya investor, kreditor, donor, dan masyarakat. Laporan arus kas tersebut mencerminkan kondisi objektif kas, perubahan kas selama satu periode, arus masuk kas dan arus keluar kas yang sangat jelas dapat diuji kebenarannya dengan melihat neraca dan laporan realisasi anggaran. Dalam membaca dan memahami laporan arus kas, fokus perhatian hendaknya tidak ditujukan pada jumlah kenaikan atau penurunan kas dan setara kas selama satu periode, karena jumlah arus kas neto saja kurang memberikan informasi yang bermakna, dan yang paling penting justru adalah informasi dari masing-masing komponen arus kas secara idividual. Untuk itu perlu dilakukan analisis laporan arus kas agar dapat memberikan informasi yang lebih bermakna, terutama dalam menilai kenerja keuangan pemerintah daerah. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis laporan arus kas adalah proses menganalisa laporan arus kas pada setiap komponen aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran guna memperloleh informasi yang lebih bermakna untuk menilai kenerja keuangan pemerintah daerah dari masing-masing keempat aktivitas tersebut. 2.14 Analisis Pertumbuhan Arus Kas Menurut Mahmudi (2006:193), analisis pertumbuhan arus kas bermanfaat untuk mengetahui perkembangan atau pertumbuhan kas dari masing-masing aktivitas selama beberapa Tahun. Dimana pertumbuhan dari setiap komponen laporan arus kas dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut: Pertumbuhan Tahunt = Arus Kas Tahunt – Arus Kas Tahunt-1 x 100% Arus Kas Tahunt-1 1. Pertumbuhan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi - Arus kas bersih dari aktivitas operasi yang tumbuh meningkat dari Tahun ke tahun memberikan sinyal adanya kinerja keuangan pemerintah daerah yang semakin baik, karena menunjukkan bahwa pemerintah daerah memiliki kemandirian dana yang semakin besar dalam membiayai kegiatan operasional rutinnya. Dimana peningkatan arus kas bersih dari aktivitas operasi menandakan pertumbuhan dari arus masuk kas aktivitas operasi yang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan arus keluar kas aktivitas operasi. - Arus kas bersih dari aktivitas operasi yang tumbuh menurun dari Tahun ke tahun memberikan sinyal adanya kinerja keuangan pemerintah daerah yang semakin buruk, karena menunjukkan bahwa pemerintah daerah memiliki kemandirian dana yang semakin kecil dalam membiayai kegiatan operasional rutinnya. Dimana penurunan arus kas bersih dari aktivitas operasi menandakan pertumbuhan dari arus masuk kas aktivitas operasi yang lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan arus keluar kas aktivitas operasi. 2. Pertumbuhan Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan - Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan yang tumbuh meningkat dari Tahun ke tahun memberikan sinyal adanya kinerja keuangan pemerintah daerah yang semakin buruk, karena menunjukkan adanya pertumbuhan aset tetap yang semakin menurun. Dimana peningkatan arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan menandakan pertumbuhan arus masuk kas aktivitas investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan arus keluar kas aktivitas investasi. - Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan yang tumbuh menurun dari Tahun ke tahun memberikan sinyal adanya kinerja keuangan pemerintah daerah yang semakin baik, karena menunjukkan adanya pertumbuhan aset tetap yang semakin meningkat. Dimana peningkatan arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan menandakan pertumbuhan arus masuk kas aktivitas investasi yang lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan arus keluar kas aktivitas investasi. 3. Pertumbuhan Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan - Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan yang tumbuh meningkat menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan penerimaan pembiayaan yang lebih besar dibanding dengan pertumbuhan pengeluaran pembiayaan. Arus kas bersih yang meningkat memberikan sinyal kinerja keuangan yang baik apabila pemerintah mengalami defisit anggaran. Sedangkan arus kas bersih yang meningkat memberikan sinyal kinerja keuangan yang buruk apabila pemerintah mengalami surplus anggaran. - Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan yang tumbuh menurun menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan penerimaan pembiayaan yang lebih kecil dibanding dengan pertumbuhan pengeluaran pembiayaan. Arus kas bersih yang menurun memberikan sinyal kinerja keuangan yang baik apabila pemerintah mengalami surplus anggaran. Sedangkan arus kas bersih yang menurun memberikan sinyal kinerja keuangan yang buruk apabila pemerintah mengalami defisit anggaran. 4. Pertumbuhan Arus Kas Dari Aktivitas Nonanggaran. - Arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran yang tumbuh meningkat dari Tahun ke tahun memberikan sinyal adanya kinerja keuangan pemerintah daerah yang semakin buruk, karena menunjukkan adanya pertumbuhan utang PFK yang lebih besar. Dimana peningkatan arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran menandakan pertumbuhan arus masuk kas aktivitas nonanggaran yang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan arus keluar kas aktivitas nonanggaran. - Arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran yang tumbuh menurun dari Tahun ke tahun memberikan sinyal adanya kinerja keuangan pemerintah daerah yang semakin baik, karena menunjukkan adanya pertumbuhan utang PFK yang lebih kecil. Dimana penurunan arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran menandakan pertumbuhan arus masuk kas aktivitas nonanggaran yang lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan arus keluar kas aktivitas nonanggaran. 2.15 Analisis Arus Kas Untuk Setiap Komponen Menurut Mahmudi (2006:193), analisis arus kas untuk seiap komponen, meliputi: 1. Analisis Arus Kas Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi menggambarkan perjalanan keluar masuk kas untuk kegiatan operasional pemerintah daerah. Kas dari operasi (KDO) mengukur jumlah kas yang dihasilkan oleh pemerintah daerah sebagai konsekuensi dilakukannya aktivitas operasional rutin pemerintah daerah terkait dengan penyediaan pelayanan publik. - Arus kas bersih dari aktivitas operasi yang bersaldo positif memberikan sinyal adanya kinerja keuangan pemerintah yang baik. Arus kas bersih yang bersaldo positif tersebut akan dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk sumber pembiayaan daerah dalam rangka mengembalikan pinjaman daerah, menambah investasi daerah, atau memberi subsidi bagi masyarakatnya. Arus kas bersih dari aktivitas operasi yang bersaldo positif juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah memiliki kemandirian dana yang cukup untuk membiayai kegiatan operasional rutinnya. - Arus kas bersih dari aktivitas operasi yang bersaldo negatif memberikan sinyal adanya kinerja keuangan yang buruk. Untuk menutup arus kas bersih yang bersaldo negatif, pemerintah perlu melakukan penerimaan pembiayaan berupa penggunaan SiLPA Tahun lalu, pencairan dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pinjaman dalam negeri. Arus kas bersih dari aktivitas operasi yang bersaldo negatif juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah tidak memiliki kemandirian dana yang cukup untuk membiayai kegiatan operasional rutinnya 2. Analisis Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan Arus kas dari aktivitas investasi menggambarkan pengeluaran kas untuk memperoleh aset tetap baru atau menambah kapasitas aset tetap lama serta penerimaan kas dari penjualan aset tetap lama. - Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan yang bersaldo positif memberikan sinyal adanya kinerja keuangan yang buruk. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah telah melakukan kegiatan penghentian atau penjualan aset tetap yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan kegiatan penambahan aset tetap. Arus kas bersih yang bersaldo positif menunjukkan adanya Arus masuk kas investasi yang lebih besar dibangdingkan dengan arus keluar kas investasi. Arus kas bersih yang bersaldo positif juga menunjukkan adanya pertumbuhan aset tetap yang negatif. - Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan yang bersaldo negatif memberikan sinyal adanya kinerja keuangan yang baik. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah telah melakukan kegiatan penghentian atau penjualan aset tetap yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan penambahan aset tetap. Arus kas investasi yang bersaldo negatif menunjukkan adanya Arus masuk kas investasi yang lebih kecil dibandingkan dengan arus keluar kas investasi. Arus kas bersih dari aktivitas investasi yang bersaldo negatif juga menunjukkan adanya pertumbuhan aset tetap yang positif. 3. Analisis Aktivitas Pembiayaan Arus kas dari aktivitas pembiayaan menggambarkan arus kas yang terkait dengan struktur ekuitas pemerintah daerah, yaitu struktur ekuitas dana dan kewajiban. - Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan yang bersaldo positif menunjukkan bahwa pemerintah menggunakan instrumen penerimaan pembiayaan yang lebih besar dibanding dengan pengeluaran pembiayaan. Arus kas bersih bersaldo positif memberikan sinyal kinerja keuangan yang baik apabila pemerintah mengalami defisit anggaran. Sedangkan arus kas bersih bersaldo positif memberikan sinyal kinerja keuangan yang buruk apabila pemerintah mengalami surplus anggaran. - Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan yang bersaldo negatif menunjukkan bahwa pemerintah menggunakan instrumen penerimaan pembiayaan yang lebih kecil dibanding dengan pengeluaran pembiayaan. Arus kas bersih bersaldo negatif memberikan sinyal kinerja keuangan yang baik apabila pemerintah mengalami surplus anggaran. Sedangkan Arus kas bersih bersaldo negatif memberikan sinyal kinerja keuangan yang buruk apabila pemerintah mengalami defisit anggaran. 4. Analisis Aktivitas Nonanggaran Arus kas dari aktivitas nonanggaran menggambarkan penerimaan kas dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pemerintah. - Arus kas dari aktivitas nonanggaran yang bersaldo positif menandakan adanya penerimaan PFK yang lebih besar dari pada Pengeluaran PFK, dengan begitu utang PFK pemerintah daerah semakin meningkat. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan pemerintah yang semakin buruk. - Arus kas dari aktivitas nonanggaran yang bersaldo negatif menandakan adanya Penerimaan PFK yang lebih kecil dari pada Pengeluaran PFK, dengan begitu hutang PFK pemerintah daerah semakin menurun. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan pemerintah yang semakin baik. 2.16 Analisis Arus Kas Bebas Menurut Menurut Mahmudi (2006:193), Arus kas bebas adalah arus kas operasi dikurangi dengan pengeluaran kas untuk belanja modal yang terdapat pada aktivitas investasi. Arus kas bebas menunjukkan jumlah uang yang masih tersisa setelah pemerintah menjalankan operasional pokoknya dan melakukan belanja modal dalam rangka kesinambungan pelayanan dan peningkatan kapasitas pelayanan. Arus kas bebas dapat dihitung sebagai berikut: Arus Kas Bebas = Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi – Arus Keluar Kas Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (Belanja Modal) Analisis arus kas bebas dimaksudkan untuk mengukur ketersediaan kas pemerintah daerah yang bebas penggunaannya sesuai dengan kebijakan daerah untuk pemenuhan kewenangan pilihannya setelah dilakukan pengeluaran kas dalam rangka pelaksanaan kewenangan wajibnya. Pemerintah daerah dengan kinerja keuangannya yang baik memiliki arus kas bebas yang positif yang berarti pemerintah daerah memiliki kelebihan kas yang dapat digunakan untuk menambah dana cadangan, melunasi utang daerah, atau melakukan investasi daerah dalam bentuk penyertaan modal. Semakin besar nilai arus kas bebas, maka semakin baik kinerja keuangan pemerintah daerah. Sedangkan pemerintah daerah dengan kinerja keuangannya yang buruk memiliki arus kas bebas yang negatif yang berarti pemerintah mengalami kekurangan kas, sehingga dibutuhkan penerimaan pembiayaan untuk menutup kekurangan kas tersebut. 2.17 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis laporan arus kas pemerintah daerah yang dilakukan oleh: 1. Minggus, Edwinda (2005) dengan judul “Analisis Arus Kas Pada Setda Kabupaten Belu”. Skripsi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana analisis aus kas pada Setda Kabupaten Belu?”, dan tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui Analisis arus kas pada Setda Kabupaten Belu. Untuk analisa data digunakan teknik analisis deskriptif. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: 1) Arus kas dari aktivitas Operasi Kas masuk dari aktivitas operasi yang mengalami peningkatan penerimaan paling besar pada Tahun 2004-2005 adalah penerimaan dari Dana Perimbangan, yaitu penerimaan dari DAU dan DAK. Jumlah perubahan kas masuk dari aktivitas operasi yang mengalami penurunan penerimaan paling besar pada Tahun 2004-2005 adalah pengeluaran Belanja Barang. Kas keluar dari aktivitas operasi yang mengalami penurunan pengeluaran paling besar adalah pengeluaran Bantuan Sosial. 2) Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan Pada Tahun 2004-2005 tidak ada transaksi kas masuk yang menambah atau mengurangi kas. Jumlah perubahan kas keluar yang mengalami peningkatan penerimaan paling besar pada atahun 2004-2005 adalah pengeluaran untuk pembuatan gedung dan bangunan, jalan, irigrasi, dan jaringan. 3) Arus kas dari aktivitas pembiayaan Pada Tahun 2004-2005 tidak ada transaksi kas yang menambah peningkatan kas sedangkan kas masuk dari aktivitas pembiayaan yang mengalami penurunan penerimaan palinga besar pada Tahun 2004-2005 adalah lain-lain pembiayaan penerimaan. Kas keular dari aktivitas pembiayaan yang mengalami peningkatan pengeluaran paling besar pada Tahun 2004-2005 adalah peningkatan pembentukkan dana cadangan. 4) Arus kas dari aktivitas nonanggaran Pada Tahun 2004-2005 tidak ada transaksi yang terjadi dari aktivtias nonanggaran. 2. Segau, Albertus (2009) dengan judul “Analisis Arus Kas Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai”. Skripsi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Masalah yang dihadapi dalam penelitian tersebut adalah “Mengapa terjadi peningkatan arus kas bersih dari aktivitas operasi Tahun Anggaran 2007, peningkatan defisit jumlah arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan Tahun Anggaran 2007, penurunan defisit jumlah arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan Tahun Anggaran 2007, dan penurunan jumlah arus kas bersih aktivitas nonanggaran Tahun Anggaran 2007 pada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai?”. Dan tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya peningkatan arus kas bersih dari aktivitas operasi Tahun Anggaran 2007, peningkatan defisit jumlah arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan Tahun Anggaran 2007, penurunan defisit jumlah arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan Tahun Anggaran 2007, dan penurunan jumlah arus kas bersih aktivitas nonanggaran Tahun Anggaran 2007 pada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai. Untuk analisa data digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: 1) Arus kas dari aktivitas operasi Terjadi peningkatan jumlah arus bersih dari aktivitas operasi Tahun 2007 disebabkan karena terjadi peningkatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana penyesuaian, pendapatan hibah, dan pendapatan lainnya. 2) Arus kas aktivitas investasi aset nonkeuangan Terjadinya peningkatan jumlah defisit dari aktivitas investasi aset nonkeuangan pada Tahun 2007 disebabkan karena adanya peningkatan belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, dan belanja jalan irigrasi dan jaringan. 3) Arus kas dari aktivitas pembiayaan Terjadinya penurunan jumlah defisit dari aktivitas pembiayaan pada Tahun 2007 disebabkan karena terjadi penurunan pengeluaran jumlah arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan yang terdiri dari penurunan penyertaan modal dan pembayaran utang jatuh tempo. 4) Arus kas dari aktivitas nonanggaran Terjadinya penurunan jumlah arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran pada Tahun 2007 disebabkan karena terjadi peningkatan pengeluaran perhitungan pihak ketiga yang terdiri dari peningkatan pajak pertambahan nilai, PPh pasal 21 dan PPh pasal 22. 5) Selisih arus kas Jumlah saldo akhir kas pada Tahun 2007 mengalami penurunan yang disebabkan karena jumlah kas di kas daerah pada Tahun 2007 mengalami penurunan. Sedangkan jumlah kas di Bendahara Pengeluaran dan jumlah kas di Bendahara Penerimaan pada Tahun 2007 meningkat. 3. Yanti, Rahma (2010) dengan judul “Analisis Laporan Arus Kas Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Banjarmasin”. Skripsi Universitas Negeri Banjarmasin. Masalah yang dihadapai dalam penelitian tersebut adalah “Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Banjarmasin?”. Dan tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dan mengukur kinerja keuangan Pemerintah Kota Banjarmasin. Untuk analisa data digunakan teknik analisis common size dan analisis rasio kinerja keuangan. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: 1) Hasil dari analisis common size memperlihatkan bahwa Tahun 2002, 2003, dan 2004 yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total penerimaan kas adalah arus kas bersih dari aktivitas operasi. Kenailkan kas bersih paling besar serta menunjukkan kinerja keuangan yang paling bagus adalah pada Tahun 2003. 2) Hasil dari analisis rasio kinerja keuangan memperlihatkan bahwa: a. Tingkat ketergantungan pada berbagai sumber selama tiga tahun tersebut menunjukkan keadaan yang cukup bagus karena, rasio seluruh aktivitas memperlihatkan kenaikan dan penurunan yang cukup stabil. b. Tingkat kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman jangka panjang menujukkan keadaan yang cukup bagus karena rasionya semakin menurun selama tiga tahun tersebut. c. Tingkat kecukupan arus kas untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan menunjukkan keadaan yang cukup bagus, walaupun rasio reinvestasi mengalami kenaikan selama tiga tahun tersebut, tetapi masih dalam batas yang wajar. d. Tingkat efisiensi menunjukkan keadaan yang kuang bagus, karena rasionya mengalami penurunan dari Tahun 2004. e. Tingkat likuiditas menunjukkan keadaan yang cukup baguswalaupun rsionya tidak mencapai angka 1, artinya belum sepenuhnya dapat menutupi utang lancarnya, tetapi rasio tersebut mengalami peningkatan selama tiga tahun. Dalam penelitian terdahulu di atas, telah dijelaskan penyebab kenaikan atau penurunan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran, serta telah digambarkan hasil dari analisis common size dan analisis rasio kinerja keuangan. Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang ditinjau dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. 2.18 Kerangka Pemikiran Pemerintah Kota Kupang yang dalam hal ini sebagai entitas pelaporan yang terdiri atas lebih dari satu entitas akuntansi yang menurut peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang salah satunya adalah laporan arus kas. Laporan arus kas merupakan informasi laporan keuangan yang sangat penting baik bagi manajemen maupun pengguna laporan keuangan eksternal, misalnya invertor, kreditur, donor, dan masyarakat dalam menilai kinerja pemerintah khususnya dalam memberikan pelayanan publik. Dimana laporan arus kas mencerminkan kondisi objektif kas, perubahan selama satu periode, arus masuk dan arus keluar selama satu periode yang diklasifikasi dalam empat komponen aktivitas, yaitu: aktivitas operasi, aktivitas investasiaset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. Dalam membaca dan memahami laporan arus kas, fokus perhatian tidak hanya ditujukan pada jumlah kenaikan atau penurunan pada arus kas bersih dari keempat aktivitas karena arus kas bersih saja kurang memberikan informasi yang bermakna, tetapi yang sangat penting untuk diperhatikan adalah informasi dari masing-masing komponen arus kas secara individual. Untuk itu perlu dilakukan analisis Laporan Arus Kas dalam menilai kinerja keuangan Pemerintah Kota Kupang dari setiap komponen aktivitas operasi, aktivitas investasiaset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran dengan menggunakan teknik analisis pertumbuhan arus kas bebas, analisi arus kas untuk setiap komponen, dan analisis arus kas bebas. Berikut merupakan bagan dalam kerangka penelitian ini: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Pemerintah Kota Kupang Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan Arus Kas Bebas Aktivitas Pembiayaan Aktivitas NonAnggaran 1. Analisis pertumbuhan arus kas 2. Analisis arus kas untuk setiap komponen Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Kupang