BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang sedang berkembang memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil dan cenderung meningkat. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ditunjang dari adanya peningkatan jumlah pemasukan dari berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri pengolahan. Dalam sektor ini terdapat banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang tersebut. Tidak sedikit dari beberapa perusahaan tersebut adalah perusahaan milik Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk juga BUMN bertanggungjawab kepada stakeholder. Pertanggungjawaban tersebut salah satunya adalah dalam bentuk laporan keuangan tahunan yang diberikan pada akhir periode akuntansi, yang biasanya jatuh pada tanggal 31 Desember. Laporan keuangan perusahaan adalah sebuah hasil dari catatan historis akuntansi mengenai transaksi yang dilakukan perusahaan dan mencerminkan bagaimana perusahaan berjalan selama satu tahun periode kebelakang, memperlihatkan posisi finansial perusahaan, dan rugi labanya perusahaan tersebut. Laporan keuangan perusahaan perlu dibuat secara relevan dan reliabel agar dapat menyajikan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Namun, tidak sedikit dari perusahaan-perusahaan tersebut yang masih melakukan kesalahan dalam melakukan pencatatan akuntansi yang akan berakibat 2 pada kesalahan dalam penyajian laporan keuangan. Kesalahan dalam pencatatan akuntansi mengakibatkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi bias. Hal ini dikarenakan laporan keuangan perusahaan tersebut tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Terdapat berbagai macam bentuk kesalahan pencatatan akuntansi. Salah satu bentuk kesalahan pencatatan akuntansi adalah kesalahan pengklasifikasian dan pencatatan akuntansi sewa aktiva. Perusahaan-perusahaan di atas tentu memiliki jumlah aktiva yang besar. Namun, belum tentu seluruh aktiva adalah hasil dari pembelian. Terdapat beberapa aktiva yang disewa perusahaan dari entitas tertentu untuk menghemat pembiayaan. Sayangnya, masih terdapat beberapa perusahaan yang salah dalam mengklasifikasikan sewa tersebut. Kesalahan dalam pengklasifikasian sewa akan berakibat pada kesalahan pencatatan akuntansi. Kesalahan tersebut dapat terjadi dikarenakan manajemen tidak benar-benar paham bagaimana perlakuan akuntansi sewa yang benar, atau dapat juga dikarenakan manajemen memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sewa dalam akuntansi menurut PSAK 30 dikategorikan menjadi dua, yaitu dari pihak lessee dan lessor. Kedua kategori tersebut memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Klasifikasi sewa dari pihak lessee terdiri dari Finance Lease dan Operating Lease. Sedangkan dari pihak lessor terdiri dari Sales Type Lease, Direct Financing Lease, Leverage Lease, dan Operating Lease. Bagi lessee, penerapan finance lease dan operating lease akan menimbulkan hasil yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan laba rugi. Metode 3 finance lease akan memunculkan hasil laba yang lebih kecil pada neraca, hal tersebut dikarenakan finance lease mencatat beban yang lebih banyak, yaitu beban amortisasi dan beban bunga. Sementara itu, operating lease hanya mencatat beban sewa yang jumlahnya sama setiap periode sewa. Penerapan finance lease juga menimbulkan kewajiban yang lebih besar pada neraca lessee. Hal ini dikarenakan pada metode finance lease aktiva yang disewa dicatat pada sisi debet sebagai aktiva sewa, dan mencatat kewajiban sewa pada sisi kredit. Dengan begitu, akan ada perbedaan perhitungan rasio keuangan yang berhubungan dengan kewajiban jika dibandingkan dengan metode operating lease. Oleh sebab itu, terdapat beberapa perusahaan yang tidak menerapkan klasifikasi sewa dengan benar. Klasifikasi sewa yang seharusnya dicatat sebagai finance lease, secara dengan sengaja hanya dicatat sebagai operating lease, karena perusahaan tersebut tidak ingin mereduksi laba yang ada pada neraca dan tidak ingin rasio keuangan yang berhubungan dengan kewajiban menjadi lebih rendah. Kesalahan pengklasifikasian tersebut berakibat pada kesalahan pencatatan akuntansi, sehingga pada akhirnya terdapat kesalahan pada laporan keuangan perusahaan dan laporan keuangan tersebut tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Penerapan pengklasifikasian dan pencatatan akuntansi sewa aktiva perlu dilakukan secara konsisten sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK No. 30 mengenai sewa, guna menghindari kesalahan penyajian laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi sebuah 4 perusahaan harus dapat dengan jelas menggambarkan sumber-sumber ekonomi, kewajiban perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan perubahan atas sumber ekonomi dan kewajiban tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk membuat analisis mengenai pengklasifikasian dan pencatatan akuntansi sewa aktiva guna menghindari kesalahan penyajian laporan keuangan dengan judul “Analisis Misstatement Akuntansi Sewa Pembiayaan Sesuai Dengan PSAK no. 30”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengklasifikasian dan pencatatan akuntansi sewa aktiva tetap yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim Tbk selama periode sewa? 2. Apakah pengklasifikasian dan pencatatan akuntansi sewa aktiva di PT Pupuk Kaltim Tbk sudah sesuai dengan PSAK 30? Jika tidak sesuai dengan PSAK No. 30, apa motif dari PT Pupuk Kaltim Tbk dalam menerapkan perlakuan akuntansi sewa tersebut? 3. Bagaimana dampak pencatatan akuntansi sewa aktiva tetap PT Pupuk Kaltim Tbk terhadap laporan keuangan perusahaan? 4. Bagaimana pengklasifikasian dan pencatatan akuntansi sewa aktiva tetap yang sesuai dengan PSAK No. 30? 5 1.3 Batasan Masalah Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan spesifik, maka penelitian ini menggunakan batasan masalah sebagai berikut. 1. Perlakuan akuntansi sewa aktiva tetap yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim Tbk selaku lessee yang bergerak dalam industri pupuk kimia. 2. Satu unit kendaraan yaitu Nissan X-Trail yang disewa dari PT Kaltim Multi Boga Utama, dan 6.000 unit palet kayu two way yang disewa dari PT Pukati Niaga Sejahtera. 3. Periode sewa selama lima tahun terhitung mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2017. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Menguji apakah pencatatan akuntansi sewa aktiva tetap yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim Tbk selama periode sewa sudah sesuai dengan PSAK No. 30. 2. Menguji motif PT Pupuk Kaltim Tbk dalam menerapkan pencatatan akuntansi sewa aktiva tetap yang tidak sesuai dengan PSAK No. 30. 3. Menguji dampak pencatatan akuntansi sewa aktiva tetap PT Pupuk Kaltim Tbk terhadap laporan keuangan perusahaan. 6 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai beikut. 1. Bagi PT Pupuk Kaltim Tbk, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mengetahui pengungkapan akuntansi sewa yang sesuai dengan ketentuan dan standar akuntansi yang tepat. 2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai bagaimana praktek akuntansi sewa diberlakukan sesuai dengan PSAK No. 30.