manajemen stress bagi pekerja kemanusiaan

advertisement
Save the Children,
Indonesia Field Office
MANAJEMEN STRESS BAGI
PEKERJA KEMANUSIAAN
Disusun Oleh:
Nathanael Sumampouw & Ibnu Mundzir
Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI
Pusat Krisis
Fakultas Psikologi UI
Daftar Isi
1. Mengenali Stres Sebagai Bagian dari Kehidupan
Reaksi Stres
Stres Tidak Selalu Berdampak Negatif
2
3
5
2. Pekerja Kemanusiaan: Situasi Sulit dan Tantangannya
Bekerja Sebagai Pekerja Kemanusiaan
Pekerja Kemanusiaan dan Kehidupan Pribadinya
Kejenuhan (Burn-out)
Stres atau Trauma Sekunder
Kelelahan Kepedulian (Compassion fatigue)
8
8
11
13
16
17
3. Kita Punya Kendali terhadap Stres
Pentingnya Mengelola Masalah dan Kesulitan
Intervensi 1: Intervensi Terhadap Situasi Kehidupan
Intervensi 2: Intervensi Persepsi
Intervensi 3: Intervensi Respons Emosi
Intervensi 4: Intervensi Respons Fisik/Faali
19
19
21
24
25
25
4. Memecahkan Masalah yang Dialami
27
5. Pikiran atau Keyakinanku Mempengaruhiku
Proses Penciptaan Selalu Terjadi Dua Kali
Pengalaman
Pemikiran
Konsekuensi
Berhenti Berpikir
Positive Self Talk
Ketika Kegagalan Terus Dialami
33
33
34
35
36
39
6. Relaksasi dan Olahraga untuk Meningkatkan Kesehatan Fisik dan
Mental
Relaksasi
Olahraga
40
40
45
7. Daftar Pustaka
46
1
Mengenali Stres Sebagai Bagian dari Kehidupan1
Istilah ‘stres’ sudah sejak lama kita gunakan dalam pembicaraan seharihari. Stres adalah suatu keadaan tidak nyaman pada seseorang karena adanya
perubahan dalam diri atau lingkungan yang menuntut adanya penyesuaian.
Seseorang dituntut untuk menyesuaikan diri karena keadaan stres membebani
sumber daya orang tersebut dan mengganggu kesejahteraannya.
Stres merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Hal ini terjadi karena kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
perubahan yang terjadi di lingkungan maupun diri sendiri. Karenanya, setiap orang
pasti pernah mengalami stres.
Setiap orang memiliki pengalaman hidup yang unik. Karenanya, setiap orang
sumber stres yang berbeda dari orang lain. Sumber stres seseorang sangatlah
bervariasi. Sumber stres dapat berupa:
1.
Stres yang bersifat ringan yang dapat bersumber dari kegiatan sehari-hari,
misalnya harus bangun pagi dan berangat ke tempat kerja dengan terburuburu.
2.
Stres yang berat yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi secara
mendadak dan melampaui batas kesiapan seseorang, misalnya: kehilangan
orang terdekat karena kecelakaan atau karena hilangnya harta benda
karena bencana alam yang dahsyat.
3.
Stres kumulatif yang disebabkan oleh keadaan tidak menyenangkan yang
terjadi secara terus–menerus sehingga akhirnya terasa sangat berat
bebannya, seperti menderita suatu penyakit kronis atau hidup di daerah
konflik bersenjata.
Selain pengalaman negatif, pengalaman positif juga dapat menjadi sumber
stres. Misalnya, seorang laki-laki yang baru saja menikah merasa khawatir apakah
dirinya dapat menghidupi keluarganya setelah menikah. Seorang staf muda yang
mendapatkan kenaikan jabatan mengatakan bahwa dirinya mengalami sulit tidur
karena merasa enggan menjadi atasan dari senior-seniornya yang jauh lebih tua
dan lebih berpengalaman dari dirinya.
1
Disusun oleh Nathanel Sumampow, Staf Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI
2
Reaksi Stres
Sumber stres yang berbeda dapat menimbulkan reaksi atau penghayatan
stres yang berbeda. Secara umum, reaksi stress dalam diri seseorang tampil dalam
empat aspek yaitu: aspek fisik, aspek emosi, aspek pikiran dan aspek perilaku.
1. Aspek Fisik
Reaksi fisik seseorang dalam menghadapi stress merupakan reaksi yang paling
sulit dikendalikan. Reaksi fisik terjadi secara otomatis. Dalam menghadapi
stress, reaksi fisik yang dialami seseorang tampil sebagai reaksi yang dapat
diamati oleh orang lain maupun reaksi yang hanya dirasakan dan diketahui oleh
seseorang yang mengalaminya. Contoh reaksi fisik adalah: peningkatan detak
jantung, munculnya keringat, ketegangan pada otot, sakit kepala dan gangguan
tidur.
2. Aspek Pikiran
Aspek pikiran terdiri dari keadaan dan isi pikiran seseorang. Contoh keadaan
pikiran yang dipengaruhi oleh stres adalah sulit berkonsentrasi atau terus
menerus memikirkan masalahnya. Isi pikiran seseorang yang dipengaruhi oleh
stres cenderung bersifat negatif, seperti pikiran bahwa dirinya tidak berguna
lagi, pemikiran bahwa lebih baik mati daripada hidup namun menderita, atau
pemikiran bahwa tidak ada lagi orang lain yang peduli terhadap dirinya.
Isi pikiran seseorang ketika menghadapi stress sebenarnya dapat dikendalikan
menjadi lebih baik atau diubah menjadi lebih positif. Isi pikiran yang lebih
positif dapat membantu seseorang menghindari dampak stres yang lebih buruk.
Hal ini akan dijelaskan pada bab khusus mengenai manajemen stres.
3. Aspek Emosi (Perasaan)
Seseorang yang mengalami stres akan merasakan berbagai jenis emosi. Pada
umumnya, emosi-emosi tersebut bersifat negatif seperti: sedih, marah,
kecewa, bingung, gelisah, frustrasi, dan perasaan tidak berdaya.
4. Aspek Perilaku
Reaksi dalam aspek perilaku merupakan reaksi stres yang paling jelas karena
dapat diamati oleh orang lain. Orang lain dapat dengan mudah memberikan
penilaian bahwa orang lain sedang stres karena orang tersebut menunjukkan
perilaku yang berbeda dari biasanya ia lakukan. Reaksi stres dalam aspek
perilaku ini sangat berkaitan dengan ketiga aspek lainnya. Misalnya: seseorang
3
anak usia sekolah yang ibunya meninggal merasakan kesedihan yang mendalam
(aspek emosi) disertai dengan suhu badan yang tinggi (aspek fisik) dan menarik
diri dari interaksi dengan orang lain (aspek perilaku).
Perilaku yang ditampilkan dalam batas-batas tertentu merupakan suatu
reaksi yang wajar sebagai respons terhadap stress. Suatu perilaku sebagai reaksi
stress perlu diperhatikan lebih lanjut jika tampil pada seseorang secara berlebihan
atau bahkan sebaliknya sangat minim. Sebagai contoh: jika anak yang ditinggal
ibunya tersebut, berteriak/menjerit-jerit sambil membanting-banting barang yang
dilihatnya (aktif) atau sebaliknya malah tidak mau berbicara pada siapapun, tidak
mau melakukan kegiatan apapun (pasif). Gejala tersebut perlu mendapatkan
perhatian lebih lanjut.
Sumber stress yang sama dapat menimbulkan respon yang berbeda pada
orang yang berbeda. Tiap orang juga memiliki daya tahan yang berbeda dalam
menghadapi stres. Terdapat 2 faktor utama yang melatarbelakangi hal tersebut,
yaitu: faktor internal (dalam diri seseorang) dan faktor eksternal (dukungan sosial).
1. Faktor Internal:
•
Karakteristik seseorang
Karakteristik tersebut antara lain: usia, jender, status ekonomi dan tingkat
pendidikan.
•
Pengalaman stress sebelumnya
Pengalaman seseorang menghadapi stress akan membantunya dalam
menghadapi stress serupa di masa mendatang.
•
Tipe kepribadian
Terdapat suatu tipe kepribadian yang disebut dengan Tipe A. Tipe
kepribadian ini terdiri dari sekumpulan sifat yang relatif menetap seperti
dorongan untuk berkompetisi secara berlebihan, agresif, tidak sabar, selalu
terburu-buru dan seringkali merasa cemas atau tidak aman. Orang dengan
kepribadian tipe A beresiko tinggi menderita sakit seperti serangan jantung
ketika mengalami stress.
•
Pikiran
Beberapa ahli berpandangan bahwa pikiran sangat menentukan dampak dari
pengalaman sulit yang dialami. Contohnya, ada dua orang staf yang di-PHK.
Staf pertama berpikir bahwa tidak akan mampu memperoleh pekerjaan
kembali untuk menghidupi keluarganya. Staf kedua berpikir bahwa ia akan
4
dapat mencoba pekerjaan baru. Dengan perbedaan pikiran tersebut, staf
pertama akan cenderung menampilkan reaksi stres yang lebih parah
dibandingkan staf kedua. dengan seseorang yang tidak berpikir demikian
ketika mengalami hal yang sama.
2. Faktor Eksternal (Ada/tidaknya dukungan sosial)
Dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam menghadapi stress.
Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah kehadiran orang lain (yang
dianggap bermakna oleh orang yang mengalami stres) yang dapat memberikan
bantuan dalam bentuk apapun dalam mengatasi stress. Sebagai contoh, pekerja
kemanusiaan yang memiliki keluarga yang mendukung pekerjaannya akan lebih
dapat menghadapi stress pekerjaannya dari pada staf yang keluarganya tidak
mendukung.
Kedua faktor ini (internal dan dukungan sosial) saling berinteraksi satu sama
lainnya pada tiap seseorang dalam menampilkan reaksi/penghayatannya terhadap
stress yang dialami.
Stress Tidak Selalu Berdampak Negatif
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa stres tidak hanya
bersumber dari pengalaman hidup yang negatif saja. Selain itu, stres yang
dialami juga tidak selalu berdampak negatif berupa penderitaan atau
kesusahan. Stres dapat menjadi motivator atau pendorong untuk mencapai
keadaan yang lebih baik. Stres dapat berdampak positif. Stres yang
berdampak positif ini dikenal dengan istilah eustres. Stres dalam bentuk
yang positif ini dibutuhkan oleh tiap orang untuk pengembangan diri.
Mengapa demikian? Berdasarkan hasil penelitian, stres dalam batas
tertentu memungkinkan seseorang untuk menggunakan sumber daya dan
kemampuan yang dimilikinya (dalam diri maupun di luar diri, mis: orangorang disekelilingnya) secara optimal sehingga orang tersebut dapat
menampilkan prestasi/pencapaian hasil yang baik. Stres dalam batas
tertentu juga dapat meminimalkan resiko dialaminya suatu penyakit. (lihat
grafik berikut ini)
5
Tinggi
Tinggi
Rentan
Penyakit
Prestasi
Rendah
Optimal
Tinggi
Rendah Optimal Tinggi
Stres
Gambar 1: Stres – Kerentanan penyakit
Stres
Gambar 2: Stres – Prestasi
Hubungan stres dan penyakit seperti huruf U (gambar 1). Stress yang tinggi
(diatas kadar optimal) membuat seseorang lebih mudah terkena penyakit.
Sebaliknya, stres yang terlalu sedikit ternyata membuat seseorang lebih mudah
terkena penyakit juga, contohnya adalah seseorang yang menyepelekan kondisi
kesehatannya (tingkat stres rendah) cenderung kompromi terhadap perilakuperilaku yang tidak sehat, seperti: tidur larut malam, merokok berlebihan, dan
lain–lain. Ada kadar stres optimal yang berdampak pada kesehatan tubuh yang
prima.
Pada gambar 2, dalam batas tertentu (batas optimal), stres diperlukan
untuk dapat meningkatkan prestasi. Ketika seseorang tidak merasakan stres atau
tidak merasakan adanya tekanan dalam kehidupan, ia sulit untuk memacu dirinya
untuk berprestasi atau menjadi lebih baik. Sebaliknya, ketika seseorang merasa
terbebani karena stres yang sangat berat maka ia tidak berdaya. Contohnya adalah
ketika seseorang akan menghadapi ujian. Seseorang yang merasa sangat cemas
akan sulit untuk memusatkan konsentrasinya dalam belajar. Akibatnya, prestasinya
rendah. Demikian pula ketika seseorang merasa tidak merasa cemas sama sekali
atau bersikap santai terhadap ujian sehingga tidak mendorong dirinya untuk
belajar. Prestasi yang rendah juga dialami. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah
mengelola stres agar tidak menimbulkan dampak yang negatif.
6
Ingin bebas dari masalah dalam hidup?
Sangatlah mudah. Jangan hidup!
karena pada dasarnya masalah dalam hidup membantu kita mengembangkan diri (Andar
Ismail)
7
Pekerja Kemanusiaan: Situasi Sulit & Tantangannya
disusun oleh: Nathanael Sumampouw
Bekerja Sebagai Seorang Pekerja Kemanusiaan
Menjadi pekerja kemanusiaan terutama bekerja secara langsung di daerah
pasca bencana alam atau konflik sosial dengan kondisi masyarakat yang mengalami
situasi sulit bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Pekerja kemanusiaan seringkali
mengeluhkan beban pekerjaannya yang dinilai sangat berat. Pekerjaan ini memiliki
resiko untuk mengalami masalah psikologis yang cukup serius terutama mereka
yang berhubungan secara langsung atau mendampingi masyarakat yang memerlukan
bantuan.
Terus-menerus berhadapan dengan orang-orang yang mengalami berbagai
perasaan negatif seperti takut, cemas, sedih, marah, kecewa sebagai akibat dari
suatu pengalaman traumatis seperti: bencana, merupakan suatu tekanan yang
membebani pekerja kemanusiaan. Tuntutan masyarakat dampingan terhadap
pekerja kemanusiaan untuk dapat selalu siap-sedia menyediakan kebutuhan
masyarakat dampingan atau menyediakan layanan yang dibutuhkan terasa sangat
membebani pekerja kemanusiaan.
Dari sisi organisasi tempat bekerja, beban berat yang dirasakan pekerja
kemanusiaan disebabkan oleh berbagai masalah peran. Masalah peran yang
seringkali terjadi adalah:
1. Kelebihan beban kerja dari peran yang dimiliki (Role overload)
Peran tertentu memiliki beban kerja yang lebih banyak sehingga pekerja
kemanusiaan merasa memiliki begitu banyak tugas dalam waktu yang relatif
singkat.
2. Kurang mampu menjalankan peran (Role insufficiency)
Pekerja
kemanusiaan
merasa
stres
karena
merasa
kurang
memiliki
pengetahuan, keterampilan, pendidikan atau pengalaman yang dibutuhkan
dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Ketidakjelasan peran (Role ambiguity)
Pekerja kemanusiaan merasa bingung, tidak memperoleh kejelasan akan
tugasnya karena tidak memahami apa yang diharapkan organisasi pada dirinya
berkaitan dengan prioritas, visi dan misi organisasi.
8
4. Konflik peran (Role conflict)
Pekerja kemanusiaan merasa bingung karena adanya standar ganda. Tiap
supervisi/atasan berbeda kebijakan, permintaan/tuntutan.
Beban pekerjaan yang berat juga dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan
kerja, seperti: fasilitas kerja terbatas dan sarana dan perlengkapan kantor yang
kurang memadai. Selain itu, kebijakan organisasi tempat bekerja juga seringkali
dirasakan sebagai suatu beban bagi pekerja kemanusiaan, seperti: aturan
kepegawaian (jam kerja, kebijakan cuti, sistem kerja, dan lain-lain) maupun
budaya yang ada di organisasi (relasi antar pekerja, relasi dengan pimpinan, dan
lain-lain) yang kurang memperhatikan kesejahteraan pekerjanya.
Beban pekerjaan yang terasa berat selain disebabkan oleh tuntutan dari luar
diri (organisasi maupun masyarakat dampingan) juga disebabkan oleh tuntutan yang
dikembangkan oleh pekerja kemanusiaan itu sendiri. Disadari atau tidak, pekerja
kemanusiaan seringkali mengembangkan tuntutan yang tinggi terhadap diri sendiri.
Adanya keinginan yang berlebihan untuk memuaskan masyarakat yang didampingi
atau tuntutan untuk selalu siap sedia, selalu berada bersama masyarakat
dampingan selama 24 jam membantu masyarakat dampingan dalam kondisi apapun.
Pekerja kemanusiaan juga seringkali menetapkan standar yang tinggi dalam kinerja
pekerjaannya, seperti: harus selalu memenuhi permintaan masyarakat dampingan
atau harus selalu menciptakan perubahan yang bermakna pada masyarakat yang
didampinginya dalam suatu kurun waktu tertentu. Kenyataannya standar yang
tinggi tersebut sangat sulit untuk diwujudkan.
Standar tinggi yang dikembangkan oleh pekerja kemanusiaan terhadap
pekerjaan mereka secara tidak langsung dipengaruhi oleh penilaian kebanyakan
orang terhadap pekerja kemanusiaan. Pekerja kemanusiaan dianggap memiliki
kualitas yang sangat luar biasa baiknya sehingga kuat secara emosi dan psikologis.
Akibatnya muncul anggapan bahwa pekerja kemanusiaan tidak akan mengalami
masalah meskipun bekerja di situasi yang tidak wajar dengan tugas yang mulia:
memberikan layanan bagi masyarakat yang membutuhkan. Secara tidak langsung,
ada suatu anggapan bahwa mereka yang memilih bekerja sebagai pekerja
kemanusiaan merupakan manusia ‘super’. Seorang psikolog dan juga penulis buku
tentang intervensi krisis dari Amerika Serikat mengatakan bahwa helping profession
(pekerja kemanusiaan termasuk didalamnya) memang merupakan pekerjaan yang
di satu sisi dinilai paling menantang namun disisi lain juga merupakan pekerjaan
yang paling rentan mengalami stres. Oleh karena itu seorang pekerja kemanusiaan
9
perlu memperhatikan dengan baik kemampuannya dalam menghadapi berbagai
situasi yang tidak menyenangkan dalam pekerjaannya tersebut.
Perhatian terhadap pekerja kemanusiaan dan kebutuhan para pekerja
kemanusiaan cenderung dianggap kurang penting dibandingkan dengan perhatian
dan pemenuhan kebutuhan masyarakat dampingan para pekerja kemanusiaan.
Anggapan bahwa kebutuhan para pekerja kemanusiaan kurang penting ini juga
dianggap sebagai suatu kebenaran bagi pekerja kemanusiaan itu sendiri seperti
pernyataan, “Saya disini untuk membantu bukan untuk merepotkan !”
Memenuhi kebutuhan para pekerja kemanusiaan bukan berarti memberikan
kebebasan untuk melakukan atau mendapatkan apapun yang diinginkannya. Hal
yang utama dalam pemenuhan kebutuhan para pekerja kemanusiaan adalah
menjaga kemampuan mereka agar dapat menjalankan pekerjaannya secara baik
namun juga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia normal.
Misalnya saja, ia tetap bisa memiliki waktu untuk beristirahat dengan baik dan
mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Usaha ini merupakan suatu bagian
penting dari suatu layanan bantuan kemanusiaan.
Bagi pekerja kemanusiaan, terasa lebih mudah untuk mengenali masalah
atau beban masyarakat dampingan daripada masalah atau beban diri sendiri
sebagai seorang pekerja kemanusiaan. Menyadari kelemahan diri sendiri sangatlah
sulit. Seringkali pekerja kemanusiaan beranggapan bahwa merasakan perasaan
negatif yang mendalam pada waktu melaksanakan tugasnya seperti: merasa takut,
marah atau merasa tidak mampu akan nampak seperti tanda-tanda kelemahan diri
yang dapat menimbulkan perasaan malu jika diketahui oleh orang lain terutama
rekan sekerja dan masyarakat dampingan. Akibatnya, pekerja kemanusiaan
seringkali memaksakan diri untuk menolong meskipun sebenarnya diri sendiri
berada dalam kondisi yang perlu ditolong. Memang bagi para pekerja kemanusiaan
lebih mudah untuk menempatkan diri sebagai penolong/pendamping daripada
menyadari bahwa diri sendiri perlu bantuan/dukungan.
Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami oleh pekerja
kemanusiaan maupun organisasi tempat pekerja kemanusiaan bekerja:
1. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan kemanusiaan, siapapun dapat
mengalami pengaruh maupun beban dari keadaan yang ada termasuk para
pekerja kemanusiaan yang terlatih dan profesional. Oleh karena itu, stres
yang dialami oleh seorang pekerja kemanusiaan merupakan hal yang
manusiawi.
10
2. Berbagai perasaan, emosi, dan pikiran yang mengganggu dapat diatasi
sehingga
tidak
berkembang
menjadi
masalah
yang
serius.
Pekerja
kemanusiaan perlu merawat dirinya untuk tetap sehat dan sejahtera
sehingga dapat membantu masyarakat dan bukan malah menambah beban
masyarakat.
3. Perhatian dari organisasi yang melaksanakan pekerjaan kemanusiaan
terhadap para pekerjanya sama pentingnya dengan perhatian terhadap
kelompok sasaran/masyarakat yang diberikan bantuan.
Pekerja Kemanusiaan dan Kehidupan Pribadinya
Selain mengenai tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan, pekerja
kemanusiaan juga memiliki kehidupan pribadi yang sangat unik antara satu sama
lain. Dalam kehidupan pribadinya, seorang pekerja kemanusiaan memiliki begitu
banyak peran yang harus dijalankannya secara bersamaan. Selain peran sebagai
seorang pekerja kemanusiaan pada organisasi tempatnya bekerja, seorang pekerja
kemanusiaan memiliki peran tertentu di keluarga, sebagai: kepala keluarga atau
istri atau anak. Dalam menjalankan perannya di keluarga, tentunya ada suatu
tuntutan yang dikembangkan oleh anggota keluarganya maupun dirinya sendiri.
Sebagai contoh: seorang pekerja kemanusiaan yang telah berkeluarga dituntut
untuk dapat memberikan perhatian, meluangkan waktunya untuk istri/suami dan
anak mereka.
Selain peran dalam keluarga, pekerja kemanusiaan juga memiliki beberapa
peran lain dalam hubungan sosialnya, misalnya: keanggotaan seorang pekerja
kemanusiaan dalam suatu organisasi atau perkumpulan sosial, seperti: komunitas
keagamaan, klub hobi, dan lain-lain. Peran tersebut tentunya disertai dengan
berbagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja kemanusiaan.
Berbagai peran yang dimiliki seorang pekerja kemanusiaan seringkali
menimbulkan konflik. Konflik terjadi ketika seorang pekerja kemanusiaan dituntut
untuk menjalankan perannya sekaligus dalam satu waktu. Misalnya: seorang
pekerja kemanusiaan yang harus mendampingi anaknya belajar (peran sebagai
bapak) namun saat yang bersamaan harus bekerja lembur karena menyelesaikan
laporan kegiatan (peran sebagai pekerja kemanusiaan). Berbagai peran yang
dimiliki tersebut seringkali menjadi sumber stres bagi pekerja kemanusiaan.
Selain berbagai peran dalam kehidupan sosialnya, seorang pekerja
kemanusiaan juga memiliki kehidupan pribadi yang penting untuk diperhatikan oleh
yang bersangkutan. Pekerja kemanusiaan memiliki suatu cita-cita atau harapan
11
yang sangat ingin diwujudkan dalam rangka pengembangan dirinya. Ada yang
merencanakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau
mendapatkan pengetahuan tambahan dengan mengikuti berbagai pelatihan,
menghadiri seminar termasuk didalamnya kegiatan membaca buku. Pekerja
kemanusiaan untuk tetap dapat optimal dalam menjalankan tugasnya juga
membutuhkan aktivitas–aktivitas yang bersifat rekreasi atau hiburan, lepas sejenak
dari
rutinitas
pekerjaan.
Masalah
yang
seringkali
terjadi
adalah
pekerja
kemanusiaan seringkali tidak memiliki waktu untuk kehidupan pribadinya tersebut
atau memberikan kesempatan bagi kesenangan pribadinya sendiri. Ada berbagai
macam alasan untuk menjelaskannya, antara lain: pekerjaan menyita begitu
banyak waktu, ada banyak tenggat waktu (deadline) yang harus dipenuhi, atau
merasa bahwa menyisihkan waktu untuk kehidupan pribadinya tidaklah penting
malah membuang – buang waktu di tengah berbagai hal yang terasa mendesak.
Kurangnya perhatian pekerja kemanusiaan terhadap kehidupan pribadinya
maupun tidak tersedianya kesempatan untuk kehidupan pribadinya juga merupakan
sumber stres pekerja kemanusiaan. Jika tidak ditangani dengan baik berpotensi
menimbulkan masalah serius dan mempengaruhi kinerjanya.
Hm..ughh..%$???!!?*#+
beban kerja yang berat:
kunjungan lapangan, buat
laporan, kirim anggaran, beli
mainan untuk pengungsi
Hubungan antar rekan
kerja yg kurang
harmonis: nyebelin..tadi si
M protes sama saya katanya
laporan saya gak jelas terus
ketika memberikan
penyuluhan saya terlalu
banyak bicara
Masalah Pribadi:
Y, staf LSM
pacar ditelpon gak
diangkat-angkat, ibu
minta kiriman uang
untuk sekolah adik
Beban seorang pekerja kemanusiaan
Terdapat beragam macam tampilan dari stres pekerja kemanusiaan. Tulisan
ini akan membahas 3 macam stres pekerja kemanusiaan, yaitu: (1) burn-out
(kejenuhan), (2) stres/trauma sekunder, dan (3) compassion fatigue (kelelahan
kepedulian).
12
Kejenuhan (Burn-out)
Berbagai permasalahan dan kesulitan yang ditemui pekerja kemanusiaan di
lapangan dapat menyebabkan pekerja kemanusiaan merasa marah dan putus asa,
merasa bersalah, sinis, atau sebaliknya, membutuhkan perasaan aman. Perasaan ini
terkadang menyusahkan dan membuat mereka merasa ada sesuatu yang salah
dengan dirinya. Dalam kondisi demikian, kemampuan untuk menerima kekurangan
pada diri sendiri menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Mereka menjadi
semakin acuh terhadap pekerjaan, atau sebaliknya terlalu terlibat secara pribadi,
bahkan mengidentifikasikan diri dengan para korban. Ketika terjadi perbedaan
pendapat dengan rekan kerja atau dengan masyarakat dampingan, mereka akan
merasakannya sebagai bentuk permusuhan pribadi. Pengalaman-pengalaman yang
disebutkan di atas sebenarnya merupakan salah satu tampilan reaksi yang mungkin
paling sering ditemui diantara pekerja kemanusiaan, yaitu kejenuhan atau burnout.
Burn-out adalah keadaan fisik, emosi dan kelelahan mental yang dialami
seseorang karena keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang menuntut
keterlibatan emosi secara mendalam.
Burn-out terjadi ketika masalah dalam pekerjaan di masa lalu dan saat ini
terus-menerus muncul dan sulit untuk dapat diatasi. Pekerja kemanusiaan yang
langsung berhadapan dengan masyarakat dampingan cenderung lebih rentan
mengalami burn-out karena dituntut untuk dapat berempati secara mendalam
dalam berbagai situasi sulit masyarakat yang dihadapinya sehari-hari. Hal ini sangat
menyita energi pekerja kemanusiaan tersebut.
Saat menemui kesulitan atau masalah dalam pekerjaannya, pekerja
kemanusiaan seringkali mengembangkan pemikiran – pemikiran yang tidak sehat
yang kemungkinan besar dapat menyebabkan mereka mengalami burn-out.
Pemikiran – pemikiran tersebut antara lain:
•
“Hidupku adalah bekerja”
Pekerja
kemanusiaan
ini
akan
terus-menerus
bekerja
dan
tidak mau
mendelegasikan pekerjaan karena semua ingin ditanganinya sendiri, sehingga is
kurang istirahat.
•
“Saya harus mampu dan tahu sepenuhnya untuk membantu semua orang”
Pekerja kemanusiaan ini mengembangkan tuntutan kerja yang tidak realistik
terhadap dirinya sendiri. Merasa bersalah ketika ada yang tidak sempurna.
13
•
“Saya harus disukai dan disetujui oleh setiap orang: masyarakat, atasan dan
rekan kerja sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dan merasa bangga pada
diri saya”
Pekerja kemanusiaan ini sulit untuk asertif kepada orang lain, menetapkan
batasan dan berkata “tidak” pada orang lain, cenderung berpegang pada prinsip
“ABS: Asal Bapak Senang”.
•
“Umpan balik yang negatif menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan
apa yang saya lakukan”
Pekerja kemanusiaan ini sulit menerima kritikan sehingga tidak dapat
mengevaluasi pekerjaannya secara realistis dan tidak dapat melakukan
perubahan konstruktif.
•
“Segala sesuatu dalam pekerjaan harus berjalan seperti yang saya inginkan”
Pekerja kemanusiaan ini cenderung bekerja lembur, memeriksa secara detil
pekerjaan dirinya dan orang lain, terlalu memperhatikan detil, mengulangulang saat mengerjakan sesuatu serta cenderung tidak sabar terhadap orang
lain.
•
“Saya harus tahu segalanya dan tidak pernah salah”
Pekerja kemanusiaan ini menuntut dirinya berlebihan. Ketidaksempurnaan
dalam pekerjaan menimbulkan ketidaknyamanan yang mendalam.
Burn-out tidak muncul secara tiba-tiba melainkan melalui suatu proses.
Burn-out juga berkembang dari merasa lelah sampai masalah serius yang dapat
mengancam kariernya. Proses terjadinya burn-out adalah sebagai berikut:
1. Tahap bulan madu
Pada tahap ini, pekerja kemanusiaan merasa puas dengan pekerjaannya dan
melaksanakan tugas dengan penuh antusias. Namun pada akhirnya, tugas
pekerjaan menjadi sesuatu yang tidak menarik lagi dan pekerja kemanusiaan
kehilangan energi atau semangatnya.
2. Tahap “habis bensin”
Pekerja kemanusiaan mengalami kelelahan. Beberapa gejala yang muncul di
tahap ini, misalnya: sulit tidur dan penggunaan obat-obatan.
3. Tahap kronis
Munculnya keluhan fisik seperti: terus-menerus merasa lelah, mudah sakit. Hal
ini berdampak pada kondisi psikologisnya, seperti: mudah marah atau merasa
depresi.
14
4. Tahap krisis
Di tahap ini, pekerja kemanusiaan mengalami suatu penyakit sehingga tidak
dapat bertugas. Relasi dengan keluarga terpengaruh, mis.: mudah marah ke
istri/anak.
5. Tahap “membentur tembok”
Masalah fisik dan psikologis yang dialami menjadi lebih serius dan berdampak
pada kerentanan mengalami penyakit yang serius. Ada begitu banyak masalah
dalam pekerjaannya sehingga karirnya terancam hilang.
Terdapat begitu banyak gejala/tampilan dari bur–out. Gejala burn–out ini
dapat dikelompokkan sebagai reaksi fisik, reaksi emosional dan reaksi perilaku,
misalnya:
1. Reaksi fisik
Kehilangan energi, kelelahan yang luar biasa
Sakit kepala
Gangguan tidur (insomnia, mimpi buruk, terlalu banyak tidur, dsb)
Ketegangan pada otot, dsb.
2. Reaksi emosional
Depresi
Perasaan tidak berdaya
Perasaan terjebak
Rasa marah/mudah tersinggung
Frustrasi
3. Reaksi perilaku
Membolos kerja
Datang terlambat pada hari kerja
Penurunan kualitas pelayanan
Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
Berkurangnya inisiatif dalam bekerja
Tidak menghargai orang lain [pada atasan, masyarakat, rekan kerja]
Terlalu banyak bekerja atau sebaliknya, tidak melakukan apa-apa
Mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain atas setiap masalah yang
ada
Tidak mempercayai rekan kerja atau pimpinan
Sering terlibat konflik dengan orang lain
Melakukan perilaku beresiko [mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi,
peningkatan konsumsi kafein, rokok, minum minuman beralkohol, dan
penggunaan obat terlarang].
Berbagai gejala burn-out juga dapat dikelompokkan menjadi 8 tema utama, yaitu:
1. Menurunnya rasa humor: jarang tersenyum, sulit tertawa ketika ada lelucon.
2. Mengabaikan jam istirahat
3. Meningkatnya waktu kerja tambahan (lembur) dan tidak memanfaatkan libur
4. Meningkatnya keluhan fisik: kelelahan, ketegangan otot, gampang sakit
5. Menarik diri dalam hubungan sosial: menghindari berkumpul dengan rekan
kerja, teman dan keluarga.
15
6. Performa/unjuk kerja yang berubah dari biasanya (penurunan kualitas): sering
membolos, produktivitas menurun dan kurang inisiatif.
7. Meningkatnya perilaku beresiko: peningkatan penggunaan alkohol, obat-obatan
8. Adanya perubahan kondisi internal (psikologis): penurunan harga diri (selfesteem), depresi dan merasa frustrasi.
Tips praktis mencegah burn-out
1. “Apa yang bisa saya lakukan ?”
(Buatlah daftar tentang sesuatu yang anda dapatkan dari pekerjaan anda !
Temukan motivasi, nilai dan makna pekerjaan anda)
2. “Saya ingin melakukannya”
(Buatlah daftar berbagai aktivitas yang anda sukai dan
urutkan dari yang penting sampai tidak penting menurut anda)
3. Ciptakan kelompok dukungan
(Buatlah pertemuan rutin dengan teman atau rekan kerja anda)
4. Mulailah program self-care fisik
(Anda dapat mulai berolahraga, memperhatikan nutrisi
dan menghentikan kebiasaan buruk seperti: merokok)
5. Mulailah program self-care psikologis (memperhatikan kesejahteraan psikologis)
(Berlatih relaksasi, melakukan manajemen waktu, asertif)
6. Lakukanlah sesuatu yang tampak ‘bodoh’
(yang membuat anda merasa
senang)setiap hari
(meniup balon, membuat mimik muka yang lucu, senyum,
tertawa terbahak-bahak, hindari terlalu serius)
Stres/Trauma Sekunder
Sumber stres lain adalah pengalaman pekerja kemanusiaan sebagai saksi
penderitaan orang lain. Pekerja kemanusiaan seringkali dihadapkan pada emosi
orang-orang yang terkena dampak bencana secara langsung, sehingga dapat
mengidentifikasikan dirinya seperti mereka. Respons emosional seperti yang
dialami oleh orang-orang yang terkena dampak langsung dari suatu bencana
(=respon stres traumatik) juga dialami oleh pekerja kemanusiaan yang tidak
mengalami langsung bencana. Respons emosional ini muncul sebagai akibat dari
seringnya pekerja kemanusiaan dihadapkan pada cerita-cerita dan reaksi orangorang yang dimiliki sering kali terjadi.
16
Ani (bukan nama sebenarnya) seorang pembaca berita terkenal di sebuah stasiun
televisi merasakan bagaimana pengalamannya ketika bertugas meliput kondisi pasca
tsunami di Banda Aceh berdampak luar biasa terhadap dirinya. Disana ia harus
berhadapan dengan masyarakat yang trauma, menyaksikan kondisi kota Banda Aceh
yang sangat porak-poranda. Kesedihan yang luar biasa dialaminya. Bayangan tentang
kondisi yang dilihatnya terus teringat olehnya meskipun ia telah kembali ke Jakarta.
Akibatnya ia mudah menangis, mudah terbangun ketika tidur.
Bila bekerja pada daerah konflik sosial, pekerja kemanusiaan dapat menjadi
target tindak kekerasan. Pekerja kemanusiaan dapat mengalami kekerasan,
penahanan, dan gangguan atau hinaan. Pada situasi tertentu, akan sulit untuk
meminta bantuan hukum untuk keamanan karena polisi atau militer merupakan
bagian dari permasalahan yang ada. Hal ini dapat meningkatkan rasa tidak berdaya,
marah, takut dan cemas, perasaan dikhianati dan kehilangan, lemah, kehilangan
kepercayaan. Berbagai perasaan ini akan terus berlanjut bahkan sampai pekerja
kemanusiaan kembali ke tempat asal mereka. Berbagai perasaan ini juga
memberikan dampak terhadap kehidupan pribadi pekerja kemanusiaan.
Compassion Fatigue (Kelelahan Kepedulian)
Konsep compassion fatigue hampir serupa dengan stres/trauma sekunder.
Kedua konsep ini kadang digunakan secara bergantian. Compassion fatigue
seringkali dikeluhkan pekerja kemanusiaan saat sedang menjalankan tugasnya
secara langsung , yaitu: memberikan pertolongan kepada orang atau masyarakat
yang didampingi. Empati dan terpaparnya pekerja kemanusiaan terhadap kesulitan
orang atau masyarakat yang didampingi merupakan inti dari konsep compassion
fatigue. Jika seseorang tidak mampu berempati dan tidak terpapar (terus –
menerus berhadapan) dengan orang yang mengalami stres/trauma maka konsep
compassion fatigue tidak relevan untuk dibahas. Empati pekerja kemanusiaan
merupakan faktor kunci dalam proses pengimbasan dari stres/trauma yang dialami
orang atau masyarakat yang didampingi ke diri pekerja kemanusiaan itu sendiri.
Mengembangkan empati terhadap orang/masyarakat yang dibantu di satu sisi
membantu
pekerja
kemanusiaan
memahami
pengalaman
traumatis
orang/masyarakat yang didampingi namun di sisi lain empati menyebabkan
stres/trauma juga dialami oleh pekerja kemanusiaan.
Pekerja kemanusiaan juga rentan mengalami compassion fatigue karena
pernah mengalami pengalaman stres/trauma yang serupa dengan stres/trauma
orang yang didampingi. Selain itu, pengalaman stres/trauma pekerja kemanusiaan
17
di masa lalu yang belum dapat diatasi seringkali muncul kembali dalam benak
pekerja kemanusiaan melalui interaksi dengan orang/masyarakat yang didampingi.
18
Kita punya kendali terhadap stres2
Pentingnya mengelola masalah dan kesulitan
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, pada tingkat
tertentu (batas optimal) stres memberikan manfaat bagi kesehatan dan prestasi
kerja seseorang. Oleh karena itu, stres tidak perlu untuk dihilangkan seluruhnya
tapi stres butuh dikelola. Selain itu, mustahil untuk menghilangkan seluruh stres
yang dialami dalam kehidupan.
Mengelola Stres = Membuka/menutup mulut balon
Mengelola stres dapat diibaratkan seperti membuka atau menutup mulut balon
untuk memasukkan atau mengeluarkan udara. Udara melambangkan berbagai stres
dalam kehidupan. Jika jumlah udara melebihi daya tampung balon maka balon akan
mudah meledak. Sebaliknya, jika balon tersebut kekurangan udara maka ia akan
terlihat lemas. Muatan udara yang dapat ditampung balon tergantung pada
kapasitas masing-masing balon.
Seorang pakar dalam bidang
stres, Jerrold
S.
Greenberg,
menjelaskan
proses
berkembangnya
suatu
pengalaman dalam kehidupan
seseorang menjadi sumber stres
yang
dapat
menimbulkan
dampak
atau
negatif.
Menurutnya,
berkembang
konsekuensi
menjadi
stres
suatu
dampak yang negatif melalui
serangkaian
tahapan
(seperti
pada gambar disamping), yaitu:
Tahap 1: Masuk dalam suatu situasi kehidupan
Stres diawali ketika seseorang mengalami suatu perubahan dalam hidupnya,
yaitu saat memasuki suatu situasi baru. Situasi baru tersebut berpotensi sebagai
sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan, misalnya pekerjaan di tempat
yang baru.
2
Oleh Nathanael Sumampow, Staf Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI
19
Tahap 2: Pemaknaan situasi sebagai suatu ketidaknyamanan/mengancam
Ketika seseorang memasuki situasi baru tersebut (tahap 1), ia cenderung
melakukan penilaian terhadap situasi itu. Pada tahap ini terdapat 2 pilihan,
yaitu: (1) menilai situasi tersebut sebagai situasi yang positif: menyenangkan
dan dapat dinikmati atau sebaliknya (2) menilai situasi tersebut sebagai situasi
yang tidak menyenangkan, mengancam kesejahteraan dirinya, mengganggu
keseimbangan dirinya. Stres akan terus berkembang ketika seseorang menilai
situasi tersebut sebagai sesuatu yang menimbulkan ketidaknyamanan. Jika
demikian, seseorang akan masuk pada tahap berikutnya, yaitu munculnya
respons emosi yang negatif.
Tahap 3: Respons emosional
Ketika seseorang menilai sebuah situasi sebagai pengalaman yang menimbulkan
ketidaknyamanan dan mengancam kesejahteraan dirinya, maka secara otomatis
ia akan mengalami penghayatan emosi yang negatif. Penghayatan emosi yang
negatif tersebut antara lain: marah, sedih, takut, kecewa, khawatir, dan lainlain. Respons emosi negatif yang terus menerus dihayati dan semakin mendalam
intensitasnya ini tentunya akan membuat seseorang makin terpuruk dalam stres
yang dialami. Stres yang anda alami akan semakin berkembang ke arah dampak
negatif melalui respons fisik sebagai konsekuensi dari emosi negatif yang
mendalam dan tidak teratasi tersebut.
Tahap 4: Respons fisik
Respons fisik yang muncul sebagai lanjutan dari respon emosional antara lain
adalah sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan gangguan jantung. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. Semakin banyaknya respons
fisik dialami maka semakin rentan seseorang mengalami penyakit yang serius.
Penyebabnya adalah melemahnya ketahanan tubuh. Jika seseorang tetap
membiarkan kondisi fisiknya tersebut melemah maka peluang terjadinya
konsekuensi negatif dari pengalaman stresnya akan semakin besar.
Tahap 5: Konsekuensi
Tahap ini merupakan terminal terakhir perjalanan stres. Jika berbagai respons
fisik di tahap sebelumnya terus berkembang dan sulit diatasi maka kondisi
kesehatan tubuh akan sangat menurun dan kita menjadi mudah untuk
menderita sakit. Kesehatan tubuh yang buruk juga mempengaruhi kesehatan
20
psikologis seseorang. Akibatnya, seseorang semakin rentan mengalami masalah
psikologis yang serius.
Berdasarkan pemahaman tentang 5 tahap berkembangnya stres tersebut,
kita dapat mengelola stres dengan melakukan berbagai intervensi pada tiap tahap
proses perjalanan stres. Tujuan dari intervensi tersebut adalah mencegah
berkembangnya stres dari satu tahap ke tahap lainnya. Tiap tahap perkembangan
stres
membutuhkan jenis dan strategi intervensi yang berbeda. Tiap tahap
perkembangan stres juga memiliki berbagai alternatif untuk mengatasi stres.
Intervensi tertentu efektif untuk mengatasi stres pada suatu tahap tapi tidak ada
satu cara tunggal yang dapat mengatasi stres pada semua tahap secara efektif.
Karenanya, kita perlu mempelajari dan menggunakan berbagai strategi untuk
mengatasi stres.
Intervensi 1: Intervensi terhadap situasi kehidupan
Dalam
intervensi
ini,
sedapat
mungkin
seseorang
berusaha
untuk
menghindari terjadinya stres. Berbagai sumber stres yang mungkin terjadi dicegah
sedini mungkin. Terdapat 2 jenis intervensi dalam tahap ini, yaitu: (1) intervensi
intrapersonal (dalam pribadi), dan (2) intervensi interpersonal (antar pribadi).
Intervensi intrapersonal yang dimaksud adalah berbagai usaha yang dapat
dilakukan oleh diri sendiri tanpa melibatkan orang lain, misalnya: menjaga kondisi
tubuh agar tetap prima dengan makan makanan yang bergizi dan istirahat yang
cukup.
Sedangkan intervensi interpersonal adalah intervensi yang dilakukan dalam
interaksi dengan orang lain. Stres yang mungkin terjadi dalam interaksi seseorang
dengan orang lain dapat dicegah dengan seperangkat keterampilan interpersonal,
seperti: komunikasi asertif (keterampilan seseorang dalam mengekspresikan
dirinya, mengemukakan kebutuhannya dengan cara yang tidak menyakiti orang
lain), keterampilan resolusi konflik dan keterampilan komunikasi efektif. Selain itu
keterampilan dalam mengelola waktu (time-management) juga merupakan
intervensi interpersonal. Keterampilan dalam mengelola waktu antara lain
meliputi: keterampilan menetapkan tujuan, menentukan prioritas, menyusun
jadwal, dan berkata “tidak” saat diperlukan.
Berusaha untuk selalu menyenangkan semua orang meski kondisi tidak memungkinkan
merupakan suatu beban/sumber stress pekerja kemanusiaan.
Belajarlah untuk mengatakan “tidak” ketika kita memang tidak mau, atau tidak mampu
melakukan apa yang diminta orang lain pada kita.
21
Selain berbagai keterampilan interpersonal tersebut, dukungan sosial dari
sangat efektif dalam membantu mencegah berkembangnya stres di tahap awal ini.
Seseorang mendapatkan dukungan sosial dialami saat ia memiliki orang yang dekat
dengan dirinya, menerima dirinya apa adanya, memberikan kasih sayang dan
perhatian yang memadai serta dapat menjadi sarana berbagi perasaan.
Berbagi perasaan
Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan dukungan sosial
adalah dengan cara berbagi tentang perasaan dan pikiran yang kita alami. Inti dari
cara ini adalah mengungkapkan apa yang kita alami khususnya pengalamanpengalaman negatif. Bentuknya dapat bermacam-macam, misalnya dengan
bercerita pada orang yang dipercaya, atau ‘berbicara’ dengan diri sendiri tentang
berbagai pengalaman yang dirasakan melalui menulis, menggambar, menciptakan
lagu/puisi bahkan merenung.
Berbagi pengalaman sulit pada orang lain atau pada diri sendiri memang
terasa seperti membuka luka lama. Namun, jika kita sanggup melakukannya, rasa
sakit yang kita alami ketika berbagi akan tampak tak sebanding dengan berbagai
keuntungan yang akan kita peroleh dengan melakukannya. Berbagi pikiran dan
perasaan akan membantu melepaskan ketegangan dan memperoleh perasaan lega,
berpikir lebih jernih tentang apa yang telah terjadi sehingga tahu bagaimana
bersikap yang tepat, membangun kembali rasa percaya diri, meningkatkan harga
diri dan keyakinan diri. Berbagi pengalaman juga membantu seseorang melihat dan
menyadari berbagai pilihan dan cara pemecahan masalah untuk membuat
keputusan yang tepat. Hal ini terjadi karena seolah secara sadar seseorang yang
mengalami situasi sulit memutar kembali kisah pahit yang dilalui dan hal ini
merupakan sesuatu yang positif menuju proses pemulihan. Dengan berbagi,
seseorang juga dapat merasa bahwa dirinya diterima, diperhatikan, dan dihargai
oleh orang lain apabila orang yang mendengarkannya memberikan respons yang
positif.
Dengan menerapkan keterampilan interpersonal dan memiliki dukungan sosial maka
pekerja kemanusiaan akan dapat meminimalisir stres yang dialaminya.
Pekerja kemanusiaan akan menghadapi berbagai permasalahan ketika akan
memulai, melaksanakan, dan setelah menyelesaikan tugasnya. Oleh karenanya,
hal-hal berikut penting untuk dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan.
1. Persiapkan segala sesuatunya sebelum bertugas.
Dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum penugasan, berbagai
masalah termasuk masalah psikologis yang akan dihadapi dapat diatasi. Hal-hal
yang penting untuk dipelajari adalah:
a. Respon-respon umum yang mungkin terjadi terhadap stres akibat pekerjaan
kemanusiaan dan tanda-tanda kelelahan luar biasa akibat dari pekerjaan
yang dialami oleh diri sendiri dan rekan kerja.
b. Pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya: membaca buku, ikut pelatihan, diskusi dengan rekan.
c. Jika kita berasal dari lingkungan budaya yang berbeda dari tempat yang
akan kita datangi, pelajari sebanyak mungkin mengenai budaya setempat.
22
2. Jaga diri kita sendiri selama masa penugasan.
a. Jaga kesehatan tubuh. Usahakan untuk makan dan istirahat yang cukup.
Mengalihkan diri dari tugas untuk makan, minum, mencuci, beristirahat,
mungkin tampak seperti membuang-buang waktu tapi hal tersebut akan
membantu kita untuk bertugas secara maksimum dan efisien.
b. Hiduplah secara seimbang. Tidak membuat pekerjaan menjadi satusatunya hal yang menghabiskan waktu adalah hal yang justru sangat penting
agar dapat terus menjalankan pekerjaan tersebut dengan baik. Sebanyak
apa pun pekerjaan, luangkan waktu untuk beristirahat, beribadah, makan,
berkumpul bersama keluarga, menikmati hobi, meluangkan waktu sendiri,
dan berolahraga.
c. Ingatlah bahwa kita tidak sendiri. Kadang-kadang, ketika merasa tertekan,
biasanya seseorang akan tetap berusaha melakukan segalanya sendiri, tanpa
pernah berpikir untuk minta bantuan orang lain. Padahal, anda bukanlah
orang yang harus mengerjakan semua pekerjaan yang ada. Jangan takut
meminta bantuan orang lain. Bangunlah hubungan dan komunikasi yang baik
dengan sesama, misal: sesama pekerja kemanusiaan dari satu lembaga atau
lembaga yang berbeda. Jika memungkinkan, bentuklah pertemuan rutin
sesama pekerja kemanusiaan dari berbagai organisasi/institusi untuk saling
bercerita dan mendukung.
d. Anda memang tidak mampu melakukan segalanya, bantulah sesuai
kemampuan anda. Lawanlah perasaan tidak mampu dengan melakukan
sesuatu yang anda bisa, meskipun kecil. Anda memang tidak dapat
menyelesaikan semua masalah, tetapi anda dapat membuat keadaan satu
atau beberapa orang yang didampingi menjadi lebih baik. Jika pagi tadi
anda membuat salah satu anak yang didampingi tersenyum maka
bersyukurlah karena telah membuat dunia terasa lebih baik bagi anak itu.
e. Kelola waktu dengan baik. Salah satu sumber tekanan ialah merasa banyak
hal yang harus dilakukan dalam waktu yang singkat. Jika anda mengatur
waktu dengan baik, hidup akan menjadi lebih teratur dan mengurangi
tekanan-tekanan yang mungkin akan muncul. Langkah pertama dalam
mengelola waktu, adalah dengan mengetahui apa yang akan anda lakukan
dan membuat catatan mengenai bagaimana anda biasanya menghabiskan
waktu.
f. Berbagi pengalaman. Carilah seorang/beberapa teman dekat di lapangan
dan bicaralah dengan mengenai pengalaman anda dan apa yang anda
butuhkan. Bagilah juga kekhawatiran anda. Berbicara dengan orang lain bisa
menjadi cara terbaik untuk meringankan beban dan merasa diri tidak
sendiri.
3. Persiapkan diri untuk kembali ke rumah
Saat anda akan kembali ke rumah, persiapkan diri untuk ditanya mengenai
berbagai pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan
oleh keluarga dan teman. Jangan berkecil hati kalau kita tidak mendapatkan
dukungan yang seperti yang diharapkan. Setelah sampai di rumah, hal-hal yang
perlu anda lakukan antara lain:
Beristirahat total (mungkin sampai beberapa hari)
Perlahan-lahan kembali ke rutinitas sehari-hari
Memahami bahwa suatu yang wajar jika kita ingin bicara pada seseorang
mengenai pengalaman kita di lapangan (atau sebaliknya, tidak ingin
berbicara sama sekali)
Mengerti jika terkadang kita mengalami suasana hati yang cepat berubah,
hal ini juga sangat wajar terjadi.
23
Intervensi 2: Intervensi persepsi
Saat seseorang telah masuk dalam situasi sulit yang tidak menyenangkan
atau penuh tekanan tersebut, intervensi dilakukan untuk mencegah berkembangnya
stres dengan mengatur persepsi atau pemaknaan terhadap situasi tersebut. Pada
dasarnya dalam setiap situasi di kehidupan, termasuk situasi sulit, memiliki sisi
baik atau sisi positif. Sisi baik juga termasuk keadaan yang tidak semakin
memburuk. Situasi sulit yang tidak menyenangkan dan membebani cenderung dapat
terasa lebih ringan jika orang yang mengalaminya memfokuskan dirinya pada aspek
positif daripada menekankan pada aspek negatif dari pengalamannya tersebut.
Dalam tahap ini, seseorang dapat mengembangkan pikiran positif mengenai situasi
yang dialami.
Dalam kehidupan, tiap orang memiliki 2 pilihan, yaitu: memiliki kendali atas
pengalaman hidupnya atau menjadi korban dari pengalaman hidupnya. Dalam
intervensi persepsi ini, pokok bahasan utamanya adalah kontrol/kendali yang
dimiliki tiap orang atas pengalaman hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa
status kesehatan seseorang akan lebih baik jika mampu mengontrol atau melakukan
kendali terhadap sumber stres yang dialaminya. Kondisi kesehatan seseorang
cenderung terganggu jika ia yang merasa memiliki kendali yang sangat sedikit atau
bahkan tidak memiliki kendali sama sekali atas pengalaman hidupnya.
Dua pendekatan mengenai kontrol seseorang atas situasi sulit yang dialami:
Kontrol seseorang atas situasi sulit yang dialami dapat dibagi menjadi 2 hal, yaitu:
kontrol primer & kontrol sekunder. Konsep ini sama dengan konsep coping stres
(mengatasi stres).
1. Kontrol primer
Seseorang berusaha untuk mengubah situasi yang dialaminya. Usaha yang
dilakukan untuk mengatasi stres berfokus pada pemecahan masalah (problemfocused coping)
2. Kontrol sekunder
Seseorang berusaha untuk mengendalikan dirinya atau reaksi emosi yang
dialaminya. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi stres berfokus pada
menciptakan keadaan emosi diri yang positif/lebih menyenangkan/memberikan
kenyamanan (emotion-focused coping). Kontrol sekunder ini sangat efektif
membantu ketika seseorang menghadapi situasi yang sulit untuk dikontrol,
misalnya: kehilangan orang terkasih karena bencana alam yang dahsyat.
Contoh dari kontrol primer dan kontrol sekunder:
Ketika seseorang mengetahui bahwa dirinya menampilkan gejala dini suatu
penyakit yang serius, ia berusaha mengatasi situasi sulit tersebut dengan pergi ke
dokter untuk memeriksa kesehatannya, minum obat yang dapat menghilangkan
gejala penyakit (kontrol primer/problem-focused coping). Sedangkan jika yang
dilakukan adalah: ‘curhat’ kepada teman dekat untuk melepaskan kekhawatiran,
berdoa memohon diberikan kekuatan supaya tetap tabah, pergi menonton bioskop
bersama kekasih untuk melupakan sejenak tentang penyakit yang dialami
merupakan bentuk kontrol sekunder (emotion-focused coping).
24
Intervensi persepsi antara lain meliputi: apa yang sebaiknya menjadi fokus
perhatian dari suatu pengalaman hidup yang sulit, bagaimana mempersepsi situasi
sulit menjadi lebih humoris daripada mengancam, bagaimana dapat tetap
bersyukur dalam situasi sulit, bagaimana tetap merasa nyaman dengan diri sendiri,
bagaimana
memandang
situasi
sulit
sebagai
suatu
tantangan
dan
dapat
dikendalikan. Dalam intervensi persepsi ini, spiritualitas dan keyakinan iman
seseorang dapat menjadi sumber dari berbagai usaha yang dapat dilakukan sebagai
wujud intervensi persepsi.
Berbagai cara praktis dapat dilakukan untuk tetap dapat mengendalikan
pengalaman sulit yang dialami. Hal ini akan dijelaskan dalam bagian tersendiri,
yaitu dalam bab “Pikiranku mempengaruhiku” dan “Memecahkan kesulitan yang
dialami”.
Nothing in life is so hard that you can’t make it easier by the way you take it
(Ellen Glasgow)
Tidak ada sesuatu dalam hidup yang terlalu berat sehingga kamu tidak dapat membuatnya
lebih mudah melalui cara kamu menghadapinya
Intervensi 3: Intervensi respons emosi
Ketika seseorang menilai suatu situasi bersifat mengancam, respons
emosional seperti takut, marah, cemas secara otomatis dialami. Tiap orang pada
dasarnya mampu menghambat respons emosional yang tidak menyenangkan
tersebut dengan teknis relaksasi yang akan dijelaskan secara khusus pada bab
keempat.
Intervensi 4: Intervensi respons fisik/faali
Saat
respons
emosi
negatif
muncul,
seseorang
cenderung
ingin
melampiaskannya secara fisik, misalnya: berteriak, memukul tembok, dan lain-lain.
Ketika respons emosi negatif yang dialami tidak berhasil diatasi maka stres akan
mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Ketahanan fisik seseorang semakin
terganggu. Untuk mencegah respons fisik menjadi semakin serius dan mengganggu
kesehatan seseorang, upaya intervensi penting untuk dilakukan. Berolahraga
merupakan intervensi yang efektif untuk menghambat berkembangnya suatu
respons/pengalaman secara fisik yang menimbulkan ketidaknyamanan.
25
Masing-masing cara di atas umumnya hanya mampu untuk memblokir
perjalanan stres pada suatu tahapan namun tidak dapat melakukan hal yang sama
pada tahapan sebelumnya atau selanjutnya. Karenanya, usaha mengelola stres
perlu dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan berbagai cara sesuai
dengan tahap perkembangan stres.
26
Memecahkan Masalah yang Dialami3
Kunci dari masalah yang anda alami terletak di dalam diri anda sendiri bukan di
luar diri anda. Hal ini berarti bahwa ANDA adalah kunci dari penyelesaian (solusi)
dan bukan orang lain. Alasannya adalah:
•
ANDA lebih mengetahui apa yang anda alami/masalah anda daripada orang lain
di dunia ini.
•
ANDA hidup dengan masalah anda dari hari ke hari.
•
ANDAlah yang mendapatkan manfaat terbesar dari usaha anda mengatasi
masalah yang anda alami.
•
ANDA dapat memiliki kontrol dan tanggungjawab penuh untuk mengelola
kesulitan (stres) anda.
•
ANDA dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa mampu dalam
menyelesaikan suatu tugas.
STRES yang anda alami merupakan masalah yang ADA solusinya tetapi jawaban dari
masalah yang anda alami ada pada DIRI ANDA SENDIRI.
Dalam kehidupan, seringkali seseorang merasa terbebani dengan berbagai
tuntutan dari pekerjaan, keluarga, kondisi dalam diri, dan lain-lain. Sangat wajar
jika seseorang merasa cemas karena tidak mampu memenuhi berbagai tuntutan
tersebut pada saat yang bersamaan. Saat cemas, seseorang akan merasa sulit
mengambil keputusan sehingga kecemasannya semakin dalam. Akibat dari
kecemasan tersebut, seseorang sangat sulit berkonsentrasi untuk menemukan solusi
atas masalah yang dialami. Hal ini terjadi karena seseorang akan mulai memikirkan
masalahnya dari sudut pandang yang negatif saat ia merasa cemas atau khawatir.
Solusi yang perlu diambil saat itu adalah: BERHENTI! Berhenti berpikir tentang
masalah yang dialami dari sudut pandang negatif yang biasanya dilakukan. Mulailah
mencoba untuk melihat masalah yang dialami dari sudut pandang yang berbeda.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang efisien
digunakan ketika seseorang telah mampu lepas dari kekhawatirannya dan melihat
masalah yang dialami dari sudut pandang yang berbeda. Semakin sering teknik ini
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari maka akan semakin terbiasa dalam
menggunakannya kelak di masa yang akan datang.
3
Disusun oleh Nathanael Sumampow
27
Menurut seorang psikolog terkenal dari Australia, Tian P. Oei, terdapat 9
langkah pemecahan masalah. Namun sebelum masuk kedalam 9 langkah tersebut,
terdapat 3 prasyarat sebelum memulai 9 langkah pemecahan masalah tersebut.
Ketiga prasyarat ini diadaptasi dari langkah awal pemecahan masalah menurut
seorang psikolog handal dari Indonesia, Hanna D. Bastaman. Tiga prasyarat tersebut
adalah:
1. Niat untuk memecahkan masalah tersebut, tanpa niat apapun tidak akan
terlaksana;
2. Berbagai gejolak emosi diredakan terlebih dahulu karena sulit untuk berpikir
jernih dan memecahkan masalah dengan akal sehat jika masih marah atau
takut atau cemas;
3. Masalah yang dialami harus diakui keberadaannya, seringkali seseorang
tidak mengakui dan tidak mau menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki
suatu masalah. Selama seseorang tidak bersedia mengakui masalah maka
tidak mungkin dapat menyelesaikan masalahnya.
9 langkah pemecahan masalah:
Langkah 1: Tentukan sebuah masalah spesifik yang ingin ditangani terlebih dahulu
Anda memilih terlebih dahulu satu masalah spesifik untuk dipecahkan
meskipun dalam kebanyakan kasus seseorang berhadapan dengan lebih dari satu
masalah sekaligus. Anda dapat memilih masalah spesifik yang hendak dipecahkan
berdasarkan skala prioritas. Untuk membantu membuat masalah menjadi lebih
spesifik, teknik 5W1H (what, why, when, where, who, dan how) dapat digunakan.
Dalam langkah pertama ini anda diharapkan mampu:
1. Mendefinisikan
masalah
dengan
cara
menetapkan
tujuan
konkret/mengemukakan apa yang anda inginkan terjadi sebagai solusi.
Rumuskan keinginan anda tersebut secara spesifik dalam kalimat:
“saya ingin ... ... ... ...”.
Terdapat 2 jenis tujuan dalam pemecahan masalah, yaitu:
(1) tujuan yang fokusnya adalah menciptakan perubahan kondisi masalah yang
dialami (problem–focused goals). Contoh problem–focused goals: “Saya ingin
masuk kantor tepat waktu”; “Saya ingin program pendampingan yang menjadi
tanggungjawab saya diikuti minimal 60% dari jumlah anak yang ada di desa X”;
“Saya ingin dapat berkata ‘TIDAK’ pada atasan saya yang sering menambah
beban kerja saya yang sebenarnya sudah sangat banyak”.
28
(2) tujuan yang fokusnya adalah mengurangi atau meminimalkan dampak dari
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh masalah yang dialami (emotion–
focused goals). Contoh emotion–focused goals: “Saya ingin tetap tenang
meskipun bekerja dengan rekan yang selalu mengeluh”; “Saya ingin dapat
berkonsentrasi pada tugas saya sebagai pekerja kemanusiaan di tempat yang
jauh dari istri dan anak saya”.
2. Jika ada orang lain yang terlibat dalam masalah maupun solusi yang anda
inginkan terjadi, anda harus memutuskan apakah akan bekerjasama dengan
mereka dalam menjalankan langkah–langkah pemecahan masalah ini atau
melakukannya sendirian.
Sebagai contoh: manakah yang lebih baik, apakah melibatkan orang lain atau
sendiri dalam mewujudkan keinginan supaya suasana kerja di kantor anda
menjadi lebih penuh kekeluargaan dan kebersamaan?
Langkah 2: Jika masalah terlalu rumit, uraikan menjadi bagian-bagian kecil
Seringkali anda merasa masalah yang dialami terlalu besar dan rumit.
Akibatnya anda menjadi putus asa. Perasaan putus asa tersebut sangatlah
beralasan karena memang masalah yang anda alami begitu besar, misalnya: beban
anda sebagai orangtua tunggal adalah menghidupi 3 anak yang masih kanak-kanak
karena suami meninggal dan membiayai kuliah adik anda karena orangtua anda
sudah pensiun. Perasaan putus asa tersebut disebabkan karena tidak tahu harus
memulai dari mana dan dengan cara yang bagaimana.
Sebenarnya masalah yang dialami bukan tidak dapat dipecahkan. Sangatlah
wajar jika anda merasa tidak mampu berbuat sesuatu karena masalah anda sangat
rumit. Oleh karena itu, perjelas masalah yang rumit tersebut menjadi bagianbagian kecil. Misalnya: beban sebagai orangtua tunggal tersebut diuraikan menjadi:
membayar uang sekolah anak, menyediakan waktu minimal 1 jam tiap hari bermain
dengan anak, menghemat pengeluaran yang dianggap tidak penting, dan lain – lain.
Dengan mengurai masalah yang rumit tersebut, kepercayaan diri anda cenderung
meningkat karena anda tahu apa yang dapat anda lakukan. Anda merasa mampu
mengatasi masalah tersebut.
Langkah 3: Pilih satu bagian yang ingin ditangani terlebih dahulu
Setelah masalah diuraikan menjadi bagian–bagian kecil, tentunya anda akan
memperoleh daftar masalah yang mungkin jumlahnya banyak. Sulit untuk
29
mengatasi berbagai masalah sekaligus. Oleh karena itu, pilihlah satu masalah yang
ingin ditangani terlebih dahulu. Anda bebas memilih berdasarkan pertimbangan
anda sendiri. Sebaiknya, anda memilih masalah yang paling mungkin dilakukan
memperhatikan kondisi anda saat itu. Fokus pada satu masalah akan membantu
anda untuk melangkah maju dan tidak jalan di tempat dalam usaha memecahkan
masalah anda. Mungkin, setelah satu bagian dari masalah anda dapat dipecahkan
tanpa disadari bagian yang lain juga teratasi.
Langkah 4: Pikirkan sebanyak mungkin cara (solusi) untuk mengatasi masalah anda
Setelah anda memilih masalah/satu bagian dari masalah rumit yang ingin
anda atasi, saatnya anda memikirkan berbagai cara untuk mengatasinya. Saat ini,
anda bebas mengemukakan pendapat tentang cara yang dapat dilakukan. Bebaskan
pikiran anda dari hal-hal yang membelenggu anda untuk mengemukakan ide-ide
kreatif anda, misalnya: “Ide ini melanggar norma; ide ini pasti akan membuat saya
dianggap aneh bahkan gila oleh orang lain”. Bebaskan diri anda dari penilaian
terhadap berbagai ide tentang kemungkinan cara yang berhasil anda himpun.
Dalam langkah ke-4 ini, tugas anda hanyalah merekam (mencatat) ide-ide yang
muncul dalam benak anda tentang alternatif cara (solusi) untuk mengatasi masalah
anda.
Langkah 5: Pertimbangkan kemungkinan dilakukannya berbagai solusi tersebut
Jika dalam langkah ke-4 anda diminta untuk membebaskan diri anda dari
penilaian, di langkah ke-5 ini anda diperkenankan untuk mengevaluasi tiap ide-ide
tentang solusi yang mungkin dapat dilakukan. Saatnya, anda membuat ide tentang
solusi anda menjadi lebih ‘sesuai dengan kenyataan’: mungkin/tidak ide tentang
solusi tersebut dilakukan. Jawablah pertanyaan berikut untuk mengevaluasi tiap
ide tentang solusi yang telah dihimpun di langkah ke-4:
1. Apa pro dan kontra (positif dan negatif) dari solusi tersebut ?
Alternatif Solusi
Pro
Kontra
2. Apa konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari solusi tersebut ?
(batasan waktu untuk jangka pendek dan jangka panjang dapat disesuaikan
dengan masalah yang anda alami dan alternatif solusinya)
Alternatif Solusi
1 bulan dari sekarang
3 tahun dari sekarang
30
3. Sebesar apakah keinginan atau niat anda untuk mencoba solusi tersebut ?
(anda dapat membuat mengukur keinginan atau niat anda tersebut dalam bentuk
angka, angka 1:keinginan atau niat anda mencoba solusi tersebut sangat kecil,
dan seterusnya sampai angka 6:keinginan atau niat nada sangat besar)
Kecil
Besar
Alternatif solusi
1 2 3 4 5 6
Langkah 6: Pilih solusi yang akan dijalankan
Dengan menjawab 3 pertanyaan di langkah 5, anda cenderung akan lebih
mudah dalam memilih solusi yang hendak diterapkan.
Langkah 7: Rencanakan suatu aksi untuk menjalankan solusi yang dipilih
Setelah anda memilih solusi yang akan dicoba untuk dilakukan, rencanakan
bagaimana anda melakukannya. Buatlah suatu rencana aksi. Apa yang anda
perlukan dan bagaimana menjalankan rencana aksi tersebut. Dalam rencana
tersebut, tentukan pula waktu yang anda butuhkan. Perkirakan kapan aksi tersebut
dimulai dan perkirakan kapan hasil yang direncanakan dapat dicapai.
Langkah 8: Jalankan rencana tersebut
Suatu rencana tidak dapat diketahui dampak atau keampuhannya jika tidak
dilaksanakan. Rencana yang telah disusun harus segera ditindaklanjut dengan
menjalankannya. Laksanakan segera rencana anda. Penundaan akan menambah
kesulitan dalam menjalankan rencana anda. Dalam menjalankan rencana, fokuskan
pikiran anda pada solusi. Ada suatu pepatah: “Apa yang kita fokuskan, itulah yang
akan kita peroleh”. Jika kita fokus pada solusi, kita akan memperoleh
penyelesaikan namun jika fokus pada masalah, permasalahan baru yang akan
ditemukan.
Langkah 9: Evaluasi efektifitas solusi yang dipilih
Apa yang anda lakukan di langkah 8 dapat berhasil 100% sesuai yang anda
inginkan/direncanakan, hanya 75%, hanya 50%, 20% atau bahkan 0% alias
gagal/tidak berhasil. Di langkah terakhir ini, anda mengevaluasi solusi yang telah
anda coba lakukan. Pertanyaan utamanya adalah: “Apakah masalah anda teratasi?”
Jika tidak atau anda belum puas atas hasil yang anda capai, pertanyaan berikut
membantu anda untuk melakukan evaluasi:
•
Apa yang anda pelajari dari solusi tersebut? Apa hikmah yang dapat dipetik dari
solusi yang telah dilakukan tersebut?
31
•
Apakah masalah yang anda ingin atasi tersebut memang merupakan masalah
utama? Atau apakah anda masalah lain yang tidak terpikirkan sebelumnya
sehingga solusi yang dipilih tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan?
•
Apakah ada solusi lain yang mungkin lebih efektif?
SELAMAT MENCOBA. Ingat anda memegang kendali atas masalah anda. Anda dapat
mengatasi masalah anda.
Menurut Hanna D. Bastaman, saat masalah dihadapi dan berhasil
dipecahkan, seseorang mampu menemukan hikmah di balik masalah yang
dialaminya. Saat masalah teratasi, 3 hikmah yang dapat dipetik, yaitu:
1. Masalah
timbul
untuk
memperlihatkan
pada
kita
bahwa
kita
mampu
mengatasinya.
Keberhasilan untuk tidak menghindari masalah melainkan dapat mengatasinya
akan menyebabkan diri kita menjadi lebih tegar dan percaya diri dalam
menghadapi berbagai masalah lain yang suatu saat pasti akan muncul.
2. Mengalami getirnya masalah memberikan peluang untuk menentukan sikap
apakah akan tetap menjalani pola hidup yang sama atau beralih langkah ke
arah yang lebih benar dan baik.
Masalah biasanya timbul karena salah menentukan sikap dan tindakan. Oleh
karena itu selain memberi isyarat bahwa kita salah langkah, masalah juga
memberikan peluang untuk mengubah arah.
3. Masalah dan penderitaan yang dialami berfungsi sebagai petunjuk Tuhan agar
kita tetap mengingat-Nya dalam doa.
Keyakinan bahwa tiap masalah ada jalan keluar dan keyakinan bahwa selalu ada
harapan dalam keadaan paling buruk sekalipun merupakan sikap positif dan
sehat.
32
Pikiran Atau Keyakinanku Mempengaruhiku4
Proses Penciptaan Selalu Terjadi 2 Kali
Anda tentunya pernah membuat atau menciptakan sesuatu. Seorang ibu
rumah tangga, setiap harinya membuat masakan untuk keluarganya. Seorang
pemuda berhasil meraih gelar pendidikan jenjang tertentu. Seorang ayah yang
bekerja sebagai arsitek berhasil membuat gedung. Seorang karyawan berhasil
membuat laporan keuangan perusahaannya setiap tahun. Masih banyak lagi contoh–
contoh karya atau pencapaian seseorang. Pertanyaannya apakah karya atau
pencapaian tersebut terjadi begitu saja? Cerita tentang tongkat ajaib yang dapat
mewujudkan suatu karya atau mengabulkan keinginan merupakan suatu dongeng
belaka. Lalu bagaimana dengan kita ?
Segala sesuatu yang dapat anda ciptakan terjadi 2 kali. Penciptaan pertama
kali terjadi di dalam benak anda. Maksud kalimat tersebut adalah anda
menghadirkan proses penciptaan tersebut dalam pikiran anda. Seorang ibu yang
hendak membuat makanan siang untuk keluarganya mengawalinya dengan
merencanakan dalam pikirannya berbagai hal seperti: berapa banyak uang yang
akan dikeluarkan untuk berbelanja? Bahan – bahan makanan apa yang akan dibeli
dengan uang tersebut? Bagaimana mengolahnya? dan lain sebagainya. Setelah anda
mampu menghadirkannya dalam pikiran anda tersebut barulah anda masuk ke
dalam proses penciptaan ke–2, yaitu dalam kegiatan nyata anda mewujudkan apa
yang anda inginkan.
“ Apa yang anda pikirkan, itu yang akan anda dapatkan “
Salah satu cara menciptakan sesuatu dalam benak anda adalah berkata pada
diri anda sendiri bahwa anda mampu memperoleh apa yang anda inginkan: “Saya
pasti bisa/dapat ....................... (sesuatu yang ingin diwujudkan)”. Untuk
semakin memperkuat keyakinan/pemikiran bahwa anda bisa mewujudkannya, anda
dapat menuliskannya di kertas kemudian menempelkan kertas tersebut di meja
anda atau di tempat dimana anda dapat melihat dan membacanya setiap hari.
Intinya adalah memvisualisasikannya (membuat suatu gambaran konkret yang dapat
ditangkap oleh indera pelihatan anda).
Anda dapat melakukannya dengan:
membuat suatu tulisan (puisi, kalimat indah, karangan singkat) atau gambar yang
temanya adalah keinginan yang ingin anda ciptakan. Usaha anda untuk membuat
4
Disusun oleh Nathanael Sumampow
33
visualisasi tersebut diharapkan dapat memotivasi anda untuk melakukan aksi nyata
mewujudkan keinginan tersebut.
Pengalaman
Pemikiran
Konsekuensi (PPK)
Dulu para ahli di bidang psikologi menjelaskan bahwa pengalaman anda
menyebabkan emosi dan pikiran anda bereaksi.
Pengalaman
Konsekuensi Emosi/Perilaku
Sedih, kecewa, depresi
Sulit konsentrasi,
malas aktivitas
Putus asa
Bertengkar dengan istri
Gangguan tidur
Putus cinta
di-PHK
Sesuatu yang diluar menyebabkan emosi atau perilaku anda. Apakah memang
demikian? Tentunya tidak!
Kenyataan menunjukkan bahwa konsekuensi dari
pengalaman yang sama berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Suatu
pengalaman tidak secara otomatis menyebabkan dihayatinya suatu emosi maupun
perilaku yang negatif. Mereka yang pernah mengalami putus cinta tidak secara
otomatis pasti mengalami kesedihan yang mendalam dan tidak otomatis
menyebabkan dirinya sulit berkonsentrasi. Apakah yang menyebabkan terjadinya
perbedaan konsekuensi dari pengalaman seseorang tersebut ?
Para ahli di bidang psikologi melihat bahwa penjelasan lama yang
mengatakan bahwa emosi atau perilaku disebabkan secara langsung oleh sesuatu
yang terjadi di lingkungan (suatu pengalaman/peristiwa yang terjadi), kurang
sesuai untuk menjelaskan keragaman reaksi emosi/perilaku sebagai konsekuensi
dari pengalaman/peristiwa yang sama. Kemudian para ahli di bidang psikologi
menjelaskan bahwa bukan pengalaman (keadaan) itu sendiri yang secara langsung
memunculkan reaksi emosi/perilaku sebagai konsekuensi pengalaman. Pikiran yang
dikembangkan seseorang atas pengalamannya yang menimbulkan emosi/perilaku
sebagai konsekuensinya. Proses pikir, pemaknaan atau interpretasi anda mengenai
pengalaman terjadi setelah suatu pengalaman menentukan konsekuensi emosi atau
perilaku anda. Hal–hal di luar tidak mempunyai kekuasaan atas diri kita. Kitalah
yang berkuasa atas diri kita. Kita menentukan emosi dan perilaku kita.
Bagaimanakah prosesnya ?
Pengalaman
Pemikiran
Konsekuensi
34
Ditegur atasan
“bos tidak adil”
“saya tidak salah”
“bos benci saya”
“memang ada kesalahan”
“memang ada kesalahan”
“bos peduli pada saya”
Marah
Bisa menerima
Memperbaiki kesalahan
Mungkin anda berpikir bahwa teguran dari atasan menyebabkan seseorang merasa
marah. Kenyataannya adalah apa yang diyakini atau dipikirkan oleh seseorang
tentang teguran dari atasannya tersebut menentukan konsekuensi yang dialaminya.
Anda dapat berlatih untuk mengembangkan pemikiran yang dapat memunculkan
konsekuensi yang positif untuk diri anda. Berpikir positif tentang pengalaman anda
akan menyebabkan anda merasa nyaman, sehat, tetap prima dalam beraktivitas.
Memang sulit untuk mengembangkan pemikiran positif terutama jika terbiasa
berpikir yang negatif. Namun, anda dapat melatih diri untuk mengembangkan
pemikiran yang positif. Keuntungannya akan anda rasakan bukan dirasakan oleh
orang lain.
“Pikiranmu menentukan apa yang kamu alami”
Berhenti berpikir
Saat anda mendapatkan masalah, sangat mudah untuk berpikir dari sudut
pandang negatif tentang pengalaman anda. Pemikiran negatif seolah–olah muncul
secara otomatis. Namun, seperti yang telah disepakati sebelumnya bahwa anda
memiliki kendali atas diri anda, memiliki kendali atas apa yang anda pikirkan maka
pemikiran negatif anda sebenarnya dapat diatasi. Anda tidak dapat berpikir
tentang 2 hal pada saat yang bersamaan. Anda tidak dapat berpikir secara positif
bersamaan dengan berpikir secara negatif. Jadi saat anda berpikir negatif,
pemikiran positif tidak mungkin terjadi. Untuk dapat memulai melatih diri anda
berpikir positif, anda dapat memulai latihan “berhenti berpikir negatif”. Tekniknya
sederhana. Anda dapat melakukan hal – hal berikut:
Sesegera mungkin ketika anda menyadari bahwa anda berpikir secara negatif,
katakan pada diri anda sekeras mungkin: “STOP! STOP! STOP!”.
Alihkan perhatian pada hal – hal yang lain. Libatkan diri anda pada aktivitas
yang lain merupakan usaha mengalihkan perhatian yang efektif.
Berikut merupakan contoh-contoh sederhana untuk mengalihkan perhatian saat
pemikiran negatif muncul:
1. menghitung dalam kepala
35
2. membaca buku yang menarik atau majalah yang penuh gambar
3. mengamati hal – hal yang terjadi di sekitar anda, misalnya: melihat
pemandangan di luar jendela, mengamati perilaku orang lain
4. bersenandung atau menyanyi dalam hati
5. mengatakan hal positif pada diri: “saya bisa/dapat melalui kesulitan ini”
6. menonton televisi, mendengarkan radio/musik, menonton film
7. melakukan aktivitas hobi yang sederhana, misalnya: menyulam, mengisi
teka-teki silang, dan lain – lain
8. tinggalkan situasi yang membuat anda berpikir negatif dan lakukan
aktivitas yang bertujuan, misalnya: pergi ke perpustakaan, berbelanja, dll.
9. berjalan secara perlahan-lahan sehingga anda merasa tenang
10. berinteraksi, bercakap-cakap dengan orang-orang di sekitar anda.
Positive Self Talk
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, apa yang anda katakan pada
diri anda berkaitan dengan pengalaman anda akan membantu anda bereaksi secara
positif. Seringkali kita mengatakan hal-hal yang negatif tentang diri kita, seperti:
“saya selalu gagal”, “saya selalu membuat orang lain kesal”, dan lain-lain.
Pernyataan – pernyataan tersebut dinilai oleh para ahli di bidang psikologi sebagai
pemikiran irrational, tidak masuk akal karena tiap orang pasti pernah mengalami
keberhasilan dan juga pernah mengalami kegagalan.
Pikiran negatif yang anda katakan kepada diri anda harus diubah menjadi
pikiran positif yang dikatakan pada diri anda untuk dapat tampil secara optimal
dalam interaksi sosial anda. Karena pikiran negatif cenderung mengganggu
kesejahteraan anda, mengganggu kesehatan anda, maka pikiran negatif harus
ditantang. Anda dapat menantang pikiran negatif anda dengan mencari bukti –
bukti obyektif dari pengalaman – pengalaman anda yang menantang pikiran negatif
tersebut. Maksudnya adalah mencari bukti dimana pikiran negatif anda keliru
karena kenyataannya tidak demikian. Misalnya: “saya selalu gagal”, tantang pikiran
ini dengan melihat ke pengalaman anda, apakah anda sama sekali tidak pernah
mengalami keberhasilan, sekecil apapun keberhasilan itu? Katakan pada diri anda
tentang apa yang sebenarnya anda alami. Katakan pada diri anda tentang hal – hal
positif anda.
Apa yang anda katakan pada diri anda (tingkah laku verbal) dalam psikologi
dikenal dengan istilah ‘self-talk’. ‘Self-talk’ dapat meningkatkan unjuk kerja anda
dalam berbagai hal. Seorang pelajar yang akan mengikuti ujian, berkata kepada
36
dirinya: “saya pasti bisa” akan mendapatkan kenyataan bahwa dirinya memang
benar-benar bisa lulus ujian. Seorang atlit yang sebelum memulai pertandingan,
berkata kepada dirinya: “buktikan bahwa kerja kerasku berlatih membuahkan
hasil” akan memperbesar peluang dirinya memperoleh juara. Oleh karena itu,
katakan pada diri anda tentang hal – hal yang positif maka anda akan
memperolehnya.
Menurut Prof. Dr. Jeanette Murad, terdapat beberapa aturan untuk
membuat/menulis suatu pernyataan positif kepada diri anda sendiri. Aturan
tersebut antara lain:
1. Hindari kata – kata negatif
Hindari mengatakan: “saya tidak akan khawatir menghadapi masyarakat yang
sangat menuntut” melainkan “saya tenang dan percaya diri menghadapi
masyarakat dampingan”
2. Pakailah konteks waktu sekarang
Hindari mengatakan: “nanti, satu jam lagi, saya akan merasa lebih baik”
karena akan menunda terjadinya apa yang anda harapkan. Katakan demikian:
“saya bisa bernafas dengan lega dan merasa tenang”
3. Buat dalam bentuk orang pertama
Awali kalimat yang anda katakan pada diri anda dengan kata ‘saya’: “Saya.....”
4. Yakin akan positive self-talk yang dibuat
Jangan mengatakan sesuatu hanya karena kalimat itu positif namun anda tidak
mempercayainya.
Contoh – contoh positive self – talk:
Saya bisa menghadapinya
Saya akan terbiasa dengan banyak latihan
So what ?
Saya OK sekarang ini
Saya pantas dicintai
Saya mampu
Saya percaya kemampuan saya
Saya terima diri saya
Saya bisa maju selangkah demi selangkah
Saya terima tantangan tersebut
Saya gunakan potensi saya.
37
Ketika Kegagalan Terus Dialami
Seringkali berbagai usaha telah dilakukan, namun hasil yang diharapkan
tidak kunjung diperoleh. Pertanyaannya: “Apakah yang dapat dilakukan?”,
“Bagaimana menghadapinya?” Ketika hal seperti ini anda alami, anda diharapkan
dapat mengambil “sikap yang tepat” terhadap masalah anda. Ada sebuah doa yang
dapat membantu kita untuk memahami dan mengambil sikap atasi berbagai
masalah yang ada.
Ya Tuhan, berikanlah kepada kami keberanian dan kekuatan
Untuk mengubah hal-hal yang dapat diubah dalam hidup kami
Berikanlah kepada kami kebesaran hati
Untuk menerima hal-hal yang memang tidak dapat diubah, dan
Berikanlah kepada kami kebijaksanaan, untuk memilih mengubah hal-hal yang
dapat diubah atau menerima hal-hal yang memang tidak dapat diubah.
Dalam buku Stephen Covey, “7 kebiasaan efektif”, ia menjelaskan tentang
konsep “lingkaran pengaruh vs lingkaran kepedulian”. Konsep ini sangat membantu
kita untuk menempatkan berbagai masalah yang kita alami dengan baik. Menurut
Covey, kita perlu menempatkan berbagai masalah yang ada dalam hidup kita ke
dalam lingkaran pengaruh atau lingkaran kepedulian. Lingkaran pengaruh adalah
hal–hal atau masalah yang berada dalam kewenangan anda. Anda memiliki
akses/pengaruh
langsung terhadap masalah tersebut. Sebagai seorang pekerja
kemanusiaan, lingkaran pengaruh anda adalah segala hal yang menjadi kewenangan
anda, segala sesuatu yang menjadi tanggungjawab anda, misalnya: bagaimana
menjalankan program di tengah masyarakat, bagaimana menyusun laporan kegiatan
dan lain-lain. Sedangkan lingkaran kepedulian adalah berbagai hal–hal atau masalah
yang diluar kewenangan anda. Anda tidak memiliki akses langsung/pengaruh atas
hal tersebut. Sebagai pekerja kemanusiaan, lingkaran kepedulian anda misalnya:
kebijakan PBB tentang bantuan kemanusiaan, sikap kerja atasan anda yang
kebetulan ekspatriat dan lain- lain.
Lingkaran kepedulian
Lingkaran pengaruh
38
Hal yang dapat anda pelajari dari konsep Covey ini adalah tempatkan
berbagai hal-hal atau isu yang anda anggap sebagai suatu masalah ke dalam
lingkaran kepedulian atau lingkaran pengaruh anda. Setelah itu adalah:
Fokuskan energi dan pikiran anda pada masalah yang berada di dalam
lingkaran pengaruh anda, yaitu: masalah–masalah yang menjadi kewenangan
anda. Anda dapat melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
Hindari membuang waktu dan energi anda pada masalah yang berada di
lingkaran kepedulian anda. Jika anda menginvestasikan banyak waktu dan
energi pada masalah di lingkaran kepedulian anda, anda cenderung akan
merasa tidak berdaya, kehabisan energi dan pada akhirnya merasa bahwa
diri anda tidak dapat melakukan apapun.
Daripada anda menghabiskan waktu dan energi untuk membicarakan mengenai
atasan anda yang galak, lebih baik anda menghabiskan waktu dan energi anda
untuk berpikir bagaimana program yang anda koordinir dapat berjalan dengan baik
di masyarakat. Anda tidak dapat mengubah atasan anda namun anda dapat
mengubah diri anda. Dengan mengubah diri anda mungkin nantinya atasan akan
mengubah dirinya karena melihat dan merasakan manfaat dari perubahan diri
anda. Dengan demikian, lingkaran pengaruh anda akan semakin meluas.
39
RELAKSASI DAN OLAHRAGA
Untuk Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Mental5
Stres atau ketegangan meningkatan aktivitas sistem saraf simpatik sehingga
kita mengalami jantung yang berdebar-debar, aliran darah yang meningkat, otot
yang menegang, dan nafas yang cepat. Peningkatan aktivitas ini kemudian
menimbulkan stres yang lebih tinggi sehingga terjadilah daur stres yang lebih
parah. Stres yang lebih parah ini akan menurunkan kekebalan tubuh kita.
Peningkatan aktivitas saraf simpatik dan penurunan kekebalan tubuh dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
stroke, gangguan tidur, maag, sakit kepala serta nyeri punggung dan otot.
Munculnya atau semakin parahnya penyakit fisik, seperti yang disebutkan tadi,
akibat stres psikologis sering kali disebut dengan psikosomatis. Untuk mencegah
dan mengatasi dampak fisik dari stres yang kita alami, kita dapat melakukan
relaksasi dan olahraga.
RELAKSASI
Relaksasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan ketenangan
atau merasa santai. Keadaan tenang tersebut ditandai oleh penurunan detak
jantung, kecepatan napas, tekanan darah, ketegangan otot, dan kecepatan
metabolisme tubuh serta melambatnya gelombang otak. Ada banyak hal yang dapat
membuat kita rileks seperti ibadah, bermain dengan anak, mendengarkan musik,
menonton tivi, mandi dengan air hangat, dipijat atau menikmati pemandangan
alam. Tulisan ini akan khusus membahas teknik relaksasi dengan mengatur
pernapasan dan perhatian kita.
Relaksasi memiliki manfaat:
1. Mengatasi kecemasan, kegelisahan, kemarahan, kesulitan berkonsentrasi,
sakit kepala, sulit tidur, dan dampak stres lainnya. Penurunan kecemasan
dan kegelisahan akan membantu kita untuk berpikir lebih jernih sehingga
kita lebih mampu menyelesaikan masalah yang kita temui.
5
Disusun oleh Ibnu Mundzir
40
2. Memberikan istirahat pada pikiran kita dari serangan masalah sehari-hari.
Relaksasi membantu kita untuk tetap tenang, dapat mengendalikan diri, dan
lebih kreatif meskipun kita berada pada situasi yang penuh dengan tekanan.
3. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Seseorang yang rutin melakukan relaksasi umumnya memiliki kesehatan
yang lebih baik dibanding yang tidak melakukannya. Dampak jangka panjang
ini akan didapatkan jika seseorang sudah mempraktekkan relaksasi secara
teratur selama 4-6 minggu. Kesehatan fisik dan mental memang memiliki
hubungan yang erat. Salah satu bukti bahwa kesejahteraan psikologis dan
kesehatan saling mendukung adalah efek placebo. Efek placebo berasal dari
bahasa Latin yang berarti, “Saya akan menyenangkan anda.” Dalam
kedokteran, kata ini berarti obat atau prosedur yang tidak bahan aktif
menyembuhkan,
tetapi
diberikan
hanya
untuk
menenangkan
atau
menyenangkan pasien. Contohnya adalah pasien sembuh karena merasa
telah mendapatkan obat padahal obat yang didapatkan hanyalah kapsul
berisi tepung atau perempuan yang umumnya melahirkan lebih cepat dan
dengan rasa sakit yang berkurang jika didampingi oleh keluarga dekatnya.
Teknik sederhana untuk membangkitkan respon relaksasi:
1. Menemukan lingkungan yang tenang
2. Duduklah atau berbaring dalam posisi yang nyaman. Lepaskan sepatu dan
kendurkan ikat pinggang.
3. Pejamkan mata
4. Kendurkan otot-otot tubuh mulai dari kaki, betis, paha, perut, pundak,
tangan, leher, dan kepala
5. Berkonsentrasilah pada pernapasan. Bernapaslah secara perlahan-lahan dan
wajar.
6. Pilihlah satu kata seperti tenang, damai, santai, atau rileks. Lalu, ucapkan
berulang-ulang pada hati atau gambarkan pada pikiran anda setiap anda
menghembuskan napas. Ketika menarik napas, anda tidak perlu mengatakan
kata tersebut.
Jika anda tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat, pusatkan perhatian
anda pada perut yang mengembang dan mengempis seiring dengan irama
napas. Bayangkan perut anda seperti balon yang mengembang dan
mengempis
secara
perlahan,
mengembang-mengempis,
mengembang-
mengempis.
41
7. Bersikaplah pasif terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu. Pikiran yang
tiba-tiba datang mengganggu adalah hal yang wajar terjadi. Jika pikiranpikiran itu datang, abaikan dengan mengatakan di dalam hati, “Saya tidak
peduli” dan kembalilah pada kata yang telah anda pilih.
8. Praktikkan relaksasi ini selama 10 sampai 20 menit. Jangan menggunakan
alarm untuk mengukur waktu anda karena bunyi alarm akan mengagetkan
dan merusak proses relaksasi. Letakkan jam di dekat anda dan intiplah
sesekali untuk mengeceknya.
9. Setelah relaksasi selesai, tetaplah duduk dengan tenang dengan mata
terpejam selama satu atau dua menit. Hentikan pengulangan kata-kata.
Biarkan pikiran masuk ke pikiran anda. Kemudian bukalah mata dengan
perlahan, fokus pada satu obyek baru kemudian pada yang lain, duduklah
dengan tenang selama satu atau dua menit lagi sembari menarik beberapa
napas panjang dan melakukan peregangan sebelum anda berdiri. Jika anda
langsung berdiri, mungkin anda akan mengalami pusing. Pusing ini tidak
berbahaya, namun sebaiknya anda tidak perlu mengalaminya.
10. Lakukan relaksasi dua kali sehari, sebelum makan pagi dan makan malam
atau pada sore hari. Pelaksanaan relaksasi setelah makan kurang
memberikan hasil maksimal karena proses relaksasi bersaing dengan proses
pencernaan.
Teknik sederhana ini jika digabungkan dengan keimanan atau kepercayaan
terdalam seseorang maka dapat memberikan hasil yang lebih besar untuk
ketenangan diri dan kesehatan seseorang. Herbert Benson, peneliti tentang
relaksasi
di
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Harvard,
menyimpulkan
bahwasanya sulit untuk menetapkan batas-batas yang jelas pada kekuatan fisik
atau mental seseorang yang memiliki sebuah keimanan yang mendalam. Berikut
ini adalah langkah-langkah untuk menggabungkan relaksasi dengan keimanan
seseorang:
A. Mintalah pada Tuhan agar anda diberi ketenangan sebelum melakukan
relaksasi. Yakinilah bahwa Dia-lah sumber segala ketenangan dan Dia
akan memberikan ketenangan itu pada anda.
B.
Pilihlah kata atau frase singkat yang memiliki makna khusus dalam
keimanan anda.
Kata atau frase ini sebaiknya mudah diingat dan cukup singkat (maksimal tujuh
kata) sehingga dapat diucapkan dalam hati sembari anda menghembuskan
napas secara normal. Berikut ini adalah contoh-contoh kata atau kalimat yang
42
dapat digunakan oleh pemeluk masing-masing agama berikut ini yang disusun
secara alfabetis:
•
Buddha
-
Ungkapan dari buku ajaran Budha seperti “Aku pasrahkan diri sepenuhnya.”
•
Hindu
-
Kalimat dari Bhagawad Gita, “Kebahagiaan ada di dalam hati”
•
Islam
-
Nama Allah dan asmaul husna (Rahmaan, Rahiim, dan lain-lain)
-
Kalimat-kalimat zikir seperti SubhaanAllah, Alhamdullilah, dan Allahu
Akbar
-
Kata “Ahad” yang diulang oleh Bilal ketika disiksa tuannya di padang pasir
•
Katolik
-
Sebuah variasi dari doa Yesus yang terkenal, “Tuhan Yesus Kristus,
kasihanilah aku”
-
Sebaris doa dari Bapa Kami: “Bapa kami di surga” atau “Dikuduskanlah
namamu.”
-
Sebaris doa dari Salam Maria: “Salam Maria, yang penuh rahmat”
•
Protestan
-
Kata-kata dari Mazmur 23: “Tuhan adalah gembalaku”
-
Ajaran
atau
sabda
Yesus
seperti,
“Damai
sejahtera-Ku
kuberikan
kepadamu,” (Yoh 14:27) atau “Saling mengasihi” (Yoh 15:12)
-
Kalimat bermakna yang berasal dari perjanjian baru seperti, “Damai
sejahtera Allah yang melampaui segala akal” (Fil. 4:7) atau “Kami memiliki
pikiran Kristus” (1 Kor.2:6)
Catatan penting dari teknik relaksasi adalah teknik ini memang sederhana,
tetapi dapat memberikan hasil yang luar biasa jika diterapkan dengan rutin setiap
hari. Relaksasi juga merupakan teknik yang membutuhkan ketrampilan. Karenanya,
semakin sering kita melakukan relaksasi maka kita akan mampu melakukannya
dengan lebih baik dan hasil yang lebih optimal. Selamat berlatih ☺
Variasi Relaksasi Pernafasan 1
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Menemukan lingkungan yang tenang
2. Duduklah atau berbaring dalam posisi yang nyaman. Lepaskan sepatu dan
kendurkan ikat pinggang.
43
3. Pejamkan mata
4. Kendurkan otot-otot tubuh mulai dari kaki, betis, paha, perut, pundak,
tangan, leher, dan kepala
5. Letakkan salah satu tangan diatas perut dan tangan lainnya diatas dada.
6. Tarik nafas melalui hidung dan bawalah udara yang kita hirup menuju perut.
Jika melakukannya dengan benar maka tangan yang berada di atas dada
akan sedikit bergerak, sementara tangan yang diatas perut akan naik.
7. Tahan nafas selama lima hitungan. Pada hitungan ke-5, hembuskan nafas
melalui mulut secara perlahan sambil mendesis.
8. Cobalah bernafas dengan menggunakan siklus 6, yaitu menghirup udara
selama 3 hitungan dan menghembuskan-nya juga selama 3 hitungan.
Keluarkan suara mendesis setiap kali menghembuskan nafas.
9. Setelah mengulangi 10 kali siklus 6, tahan nafas selama lima hitungan, lalu
kembali bernafas dengan menggunakan siklus 6.
10. Teruskan latihan pernafasan ini sampai perasaan cemas, tidak nyaman, dan
gelisah yang kita miliki hilang.
Variasi Relaksasi Pernafasan 2
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Lakukanlah peregangan pada muka, leher, tangan, punggung, dada, dan
kaki.
2. Kegiatan ini dapat dilakukan sambil duduk atau berbaring. Ambillah posisi
yang santai dan nyaman menurut anda.
3. Letakkan ujung jari tengah anda di titik yang berada di antara kedua alis
dan naik ke atas kurang lebih 1 cm.
4. Letakkan ibu jari dari tangan yang sama di sisi hidung kanan anda.
5. Hiruplah napas dari lubang hidung kiri. Tekanlah lubang hidung kanan
dengan ibu jari anda. Sambil menghirup napas, bayangkan ada cahaya putih,
bersih, dan bersinar yang masuk ke dalam tubuh anda.
6. Tahan napas anda, bayangkan sinar putih itu mengalir dalam tubuh anda
dan membersihkan tubuh anda dari kotoran, kemarahan, kecemasan, dan
kesedihan.
7. Keluarkan napas dengan lubang hidung kanan. Sambil mengeluarkan napas,
bayangkan sinar hitam keluar dari tubuh anda sambil membawa penyakit
dan masalah anda.
8. Lakukan kegiatan ini sebanyak 10-20 X untuk setiap lubang hidung
44
OLAHRAGA
Manfaat olahraga dalam manajemen stres adalah:
1. Olahraga dapat menyalurkan perubahan fisik yang terjadi akibat stres
seperti peningkatan tekanan darah, detak jantung, ketegangan otot, lemak
darah dan pernapasan agar tidak berkembang menjadi penyakit.
2.
Olahraga memacu tubuh mengeluarkan hormon endorfin dan dopamin yang
dapat mengurangi rasa sakit, kecemasan, dan kesedihan serta menghasilkan
perasaan senang dan bahagia.
3. Olahraga dapat mengalihkan perhatian kita dari memikirkan masalah kepada
kegiatan olahraga yang sedang dilakukan. Pengalihan perhatian ini
membantu pikiran kita untuk istirahat dari memikirkan masalah secara
terus-menerus yang dapat membuat pikiran kita lelah. Sering kali saat
pikiran kita sedang beristirahat, tidak memikirkan masalah, justru kita
menemukan ide cemerlang untuk mengatasi masalah
4. Olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan vitalitas tubuh sehingga kita
memiliki lebih banyak energi dan daya tahan dalam melaksanakan kegiatan
dan mengatasi tantangan sehari-hari.
Agar dapat mendapatkan manfaat olahraga yang optimal, sebaiknya kita
melakukan olahraga secara teratur selama 20-30 menit setiap 2-3 hari. Mengingat
padatnya kesibukan kita sebagai pekerja kemanusiaan maka kita perlu untuk
berkomitmen menjadwalkan dan melakukan olahraga sebagai salah satu aktivitas
harian yang penting. Jenis olahraga yang tidak bersifat pertandingan seperti lari
pagi, berenang, senam atau bersepeda dapat memiliki dampak yang lebih baik
karena tidak menimbulkan persaingan yang dapat menghasilkan stres baru.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam berolahraga adalah:
1. Lakukan pemanasan (warm-up) dan pendinginan (cool-down)
Olahraga yang dilakukan secara terburu-buru dapat menyebabkan masalah
ritme jantung. Untuk mengatasi itu, kita perlu melaksanakan pemanasan
selama beberapa menit. Mengakhiri kegiatan olahraga secara drastis dan
terburu-buru juga dapat menimbulkan pengumpulan darah dalam pembuluh
darah yang dapat menyebabkan pingsan. Untuk mengatasinya, kita dapat
mengakhiri olahraga dengan melakukan kegiatan pendinginan dengan
berjalan dan meregangkan otot selama lima menit.
2. Gunakan pakaian yang nyaman dan dapat menyerap keringat
3. Minumlah banyak air putih sebelum dan sesudah berolahraga karena tubuh
membutuhkan banyak cairan saat berolahraga
45
4. Pastikan kita berolahraga sesuai dengan kemampuan tubuh kita. Berikut ini
adalah tanda-tanda bahwa kita melakukan olahraga melebihi kemampuan
tubuh kita: rasa sakit pada otot dan sendi, rasa berat pada lengan dan kaki,
tidak dapat merasa santai, selalu merasa lelah, kehilangan nafsu makan dan
berat serta kesulitan buang air besar atau diare.
46
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, H.D. Tak perlu lari dari masalah. Makalah dalam Kuliah Magister
Profesi Klinis Dewasa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Benson, Herbert & Proctor, William. 2000. Keimanan yang menyembuhkan:
dasar-dasar respon relaksasi. Bandung: Mizan
Cover, Stephen R. 1989. The seven habit of highly effective people. New
York: Fireside
Dobson, Keith. 2002. Handbook of cognitive behavioral therapy. London:
Guilford Press
Greenberg, Jerrold S. 2002. Comprehensive stress management. Boston: Mc
Graw Hill
James, R.K. & Gilliland, B.E. 2005. Crisis intervention strategies. 5th ed.
Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole
Lesmana, J.M. 2005. Cognitive behaviour therapy. Diktat Kuliah dan Praktek
Magister Profesi Klinis Dewasa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Oei, T.P., 1999. A cognitive behavioural therapy program for anxiety.
Brisbane: Toowong Private Hospital.
Yayasan Pulih & ICMC. 2004. Menata hidup setelah trauma. Jakarta:
Yayasan Pulih
47
Download