pengaruh akibat kebisingan terhadap kejadian gangguan

advertisement
PENGARUH AKIBAT KEBISINGAN TERHADAP KEJADIAN GANGGUAN
PENDENGARAN PADA KARYAWAN PLTD SUNGGUMINASA
Muh. Ikbal Arif
Dosen pada Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar
ABSTRAK
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan. Bising adalah suara yang
tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan dapat membahayakan kesehatan (Suma’mur, 1984).
Pengaruh bising pada kesehatan berupa gangguan pendengaran dan gangguan bukan pendengaran.
Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui pengaruh kebisingan terhadap kejadian gangguan
pendengaran pada karyawan PLTD Sungguminasa. Jenis penelitian ini penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel terikat dan
variabel bebas di ukur secara bersamaan. Hasil uji statistik menunjukkan tingkat kebisingan
(X2hit.=49.271, p = 0,000), Lama Kerja (X2hit.= 128.000, p = 0,000), Usia (X2hit.= 14.874, p = 0,000) ada
hubungan dengan gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di
PLTD Sungguminasa Kab. Gowa tahun 2014, maka disimpulkan sebagai berikut Ada hubungan
antara tingkat kebisingan dengan kejadian gangguan pendengaran di PLTD Sungguminasa Kab.
Gowa tahun 2014, Ada hubungan antara lama kerja dengan kejadian gangguan pendengaran di
PLTD Sungguminasa Kab. Gowa tahun 2014, dan ada hubungan antara usia dengan kejadian
gangguan pendengaran di PLTD Sungguminasa Kab. Gowa tahun 2014.
ABSTARCT
Noise represent one of environmental health problem. Noise [is] voice which [is] not desired
which can bother and can endanger the health (Suma'Mur, 1984). Noisy influence [at] health in the
form of trouble of hearing and trouble [of] non hearing. this Research target to Know the noise
influence to occurence of hearing trouble [of] [at] employees of PLTD Sungguminasa.this Research
Type [is] this research represent the analytic research observasional with the approach of cross
sectional [of] where variable trussed and free variable [in] measure concurrently. Result of statistical
test show the noise storey;level ( X2Hit.=49.271, p = 0,000), Llama Work the ( X2Hit.= 128.000, p =
0,000), Age ( X2Hit.= 14.874, p = 0,000) there [is] [relation/link] with the hearing trouble. Pursuant to
research result which have been [done/conducted] [in] PLTD Sungguminasa Kab. Gowa Year 2014,
[is] hence concluded as follows There [is] [relation/link] [of] [among/between] noise storey;level with
the occurence of hearing trouble [in] PLTD Sungguminasa Kab. Gowa Year 2014, There [is]
[relation/link] [of] [among/between] llama work with the occurence of hearing trouble [in] PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa Year 2014, and there [is] [relation/link] [of] [among/between] age with the
occurence of hearing trouble [in] PLTD Sungguminasa Kab. Gowa Year 2014.
PENDAHULUAN
Kebisingan merupakan salah satu
masalah kesehatan lingkungan. Bising adalah
suara yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu dan dapat membahayakan
kesehatan (Suma’mur, 1984). Pengaruh bising
pada
kesehatan
berupa
gangguan
pendengaran
dan
gangguan
bukan
pendengaran.
Suara
atau
bunyi
secara
fisis
merupakan penyimpanan tekanan, pergeseran
partikel dalam medium elastis seperti misalnya
udara. Secara fisiologis merupakan sensasi
yang timbul sebagai akibat propagasi energi
getaran dari suatu sumber getar yang sampai
ke gendang telinga (Doelle, 1993).
Bising merupakan sumber bunyi yang
sifatnya mengganggu indera pendengaran
manusia. Tingkat kebisingan adalah ukuran
derajat tinggi rendahnya kebisingan yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
hubungan
tingkat
kebisingan
dengan
kejadian
gangguan
pendengaran,
untuk
mengetahui
hubunganpengaruh lama kerja terhadap
kejadian gangguan pendengaran dan untuk
mengetahui hubungan usia pekerja terhadap
kejadian gangguan pendengaran.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi dan sampel
82
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional dimana variabel terikat dan
variabel bebas di ukur secara bersamaan.
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa. Adapun kegiatan
yang dilakukan yaitu sebagai pembangkit
listrik yang terbagi atas bagian mesin dan
elektrik. Waktu penelitian yang dibutuhkan
dalam penelitian ini dibagi atas dua tahap yaitu
tahap persiapan penelitian meliputi uji
pendahuluan, pengumpulan data, pembuatan
proposal dan seminar dimulai pada bulan
Maret sampai Mei 2014 dan tahap kegiatan
penelitiaan mulai dari persiapan alat penelitian
dan pelaksanaan penelitian dimulai pada
bulan Juni sampai Juli 2014.
Populasi sasaran dalam penelitian ini
adalah
seluruh
karyawan
PLTD
Sungguminasa yaitu 128 orang.
Sampel yang diambil yaitu dengan cara
purposive sampling dimana sampel yang
diambil sesuai dengan kriteria. Pengukuran
tingakat kebisingan dengan 3 titik, gangguan
pendengaran sebanyak 4 orang dan kuisioner
sebanyak 128.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa pada bulan juni
2014 yang hasilnya di analisis secara manual,
kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel
frekwensi disertai penjelasan sebagai berikut :
Tabel 1. Hubungan Kebisingan Dengan
Kejadian Gangguan Pendengaran di PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa Tahun 2014
Kebisingan
Memenuhi
syarat
Tidak
memenuhi
syarat
Jumlah
X2=
Gangguan
Pendengaran
Ya
Tidak
n
%
n
%
Jumlah
n
%
67
97.1
2
2.9
69
100
24
40.7
35
59.3
59
100
91
136.8
37
62.2 128
200
49.271
p=0,000
Dari hasil uji statistik didapatkan hasil
X2hit.=49.271 >X2tabel= 3,841( p = 0,000<α =
0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
ada hubungan tingkat kebisingan dengan
kejadian gangguan pendengaran.
Tabel 2. Hubungan Lama Kerja Dengan
Kejadian Gangguan Pendengaran di PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa Tahun 2014
Lama Kerja
Memenuhi
syarat
Tidak
memenuhi
syarat
Jumlah
Gangguan
Pendengaran
Ya
Tidak
n
%
n %
Jumlah
n
%
0.0
91
100
0.0 37 100
37
100
91 100 37 100 128
X2= 128.000 p=0,000
200
91 100
0
0
Dari hasil uji statistik didapatkan hasil
X2hit.= 128.000 >X2tabel= 3,841 ( p = 0,000<α =
0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
ada hubungan lama kerja dengan kejadian
gangguan pendengaran.
Tabel 3. Hubungan Usia Dengan Kejadian
Gangguan
Pendengaran
Di
PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa Tahun 2014
Gangguan
Jumlah
Pendengaran
Usia
Ya
Tidak
n
%
n
%
n
%
25 - 35
30 53.6 26 46.4
56 100
30 - 50
Jumlah
61 84.7 11 15.3
72 100
91 138.3 37 59.7 128 200
p=0,000
X2= 14.874,
Dari hasil uji statistik didapatkan hasil
X2hit.= 14.874 >X2tabel= 3,841 ( p = 0,000<α =
0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
ada hubungan usia dengan kejadian
gangguan pendengaran.
PEMBAHASAN
1. Hubungan tingkat kebisingan dengan
kejadian gangguan pendengaran.
Tingkat kebisingan yang melebihi
Nilai Ambang Batas sangat berpengaruh
dengan kejadian gangguan pendengaran.
Kebisingan yang telah melebihi ambang
batas mempunyai pengaruh terhadap daya
dengar
seperti
perubahan
ambang
pendengar sementara gejalanya berbentuk
berkurangnya kemampuan pendengar
pada suara yang pelan dan kehilangan
pendengaran secara tetap atau tidak dapat
sembuh lagi.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan adanya hubungan
tingkat
kebisingan
dengan
kejadian
gangguan
pendengaran,
dimana
persentase
karyawan
yang
bekerja
disumber
kebisingan
lebih
banyak
menderita gangguan pendengaran yaitu 67
(97.1%) penderita. Sedangkan karyawan
yang tidak bekerja disumber bising banyak
83
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-172
yang
tidak
menderita
gangguan
pendengaran yaitu 35 (59.3%). Hasil uji
statistik diperoleh X2hit.=49.271> X2tabel=
3,841 (p = 0,000<α = 0,05), maka Ho
ditolak.
Penelitian
ini
sejalan
denganpenelitian dari Andrias Wahyu
tahun 2011 Di PLN Sektor Tello bahwa
ada hubungan antara tingkat kebisingan
dengan kejadian gangguan pendengaran
berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
X2hit.=8,783 >X2tabel= 3,841 (p= 0,003<α=
0,05).
Menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : PER. 13/MEN/X/2011 Nilai
Ambang Batas untuk kebisingan yaitu 85
dB, artinya tenaga kerja akan aman.
Apabila melebihi dari 85 dB maka
pendengaran akan terganggu.
2. Hubungan lama kerja dengan kejadian
gangguan pendengaran.
Lamanya
waktu
pemaparan
terhadap bising sangat mempengaruhi
timbulnya ketulian. Makin lama seseorang
terpapar berada pada daerah bising makin
besar
kemungkinan
terjadinya
tuli.
Lamanya
perkenaan
pemaparan
tergantung intensits bising. Makin tinggi
intensitas bising berarti semakin cepat
timbulnya ketulian. Hal ini disebabkan
karena naiknya ambang pendengaran dan
menyebar ke frekuensi yang lebih rendah.
Waktu yang ditetapkan untuk pemaparan
kebisingan bila intensitas bising pada
tempat kerja adalah 85 dB yaitu 8 jam kerja
setiap hari untuk 5 hari kerja dalam satu
minggu.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan adanya hubungan
lama kerja dengan kejadian gangguan
pendengaran,
dimana
persentase
karyawan yang lama bekerja lebih banyak
menderita gangguan pendengaran yaitu 91
(100%) penderita. Sedangkan karyawan
yang tidak lama bekerja lebih banyak yang
tidak menderita gangguan pendengaran
yaitu 37 (100%). Hasil uji statistik diperoleh
X2hit.=128.000> X2tabel= 3,841 (p = 0,000<α
= 0,05), maka Ho ditolak.
Penelitian
ini
sejalan
denganpenelitian dari Halim Habibi tahun
2010 Di PLTD Trisakti Banjarmasin bahwa
ada hubungan antara lama kerja dengan
kejadian
gangguan
pendengaran
berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
X2=4.65 >X2tabel= 3,841 (p = 0,003 < a =
0,05).
Menurut
Keputusan
Menteri
Tenaga Kerja Nomor : 51/MEN/1999
tentang batasan kebisingan yaitu 8
jam/hari.
Sedangkan
pada
PLTD
Sungguminasa batasan kebisingan untuk
karyawan yaitu 10 jam/hari. Hal tersebut
dapat
menyebabkan
gangguan
pendegaran pada karyawan karna lama
kerja yang tdk memenuhi syarat dan
kebisingan yang melebihi. Kebisingan yang
telah dialami oleh karyawan hendaknya
dikontrol secara ketat demi dapat
diminimalkannya efek kesehatan yang
merugikan.
3. Hubungan usia dengan kejadian gangguan
pendengaran.
Usia
tenaga
kerja
sangat
berpengaruh terhadap daya dengar. Makin
tua seseorang, maka semakin rentan
terhadap bising. Pada usia 40-50 tahun
seseorang
menderita
gangguan
pendengaran susah hilang dibandingkan
tenaga kerja yang berusia lebih muda,
walaupun sudah tidak berada dalam
lingkungan bising.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan adanya hubungan
usia
dengan
kejadian
gangguan
pendengaran,
dimana
persentase
karyawan yang berusia <40 tahun lebih
banyak menderita gangguan pendengaran
yaitu 30 (53.9%) penderita. Sedangkan
karyawan yang berusia >40 tahun lebih
banyak yang tidak menderita gangguan
pendengaran yaitu 11 (15.3%). Hasil uji
statistik diperoleh X2hit.=14.874> X2tabel=
3,841 (p = 0,000<α = 0,05), maka Ho
ditolak.
Hasil diatas menunjukkan bahwa
pada usia <40 tahun lebih banyak yang
menderita
gangguan
pendengaran
dibanding pada usia >40 tahun, hal
tersebut disebabkan karna seringnya
bekerja disumber bising sehingga lebih
mudah menderita gangguan pendengaran.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan antara tingkat kebisingan
dengan kejadian gangguan pendengaran di
PLTD Sungguminasa Kab. Gowa tahun
2014.
2. Ada hubungan antara lama kerja dengan
kejadian gangguan pendengaran di PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa tahun 2014.
3. Ada hubungan antara usia dengan kejadian
gangguan
pendengaran
di
PLTD
Sungguminasa Kab. Gowa tahun 2014.
SARAN
1. Diharapkan
pada
karyawan
PLTD
Sungguminasamenggunakan ear plug dan
ear muff.
84
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
2. Diharapkan
kepada
pihak
PLTD
Sungguminasa khususnya unit K3 dapat
melaksanakan program yang bersifat nyata
agar
dapat
mencegah
karyawan
mengalami gangguan pendengaran.
3. Untuk
peneliti
selanjutnya,
dapat
melanjutkan
penelitian
dengan
memperhatikan faktor – factor apa saja
yang mempengaruhi tingkat kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA
Almukmin
Umar, 2013.Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, (Online), (http://almukminumar.blogspot.com/2012/06/makala-pembangkit-listrik-tenaga-diesel.html// di akses 27 Mei 2014)
Anonim. 2008. Umur Karyawan. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Umur// diakses 24 april 2014)
Andrias Wahyu, 2011. Pengaruh Kebisingan Terhadap Terjadinya Gangguan Pendengaran Dan Tekanan Darah
Pada Masyarakat Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Sektor Tello Kota Makassar.
Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas. Makassar
Doelle. 1993.Akustik Lingkungan. Jakarta. Penerbit Erlangga
Edi Suharto, 2009.Pekerja Sosial di Dunia Industri. Bandung : PT Refika Aditama
Fahmiati. 2007.Pengaruh Intensitas Bising Terhadap Gangguan Pendengaran Pada Karyawan PT. PLN
(PERSERO) Wilayah Sulsel-Sultra Sektor Tello PLTU-G.KTI Tidak diterbitkan. Makassar: Program
Diploma III Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Makassar
Faisalical, 2013. Kesehatan Keselamatan dan Keamanan, (online), (http://faisalichal.blogspot.com/2013/06/k3kesehatan-keselamatan-dan-keamanan.html/ diakses 27 Maret 2014)
Gunarwan, 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Hasan Basri. 2012. Kebisingan ditempat Kerja. (Online). (http://hasanfkm09.blogspot.com/2012/01/kebisingan-ditempat-kerja.html// di akses 26 Mei 2014)
Halim Habibi, 2010. Pengaruh Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja Terhadap Waktu Karyawan PT. PLN
(Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasi. Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin
Maryam, 2003. Pengaruh Kebisingan Terhadap Gangguan Pendengaran Pada Karyawan Bagian Marshalling Di
Bandar Udara Hasanuddin. KTI Tidak diterbitkan.Makassar: Program Diploma III Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Makassar
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. edisi kedua
Republik Indonesia Departemen Kesehatan. 1987. Peraturan Mentri Kesehatan R.I. No.718/Per/XI/1987.
Tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan
Republik Indonesia. 2011. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan TransmigrasiRepublik Indonesia Nomor : PER.
13/MEN/X/2011
Sasongko, P Dwi dkk. 2000.Kebisingan Lingkungan. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Selfiani Rais. 2005. Hubungan Pendididkan Sikap dan Tindakan Karyawan dengan Penggunaan Alat Pelindung
Telinga Ear Plug dan Ear Muff pada PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sulse-Sultra Sektor Tello PLTUG. Skripsi Tidak diterbitkan. Makassar: Diploma IVJurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Makassar
Soekidjo. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Suma’mur. 1984. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta. PT. Saksama
Wahyuni Sahani dkk. 2014.Penuntun Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Makassar. Politeknik Kesehatan Jurusan
Kesehatan Lingkungan
85
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-172
Download