BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakai laporan keuangan mempunyai kepentingan yang berbeda sehingga timbul pertentangan antara pihak internal dan eksternal perusahaan yaitu pertentangan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan pemerintah. Manajemen menginginkan membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah mempunyai keinginan untuk mendapatkan pajak yang sebesar mungkin sebagai pendapatan pemerintah yang wajib disetor ke negara. Apabila beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dirasa cukup memberatkan, maka dapat mendorong manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan manajemen laba perusahaan (earning management). Healy dan Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba (earning management) terjadi ketika manajemen mengubah judgement dalam pelaporan keuangan dan menyesatkan beberapa stakeholder mengenai kinerja ekonomi atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada pelaporan angka akuntansi. Manajemen sebagai pengendali perusahaan memiliki informasi yang lebih detail mengenai kondisi perusahaan yang dapat menimbulkan adanya asimetri antara manajemen dengan stakeholder. Situasi demikianlah yang mendorong manajemen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang merugikan stakeholder, baik dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan 1 pribadi maupun perekayasaan kinerja perusahaan atau untuk meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan. Salah satu upaya dari tindakan earning management adalah dengan melakukan income smoothing (perataan laba). Menurut Gusnadi dan Pratiwi (2008), dalam perataan laba, manajer melaporkan laba lebih rendah ketika laba yang diperoleh tinggi dan melaporkan laba lebih tinggi ketika laba yang diperoleh rendah. Namun, income smoothing juga tidak bisa dikatakan ilegal. Selama income smoothing dilakukan tanpa melanggar ketentuan yang ada dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum, hal tersebut tidak dapat dikatakan ilegal. Income smoothing tidak ilegal hanya saja tidak beretika. Salah satu alasan yang menjadi motivasi perusahaan melakukan income smoothing adalah taxation motivations, yaitu perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menghasilkan laba yang dilaporkan lebih rendah dari seharusnya, sehingga pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah menjadi lebih rendah (Ardilla, 2012). Upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk melakukan income smoothing salah satunya adalah dengan tax shifting, yaitu memindahkan laba tahun sebelum perubahan pajak ke laba sesudah perubahan tarif pajak yang telah diterbitkan menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Serta dengan opportunistik manajemen, maka manajemen memandang penurunan tarif pajak badan sebagai kesempatan untuk meminimalkan pajak, dimana perusahaan akan menunda pengakuan laba atau mempercepat pengakuan biaya pada tahun sebelum penurunan tarif pajak (Sitorus, 2010). Tindakan income smoothing yang dilakukan oleh manajer dapat diminimalisir oleh adanya suatu mekanisme corporate governance (CG) 2 untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) salah satu tujuan dari Good Corporate Governance (GCG) adalah untuk mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007). Penelitian ini menganalisis pengaruh corporate governance terhadap income smoothing. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2011) dengan proksi CG yang digunakan adalah jumlah dewan komisaris, jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit. Penelitian Anggraini (2011) ini dilakukan pada semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2008. Sampel akhir yang didapat adalah 50 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah dewan komisaris dan jumlah dewan direksi terhadap praktik income smoothing. Sedangkan jumlah komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh corporate governance terhadap income smoothing. Penelitian ini merupakan ekspansi dari penelitian Anggraini (2011). Proksi CG yang digunakan adalah jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit dan dengan menambahkan variabel kepemilikan manajerial. Variabel 3 kontrol yang digunakan adalah profitabilitas yang diproksi menggunakan return on asset (ROA), ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset, dan leverage yang diproksi dengan debt equity ratio (DER). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menganalisa pengaruh sebelum dan sesudah perubahan tarif pajak terhadap praktik income smoothing serta membandingkan objek penelitian perusahaan manufaktur di Indonesia dengan di Singapura. Dipilihnya Singapura sebagai objek penelitian dikarenakan di Singapura juga terjadi perubahan tarif pajak yang sama dengan Indonesia, namun tarif tersebut lebih rendah dibandingkan tarif pajak yang dikenakan di Indonesia. Peneliti ingin melihat apakah dengan adanya tarif pajak yang semakin kecil, apakah perusahaan akan tetap melakukan praktik income smoothing atau tidak. Penelitian ini akan menggunakan periode penelitian yang lebih panjang yaitu sebelum perubahan tarif pajak (2007-2008) dan setelah perubahan tarif pajak (2009-2011). Pengambilan sampel penelitian dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Singapore Exchange (SGX). Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan ini non-finansial dan mempunyai jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan industri lainnya sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini tidak bias. Sehingga untuk tujuan tersebut maka disusunlah penelitian yang berjudul “ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI DAN SGX PERIODE PADA TAHUN 2007-2011” 4 1.2. Masalah/ Isu Pokok Pada penelitian ini, peneliti ingin membahas mengenai hubungan perubahan tarif pajak serta penerapan corporate governance terhadap praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan SGX. Perubahan tarif pajak dianggap berpengaruh terhadap adanya praktik income smoothing pada suatu perusahaan dikarenakan dengan adanya penurunan tarif pajak yang dapat menyebabkan perusahaan membayar pajak kepada pemerintah semakin kecil. Peneliti ingin meneliti apakah dengan adanya penurunan tarif pajak, perusahaan akan melakukan praktik income smoothing atau tidak. Kemudian penerapan corporate governance yang terdiri dari jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan manajerial juga dianggap berpengaruh terhadap praktik income smoothing. Dengan adanya penerapan corporate governance diharapkan perusahaan dapat menghindari adanya praktik income smoothing. Hal ini didukung dengan semakin banyak jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan manajerial yang dimiliki manajemen perusahaan, maka diharapkan semakin baik kinerja perusahaan yang dapat membuat perusahaan untuk tidak melakukan praktik income smoothing. 1.3. Formulasi Masalah Berdasarkan masalah/isu pokok yang telah diuraikan, maka formulasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah sebelum dan sesudah adanya perubahan tarif pajak dan penerapan corporate governance berpengaruh terhadap praktik income smoothing? 5 2. Apakah jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap praktik income smoothing? 3. Apakah jumlah komite audit berpengaruh terhadap praktik income smoothing? 4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktik income smoothing? 5. Apakah perubahan tarif pajak, jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit, dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara bersama-sama terhadap praktik income smoothing? 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah batasan masalah yang akan dibahas agar tetap terfokus dengan jelas sehingga sesuai dengan yang diharapkan dan agar tidak terjadi penyimpangan atau terjadi sudut pandang yang berbeda. Mengingat luasnya pengenaan tarif pajak dan penerapan corporate governance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan SGX, maka ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi: 1. Perubahan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 mengenai perubahan tarif pajak penghasilan badan di Indonesia dan Singapura. 2. Penerapan corporate governance meliputi jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan SGX. 3. Perusahaan manufaktur yang diteliti merupakan perusahaan yang terdaftar di BEI dan SGX. Peneliti menggunakan annual report dari tahun 2007-2011 sebagai sampel penelitian. 6 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang: 1. Pengaruh sebelum dan sesudah perubahan tarif pajak dan penerapan corporate governance terhadap praktik income smoothing. 2. Pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap praktik income smoothing. 3. Pengaruh jumlah komite audit terhadap praktik income smoothing. 4. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap praktik income smoothing. 5. Pengaruh perubahan tarif pajak, jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit, dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama terhadap praktik income smoothing. Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis. Penelitian ini akan menambah pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh sesudah dan sebelum perubahan tarif pajak dan penerapan corporate governance terhadap praktik income smoothing. 2. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan Untuk memahami laba dan pengaruh penerapan corporate governance yang baik pada perusahaan. 3. Bagi akademisi. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan. 4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, tentang positive accounting theory khususnya agency theory dan signalling theory sehingga dapat memperoleh pemodelan-pemodelan praktik corporate governance 7 yang secara konseptual berpengaruh terhadap praktik income smoothing. 5. Bagi pengambil kebijakan, diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan tentang kebijakan/ pengaturan mengenai penerapan corporate governance di dalam perusahaan. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, masalah / isu pokok, formulasi masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan dan tinjauan pustaka. BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan pengembangan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Bab Metode Penelitian berisi tentang jenis dan sumber data, cara penentuan jumlah sampel, metode pengumpulan sampel, metode analisis data, metode penyajian data, alat uji statistik, dan operasionalisasi variabel. 8 BAB IV : ANALISIS DAN BAHASAN Bab Analisis dan Bahasan berisi hasil pengujian hipotesis seluruh statistik yang digunakan dalam rangkaian penelitian dan hasil pengolahan data yang diperoleh. Dalam bab ini penulis akan mencoba menganalisis maksud dari hasil pengujian yang telah dilakukan. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab Simpulan dan Saran berisi kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan dan saransaran terkait hasil dari penelitian. Saran dapat diberikan pada peneliti selanjutnya, diikuti dengan uraian mengenai keterbatasan dari penelitian ini. 1.7. Tinjauan Pustaka Banyak penelitian-penelitian yang dilakukan untuk menguji adanya perekayasaan laba untuk menghemat pajak, dan memperoleh hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menghasilkan berbagai indikasi yang berbeda, misalnya penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia oleh Anggraini (2011) menguji hubungan antara corporate governance, yaitu dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit terhadap income smoothing yang diwakili oleh perhitungan indeks eckel, baik secara parsial ataupun secara bersama-sama. Hasil dari penelitian tersebut adalah jumlah dewan komisaris dan jumlah dewan direksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap income smoothing. Sementara 9 jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Kemudian penelitian yang dilakukan Amanza (2012) yang menguji pengaruh profitabilitas, risiko keuangan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap tindakan perataan laba. Penelitian tersebut menggunakan 61 perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba, ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan profitabilitas dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Hasil penelitian keduanya berbeda karena adanya perbedaan variabel, periode, dan sampel objek penelitian yang digunakan dalam penelitian. 10