1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus bisa berkompetisi, terutama perusahaan yang go public. Untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain, manajemen harus mampu menampilkan kinerja dan performa perusahaan yang terbaik dengan harapan mempengaruhi minat para calon investor untuk menginvestasikan sahamnya pada perusahaan mereka. Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk mengetahui kondisi perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus dana, catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan). Di dalam laporan keuangan terdapat berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Para pengguna laporan keuangan antara lain: manajemen, pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan perusahaan, konsumen dan masyarakat umum lainnya. Salah satu komponen laporan keuangan yang dilihat oleh pengguna laporan keuangan untuk melakukan keputusan ekonomi bagi investor adalah laba. Laba merupakan komponen laporan keuangan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan, membantu mengestimasi kemampuan laba yang 1 2 representif dalam jangka panjang, menaksir risiko dalam investasi atau meminjamkan dana (Dwiatmini dan Nurkholis 2001:28). Manfaat dari informasi laba yaitu untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas maupun efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Hal inilah yang menjadikan informasi earnings mempunyai peranan penting dan signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan. Artinya, manajemen akan berusaha mengelola earnings dalam usahanya membuat entitas tampak bagus secara financial. Manajemen akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan agar menarik minat investor. Profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan laba pada setiap periodenya. Profitabilitas dijadikan alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Manajemen yang tidak efektif akan menghasilkan profitabilitas yang rendah, sehingga dianggap gagal dalam mencapai tujuan perusahaan. Manajemen yang tidak ingin dianggap gagal, akan berusaha meningkatkan laba dan stabilitas labanya (Belkaoui 2007). Setiap perusahaan akan memerlukan investasi besar dengan kebutuhan dana yang besar pula agar mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi, sehingga tetap unggul dan dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Dasar pembiayaan pada perusahaan yaitu modal sendiri (intern) dan hutang (ekstern). Sumber intern perusahaan ialah sumber dana yang dihasilkan sendiri di dalam 3 perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan (retained earnings) dapat digunakan untuk menambah modal kerja ataupun membiayai ekspansi perusahaan, melunasi hutang perusahaan dan dapat dicadangkan untuk menghadapi kerugian-kerugian yang akan timbul diwaktu yang akan datang. Sedangkan sumber ekstern perusahaan adalah dana dari luar perusahaan yang berasal dari kreditur berupa pinjaman atau melalui pasar modal dengan mengeluarkan saham. Kebijakan hutang dapat digunakan untuk mendapatkan dana bagi perusahaan. Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan investor akan semakin takut untuk berinvestasi ke perusahaan karena risikonya tinggi (Sartono, 2001). Ukuran perusahaan tidak mampu menggambarkan secara langsung kondisi keuangan dan manajemen dalam perusahaan pada periode tertentu. Seringkali investor memberikan nilai lebih terhadap ukuran perusahaan tanpa melihat profitabilitas yang mampu dihasilkan dan resiko yang dimiliki perusahaan tersebut. Investor menyakini bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula perusahaan mampu menghasilkan laba (earnings) yang diinginkan. Banyaknya kepentingan yang terkait dengan informasi laporan keuangan perusahaan, terutama informasi laba, sangat disadari oleh manajemen perusahaan. Hal ini yang menyebabkan manajemen cenderung melakukan disfunctional 4 behavior atau tindakan yang tidak semestinya, yaitu berusaha memanipulasi laporan laba agar laba yang dilaporkan tidak fluktuatif. Tindakan manajemen mengelola laporan laba ini disebut manajemen laba. Praktik manajemen laba (earnings management) yang sering dilakukan oleh suatu perusahaan adalah praktik income smoothing (perataan laba). Perataan laba merupakan salah satu pola manajemen perusahaan untuk memperkecil fluktuasi laba pada tingkat yang dianggap normal bagi perusahaan selama beberapa periode. Untuk meratakan laba, manajer mengambil tindakan meningkatkan laba yang dilaporkan ketika laba tersebut rendah dan mengambil tindakan menurunkan laba ketika laba tersebut relatif tinggi. Tindakan perataan laba dalam laporan keuangan merupakan hal biasa, namun tindakan ini sebenarnya tidak akan terjadi apabila laba yang diharapkan oleh manajemen perusahaan tidak berbeda jauh dengan laba yang sebenarnya (Prasetio,2002). Juniarti dan Carolina (2005) menyebutkan bahwa alasan manajemen melakukan tindakan perataan laba pada umumnya didasarkan atas berbagai alasan di antaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko ketidakpastian yang rendah dan untuk memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan mempertahankan posisi jabatan. Tindakan perataan laba ini sangat berkaitan dengan teori keagenan (agency theory). Dalam teori keagenan terdapat perbedaan kepentingan antara agen (manjemen) dan principal (pemilik) sehingga mungkin saja pihak 5 manajemen tidak selalu melakukan tindakan terbaik bagi kepentingan pemilik. Oleh karena manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan maka manjemen terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri (dysfunctional behavior) dan perusahaannya. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perataan laba oleh perusahaan. Budiasih (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, Profitabilitas, Dividend Payout Ratio dan Financial Leverage terhadap perataan laba, dan pada akhirnya memberikan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan dividend payout ratio terbukti berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Suwito dan Herawati (2005) meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan praktik perataan laba dari lima variable independen yang diuji yaitu Jenis Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Rasio Laverage Operasi, dan Net Profit Margin diperoleh hasil bahwa tidak ada satupun dari faktor-faktor tersebut yang berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Sumtaky (2007) dan Dewi (2011) menyatakan bahwa Profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Wahyuni (2010) dan Pratamasari (2007) menyatakan Profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Miqdad dan Fauziyah (2007) juga meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba dengan menggunakan tiga variabel, yaitu besaran perusahaan, financial leverage dan Net Profit Margin (NPM). 6 Mereka menemukan bahwa ketiga variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan penelitian Pratamasari (2007) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (Income Smoothing) pada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di BEJ (2001-2004), menemukan bukti bahwa Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Sektor Industri, dan Status Kepemilikan Saham berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan pada perusahaan real estate dan property. Alasan dipilihnya perusahaan karena semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dinegara Indonesia yang menjadikan perusahaan real estate dan property sebagai lahan yang strategis untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dalam berinvestasi. Sedangkan alasan peneliti melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan dan ukuran perusahaan sebagai variabel adalah untuk membuktikan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba yang tidak menunjukkan hasil yang konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas serta motif penelitian terdahulu maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Income Smoothing”. 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas adalah : 1. Apakah faktor Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap praktik Income Smoothing? 2. Apakah faktor Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap praktik Income Smoothing? 3. Apakah faktor Return On Asset berpengaruh positif terhadap praktik Income Smoothing? 4. Apakah faktor Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik Income Smoothing? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Praktik Income Smoothing 2. Untuk menganalisis pengaruh Net Profit Margin terhadap praktik Income Smoothing 3. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset terhadap praktik Income Smoothing 4. Untuk menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Income Smoothing 8 1.4 Manfaat Penelitian Dari penilitian ini diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh antara lain: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan evaluasi dari teori dengan keadaan yang ada di lapangan dan memberikan kontribusi pada perkembangan teori akuntansi serta menambah khasanah yang baru dalam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan saling melengkapi dengan penelitian sebelumnya maupun yang akan dilakukan oleh para peneliti sesudahnya dalam mengkaji kinerja keuangan dan ukuran perusahaan, terhadap income smoothing pada masa yang akan datang. 2. Manfaat praktis a. Bagi investor Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penilaian perusahaan untuk memberikan masukan di dalam pembuatan keputusan investasi yang aman dalam pengelolaan portofolio saham yang dimiliki. b. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, gambaran dan informasi bagi mahasiswa dalam penelitian selanjutnya mengenai pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap income smoothing. 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar arah dalam penulisan penelitian ini tidak mengalami kesalahpahaman serta menghindari pemahaman yang terlalu luas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini hanya terbatas pada pembahasan yang berkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi praktik income smoothing (perataan laba) dalam perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.