TELKOMSEL FRIDAY MOVIE MANIA : MANAJEMEN PR MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN DI PEKANBARU Tantri Puspita Yazid, S.I.Kom, M.A dan Dian Novita Nur [email protected] Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Riau Abstrak Saat ini, salah satu media komunikasi yang dianggap paling efektif adalah telepon seluler. Keberadaan telepon seluler tidak bias lepas dari operator seluler. Ibarat surat dan prangko, telepon seluler aka nada arti nya sebagai medi akomunikasi kalau sudah ada kartu dan pulsa yang berasal dari operator seluler. Telkomsel, sebagai salah satu operator seluler tertua di Indonesia dan masuk tujuh besar dunia dalam perkembangan nya, tidak hanya berorientasi pada profit, namun juga loyalitas pelanggan. Strategi yang dilakukan dalam mempertahankan pelanggan adalah melalui manajemen public relations. Dimana manajemen telah memberikan kontribusi yang besar dalam penerapan public relations. Untuk mempertahankan loyalitas pelanggan, dalam fungsi manajmeen public relations, salah satu nya melalui program Friday movie mania. Dimana program di tujukan bagi para pelanggan telkomsel. Program yang dilakukan berhasil untuk mempertahankan loyalitas pelanggan Telkomsel. Kata Kunci : Strategic Public Relations, Loyalitas pelanggan, humas. A. PENDAHULUAN Kini, hampir seluruh elemen kelas masyarakat tidak dapat dipisahkan dari keberadaan telepon seluler sebagai bagian dari kebutuhan dan gaya hidup. Saat ini semakin banyak operator seluler yang bermunculan di masyarakat. Ada sepuluh operator seluler yang memasarkan produknya di Indonesia yaitu Telkom dengan produk Flexi, Telkomsel dengan produk KartuHALO, SimPATI dan KartuAS, kemudian Indosat dengan produk IM3, Mentari, Matrix dan StarOne, lalu Excelcomindo yang kini lebih dikenal dengan XL Axiata dengan produk XL, Hutchison dengan produk 3 (Tri), Sinar Mas Telecom yang kini bekerjasama dengan Mobile-8 Telecom dengan Smartfren-nya, Sampoerna Telecommunication dengan produk Ceria, Bakrie Telecom dengan Esia-nya, dan Natrindo Telepon Seluler dengan produk Axis. ( www.ubb.ac.id, diakses pada tanggal 10 Mei 2014, pukul 00.20 WIB). Dari kesemua operator yang ada di 223 Indonesia, Telkomsel termasuk salah satu yang telah berdiri lama sejak 1995 dan masuk dalam jajaran 7 besar operator seluler dunia. Operator seluler sebagai sebagai suatu perusahaan, tidak hanya menyediakan produk, namun juga layanan jasa. sebagai bagian dari bisnis modern, tujuan utama bukan hanya profit, tetapi juga loyalitas pelnggan. Menurut Sumarwan (2003:326) loyalitas adalah sikap positif seorang konsumen terhadap suatu merk, konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang merk yang sama pada saat sekarang atau masa akan datang. Ukuran loyalitas didasarkan pada frekuensi dan konsistensi perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Jika konsumen terkesan dengan pembelian pertama karena kualitas yang baik atau promosi yang menarik, maka konsumen akan tertarik untuk melakukan pembelian selanjutnya. Kesetiaan konsumen akan barang atau jasa yang tercermin dengan pembelian berulang secara terus menerus akan memotivasi pelanggan untuk setia dan sulit berpindah ke merk atau perusahaan lain. Untuk mencapai liyalita pelanggan, fungsi manajemen sangat di butuhkan. Seiring dengan perkembangannya manajemen telah menyatu dengan public relations. Artinya, manajemen telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi penerapan konsepsi public relations (Kasali, 2005:1). Dalam pelaksanaan pekerjaannya, public relations akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya, seperti membuat rencana, melakukan persiapan-persiapan, melakukan aksi dan komunikasi, dan ditutup dengan tindakan pengendalian yang disebut evaluasi (Kasali, 2005:1). Penelitian ini melihatbagaimana konsepkonsep ini diterapkan dalam tugas yang dilkaukan oleh humas. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, sejak Desember 2010 Telkomsel meluncurkan program Friday Movie Mania. Program ini merupakan sebuah wujud penghargaan kepada pelanggan Telkomsel atas loyalitasnya dalam menggunakan produk-produk dan layanan dari 224 Telkomsel. Segmentasi program ini adalah para pelanggan setia Telkomsel baik itu pengguna KartuHALO, SimPATI, maupun KartuAS yang gemar menonton film di bioskop. Sejak hadir pertama kali, Friday Movie Mania telah menarik antusiasme pelanggan sebab program ini merupakan satu-satunya program nonton film gratis di bioskop dan belum pernah dilakukan oleh provider-provider lainnya. Kini hampir 4 tahun program ini berjalan, Telkomsel telah melakukan ekspansi kerjasama dengan studio Cinema XXI dan Cinema 21 di 20 kota, serta menggandeng seluruh studio Blitzmegaplex di Indonesia. Pekanbaru sebagai salah satu kota yang dipilih sebagai target program, menyambut dengan hangat program Friday Movie Mania ini. Antusiasme para pelanggan dalam mengikuti program ini sangat besar mengingat belum ada program serupa yang diadakan provider lain. Menurut Supervisor Program Friday Movie Mania Telkomsel Branch Pekanbaru yaitu Catur Wulansari, antusiasme para pelanggan dapat dilihat dari banyaknya pelanggan yang rela mengantri dari pukul 12.00 WIB, padahal booth untuk program ini baru dibuka pada pukul 14.00 WIB dan voucher yang disediakan setiap minggunya hanya sekitar 200 voucher. Berikut table antusiame program Telkomsel Friday Movie Mania di Pekanbaru. Tabel 1. Tabel Data Jumlah Pelanggan Program Friday Movie Mania di Pekanbaru Tahun 2011-2013 Bulan 2011 2012 2013 April 870 681 923 Mei 876 463 700 Juni 881 1124 1141 225 Juli 1081 903 925 Agustus 659 459 440 September 659 921 937 Oktober 880 692 923 November 649 907 1146 Desember 645 663 680 Total 9770 8407 10570 Rata/minggu 217 227 225 Sumber: Divisi Youth and Community Telkomsel Branch Pekanbaru Berdasarkan tabel di atas, antusiasme pelanggan dalam mengikuti program ini terlihat dari rata-rata per minggu pelanggan program ini. Namun, hal ini sayangnya terhambat oleh keterbatasan jumlah voucher yang disediakan setiap minggunya. Jumlah voucher yang hanya 200 voucher ini dirasa sangat kurang karena jumlah pelanggan yang mengantri dalam seminggu ratarata lebih dari 200 orang. Pemilihan ide untuk membuat program Friday Movie Mania sebagai jalan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan ini peneliti rasa sangat menarik untuk diteliti, sebab belum ada operator seluler lain yang melaksanakan program serupa. B. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Public Relations 226 Menurut Cutlip dan Center (dalam Ruslan, 2005:30-31), public relations dapat dibedakan kepada fungsi manajemen melalui konsep kegiatan administrasi (operating concept of administration) dan fungsi staf khusus dalam pelayanan administrastrator. Sedangkan dalam fungsi komunikasi sebagaimana yang dijekaskan di atas, pihak public relations melaksanakan kegiatan komunikasi antara lembaga yang diwakilinya dan dengan pihak publik sebagai sasarannya. Kegiatan manajemen Humas mencangkup fungsi-fungsi pokok manajemen secara umum perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, penyusunan kepegawaian, pengkomunikasian, pengawasan dan penilaian. Hal tersebut bersumber dari definisi manajemen Humas (Public Relations Management) menurut Wisconsin: Brown & Mark (dalam Ruslan, 2005:31) adalah: “Managing public relations means researching, planning, implementing and evaluating an array of communication activities sponsored by the organiozation; from small group meetings to international satelite linked national campaigns, form open house to grassroots political campaigns, from public service annoucement to crisis management.” Manajemen Humas berarti penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasi suatu kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi; mulai dari pertemuan kelompok kecil hingga berkaitan dengan konfersi pers internasional via satelit, dari pembuatan brosur hingga kampanye nasional melalui multimedia, dari pembuatan brosur hingga kampanye nasional melalui multimedia, dari menyelenggarakan acara open house hingga kapanye politik, dari pengumuman pelayanan publik hingga menanganin kasus manajemen krisis. (dalam Ruslan, 2005:31 Tahapan Proses Manajemen Public Relations 227 Untuk lebih memahami tentang PR serta mengetahui bagaimana tahapan-tahapan dalam proses manajemen PR, perlu dijelaskan empat tahapan proses manajemen PR yang dikemukakan oleh Cutlip, Center dan Broom. Berikut gambarnya: Gambar 1. Model Empat Tahapan Proses Manajemen PR Cutlip, Center dan Broom. Sumber: Effendy (2009:7) a. Defining PR Problems and Fact Finding Merupakan sebuah proses untuk mengenali dan mendefinisikan masalah yang dihadapi oleh organisasi sebagai dasar acuan untuk penyusunan langkah selanjutnya bagi komunikator sebagai masukan kebijakan bagi pihak manajemen. Hal lazim yang dilakukan dalam tahap fact finding adalah kegiatan research sebagai bentuk analisis situasi. b. Planning and Programming Berdasarkan fakta-fakta dan masalah yang ditemukan di lapangan, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik. c. Taking Action and Communicating Dalam tahap ini PR harus tau apa yang harus dilakukan dan kapan pelaksanaan program serta mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga mampu mempengaruhi sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung program tersebut. 228 d. Evaluating The Programm Tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau kegagalan yang terjadi dari program tersebut. (dalam Effendy, 2009:7) Dalam dunia PR, proses komunikasi merupakan hal penting untuk memahami bagaimana jalannya proses penyampaian pesan. Proses komunikasi tersebut dapat dilihat dari model sirkular Osgood dan Schramm, dimana model ini merupakan model saduran dari Model Komunikasi Linier Shannon dan Weaver. Pada tahap awal model komunikasi sirkular Osgood dan Schramm, sumber berfungsi sebagai encoder dan penerima sebagai encoder. Tetapi pada tahap berikutnya penerima berfungsi sebagai pengirim (encoder) dan sumber sebagai penerima (decoder), dengan kata lain sumber pertama akan menjadi penerima kedua dan penerima pertama akan menjadi sumber kedua, dan seterusnya. Jika dalam model komunikasi linier milik Shannon dan Weaver melihat proses komunikasi berakhir setelah tiba pada tujuan (destination) maka dalam model sirkular justru Osgood dan Schramm melihat proses itu berlangsung secara terus menerus (stimultan). Pelaku komunikasi baik sumber maupun penerima dalam model ini mempunyai kedudukan yang sama. Oleh karena itu, proses komunikasi dapat dimulai dan diakhiri di mana saja dan kapan saja. (dalam Cangara, 2013:30). Berdasarkan Model Komunikasi Sirkular Osgood dan Schramm sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, komponen-komponen dalam proses komunikasi dapat dilihat pada gambar berikut: Sumber adalah pemrakarsa suatu pesan. Penyandian atau penulisan sandi (encoding) adalah suatu proses atau tindak penyeleksian simbol-simbol yang mewakili pikiran seseorang. Sebuah sumber memilih sandi verbal atau nonverbal, dan mengirimkan simbol-simbol melalui saluran-saluran (seperti gelombang suara dan rangsangan 229 visual) yang akan dipahami oleh penerima. Umpan depan adalah informasi pengantar mengenai komunikasi masa mendatang yang meliputi pesan-pesan verbal. Penguraian sandi (decoding) adalah suatu pemberian arti terhadap simbol-simbol yang diterima. Penerima adalah orang yang menerima simbol-simbol. Umpan balik adalah setiap pesan verbal atau nonverbal yang dikirimkan kembali kepada sumber yang berhubungan dengan pesan sumber. Gangguan adalah setiap faktor yang mengubah atau mencampuri penerimaan pesan yang jelas. Sementara itu, konteks meliputi kondisi fisik dan kondisi lain yang melingkupi tindakan komunikasi. (dalam Curtis, 2005:7). Loyalitas Pelanggan Loyalitas itu sendiri adalah sikap positif seorang konsumen terhadap suatu merk, konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang merk yang sama pada saat sekarang atau masa akan datang. Ukuran loyalitas didasarkan pada frekuensi dan konsistensi perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Jika konsumen terkesan dengan pembelian pertama karena kualitas yang baik atau promosi yang menarik, maka konsumen akan tertarik untuk melakukan pembelian selanjutnya. Kesetiaan konsumen akan barang atau jasa yang tercermin dengan pembelian berulang secara terus menerus akan memotivasi pelanggan untuk setia dan sulit berpindah ke merk atau perusahaan lain. (Sumarwan, 2003:326) 230 Kerangka Pemikiran Gambar 2. Kerangka Pemikiran Sumber (Telkomsel Branch Pekanbaru) Encoding Pesan (4 tahapan proses manajemen PR) Friday Movie Mania Decoding ) Fact Finding Perencanaan (Planning) Komunikasi dan Pelaksanaan Evaluasi (Evaluation) Gangguan Sumber: Olahan Peneliti 231 Penerima (Pelanggan Telkomsel) Loyalitas Pelanggan Telah disepakati bahwa Telkomsel akan melaksanakan program Friday Movie Mania dan menetapkan rancangan programnya, kemudian pihak Kantor Pusat memberikan perintah berupa e-mail kepada semua Branch untuk kembali melakukan proses fact finding di masingmasing kota. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Gusria Setiani selaku anggota tim dari Telkomsel Branch Pekanbaru yang turut serta dalam melakukan proses pencarian fakta-fakta bahwa: “Kantor pusat awalnya cuma memberitahu kalo mereka akan mengadakan program ini di beberapa kota, trus mereka kasih gambaran programnya via e-mail, baru deh Branch buat survey lagi untuk menyesuaikan program sama kondisi di lapangan nantinya” (hasil wawancara pada tanggal 4 Agustus 2014). Peranan Branch pada tahap pencarian fakta-fakta ini lebih menekankan pada mengamati peluang dan situasi dari kota yang menjadi target program. Mulai dari jumlah pelanggan yang menjadi sasaran program hingga melihat apakah fasilitas bioskop yang tersedia di kota tersebut memenuhi syarat untuk pelaksanaan program. Tim melakukan survey dengan mencari data bioskop yang tepat. Untuk Pekanbaru sendiri, bioskop yang ada yaitu RiauXXI di Mall Ciputra Seraya, Holiday88, serta Bioskop88. Dari ketiga bioskop tersebut disepakati bahwa RiauXXI yang dipilih karena memiliki standar yang sama di seluruh Indonesia. Kemudian untuk mengetahui jumlah pelanggan yang antusias terhadap hadirnya 232 program ini, pihak Telkomsel Branch Pekanbaru sudah mendapatkan gambaran dari berbagai event yang sudah pernah diadakan sebelumnya. Pencarian fakta menjadi gambaran awal untuk menentukan rencana yang akan di kerjakan. Dalam program Friday movie mania, telkomsel Pekanbaru dalam perencanaan nya membetuk tim khusus, dan Tim yang akan berkoordinasi dengan pihak bioskop dan membuat rangakian kegiatanan berdasarkan pedoman yang di berikan oleh pusat. Dalam perencanaan, tidak ada kreativitas tim, karena semua dilakukan berdasarkan SOP yang sudah diberikan oleh pusat. Tidak ada event atau nuansa melayu, karena diadakan Riau. Hal ini dikarenakan segmentasi pasar yang dikejar adalah pelanggan loyal akif, umur antara 15 – 40 tahun yang meliliki latar belakang gaya hidup metropolitan dan sibuk. Sehingga dalam perencanaan, hanya direncakanan untuk kegiatan Friday movie mania, membuat booth telkomsel, menukarkanpoin, dan nonton. Tidak ada acara hiburan atau semacam nya. Adapun kegiatan yang dilakukan dan dikomunikasikan oleh humas telkomsel adalah sebagai berikut sesuai enagn SOP pusat: a. Serah terima voucher dari pihak RiauXXI kepada Koordinator Lapangan Friday Movie Mania. b.Mempersiapkan booth tempat penukaran poin dengan voucher Friday Movie Mania. c.Menjaga booth tempat penukaran poin dengan voucher Friday Movie Mania. d.Memperkenalkan produk atau layanan yang dipromosikan di booth. 233 (hasil wawancara dengan Catur Wulansari selaku PR dan Koordinator Lapangan program Friday Movie Mania) Pelaksanaan tugas-tugas ini diiringi dengan komunikasi dua arah yang baik dari PR yang juga bertindak selaku koordinator lapangan dengan pihak-pihak terkait serta dengan pelanggan sebagai public sasaran program. Tahap terakhir adalah evaluasi. Di tahap ini, PR dan seluruh pihak yang terlibat melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau kegagalan yang terjadi dari program tersebut (dalam Effendy, 2009:7). Bagi Telkomsel Branch Pekanbaru sendiri, pada tahap ini ada dua hal yang perlu di evaluasi. Pertama, loyalitas pelanggan dan yang kedua yaitu situasi dan kondisi setelah berjalannya program. Loyalitas pelanggan tentunya sangat penting sebab tujuan diadakannya program ini demi mempertahankan loyalitas pelanggan. Sedangkan evaluasi situasi dan kondisi bertujuan untuk mengetahui apakah ada situasi atau keadaan yang membuat Telkomsel Branch Pekanbaru perlu melakukan beberapa perubahan terhadap sistem dan prosedur program ini. Cara Telkomsel mengetahui para pelanggan loyalnya yaitu melalui laporan yang berisi rangkuman nomor telepon seluler pelanggan yang mengikuti program ini tiap minggunya. Dari laporan tersebut dilihat tingkat keseringan nomor ponsel pelanggan 234 tersebut muncul. Artinya, semakin banyak nomor ponsel pelanggan ini muncul dari minggu ke minggu, semakin loyal pelanggan tersebut terhadap Telkomsel. Dari data yang dimiliki oleh Telkomsel Branch Pekanbaru, peneliti memperoleh satu nomor ponsel pelanggan yang paling sering mengikuti program ini, yaitu nomor ponsel 082384664515, atas nama Sari Rahmadhani, dengan tingkat keseringan sebanyak 6 kali mengikuti program. Peneliti menghubungi pelanggan loyal ini atas izin dari pihak Telkomsel terlebih dahulu. Sementara itu untuk evaluasi situasi dan kondisi, Telkomsel Branch Pekanbaru selalu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak internal yang terkait. Evaluasi situasi dan kondisi ini tergantung pada masalah yang ditemui setelah pelaksanaan Friday Movie Mania. Seperti yang terjadi baru-baru ini. Program Friday Movie Mania sempat terhenti sementara waktu karena berbagai faktor. Salah satunya faktor keluhan pelanggan yang merasa tidak kebagian tiket. Telkomsel merasa perlu melakukan beberapa perubahan terhadap sistem karena jika tidak dilakukan perubahan akan berdampak pada kerjasama di antara Telkomsel dengan RiauXXI. Oleh karena itu, program ini diberhentikan untuk dilakukan evaluasi dan dicari solusi dari masalah yang ditemui. C. SIMPULAN 235 Program Telkomsel Friday Movie Mania dijadikan sebagai salah satu program andalah Telkomsel dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan setia. Program ini juga menggambarkan loyalitas pelanggan terhadap telkomsel. Di pekanbaru, manajemen pr terkait dengan program Friday Movie Mania ini secara keseluruhan berjalan sesuai dengan proses manajemen PR. Diawali dari fact finding hingga evaluasi. Tidak ada hambatan berarti dalam pelaksanan program, hanya hambatan teknis terkait jumlah pelanggan yang membludak ketika menonton. DAFTAR PUSTAKA Anggoro, M. Linggar. 2005. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rerika Cipta Bungin, Burhan. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Effendy, Uchajana Onong. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Effendy, Uchajana Onong. 2002. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya 236 Effendy, Uchajana Onong. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya Effendy, Uchajana Onong. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti Effendy, Uchajana Onong. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya Effendy, Uchajana Onong. 2009. Human Relations and Public Relations. Bandung. Mandar Maju Griffin, J., 2003. Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Jakarta: Erlangga Hardiansyah, H. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Jefkins, Frank. 2003. Public Relations. Jakarta: Erlangga Kasali, Rhenald. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana 237 Lattimore, Dan, Otis Baskin, Suzette T. Heiman, Elizabeth L. Both. 2010. Public Relations: Profesi dan Praktik. Jakarta: Salemba Humanika Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma baru dalam Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya cetakan ketiga. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma baru dalam Ilmu Komunikasi dan Ilmu sosial lainnya cetakan keempat. Bandung: Remaja Rosdakarya Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya Nova, Firsan. 2011. Crisis Public Relations. Jakarta: Rajagrafindo Persada Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ruslan, Rosady. 2004. Etika Kehumasan (Konsepsi & Aplikasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada Ruslan, Rosady. 2007. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada 238 Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Rosdakarya Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Skripsi: Hartoyo, Ariane. 2009. Pelayanan Customer Service dan Kepuasan Pelanggan (Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Kepuasan Pelanggan loyal di Telkomsel Grapari Solo bulan Oktober Tahun 2009). Universitas Sebelas Maret. Erwin. 2011. Aktivitas Public Relations PT Telkomsel Area IV Pamasuka dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan di Makassar. Universitas Hasanuddin Sumber lainnya: http://www.telkomsel.com/poin/detail/fmminfo?utm_source=google (Diakses pada tanggal 05 Mei 2014, pada pukul 20.00 WIB) 239 http://www.telkomsel.com/moviemania (Diakses pada tanggal 05 Mei 2014, pada pukul 20.15 WIB) http://www.telkomsel.com/about/news/908-Nonton-Gratis-Bersama-simPATI-Friday-Movie-Maniadi-20-Kota (Diakses pada tanggal 05 Mei 2014, pada pukul 20.30 WIB) http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Perang+Tarif+Antar+Operator+Seluler+di+Indonesia& &nomorurut_artikel=358 (Diakses pada tanggal 10 Mei 2014, pada pukul 00.20 WIB) http://wahyurizkyllah.wordpress.com/2013/02/21/jumlah-pelanggan-operator-seluler-di-indonesiatahun-2012/ (diakses pada tanggal 10 Mei 2014, pada pukul 01.00 WIB) http://inet.detik.com/read/2011/04/26/132957/1625797/328/ (diakses pada tanggal 10 Mei 2014, pada pukul 02.11 WIB) elib.unikom.ac.id/files/disk1/462/jbptunikompp-gdl-trustorini-23082-17-pertemuan-i.doc (diakses pada tanggal 09 Juni 2014, pada pukul 23.30 WIB) CURRICULUM VITAE Tantri Puspita Yazid, S.I.Kom, M.A lahir di Padang, 14 September 1987. Menamatkan kuliah S1 nya di Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2009 di bidang Ilmu Komunikasi, kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2010 mengkaji Pemanfaatan New Media oleh Humas Pemerintah untuk Mewujudkan Good 240 Governnace. Saat ini menjadi staf pengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Riau. Penulis juga tercatat sebagai Pengelolaan Jurnal Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu komunikasi, FISIP, UR dari tahun 2014 hingga saat ini. Beberapa mata kuliah yang diampu diantaranya Strategi Perencanaan Humas, Management PR, Dasar-dasar Humas, Perbandingan Sistem Pers, Media Humas, Retorika, dsb. Penulis dapat dihubungi pada alamat email [email protected]. 241