Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA (Skripsi) Oleh WAHYUDI WIDODO FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 2 ABSTRAK FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA Oleh WAHYUDI WIDODO Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan obligasi korporasi di Indonesia kurun waktu 2002-2008. Variabelvariabel yang diduga mempengaruhi permintaan obligasi korporasi di Indonesia adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga deposito serta Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan menggunakan analisis runtun waktu diperoleh hasil bahwa variabel bebas tingkat suku bunga SBI dan deposito masing-masing berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia. Sedangkan variabel bebas PDB berpengaruh nyata dan positif terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia. Kata kunci : permintaan obligasi korporasi, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga deposito, Produk Domestik Bruto (PDB), analisis runtun waktu. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 3 ABSTRACT THE DETERMINANT OF CORPORATE BOND DEMAND IN INDONESIA By WAHYUDI WIDODO This paper head to find out the determinant of corporate bond demand in Indonesia since year 2002 to 2008. The variables which presume influence the corporate bond demand are Bank of Indonesia interest rate (SBI), the interest rate of time deposit and also Gross Domestic Product (GDP). By using time series analysis, the result of estimation give the conclusion that the Bank of Indonesia Interest rate and the interest rate of time deposit give negative influence for corporate bond demand in Indonesia. While for Gross Domestic Product, this variable gives positive influence for corporate bond demand in Indonesia. Keywords : corporate bond demand, Bank of Indonesia interest rate (SBI), the interest rate of time deposit, Gross Domestic Product (GDP), time series analysis. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 4 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA Oleh WAHYUDI WIDODO Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 5 Judul Skripsi : FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Wahyudi Widodo Nomor Pokok Mahasiswa : 0211021097 Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Nairobi, S.E., M.Si. NIP 131916996 2. Ketua Jurusan Ambya, S.E., M.Si. NIP 131689912 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 6 MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua : Nairobi, S.E., M.Si. Penguji Bukan Pembimbing : DR., Ir. Yoke Muelgini, M.Sc. 2. Dekan Fakultas Ekonomi H. Toto Gunarto, S.E., M.Si. NIP 131286446 Tanggal Lulus Ujian Skripsi 18 Juni 2009 ........................... ........................... Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 16 Maret 1984 sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Pujiono dan Ibu Machdalena. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Dharma Wanita PTP X Bandar Lampung diselesaikan tahun 1990, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Surabaya, Bandar Lampung pada tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 8 Bandar lampung pada tahun 1999, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMUN 10 Bandar Lampung pada tahun 2002. Tahun 2002, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi ketua panitia khusus pemilihan raya ketua umum Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA) FE UNILA periode 2004/2005, anggota bidang I Kajian Ilmu Pengetahuan HIMEPA UNILA periode 2004/2005, ketua bidang penelitian dan pengembangan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo UNILA periode 2005/2006. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 8 SANWACANA Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Obligasi Korporasi Di Indonesia” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung 2. Bapak Ambya, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. 3. Bapak Hi. Moneyzar Usman, S.E., M.Si. selaku Sekretasis Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. 4. Bapak Nairobi, S.E., M.Si., selaku pembimbing utama atas kesabarannya memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Dr. Ir. Yoke Muelgini, M.Sc., selaku penguji utama, terimakasih untuk masukan dan saran-sarannya. 6. Ibu Lies Maria Hamzah, S.E., M.E., selaku pembimbing akademik. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 9 7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan. 8. Bapak dan Ibu staf administrasi jurusan Ekonomi Pembanguunan Universitas Lampung. 9. Bapak dan Ibu staf perpustakaan Universitas Lampung, atas kesediaannya memberikan informasi yang berguna bagi penulisan skripsi ini. 10. Keluargaku, untuk dukungan yang tiada hentinya. 11. Tiara Nirmala, S.E., teman, sahabat sekaligus guru yang telah menghidupkan kembali semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Tri Mulyantono, Abdurrahman, Fitria Sanusi, Feriyanto, Arly Saptoly, Puri Wahyu Utomo, Silvia Agustina, rekan rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan dan seluruh rekan-rekan di lingkungan Universitas Lampung. Terimakasih atas kebersamaannya. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bandarlampung, Agustus 2009 Penulis Wahyudi Widodo Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ……………………………………………………... Halaman vii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... viii I. PENDAHULUAN ………………………………………………..... 1 A. Latar Belakang ………………………………………………... 1 B. Permasalahan ………………………………………………….. 11 C. Tujuan Penulisan …………………………………………….... 12 D. Kerangka Pemikiran ………………………………………….. 12 E. Hipotesis ………………………………………………………. 18 F. Sistematika Penulisan …………………………………………. 18 II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 20 A. Obligasi ……………………………………………………….. 20 B. Deposito ……………………………………………………….. 21 C. Sertifikat Bank Indonesia ............................................................ 22 D. Produk Domestik Bruto ……………………………………….. 23 E. Teori Permintaan ………………………………………………. 24 F. Teori Permintaan Aset …………………………….…………… 27 G. Teori Tingkat Bunga ………………………………...………… 32 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 11 III. METODE PENELITIAN …………………………………………... 37 A. Metode Pengambilan Data ……………………………………... 37 B. Jenis dan Sumber Data …………………………………………. 37 C. Batasan Peubah ………………………………………………… 38 D. Alat Analisis ……………………………………………………. 38 E. Uji Stasioneritas ............................................................................ 39 F. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………… 39 1. Uji Normalitas ………………………………………………. 39 2. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………… 40 3. Uji Multikolinieritas ………………………………………… 40 4. Uji Autokorelasi ……………………………………………... 41 G. Uji Statistik F …………………………………………………... 41 H. Uji Statistik t ………………………………………………….... 42 I. Pembedaan Umum (Generalized Difference) …........……………. 43 J. Regresi Komponen Utama ............................................................. 45 IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN …………………. 47 A. Uji Stasioneritas …………………...……………………………. 47 B. Uji Asumsi Klasik …………………………………………….... 48 1. Uji Uji Multikolinieritas ………………………………...…... 48 ……………............………………………..... 50 3. Uji Heteroskedastisitas ………………....…………………...... 51 4. Uji Autokorelasi ……………………………………………… 51 2. Uji Normalitas Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 12 C. Metode Pembedaan Umum (Generalized Difference) …...………. 52 D. Pembahasan ……………………………………………………... 55 V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….... 62 A. Kesimpulan ……………………………………………………... 62 B. Saran …………………………………………………………….. 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jumlah Obligasi Jorporasi Yang Laku Terjual Pada Penawaran Perdana Periode 2002-2008 ………………………… 2 2. Tingkat Suku Bunga SBI Satu Bulan Periode 2002-2008 …….... 5 3. Tingkat Bunga Deposito Bak Umum Jangka Waktu Satu Bulan Bank Umum Periode 2002-2008 ……………………………….. 8 4. Produk Domestik Bruto Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode 2002-2007 ………………...… ….10 5. Uji Satuan Aakar dengan Uji Phiips Perron (PP) …………..………… ..47 6. Nilai VIF Untuk Setiap Variabel Bebas………………………………...............................................……...48 7. Matriks Korelasi Variabel Bebas …………..……………………… …48 8. Komponen Utama dalam Analisis Komponen Utama …...……...……...49 9. Nilai Eigen Komponen Utama ....................................................... 50 10. Nilai VIF Setelah Regresi Komponen Utama ................................ 50 11. Uji Glejser ...................................................................................... 51 12. Uji Autokorelasi ............................................................................. 52 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kurva Permintaan ……...................…………………………... 25 2. Pergeseran Kurva Permintaan .................................................... 26 3. Kurva Permintaan Obligasi ....................................................... 31 4. Pergeseran Kurva Permintaan Obligasi .................................... 31 5. Keseimbangan Tingkat Bunga Di Pasar Loanable Funds…….. . 33 6. Diagram Fisher Mengenai Perubahan Nilai Guna Yang Diterima ..………………………………… … .434 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 15 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Obligasi korporasi sebagai salah satu instrumen perdagangan di pasar modal Indonesia telah hadir sejak pertama kali dimulainya kegiatan pasar modal di Indonesia. Perkembangan yang dinamis dalam pasar modal Indonesia menggambarkan pula bagaimana perdagangan obligasi korporasi terus berkembang dari waktu ke waktu. Meskipun demikian, prestasi yang ditoreh perdagangan obligasi korporasi tidaklah sebaik prestasi yang dimiliki oleh perdagangan saham. Meski harus diakui minat masyarakat atas obligasi tidak sebesar minat atas saham, namun masih dapat dilihat bahwa kepemilikan masyarakat atas obligasi korporasi terus meningkat setiap tahunnya. Lebih jelasnya lagi untuk mengetahui besarnya permintaan obligasi korporasi di Indoneisa kita dapat melihat besarnya obligasi korporasi yang laku terjual saat dilakukannya penawaran perdana oleh penerbit. Besarnya obligasi yang laku terjual kepada masyarakat dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 16 Tabel 1. Jumlah Obligasi Korporasi Yang Laku Terjual Pada Penawaran Perdana Periode 2002-2007 2002.1 2002.2 2002.3 PERMINTAAN (MILIAR RUPIAH) 32,062.40 34,862.40 35,612.40 0.09 0.02 2002.4 2003.1 2003.2 2003.3 2003.4 2004.1 37,812.40 38,467.40 52,199.50 56,370.50 63,485.50 63,596.33 0.06 0.02 0.36 0.08 0.13 0.00 2004.2 2004.3 2004.4 2005.1 2005.2 2005.3 70,636.69 72,436.69 78,796.69 81,571.69 86,282.09 86,932.09 0.11 0.03 0.09 0.04 0.06 0.01 2005.4 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2007.1 86,982.09 87,982.09 94,832.19 95,832.19 98,432.19 101,601.24 0.00 0.01 0.08 0.01 0.03 0.03 2007.2 2007.3 2007.4 2008.1 2008.2 2008.3 124,151.24 126,101.24 129,701.24 142715.85 145915.85 145915.85 0.22 0.02 0.03 0.10 0.02 0.00 TAHUN 2008.4 145915.85 Sumber : Statistik Mingguan Bappepam % 0.00 Tabel 1 di atas menunjukan bahwa permintaan masyarakat terhadap obligasi korporasi selalu meningkat setiap periodenya. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yakni pada triwulan kedua di tahun tersebut. Setelah sebelumnya yakni pada tahun 2002 pasar obligasi menunjukan kelesuan. Kondisi terjadi di hampir seluruh pasar modal dunia, negara termasuk Indonesia (PEKKI, Desember Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 17 2002). Selanjutnya, permintaan terus bertambah setiap tahunnya, penurunan mulai dirasakan di tahun 2005 ketika kondisi ekonomi mulai mengalami perbaikan kembali. Meskipun permintaan terus meningkat, tetapi pertambahan ditahun ini lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (PEKKI, Desember 2005). Bahkan di akhir tahun 2005 tambahan permintaanpun sangat kecil sekali. Tahun 2006, seperti halnya dengan yang terjadi di pasar modal lainnya di dunia, membaiknya ekonomi dunia menyebabkan pasar modal di seluruh dunia kembali bergairah. Pertambahan permintaan mulai meningkat, hingga pada penghujung tahun 2007 permintaan masyarakat terhadap obligasi korporasi memberikan kontribusi yang positif terhadap perdagangan obligasi (PEKKI, Desember 2007). Tambahan permintaan seperti halnya pada tahun 2003 terjadi kembali pada tahun 2007 sebesar 22 persen. Hanya saja pada pertengahan tahun 2008 permintaan mulai menunjukan penurunannya, tidak ada kenaikan yang signifikan terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia. Seperti halnya permintaan terhadap instrumen keuangan lainnya, permintaan obligasi korporasi didasari oleh keuntungan dari kepemilikan surat hutang pihak swasta tersebut. Secara umum keuntungan tersebut dikenal sebagai return obligasi korporasi. Begitu pentingnya memperhitungkan keuntungan yang diperoleh menyebabkan setiap individu perlu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menentukan besar kecilnya keuntungan yang diperoleh sehingga pada akhirnya dapat dipastikan besarnya jumlah obligasi yang diminta. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulan, tingkat suku bunga perbankan, serta pendapatan masyarakat. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 18 Tingkat bunga SBI jangka waktu satu bulan merupakan tingkat bunga yang dijadikan rujukan atau benchmark bagi penetapan tingkat bunga berbagai instrumen keuangan yang diterbitkan baik perbankan ataupun lembaga keuangan lainnya. Tingkat bunga instrumen-instrumen keuangan akan bergerak searah dengan pergerakan tingkat bunga SBI ini. Sayangnya, obligasi korporasi yang memberikan kupon tetap menyebabkan instrumen keuangan ini menjadi kurang menarik untuk dimiliki saat tingkat bunga SBI satu bulan naik, kupon obligasi yang jumlahnya tetap tersebut tidak mengalami kenaikan layaknya instrumen keuangan lainnya. Hanya saja ketika tingkat bunga SBI turun, return obligasi tidak mengikuti turunnya tingkat bunga SBI layaknya instrumen keuangan yang lain. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga SBI semakin tidak menarik obligasi korporasi untuk dimiliki , hal ini terkait dengan kupon obligasi korporasi yang tetap sementara return dari instrumen lain semakin menigkat. Akibatnya, permintaan terhadap obligai berkurang. Sebaliknya apabila tingkat bunga SBI terus turun, semakin menarik obligasi korporasi untuk dimiliki, hal ini terkait dengan kupon obligasi korporasi yang tetap sementara return dari instrumen lain semakin menurun. Singkatnya tingkat bunga SBI satu bulan berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi.Informasi mengenai perkembangan suku bunga SBI satu bulan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 19 Tabel 2. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Satu Bulan Periode 2002-2007 PERIODE 2002.1 2002.2 2002.3 2002.4 SUKU BUNGA 16.76 15.11 13.22 12.93 % -9.84 -12.51 -2.19 2003.1 2003.2 2003.3 2003.4 2004.1 2004.2 11.40 9.53 8.66 8.31 7.42 7.34 -11.83 -16.4 -9.13 -4.04 -10.71 -1.08 2004.3 2004.4 2005.1 2005.2 2005.3 2005.4 7.39 7.43 7.44 8.25 10.00 12.75 0.68 0.54 0.13 10.89 21.21 27.5 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2007.1 2007.2 12.73 12.50 11.25 9.75 9.00 8.50 -0.16 -1.81 -10.00 -13.33 -7.69 -5.56 2007.3 8.25 -2.94 2007.4 8.00 -3.03 2008.1 7.96 -0.04 2008.2 8.73 0.05 2008.3 9.71 0.29 2008.4 10.83 0.16 Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Tabel 2 di atas menunjukan bahwa suku bunga SBI terus mengalami penurunan hingga pertengahan tahun 2004 setelah pada tahun 2002 suku bunga SBI berada pada kisaran yang tinggi. Meskipun setelah paruh pertama tahun 2004 suku bunga SBI mengalami peningkatan, namun masih berada pada kisaran tujuh persen. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 20 Suku bunga SBI mulai bergerak naik pada tahun 2005, khususnya pada paruh kedua di tahun tersebut hingga tahun 2006. Suku bunga SBI terus bergerak naik hingga mencapai kisaran angka dua belas persen. Akhir tahun 2006 hingga 2007, suku bunga SBI kembali turun seperti yang terjadi pada tahun 2003 dan 2004. Sayangnya suku bunga ini kembali naik pada pertengahan tahun 2008. Kondisi yang berlawanan dapat dilihat antara permintaan obligasi korporasi dengan tingkat suku bunga SBI ini, saat ketika permintaan mulai naik hingga tahun 2004 tingkat suku bunga SBI menunjukan adanya penurunan atas suku bunganya. Dan ketika permintaan mulai turun ditahun 2005, suku bunga SBI juga memberikan arah yang berlawanan atas pergerakannya. Hingga pada tahun 2007 tingkat suku bunga SBI kembali turun dan naik kembali pada pertengahan tahun 2008, persis berlawanan dengan apa yang terjadi terhadap permintaan obligasi korporasi. Seperti telah disinggung sebelumnya tingkat suku bunga perbankan bergerak searah dengan tingkat suku bunga SBI satu bulan. Kenaikan suku bunga SBI satu bulan akan menaikan suku bunga perbankan sedangkan penurunan suku bunga SBI akan akan ditanggapi oleh perbankan dengan menurunkan suku bunganya baik simpanan ataupun kredit. Dapat pula dikatakan bahwa apabila masyarakat menyimpan kekayaannya dalam bentuk simpanan maka akan lebih menguntungkan jika hal itu dilakukan saat tingkat suku bunga SBI naik. Jelas berbeda dengan apa yang terjadi seandainya masyarakat membeli obligasi. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 21 Implikasinya, apabila tingkat bunga simpanan akan naik pada periode berikutnya akan lebih menguntungkan jika masyarakat mengalihkan kepemilikan obligasi menjadi simpanan perbankan. Masyarakat dapat mengurangi obligasi korporasi dalam komposisi kekayaannya dan menggantinya dengan bentuk simpanan perbankan. Hal ini dikarenakan simpanan perbankan akan mengalami kenaikan atas returnnya sedangkan obligasi korporasi memberikan return dalam jumlah yang tetap. Sebaliknya apabila tingkat bunga simpanan akan turun pada periode berikutnya, akan lebih menguntungkan apabila masyarakat mengalihkan kekayaannya dari bentuk simpanan ke dalam bentuk kekayaan dengan return tetap seperti obligasi korporasi. Simpanan perbankan akan mengalami penurunan pendapatan bunga yang diterima namun tidak untuk obligasi korporasi. Dengan kata lain tingkat bunga simpanan berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi. Selanjutnya simpanan perbankan yang dipilih sebagai bahan pertimbangan masyarakat terhadap besarnya obligasi korporasi yang diminta adalah deposito bank umum dalam rupiah. Alasannya deposito ini merupakan bentuk simpanan yang lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan bentuk-bentuk simpanan lainnya. Kemudian, dari seluruh bentuk deposito yang ada, deposito satu bulan merupakan bentuk simpanan terbesar masyarakat. Informasi mengenai perbandingan tersebut dapat dilihat pada lampiran perbandingan dana pihak ketiga yang dihimpun bank umum berikutnya. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 22 Sebagai bahan perbandingan atas permintaan obligasi korporasi, berikut ini disajikan tabel 3 yang memberikan informasi mengenai perkembangan tingkat suku bunga deposito satu bulan. Tabel 3. Tingkat Suku Bunga Deposito Satu Bulan Bank Umum Periode 2002–2007 PERIODE SUKU BUNGA % 2002.1 2002.2 15.64 14.76 -9,84 2002.3 2002.4 2003.1 2003.2 2003.3 2003.4 13.50 12.81 11.90 10.31 7.67 6.62 -12,51 -2,19 -11,83 -16,4 -9,13 -4,04 2004.1 2004.2 2004.3 2004.4 2005.1 2005.2 5.86 6.23 6.31 6.43 6.50 6.98 -10,71 -1,08 0,68 0,54 0,13 10,89 2005.3 2005.4 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 9.16 11.98 11.61 11.34 10.47 8.96 21,21 27,5 -0,16 -1,81 -10 -13,33 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2008.1 2008.2 8.13 7.46 7.13 7.19 6,88 7,19 -7,69 -5,56 -2,94 -3,03 -0,04 0,05 2008.3 2008.4 9,26 10,75 0,29 0,16 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa suku bunga deposito satu bulan bergerak searah dengan suku bunga SBI, baik saat terjadi kenaikan ataupun Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 23 penurunan suku bunga SBI. Suku bunga deposito yang sempat mencapai angka 15,64 persen di awal tahun 2002 terus turun hingga tahun 2003 dan awal tahun 2004. Meskipun di pertengahan tahun 2004 suku bunga meningkat,akan tetapi suku bunga yang terjadi berada pada kisaran yang masih rendah yaitu enam persen, seperti halnya dengan yang terjadi pada suku bunga SBI yang tetap konsisten pada periode yang sama. Tahun 2005, suku bunga deposito kembali naik seperti halnya suku bunga SBI hingga pada tahun 2007 deposito menunjukan penurunan atas suku bunganya meski harus kembali naik pada pertengahan tahun 2008. Pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap permintaan obligasi. Naiknya pendapatan akan menambah kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak lagi dari obligasi, permintaanpun meningkat. Namun jika pendapatan masyarakat turun, kemampuan untuk membeli berkurang, akibatnya permintaan berkurang. Pendapatan masyarakat data dilihat dari perkembangan yang terjadi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas harga konstan tahun 2000. Informasi mengenai perkembangan PDB Indonesia dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 24 Tabel 5. Produk Domestik Bruto Menurut Penggunaan Atas Harga Konstan Tahun 2000 Triwulan I 2002 – Triwulan IV 2007 PERIODE 2002.1 2002.2 2002.3 2002.4 PDB 368.80 375.03 387.85 374.43 % 1,68 3,42 -3,46 2003.1 2003.2 2003.3 2003.4 2004.1 2004.2 386.74 394.62 405.61 390.20 402.60 411.94 3,29 2,04 2,78 -3,8 3,18 2,32 2004.3 2004.4 2005.1 2005.2 2005.3 2005.4 423.85 418.13 427.00 436.11 448.49 439.05 2,89 -1,35 2,12 2,13 2,84 -2,11 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2007.1 2007.2 448.28 457.72 474.80 465.86 475.82 487.10 2,1 2,11 3,73 -1,88 2,14 2,37 2007.3 505.96 3,87 2007.4 495.09 -2,15 2008.1 505.24 0.02 2008.2 519.36 0.03 2008.3 538.57 0.04 2008.4 518.94 -0,04 Sumber : Publikasi Biro Pusat Statistik, Beberapa Edisi Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Tabel 5 di atas menunjukan bahwa secara umum PDB terus meningkat setiap tahunnya. Sama halnya dengan yang terjadi terhadap permintaan obligasi korporasi. Keduanya bergerak searah, kenaikan PDB juga dialami oleh permintaan obligasi korporasi. Kenaikan PDB mengalami penurunan pada tahun 2005, sama halnya dengan apa yang terjadi terhadap permintaan obligasi dan mulai kembali meningkat pada tahun 2007. Bahkan di pertengahan tahun 2007 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 25 besarnya PDB yang terjadi mencapai 505.957,60 miliar rupiah yang merupakan angka tertinggi sepanjang rahun 2002 hingga tahun 2007. Begitu pula dengan kondisi di tahun 2008, PDB terus bertambah hingga mencapai 518.94 miliar rupiah di akhir tahun. B. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah variabel tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulan, tingkat suku bunga deposito bank umum jangka waktu satu bulan serta Produk Domestik Bruto mempengaruhi permintaan obligasi korporasi di Indonesia? 2. Berapa besar pengaruh yang terjadi akibat faktor-faktor tersebut? 1. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini memberikan manfaat, maka perlu ditetapkan batasan dan ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 1. Permintaan obligasi korporasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai besarnya obligasi korporasi yang terjual saat dilaksanakannya penawaran perdana di pasar primer oleh penerbit. Hal ini dikarenakan belum tersedianya informasi mengenai volume pembelian obligasi yang terjadi pada perdagangan di pasar sekunder setiap periodenya. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 26 C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah 1. Untuk mengetahui apakah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulan, tingkat bunga deposito bank umum jangka waktu satu bulan, serta Produk Domestik Bruto mempengaruhi permintaan obligasi korporasi di Indonesia. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap permintaan obligasi di Indonesia. D. Kerangka Pemikiran Dalam teori permintaan disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Permintaan dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain, baik pengganti ataupun pelengkap, pendapatan dan selera. Masing-masing pengaruh dari variabel-variabel tersebut adalah negatif untuk harga barang itu sendiri, positif untuk barang pengganti, negatif untuk barang pelengkap, serta positif untuk pendapatan dan selera. Sedangkan alasan mengapa permintaan berubah jika faktor-faktor tersebut berubah disebabkan karena perubahan atas nilai guna yang diperoleh akibat adanya perubahan dari faktor-faktor tersebut. Dapat dikatakan pula permintaan terhadap suatu barang didasari oleh nilai guna yang dimiliki barang tersebut. Dengan nilai guna itu seseorang akan memperoleh kepuasan. Seseorang yang rasional tentunya akan selalu berusaha untuk memperoleh kepuasan yang maksimum yang berarti pula diperlukan tambahan atas konsumsi untuk mencapai kepuasan maksimum tersebut. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 27 Nilai guna suatu barang bermacam-macam tergantung dari jenis barang tersebut. Makanan misalnya akan memberikan nilai guna berupa rasa kenyang setelah mengonsumsinya. Permintaan atas obligasi korporasi juga didasari oleh nilai guna yang diperoleh atas kepemilikan obligasi korporasi. Obligasi itu sendiri merupakan jenis surat berharga berupa surat hutang pihak swasta kepada masyarakat dengan janji membayar penuh saat jatuh tempo serta pembayaran pendapatan bulanan berupa kupon setiap periode hingga jatuh tempo. Nilai guna obligasi korporasi disebut dengan return obligasi korporasi atau return saja. Return ini terdiri dari current yield dan capital gain. Current yield merupakan persentase atas kuppon yang diterima berdasarkan harga yang harus dibayar untuk membeli obligasi, sedangkan gain adalah keuntungan berupa selisih harga saat membeli dengan harga pembelian kembali saat jatuh tempo. Obligasi korporasi juga dapat diperdagangkan dipasar modal selama rentang waktu sebelum jatuh tempo. Teori permintaan aset dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan yang terjadi atas permintaan obligasi apabila faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya return yang diterima berubah. Adapun faktor-faktor tersebut adalah tingkat suku bunga pasar, return aset lain, inflasi serta pendapatan masyarakat. Dalam teori permintaan aset disebutkan bahwa terdapat pendapatan bunga atas aset yang dimiliki. Misalnya kupon untuk obligasi ataupun suku bunga simpanan untuk simpanan pada perbankan. Bunga tersebut merupakan harga yang harus dibayarats penggunaan uang oleh pihak swasta untuk obligasi korporasi maupun oleh kreditur melalui perbankan untuk simpanan. Semakin tinggi tingkat suku Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 28 bunga yang ditawarkan dapat diartikan semakin tingginya harga yang harus dikeluarkan untuk penggunaan uang, begitu pula sebaliknya apabila tingkat bunga turun. Dengan demikian besarnya tingkat suku bunga menggambarkan besarnya return yang akan diterima oleh pemilik aset. Namun dalam hal penetapan besarnya suku bunga yang diberikan, terdapat perbedaan antara obligasi dengan aset lainnya. Kupon obligasi diberikan dengan jumah yang tetap setiap periodenya. Berkaitan dengan harga atas penggunaan uang semakin tinggi besarnya kupon yang dibayar berarti semakin tinggi pula nilai atas pembayaran penuh saat jatuh tempo. Untuk menjamin tingginya nilai jatuh tempo tersebut, obligasi harus dibeli dengan harga yang lebih rendah dari nilai pembayaran penuh. Harga beli yang lebih rendah menyebabkan diperolehnya gain obligasi yang merupakan selisih harga saat membeli dan harga jatuh tempo, semakin rendah harga pembelian semakin tinggi pula gain yang diterima. Harga beli yang rendah itu juga menyebabkan current yield yang diterima semakin tinggi. Sebagai bagian dari return yang merupakan persentase kupon yang diterima dengan harga yang harus dibayar saat membeli, current yield akan semakin tinggi jika harga pembelian semakin rendah. Dengan demikian diperoleh kesimpulan besarnya kupon obligasi menjamin besarnya return yang akan diterima. Setelah dijelaskan bagaimana kupon menentukan besarnya return yang diperoleh dapatlah sekarang dijelaskan bagaimana perbedaan antara obligasi dengan aset lainnya. Penetapan besarnya tingkat suku bunga atas berbagai aset sebenarnya mengikuti arah perkembangan tingkat suku bunga yang berlaku di pasar. Tingkat suku bunga pasar ini merupakan tingkat suku bunga yang secara Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 29 umum berlaku untuk seluruh aset. Sehingga naik turunnya tingkat suku bunga pasar menyebabkan naik turunya tingkat suku bunga berbagai aset yang ada. Sayangnya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, obligasi memberikan kupon yang tetap hingga jatuh tempo. Akibatnya, saat tingkat suku bunga pasar naik, tingkat suku bunga aset-aset akan mengikuti kenaikan tersebut dan return yang diterima menigkat. Sementara kupon obligasi yang jumlahnya tetap tidak memberikan kenaikan atas reutrn obligasi. Return obligasi akan tetap hingga jatuh tempo, sehingga return obligasi menjadi lebih rendah relatif terhadap return aset lainnya. Bahkan jika obligasi dijual sebelum jatuh tempo tepatnya saat kenaikan tingkat bunga pasar terjadi, pembeli akan bersedia membeli dengan harga dibawah nominal untuk menjamin tingginya nilai atas pembayaraan jatuh tempo. Semakin tinggi tingkat suku bunga pasar, semakin rendah pula harga pembelian obligasi. Kondisi ini menyebabkan turunnya gain yang diterima, bahkan gain tersebut dapat menjadi sebuah kerugian atau loss apabila tingkat suku bunga pasar terus meningkat hingga pada akhirnya return akan semakin berkurang. Sebaliknya jika tingkat suku bunga pasar turun, berbagai aset akan menurunkan tingkat suku bunganya sesuai dengan kondisi yang berlaku untuk harga penggunaan uang. Akibatnya, return yang diterima akan berkurang. Namun keadaan ini tidak berlaku untuk obligasi yang memberikan kupon tetap. Return obligasi menjadi lebih tinggi relatif terhadap return aset lainnya. Bahkan jika obligasi dijual di pasar modal, tepatnya saat tingkat bunga pasar menurun, pembeli akan membeli dengan harga yang lebih tinggi untuk menjamin rendahnya Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 30 nilai jatuh tempo. Semakin rendah tingkat suku bunga pasar semakin tinggi harga pembelian obligasi. Kondisi ini menyebabkan gain semakin besar hingga pada kahirnya juga return obligasi akan meningkat. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan tingkat bunga pasar berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporsi. Naik turunnya tingkat suku bunga pasar berpengaruh pula pada naik turunnya return obligasi yang diterima Tingkat bunga yang dapat digunakan sebagai tingkat bunga pasar di Indonesia adalah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulan. SBI merupakan surat berharga pasar uang yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Jangka waktu yang pendek serta pasar yang likuid atas surat berharga ini menyebabkan banyak lembaga keuangan mengalokasikan dananya pada SBI jangka waktu satu bulan hingga pada akhirnya berpengaruh pada likuiditas lembaga-lembaga keuangan khusunya perbankan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter untuk mengendalikan tingkat bunga perbankan dengan menentukan besarnya tingkat bunga SBI sehingga tingkat bunga di pasar berada pada target yang diinginkan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia. Dengan demikian besarnya tingkat bunga SBI jangka waktu satu bulan menggambarkan besarnya tingkat bunga pasar yang diinginkan oleh Bank Indonesia. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perubahan tingkat bunga pasar menyebabkan perubahan tingkat bunga untuk berbagai instrumen keuangan. Pendapatan atas aset aset tersebut haruslah mengikuti perubahan harga dari penggunaan uang. Demikian pula yang terjadi atas produk-produk perbankan sebagai lembaga keuangan yang juga menawarkan Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 31 aset-aset keuangan seperti pinjaman dan simpanan. Perubahan yang searah dengan tingkat bunga atas produk produknya dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan antara pendapatan yang diterima dengan harga dari penggunaan uang yang berlaku. Sehingga saat tingkat bunga pasar naik, memilih aset dalam bentuk simpanan akan menguntungkan, return yang diterima akan meningkat seiring naiknya tingkat bunga pasar. Namun jika tingkat bunga turun, memilih aset berupa simpanan akan menyebabkan turunya return yang diterima seiring turunnya tingkat bunga. Hal yang demikian terjadi atas return simpanan jelas berlawanan dengan kondisi yang terjadi terhadap return obligasi korporasi dalam arti bagaimana kedua aset tersebut menyikapi pergerakan tingkat bunga pasar. Meskipun demikian, justru perilaku yang berbeda dalam menanggapi pergerakan tingkat bunga pasar menjadikan keduanya digunakan untuk saling mengganti sehingga terhindar dari penurunan return akibat perubahan tingkat bunga pasar. Saat tingkat bunga pasar mengalami kenaikan maka akan lebih menguntungkan apabila obligasi korporasi yang dimiliki dikurangi dengan menambah simpanan pada perbankan. Pemilik obligasi akan terhindar dari turunnya return obligasi korporasi akibat naiknya tingkat bunga. Namun jika tingkat bunga mengalami penurunan, akan lebih menguntungkan apabila kepemilikan obligasi korporasi ditambah dengan mengurangi simpanan yang ada. Turunya return simpanan dapat digantikan dengan keberadaan obligasi. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan atas tingkat bunga simpanan berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 32 Pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap permintaan obligasi. Pendapatan masyarakat dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) setiap periodenya. Kenaikan PDB dapat diartikan sebagai naiknya pendapatan masyarakat, sebaliknya penurunan PDB dapat diartikan sebagai turunnya pendapatan masyarakat. Pengaruhnya terhadap permintaan obligasi adalah apabila PDB meningkat, daya beli masyarakat meningkat. Semakin banyak obligasi yang dapat dibeli, dengan demikian semakin banyak nilai guna yang akan diperoleh. Jika PDB mengalami penurunan, daya beli masyarakat menurun. Nilai guna yang diterima atas pembelian obligasi berkurang, sehingga permintaan atas obligasipun menurun. E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Tingakt suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulan berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan obligasi korporasi. 2. Tingkat suku bunga deposito bank umum jangka waktu satu bulan berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan obligasi korporasi. 3. Produk Domestik Bruto berpengaruh nyata dan positif terhadap permintaan obligasi korporasi. F. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan ini terdiri dari : Bab I. Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penuisan Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 33 Bab II.Tinjauan Pustaka. Berisikan Definisi Obligasi, Sertifikat Bank Indonesia, deposito, Produk Domestik Bruto dan teori beberapa teori dasar seperti teori permintaan, teori permintaan aset, teori tingkat bunga. Bab III. Metode Penelitian. Terdiri dari metode pengambilan data, jenis dan sumber data, batasan peubah, alat analisis, pengujian hipotesis dan metode pembedaan umum. Bab IV. Hasil Perhitungan dan pembahasan. Terdiri dari analisis perhitungan yang dihasilkan. Bab V. Kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka. Lampiran. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 34 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Obligasi 1. Definisi Obligasi Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi di Indonesia diperdagangkan di pasar sekunder baik di bursa maupun di pasar negosiasi atau OTC market (Bursa Efek Surabaya, 2007). 2. Jenis Obligasi Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu : 1. Dilihat dari sisi penerbit obligasi dibedakan menjadi : a. Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta. b. Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. c. Municipal Bond : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 35 B. Deposito 1. Definisi Deposito Deposito merupakan simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersyangkutan. Dana bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito, dilihat dari sudut biaya dana, deposito merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya (Dendawijaya, Lukman, 2005 : 6). 2. Jenis Deposito Deposito dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindah tangankan. Jangka waktu deposito ini bermacam macam, di Indonesia terdapat beberapa jenis deposito berjangka yaitu deposito berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dua belas bulan serta lebih dari dua belas bulan. 2. Sertifikat Deposito Sertifikat Deposito dapat didefinisikan sebagai deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan jaminan bagi permohonan kredit. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 36 C. Sertifikat Bank Indonesia 1. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Sertifikat bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang jangka pendek dengan menggunakan sistem diskonto. Jangka waktu SBI dapat dibedakan menjadi dua yaitu SBI berjangka waktu satu bulan dan SBI berjangka waktu tiga bulan. Penentuan tingkat bunga diskonto atau suku bunga SBI didasarkan pada sistem Stop out Rate (SOR). Dalam sistem SOR ini, sebelum melakukan lelang, Bank Indonesia akan mengumumkan sasaran indikatif jumlah SBI yang akan diterbitkan melalui lelang. Bank Indonesia menetapkan volume lelang dengan memperhatikan kondisi likuiditas di pasar. Sistem SOR ini adalah penentuan pemenang lelang dengan memperhatikan tingkat diskonto tertinggi yang dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai sasaran kuantitas SBI yang akan dijual oleh Bank Indonesia (Sugiyono, F.X, 2004 : 30-33). Hadirnya BI rate yang mulai berlaku sejak lima Juli tahun 2005 juga berdampak pada suku bunga SBI yang sebelumnya rata-rata tertimbang diperoleh dari diskonto yang diajukan peserta lelang. Dengan diberlakukannya BI rate, rata rata tertimbang suku bunga SBI diarahkan untuk berada disekitar BI rate. Sistem lelang inipun kemudian diubah lagi dengan diberlakukannya tender fixed rate sehingga suku bunga SBI sama dengan BI rate yang ditetapkan. Namun fixed rate ini hanya diberlakukan untuk SBI jangka waktu satu bulan sedangkan untuk SBI tiga bulan masih menggunakan tender variabel rate sehingga rata-rata tertimbang suku bunga SBI berada disekitar BI rate. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 37 D. Produk Domestik Bruto 1. Definisi Produk Domestik Bruto Produk domestik bruto (PDB) atau Gross Domestic Product merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari PDB dianggap bersifat bruto/kotor (Biro Pusat Statistik : 2007). 2. Pendekatan perhitungan Produk Domestik Bruto Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tyangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan. 2. Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidyang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 38 3. Pendekatan pengeluaran. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tyangga (Consumption), pemerintah (Goverment), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X - M) (Biro Pusat Statistik, 2007). E. Teori Permintaan 1. Definisi Permintaan Definisi permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah yang menunjukan jumlah suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Beberapa kata kunci terdapat dalam definisi ini, pertama permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah bukan satu harga dan satu jumlah tertentu. Pengertian permintaan selalu menunjukan suatu skedul sedangkan jumlah yang diminta adalah jumlah yang benar-benar dibeli pada harga tertentu. Kedua, permintaan tersebut akan terjadi jika ada keinginan dan kemampuan membeli. Seseorang yang ingin membeli suatu barang tidak berarti ada permintaan akan barang itu dari orang tersebut. Ketiga, permintaan menunjukan pembelian pada satu periode waktu tertentu. Apabila periode waktu tersebut berubah maka berbagai kombinasi harga dan jumlah akan berubah.Permintaan individu terhadap suatu barang menunjukan jumlah yang siap untuk dibeli pada berbagai kemungkinan harga. Apabila permintaan individual terhadap suatu produk dijumlahkan akan diperoleh permintaan pasar akan produk tersebut (Nopirin, 2000 : 31-32). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 39 2. Faktor-Faktor Penentu Permintaan Definisi permintaan menunjuk pada kombinasi-kombinasi harga serta jumlah sesuatu barang yang ingin dan dapat dibeli pada berbagai tingkat harga untuk periode tertentu. Ini menjelaskan adanya pengaruh variabel harga terhadap suatu permintaan. Variabel harga ini memiliki hubungan negatif terhadap permintaan dengan catatan faktor-faktor lain tetap. Inilah yang disebut hukum permintaan yang berarti keajegan bukan hukum dalam aturan. Apabila permintaan digambarkan dalam suatu bentuk kurva, akan diperoleh kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Gambar 2. Kurva Permintaan Kurva di atas menggambarkan sifat permintaan suatu barang. Sumbu ordinat (vertikal) menggambarkan berbagai tingkat harga yang terjadi, sedangkan sumbu absis (horizontal) menggambarkan kuantitas barang yang diminta. Kedua sumbu tersebut masing-masing memiliki dua titik tingkat harga dan kuantitas barang yaitu Po dan P1 serta Qo dan Q1. P0 lebih besar dari P1 sedangkan Q1 lebih besar dari Q0 (P0 > P1, Q1 > Q0). Saat tingkat harga sebesar P0 jumlah barang yang diminta sebesar Q0 dan saat harga sebesar P1 jumlah barang yang diminta sebesar Q1. Kurva di atas jelas menerangkan bagaimana jumlah barang yang diminta akan berubah jika teradi perubahan harga. Seperti yang dikatakan sebelumnya sifat Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 40 hubungan antara harga dan kuantitas di atas terjadi dengan anggapan faktor-faktor lain tetap. Anggapan ini menunjukan bahwa sebenarnya terdapat faktor lain di luar harga yang dapat mempengaruhi permintaan. Perubahan ini digambarkan dengan bergesernyakurva permintaan baik ke kanan atas ataupun ke kiri bawah. P P0 D1 D0 D2 0 Q2 Q0 Q1 Q Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan. Gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam suatu tingkat harga yang dinotasikan dengan P0, jumlah barang yang diminta adalah Q0. Keadaan ini masih menunjukan adanya asumsi faktor-faktor lain diluar harga tidak berubah. Namun apabila faktor-faktor tersebut berubah, maka pada setiap tingkat harga akan terjadi perubahan permintaan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai kenaikan permintaan ataupun penurunan permintaan. Penurunan permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva permintaan dari D0 ke D2 sedangkan kenaikan permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva permintaan dari D0 ke D1. Dalam tingkat harga P0, apabila terjadi kenaikan permintaan, kuatitas barang yang diminta akan berubah dari Q0 ke Q1. sedangkan jika terjadi penurunan permintaan pada tingkat harga P0, kuatitas barang yang diminta berubah dari Q0 ke Q2. Faktor-faktor lain tersebut dapat berupa harga barang lain, baik barang pengganti Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 41 ataupun barang pelengkap, pendapatan resiko, dan selera. Pengaruhnya terhadap permintaan suatu barang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Harga barang lain, kenaikan harga barang pengganti akan menaikan permintaan barang yang digantikannya, sedangkan penurunan harga barang pengganti akan menurunkan permintaan barang yang digantikannya. Sedangkan untuk barang pelengkap, kenaikan harga barang pelengkap akan menurunkan permintaan barang yang dilengkapinya. Namun jika barang pelengkap ini naik, permintaan akan barang yang dilengkapinya akan turun pula. 2. Pendapatan. Apabila pendapatan konsumen meningkat maka permintaan akan meningkat dan jika pendapatan konsumen menurun, permintaan akan menurun. 3. Perkiraan.(ekspektasi). Apabila individu memperkirakan harga akan naik di kemudian hari, maka individu tersebut cenderung membeli lebih banyak saat ini. 4. Selera. Permintaan konsumen akan meningkat apabila selera konsumen meningkat, dan permintaan akan menurun jika selera konsumen berkurang (Nopirin, 2000 : 33-36). F. Teori Permintaan Aset 1. Konsep Nilai Guna Obligasi Teori ini merupakan pengembangan dari teori permintaan umum yang mencoba untuk menjelaskan permintaan terhadap aset aset sehingga teori permintaan aset lebih tepat untuk menjelaskan permintaaan obligasi. Obligasi merupakan surat berharga jangka panjang berupa surat hutang pihak yang menerbitkan dengan janji untuk membayar penuh atas obligasi tersebut serta pembayaran bunga tetap Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 42 berupa kupon setiap periodenya. Untuk mengetahui bagaimana nilai guna obligasi diperoleh, terdapat beberapa konsep yang harus diperhatikan hingga pada akhirnya dapat dibuat kurva permintaan untuk obligasi serta bagaimana kurva tersebut bergeser. Beberapa konsep yang harus diketahui yakni Yield To Maturity (YTM), Current Yield serta Capital Gain. Ytm merupakan jumlah seluruh pendpatan yang diterima seandainya obligasi dimiliki hingga jatuh tempo. Untuk lebih memahami YTM, dapat diambil contoh perolehan YTM untuk pinjaman sederhana, pinjaman dengan pembayaran tetap dan akhirnya YTM untuk obligasi. Pinjaman sederhana dapat diartikan sebagai pinjaman yang hanya ada satu periode pembayaran hutang berikut bunganya. Apabila seseorang meminjamkan Rp. 100 selama satu tahun dan menerima pengembalian sebesar Rp. 110 akan memperoleh YTM sebesar 10 persen dari nilai yang dipinjamkan. YTM tersebut diperoleh dengan persamaan : PV = CF (1 + i ) n Keterangan: PV = harga pinjaman (Rp.100) CF = arus kas dalam setahun ke depan (Rp.110) n = banyaknya tahun ( satu tahun) Hal penting unutk diketahui adalah YTM untuk pinjaman sederhana adalah sama dengan tingkat bunga pinjaman tersebut, ini dikarenakan hanya ada satu kali pembayaran pinjaman tersebut. Kondisi berbeda atas YTM yang diperoleh dapat dilihat dari pinjaman dengan pembayaran tetap. Dengan pinjaman sebesar Rp.100 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 43 selama 25 tahun dengan pembayaran tahunan Rp. 85,81 diperoleh YTM sebesar tujuh persen. YTM tersebut diperoleh dengan persamaan: PV = FP FP FP + + ... + n 1 (1 + i ) (1 + i ) (1 + i ) n Keterangan : FP = pembayaran tetap setiap tahunnya (Rp. 85,81) Sedangkan untuk obligasi dengan pembayaran kupon, dengan nominal sebesar Rp. 100.000 selama delapan tahun dibeli dengan harga Rp. 889,20 dan kupon Rp. 100 setiap tahunnya diperoleh YTM 12,25 persen dengan menggunakan persamaan : PV = C C C F + + ... + + n 1 n (1 + i ) (1 + i ) (1 + i ) (1 + i ) n Keterangan : C = besarnya pembayaran kupon (Rp. 100) F = nilai nominal saat jatuh tempo (Rp. 100.000) Current Yield merupakan persentase pembayaran kupon atas harga yang harus dibayarkan. Current Yield diperoleh dengan persamaan: iC = C Pt Keterangan : iC = Current Yield C = Pembayaran kupon Pt = harga pembelian obligasi. Sedangkan gain merupakan selisih antara harga beli dan harga yang diterima saat jatuh tempo. Gain diperoleh dengan persamaan : Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 44 g= Pt +1 − Pt Pt Keterangan: g = gain Pt+1 =harga saat jatuh tempo. Kedua persamaan diatas, yakni Curent Yield dan Gain disebut juga dengan imbal hasil atau return obligasi, sehingga return obligasi diperoleh dengan persamaan R = ic + g Keterangan : R = return Persamaan di atas menunjukan semakin besar ic dan g, semakin besar return yang dihasilkan dan inilah yang menjadi alasan permintaan seseorang atas obligasi. Namun perlu untuk diingat baik ic ataupun g dipengaruhi oleh Pt. Semakin rendah Pt semakin besar keduanya akan diterima yang berarti return yang dihasilkan semakin tinggi. Berdasarkan seluruh persamaan tersebut dapatlah dibuat kurva permintaan layaknya kurva permintaan secara umum (Mishkin, 2008 : 89-112). 2. Kurva Permintaan Obligasi Teori permintaan umum menerangkan hubungan negatif antara harga dan jumlah barang yang diminta. Harga yang lebih rendah menjamin dicapainya nilai guna yang lebih tinggi. Sama halnya dengan permintaan obligasi, dengan harga yang lebih rendah akan diperoleh baik YTM ataupun Return yang lebih tinggi. Jumlah obligasi yang diminta bertambah sehubungan dengan besarnya return yang diterima. Dengan demikian dapatlah sekarang dibuat kurva permintaan obligasi. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 45 Gambar 4. Kurva Permintaan Obligasi Semakin rendah harga, semakin banyak obligasi yang diminta. Harga yang semakin rendah memberikan return yang lebih tinggi. Kurva permintaan obligasi dapat bergeser ke kanan dan ke kiri. Pergeseran kurva permintaan ini dapat digambarkan seperti halnya kurva permintaan barang secara umum. P P0 0 P1 P0 P2 Gambar 5. Pergeseran Kurva Permintaan Obligasi Bergesernya kurva kekanan menggambarkan bertambahnya permintaan pada setiap tingkat harga, sementara pergeseran ke kiri menggambarkan berkurangnya permintaan obligasi pada setiap harga.Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran kurva permintaan obligasi adalah sebagai berikut : 1. Kekayaan. Kekayaan yang meningkat pada setiap tingkat harga menyebabkan bertambahnya kemampuan untuk membeli obligasi sehingga return yang diperoleh semakin besar, sebagai akibatnya permintaanpun bertambah. Kurva permintaan obligasi bergeser ke kanan. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 46 2. Perkiraan Imbal Hasil. Perkiraan imbal hasil dapat dilihat dari perkembangan tingkat suku bunga, return aset lain, serta tingkat inflasi yang terjadi. Naiknya tingkat suku bunga pasar menjadikan return yang diperoleh berkurang sehubungan dengan turunnya harga jual. Akibatnya kenaikan tingkat suku bunga pasar menggeser kurva ke kiri yang berarti permintaan berkurang. Apabila return aset lain meningkat sementara return obligasi tetap, ini menggambarkan return obligasi menurun relatif terhadap aset lain. Sedangkan untuk tingkat inflasi dapat mempengaruhi return atas aset ril seperti tanah dan rumah, return utnuk aset seperti ini meningkat saat inflasi meningkat. Akibatnya return obligasi menurun relatif terhadap aset riil. 3. Resiko. Jika harga obligasi menjadi berfluktuasi, maka resiko yang terkait dengan obligasi akan meningkat dan obligasi menjadi kurang menarik. 4. Likuiditas. Likuiditas merupakan istilah yang menunjuk pada kemudahan aset untuk dikonversikan menjadi uang. Semakin likuid aset, semakin menarik aset tersebut untuk dimiliki. Akibatnya, permintaanpun bertambah, kurva permintaan bergeser ke kanan (Mishkin, 2008 : 128-135). G. Tingkat Bunga 1. Definisi Tingkat Bunga Tingkat bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang atau satu rupiah nanti. Pembeli satu rupiah sekarang dan sekaligus juga penjual dari satu rupiah nanti adalah peminjam, sedangkan penjual dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga pembeli satu rupiah nanti merupakan orang yang meminjamkan. Peminjam harus membayar Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 47 kepada pemberi pinjaman harga dari pertukaran tersebut dan harga ini adalah bunga yang dibayar peminjam. Alasan mengapa orang mau membayar bunga, dijelaskan oleh ekonom dari aliran klasik serta dari aliran Keynesian. a. Kaum Klasik Mengenai Tingkat Bunga. Bunga adalah harga dari loanable funds atau disebut juga dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Terjemahan bebasnya data digunakan istilah dana investasi, sebab menurut teori klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi. Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi yang mereka perlukan selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok penabung. Bersama-sama, jumlah seluruh tabungan mereka membentuk penawaran loanable funds. Dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mereka inilah investor dan jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan loanable funds. Selanjutnya para penabung adan para investor bertemu di pasar loanable funds, dan dari proses tawar menawar antara mereka akhirnya dihasilkan tingkat bunga kesepakatan atau keseimbangan, seperti yang tertera dalam gambar di bawah ini. R S F0 D 0 F0 F Gambar 3. Keseimbangan Tingkat Bunga di Pasar Loanable Funds. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 48 R merupakan tingkat bunga yang berlaku dan F adalah loanable funds yang tersedia. Gambar di atas menunjukan bahwa tabungan yang merupakan penawaran dana akan menaik bila tingkat bunga naik. Kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, tingkat bunga yang lebih tinggi akan memberikan penghasilan yang lebih tinggi bagi para penabung, sehingga kepuasan yang diterima juga akan lebih besar. Hal ini juga berkaitan dengan tingkah laku konsumen dalam memaksimumkan nilai guna. Jika seseorang menawarkan dananya di pasar loanable funds, maka terbukalah baginya untuk memilih pola konsumsi yang tidak harus sama dengan pola pendapatannya. Pada tingkat bunga yang berlaku ia dapat meminjamkan sebagian dari pendapatannya dalam periode satu dan akan memperoleh kembali uang yang dipinjamkannya ditambah dengan bunga pada periode kedua dan selanjutnya siap untuk dikonsumsikan pada periode kedua. Diagram Fisher dibawah ini akan menjelaskan pendapatan yang diterima individu seandainya ia meminjamkan uangnya. C2 H F C 2'" E C 2" Y2 = C 2' IC3 B 0 IC2 D C A C 1'" C 1" Y1 = C 1' IC1 I G C1 Gambar 4. Diagram Fisher Mengenai perubahan Nilai Guna Yang Diterima Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 49 Anggap bahwa seseorang mempunyai aliran pendapatan sebesar Y1 dalam periode satu dan Y2 dalam periode dua. Apabila pola konsumsinya mengikuti pola pendapatannya atau dengan kata lain dalam setiap periode ia mengkonsumsikan habis pendapatannya, maka posisinya pada titik A. Konsumsi pada setiap periode akan sama dengan pendapatannya (C1=Y1, C2=Y2). Selanjutnya jika tersedia pasar loanable funds, maka ia dapat meminjamkan uangnya sebesar AC dan memperoleh kembali sebesar BC dalam periode kedua. Dengan cara tersebut maka ia akan berada pada titik B yang memberikan kepuasan yang lebih tinggi karena berdasarkan teori tingkah laku konsumen sebelumnya nilai guna IC2 lebih besar dari IC1 (IC2>IC1). Garis FG menggambarkan berapa rupiah yang akan diterima pada periode kedua seandainya ia meminjamkan satu rupiah pada awal periode satu. Dengan kata lain, slope dari garis tersebut menunjukan berapa harga dari penggunaan satu rupiah sekarang jika dinyatakan dalam satu rupiah kemudian. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin curam slope tersebut. Seandainya tingkat bunga yang berlaku naik sehingga slope harga menjadi HJ maka ia akan menawarkan dana sebesar AD dalam periode satu yang lebih besar dari AC pada garis harga FG. Dengan garis harga HJ ia akan memnijamkan uangnya sebesar AD sehingga uangnya akan dikembalikan sebesar ED pada periode dua. Jelas bahwa ED lebih besar dari BC, terkait dengan IC3 lebih besar dari kedua kurva sebelumnya (IC3 > IC2 > IC1). Kemudian, jawaban untuk kurva permintaan dana di pasar loanable funds yang berlereng negatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Peminjam merupakan pihak yang memerlukan dana untuk kegiatan yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada jumlah yang diinvestasikan. Kelebihan penerimaan atas Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 50 pengeluaran inilah yang merupakan daya tarik bagi investor untuk melakukan investasi dan sekaligus sebagai sumber kemampuan bagi investor untuk membayar bunga. Dapat pula dikatakan bahwa bunga dibayar karena dana tersebut produktif. Dalam teori klasik, produktivitas dana ini menganut hukum yang berlaku umum bagi proses produksi yaitu The Law Of Deminishing Return atau hukum tambahan hasil yang semakin berkurang. Produktivitas marjinal dari suatu input akan semakin menurun apabila input-input lain tetap (Boediono, 1996 : 75-82). b. Tingkat Bunga Menurut Keynes Tiga motif oleh Keynes merupakan sumber munculnya permintaan terhadap uang yang diberi nama liquidity preference. Nama ini mempunyai makna tertentu yaitu bahwa permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirina tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Memegang uang tunai menjamin likuiditas pada orang tersebut. Keinginan atau preferensi untuk tetap likuid inilah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut atau tingkat bunga dengan unsur permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi (Boediono, 1996 : 82-83). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 51 III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data Pengambilan data dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, Metode ini dilakukan melalui studi literatur serta berbagai publikasi ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. B. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan tahunan dan statistik mingguan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), laporan bulanan perdagangan obligasi Bursa Efek Surabaya (BES), Laporan Mingguan Perdagangan Obligasi Bursa Efek Surabaya, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional (PEKKI) Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia, dan indikator-indikator ekonomi lainnya yang diterbitkan Bank Indonesia, publikasi-publikasi yang diterbitkan Biro Pusat Statistik (BPS) serta Kementerian Koordinator Bidang Keuangan. Kurun waktu penelitian ini dari bulan triwulan I tahun 2002 sampai dengan triwulan IV tahun 2008. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 52 C. Batasan Peubah Peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Y (jumlah permintaan obligasi) adalah jumlah obligasi korporasi yang terjual kepada masyarakat saat penawaran perdana dalam satuan miliar rupiah. 2. X1 (Tingkat Suku Bunga SBI) adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) satu bulan dalam satuan persen. 3. X2 (tingkat suku bunga deposito) adalah tingkat suku bunga deposito bank umum jangka waktu satu bulan dalam satuan persen. 4. X3 (Produk Domestik Bruto) adalah Produk Domestk Bruto menurut penggunaan pada harga konstan tahun 2000 dalam satuan miliar rupiah. D. Alat Analisis Untuk melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi digunakan rumus regresi linier. Dengan menggunakan model fungsional maka didapat persamaan sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3) Untuk menganalisa sejauh mana pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variable terikat, maka model di atas diformulasikan dalam bentuk regresi linier berganda : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ut Keterangan : Y : jumlah permintaan obligasi korporasi X1 : tingkat suku bunga SBI satu bulan Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 53 X2 : tingkat suku bunga deposito satu bulan X3 : Produk Domestik Bruto b0 : konstanta b1,b2,b3 : koefisien peubah ut : error term E. Uji Stasioneritas Pengujian stasioneritas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Philips Perron (PP). Jika masing-masing variabel yang digunakan memiliki zero mean, single mean dan trend dengan probabilita tau lebih dari lima persen (prob tau > 0,005) maka terima Ho yang menyatakan bahwa data yang digunakan tidak stasioner. Sebaliknya apabila masing-masing variabel yang digunakan memiliki zero mean, single mean dan trend dengan probabilita tau kurang dari lima persen (prob tau < 0,005) maka tolak Ho sehingga dipastikan data yang digunakan stasioner (Nachrowi, D Nachrowi, 2006 : 339-344). F. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Untuk menguji apakah error tersebar normal digunakan uji Shapiro Wilk (w). Uji Shapiro Wilk dilakukan apabila observasi yang dilakukan dibawah 2000 atau n < 2000. Error tersebar normal jika probabilita nilai w lebih dari 0,05 atau w > 0,05. Sebaliknya jika probabilita nilai w kurang dari 0,05 atau w < 0,05, maka error tidak tersebar normal (SAS Online Version 8). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 54 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari error konstan atau tidak sepanjang pengamatan. Heteroskedastisitas terjadi jika varians dari error tidak konstan. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak mengandung heteroskedastisitas atau dengan kata lain model yang baik adalah model yang homoskedastis. Pengujian terhadap heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glesjer. Uji Glesjer dilakukan dengan membuat regresi atas nilai absolut error terhadap variabel bebas. Apabila regresi yang dibuat menghasilkan nilai statistik t dan statistik f yang tidak signifikan atau a > 0,05 serta nilai dari koefisien determinasi yang kecil, maka dipastikan varian error konstan atau model yang dibuat homoskedastis. Namun jika nilai statistik f dan nilai statistik t signifikan atau a < 0,05 serta koefisien determinasi besar, maka model yang dibuat heteroskedastis atau varian error tidak konstan (Supranto, Johanes, 1995 : 58-59). 3. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang saling mempengaruhi antara variable bebas. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai Variance of Inflation (VIF) setiap variable bebasnya. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF lebih dari 10, dengan demikian masalah multikolinieritas tidak terjadi jika nilai VIF kurang dari atau sama dengan 10 (Nachrowi, D Nachrowi, 2006 : 99-104). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 55 4. Uji Autokolerasi Uji autokolerasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar pengamatan dalam satu variabel. Pengujian terhadap autokolerasi dilakukan dengan menggunakan statistik d Durbin Watson. Pengujian ini dilakukan pada batas bawah dl dan batas atas du dengan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Apabila : d < dl = terdapat korelasi positif dl < d < du = tidak dapat disimpulkan du < d < 4-du = tidak terdapat korelasi 4-du < d < 4-dl = tidak dapat disimpulkan d < 4-du = ada korelasi negatif G. Uji satistik F Pengujian ini merupakan uji keberartian seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 persen, df1 = k dan df2 = n-k-1 Ho : b1 = 0 tidak berpengaruh Ha : b1 ≠ 0 berpengaruh Apabila : F hitung < f tabel : Ho diterima dan Ha ditolak F hitung > f tabel : Ho ditolak dan Ha diterima Jika Ho diterima, berarti peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah terikat. Sebaliknya, jika Ho ditolak berarti peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah terikat (Nachrowi, D Nachrowi, 2006 : 183-192). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 56 H. Uji statistik t Pengujian ini dilakukan untuk melihat keberartian hubungan antara masingmasing variabel bebas dengan variabel terikat pada tingkat kepercayaan 95 persen (a 0,025) dan df = n-k-1. Adapun hipotesis untuk masing-masing variable bebas adalah sebagai berikut 1. Variabel bebas tingkat suku bunga SBI Ho : b1 = 0 Ha : b1 < 0 Apabila : t hitung < -t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima t hitung = -t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak Jika Ho ditolak, berarti variable bebas harga obligasi korporasi yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah terikat. 2. Variable bebas tingkat bunga deposito Ho : b1 = 0 Ha : b1 < 0 Apabila : t hitung < - t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima t hitung = - t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak Jika Ho ditolak, berarti variable bebas tingkat bunga deposito yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah terikat 3. Variabel bebas PDB Ho : b1 = 0 Ha : b1 > 0 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 57 Apabila : t hitung > t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima t hitung = t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak Jika Ho ditolak, variabel bebas Produk Domestik Bruto yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Supranto, Johanes, 1995 : 145-153). I. Metode Pembedaan Umum Secara konseptual data time series merupakan data yang diamati dalam rentangan waktu. Adanya rentang waktu tersebut mengakibatkan adanya suatu hubungan antara satu waktu dengan waktu lainnya. Hubungan antar waktu tersebut dalam satu variabel dinamakan autokorelasi. Kehadiran autokorelasi dalam model yang dibuat menyebabkan perbedaan antar nilai pada variabel terikat dapat berhubungan dengan nilai pada variabel bebas namun nilai tersebut juga berhubungan dengan nilai nilai dalam variabel yang sama. Autokorelasi yang kuat dapat pula menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan. Kondisi seperti ini menyebabkan model yang dibuat tidak berarti, model yang seperti ini sering disebut regresi lancung atau palsu. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan metode pembedaan umum. Metode ini dilakukan dengan mengurangi nilai variabel bebas dan terikat pada waktu ke t dengan waktu tunda t-1 sehingga pengaruh nilai variabel sebelumnya hilang. Namun apabila masalah yang terjadi belum dapat diatasi, dapat dilakukan pengurangan pada waktu tunda berikutnya hingga tidak terjadi lagi masalah autokorelasi. Adapun tahapan dalam metode pembedaan umum adalah sebagai berikut : Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 58 1. Perhatikan kembali model yang sebelumnya dibuat Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ut Ut = put-1 + vt 2. Untuk waktu t-1 model dituliskan sebagai berikut : Yt-1 = b0 + b1 X1 t-1 + b2 X2 t-1 + b3 X3 t-1 + ut t-1 Bila model dikalikan dengan p, maka diperoleh bentuk persamaan : p Yt-1 = p b0 + p b1 X1 t-1 + p b2 X2 t-1 + p b3 X3 t-1 + ut t-1 3. Kemudian, kurangi kedua persamaan tersebut sehingga dihasilkan persamaan : Yt - Yt-1 = ( b0 – p b0 ) + b1 ( X1 – p X1 t-1) + b2 (X2 – p X2 t-1) + b3 (X3 – p X3 t-1) + (ut – p ut-1) 4. Persamaan tersebut dapat dituliskan kembali sebagai : Y * = b0 (1-p) + b1 X1* + b2 X2* + b3 X3* + vt Dimana : Y* = Yt - Yt-1 X1* = X1 t – p X1 t-1 X2* = X2 t – p X2 t-1 X3* = X3 t – p X3 t-1 Error yang diperoleh setelah pembedaan umum dinotasikan sebagi vt yaitu error yang independent berdistribusi normal dengan nilai tengah = 0 dan varian konstan. Error tersebut diperoleh dari persamaan vt = p ut-1 + vt sehingga vt = ut-p ut-1. Dengan demikian error terbebas dari autokorelasi (Nachrowi, D Nachrowi, 2006 : 183-197). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 59 J. Regresi Komponen Utama Salah satu asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan pengujian hipotesis terhadap parameter pada analisis regresi linier berganda adalah tidak terjadinya korelasi antar variabel bebas atau multikolinieritas. Jika antar variabel saling berkorelasi tinggi, pengujian hipotesis parameter berdasarkan metode kuadrat terkecil memberikan hasil yang tidak valid, diantaranya variabel-variabel bebas yang seharusnya berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas akan dinyatakan sebaliknya yakni tidak nyata secara statistik, tanda koefisien regresi dugaan yang dihasilkan bertentangan dengan kondisi aktual, penduga koefisien regresi bersifat tidak stabil sehingga mengakibatkan sulitnya menduga nilai-nilai variabel tak bebas yang tentunya akan mengakibatkan tidak akuratnya pada peramalan. Kondisi ini mendorong untuk dikembangkannya suatu cara atau teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinieritas pada analisis regresi linier berganda. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan analisis komponen utama atau Principal Component Analysis. Melalui penggunaan analisis komponen utama ini akan dihasilkan variabel-variabel baru yang merupakan kombinasi linier dari variabel variabel bebas asal dan antarvariabel baru ini bersifat saling bebas. Variabel variabel yang baru ini disebut komponen utama, komponen utama yang dihasilkan sebanyak jumlah variabel bebas yang digunakan. Misalnya, regresi dengan menggunakan empat variable bebas, maka akan dihasilkan pula empat komponen utama. Selanjutnya komponen utama tersebut diregresikan dengan variabel tak bebas. Meskipun demikian, tidak semua Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 60 komponen utama digunakan dalam pembuatan model. Kriteria pemilihan komponen utama yang digunakan adalah dengan melihat kumulatif nilai eigen yang dihasilkan. Tidak ada ketentuan yang baku mengenai nilai eigen yang harus dihasilkan, namun beberapa literatur menyatakan bahwa komponen utama yang digunakan adalah komponen utama dengan nilai eigen 80 persen. Pengujian asumsi asumsi regresi serta pengujian hipotesis yang dilakukan merupakan pengujian yang mengggunakan komponen utama yang dihasilkan, bukan menggunakan variable bebas semula. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam menjelaskan persamaan yang dibuat, maka masing masing komponen utama yang digunakan ditransformasikan menjadi variable bebas asal (Bhakti Prasetyo, Haris, 2009 : 1-8). Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 61 IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Stasioneritas Berdasarkan uji satuan akar dengan uji Phips Perron (PP) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5. Uji Satuan Akar Dengan Uji Philips Perron VARIABEL ZERO MEAN Y 0.9990 X1 0.1280 X2 0.1820 X3 0.9990 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi Pr<tau SINGLE MEAN 0.9530 0.0600 0.1560 0.9060 KETERANGAN TREND 0.4140 0.4760 0.7430 0.0120 Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Berdasarkan hasil pengujian tersebut. Diketahui bahwa keempat variabel yang digunakan memiliki nilai zero mean, single mean dan trend dengan peluang Tau lebih dari lima persen (Tau > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan tidak stasioner pada levelnya. Untuk itu, dengan data yang ada, perlu dilakukan perbaikan agar dapat dilakukan estimasi dengan metode kuadrat terkecil biasa. Metode umum yang sering digunakan dalam mengatasi masalah data yang tidak stasioner adalah dengan menggunakan metode pembedaan umum atau diferensiasi. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 62 B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang saling mempengaruhi antara variabel bebas. Keberadaan multikolinieritas menyebabkan koefisien regresi yang dihasilkan tidak signifikan sehingga penduga tidak dapat digunakan. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat besarnya nilai Variance of Inflation (VIF) setiap variabel bebasnya. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai VIF sebagai berikut. Tabel 6. Nilai VIF Untuk Setiap Variabel Bebas VARIABEL Variance Of Inflation (VIF) X1 25.59829 X2 25.86007 X3 1.15665 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi Tabel 6 di atas dapat diketahui adanya multikolinieritas yang kuat antar variabel bebas. Nilai VIF yang lebih dari 10 untuk tingkat suku bunga SBI dan deposito menunjukan adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel bebas tersebut. Kondisi ini juga dapat diperjelas dari hasil perhitungan korelasi antar masingmasing variabel. Nilai korelasi antara masing-masing variabel bebas yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7. Matriks Korelasi Variabel Bebas VARIABEL X1 X2 X1 1.0000 0.9803 X2 0.9803 1.0000 X3 -0.3549 -0.3671 X3 -0.3549 -0.3671 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi 1.0000 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 63 Tabel 7 di atas menunjukan adanya hubungan yang kuat antara suku bunga SBI dengan suku bunga deposito. Nilai korelasi antara keduanya bernilai 0,9803 jelas mendekati korelasi sempurna yang bernilai satu. Masalah multikolinieritas yang terjadi tersebut dapat diatasi dengan menggunakan regresi komponen utama. Regresi komponen utama merupakan regresi dari variabel terikat terhadap komponen utama yang tidak saling berkorelsai dimana setiap komponen utama merupakan kombinasi linier dari semua variabel bebas yang telah dispesifikasikan sejak awal. Tahap pertama pada prosedur regresi komponen utama yaitu menghitung komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari beberapa variabel x dan tahap kedua adalah variabel terikat diregresikan pada komponen utama dalam sebuah model regresi linier. Berdasarkan analisis komponen utama yang dilakukan diperoleh komponen komponen utama seperti yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel 8. Komponen Utama Dalam Analisis Komponen Utama VARIABEL PRIN1 PRIN2 PRIN3 X1 0.649381 0.284638 X2 0.651587 0.269859 X3 -.392094 0.919868 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi -.705185 0.708950 0.010225 Tabel 8 di atas menunjukan bahwa analisis komponen utama yang dilakukan menghasilkan tiga komponen utama yakni prin1 untuk komponen utama pertama, prin2 untuk komponen utama kedua dan prin3 untuk komponen utama ketiga. Selanjutnya penentuan jumlah komponen utama yang digunakan dalam regresi komponen utama dapat diputuskan dengan melihat kumulatif nilai eigen yang dihasilkan dari komponen utama. Kumulatif nilai eigen yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 64 Tabel 9. Nilai Eigen Komponen Utama NILAI EIGEN PROPORSI KUMULATIF NILAI EIGEN 2.19786500 0.7326 0.7326 0.78248170 0.2608 0.9934 0.01965330 0.0066 1.0000 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi Tabel 9 di atas memberikan informasi kumulatif nilai eigen yang dihasilkan dari komponen utama yang kedua sebesar 99,34 persen. Nilai eigen yang mencapai 80 persen dianggap telah menunjukan keragaman yang dikandung dalam komponen utama. Sehingga cukup layak jika variabel direduksi menjadi dua komponen utama saja, yaitu prin1 dan prin2. Ini berarti regresi yang akan dilakukan menggunakan dua variabel, yakni komponen utama pertama dan komponen utama yang kedua. Nilai VIF untuk masing masing komponen utama dapat dilihat berdasarkan tabel berikut. Tabel 10. Nilai VIF Variabel Setiap Bebas VARIABEL prin1 prin2 Variance Of Inflation (VIF) 1.0000 1.0000 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi Tabel di atas menunjukan bahwa masing masing variabel bebas memiliki nilai VIF kurang dari 10 setelah dilakukan regresi komponen utama sehingga masalah multikolinieritas sudah dapat diatasi. 2. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji Shapiro Wilk yang dilakukan setelah dilakukan regresi komponen utama, diperoleh nilai p sebesar 0.2679. Dengan demikian diketahui Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 65 bahwa p > 0,05, sehingga disimpulkan error yang dihasilkan dalam persamaan regresi yang dibuat tersebar normal. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Glesjer yang dilakukan untuk mengetahui kehadiran heteroskedastisitas dalam regresi yang dibuat menghasilkan nilai koefisien sebagai berikut. Tabel 11. Hasil Uji Glejser VARIABEL t HITUNG pr > ItI prin1 -0.23 0.8176 prin2 1.79 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi 0.0854 Berdasarkan hasil uji Glesjer yang dilakukan, nilai t hitung komponen utama pertama sebesar -0.23 dan komponen utama kedua sebesar 1.79 tidak signifikan pada taraf a = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam persamaan regresi yang digunakan, varian error konstan sepanjang pengamatan atau homoskedastik. 4. Uji Autokolerasi Uji autokolerasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar pengamatan dalam satu variabel. Pengujian terhadap autokolerasi dilakukan dengan menggunakan statistik d Durbin Watson. Pengujian ini dilakukan pada batas bawah dl dan batas atas du dengan pada tingkat kepercayaan 95 persen, n = 28 dan k = 2 .Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 66 Tabel 12. Hasil Uji Durbin Watson Pada Tingkat Kepercayaan 95 Persen d hitung dl du 2.232 1.255 1.560 Sumber : Lampiran Hasil Estimasi 4-du 4-dl kesimpulan 2,440 2.745 Tidak ada autokorelasi Tabel 12 di atas menjelaskan bahwa nilai d terletak diantara du dan 4-du. Ini berarti dalam persamaan regresi tidak ada korelasi antar pengamatan dalam satu variabel. C. Metode Pembedaan Umum (Generalized Difference) Sebelumnya telah diketahui berdasarkan uji satuan akar dengan uji Philips Perron diperoleh hasil untuk setiap variabel yang digunakan tidak stasioner pada level 0,05. Data yang tidak stasioner tersebut apabila digunakan dalam estimasi akan menghasilkan regresi lancung atau palsu (spurious regresion) dan pada akhirnya menyebabkan persamaan yang dihasilkan tidak dapat digunakan.untuk mengatasi masalah data yang tidak stasioner ini, salah satu metode yang umum dipakai adalah metode pembedaan umum atau diferensiasi. Metode ini dilakukan dengan mengurangi nilai variabel bebas dan terikat pada waktu ke t dengan waktu tunda t-1. Adapun tahapan dalam metode pembedaan umum adalah sebagai berikut : 1. Perhatikan kembali model yang sebelumnya dibuat Y = b0 + b1 prin1 + b2 prin2 + ut ut = put-1 + vt Persamaan di atas menunjukan bahwa error pada waktu ke t dipengaruhi oleh error pada waktu yang lalu (t-1) serta error yang independen dan berdistribusi Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 67 normal dengan nilai tengah nol dan varian s 2. Bentuk lain yang dapat digunakan untuk memperoleh error seperti itu adalah dengan mengubah persamaan error : ut = p ut-1 + vt sehingga : vt = ut - p ut-1 2. Adapun langkah untuk memperoleh vt = ut - p ut-1, sebelumnya terlebih dahulu dibuat persamaan padawaktu ke t-1: Yt-1 = b0 + b1 prin1 t-1 + b2 prin2 t-1 + ut t-1 Bila model dikalikan dengan p, maka diperoleh bentuk persamaan : p Yt-1 = p b0 + p b1 prin1 t-1 + p b2 prin2 t-1 + ut t-1 3. Kemudian, kurangi kedua persamaan tersebut sehingga dihasilkan persamaan : Yt - Yt-1 = ( b0 – p b0 ) + b1 ( prin1 – p prin1 t-1) + b2 ( prin2 – p prin2 t-1) + (ut – p ut-1) 4. Persamaan tersebut dapat dituliskan kembali sebagai : Y * = b0 (1-p) + b1 prin1* + b2 prin2* + vt Keterangan : Y* = Yt - Yt-1 prin1* = prin1t – p prin1 t-1 prin2* = prin2t – p prin2 t-1 Error yang diperoleh setelah pembedaan umum dinotasikan sebagi vt yaitu error yang independent berdistribusi normal dengan nilai tengah = 0 dan varian konstan. Error tersebut diperoleh dari persamaan ut = p ut-1 + vt sehingga vt = ut-p ut-1. Dengan demikian data yang sebelumnya tidak stasioner telah menjadi stasioner. Adapun persamaan yang diperoleh dari metode pembedaan umum ini adalah : Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 68 Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2 R2 = 0.9738 t hitung prin1 = -22.72 t hitung prin2 = 25.88 Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai statistik masing masing variabel bebas signifikan pada level 0,05, yakni dengan pr < t kurang dari 0,0001 sehingga disimpulkan bahwa masing-masing variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,9738 mengartikan bahwa 97,38 persen variasi variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas sedangkan sisanya sebesar 2,62 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak diamati. Untuk memudahkan dalam menjelaskan model yang dihasilkan, persamaan diatas ditransformasikan menjadi variabel asal yakni X1, X2 dan X3. Transformasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2 Keterangan : Prin1 = 0.649381 X1 + 0.651587 X2 - 0.392094 X3 Prin2 = 0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3 Sehingga persamaan akhir menjadi : Y = 76417 – 16153 (0.649381 X1 + 0.651587 X2 – 0.651587 X3) + 30479 (0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3) Y = 76531 – 1813,97X1 -2300,05 X2 + 34370,15 X3 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 69 D. Pembahasan Uji Philips Perron yang dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner atau tidak memberikan kesimpulan bahwa untuk keempat variabel yang digunakan seluruhny memiliki zero mean, single mean dan trend dengan peluang lebih dari taraf 0,05. Kondisi ini menyimpulkan bahwa data yang digunakan tidak stasioner pada taraf yang ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan diferensiasi terhadap keseluruhan variabel yang digunakan sehingga terbebas dari masalah ketidakstasioneran data. Pengujian multikolinieritas memberikan hasil bahwa terjadi korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Hal ini diketahui dengan melihat nilai VIF variabel bebas tingkat suku bunga SBI dan tingkat suku bunga deposito masing masing sebesar 25,29829 dan 25,86007. Nilai tersebut tentunya lebih dari batas toleransi VIF yang dianggap wajar yakni sepuluh, sedangkan nilai VIF untuk PDB sebesar 1,15665. Dengan demikian diketahui bahwa terjadi kolinieritas yang kuat antara suku bunga SBI dengan suku bunga deposito. Untuk lebih memperkuat pernyataan tersebut, dapat pula dilihat besarnya kolinieritas antara masing-masing variabel bebas. Matrik korelasi menunjukan kolinieritas suku bunga SBI dengan deposito sebesar 0,9803 jelas mendekati kolinieritas sempurna. Kondisi yang demikian sebenarnya merupakan suatu kewajaran mengingat suku bunga SBI satu bulan merupakan benchmark atas penetapan suku bunga simpanan. Meskipun demikian, multikolinieritas tetap merupakan masalah yang harus diatasi karena keberadaan kolinieritas yang berat menyebabkan tidak signifikannya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Upaya yang Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 70 dilakukan untuk mengatasi multikolinieritas ini adalah dengan menggunakan analisis komponen utama. Berdasarkan analisis komponen utama, diperoleh komponen utama yang tidak saling berkorelasi antar variabel bebasnya. Sesuai dengan jumlah variabel bebas yang digunakan, diperoleh tiga komponen utama dalam analisis yang dilakukan. Sedangkan nilai eigen yang dihasilkan, diketahui bahwa komponen utama yang kedua telah memberikan kumulatif nilai eigen 99,34 persen, tentunya nilai ini lebih dari delapan puluh persen (99,34 > 80) sehingga telah mewakili keragaman yang dimiliki komponen utama. Selanjutnya, kedua komponen utama yang dipilih digunakan untuk melakukan estimasi. Estimasi yang dilakukan menghasilkan nilai VIF sebesar satu untuk setiap komponen utamanya yang berarti masalah multikolinieritas sudah dapat diatasi, lebih jelasnya lagi dapat dilihat pula secara parsial kedua komponen utama telah signifikan pada taraf 0,05. Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro Wilk (w) menghasilkan nilai p sebesar 0,2679. Nilai p ini jelas lebih besar dari 0.05 sehingga p tidak signifikan pada taraf 0.05 ( 0,2679 > 0.05 ). Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa error yang dihasilkan dalam persamaan regresi yang dibuat telah tersebar normal. Hasil uji keberadaan heteroskedastisitas juga menyimpulkan bahwa persamaan regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Uji Glejser yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan heteroskedastisitas dalam persamaan regresi yang dibuat menunjukan bahwa secara keseluruhan koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada taraf 0.05. Nilai F hitung sebesar 1,63 signifikan pada taraf 0,2158 jelas tidak signifikan pada taraf 0.05. Kondisi ini dapat diartikan bahwa tidak ada satupun koefisien regresi yang signifikan. Keadaan ini semakin Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 71 diperkuat dengan nilai t yang tidak signifikan untuk semua variabel bebas nilai t hitung untuk komponen utama pertama signifikan pada taraf 0,8176 dan komponen utama kedua signifikan pada taraf 0,0854 juga jelas tidak signifikan pada taraf 0,05. Sehingga disimpulkan bahwa varian error konstan sepanjang pengamatan atau homoskedastis. Selanjutnya untuk pengujian autokorelasi, diketahui bahwa nilai statistik d Durbin Watson berada pada daerah tanpa autokorelasi. Dengan batas atas du 1,560 dan batas bawah dl 1,255 , nilai statistik d Durbin Watson yang dihasilkan sebesar 2,232. Nilai ini terletak antara du dan 4du, sehingga terbebas dari masalah autokorelasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat masalah terhadap data yang digunakan. Keseluruhan variabel ternyata tidak stasioner pada taraf 0,05. Tentunya ketidakstasioneran ini akan memberikan hasil yang tidak sahih atas persamaan yang dibuat sehingga persamaan tersebut tidak dapat digunakan. Untuk mengatasi masalah ini, maka dilakukan metode pembedaan umumterhadap keseluruhan variabel yang digunakan. Metode ini dilakukan dengan mengurangi setiap variabel dengan variabel itu sendiri pada waktu tunda sebelumnya sehingga rata-rata dan varian konstan sepanjang pengamatan, dengan demikian data yang digunakan menjadi stasioner. Dengan jumlah pengamatan sebanyak 27,dikarenakan pengurangan hinga t-1, diferensiasi atas dua komponen utama serta satu variabel terikat menghasilkan persamaan sebagai berikut : Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2 R2 = 0.9738 t hitung prin1 = -22.72 t hitung prin2 = 25.88 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 72 Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai statistik masing masing variabel bebas signifikan pada level 0,05, yakni dengan pr < t kurang dari 0,0001 sehingga disimpulkan bahwa setiap variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,9738 mengartikan bahwa 97,38 persen variasi variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas sedangkan sisanya sebesar 2,62 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak diamati. Untuk memudahkan dalam menjelaskan model yang dihasilkan, persamaan diatas ditransformasikan menjadi variabel asal yakni X1, X2 dan X3. Transformasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2 Dimana : Prin1 = 0.649381 X1 + 0.651587 X2 - 0.392094 X3 Prin2 = 0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3 Sehingga persamaan akhir menjadi : Y = 76417 – 16153 (0.649381 X1 + 0.651587 X2 – 0.651587 X3) + 30479 (0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3) Y = 76531 – 1813,97 X1 -2300,05 X2 + 34370,15 X3 Koefisien regresi tiap-tiap variabel bebas merupakan keberartian pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yang diamati. Besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Nilai t hitung yang signifikan pada taraf 0,05 menyimpulkan bahwa kedua komponen utama yang digunakan berpengaruh nyata terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 73 2. Koefisien regresi sebesar 1813,97 dan bertanda negatif menjelaskan setiap kenaikan satu persen tingkat suku bunga SBI menyebabkan turunnya permintaan obligasi korporasi sebesar 1813,97 miliar rupiah. Sesuai dengan teori permintaan aset bahwa kenaikan tingkat suku bunga SBI menyebabkan turunnya return atas obligasi relatif terhadap aset keuangan lainnya sehingga memegang aset berpendapatan tetap menjadi kurang menarik dibandingkan aset keuangan lainnya. 3. Koefisien regresi sebesar 2300,05 dan bertanda negatif menjelaskan setiap kenaikan satu persen tingkat suku bunga deposito menyebabkan turunnya permintaan obligasi korporasi sebesar 2300,05 miliar rupiah. Seperti yang dinyatakan dalam teori permintaan aset bahwa naiknya return aset keuangan relatif return obligasi menyebabkan kurva permintaan obligasi bergeser ke kiri yang menandakan turunnya permintaan masyarakat terhadap obligasi. 4. Koefisien regresi sebesar 34370,15 dan bertanda positif menjelaskan setiap kenaikan satu persen tingkat suku bunga deposito menyebabkan naiknya permintaan obligasi korporasi sebesar 34370,15 miliar rupiah. Dalam teori permintaan dijelaskan pada setiap tingkat harga, naiknya pendapatan akan menaikan daya beli atas obligasi. Return yang diterima lebih besar, hal ini mendorong setiap individu menambah kepemilikan atas obligasi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sudjono (2002), Haryanto dan Riyanto (2007) serta Suhardi (2007) yang mencoba mengetahui pengaruh suku bunga terhadap harga-harga instrumen pasar modal. Ketiganya memperoleh kesimpulan yang sama mengenai pengaruh suku bunga SBI terhadap harga yang selanjutnya berpengaruh terhadap permintaan oleh Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 74 masyarakat. Suku bunga SBI satu bulan merupakan benchmark atas penetapan suku bunga instrumen keuangan seperti suku bunga kredit dan simpanan. Pengaruh ini selanjutnya berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajibannya atas seluruh surat berharga yang diterbitkannya serta harga relatif aset-aset tersebut terhadap harga aset keuangan lainnya. Hasil penelitian Sudjono (2002) yang juga menggunakan variabel bebas suku bunga deposito satu bulan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan aset pasar modal juga didukung oleh hasil penelitian ini. Sudjono memperoleh kesimpulan yang sama mengenai pengaruh suku bunga deposito satu bulan terhadap permintaan aet pasar modal. Menurutnya, tingkat suku bunga simpanan ini berpengaruh negatif terhadap harga dan selanjutnya berpengaruh terhadap permintaan aset pasar modal. Kenaikan suku bunga deposito satu bulan menyebabkan harga aset pasar modal turun relatif terhadap harga aset keuangan, dan sebagai akibatnya permintaan atas aset pasar modal menjadi menurun. Sebaliknya jika suku bunga deposito turun, harga untuk aset pasar modal meningkat relatif terhadap harga aset di pasar keuangan. Sebagai akibat perubahan ini, permintaan masyarakat terhadap aset pasar modal menjadi meningkat. Sedangkan untuk pengaruh variabel bebas PDB, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tandelilin (1997. Tandelilin (1997) mencoba untuk menganalisis pengaruh variabel makro ekonomi yakni inflasi, tingkat suku bunga dan PDB terhadap perubahan harga aset pasar modal karena menurutnya perubahan harga merupakan faktor penting Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 75 dalam membentuk suatu perminataan oleh masyarakat meskipun hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara parsial keseluruhan variabel bebas tidak signifikan terhadap variabel terikat. Sedangkan Widjaja (2004) dalam penelitiannya mengenai pengaruh variabel makro ekonomi yakni inflasi terhadap perubahan harga aset pasar modal menyimpulakn bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga. Meskipun demikian, koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan hanya sebesar 1,5 persen. Artinya, masih banyak variabel makro ekonomi lainnya yang mempengaruhi variabel terikat termasuk diantaranya adalah PDB. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 76 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel bebas tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia, namun pengaruhnya paling kecil dari seluruh variabel bebas yang digunakan. 2. Variabel bebas tingkat bunga deposito berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia. 3. Variabel bebas Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia serta memberikan pengaruh yang paling besar dari seluruh variabel bebas yang digunakan. B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah : 1. Permintaan yang selalu meningkat setiap periodenya atas obligasi korporasi memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan pasar modal Indonesia khususnya perdagangan surat hutang swasta tersebut. Permintaan obligasi korporasi yang meningkat setiap periodenya menggambarkan bahwa harga obligasi terus mengalami kenaikan. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 77 Hanya saja, belum ada informasi mengenai harga obligasi layaknya informasi harga saham dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ataupun LQ 45 sehingga untuk kedepan diharapkan pihak-pihak terkait dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya berkenaan dengan harga obligasi. Hadirnya perusahaan pemeringkat harga efek di Indonesia yakni PT PHEI belum lama ini yang akan mencoba untuk memberikan informasi mengenai harga obligasi diharapkan mampu mengatasi masalah keterbatasan informasi harga obligasi korporasi. 2. Adanya perbedaan dalam menyikapi perubahan tingkat suku bunga SBI dari kedua aset yakni deposito dan obligasi korporasi sebaiknya dapat dimanfaatkan bagi masyarakat untuk menggunakan simpanan deposito sebagai barang pengganti obligasi korporasi. Sehingga, saat terjadi penurunan return obligasi korporasi relatif terhadap return aset lainnya dapat diatasi dengan menggantinya dengan deposito yang justru mengalami kenaikan return yang diterima. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 78 DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji dan Pidji, Pakarti. 2003. Pengantar Pasar Modal. Rieneka Cipta. Jakarta. Badan Pengawas Pasar Modal. Statistik Mingguan, Beberapa Edisi. Bapepam. Jakarta. Badan Pengawas Pasar Modal. Lapotan Tahunan, Beberapa Edisi. Bapepam. Jakarta. Bank Indonesia. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional, Beberapa Edisi. Bank Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi. Bank Indonesia. Jakarta. Bursa Efek Surabaya. Laporan Tahunan, Beberapa Edisi. Bursa Efek Surabaya. Surabaya. Bursa Efek Surabaya. Laporan Bulanan Perdagangan Surat Utang, Beberapa Edisi. Bursa Efek Surabaya. Surabaya. Boediono. 1996. Ekonomi Moneter, Edisi 3. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Gujarati, Damodar. 1997. Dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta. Haymans, Adler. 2007. Pengelolaan Portfolio Obligasi. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. http : // www.bps.go.id. Diakses tanggal 15 Agustus 2008. http: //www.bi.go.id/ Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia/. Diakses tanggal. 15 Agustus 2008. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 79 http: //www.bi.go.id /Sosialisasi Inflation Targeting Framework Paket C/. Diakses tanggal. 15 Agustus 2008. http : // www.PHEI.co.id/ Diakses tanggal 23 April 2009. http://www. okstat .edu/ SAS Online Doc Version 8/. Diakses tangggal 13 September 2008. Institut Pertanian Bogor. 2003. Analisis Peubah Ganda. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jogiyanto, Jogiyanto. 2005. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta. Yogyakarta. Nachrowi. D. Nachrowi dan Usman Hardius. 2006. Ekonometrika. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Nopirin, Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter, Buku I. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Nopirin, Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter, Buku II.BPFE. Yogyakarta.Yogyakarta. Nopirin, Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Sudarsono, Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta. Sugiyono, F.X. 2004. Operasi Pasar Terbuka. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Bank Indonesia. Jakarta. Supangkat, Hari. 2005. Buku Panduan Direktur Keuangan. EdisiKedua. Salemba Empat. Jakarta. Supranto, Johanes. 1995. Ekonometrik, Buku Satu. LPFEUI. Jakarta. Supranto, Johanes. 1995. Ekonometrik, Buku Dua. LPFEUI. Jakarta. Supranto, Johanes. 2001. Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Bank Indonesia. Jakarta. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 80 Lampiran 1. Data Regresi 2002.1 2002.2 2002.3 2002.4 2003.1 2003.2 PERMINTAAN (MILIAR RUPIAH) 32.062,40 34.862,40 35.612,40 37.812,40 38.467,40 52.199,50 SBI (%) 16,76 15,11 13,22 12,93 11,40 9,53 DEPOSITO (%) 15,64 14,76 13,50 12,81 11,90 10,31 PDB (MILIAR RUPIAH) 368.818,90 375.027,80 387.850,20 374.427,50 386.743,90 394.620,50 2003.3 2003.4 2004.1 2004.2 2004.3 2004.4 56.370,50 63.485,50 63.596,33 70.636,69 72.436,69 78.796,69 8,66 8,31 7,42 7,34 7,39 7,43 7,67 6,62 5,86 6,23 6,31 6,43 405.607,60 390.199,30 402.597,30 411.935,30 423.852,30 418.131,70 2005.1 2005.2 2005.3 2005.4 2006.1 2006.2 81.571,69 86.282,09 86.932,09 86.982,09 87.982,09 94.832,19 7,44 8,25 10,00 12,75 12,73 12,50 6,50 6,98 9,16 11,98 11,61 11,34 427.003,00 436.110,00 448.492,50 439.050,60 448.276,80 457.724,70 2006.3 2006.4 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 95.832,19 98.432,19 101.601,24 124.151,24 126.101,24 129.701,24 11,25 9,75 9,00 8,50 8,25 8,00 10,47 8,96 8,13 7,46 7,13 7,19 474.797,50 465.855,90 475.824,00 487.102,90 505.957,60 495.089,80 PERIODE 2008.1 142.715,85 7,96 6,88 2008.2 145.915,85 8,73 7,19 2008.3 145.915,85 9,71 9,26 2008.4 145.915,85 10,83 10,75 Sumber : Statistik Mingguan Bapepam, Beberapa Edisi Laporan Perdagangan Surat Hutang Bursa Efek Surabaya Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Beberapa Edisi Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi Publikasi Biro Pusat Statistik Indonesia 505.242,60 519.359,30 538.566,80 518.935,00 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 81 Lampiran 2. Perbandingan Deposito Berjangka Satu Bulan Bank Umum. Perbandingan Deposito Berjangka Terhadap Bentuk Simpanan Lainnya DEPOSITO TABUNGAN GIRO TOTAL (MILIAR RUPIAH) (MILIAR RUPIAH) (MILIAR RUPIAH) (MILIAR RUPIAH) 2002 364.567 192.589 130.238 687.394 2003 351.840 240.663 150.117 742.619 2004 351.460 295.905 170.843 818.208 2005 2006 455.038 510.008 281.268 333.873 193.854 249.564 930.160 1.093.445 2007 540.982 434.480 309.335 1.284.797 PERIODE 2008 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi Perbandingan Deposito Berjangka Satu Bulan Terhadap Deposito Berjangka Waktu Lainnya PERIODE 1 BULAN 3 BULAN 6 BULAN 12 BULAN >12 BULAN TOTAL 2002 298.335 80.449 21.117 24.297 21.993 446.191 2003 291.886 69.822 24.509 32.500 10.116 428.833 2004 301.031 52.108 28.110 17.894 5.278 404.421 2005 439.758 69.595 21.006 28.986 5.687 565.032 2006 427.792 89.522 32.334 56.961 8.554 615.163 2007 487.296 86.661 35.448 51.244 6.061 666.710 2008 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 82 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Uji Stasioneritas Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 58 The AUTOREG Procedure Dependent Variable Y PERMINTAAN (Miliar Rp) Ordinary Least Squares Estimates SSE MSE SBC Regress R-Square Durbin-Watson 3.57006E10 DFE 27 1322245035 Root MSE 36363 669.847182 AIC 668.514977 0.0000 Total R-Square 0.0000 0.0326 Phillips-Perron Unit Root Test Type Lags Zero Mean Single Mean Trend 1 1 1 Variable DF Intercept 1 Rho Pr < Rho Tau Pr < Tau 1.1596 0.0139 -9.5638 0.9240 0.9510 0.3940 3.9308 0.0209 -2.3129 0.9990 0.9530 0.4140 Standard Error Estimate 86329 6872 Road To Graduated t Value Approx Pr > |t| 12.56 <.0001 16:26 Wednesday, July 21, 1999 59 The AUTOREG Procedure Dependent Variable SBI (%) X1 Ordinary Least Squares Estimates SSE MSE SBC Regress R-Square Durbin-Watson 174.063868 6.44681 133.95486 0.0000 0.1884 DFE Root MSE AIC Total R-Square 27 2.53906 132.622656 0.0000 Phillips-Perron Unit Root Test Type Lags Rho 1 1 1 -1.0074 -7.1251 -5.7561 Zero Mean Single Mean Trend Variable Intercept DF 1 Estimate 10.0411 Pr < Rho 0.4670 0.2290 0.7320 Standard Error 0.4798 Road To Graduated Tau Pr < Tau -1.4770 -2.8867 -2.1915 0.1280 0.0600 0.4760 t Value Approx Pr > |t| 20.93 <.0001 16:26 Wednesday, July 21, 1999 The AUTOREG Procedure Dependent Variable X2 DEPOSITO (%) 60 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 83 Ordinary Least Squares Estimates SSE MSE SBC Regress R-Square Durbin-Watson 213.689868 7.91444 139.697757 0.0000 0.1831 DFE 27 Root MSE 2.81326 AIC 138.365553 Total R-Square 0.0000 Phillips-Perron Unit Root Test Type Lags Rho Pr < Rho Tau Pr < Tau 1 1 1 -1.0314 -6.1757 -4.6748 0.4630 0.2980 0.8240 -1.2726 -2.3822 -1.6595 0.1820 0.1560 0.7430 Zero Mean Single Mean Trend Variable DF Estimate Intercept 1 9.2511 Standard Error t Value Approx Pr > |t| 17.40 <.0001 0.5317 Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 61 The AUTOREG Procedure Dependent Variable X3 PDB (Miliar Rp Ordinary Least Squares Estimates SSE MSE SBC Regress R-Square Durbin-Watson 6.7556E10 2502072961 687.70526 0.0000 0.0604 DFE 27 Root MSE 50021 AIC 686.373055 Total R-Square 0.0000 Phillips-Perron Unit Root Test Type Lags Zero Mean Single Mean Trend 1 1 1 Rho Pr < Rho Tau 0.3339 -0.3571 -22.7568 0.7580 0.9280 0.0100 3.2144 -0.3482 -4.2795 Pr < Tau 0.9990 0.9060 0.0120 Variable DF Estimate Standard Error t Value Approx Pr > |t| Intercept 1 442257 9453 46.78 <.0001 Uji Multikolinieritas Road To Graduated Source Model Error Corrected Total 16:26 Wednesday, July 21, 1999 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: Y PERMINTAAN (Miliar Rp) Analysis of Variance Sum of Mean DF Squares Square F Value 3 24 27 34822933551 877682398 35700615949 Root MSE Dependent Mean Coeff Var 11607644517 36570100 6047.32171 86329 7.00499 R-Square Adj R-Sq 317.41 Pr > F <.0001 0.9754 0.9723 1 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 84 Parameter Estimates Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Variance Inflation Intercept Intercept 1 -207020 X1 SBI (%) 1 2982.85907 X2 DEPOSITO(%) 1 -4121.60339 X3 PDB (Miliar Rp)1 0.68179 13774 2319.07213 2103.71042 0.02502 -15.03 1.29 -1.96 27.25 <.0001 0.2106 0.0618 <.0001 0 25.59829 25.86007 1.15665 Variable Label DF Analisis Komponen Utama Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 17 The PRINCOMP Procedure Observations 28 Variables 3 Simple Statistics X1 10.04107143 2.53905690 Mean StD X2 9.251071429 2.813261373 X3 442257.1893 50020.7253 Correlation Matrix X1 X2 X3 X1 1.0000 0.9803 -.3549 SBI (%) DEPOSITO (%) PDB (Miliar Rp X2 0.9803 1.0000 -.3671 X3 -.3549 -.3671 1.0000 Eigenvalues of the Correlation Matrix Eigenvalue 1 2 3 Difference 2.19786500 0.78248170 0.01965330 Proportion 1.41538330 0.76282840 Cumulative 0.7326 0.2608 0.0066 0.7326 0.9934 1.0000 Eigenvectors Prin1 X1 SBI (%) 0.649381 X2 DEPOSITO (%) 0.651587 X3 PDB (Miliar Rp) -.392094 Road To Graduated Obs 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Y 32062.40 34862.40 35612.40 37812.40 38467.40 52199.50 56370.50 63485.50 63596.33 70636.69 72436.69 78796.69 81571.69 86282.09 86932.09 86982.09 87982.09 94832.19 95832.19 X1 16.76 15.11 13.22 12.93 11.40 9.53 8.66 8.31 7.42 7.34 7.39 7.43 7.44 8.25 10.00 12.75 12.73 12.50 11.25 X2 15.64 14.76 13.50 12.81 11.90 10.31 7.67 6.62 5.86 6.23 6.31 6.43 6.50 6.98 9.16 11.98 11.61 11.34 10.47 Prin2 0.284638 0.269859 0.919868 Prin3 -.705185 0.708950 0.010225 16:26 Wednesday, July 21, 1999 X3 368818.9 375027.8 387850.2 374427.5 386743.9 394620.5 405607.6 390199.3 402597.3 411935.3 423852.3 418131.7 427003.0 436110.0 448492.5 439050.6 448276.8 457724.7 474797.5 Prin1 Prin2 3.77383 3.09934 2.22362 2.09485 1.39623 0.48796 -0.43213 -0.64406 -1.14489 -1.15285 -1.21495 -1.13208 -1.18285 -0.93590 -0.08047 1.35002 1.18688 0.99147 0.33644 0.01556 -0.13965 -0.23659 -0.58212 -0.61444 -0.83174 -0.98046 -1.40377 -1.34845 -1.15020 -0.91778 -1.00698 -0.83600 -0.53168 0.10133 0.50648 0.63842 0.76048 0.85086 Prin3 -0.27106 -0.03329 0.17672 0.08064 0.27877 0.39906 -0.02235 -0.19290 -0.13470 -0.01734 -0.00863 0.00934 0.02601 -0.07613 -0.01027 -0.06532 -0.15112 -0.15335 -0.02194 18 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 85 20 21 22 23 24 25 26 27 28 98432.19 9.75 101601.24 9.00 124151.24 8.50 126101.24 8.25 129701.24 8.00 142715.85 7.96 145915.85 8.73 145915.85 9.71 145915.85 10.83 8.96 8.13 7.46 7.13 7.19 6.88 7.19 9.26 10.75 465855.9 475824.0 487102.9 505957.6 495089.8 505242.6 519359.3 538566.8 518935.0 -0.32684 -0.78903 -1.16050 -1.44867 -1.41352 -1.57514 -1.41706 -0.83754 -0.05210 0.37342 0.39304 0.48013 0.76719 0.54506 0.69755 1.07321 1.73485 1.64231 0.01231 0.01349 -0.01418 -0.02405 0.05828 -0.00666 -0.13950 0.11389 0.17430 Regresi Komponen Utama Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 19 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: Y PERMINTAAN (Miliar Rp) Analysis of Variance Source DF Model Error Corrected Total 2 25 27 Sum of Squares 34730299968 970315981 35700615949 Square Mean 17365149984 38812639 F Value Pr > F 447.41 Root MSE 6229.9790 R-Square Dependent Mean 86329 Adj R-Sq Coeff Var 7.21658 <.0001 0.9728 0.9706 Parameter Estimates Variable Intercept Prin1 Prin2 Label DF Intercept 1 1 1 Uji Normalitas Parameter Standard Estimate Error t Value 86329 -16009 30398 1177.35538 808.73120 1355.40040 Road To Graduated 73.32 -19.80 22.43 Pr > |t| Variance Inflation <.0001 <.0001 <.0001 0 1.00000 1.00000 16:26 Wednesday, July 21, 1999 The UNIVARIATE Procedure Variable: error_ku (Residual) Moments 28 Sum Weights 28 0 Sum Observations 0 5994.80016 Variance 35937628.9 -0.1344714 Kurtosis -1.0266311 970315981 Corrected SS 970315981 . Std Error Mean 1132.91074 Basic Statistical Measures N Mean Std Deviation Skewness Uncorrected SS Coeff Variation Location Mean Median Mode 0.000 1190.119 . Variability Std Deviation 5995 Variance 35937629 Range 20942 Interquartile Range 10464 Tests for Location: Mu0=0 Test Student's t Sign -Statistict M -----p Value-----0 2 Pr > |t| Pr >= |M| 1.0000 0.5716 30 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 86 Signed Rank S 5 Tests for Normality --Statistic--- Test Shapiro-Wilk Kolmogorov-Smirnov Cramer-von Mises Anderson-Darling W D W-Sq A-Sq 0.955264 0.125531 0.08001 0.463666 Pr >= |S| 0.9118 -----p Value-----Pr Pr Pr Pr < > > > W D W-Sq A-Sq 0.2679 >0.1500 0.2062 0.2419 Uji Heteroskedastisitas Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 43 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: Abs_err Analysis of Variance Source DF Model Error Corrected Total 2 25 27 Sum of Squares Mean Square 30737104 235514518 266251622 Root MSE Dependent Mean Coeff Var F Value Pr > F 1.63 0.2158 15368552 9420581 3069.29646 5014.49456 61.20849 R-Square Adj R-Sq 0.1154 0.0447 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Intercept Prin1 Prin2 1 1 1 5014.49456 -92.85682 1196.09940 Standard Error t Value 580.04251 398.43405 667.75917 8.65 -0.23 1.79 Pr > |t| <.0001 0.8176 0.0854 Uji Autokorelasi Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 20 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: Y PERMINTAAN (Miliar Rp) Durbin-Watson D 2.232 Number of Observations 28 1st Order Autocorrelatio -0.173 Diferensiasi Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 56 The AUTOREG Procedure Dependent Variable Y PERMINTAAN (Miliar Rp Ordinary Least Squares Estimates SSE 970315981 DFE 25 MSE 38812639 Root MSE 6230 SBC 575.56315 AIC 571.566537 Regress R-Square 0.9728 Total R-Square 0.9728 Durbin-Watson 2.2316 Pr < DW 0.5841 Pr > DW 0.4159 NOTE: Pr<DW is the p-value for testing positive autocorrelation, and Pr>DW is the p-value for testing negative autocorrelation. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 87 Variable DF Estimate Standard Error t Value Approx Pr > |t| 1 1 1 86329 -16009 30398 1177 808.7312 1355 73.32 -19.80 22.43 <.0001 <.0001 <.0001 Intercept Prin1 Prin2 Estimates of Autocorrelations Lag 0 1 Covariance 34654142 -5980320 Correlation 1.000000 -0.172572 -1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 | | |********************| ***| Preliminary MSE | 33622109 Estimates of Autoregressive Parameters Lag Coefficient 1 0.172572 Standard Error t Value 0.201062 0.86 Road To Graduated 16:26 Wednesday, July 21, 1999 57 The AUTOREG Procedure Yule-Walker Estimates SSE 936111841 DFE 24 MSE 39004660 Root MSE 6245 SBC 577.920757 AIC 572.591939 Regress R-Square 0.9803 Total R-Square 0.9738 Durbin-Watson 1.9074 Pr < DW 0.2531 Pr > DW 0.7469 NOTE: Pr<DW is the p-value for testing positive autocorrelation, and Pr>DW is the p-value for testing negative autocorrelation. Variable Intercept Prin1 Prin2 DF Estimate 1 1 1 86250 -16153 30479 Standard Error 1012 711.0371 1178 t Value 85.22 -22.72 25.88 Approx Pr > |t| <.0001 <.0001 <.0001 Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 88