FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

advertisement
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA
(Skripsi)
Oleh
WAHYUDI WIDODO
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
2
ABSTRAK
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA
Oleh
WAHYUDI WIDODO
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
permintaan obligasi korporasi di Indonesia kurun waktu 2002-2008. Variabelvariabel yang diduga mempengaruhi permintaan obligasi korporasi di Indonesia
adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga
deposito serta Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan menggunakan analisis
runtun waktu diperoleh hasil bahwa variabel bebas tingkat suku bunga SBI dan
deposito masing-masing berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan
obligasi korporasi di Indonesia. Sedangkan variabel bebas PDB berpengaruh
nyata dan positif terhadap permintaan obligasi korporasi di Indonesia.
Kata kunci : permintaan obligasi korporasi, tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), tingkat suku bunga deposito, Produk Domestik
Bruto (PDB), analisis runtun waktu.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
3
ABSTRACT
THE DETERMINANT OF CORPORATE BOND DEMAND
IN INDONESIA
By
WAHYUDI WIDODO
This paper head to find out the determinant of corporate bond demand in
Indonesia since year 2002 to 2008. The variables which presume influence the
corporate bond demand are Bank of Indonesia interest rate (SBI), the interest rate
of time deposit and also Gross Domestic Product (GDP). By using time series
analysis, the result of estimation give the conclusion that the Bank of Indonesia
Interest rate and the interest rate of time deposit give negative influence for
corporate bond demand in Indonesia. While for Gross Domestic Product, this
variable gives positive influence for corporate bond demand in Indonesia.
Keywords : corporate bond demand, Bank of Indonesia interest rate (SBI), the
interest rate of time deposit, Gross Domestic Product (GDP), time
series analysis.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
4
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN OBLIGASI KORPORASI DI INDONESIA
Oleh
WAHYUDI WIDODO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
5
Judul Skripsi
: FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN OBLIGASI KORPORASI
DI INDONESIA
Nama Mahasiswa
: Wahyudi Widodo
Nomor Pokok Mahasiswa : 0211021097
Jurusan
: Ekonomi Pembangunan
Fakultas
: Ekonomi
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Nairobi, S.E., M.Si.
NIP 131916996
2. Ketua Jurusan
Ambya, S.E., M.Si.
NIP 131689912
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
6
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Nairobi, S.E., M.Si.
Penguji
Bukan Pembimbing : DR., Ir. Yoke Muelgini, M.Sc.
2. Dekan Fakultas Ekonomi
H. Toto Gunarto, S.E., M.Si.
NIP 131286446
Tanggal Lulus Ujian Skripsi 18 Juni 2009
...........................
...........................
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 16 Maret
1984 sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Pujiono dan
Ibu Machdalena.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Dharma Wanita PTP X Bandar Lampung
diselesaikan tahun 1990, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Surabaya,
Bandar Lampung pada tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di
SLTPN 8 Bandar lampung pada tahun 1999, dan Sekolah Menengah Umum
(SMU) di SMUN 10 Bandar Lampung pada tahun 2002.
Tahun 2002, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi
ketua panitia khusus pemilihan raya ketua umum Himpunan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan (HIMEPA) FE UNILA periode 2004/2005, anggota bidang I
Kajian Ilmu Pengetahuan HIMEPA UNILA periode 2004/2005, ketua bidang
penelitian dan pengembangan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo
UNILA periode 2005/2006.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
8
SANWACANA
Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Obligasi
Korporasi Di Indonesia” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ekonomi di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Bapak Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung
2.
Bapak Ambya, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
3.
Bapak Hi. Moneyzar Usman, S.E., M.Si. selaku Sekretasis Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
4.
Bapak Nairobi, S.E., M.Si., selaku pembimbing utama atas kesabarannya
memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5.
Bapak Dr. Ir. Yoke Muelgini, M.Sc., selaku penguji utama, terimakasih untuk
masukan dan saran-sarannya.
6.
Ibu Lies Maria Hamzah, S.E., M.E., selaku pembimbing akademik.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
9
7.
Seluruh Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas
Lampung atas ilmu yang telah diberikan.
8. Bapak dan Ibu staf administrasi jurusan Ekonomi Pembanguunan Universitas
Lampung.
9. Bapak dan Ibu staf perpustakaan Universitas Lampung, atas kesediaannya
memberikan informasi yang berguna bagi penulisan skripsi ini.
10. Keluargaku, untuk dukungan yang tiada hentinya.
11. Tiara Nirmala, S.E., teman, sahabat sekaligus guru yang telah menghidupkan
kembali semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Tri Mulyantono, Abdurrahman, Fitria Sanusi, Feriyanto, Arly Saptoly, Puri
Wahyu Utomo, Silvia Agustina, rekan rekan mahasiswa Ekonomi
Pembangunan dan seluruh rekan-rekan di lingkungan Universitas Lampung.
Terimakasih atas kebersamaannya.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandarlampung, Agustus 2009
Penulis
Wahyudi Widodo
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
10
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...
viii
I.
PENDAHULUAN ……………………………………………….....
1
A. Latar Belakang ………………………………………………...
1
B. Permasalahan …………………………………………………..
11
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………....
12
D. Kerangka Pemikiran …………………………………………..
12
E. Hipotesis ……………………………………………………….
18
F. Sistematika Penulisan ………………………………………….
18
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….
20
A. Obligasi ………………………………………………………..
20
B. Deposito ………………………………………………………..
21
C. Sertifikat Bank Indonesia ............................................................
22
D. Produk Domestik Bruto ………………………………………..
23
E. Teori Permintaan ……………………………………………….
24
F. Teori Permintaan Aset …………………………….……………
27
G. Teori Tingkat Bunga ………………………………...…………
32
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
11
III. METODE PENELITIAN …………………………………………...
37
A. Metode Pengambilan Data ……………………………………...
37
B. Jenis dan Sumber Data ………………………………………….
37
C. Batasan Peubah …………………………………………………
38
D. Alat Analisis …………………………………………………….
38
E. Uji Stasioneritas ............................................................................
39
F. Uji Asumsi Klasik ………………………………………………
39
1. Uji Normalitas ……………………………………………….
39
2. Uji Heteroskedastisitas ………………………………………
40
3. Uji Multikolinieritas …………………………………………
40
4. Uji Autokorelasi ……………………………………………...
41
G. Uji Statistik F …………………………………………………...
41
H. Uji Statistik t …………………………………………………....
42
I. Pembedaan Umum (Generalized Difference) …........…………….
43
J. Regresi Komponen Utama .............................................................
45
IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ………………….
47
A. Uji Stasioneritas …………………...…………………………….
47
B. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………....
48
1. Uji Uji Multikolinieritas
………………………………...…...
48
……………............……………………….....
50
3. Uji Heteroskedastisitas ………………....…………………......
51
4. Uji Autokorelasi ………………………………………………
51
2. Uji Normalitas
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
12
C. Metode Pembedaan Umum (Generalized Difference) …...……….
52
D. Pembahasan ……………………………………………………...
55
V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………....
62
A. Kesimpulan ……………………………………………………...
62
B. Saran ……………………………………………………………..
62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
13
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Jumlah Obligasi Jorporasi Yang Laku Terjual Pada
Penawaran Perdana Periode 2002-2008 …………………………
2
2. Tingkat Suku Bunga SBI Satu Bulan Periode 2002-2008 ……....
5
3. Tingkat Bunga Deposito Bak Umum Jangka Waktu Satu Bulan
Bank Umum Periode 2002-2008 ………………………………..
8
4. Produk Domestik Bruto Menurut Penggunaan Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 Periode 2002-2007 ………………...… ….10
5. Uji Satuan Aakar dengan Uji Phiips Perron (PP) …………..………… ..47
6. Nilai VIF Untuk Setiap Variabel
Bebas………………………………...............................................……...48
7. Matriks Korelasi Variabel Bebas …………..……………………… …48
8. Komponen Utama dalam Analisis Komponen Utama …...……...……...49
9. Nilai Eigen Komponen Utama .......................................................
50
10. Nilai VIF Setelah Regresi Komponen Utama ................................
50
11. Uji Glejser ......................................................................................
51
12. Uji Autokorelasi .............................................................................
52
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kurva Permintaan ……...................…………………………...
25
2. Pergeseran Kurva Permintaan ....................................................
26
3. Kurva Permintaan Obligasi .......................................................
31
4. Pergeseran Kurva Permintaan Obligasi ....................................
31
5. Keseimbangan Tingkat Bunga Di Pasar Loanable Funds…….. .
33
6. Diagram Fisher Mengenai Perubahan
Nilai Guna Yang Diterima ..………………………………… … .434
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
15
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Obligasi korporasi sebagai salah satu instrumen perdagangan di pasar modal
Indonesia telah hadir sejak pertama kali dimulainya kegiatan pasar modal di
Indonesia. Perkembangan yang dinamis dalam pasar modal Indonesia
menggambarkan pula bagaimana perdagangan obligasi korporasi terus
berkembang dari waktu ke waktu. Meskipun demikian, prestasi yang ditoreh
perdagangan obligasi korporasi tidaklah sebaik prestasi yang dimiliki oleh
perdagangan saham.
Meski harus diakui minat masyarakat atas obligasi tidak sebesar minat atas saham,
namun masih dapat dilihat bahwa kepemilikan masyarakat atas obligasi korporasi
terus meningkat setiap tahunnya. Lebih jelasnya lagi untuk mengetahui besarnya
permintaan obligasi korporasi di Indoneisa kita dapat melihat besarnya obligasi
korporasi yang laku terjual saat dilakukannya penawaran perdana oleh penerbit.
Besarnya obligasi yang laku terjual kepada masyarakat dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
16
Tabel 1. Jumlah Obligasi Korporasi Yang Laku Terjual Pada Penawaran Perdana
Periode 2002-2007
2002.1
2002.2
2002.3
PERMINTAAN
(MILIAR RUPIAH)
32,062.40
34,862.40
35,612.40
0.09
0.02
2002.4
2003.1
2003.2
2003.3
2003.4
2004.1
37,812.40
38,467.40
52,199.50
56,370.50
63,485.50
63,596.33
0.06
0.02
0.36
0.08
0.13
0.00
2004.2
2004.3
2004.4
2005.1
2005.2
2005.3
70,636.69
72,436.69
78,796.69
81,571.69
86,282.09
86,932.09
0.11
0.03
0.09
0.04
0.06
0.01
2005.4
2006.1
2006.2
2006.3
2006.4
2007.1
86,982.09
87,982.09
94,832.19
95,832.19
98,432.19
101,601.24
0.00
0.01
0.08
0.01
0.03
0.03
2007.2
2007.3
2007.4
2008.1
2008.2
2008.3
124,151.24
126,101.24
129,701.24
142715.85
145915.85
145915.85
0.22
0.02
0.03
0.10
0.02
0.00
TAHUN
2008.4
145915.85
Sumber : Statistik Mingguan Bappepam
%
0.00
Tabel 1 di atas menunjukan bahwa permintaan masyarakat terhadap obligasi
korporasi selalu meningkat setiap periodenya. Kenaikan tertinggi terjadi pada
tahun 2003 yakni pada triwulan kedua di tahun tersebut. Setelah sebelumnya
yakni pada tahun 2002 pasar obligasi menunjukan kelesuan. Kondisi terjadi di
hampir seluruh pasar modal dunia, negara termasuk Indonesia (PEKKI, Desember
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
17
2002). Selanjutnya, permintaan terus bertambah setiap tahunnya, penurunan
mulai dirasakan di tahun 2005 ketika kondisi ekonomi mulai mengalami
perbaikan kembali. Meskipun permintaan terus meningkat, tetapi pertambahan
ditahun ini lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (PEKKI, Desember
2005). Bahkan di akhir tahun 2005 tambahan permintaanpun sangat kecil sekali.
Tahun 2006, seperti halnya dengan yang terjadi di pasar modal lainnya di dunia,
membaiknya ekonomi dunia menyebabkan pasar modal di seluruh dunia kembali
bergairah. Pertambahan permintaan mulai meningkat, hingga pada penghujung
tahun 2007 permintaan masyarakat terhadap obligasi korporasi memberikan
kontribusi yang positif terhadap perdagangan obligasi (PEKKI, Desember 2007).
Tambahan permintaan seperti halnya pada tahun 2003 terjadi kembali pada tahun
2007 sebesar 22 persen. Hanya saja pada pertengahan tahun 2008 permintaan
mulai menunjukan penurunannya, tidak ada kenaikan yang signifikan terhadap
permintaan obligasi korporasi di Indonesia.
Seperti halnya permintaan terhadap instrumen keuangan lainnya, permintaan
obligasi korporasi didasari oleh keuntungan dari kepemilikan surat hutang pihak
swasta tersebut. Secara umum keuntungan tersebut dikenal sebagai return obligasi
korporasi. Begitu pentingnya memperhitungkan keuntungan yang diperoleh
menyebabkan setiap individu perlu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menentukan besar kecilnya keuntungan yang diperoleh sehingga pada akhirnya
dapat dipastikan besarnya jumlah obligasi yang diminta. Faktor-faktor tersebut
diantaranya yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka
waktu satu bulan, tingkat suku bunga perbankan, serta pendapatan masyarakat.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
18
Tingkat bunga SBI jangka waktu satu bulan merupakan tingkat bunga yang
dijadikan rujukan atau benchmark bagi penetapan tingkat bunga berbagai
instrumen keuangan yang diterbitkan baik perbankan ataupun lembaga keuangan
lainnya. Tingkat bunga instrumen-instrumen keuangan akan bergerak searah
dengan pergerakan tingkat bunga SBI ini.
Sayangnya, obligasi korporasi yang memberikan kupon tetap menyebabkan
instrumen keuangan ini menjadi kurang menarik untuk dimiliki saat tingkat bunga
SBI satu bulan naik, kupon obligasi yang jumlahnya tetap tersebut tidak
mengalami kenaikan layaknya instrumen keuangan lainnya. Hanya saja ketika
tingkat bunga SBI turun, return obligasi tidak mengikuti turunnya tingkat bunga
SBI layaknya instrumen keuangan yang lain. Sehingga semakin tinggi tingkat
bunga SBI semakin tidak menarik obligasi korporasi untuk dimiliki , hal ini
terkait dengan kupon obligasi korporasi yang tetap sementara return dari
instrumen lain semakin menigkat.
Akibatnya, permintaan terhadap obligai berkurang. Sebaliknya apabila tingkat
bunga SBI terus turun, semakin menarik obligasi korporasi untuk dimiliki, hal ini
terkait dengan kupon obligasi korporasi yang tetap sementara return dari
instrumen lain semakin menurun. Singkatnya tingkat bunga SBI satu bulan
berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi.Informasi mengenai
perkembangan suku bunga SBI satu bulan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
19
Tabel 2. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Satu Bulan
Periode 2002-2007
PERIODE
2002.1
2002.2
2002.3
2002.4
SUKU BUNGA
16.76
15.11
13.22
12.93
%
-9.84
-12.51
-2.19
2003.1
2003.2
2003.3
2003.4
2004.1
2004.2
11.40
9.53
8.66
8.31
7.42
7.34
-11.83
-16.4
-9.13
-4.04
-10.71
-1.08
2004.3
2004.4
2005.1
2005.2
2005.3
2005.4
7.39
7.43
7.44
8.25
10.00
12.75
0.68
0.54
0.13
10.89
21.21
27.5
2006.1
2006.2
2006.3
2006.4
2007.1
2007.2
12.73
12.50
11.25
9.75
9.00
8.50
-0.16
-1.81
-10.00
-13.33
-7.69
-5.56
2007.3
8.25
-2.94
2007.4
8.00
-3.03
2008.1
7.96
-0.04
2008.2
8.73
0.05
2008.3
9.71
0.29
2008.4
10.83
0.16
Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Tabel 2 di atas menunjukan bahwa suku bunga SBI terus mengalami penurunan
hingga pertengahan tahun 2004 setelah pada tahun 2002 suku bunga SBI berada
pada kisaran yang tinggi. Meskipun setelah paruh pertama tahun 2004 suku bunga
SBI mengalami peningkatan, namun masih berada pada kisaran tujuh persen.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
20
Suku bunga SBI mulai bergerak naik pada tahun 2005, khususnya pada paruh
kedua di tahun tersebut hingga tahun 2006. Suku bunga SBI terus bergerak naik
hingga mencapai kisaran angka dua belas persen. Akhir tahun 2006 hingga 2007,
suku bunga SBI kembali turun seperti yang terjadi pada tahun 2003 dan 2004.
Sayangnya suku bunga ini kembali naik pada pertengahan tahun 2008.
Kondisi yang berlawanan dapat dilihat antara permintaan obligasi korporasi
dengan tingkat suku bunga SBI ini, saat ketika permintaan mulai naik hingga
tahun 2004 tingkat suku bunga SBI menunjukan adanya penurunan atas suku
bunganya. Dan ketika permintaan mulai turun ditahun 2005, suku bunga SBI juga
memberikan arah yang berlawanan atas pergerakannya. Hingga pada tahun 2007
tingkat suku bunga SBI kembali turun dan naik kembali pada pertengahan tahun
2008, persis berlawanan dengan apa yang terjadi terhadap permintaan obligasi
korporasi.
Seperti telah disinggung sebelumnya tingkat suku bunga perbankan bergerak
searah dengan tingkat suku bunga SBI satu bulan. Kenaikan suku bunga SBI satu
bulan akan menaikan suku bunga perbankan sedangkan penurunan suku bunga
SBI akan akan ditanggapi oleh perbankan dengan menurunkan suku bunganya
baik simpanan ataupun kredit. Dapat pula dikatakan bahwa apabila masyarakat
menyimpan kekayaannya dalam bentuk simpanan maka akan lebih
menguntungkan jika hal itu dilakukan saat tingkat suku bunga SBI naik. Jelas
berbeda dengan apa yang terjadi seandainya masyarakat membeli obligasi.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
21
Implikasinya, apabila tingkat bunga simpanan akan naik pada periode berikutnya
akan lebih menguntungkan jika masyarakat mengalihkan kepemilikan obligasi
menjadi simpanan perbankan. Masyarakat dapat mengurangi obligasi korporasi
dalam komposisi kekayaannya dan menggantinya dengan bentuk simpanan
perbankan. Hal ini dikarenakan simpanan perbankan akan mengalami kenaikan
atas returnnya sedangkan obligasi korporasi memberikan return dalam jumlah
yang tetap.
Sebaliknya apabila tingkat bunga simpanan akan turun pada periode berikutnya,
akan lebih menguntungkan apabila masyarakat mengalihkan kekayaannya dari
bentuk simpanan ke dalam bentuk kekayaan dengan return tetap seperti obligasi
korporasi. Simpanan perbankan akan mengalami penurunan pendapatan bunga
yang diterima namun tidak untuk obligasi korporasi. Dengan kata lain tingkat
bunga simpanan berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi.
Selanjutnya simpanan perbankan yang dipilih sebagai bahan pertimbangan
masyarakat terhadap besarnya obligasi korporasi yang diminta adalah deposito
bank umum dalam rupiah. Alasannya deposito ini merupakan bentuk simpanan
yang lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan bentuk-bentuk
simpanan lainnya.
Kemudian, dari seluruh bentuk deposito yang ada, deposito satu bulan merupakan
bentuk simpanan terbesar masyarakat. Informasi mengenai perbandingan tersebut
dapat dilihat pada lampiran perbandingan dana pihak ketiga yang dihimpun bank
umum berikutnya.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
22
Sebagai bahan perbandingan atas permintaan obligasi korporasi, berikut ini
disajikan tabel 3 yang memberikan informasi mengenai perkembangan tingkat
suku bunga deposito satu bulan.
Tabel 3. Tingkat Suku Bunga Deposito Satu Bulan Bank Umum
Periode 2002–2007
PERIODE
SUKU BUNGA
%
2002.1
2002.2
15.64
14.76
-9,84
2002.3
2002.4
2003.1
2003.2
2003.3
2003.4
13.50
12.81
11.90
10.31
7.67
6.62
-12,51
-2,19
-11,83
-16,4
-9,13
-4,04
2004.1
2004.2
2004.3
2004.4
2005.1
2005.2
5.86
6.23
6.31
6.43
6.50
6.98
-10,71
-1,08
0,68
0,54
0,13
10,89
2005.3
2005.4
2006.1
2006.2
2006.3
2006.4
9.16
11.98
11.61
11.34
10.47
8.96
21,21
27,5
-0,16
-1,81
-10
-13,33
2007.1
2007.2
2007.3
2007.4
2008.1
2008.2
8.13
7.46
7.13
7.19
6,88
7,19
-7,69
-5,56
-2,94
-3,03
-0,04
0,05
2008.3
2008.4
9,26
10,75
0,29
0,16
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia
Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa suku bunga deposito satu bulan
bergerak searah dengan suku bunga SBI, baik saat terjadi kenaikan ataupun
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
23
penurunan suku bunga SBI. Suku bunga deposito yang sempat mencapai angka
15,64 persen di awal tahun 2002 terus turun hingga tahun 2003 dan awal tahun
2004. Meskipun di pertengahan tahun 2004 suku bunga meningkat,akan tetapi
suku bunga yang terjadi berada pada kisaran yang masih rendah yaitu enam
persen, seperti halnya dengan yang terjadi pada suku bunga SBI yang tetap
konsisten pada periode yang sama. Tahun 2005, suku bunga deposito kembali
naik seperti halnya suku bunga SBI hingga pada tahun 2007 deposito menunjukan
penurunan atas suku bunganya meski harus kembali naik pada pertengahan tahun
2008.
Pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap permintaan obligasi.
Naiknya pendapatan akan menambah kesempatan untuk memperoleh keuntungan
yang lebih banyak lagi dari obligasi, permintaanpun meningkat. Namun jika
pendapatan masyarakat turun, kemampuan untuk membeli berkurang, akibatnya
permintaan berkurang. Pendapatan masyarakat data dilihat dari perkembangan
yang terjadi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas harga konstan
tahun 2000. Informasi mengenai perkembangan PDB Indonesia dapat dilihat pada
tabel 5 berikut ini.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
24
Tabel 5. Produk Domestik Bruto Menurut Penggunaan Atas Harga Konstan
Tahun 2000 Triwulan I 2002 – Triwulan IV 2007
PERIODE
2002.1
2002.2
2002.3
2002.4
PDB
368.80
375.03
387.85
374.43
%
1,68
3,42
-3,46
2003.1
2003.2
2003.3
2003.4
2004.1
2004.2
386.74
394.62
405.61
390.20
402.60
411.94
3,29
2,04
2,78
-3,8
3,18
2,32
2004.3
2004.4
2005.1
2005.2
2005.3
2005.4
423.85
418.13
427.00
436.11
448.49
439.05
2,89
-1,35
2,12
2,13
2,84
-2,11
2006.1
2006.2
2006.3
2006.4
2007.1
2007.2
448.28
457.72
474.80
465.86
475.82
487.10
2,1
2,11
3,73
-1,88
2,14
2,37
2007.3
505.96
3,87
2007.4
495.09
-2,15
2008.1
505.24
0.02
2008.2
519.36
0.03
2008.3
538.57
0.04
2008.4
518.94
-0,04
Sumber : Publikasi Biro Pusat Statistik, Beberapa Edisi
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Tabel 5 di atas menunjukan bahwa secara umum PDB terus meningkat setiap
tahunnya. Sama halnya dengan yang terjadi terhadap permintaan obligasi
korporasi. Keduanya bergerak searah, kenaikan PDB juga dialami oleh
permintaan obligasi korporasi. Kenaikan PDB mengalami penurunan pada tahun
2005, sama halnya dengan apa yang terjadi terhadap permintaan obligasi dan
mulai kembali meningkat pada tahun 2007. Bahkan di pertengahan tahun 2007
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
25
besarnya PDB yang terjadi mencapai 505.957,60 miliar rupiah yang merupakan
angka tertinggi sepanjang rahun 2002 hingga tahun 2007. Begitu pula dengan
kondisi di tahun 2008, PDB terus bertambah hingga mencapai 518.94 miliar
rupiah di akhir tahun.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan pokok dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah variabel tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka
waktu satu bulan, tingkat suku bunga deposito bank umum jangka waktu satu
bulan serta Produk Domestik Bruto mempengaruhi permintaan obligasi
korporasi di Indonesia?
2. Berapa besar pengaruh yang terjadi akibat faktor-faktor tersebut?
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini memberikan manfaat, maka perlu ditetapkan batasan dan ruang
lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Permintaan obligasi korporasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai
besarnya obligasi korporasi yang terjual saat dilaksanakannya penawaran
perdana di pasar primer oleh penerbit. Hal ini dikarenakan belum tersedianya
informasi mengenai volume pembelian obligasi yang terjadi pada perdagangan
di pasar sekunder setiap periodenya.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
26
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah
1. Untuk mengetahui apakah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
jangka waktu satu bulan, tingkat bunga deposito bank umum jangka waktu
satu bulan, serta Produk Domestik Bruto mempengaruhi permintaan obligasi
korporasi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut
terhadap permintaan obligasi di Indonesia.
D. Kerangka Pemikiran
Dalam teori permintaan disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.
Permintaan dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain, baik
pengganti ataupun pelengkap, pendapatan dan selera. Masing-masing pengaruh
dari variabel-variabel tersebut adalah negatif untuk harga barang itu sendiri,
positif untuk barang pengganti, negatif untuk barang pelengkap, serta positif
untuk pendapatan dan selera. Sedangkan alasan mengapa permintaan berubah jika
faktor-faktor tersebut berubah disebabkan karena perubahan atas nilai guna yang
diperoleh akibat adanya perubahan dari faktor-faktor tersebut. Dapat dikatakan
pula permintaan terhadap suatu barang didasari oleh nilai guna yang dimiliki
barang tersebut. Dengan nilai guna itu seseorang akan memperoleh kepuasan.
Seseorang yang rasional tentunya akan selalu berusaha untuk memperoleh
kepuasan yang maksimum yang berarti pula diperlukan tambahan atas konsumsi
untuk mencapai kepuasan maksimum tersebut.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
27
Nilai guna suatu barang bermacam-macam tergantung dari jenis barang tersebut.
Makanan misalnya akan memberikan nilai guna berupa rasa kenyang setelah
mengonsumsinya. Permintaan atas obligasi korporasi juga didasari oleh nilai guna
yang diperoleh atas kepemilikan obligasi korporasi. Obligasi itu sendiri
merupakan jenis surat berharga berupa surat hutang pihak swasta kepada
masyarakat dengan janji membayar penuh saat jatuh tempo serta pembayaran
pendapatan bulanan berupa kupon setiap periode hingga jatuh tempo. Nilai guna
obligasi korporasi disebut dengan return obligasi korporasi atau return saja.
Return ini terdiri dari current yield dan capital gain. Current yield merupakan
persentase atas kuppon yang diterima berdasarkan harga yang harus dibayar untuk
membeli obligasi, sedangkan gain adalah keuntungan berupa selisih harga saat
membeli dengan harga pembelian kembali saat jatuh tempo. Obligasi korporasi
juga dapat diperdagangkan dipasar modal selama rentang waktu sebelum jatuh
tempo. Teori permintaan aset dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
perubahan yang terjadi atas permintaan obligasi apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya return yang diterima berubah. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah tingkat suku bunga pasar, return aset lain, inflasi serta pendapatan
masyarakat.
Dalam teori permintaan aset disebutkan bahwa terdapat pendapatan bunga atas
aset yang dimiliki. Misalnya kupon untuk obligasi ataupun suku bunga simpanan
untuk simpanan pada perbankan. Bunga tersebut merupakan harga yang harus
dibayarats penggunaan uang oleh pihak swasta untuk obligasi korporasi maupun
oleh kreditur melalui perbankan untuk simpanan. Semakin tinggi tingkat suku
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
28
bunga yang ditawarkan dapat diartikan semakin tingginya harga yang harus
dikeluarkan untuk penggunaan uang, begitu pula sebaliknya apabila tingkat bunga
turun. Dengan demikian besarnya tingkat suku bunga menggambarkan besarnya
return yang akan diterima oleh pemilik aset.
Namun dalam hal penetapan besarnya suku bunga yang diberikan, terdapat
perbedaan antara obligasi dengan aset lainnya. Kupon obligasi diberikan dengan
jumah yang tetap setiap periodenya. Berkaitan dengan harga atas penggunaan
uang semakin tinggi besarnya kupon yang dibayar berarti semakin tinggi pula
nilai atas pembayaran penuh saat jatuh tempo. Untuk menjamin tingginya nilai
jatuh tempo tersebut, obligasi harus dibeli dengan harga yang lebih rendah dari
nilai pembayaran penuh. Harga beli yang lebih rendah menyebabkan diperolehnya
gain obligasi yang merupakan selisih harga saat membeli dan harga jatuh tempo,
semakin rendah harga pembelian semakin tinggi pula gain yang diterima.
Harga beli yang rendah itu juga menyebabkan current yield yang diterima
semakin tinggi. Sebagai bagian dari return yang merupakan persentase kupon
yang diterima dengan harga yang harus dibayar saat membeli, current yield akan
semakin tinggi jika harga pembelian semakin rendah. Dengan demikian diperoleh
kesimpulan besarnya kupon obligasi menjamin besarnya return yang akan
diterima. Setelah dijelaskan bagaimana kupon menentukan besarnya return yang
diperoleh dapatlah sekarang dijelaskan bagaimana perbedaan antara obligasi
dengan aset lainnya. Penetapan besarnya tingkat suku bunga atas berbagai aset
sebenarnya mengikuti arah perkembangan tingkat suku bunga yang berlaku di
pasar. Tingkat suku bunga pasar ini merupakan tingkat suku bunga yang secara
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
29
umum berlaku untuk seluruh aset. Sehingga naik turunnya tingkat suku bunga
pasar menyebabkan naik turunya tingkat suku bunga berbagai aset yang ada.
Sayangnya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, obligasi memberikan kupon
yang tetap hingga jatuh tempo. Akibatnya, saat tingkat suku bunga pasar naik,
tingkat suku bunga aset-aset akan mengikuti kenaikan tersebut dan return yang
diterima menigkat. Sementara kupon obligasi yang jumlahnya tetap tidak
memberikan kenaikan atas reutrn obligasi.
Return obligasi akan tetap hingga jatuh tempo, sehingga return obligasi menjadi
lebih rendah relatif terhadap return aset lainnya. Bahkan jika obligasi dijual
sebelum jatuh tempo tepatnya saat kenaikan tingkat bunga pasar terjadi, pembeli
akan bersedia membeli dengan harga dibawah nominal untuk menjamin tingginya
nilai atas pembayaraan jatuh tempo. Semakin tinggi tingkat suku bunga pasar,
semakin rendah pula harga pembelian obligasi. Kondisi ini menyebabkan
turunnya gain yang diterima, bahkan gain tersebut dapat menjadi sebuah kerugian
atau loss apabila tingkat suku bunga pasar terus meningkat hingga pada akhirnya
return akan semakin berkurang.
Sebaliknya jika tingkat suku bunga pasar turun, berbagai aset akan menurunkan
tingkat suku bunganya sesuai dengan kondisi yang berlaku untuk harga
penggunaan uang. Akibatnya, return yang diterima akan berkurang. Namun
keadaan ini tidak berlaku untuk obligasi yang memberikan kupon tetap. Return
obligasi menjadi lebih tinggi relatif terhadap return aset lainnya. Bahkan jika
obligasi dijual di pasar modal, tepatnya saat tingkat bunga pasar menurun,
pembeli akan membeli dengan harga yang lebih tinggi untuk menjamin rendahnya
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
30
nilai jatuh tempo. Semakin rendah tingkat suku bunga pasar semakin tinggi harga
pembelian obligasi. Kondisi ini menyebabkan gain semakin besar hingga pada
kahirnya juga return obligasi akan meningkat. Dengan demikian dapatlah diambil
kesimpulan tingkat bunga pasar berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi
korporsi. Naik turunnya tingkat suku bunga pasar berpengaruh pula pada naik
turunnya return obligasi yang diterima
Tingkat bunga yang dapat digunakan sebagai tingkat bunga pasar di Indonesia
adalah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulan.
SBI merupakan surat berharga pasar uang yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Jangka waktu yang pendek serta pasar yang likuid atas surat berharga ini
menyebabkan banyak lembaga keuangan mengalokasikan dananya pada SBI
jangka waktu satu bulan hingga pada akhirnya berpengaruh pada likuiditas
lembaga-lembaga keuangan khusunya perbankan.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter untuk
mengendalikan tingkat bunga perbankan dengan menentukan besarnya tingkat
bunga SBI sehingga tingkat bunga di pasar berada pada target yang diinginkan
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia. Dengan demikian besarnya
tingkat bunga SBI jangka waktu satu bulan menggambarkan besarnya tingkat
bunga pasar yang diinginkan oleh Bank Indonesia. Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa perubahan tingkat bunga pasar menyebabkan perubahan tingkat bunga
untuk berbagai instrumen keuangan. Pendapatan atas aset aset tersebut haruslah
mengikuti perubahan harga dari penggunaan uang. Demikian pula yang terjadi
atas produk-produk perbankan sebagai lembaga keuangan yang juga menawarkan
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
31
aset-aset keuangan seperti pinjaman dan simpanan. Perubahan yang searah dengan
tingkat bunga atas produk produknya dilakukan sebagai upaya untuk
menyesuaikan antara pendapatan yang diterima dengan harga dari penggunaan
uang yang berlaku. Sehingga saat tingkat bunga pasar naik, memilih aset dalam
bentuk simpanan akan menguntungkan, return yang diterima akan meningkat
seiring naiknya tingkat bunga pasar. Namun jika tingkat bunga turun, memilih
aset berupa simpanan akan menyebabkan turunya return yang diterima seiring
turunnya tingkat bunga.
Hal yang demikian terjadi atas return simpanan jelas berlawanan dengan kondisi
yang terjadi terhadap return obligasi korporasi dalam arti bagaimana kedua aset
tersebut menyikapi pergerakan tingkat bunga pasar. Meskipun demikian, justru
perilaku yang berbeda dalam menanggapi pergerakan tingkat bunga pasar
menjadikan keduanya digunakan untuk saling mengganti sehingga terhindar dari
penurunan return akibat perubahan tingkat bunga pasar. Saat tingkat bunga pasar
mengalami kenaikan maka akan lebih menguntungkan apabila obligasi korporasi
yang dimiliki dikurangi dengan menambah simpanan pada perbankan. Pemilik
obligasi akan terhindar dari turunnya return obligasi korporasi akibat naiknya
tingkat bunga. Namun jika tingkat bunga mengalami penurunan, akan lebih
menguntungkan apabila kepemilikan obligasi korporasi ditambah dengan
mengurangi simpanan yang ada. Turunya return simpanan dapat digantikan
dengan keberadaan obligasi. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan atas tingkat
bunga simpanan berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi korporasi.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
32
Pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap permintaan obligasi.
Pendapatan masyarakat dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto (PDB)
setiap periodenya. Kenaikan PDB dapat diartikan sebagai naiknya pendapatan
masyarakat, sebaliknya penurunan PDB dapat diartikan sebagai turunnya
pendapatan masyarakat. Pengaruhnya terhadap permintaan obligasi adalah apabila
PDB meningkat, daya beli masyarakat meningkat. Semakin banyak obligasi yang
dapat dibeli, dengan demikian semakin banyak nilai guna yang akan diperoleh.
Jika PDB mengalami penurunan, daya beli masyarakat menurun. Nilai guna yang
diterima atas pembelian obligasi berkurang, sehingga permintaan atas obligasipun
menurun.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Tingakt suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulan
berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan obligasi korporasi.
2. Tingkat suku bunga deposito bank umum jangka waktu satu bulan
berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan obligasi korporasi.
3. Produk Domestik Bruto berpengaruh nyata dan positif terhadap permintaan
obligasi korporasi.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan ini terdiri dari :
Bab I. Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan,
kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penuisan
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
33
Bab II.Tinjauan Pustaka. Berisikan Definisi Obligasi, Sertifikat Bank Indonesia,
deposito, Produk Domestik Bruto dan teori beberapa teori dasar seperti teori
permintaan, teori permintaan aset, teori tingkat bunga.
Bab III. Metode Penelitian. Terdiri dari metode pengambilan data, jenis dan
sumber data, batasan peubah, alat analisis, pengujian hipotesis dan metode
pembedaan umum.
Bab IV. Hasil Perhitungan dan pembahasan. Terdiri dari analisis perhitungan
yang dihasilkan.
Bab V. Kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka.
Lampiran.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
34
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Obligasi
1. Definisi Obligasi
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada
waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi di
Indonesia diperdagangkan di pasar sekunder baik di bursa maupun di pasar
negosiasi atau OTC market (Bursa Efek Surabaya, 2007).
2. Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu :
1. Dilihat dari sisi penerbit obligasi dibedakan menjadi :
a. Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang
berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b. Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
c. Municipal Bond : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
35
B. Deposito
1. Definisi Deposito
Deposito merupakan simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersyangkutan. Dana bank yang
bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito, dilihat dari sudut biaya dana,
deposito merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana
lainnya (Dendawijaya, Lukman, 2005 : 6).
2. Jenis Deposito
Deposito dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat
dipindah tangankan. Jangka waktu deposito ini bermacam macam, di Indonesia
terdapat beberapa jenis deposito berjangka yaitu deposito berjangka satu bulan,
tiga bulan, enam bulan, dua belas bulan serta lebih dari dua belas bulan.
2. Sertifikat Deposito
Sertifikat Deposito dapat didefinisikan sebagai deposito yang diterbitkan atas
unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan
jaminan bagi permohonan kredit.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
36
C. Sertifikat Bank Indonesia
1. Definisi Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam bentuk mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang jangka
pendek dengan menggunakan sistem diskonto. Jangka waktu SBI dapat dibedakan
menjadi dua yaitu SBI berjangka waktu satu bulan dan SBI berjangka waktu tiga
bulan. Penentuan tingkat bunga diskonto atau suku bunga SBI didasarkan pada
sistem Stop out Rate (SOR). Dalam sistem SOR ini, sebelum melakukan lelang,
Bank Indonesia akan mengumumkan sasaran indikatif jumlah SBI yang akan
diterbitkan melalui lelang. Bank Indonesia menetapkan volume lelang dengan
memperhatikan kondisi likuiditas di pasar. Sistem SOR ini adalah penentuan
pemenang lelang dengan memperhatikan tingkat diskonto tertinggi yang
dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai sasaran kuantitas SBI yang akan
dijual oleh Bank Indonesia (Sugiyono, F.X, 2004 : 30-33). Hadirnya BI rate yang
mulai berlaku sejak lima Juli tahun 2005 juga berdampak pada suku bunga SBI
yang sebelumnya rata-rata tertimbang diperoleh dari diskonto yang diajukan
peserta lelang. Dengan diberlakukannya BI rate, rata rata tertimbang suku bunga
SBI diarahkan untuk berada disekitar BI rate. Sistem lelang inipun kemudian
diubah lagi dengan diberlakukannya tender fixed rate sehingga suku bunga SBI
sama dengan BI rate yang ditetapkan. Namun fixed rate ini hanya diberlakukan
untuk SBI jangka waktu satu bulan sedangkan untuk SBI tiga bulan masih
menggunakan tender variabel rate sehingga rata-rata tertimbang suku bunga SBI
berada disekitar BI rate.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
37
D. Produk Domestik Bruto
1. Definisi Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto (PDB) atau Gross Domestic Product merupakan jumlah
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam
batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB
ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan.
Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum
diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari PDB
dianggap bersifat bruto/kotor (Biro Pusat Statistik : 2007).
2. Pendekatan perhitungan Produk Domestik Bruto
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah,
sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tyangga konsumsi dalam suatu
negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi
yang diberikan kepada perusahaan.
2. Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang
dihasilkan suatu negara dari bidyang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga
selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini
adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
38
3. Pendekatan pengeluaran. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan
menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi
negara, yaitu: Rumah tyangga (Consumption), pemerintah (Goverment),
pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor
(X - M) (Biro Pusat Statistik, 2007).
E. Teori Permintaan
1. Definisi Permintaan
Definisi permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah yang
menunjukan jumlah suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada
berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Beberapa kata kunci terdapat
dalam definisi ini, pertama permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan
jumlah bukan satu harga dan satu jumlah tertentu. Pengertian permintaan selalu
menunjukan suatu skedul sedangkan jumlah yang diminta adalah jumlah yang
benar-benar dibeli pada harga tertentu. Kedua, permintaan tersebut akan terjadi
jika ada keinginan dan kemampuan membeli. Seseorang yang ingin membeli
suatu barang tidak berarti ada permintaan akan barang itu dari orang tersebut.
Ketiga, permintaan menunjukan pembelian pada satu periode waktu tertentu.
Apabila periode waktu tersebut berubah maka berbagai kombinasi harga dan
jumlah akan berubah.Permintaan individu terhadap suatu barang menunjukan
jumlah yang siap untuk dibeli pada berbagai kemungkinan harga. Apabila
permintaan individual terhadap suatu produk dijumlahkan akan diperoleh
permintaan pasar akan produk tersebut (Nopirin, 2000 : 31-32).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
39
2. Faktor-Faktor Penentu Permintaan
Definisi permintaan menunjuk pada kombinasi-kombinasi harga serta jumlah
sesuatu barang yang ingin dan dapat dibeli pada berbagai tingkat harga untuk
periode tertentu. Ini menjelaskan adanya pengaruh variabel harga terhadap suatu
permintaan. Variabel harga ini memiliki hubungan negatif terhadap permintaan
dengan catatan faktor-faktor lain tetap. Inilah yang disebut hukum permintaan
yang berarti keajegan bukan hukum dalam aturan. Apabila permintaan
digambarkan dalam suatu bentuk kurva, akan diperoleh kurva permintaan yang
menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Gambar 2. Kurva Permintaan
Kurva di atas menggambarkan sifat permintaan suatu barang. Sumbu ordinat
(vertikal) menggambarkan berbagai tingkat harga yang terjadi, sedangkan sumbu
absis (horizontal) menggambarkan kuantitas barang yang diminta. Kedua sumbu
tersebut masing-masing memiliki dua titik tingkat harga dan kuantitas barang
yaitu Po dan P1 serta Qo dan Q1. P0 lebih besar dari P1 sedangkan Q1 lebih besar
dari Q0 (P0 > P1, Q1 > Q0). Saat tingkat harga sebesar P0 jumlah barang yang
diminta sebesar Q0 dan saat harga sebesar P1 jumlah barang yang diminta sebesar
Q1. Kurva di atas jelas menerangkan bagaimana jumlah barang yang diminta akan
berubah jika teradi perubahan harga. Seperti yang dikatakan sebelumnya sifat
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
40
hubungan antara harga dan kuantitas di atas terjadi dengan anggapan faktor-faktor
lain tetap. Anggapan ini menunjukan bahwa sebenarnya terdapat faktor lain di
luar harga yang dapat mempengaruhi permintaan. Perubahan ini digambarkan
dengan bergesernyakurva permintaan baik ke kanan atas ataupun ke kiri bawah.
P
P0
D1
D0
D2
0
Q2
Q0
Q1
Q
Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan.
Gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam suatu tingkat harga yang
dinotasikan dengan P0, jumlah barang yang diminta adalah Q0. Keadaan ini masih
menunjukan adanya asumsi faktor-faktor lain diluar harga tidak berubah. Namun
apabila faktor-faktor tersebut berubah, maka pada setiap tingkat harga akan terjadi
perubahan permintaan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai kenaikan
permintaan ataupun penurunan permintaan. Penurunan permintaan digambarkan
dengan bergesernya kurva permintaan dari D0 ke D2 sedangkan kenaikan
permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva permintaan dari D0 ke D1.
Dalam tingkat harga P0, apabila terjadi kenaikan permintaan, kuatitas barang yang
diminta akan berubah dari Q0 ke Q1. sedangkan jika terjadi penurunan permintaan
pada tingkat harga P0, kuatitas barang yang diminta berubah dari Q0 ke Q2.
Faktor-faktor lain tersebut dapat berupa harga barang lain, baik barang pengganti
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
41
ataupun barang pelengkap, pendapatan resiko, dan selera. Pengaruhnya terhadap
permintaan suatu barang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Harga barang lain, kenaikan harga barang pengganti akan menaikan permintaan
barang yang digantikannya, sedangkan penurunan harga barang pengganti akan
menurunkan permintaan barang yang digantikannya. Sedangkan untuk barang
pelengkap, kenaikan harga barang pelengkap akan menurunkan permintaan
barang yang dilengkapinya. Namun jika barang pelengkap ini naik, permintaan
akan barang yang dilengkapinya akan turun pula.
2. Pendapatan. Apabila pendapatan konsumen meningkat maka permintaan akan
meningkat dan jika pendapatan konsumen menurun, permintaan akan menurun.
3. Perkiraan.(ekspektasi). Apabila individu memperkirakan harga akan naik di
kemudian hari, maka individu tersebut cenderung membeli lebih banyak saat ini.
4. Selera. Permintaan konsumen akan meningkat apabila selera konsumen
meningkat, dan permintaan akan menurun jika selera konsumen berkurang
(Nopirin, 2000 : 33-36).
F. Teori Permintaan Aset
1. Konsep Nilai Guna Obligasi
Teori ini merupakan pengembangan dari teori permintaan umum yang mencoba
untuk menjelaskan permintaan terhadap aset aset sehingga teori permintaan aset
lebih tepat untuk menjelaskan permintaaan obligasi. Obligasi merupakan surat
berharga jangka panjang berupa surat hutang pihak yang menerbitkan dengan janji
untuk membayar penuh atas obligasi tersebut serta pembayaran bunga tetap
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
42
berupa kupon setiap periodenya. Untuk mengetahui bagaimana nilai guna obligasi
diperoleh, terdapat beberapa konsep yang harus diperhatikan hingga pada
akhirnya dapat dibuat kurva permintaan untuk obligasi serta bagaimana kurva
tersebut bergeser.
Beberapa konsep yang harus diketahui yakni Yield To Maturity (YTM), Current
Yield serta Capital Gain. Ytm merupakan jumlah seluruh pendpatan yang diterima
seandainya obligasi dimiliki hingga jatuh tempo. Untuk lebih memahami YTM,
dapat diambil contoh perolehan YTM untuk pinjaman sederhana, pinjaman
dengan pembayaran tetap dan akhirnya YTM untuk obligasi. Pinjaman sederhana
dapat diartikan sebagai pinjaman yang hanya ada satu periode pembayaran hutang
berikut bunganya. Apabila seseorang meminjamkan Rp. 100 selama satu tahun
dan menerima pengembalian sebesar Rp. 110 akan memperoleh YTM sebesar 10
persen dari nilai yang dipinjamkan. YTM tersebut diperoleh dengan persamaan :
PV =
CF
(1 + i ) n
Keterangan:
PV = harga pinjaman (Rp.100)
CF = arus kas dalam setahun ke depan (Rp.110)
n = banyaknya tahun ( satu tahun)
Hal penting unutk diketahui adalah YTM untuk pinjaman sederhana adalah sama
dengan tingkat bunga pinjaman tersebut, ini dikarenakan hanya ada satu kali
pembayaran pinjaman tersebut. Kondisi berbeda atas YTM yang diperoleh dapat
dilihat dari pinjaman dengan pembayaran tetap. Dengan pinjaman sebesar Rp.100
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
43
selama 25 tahun dengan pembayaran tahunan Rp. 85,81 diperoleh YTM sebesar
tujuh persen. YTM tersebut diperoleh dengan persamaan:
PV =
FP
FP
FP
+
+ ... +
n
1
(1 + i )
(1 + i )
(1 + i ) n
Keterangan :
FP = pembayaran tetap setiap tahunnya (Rp. 85,81)
Sedangkan untuk obligasi dengan pembayaran kupon, dengan nominal sebesar
Rp. 100.000 selama delapan tahun dibeli dengan harga Rp. 889,20 dan kupon Rp.
100 setiap tahunnya diperoleh YTM 12,25 persen dengan menggunakan
persamaan :
PV =
C
C
C
F
+
+ ... +
+
n
1
n
(1 + i )
(1 + i )
(1 + i )
(1 + i ) n
Keterangan :
C = besarnya pembayaran kupon (Rp. 100)
F = nilai nominal saat jatuh tempo (Rp. 100.000)
Current Yield merupakan persentase pembayaran kupon atas harga yang harus
dibayarkan. Current Yield diperoleh dengan persamaan:
iC =
C
Pt
Keterangan :
iC = Current Yield
C = Pembayaran kupon
Pt = harga pembelian obligasi.
Sedangkan gain merupakan selisih antara harga beli dan harga yang diterima saat
jatuh tempo. Gain diperoleh dengan persamaan :
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
44
g=
Pt +1 − Pt
Pt
Keterangan:
g = gain
Pt+1 =harga saat jatuh tempo.
Kedua persamaan diatas, yakni Curent Yield dan Gain disebut juga dengan imbal
hasil atau return obligasi, sehingga return obligasi diperoleh dengan persamaan
R = ic + g
Keterangan :
R = return
Persamaan di atas menunjukan semakin besar ic dan g, semakin besar return yang
dihasilkan dan inilah yang menjadi alasan permintaan seseorang atas obligasi.
Namun perlu untuk diingat baik ic ataupun g dipengaruhi oleh Pt. Semakin rendah
Pt semakin besar keduanya akan diterima yang berarti return yang dihasilkan
semakin tinggi. Berdasarkan seluruh persamaan tersebut dapatlah dibuat kurva
permintaan layaknya kurva permintaan secara umum (Mishkin, 2008 : 89-112).
2. Kurva Permintaan Obligasi
Teori permintaan umum menerangkan hubungan negatif antara harga dan jumlah
barang yang diminta. Harga yang lebih rendah menjamin dicapainya nilai guna
yang lebih tinggi. Sama halnya dengan permintaan obligasi, dengan harga yang
lebih rendah akan diperoleh baik YTM ataupun Return yang lebih tinggi. Jumlah
obligasi yang diminta bertambah sehubungan dengan besarnya return yang
diterima. Dengan demikian dapatlah sekarang dibuat kurva permintaan obligasi.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
45
Gambar 4. Kurva Permintaan Obligasi
Semakin rendah harga, semakin banyak obligasi yang diminta. Harga yang
semakin rendah memberikan return yang lebih tinggi. Kurva permintaan obligasi
dapat bergeser ke kanan dan ke kiri. Pergeseran kurva permintaan ini dapat
digambarkan seperti halnya kurva permintaan barang secara umum.
P
P0
0
P1
P0
P2
Gambar 5. Pergeseran Kurva Permintaan Obligasi
Bergesernya kurva kekanan menggambarkan bertambahnya permintaan pada
setiap tingkat harga, sementara pergeseran ke kiri menggambarkan berkurangnya
permintaan obligasi pada setiap harga.Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
pergeseran kurva permintaan obligasi adalah sebagai berikut :
1. Kekayaan. Kekayaan yang meningkat pada setiap tingkat harga menyebabkan
bertambahnya kemampuan untuk membeli obligasi sehingga return yang
diperoleh semakin besar, sebagai akibatnya permintaanpun bertambah. Kurva
permintaan obligasi bergeser ke kanan.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
46
2. Perkiraan Imbal Hasil. Perkiraan imbal hasil dapat dilihat dari perkembangan
tingkat suku bunga, return aset lain, serta tingkat inflasi yang terjadi. Naiknya
tingkat suku bunga pasar menjadikan return yang diperoleh berkurang
sehubungan dengan turunnya harga jual. Akibatnya kenaikan tingkat suku
bunga pasar menggeser kurva ke kiri yang berarti permintaan berkurang.
Apabila return aset lain meningkat sementara return obligasi tetap, ini
menggambarkan return obligasi menurun relatif terhadap aset lain. Sedangkan
untuk tingkat inflasi dapat mempengaruhi return atas aset ril seperti tanah dan
rumah, return utnuk aset seperti ini meningkat saat inflasi meningkat.
Akibatnya return obligasi menurun relatif terhadap aset riil.
3. Resiko. Jika harga obligasi menjadi berfluktuasi, maka resiko yang terkait
dengan obligasi akan meningkat dan obligasi menjadi kurang menarik.
4. Likuiditas. Likuiditas merupakan istilah yang menunjuk pada kemudahan aset
untuk dikonversikan menjadi uang. Semakin likuid aset, semakin menarik aset
tersebut untuk dimiliki. Akibatnya, permintaanpun bertambah, kurva
permintaan bergeser ke kanan (Mishkin, 2008 : 128-135).
G. Tingkat Bunga
1. Definisi Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi
pertukaran antara satu rupiah sekarang atau satu rupiah nanti. Pembeli satu rupiah
sekarang dan sekaligus juga penjual dari satu rupiah nanti adalah peminjam,
sedangkan penjual dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga pembeli satu
rupiah nanti merupakan orang yang meminjamkan. Peminjam harus membayar
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
47
kepada pemberi pinjaman harga dari pertukaran tersebut dan harga ini adalah
bunga yang dibayar peminjam. Alasan mengapa orang mau membayar bunga,
dijelaskan oleh ekonom dari aliran klasik serta dari aliran Keynesian.
a. Kaum Klasik Mengenai Tingkat Bunga.
Bunga adalah harga dari loanable funds atau disebut juga dana yang tersedia
untuk dipinjamkan. Terjemahan bebasnya data digunakan istilah dana investasi,
sebab menurut teori klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana
investasi. Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima
pendapatan melebihi yang mereka perlukan selama periode tersebut.
Mereka ini adalah kelompok penabung. Bersama-sama, jumlah seluruh tabungan
mereka membentuk penawaran loanable funds. Dalam periode yang sama ada
anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mereka inilah investor dan jumlah
dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan loanable
funds. Selanjutnya para penabung adan para investor bertemu di pasar loanable
funds, dan dari proses tawar menawar antara mereka akhirnya dihasilkan tingkat
bunga kesepakatan atau keseimbangan, seperti yang tertera dalam gambar di
bawah ini.
R
S
F0
D
0
F0
F
Gambar 3. Keseimbangan Tingkat Bunga di Pasar Loanable Funds.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
48
R merupakan tingkat bunga yang berlaku dan F adalah loanable funds yang
tersedia. Gambar di atas menunjukan bahwa tabungan yang merupakan
penawaran dana akan menaik bila tingkat bunga naik. Kondisi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut, tingkat bunga yang lebih tinggi akan memberikan
penghasilan yang lebih tinggi bagi para penabung, sehingga kepuasan yang
diterima juga akan lebih besar. Hal ini juga berkaitan dengan tingkah laku
konsumen dalam memaksimumkan nilai guna. Jika seseorang menawarkan
dananya di pasar loanable funds, maka terbukalah baginya untuk memilih pola
konsumsi yang tidak harus sama dengan pola pendapatannya. Pada tingkat bunga
yang berlaku ia dapat meminjamkan sebagian dari pendapatannya dalam periode
satu dan akan memperoleh kembali uang yang dipinjamkannya ditambah dengan
bunga pada periode kedua dan selanjutnya siap untuk dikonsumsikan pada periode
kedua. Diagram Fisher dibawah ini akan menjelaskan pendapatan yang diterima
individu seandainya ia meminjamkan uangnya.
C2
H
F
C 2'"
E
C 2"
Y2 = C 2'
IC3
B
0
IC2
D
C
A
C 1'"
C 1" Y1 = C 1'
IC1
I
G C1
Gambar 4. Diagram Fisher Mengenai perubahan Nilai Guna Yang Diterima
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
49
Anggap bahwa seseorang mempunyai aliran pendapatan sebesar Y1 dalam periode
satu dan Y2 dalam periode dua. Apabila pola konsumsinya mengikuti pola
pendapatannya atau dengan kata lain dalam setiap periode ia mengkonsumsikan
habis pendapatannya, maka posisinya pada titik A. Konsumsi pada setiap periode
akan sama dengan pendapatannya (C1=Y1, C2=Y2). Selanjutnya jika tersedia pasar
loanable funds, maka ia dapat meminjamkan uangnya sebesar AC dan
memperoleh kembali sebesar BC dalam periode kedua. Dengan cara tersebut
maka ia akan berada pada titik B yang memberikan kepuasan yang lebih tinggi
karena berdasarkan teori tingkah laku konsumen sebelumnya nilai guna IC2 lebih
besar dari IC1 (IC2>IC1). Garis FG menggambarkan berapa rupiah yang akan
diterima pada periode kedua seandainya ia meminjamkan satu rupiah pada awal
periode satu. Dengan kata lain, slope dari garis tersebut menunjukan berapa harga
dari penggunaan satu rupiah sekarang jika dinyatakan dalam satu rupiah
kemudian. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin curam slope tersebut.
Seandainya tingkat bunga yang berlaku naik sehingga slope harga menjadi HJ
maka ia akan menawarkan dana sebesar AD dalam periode satu yang lebih besar
dari AC pada garis harga FG. Dengan garis harga HJ ia akan memnijamkan
uangnya sebesar AD sehingga uangnya akan dikembalikan sebesar ED pada
periode dua. Jelas bahwa ED lebih besar dari BC, terkait dengan IC3 lebih besar
dari kedua kurva sebelumnya (IC3 > IC2 > IC1). Kemudian, jawaban untuk kurva
permintaan dana di pasar loanable funds yang berlereng negatif dapat dijelaskan
sebagai berikut. Peminjam merupakan pihak yang memerlukan dana untuk
kegiatan yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih
besar daripada jumlah yang diinvestasikan. Kelebihan penerimaan atas
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
50
pengeluaran inilah yang merupakan daya tarik bagi investor untuk melakukan
investasi dan sekaligus sebagai sumber kemampuan bagi investor untuk
membayar bunga. Dapat pula dikatakan bahwa bunga dibayar karena dana
tersebut produktif. Dalam teori klasik, produktivitas dana ini menganut hukum
yang berlaku umum bagi proses produksi yaitu The Law Of Deminishing Return
atau hukum tambahan hasil yang semakin berkurang. Produktivitas marjinal dari
suatu input akan semakin menurun apabila input-input lain tetap (Boediono, 1996
: 75-82).
b. Tingkat Bunga Menurut Keynes
Tiga motif oleh Keynes merupakan sumber munculnya permintaan terhadap uang
yang diberi nama liquidity preference. Nama ini mempunyai makna tertentu yaitu
bahwa permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi
bahwa orang pada umumnya menginginkan dirina tetap likuid untuk memenuhi
tiga motif tersebut. Memegang uang tunai menjamin likuiditas pada orang
tersebut. Keinginan atau preferensi untuk tetap likuid inilah yang membuat orang
bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes
khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang
membayar harga uang tersebut atau tingkat bunga dengan unsur permintaan uang
untuk tujuan spekulasi. Permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan
permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi (Boediono, 1996 : 82-83).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
51
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan, Metode ini dilakukan melalui studi literatur serta berbagai publikasi
ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
B. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu
(time series) bulanan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan tahunan
dan statistik mingguan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), laporan bulanan
perdagangan obligasi Bursa Efek Surabaya (BES), Laporan Mingguan
Perdagangan Obligasi Bursa Efek Surabaya, Perkembangan Ekonomi Keuangan
dan Kerja Sama Internasional (PEKKI) Bank Indonesia, Statistik Perbankan
Indonesia, dan indikator-indikator ekonomi lainnya yang diterbitkan Bank
Indonesia, publikasi-publikasi yang diterbitkan Biro Pusat Statistik (BPS) serta
Kementerian Koordinator Bidang Keuangan. Kurun waktu penelitian ini dari
bulan triwulan I tahun 2002 sampai dengan triwulan IV tahun 2008.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
52
C. Batasan Peubah
Peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Y (jumlah permintaan obligasi) adalah jumlah obligasi korporasi yang terjual
kepada masyarakat saat penawaran perdana dalam satuan miliar rupiah.
2. X1 (Tingkat Suku Bunga SBI) adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) satu bulan dalam satuan persen.
3. X2 (tingkat suku bunga deposito) adalah tingkat suku bunga deposito bank
umum jangka waktu satu bulan dalam satuan persen.
4. X3 (Produk Domestik Bruto) adalah Produk Domestk Bruto menurut
penggunaan pada harga konstan tahun 2000 dalam satuan miliar rupiah.
D. Alat Analisis
Untuk melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dalam
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi digunakan
rumus regresi linier. Dengan menggunakan model fungsional maka didapat
persamaan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3)
Untuk menganalisa sejauh mana pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variable terikat, maka model di atas diformulasikan dalam bentuk regresi linier
berganda :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ut
Keterangan :
Y
: jumlah permintaan obligasi korporasi
X1
: tingkat suku bunga SBI satu bulan
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
53
X2
: tingkat suku bunga deposito satu bulan
X3
: Produk Domestik Bruto
b0
: konstanta
b1,b2,b3
: koefisien peubah
ut
: error term
E. Uji Stasioneritas
Pengujian stasioneritas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Philips Perron
(PP). Jika masing-masing variabel yang digunakan memiliki zero mean, single
mean dan trend dengan probabilita tau lebih dari lima persen (prob tau > 0,005)
maka terima Ho yang menyatakan bahwa data yang digunakan tidak stasioner.
Sebaliknya apabila masing-masing variabel yang digunakan memiliki zero mean,
single mean dan trend dengan probabilita tau kurang dari lima persen (prob tau <
0,005) maka tolak Ho sehingga dipastikan data yang digunakan stasioner
(Nachrowi, D Nachrowi, 2006 : 339-344).
F. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah error tersebar normal digunakan uji Shapiro Wilk (w). Uji
Shapiro Wilk dilakukan apabila observasi yang dilakukan dibawah 2000 atau n <
2000. Error tersebar normal jika probabilita nilai w lebih dari 0,05 atau w > 0,05.
Sebaliknya jika probabilita nilai w kurang dari 0,05 atau w < 0,05, maka error
tidak tersebar normal (SAS Online Version 8).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
54
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari error
konstan atau tidak sepanjang pengamatan. Heteroskedastisitas terjadi jika varians
dari error tidak konstan. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
mengandung heteroskedastisitas atau dengan kata lain model yang baik adalah
model yang homoskedastis. Pengujian terhadap heteroskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan uji Glesjer.
Uji Glesjer dilakukan dengan membuat regresi atas nilai absolut error terhadap
variabel bebas. Apabila regresi yang dibuat menghasilkan nilai statistik t dan
statistik f yang tidak signifikan atau a > 0,05 serta nilai dari koefisien determinasi
yang kecil, maka dipastikan varian error konstan atau model yang dibuat
homoskedastis. Namun jika nilai statistik f dan nilai statistik t signifikan atau a <
0,05 serta koefisien determinasi besar, maka model yang dibuat heteroskedastis
atau varian error tidak konstan (Supranto, Johanes, 1995 : 58-59).
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang
saling mempengaruhi antara variable bebas. Pengujian terhadap ada tidaknya
multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai Variance of Inflation (VIF) setiap
variable bebasnya. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF lebih dari 10, dengan
demikian masalah multikolinieritas tidak terjadi jika nilai VIF kurang dari atau
sama dengan 10 (Nachrowi, D Nachrowi, 2006 : 99-104).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
55
4. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar
pengamatan dalam satu variabel. Pengujian terhadap autokolerasi dilakukan
dengan menggunakan statistik d Durbin Watson. Pengujian ini dilakukan pada
batas bawah dl dan batas atas du dengan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Apabila :
d < dl
= terdapat korelasi positif
dl < d < du
= tidak dapat disimpulkan
du < d < 4-du
= tidak terdapat korelasi
4-du < d < 4-dl
= tidak dapat disimpulkan
d < 4-du
= ada korelasi negatif
G. Uji satistik F
Pengujian ini merupakan uji keberartian seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 persen, df1 = k
dan df2 = n-k-1
Ho : b1 = 0 tidak berpengaruh
Ha : b1 ≠ 0 berpengaruh
Apabila :
F hitung < f tabel : Ho diterima dan Ha ditolak
F hitung > f tabel : Ho ditolak dan Ha diterima
Jika Ho diterima, berarti peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
terikat. Sebaliknya, jika Ho ditolak berarti peubah bebas berpengaruh nyata
terhadap peubah terikat (Nachrowi, D Nachrowi, 2006 : 183-192).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
56
H. Uji statistik t
Pengujian ini dilakukan untuk melihat keberartian hubungan antara masingmasing variabel bebas dengan variabel terikat pada tingkat kepercayaan 95 persen
(a 0,025) dan df = n-k-1. Adapun hipotesis untuk masing-masing variable bebas
adalah sebagai berikut
1. Variabel bebas tingkat suku bunga SBI
Ho : b1 = 0
Ha : b1 < 0
Apabila :
t hitung < -t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima
t hitung = -t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Ho ditolak, berarti variable bebas harga obligasi korporasi yang diuji
berpengaruh nyata terhadap peubah terikat.
2. Variable bebas tingkat bunga deposito
Ho : b1 = 0
Ha : b1 < 0
Apabila :
t hitung < - t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima
t hitung = - t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Ho ditolak, berarti variable bebas tingkat bunga deposito yang diuji
berpengaruh nyata terhadap peubah terikat
3. Variabel bebas PDB
Ho : b1 = 0
Ha : b1 > 0
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
57
Apabila :
t hitung > t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima
t hitung = t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Ho ditolak, variabel bebas Produk Domestik Bruto yang diuji berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat (Supranto, Johanes, 1995 : 145-153).
I. Metode Pembedaan Umum
Secara konseptual data time series merupakan data yang diamati dalam rentangan
waktu. Adanya rentang waktu tersebut mengakibatkan adanya suatu hubungan
antara satu waktu dengan waktu lainnya. Hubungan antar waktu tersebut dalam
satu variabel dinamakan autokorelasi. Kehadiran autokorelasi dalam model yang
dibuat menyebabkan perbedaan antar nilai pada variabel terikat dapat
berhubungan dengan nilai pada variabel bebas namun nilai tersebut juga
berhubungan dengan nilai nilai dalam variabel yang sama. Autokorelasi yang kuat
dapat pula menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi
berhubungan. Kondisi seperti ini menyebabkan model yang dibuat tidak berarti,
model yang seperti ini sering disebut regresi lancung atau palsu. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka dilakukan metode pembedaan umum. Metode ini
dilakukan dengan mengurangi nilai variabel bebas dan terikat pada waktu ke t
dengan waktu tunda t-1 sehingga pengaruh nilai variabel sebelumnya hilang.
Namun apabila masalah yang terjadi belum dapat diatasi, dapat dilakukan
pengurangan pada waktu tunda berikutnya hingga tidak terjadi lagi masalah
autokorelasi. Adapun tahapan dalam metode pembedaan umum adalah sebagai
berikut :
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
58
1. Perhatikan kembali model yang sebelumnya dibuat
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ut
Ut = put-1 + vt
2. Untuk waktu t-1 model dituliskan sebagai berikut :
Yt-1 = b0 + b1 X1 t-1 + b2 X2 t-1 + b3 X3 t-1 + ut t-1
Bila model dikalikan dengan p, maka diperoleh bentuk persamaan :
p Yt-1 = p b0 + p b1 X1 t-1 + p b2 X2 t-1 + p b3 X3 t-1 + ut t-1
3. Kemudian, kurangi kedua persamaan tersebut sehingga dihasilkan persamaan :
Yt - Yt-1 = ( b0 – p b0 ) + b1 ( X1 – p X1 t-1) + b2 (X2 – p X2 t-1)
+ b3 (X3 – p X3 t-1) + (ut – p ut-1)
4. Persamaan tersebut dapat dituliskan kembali sebagai :
Y * = b0 (1-p) + b1 X1* + b2 X2* + b3 X3* + vt
Dimana :
Y*
= Yt - Yt-1
X1* = X1 t – p X1 t-1
X2* = X2 t – p X2 t-1
X3* = X3 t – p X3 t-1
Error yang diperoleh setelah pembedaan umum dinotasikan sebagi vt yaitu error
yang independent berdistribusi normal dengan nilai tengah = 0 dan varian
konstan. Error tersebut diperoleh dari persamaan vt = p ut-1 + vt sehingga vt = ut-p
ut-1. Dengan demikian error terbebas dari autokorelasi (Nachrowi, D Nachrowi,
2006 : 183-197).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
59
J. Regresi Komponen Utama
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan pengujian hipotesis
terhadap parameter pada analisis regresi linier berganda adalah tidak terjadinya
korelasi antar variabel bebas atau multikolinieritas. Jika antar variabel saling
berkorelasi tinggi, pengujian hipotesis parameter berdasarkan metode kuadrat
terkecil memberikan hasil yang tidak valid, diantaranya variabel-variabel bebas
yang seharusnya berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas akan
dinyatakan sebaliknya yakni tidak nyata secara statistik, tanda koefisien regresi
dugaan yang dihasilkan bertentangan dengan kondisi aktual, penduga koefisien
regresi bersifat tidak stabil sehingga mengakibatkan sulitnya menduga nilai-nilai
variabel tak bebas yang tentunya akan mengakibatkan tidak akuratnya pada
peramalan. Kondisi ini mendorong untuk dikembangkannya suatu cara atau teknik
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinieritas pada analisis
regresi linier berganda.
Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan analisis
komponen utama atau Principal Component Analysis. Melalui penggunaan
analisis komponen utama ini akan dihasilkan variabel-variabel baru yang
merupakan kombinasi linier dari variabel variabel bebas asal dan antarvariabel
baru ini bersifat saling bebas. Variabel variabel yang baru ini disebut komponen
utama, komponen utama yang dihasilkan sebanyak jumlah variabel bebas yang
digunakan. Misalnya, regresi dengan menggunakan empat variable bebas, maka
akan dihasilkan pula empat komponen utama. Selanjutnya komponen utama
tersebut diregresikan dengan variabel tak bebas. Meskipun demikian, tidak semua
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
60
komponen utama digunakan dalam pembuatan model. Kriteria pemilihan
komponen utama yang digunakan adalah dengan melihat kumulatif nilai eigen
yang dihasilkan. Tidak ada ketentuan yang baku mengenai nilai eigen yang harus
dihasilkan, namun beberapa literatur menyatakan bahwa komponen utama yang
digunakan adalah komponen utama dengan nilai eigen 80 persen.
Pengujian asumsi asumsi regresi serta pengujian hipotesis yang dilakukan
merupakan pengujian yang mengggunakan komponen utama yang dihasilkan,
bukan menggunakan variable bebas semula. Selanjutnya, untuk memudahkan
dalam menjelaskan persamaan yang dibuat, maka masing masing komponen
utama yang digunakan ditransformasikan menjadi variable bebas asal (Bhakti
Prasetyo, Haris, 2009 : 1-8).
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
61
IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Stasioneritas
Berdasarkan uji satuan akar dengan uji Phips Perron (PP) diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 5. Uji Satuan Akar Dengan Uji Philips Perron
VARIABEL
ZERO MEAN
Y
0.9990
X1
0.1280
X2
0.1820
X3
0.9990
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
Pr<tau
SINGLE MEAN
0.9530
0.0600
0.1560
0.9060
KETERANGAN
TREND
0.4140
0.4760
0.7430
0.0120
Ho diterima
Ho diterima
Ho diterima
Ho diterima
Berdasarkan hasil pengujian tersebut. Diketahui bahwa keempat variabel yang
digunakan memiliki nilai zero mean, single mean dan trend dengan peluang Tau
lebih dari lima persen (Tau > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan tidak stasioner pada levelnya. Untuk itu, dengan data yang ada, perlu
dilakukan perbaikan agar dapat dilakukan estimasi dengan metode kuadrat terkecil
biasa. Metode umum yang sering digunakan dalam mengatasi masalah data yang
tidak stasioner adalah dengan menggunakan metode pembedaan umum atau
diferensiasi.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
62
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang
saling mempengaruhi antara variabel bebas. Keberadaan multikolinieritas
menyebabkan koefisien regresi yang dihasilkan tidak signifikan sehingga penduga
tidak dapat digunakan. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dapat
dilakukan dengan melihat besarnya nilai Variance of Inflation (VIF) setiap
variabel bebasnya. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF lebih dari 10.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai VIF sebagai berikut.
Tabel 6. Nilai VIF Untuk Setiap Variabel Bebas
VARIABEL
Variance Of Inflation (VIF)
X1
25.59829
X2
25.86007
X3
1.15665
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
Tabel 6 di atas dapat diketahui adanya multikolinieritas yang kuat antar variabel
bebas. Nilai VIF yang lebih dari 10 untuk tingkat suku bunga SBI dan deposito
menunjukan adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel bebas tersebut.
Kondisi ini juga dapat diperjelas dari hasil perhitungan korelasi antar masingmasing variabel. Nilai korelasi antara masing-masing variabel bebas yang
digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Matriks Korelasi Variabel Bebas
VARIABEL
X1
X2
X1
1.0000
0.9803
X2
0.9803
1.0000
X3
-0.3549
-0.3671
X3
-0.3549
-0.3671
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
1.0000
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
63
Tabel 7 di atas menunjukan adanya hubungan yang kuat antara suku bunga SBI
dengan suku bunga deposito. Nilai korelasi antara keduanya bernilai 0,9803 jelas
mendekati korelasi sempurna yang bernilai satu. Masalah multikolinieritas yang
terjadi tersebut dapat diatasi dengan menggunakan regresi komponen utama.
Regresi komponen utama merupakan regresi dari variabel terikat terhadap
komponen utama yang tidak saling berkorelsai dimana setiap komponen utama
merupakan kombinasi linier dari semua variabel bebas yang telah dispesifikasikan
sejak awal. Tahap pertama pada prosedur regresi komponen utama yaitu
menghitung komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari beberapa
variabel x dan tahap kedua adalah variabel terikat diregresikan pada komponen
utama dalam sebuah model regresi linier. Berdasarkan analisis komponen utama
yang dilakukan diperoleh komponen komponen utama seperti yang disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 8. Komponen Utama Dalam Analisis Komponen Utama
VARIABEL
PRIN1
PRIN2
PRIN3
X1
0.649381
0.284638
X2
0.651587
0.269859
X3
-.392094
0.919868
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
-.705185
0.708950
0.010225
Tabel 8 di atas menunjukan bahwa analisis komponen utama yang dilakukan
menghasilkan tiga komponen utama yakni prin1 untuk komponen utama pertama,
prin2 untuk komponen utama kedua dan prin3 untuk komponen utama ketiga.
Selanjutnya penentuan jumlah komponen utama yang digunakan dalam regresi
komponen utama dapat diputuskan dengan melihat kumulatif nilai eigen yang
dihasilkan dari komponen utama. Kumulatif nilai eigen yang dihasilkan dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
64
Tabel 9. Nilai Eigen Komponen Utama
NILAI EIGEN PROPORSI KUMULATIF NILAI EIGEN
2.19786500
0.7326
0.7326
0.78248170
0.2608
0.9934
0.01965330
0.0066
1.0000
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
Tabel 9 di atas memberikan informasi kumulatif nilai eigen yang dihasilkan dari
komponen utama yang kedua sebesar 99,34 persen. Nilai eigen yang mencapai 80
persen dianggap telah menunjukan keragaman yang dikandung dalam komponen
utama. Sehingga cukup layak jika variabel direduksi menjadi dua komponen
utama saja, yaitu prin1 dan prin2. Ini berarti regresi yang akan dilakukan
menggunakan dua variabel, yakni komponen utama pertama dan komponen utama
yang kedua. Nilai VIF untuk masing masing komponen utama dapat dilihat
berdasarkan tabel berikut.
Tabel 10. Nilai VIF Variabel Setiap Bebas
VARIABEL
prin1
prin2
Variance Of Inflation
(VIF)
1.0000
1.0000
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
Tabel di atas menunjukan bahwa masing masing variabel bebas memiliki nilai
VIF kurang dari 10 setelah dilakukan regresi komponen utama sehingga masalah
multikolinieritas sudah dapat diatasi.
2. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji Shapiro Wilk yang dilakukan setelah dilakukan regresi
komponen utama, diperoleh nilai p sebesar 0.2679. Dengan demikian diketahui
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
65
bahwa p > 0,05, sehingga disimpulkan error yang dihasilkan dalam persamaan
regresi yang dibuat tersebar normal.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Glesjer yang dilakukan untuk mengetahui kehadiran heteroskedastisitas dalam
regresi yang dibuat menghasilkan nilai koefisien sebagai berikut.
Tabel 11. Hasil Uji Glejser
VARIABEL
t HITUNG
pr > ItI
prin1
-0.23
0.8176
prin2
1.79
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
0.0854
Berdasarkan hasil uji Glesjer yang dilakukan, nilai t hitung komponen utama
pertama sebesar -0.23 dan komponen utama kedua sebesar 1.79 tidak signifikan
pada taraf a = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas dalam persamaan regresi yang digunakan, varian error konstan
sepanjang pengamatan atau homoskedastik.
4. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar
pengamatan dalam satu variabel. Pengujian terhadap autokolerasi dilakukan
dengan menggunakan statistik d Durbin Watson. Pengujian ini dilakukan pada
batas bawah dl dan batas atas du dengan pada tingkat kepercayaan 95 persen, n =
28 dan k = 2 .Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
66
Tabel 12. Hasil Uji Durbin Watson Pada Tingkat Kepercayaan 95 Persen
d hitung
dl
du
2.232
1.255
1.560
Sumber : Lampiran Hasil Estimasi
4-du
4-dl
kesimpulan
2,440
2.745
Tidak ada autokorelasi
Tabel 12 di atas menjelaskan bahwa nilai d terletak diantara du dan 4-du. Ini
berarti dalam persamaan regresi tidak ada korelasi antar pengamatan dalam satu
variabel.
C. Metode Pembedaan Umum (Generalized Difference)
Sebelumnya telah diketahui berdasarkan uji satuan akar dengan uji Philips Perron
diperoleh hasil untuk setiap variabel yang digunakan tidak stasioner pada level
0,05. Data yang tidak stasioner tersebut apabila digunakan dalam estimasi akan
menghasilkan regresi lancung atau palsu (spurious regresion) dan pada akhirnya
menyebabkan persamaan yang dihasilkan tidak dapat digunakan.untuk mengatasi
masalah data yang tidak stasioner ini, salah satu metode yang umum dipakai
adalah metode pembedaan umum atau diferensiasi.
Metode ini dilakukan dengan mengurangi nilai variabel bebas dan terikat pada
waktu ke t dengan waktu tunda t-1. Adapun tahapan dalam metode pembedaan
umum adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan kembali model yang sebelumnya dibuat
Y = b0 + b1 prin1 + b2 prin2 + ut
ut = put-1 + vt
Persamaan di atas menunjukan bahwa error pada waktu ke t dipengaruhi oleh
error pada waktu yang lalu (t-1) serta error yang independen dan berdistribusi
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
67
normal dengan nilai tengah nol dan varian s 2. Bentuk lain yang dapat digunakan
untuk memperoleh error seperti itu adalah dengan mengubah persamaan error :
ut = p ut-1 + vt sehingga :
vt = ut - p ut-1
2. Adapun langkah untuk memperoleh vt = ut - p ut-1, sebelumnya terlebih dahulu
dibuat persamaan padawaktu ke t-1:
Yt-1 = b0 + b1 prin1 t-1 + b2 prin2 t-1 + ut t-1
Bila model dikalikan dengan p, maka diperoleh bentuk persamaan :
p Yt-1 = p b0 + p b1 prin1 t-1 + p b2 prin2 t-1 + ut t-1
3. Kemudian, kurangi kedua persamaan tersebut sehingga dihasilkan persamaan :
Yt - Yt-1 = ( b0 – p b0 ) + b1 ( prin1 – p prin1 t-1) + b2 ( prin2 – p prin2 t-1)
+ (ut – p ut-1)
4. Persamaan tersebut dapat dituliskan kembali sebagai :
Y * = b0 (1-p) + b1 prin1* + b2 prin2* + vt
Keterangan :
Y*
= Yt - Yt-1
prin1* = prin1t – p prin1 t-1
prin2* = prin2t – p prin2 t-1
Error yang diperoleh setelah pembedaan umum dinotasikan sebagi vt yaitu error
yang independent berdistribusi normal dengan nilai tengah = 0 dan varian
konstan. Error tersebut diperoleh dari persamaan ut = p ut-1 + vt sehingga vt = ut-p
ut-1. Dengan demikian data yang sebelumnya tidak stasioner telah menjadi
stasioner. Adapun persamaan yang diperoleh dari metode pembedaan umum ini
adalah :
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
68
Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2
R2 = 0.9738
t hitung prin1 = -22.72
t hitung prin2 = 25.88
Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai statistik masing masing variabel
bebas signifikan pada level 0,05, yakni dengan pr < t kurang dari 0,0001 sehingga
disimpulkan bahwa masing-masing variabel bebas secara parsial berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,9738
mengartikan bahwa 97,38 persen variasi variabel terikat dapat diterangkan oleh
variabel bebas sedangkan sisanya sebesar 2,62 persen diterangkan oleh variabel
lain yang tidak diamati.
Untuk memudahkan dalam menjelaskan model yang dihasilkan, persamaan diatas
ditransformasikan menjadi variabel asal yakni X1, X2 dan X3. Transformasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2
Keterangan :
Prin1 = 0.649381 X1 + 0.651587 X2 - 0.392094 X3
Prin2 = 0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3
Sehingga persamaan akhir menjadi :
Y = 76417 – 16153 (0.649381 X1 + 0.651587 X2 – 0.651587 X3)
+ 30479 (0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3)
Y = 76531 – 1813,97X1 -2300,05 X2 + 34370,15 X3
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
69
D. Pembahasan
Uji Philips Perron yang dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
stasioner atau tidak memberikan kesimpulan bahwa untuk keempat variabel yang
digunakan seluruhny memiliki zero mean, single mean dan trend dengan peluang
lebih dari taraf 0,05. Kondisi ini menyimpulkan bahwa data yang digunakan tidak
stasioner pada taraf yang ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut,
dilakukan diferensiasi terhadap keseluruhan variabel yang digunakan sehingga
terbebas dari masalah ketidakstasioneran data.
Pengujian multikolinieritas memberikan hasil bahwa terjadi korelasi yang kuat
antara variabel bebasnya. Hal ini diketahui dengan melihat nilai VIF variabel
bebas tingkat suku bunga SBI dan tingkat suku bunga deposito masing masing
sebesar 25,29829 dan 25,86007. Nilai tersebut tentunya lebih dari batas toleransi
VIF yang dianggap wajar yakni sepuluh, sedangkan nilai VIF untuk PDB sebesar
1,15665. Dengan demikian diketahui bahwa terjadi kolinieritas yang kuat antara
suku bunga SBI dengan suku bunga deposito. Untuk lebih memperkuat
pernyataan tersebut, dapat pula dilihat besarnya kolinieritas antara masing-masing
variabel bebas. Matrik korelasi menunjukan kolinieritas suku bunga SBI dengan
deposito sebesar 0,9803 jelas mendekati kolinieritas sempurna.
Kondisi yang demikian sebenarnya merupakan suatu kewajaran mengingat suku
bunga SBI satu bulan merupakan benchmark atas penetapan suku bunga
simpanan. Meskipun demikian, multikolinieritas tetap merupakan masalah yang
harus diatasi karena keberadaan kolinieritas yang berat menyebabkan tidak
signifikannya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Upaya yang
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
70
dilakukan untuk mengatasi multikolinieritas ini adalah dengan menggunakan
analisis komponen utama. Berdasarkan analisis komponen utama, diperoleh
komponen utama yang tidak saling berkorelasi antar variabel bebasnya. Sesuai
dengan jumlah variabel bebas yang digunakan, diperoleh tiga komponen utama
dalam analisis yang dilakukan. Sedangkan nilai eigen yang dihasilkan, diketahui
bahwa komponen utama yang kedua telah memberikan kumulatif nilai eigen
99,34 persen, tentunya nilai ini lebih dari delapan puluh persen (99,34 > 80)
sehingga telah mewakili keragaman yang dimiliki komponen utama. Selanjutnya,
kedua komponen utama yang dipilih digunakan untuk melakukan estimasi.
Estimasi yang dilakukan menghasilkan nilai VIF sebesar satu untuk setiap
komponen utamanya yang berarti masalah multikolinieritas sudah dapat diatasi,
lebih jelasnya lagi dapat dilihat pula secara parsial kedua komponen utama telah
signifikan pada taraf 0,05.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro Wilk (w) menghasilkan
nilai p sebesar 0,2679. Nilai p ini jelas lebih besar dari 0.05 sehingga p tidak
signifikan pada taraf 0.05 ( 0,2679 > 0.05 ). Kesimpulan yang diperoleh adalah
bahwa error yang dihasilkan dalam persamaan regresi yang dibuat telah tersebar
normal. Hasil uji keberadaan heteroskedastisitas juga menyimpulkan bahwa
persamaan regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Uji Glejser yang
dilakukan untuk mengetahui keberadaan heteroskedastisitas dalam persamaan
regresi yang dibuat menunjukan bahwa secara keseluruhan koefisien regresi tidak
ada yang signifikan pada taraf 0.05. Nilai F hitung sebesar 1,63 signifikan pada
taraf 0,2158 jelas tidak signifikan pada taraf 0.05. Kondisi ini dapat diartikan
bahwa tidak ada satupun koefisien regresi yang signifikan. Keadaan ini semakin
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
71
diperkuat dengan nilai t yang tidak signifikan untuk semua variabel bebas nilai t
hitung untuk komponen utama pertama signifikan pada taraf 0,8176 dan
komponen utama kedua signifikan pada taraf 0,0854 juga jelas tidak signifikan
pada taraf 0,05. Sehingga disimpulkan bahwa varian error konstan sepanjang
pengamatan atau homoskedastis. Selanjutnya untuk pengujian autokorelasi,
diketahui bahwa nilai statistik d Durbin Watson berada pada daerah tanpa
autokorelasi. Dengan batas atas du 1,560 dan batas bawah dl 1,255 , nilai statistik
d Durbin Watson yang dihasilkan sebesar 2,232. Nilai ini terletak antara du dan 4du, sehingga terbebas dari masalah autokorelasi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat masalah terhadap data
yang digunakan. Keseluruhan variabel ternyata tidak stasioner pada taraf 0,05.
Tentunya ketidakstasioneran ini akan memberikan hasil yang tidak sahih atas
persamaan yang dibuat sehingga persamaan tersebut tidak dapat digunakan. Untuk
mengatasi masalah ini, maka dilakukan metode pembedaan umumterhadap
keseluruhan variabel yang digunakan. Metode ini dilakukan dengan mengurangi
setiap variabel dengan variabel itu sendiri pada waktu tunda sebelumnya sehingga
rata-rata dan varian konstan sepanjang pengamatan, dengan demikian data yang
digunakan menjadi stasioner. Dengan jumlah pengamatan sebanyak
27,dikarenakan pengurangan hinga t-1, diferensiasi atas dua komponen utama
serta satu variabel terikat menghasilkan persamaan sebagai berikut :
Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2
R2 = 0.9738
t hitung prin1 = -22.72
t hitung prin2 = 25.88
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
72
Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai statistik masing masing variabel
bebas signifikan pada level 0,05, yakni dengan pr < t kurang dari 0,0001 sehingga
disimpulkan bahwa setiap variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,9738 mengartikan
bahwa 97,38 persen variasi variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas
sedangkan sisanya sebesar 2,62 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak
diamati. Untuk memudahkan dalam menjelaskan model yang dihasilkan,
persamaan diatas ditransformasikan menjadi variabel asal yakni X1, X2 dan X3.
Transformasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Y = 86250 -16153 prin1 + 30479 prin2
Dimana :
Prin1 = 0.649381 X1 + 0.651587 X2 - 0.392094 X3
Prin2 = 0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3
Sehingga persamaan akhir menjadi :
Y = 76417 – 16153 (0.649381 X1 + 0.651587 X2 – 0.651587 X3)
+ 30479 (0.284638 X1 + 0.269859 X2 + 0.919868 X3)
Y = 76531 – 1813,97 X1 -2300,05 X2 + 34370,15 X3
Koefisien regresi tiap-tiap variabel bebas merupakan keberartian pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yang diamati. Besarnya
pengaruh masing-masing variabel bebas dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Nilai t hitung yang signifikan pada taraf 0,05 menyimpulkan bahwa kedua
komponen utama yang digunakan berpengaruh nyata terhadap permintaan
obligasi korporasi di Indonesia.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
73
2. Koefisien regresi sebesar 1813,97 dan bertanda negatif menjelaskan setiap
kenaikan satu persen tingkat suku bunga SBI menyebabkan turunnya
permintaan obligasi korporasi sebesar 1813,97 miliar rupiah. Sesuai dengan
teori permintaan aset bahwa kenaikan tingkat suku bunga SBI menyebabkan
turunnya return atas obligasi relatif terhadap aset keuangan lainnya sehingga
memegang aset berpendapatan tetap menjadi kurang menarik dibandingkan
aset keuangan lainnya.
3. Koefisien regresi sebesar 2300,05 dan bertanda negatif menjelaskan setiap
kenaikan satu persen tingkat suku bunga deposito menyebabkan turunnya
permintaan obligasi korporasi sebesar 2300,05 miliar rupiah. Seperti yang
dinyatakan dalam teori permintaan aset bahwa naiknya return aset keuangan
relatif return obligasi menyebabkan kurva permintaan obligasi bergeser ke kiri
yang menandakan turunnya permintaan masyarakat terhadap obligasi.
4. Koefisien regresi sebesar 34370,15 dan bertanda positif menjelaskan setiap
kenaikan satu persen tingkat suku bunga deposito menyebabkan naiknya
permintaan obligasi korporasi sebesar 34370,15 miliar rupiah. Dalam teori
permintaan dijelaskan pada setiap tingkat harga, naiknya pendapatan akan
menaikan daya beli atas obligasi. Return yang diterima lebih besar, hal ini
mendorong setiap individu menambah kepemilikan atas obligasi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sudjono (2002), Haryanto dan Riyanto (2007) serta Suhardi (2007) yang mencoba
mengetahui pengaruh suku bunga terhadap harga-harga instrumen pasar modal.
Ketiganya memperoleh kesimpulan yang sama mengenai pengaruh suku bunga
SBI terhadap harga yang selanjutnya berpengaruh terhadap permintaan oleh
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
74
masyarakat. Suku bunga SBI satu bulan merupakan benchmark atas penetapan
suku bunga instrumen keuangan seperti suku bunga kredit dan simpanan.
Pengaruh ini selanjutnya berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan
membayar kewajiban-kewajibannya atas seluruh surat berharga yang
diterbitkannya serta harga relatif aset-aset tersebut terhadap harga aset keuangan
lainnya.
Hasil penelitian Sudjono (2002) yang juga menggunakan variabel bebas suku
bunga deposito satu bulan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
permintaan aset pasar modal juga didukung oleh hasil penelitian ini. Sudjono
memperoleh kesimpulan yang sama mengenai pengaruh suku bunga deposito satu
bulan terhadap permintaan aet pasar modal. Menurutnya, tingkat suku bunga
simpanan ini berpengaruh negatif terhadap harga dan selanjutnya berpengaruh
terhadap permintaan aset pasar modal. Kenaikan suku bunga deposito satu bulan
menyebabkan harga aset pasar modal turun relatif terhadap harga aset keuangan,
dan sebagai akibatnya permintaan atas aset pasar modal menjadi menurun.
Sebaliknya jika suku bunga deposito turun, harga untuk aset pasar modal
meningkat relatif terhadap harga aset di pasar keuangan. Sebagai akibat perubahan
ini, permintaan masyarakat terhadap aset pasar modal menjadi meningkat.
Sedangkan untuk pengaruh variabel bebas PDB, hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tandelilin
(1997. Tandelilin (1997) mencoba untuk menganalisis pengaruh variabel makro
ekonomi yakni inflasi, tingkat suku bunga dan PDB terhadap perubahan harga
aset pasar modal karena menurutnya perubahan harga merupakan faktor penting
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
75
dalam membentuk suatu perminataan oleh masyarakat meskipun hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa secara parsial keseluruhan variabel bebas tidak
signifikan terhadap variabel terikat. Sedangkan Widjaja (2004) dalam
penelitiannya mengenai pengaruh variabel makro ekonomi yakni inflasi terhadap
perubahan harga aset pasar modal menyimpulakn bahwa inflasi berpengaruh
signifikan terhadap perubahan harga. Meskipun demikian, koefisien determinasi
(R2) yang dihasilkan hanya sebesar 1,5 persen. Artinya, masih banyak variabel
makro ekonomi lainnya yang mempengaruhi variabel terikat termasuk diantaranya
adalah PDB.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
76
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Variabel bebas tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap
permintaan obligasi korporasi di Indonesia, namun pengaruhnya paling kecil
dari seluruh variabel bebas yang digunakan.
2. Variabel bebas tingkat bunga deposito berpengaruh negatif terhadap
permintaan obligasi korporasi di Indonesia.
3. Variabel bebas Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap
permintaan obligasi korporasi di Indonesia serta memberikan pengaruh yang
paling besar dari seluruh variabel bebas yang digunakan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah :
1. Permintaan yang selalu meningkat setiap periodenya atas obligasi korporasi
memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan pasar modal
Indonesia khususnya perdagangan surat hutang swasta tersebut. Permintaan
obligasi korporasi yang meningkat setiap periodenya menggambarkan bahwa
harga obligasi terus mengalami kenaikan.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
77
Hanya saja, belum ada informasi mengenai harga obligasi layaknya informasi
harga saham dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ataupun LQ 45
sehingga untuk kedepan diharapkan pihak-pihak terkait dapat memberikan
informasi yang dapat dipercaya berkenaan dengan harga obligasi. Hadirnya
perusahaan pemeringkat harga efek di Indonesia yakni PT PHEI belum lama
ini yang akan mencoba untuk memberikan informasi mengenai harga obligasi
diharapkan mampu mengatasi masalah keterbatasan informasi harga obligasi
korporasi.
2. Adanya perbedaan dalam menyikapi perubahan tingkat suku bunga SBI dari
kedua aset yakni deposito dan obligasi korporasi sebaiknya dapat
dimanfaatkan bagi masyarakat untuk menggunakan simpanan deposito sebagai
barang pengganti obligasi korporasi. Sehingga, saat terjadi penurunan return
obligasi korporasi relatif terhadap return aset lainnya dapat diatasi dengan
menggantinya dengan deposito yang justru mengalami kenaikan return yang
diterima.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
78
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Pidji, Pakarti. 2003. Pengantar Pasar Modal. Rieneka Cipta.
Jakarta.
Badan Pengawas Pasar Modal. Statistik Mingguan, Beberapa Edisi. Bapepam.
Jakarta.
Badan Pengawas Pasar Modal. Lapotan Tahunan, Beberapa Edisi. Bapepam.
Jakarta.
Bank Indonesia. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama
Internasional, Beberapa Edisi. Bank Indonesia. Jakarta.
Bank Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi. Bank Indonesia.
Jakarta.
Bursa Efek Surabaya. Laporan Tahunan, Beberapa Edisi. Bursa Efek Surabaya.
Surabaya.
Bursa Efek Surabaya. Laporan Bulanan Perdagangan Surat Utang, Beberapa
Edisi. Bursa Efek Surabaya. Surabaya.
Boediono. 1996. Ekonomi Moneter, Edisi 3. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar. 1997. Dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta.
Haymans, Adler. 2007. Pengelolaan Portfolio Obligasi. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan.
Salemba Empat. Jakarta.
http : // www.bps.go.id. Diakses tanggal 15 Agustus 2008.
http: //www.bi.go.id/ Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia/. Diakses
tanggal. 15 Agustus 2008.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
79
http: //www.bi.go.id /Sosialisasi Inflation Targeting Framework Paket C/.
Diakses tanggal. 15 Agustus 2008.
http : // www.PHEI.co.id/ Diakses tanggal 23 April 2009.
http://www. okstat .edu/ SAS Online Doc Version 8/. Diakses tangggal 13
September 2008.
Institut Pertanian Bogor. 2003. Analisis Peubah Ganda. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Jogiyanto, Jogiyanto. 2005. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta.
Yogyakarta.
Nachrowi. D. Nachrowi dan Usman Hardius. 2006. Ekonometrika.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Nopirin, Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter, Buku I. BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta.
Nopirin, Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter, Buku II.BPFE.
Yogyakarta.Yogyakarta.
Nopirin, Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro.
BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Sudarsono, Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.
Sugiyono, F.X. 2004. Operasi Pasar Terbuka. Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK). Bank Indonesia. Jakarta.
Supangkat, Hari. 2005. Buku Panduan Direktur Keuangan. EdisiKedua.
Salemba Empat. Jakarta.
Supranto, Johanes. 1995. Ekonometrik, Buku Satu. LPFEUI. Jakarta.
Supranto, Johanes. 1995. Ekonometrik, Buku Dua. LPFEUI. Jakarta.
Supranto, Johanes. 2001. Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia.
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Bank Indonesia.
Jakarta.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
80
Lampiran 1. Data Regresi
2002.1
2002.2
2002.3
2002.4
2003.1
2003.2
PERMINTAAN
(MILIAR RUPIAH)
32.062,40
34.862,40
35.612,40
37.812,40
38.467,40
52.199,50
SBI
(%)
16,76
15,11
13,22
12,93
11,40
9,53
DEPOSITO
(%)
15,64
14,76
13,50
12,81
11,90
10,31
PDB
(MILIAR RUPIAH)
368.818,90
375.027,80
387.850,20
374.427,50
386.743,90
394.620,50
2003.3
2003.4
2004.1
2004.2
2004.3
2004.4
56.370,50
63.485,50
63.596,33
70.636,69
72.436,69
78.796,69
8,66
8,31
7,42
7,34
7,39
7,43
7,67
6,62
5,86
6,23
6,31
6,43
405.607,60
390.199,30
402.597,30
411.935,30
423.852,30
418.131,70
2005.1
2005.2
2005.3
2005.4
2006.1
2006.2
81.571,69
86.282,09
86.932,09
86.982,09
87.982,09
94.832,19
7,44
8,25
10,00
12,75
12,73
12,50
6,50
6,98
9,16
11,98
11,61
11,34
427.003,00
436.110,00
448.492,50
439.050,60
448.276,80
457.724,70
2006.3
2006.4
2007.1
2007.2
2007.3
2007.4
95.832,19
98.432,19
101.601,24
124.151,24
126.101,24
129.701,24
11,25
9,75
9,00
8,50
8,25
8,00
10,47
8,96
8,13
7,46
7,13
7,19
474.797,50
465.855,90
475.824,00
487.102,90
505.957,60
495.089,80
PERIODE
2008.1
142.715,85
7,96
6,88
2008.2
145.915,85
8,73
7,19
2008.3
145.915,85
9,71
9,26
2008.4
145.915,85
10,83
10,75
Sumber : Statistik Mingguan Bapepam, Beberapa Edisi
Laporan Perdagangan Surat Hutang Bursa Efek Surabaya
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Beberapa Edisi
Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi
Publikasi Biro Pusat Statistik Indonesia
505.242,60
519.359,30
538.566,80
518.935,00
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
81
Lampiran 2. Perbandingan Deposito Berjangka Satu Bulan Bank Umum.
Perbandingan Deposito Berjangka Terhadap Bentuk Simpanan Lainnya
DEPOSITO
TABUNGAN
GIRO
TOTAL
(MILIAR RUPIAH)
(MILIAR RUPIAH)
(MILIAR RUPIAH)
(MILIAR RUPIAH)
2002
364.567
192.589
130.238
687.394
2003
351.840
240.663
150.117
742.619
2004
351.460
295.905
170.843
818.208
2005
2006
455.038
510.008
281.268
333.873
193.854
249.564
930.160
1.093.445
2007
540.982
434.480
309.335
1.284.797
PERIODE
2008
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi
Perbandingan Deposito Berjangka Satu Bulan Terhadap Deposito Berjangka
Waktu Lainnya
PERIODE
1 BULAN
3 BULAN
6 BULAN
12 BULAN
>12 BULAN
TOTAL
2002
298.335
80.449
21.117
24.297
21.993
446.191
2003
291.886
69.822
24.509
32.500
10.116
428.833
2004
301.031
52.108
28.110
17.894
5.278
404.421
2005
439.758
69.595
21.006
28.986
5.687
565.032
2006
427.792
89.522
32.334
56.961
8.554
615.163
2007
487.296
86.661
35.448
51.244
6.061
666.710
2008
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Beberapa Edisi
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
82
Lampiran 3. Hasil Perhitungan
Uji Stasioneritas
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999
58
The AUTOREG Procedure
Dependent Variable
Y
PERMINTAAN (Miliar Rp)
Ordinary Least Squares Estimates
SSE
MSE
SBC
Regress R-Square
Durbin-Watson
3.57006E10
DFE
27
1322245035
Root MSE
36363
669.847182
AIC
668.514977
0.0000
Total R-Square
0.0000
0.0326
Phillips-Perron Unit Root Test
Type
Lags
Zero Mean
Single Mean
Trend
1
1
1
Variable
DF
Intercept
1
Rho
Pr < Rho
Tau
Pr < Tau
1.1596
0.0139
-9.5638
0.9240
0.9510
0.3940
3.9308
0.0209
-2.3129
0.9990
0.9530
0.4140
Standard
Error
Estimate
86329
6872
Road To Graduated
t Value
Approx
Pr > |t|
12.56
<.0001
16:26 Wednesday, July 21, 1999
59
The AUTOREG Procedure
Dependent Variable
SBI (%)
X1
Ordinary Least Squares Estimates
SSE
MSE
SBC
Regress R-Square
Durbin-Watson
174.063868
6.44681
133.95486
0.0000
0.1884
DFE
Root MSE
AIC
Total R-Square
27
2.53906
132.622656
0.0000
Phillips-Perron Unit Root Test
Type
Lags
Rho
1
1
1
-1.0074
-7.1251
-5.7561
Zero Mean
Single Mean
Trend
Variable
Intercept
DF
1
Estimate
10.0411
Pr < Rho
0.4670
0.2290
0.7320
Standard
Error
0.4798
Road To Graduated
Tau
Pr < Tau
-1.4770
-2.8867
-2.1915
0.1280
0.0600
0.4760
t Value
Approx
Pr > |t|
20.93
<.0001
16:26 Wednesday, July 21, 1999
The AUTOREG Procedure
Dependent Variable X2
DEPOSITO (%)
60
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
83
Ordinary Least Squares Estimates
SSE
MSE
SBC
Regress R-Square
Durbin-Watson
213.689868
7.91444
139.697757
0.0000
0.1831
DFE
27
Root MSE
2.81326
AIC
138.365553
Total R-Square
0.0000
Phillips-Perron Unit Root Test
Type
Lags
Rho
Pr < Rho
Tau
Pr < Tau
1
1
1
-1.0314
-6.1757
-4.6748
0.4630
0.2980
0.8240
-1.2726
-2.3822
-1.6595
0.1820
0.1560
0.7430
Zero Mean
Single Mean
Trend
Variable
DF
Estimate
Intercept
1
9.2511
Standard
Error
t Value
Approx
Pr > |t|
17.40
<.0001
0.5317
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999
61
The AUTOREG Procedure
Dependent Variable X3
PDB (Miliar Rp
Ordinary Least Squares Estimates
SSE
MSE
SBC
Regress R-Square
Durbin-Watson
6.7556E10
2502072961
687.70526
0.0000
0.0604
DFE
27
Root MSE
50021
AIC
686.373055
Total R-Square
0.0000
Phillips-Perron Unit Root Test
Type
Lags
Zero Mean
Single Mean
Trend
1
1
1
Rho
Pr < Rho
Tau
0.3339
-0.3571
-22.7568
0.7580
0.9280
0.0100
3.2144
-0.3482
-4.2795
Pr < Tau
0.9990
0.9060
0.0120
Variable
DF
Estimate
Standard
Error
t Value
Approx
Pr > |t|
Intercept
1
442257
9453
46.78
<.0001
Uji Multikolinieritas
Road To Graduated
Source
Model
Error
Corrected Total
16:26 Wednesday, July 21, 1999
The REG Procedure
Model: MODEL1
Dependent Variable: Y PERMINTAAN (Miliar Rp)
Analysis of Variance
Sum of
Mean
DF
Squares
Square
F Value
3
24
27
34822933551
877682398
35700615949
Root MSE
Dependent Mean
Coeff Var
11607644517
36570100
6047.32171
86329
7.00499
R-Square
Adj R-Sq
317.41
Pr > F
<.0001
0.9754
0.9723
1
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
84
Parameter Estimates
Parameter
Estimate
Standard
Error
t Value
Pr > |t|
Variance
Inflation
Intercept Intercept
1
-207020
X1
SBI (%)
1 2982.85907
X2
DEPOSITO(%) 1 -4121.60339
X3
PDB (Miliar Rp)1
0.68179
13774
2319.07213
2103.71042
0.02502
-15.03
1.29
-1.96
27.25
<.0001
0.2106
0.0618
<.0001
0
25.59829
25.86007
1.15665
Variable
Label
DF
Analisis Komponen Utama
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999
17
The PRINCOMP Procedure
Observations
28
Variables
3
Simple Statistics
X1
10.04107143
2.53905690
Mean
StD
X2
9.251071429
2.813261373
X3
442257.1893
50020.7253
Correlation Matrix
X1
X2
X3
X1
1.0000
0.9803
-.3549
SBI (%)
DEPOSITO (%)
PDB (Miliar Rp
X2
0.9803
1.0000
-.3671
X3
-.3549
-.3671
1.0000
Eigenvalues of the Correlation Matrix
Eigenvalue
1
2
3
Difference
2.19786500
0.78248170
0.01965330
Proportion
1.41538330
0.76282840
Cumulative
0.7326
0.2608
0.0066
0.7326
0.9934
1.0000
Eigenvectors
Prin1
X1
SBI (%)
0.649381
X2 DEPOSITO (%)
0.651587
X3 PDB (Miliar Rp) -.392094
Road To Graduated
Obs
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Y
32062.40
34862.40
35612.40
37812.40
38467.40
52199.50
56370.50
63485.50
63596.33
70636.69
72436.69
78796.69
81571.69
86282.09
86932.09
86982.09
87982.09
94832.19
95832.19
X1
16.76
15.11
13.22
12.93
11.40
9.53
8.66
8.31
7.42
7.34
7.39
7.43
7.44
8.25
10.00
12.75
12.73
12.50
11.25
X2
15.64
14.76
13.50
12.81
11.90
10.31
7.67
6.62
5.86
6.23
6.31
6.43
6.50
6.98
9.16
11.98
11.61
11.34
10.47
Prin2
0.284638
0.269859
0.919868
Prin3
-.705185
0.708950
0.010225
16:26 Wednesday, July 21, 1999
X3
368818.9
375027.8
387850.2
374427.5
386743.9
394620.5
405607.6
390199.3
402597.3
411935.3
423852.3
418131.7
427003.0
436110.0
448492.5
439050.6
448276.8
457724.7
474797.5
Prin1
Prin2
3.77383
3.09934
2.22362
2.09485
1.39623
0.48796
-0.43213
-0.64406
-1.14489
-1.15285
-1.21495
-1.13208
-1.18285
-0.93590
-0.08047
1.35002
1.18688
0.99147
0.33644
0.01556
-0.13965
-0.23659
-0.58212
-0.61444
-0.83174
-0.98046
-1.40377
-1.34845
-1.15020
-0.91778
-1.00698
-0.83600
-0.53168
0.10133
0.50648
0.63842
0.76048
0.85086
Prin3
-0.27106
-0.03329
0.17672
0.08064
0.27877
0.39906
-0.02235
-0.19290
-0.13470
-0.01734
-0.00863
0.00934
0.02601
-0.07613
-0.01027
-0.06532
-0.15112
-0.15335
-0.02194
18
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
85
20
21
22
23
24
25
26
27
28
98432.19 9.75
101601.24 9.00
124151.24 8.50
126101.24 8.25
129701.24 8.00
142715.85 7.96
145915.85 8.73
145915.85 9.71
145915.85 10.83
8.96
8.13
7.46
7.13
7.19
6.88
7.19
9.26
10.75
465855.9
475824.0
487102.9
505957.6
495089.8
505242.6
519359.3
538566.8
518935.0
-0.32684
-0.78903
-1.16050
-1.44867
-1.41352
-1.57514
-1.41706
-0.83754
-0.05210
0.37342
0.39304
0.48013
0.76719
0.54506
0.69755
1.07321
1.73485
1.64231
0.01231
0.01349
-0.01418
-0.02405
0.05828
-0.00666
-0.13950
0.11389
0.17430
Regresi Komponen Utama
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999 19
The REG Procedure
Model: MODEL1
Dependent Variable: Y PERMINTAAN (Miliar Rp)
Analysis of Variance
Source
DF
Model
Error
Corrected Total
2
25
27
Sum of
Squares
34730299968
970315981
35700615949
Square
Mean
17365149984
38812639
F Value
Pr > F
447.41
Root MSE
6229.9790 R-Square
Dependent Mean
86329 Adj R-Sq
Coeff Var
7.21658
<.0001
0.9728
0.9706
Parameter Estimates
Variable
Intercept
Prin1
Prin2
Label
DF
Intercept
1
1
1
Uji Normalitas
Parameter
Standard
Estimate
Error t Value
86329
-16009
30398
1177.35538
808.73120
1355.40040
Road To Graduated
73.32
-19.80
22.43
Pr > |t|
Variance
Inflation
<.0001
<.0001
<.0001
0
1.00000
1.00000
16:26 Wednesday, July 21, 1999
The UNIVARIATE Procedure
Variable: error_ku (Residual)
Moments
28
Sum Weights
28
0
Sum Observations
0
5994.80016
Variance
35937628.9
-0.1344714
Kurtosis
-1.0266311
970315981
Corrected SS
970315981
.
Std Error Mean
1132.91074
Basic Statistical Measures
N
Mean
Std Deviation
Skewness
Uncorrected SS
Coeff Variation
Location
Mean
Median
Mode
0.000
1190.119
.
Variability
Std Deviation
5995
Variance
35937629
Range
20942
Interquartile Range 10464
Tests for Location: Mu0=0
Test
Student's t
Sign
-Statistict
M
-----p Value-----0
2
Pr > |t|
Pr >= |M|
1.0000
0.5716
30
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
86
Signed Rank
S
5
Tests for Normality
--Statistic---
Test
Shapiro-Wilk
Kolmogorov-Smirnov
Cramer-von Mises
Anderson-Darling
W
D
W-Sq
A-Sq
0.955264
0.125531
0.08001
0.463666
Pr >= |S|
0.9118
-----p Value-----Pr
Pr
Pr
Pr
<
>
>
>
W
D
W-Sq
A-Sq
0.2679
>0.1500
0.2062
0.2419
Uji Heteroskedastisitas
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999
43
The REG Procedure
Model: MODEL1
Dependent Variable: Abs_err
Analysis of Variance
Source
DF
Model
Error
Corrected Total
2
25
27
Sum of
Squares
Mean
Square
30737104
235514518
266251622
Root MSE
Dependent Mean
Coeff Var
F Value
Pr > F
1.63
0.2158
15368552
9420581
3069.29646
5014.49456
61.20849
R-Square
Adj R-Sq
0.1154
0.0447
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter
Estimate
Intercept
Prin1
Prin2
1
1
1
5014.49456
-92.85682
1196.09940
Standard
Error
t Value
580.04251
398.43405
667.75917
8.65
-0.23
1.79
Pr > |t|
<.0001
0.8176
0.0854
Uji Autokorelasi
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999
20
The REG Procedure
Model: MODEL1
Dependent Variable: Y PERMINTAAN (Miliar Rp)
Durbin-Watson D
2.232
Number of Observations
28
1st Order Autocorrelatio -0.173
Diferensiasi
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999
56
The AUTOREG Procedure
Dependent Variable Y
PERMINTAAN (Miliar Rp
Ordinary Least Squares Estimates
SSE
970315981 DFE
25
MSE
38812639
Root MSE
6230
SBC
575.56315
AIC
571.566537
Regress R-Square
0.9728
Total R-Square
0.9728
Durbin-Watson
2.2316
Pr < DW
0.5841
Pr > DW
0.4159
NOTE: Pr<DW is the p-value for testing positive autocorrelation, and Pr>DW is the
p-value for testing negative autocorrelation.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
87
Variable
DF
Estimate
Standard
Error
t Value
Approx
Pr > |t|
1
1
1
86329
-16009
30398
1177
808.7312
1355
73.32
-19.80
22.43
<.0001
<.0001
<.0001
Intercept
Prin1
Prin2
Estimates of Autocorrelations
Lag
0
1
Covariance
34654142
-5980320
Correlation
1.000000
-0.172572
-1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
|
|
|********************|
***|
Preliminary MSE
|
33622109
Estimates of Autoregressive Parameters
Lag
Coefficient
1
0.172572
Standard
Error
t Value
0.201062
0.86
Road To Graduated
16:26 Wednesday, July 21, 1999
57
The AUTOREG Procedure
Yule-Walker Estimates
SSE
936111841
DFE
24
MSE
39004660
Root MSE
6245
SBC
577.920757
AIC
572.591939
Regress R-Square
0.9803
Total R-Square 0.9738
Durbin-Watson
1.9074
Pr < DW
0.2531
Pr > DW
0.7469
NOTE: Pr<DW is the p-value for testing positive autocorrelation, and Pr>DW is the
p-value for testing negative autocorrelation.
Variable
Intercept
Prin1
Prin2
DF
Estimate
1
1
1
86250
-16153
30479
Standard
Error
1012
711.0371
1178
t Value
85.22
-22.72
25.88
Approx
Pr > |t|
<.0001
<.0001
<.0001
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
88
Download