BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian pola asuh orang tua Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh para ahli dalam bukunya Agoes Dariyo, bahawa “orang tua mempunyai peran besar bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang anak. Pendidikan yang diterima sejak masa anak-anak akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku dalam diri remaja” Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang bisa dipilih dan digunakan oleh orang tua. Sebelum berlanjut kepada pembahasan berikutnya, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari pola asuh itu sendiri. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola” berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap”, Sedangkan kata “asuh” dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak. Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara 8 PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara orang tua mendidik terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak langsung (Toha, 2006: 110). Mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang dilakukan dengan sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Dalam situasi seperti ini yang diharapkan muncul dari anak adalah efek-instruksional yakni respon-respon anak terhadap aktivitas pendidikan itu. Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup, hubungan antara orang tua dengan keluarga, masyarakat, hubungan suami istri. Semua ini secara tidak sengaja telah membentuk situasi di mana anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tuanya. 2. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai berikut : PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. Menurut Baumrind. (dikutip Agoes Dario, 2004) membagi pola asuh orang tua menjadi 4 macam, yaitu: a. Pola asuh otoriter (parent oriented). Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan; tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Dari segi positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cendrung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan kedisiplinan dihadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan anak akibat pola asuh orang tua yang otoriter, anak akan melakukan tindakan kedisiplinan yang semu hanya untuk menyenangkan hati orang tua. b. Pola asuh permisif Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. Anak cendrung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negative lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku.Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, inisiatif, mampu mewujudkan aktualisasinya. c. Pola asuh demokratis Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberikan kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negative, anak cendrung akan merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak dan orang tua. d. Pola asuh situasional Dalam kenyataannya, seringkali pola asuh tersebut tidak diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. tipe pola asuh tersebut.Ada kemungkinan orang tua menerapkan secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. Sehingga seringkali munculah tipe pola asuh situasional. Orang yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes. 3. Fungsi dan Tanggung Jawab Keluarga Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan keinginan adalah hak yang kompleks. Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang, dan akan rusaklah pergaulan sang anak seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa berdasarkan pendekatan budaya keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi. yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, protektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomis. (Thalib M, 1995 : 136) 1. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. 2. Fungsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam dimensi kognisi, afektif maupun skill, dengan tujuan untuk mengembangkan aspek mental, spiritual, moral, intelektual, dan profesioanl. 3. Fungsi relegius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan sehari-hari sehingga mencipta iklim keagamaan didalamnya dengan demikian keluarga merupakan awal mula seseorang mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya. 4. Fungsi protektif, adalah dimana keluarga menjadi tempat yang aman dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkal segala pengaruh negatif yang masuk didalamnya. Gangguan internal dapat terjadi dalam kaitannya dengan keragaman kepribadian anggota keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan, dapat menjadi pemicu lahirnya konflik bahkan juga kekerasan. Adapun gangguan eksternal keluarga biasanya lebih mudah dikenali oleh masyarakat karena berada pada wilayah publik. 5. Fungsi sosialisasi, adalah mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan secara universal baik interrelasi dalam keluarga itu sendiri maupun dalam menyikapi masyarakat yang pluralistic lintas suku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya, bahasa maupun jenis kelaminnya. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. 6. Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapat memberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas masing-masing mewujudkan anggota suasana keluarga. keluarga Fungsi yang rekreatif ini menyenangkan, dapat saling menghargai, menghormati, dan menghibur masing-masing anggota keluarga sehingga tercipta hubungan harmonis, damai, kasih sayang dan setiap anggota keluarga merasa “rumahku adalah surgaku”. 7. Fungsi ekonomis, yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis dimana keluarga memiliki aktifitas mencari nafkah, pembinaan usaha, perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik, mendistibusikan secara adil dan proporsional, serta dapat mempertanggung jawabkan kakayaan dan harta bendanya secara social dan moral. Melihat beragamnya fungsi keluarga tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah institusi sentral penerus nilai-nilai budaya dan agama. Artinya keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak mulai belajar mengenal nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya, dari hal-hal yang sepele seperti menerima sesuatu dengan tangan kanan sampai dengan hal-hal yang rumit seperti intepretasi yang kompleks tentang ajaran agama atau tentang berbagai interaksi manusia. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. Thalib (1995 : 138) Adapun Dasar-dasar Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut: 1. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. 2. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai agama atau nilai-nilai spiritual. 3. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. 4. Memelihara dan membesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena ia dapat hidup secara berkelanjutan. Disamping itu juga ia bertanggung jawab dalam hal melindungi dan menjamin kesehatan anaknya baik secara jasmaniah maupun rohaniah. 5. Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yangberguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri. Demikanlah beberapa hal yang perlu diperhatikan sabagai tanggung jawab orang tua terhadap anak, terutama dalam konteks pendidikan. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tapi telah didasari oleh teori- teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. B. Perkembangan Aqidah Anak 1. Pentingnya Pembentukan Aqidah Anak mulai usia dini Secara etimologis, aqidah berasal dari ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan‘aqidatan. ‘Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan dan ‘aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan perjanjian (Ilyas, 2005:1). Sedangkan secara terminologis, Ibnu Taimiyah menjelaskan makna aqidah sebagai suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tanpa ada keraguan dan syahwasangka. Al-Banna mendefinisikan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya, sehingga menimbulkan ketenangan jiwa dan menjadikan kepercayaan bersih dari kebingungan dan keraguan (Muhaimin, 2004:306). Dengan demikian, aqidah merupakan akar atau pokok Agama. Pendidikan yang ditanamkan pada usia dini ini bukan berarti sebuah pendidikan yang sangat formal dari orang tua, tetapi pendidikan yang lebih santai dengan cara bermain. Bermain merupakan bagian dari perkembangan anak yang tidak bisa lepas begitu saja, terutama untuk anak usia dini yang sedang memasuki tahap emas. Di usia emas (0-3) tahun anak membutuhkan banyak sekali stimulus agar syaraf-syaraf di otaknya semakin berkembang sehingga kecerdasanya bisa optimal. Aktivitas yang tepat pada usia dini akan mendukung perkembangannya kelak. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. Orang tua sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak. Kartono (1985;5) mengatakan bahwa : “Orang tua harus dapat menciptakan situasi dan kondidsi baik fisik maupun psikis, baik secara sosial maupun non sosisal yang memadai agar tercapai prestasi belajar yang optimal. Hal ini karena keluarga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan murid khususnya jika orang tua bersifat merangsang, mendorong dan membimbing terhadap aktifitas belajar anaknya, sehingga memungkinkan diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi” Peran orang tua juga berkisar pada kegiatan pemeliharaan, pengasuhan, pembimbingan, dan pendidikan anak baik segi rohani maupun jasmani. Peran yang lebih kongkrit lagi orang tua adalah sebagai pendorong yang memberi semangat, penasehat serta teman serta menjadi contoh anaknya selain sebagai orang yang mencintai, yang memberi kasih sayang dan tempat bertanya anaknya. Menurut Djamarah, (2004:67) adapun upaya-upaya yang dilakukan keluarga dalam hal menanamkan pendidikan keagamaan bagi anak, penulis membatasi dalam hal sebagai berikut: 2. Menanamkan Nilai-Nilai Aqidah Pada Anak. Anak yang baik merupakan harapan bagi setiap orang tuanya. Untuk menjadi anak yang baik, Islam memiliki tuntunan tersendiri dengan berdasarkan Al-Quran, Hadits, atau Sunnah Rasulullah SAW, dan kebijakan para ulama PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. Diantara tuntunan yang ada beberapa hal yang paling substantif dan esensial yang harus ditanamkan pada pribadi sang anak, antara lain: 1) Nilai Tauhid Nilai tauhid merupakan nilai yang sangat utama dalam pendidikan Islam, nilai ini mutlak di miliki oleh setiap umat Islam dan di jadiakan landasan keimanan untuk mengakui keesaan sang maha pencipta, karena utamanya Allah menurunkan ayat nya dalam surat AlIkhlas untuk melihat keberadaan Allah SWT. Rasulullah SAW menganjurkan agar setiap anak yang baru saja dilahirkan, hendaklah di perdengarkan kalimat tauhid dengan suara azan dan Iqamat. Dengan demikian seorang anak ketika ia di lahirkan akan mendapatkan lantunan kalimat yang menyatakan kebesaran Allah dan kesaksian Islam. Azan ini memiliki pengaruh yang sangat kuat dan maksud yang sangat agung di hati kedua orang tua anak tersebut. hal ini dilakukan agar suara pertama kali yang didengar dan direkam dalam memori anak tidak lain hanyalah kalimah-kalimah yang indah atau thayyibah, yang memuat pengagungan dan mengesakan Allah, pengakuan kerasulan Muahammad serta ajakan shalat agar anak menjadi orang yang beruntung. Bagi anak usia sekolah penanaman nilai tauhid merupakan landasan keimanan agar kelak dapat terhindar dari penyimpangan aqidah Islam, misalnya sirik. Dan upaya agar nilai tersebut dapat mengena dihati anak, baik sekali jika penanaman nilai tauhid ini PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. dikaitan dengan bentuk realita. Misalnya dengan menunjukan ke-Esaan Allah SWT, membiasakan anak meminta atau berdoa hanya kepadanya. Hal ini diarahkan agar anak menyadari akan hakikat kehidupan di dunia. Menanamkan kalimat Tauhid kepada anak sangat penting sebab kalimat tauhid merupakan fondasi pertama dalam ajaran Islam, sehingga siapa saja yang mengucapkan kalimat tauhid dengan penuh keikhlasan (bebas dari berbagai kepentingan ataupun rekayasa spiritual), maka akan dipastikan ia akan masuk surga. Sebab kalimat tersebut mampu melenyapkan, membebaskan dan membersihkan pikiran kita dari berbagai kebimbangan dan keragu-keraguan yang tidak beralasan. Pada saat yang bersamaan akan membantu akal untuk merenungkan sang khalik melalui ayat-ayat seluruh ciptaannya yang bertebaran dijagat raya ini. Para keluarga muslim, di berbagai kesempatan (bersama anakanak) harus terus mengupayakan membaca dan menanamkan kalimat tauhid kepada anak-anaknya, disamping berupaya untuk menciptakan semacam keterikatan antara mereka dengan penciptanya. Dengan semangat dan upaya tersebut pelan-pelan namun pasti, mereka akan melebur dengan kalimat tersebut sehingga mereka mudah mengamalkan lainnya. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. 2) Membina rasa cinta kepada Allah Setiap anak mempunyai permasalahan sendiri-sendiri baik yang berkaitan dengan masalah psikologi, sosial, ekonomi, maupun masalah pendidikan. Yaitu seperti masalah dalam perkembangan jiwa anak atau mental, masalah dalam lingkungan bermain yang terkadang anak sulit untuk membuka diri untuk bersosialisasi, masalah dalam ekonomi keluarga yang kurang ketika ia ingin memperoleh sesuatu anak sulit untuk mendapatnya karna faktor keluarga yang kurang akan ekonomi. Dan terakhir masalah dalam pendidikan berkaitan dengan masalah ekonomi yang kurang banyak anak yang ingin bersekolah tapi karena faktor ekonomi membuat anak putus dalam pendidikannya Permasalahan-permasalahan tersebut berbeda antara anak dengan yang satu dengan yang lainnya. Seorang anak terkadang ada yang dapat mengungkapkan permasalahan-permasalahannya dengan penuh perasaan, namun sebagian yang lain tidak demikian. Oleh karena itu orang tua harus mempunyai cara untuk meringankan beban deritanya. Dengan cara orang tua menanamkan kecintaan kepada Allah, memohon pertolongan dari-Nya, selalu merasa diawasi, dan beriman kepada Allah. Jika seseorang anak telah memahami hal tersebut dengan baik maka ia akan dapat menyelesaikan permasalahn-permasalahan dalam kehidupannya. Dengan menyadari bahwa Allah adalah zat yang maha halus dan maha mengetahui segala sesuatu, manusia akan menyadari bahwa PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. dirinya selalu dalam pengawasan Allah. Kecerdasan seperti ini perlu ditanamkan sejak dini kepada anak sehingga ia memiliki etika otonom, yaitu etika yang berangkat dari kesadaran bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah. 3. Mengajarkan sesuatu yang Halal dan yang Haram Orang tua diwajibkan mengajarkan yang halal dan haram kepada anak. Seperti halnya memakan makanan yang halal yang dibolehkan untuk dimakan oleh anak dalam syariat Islam. Dan cara memberikan makanan yang halal juga berdampak dari bagaimana keluarga memberikan makanan yang halal dari hasil uang yang halal pula. Jadi orang tua pula harus bisa memberikan suatu yang terbaik dalam keluarga yaitu terutama kepada anak. Dan mengajarkan yang haram yaitu tidak boleh memakan dan meminum makanan yang dilarang dalam agama seperti, anjing, babi, minuman-minuman keras yang dapat memabukan dan semua yang dilarang dalam islam. Dan bukan hanya makanan dan minuman yang haram yag tidak boleh dilakukan oleh seorang anak tetapi perbuatan yang tidak baik seperti mencuri dan mengambil barang bukan hak sipemilik, ini pula diharamkan untuk dilakukan. Maka keluarga wajib untuk mengajarkan kepada anak hal yang halal dan haram yang baik untuk anak yang bisa membawa mereka kedalam hidup yang baik. Disinilah keluarga berperan penting di dalam menentukan nilai Tauhid yang ditanamkan dalam keluarga. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. Dari gagasan diatas dapak kita simpulkan bahwa Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang bisa dipilih dan digunakan oleh orang tua. Seperti pola asuh Otoriter, Pesimif, Demokratis dan Situasional. Sejak usia dini anak harus sudah di bekali dengan pendidikan aqidah, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai aqidah Diantara nilai-nilai ada beberapa hal yang paling substantif dan esensial yang harus ditanamkan pada pribadi sang anak, antara lain seperti nilai Tauhid, membina rasa cinta kepada ALLAH dan mengajarkan yang Haram dan Halal, dengan demikian pola asuh orang tua tentang perkembangan aqidah anak sangat mempengaruhi masa depan bagi anaknya C. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelusuran tentang penelitian yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, ditemukan beberapa riset yang agak mirip dengan penelitian peneliti, di antaranya: 1. Skripsi yang ditulis oleh Musrifah STAIN (2008) dengan judul Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri Satu Rakit Banjarnegara. Hasil analisis menunjukan bahwa: 1) Kondisi siswa MTsN 01 Rakit Banjarnegara kurang konsentrasi karena adanya dua faktor yaitu intern dan ekstern. 2) Metode pembelajaran Aqidah Akhlak dalam penerapannya banyak pembelajaran yang sudah tercapai, karena menggunakan berbagai PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. metode yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, keteladanan, pembiasaan, pemberian tugas, sosio drama, teguran dan hukuman, yang mampu menciptakan proses belajar mengajar lebih partisipasif dengan peserta didik aktif dan bersikap baik. 3) Usaha guru dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dilakukan dengan memberikan hafalan dan penciptakan persaingan dalam belajar agar mempunyai nilai yang bagus. 4) Hasil yang dicapai dalam metode pembelajaran Aqidah Akhlak MTsN Rakit Banjarnegara diklasifikasikan menjadi dua ranah yaitu kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap). Hasil kognitif dan dari hasil metode pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN 01 Rakit baik, hasil afektif, siswa melakukan kebiasaan seperti salat 5 waktu dan berjamaah tanpa adanya perintah dari orang tua. 2. Skripsi karya Muhayat Faiz Fadloli STAIN (2013) dengan judul Korelasi Pembelajaran Akidah Akhlak dengan Perilaku Siswa Kelas V MI Ma’arif Wanadadi. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak di kelas V MI Ma’arif Wanadadi cukup baik dengan rata-rata 32,4 atau sebesar 74,3 %, Terdapat korelasi yang sedang atau cukup signifikan antara pembelajaran Akidah Akhlak dengan nilai-nilai moral siswa karena nilai dari pearson correlation sebesar 0,572, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang sedang atau cukup positif signifikan antara pembelajaran Akidah Akhlak dengan perilaku siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Wanadadi. Dengan demikian dapat dikatakan semakin meningkat pembelajaran Akidah Akhlak maka semakin PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016. meningkat juga perilaku siswa. Begitu juga sebaliknya semakin menurun pembelajaran Akidah Akhlak, maka semakin menurun juga perilaku siswa tersebut, faktor penghambat yang dihadapi dalam pembelajaran Akidah Akhlak antara lain: karakter siswa dan latar belakang keluarga siswa yang berbeda-beda, faktor pendorong dalam pembelajaran Akidah Akhlak antara lain: adanya sarana ibadah dan lingkungan sekolah berada di sekitar pesantren, usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatanhambatan tersebut antara lain: guru selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa dan mengadakan pertemuan dengan wali murid dalam acara pengajian bersama anak-anak santri. Sementara ini penelitian yang secara langsung berkaitan dengan ini, belum ada yang meneliti, pada hal ini sangat diperlukan dalam rangka mengetahui adakah pengaruh positif signifikan antara pola asuh orang tua di rumah dan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam anak terhadap pembentukan akidah anak di sekolah, sehingga para orang tua akan lebih memperhatikan lagi dalam mendampingi dan mendidik anak dalam belajar serta dapat menjadi sebuah figur yang baik untuk anak yang dapat dicontoh. PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.