BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian pola asuh orang tua
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang
berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji.
Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan
anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh para ahli dalam bukunya Agoes
Dariyo, bahawa “orang tua mempunyai peran besar bagi pembentukan dan
perkembangan moral seorang anak. Pendidikan yang diterima sejak masa
anak-anak akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku dalam diri remaja”
Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh
yang bisa dipilih dan digunakan oleh orang tua. Sebelum berlanjut kepada
pembahasan berikutnya, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari
pola asuh itu sendiri.
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola” berarti corak, model, sistem, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap”, Sedangkan kata “asuh” dapat berati
menjaga (merawat dan mendidik) anak.
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan
anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara
8
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah
dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua
memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan
demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara
orang tua mendidik terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak
langsung (Toha, 2006: 110).
Mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua
yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan
keterampilan yang dilakukan dengan sengaja baik berupa perintah,
larangan, hukuman, penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai
alat pendidikan. Dalam situasi seperti ini yang diharapkan muncul dari
anak adalah efek-instruksional yakni respon-respon anak terhadap
aktivitas pendidikan itu. Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa
contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan
dan pola hidup, hubungan antara orang tua dengan keluarga, masyarakat,
hubungan suami istri. Semua ini secara tidak sengaja telah membentuk
situasi di mana anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari
orang tuanya.
2. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua
Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik
anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara
satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai
berikut :
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
Menurut Baumrind. (dikutip Agoes Dario, 2004) membagi pola
asuh orang tua menjadi 4 macam, yaitu:
a. Pola asuh otoriter (parent oriented).
Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus
ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat
dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah
terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak
seolah-olah menjadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut,
tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan;
tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri
dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Dari segi
positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cendrung akan
menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia
hanya mau menunjukkan kedisiplinan dihadapan orang tua, padahal
dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua,
anak bersikap dan bertindak lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tindakan anak akibat pola asuh orang tua yang otoriter, anak akan
melakukan
tindakan
kedisiplinan
yang
semu
hanya
untuk
menyenangkan hati orang tua.
b. Pola asuh permisif
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan
ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak
diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
Anak cendrung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua.
Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negative lain,
anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku.Bila
anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung
jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, inisiatif,
mampu mewujudkan aktualisasinya.
c. Pola asuh demokratis
Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan
diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak
diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan
oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat
berbuat semena-mena.
Anak
diberikan
kepercayaan
dan
dilatih
untuk
mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari
pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai
orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak
munafik, jujur. Namun akibat negative, anak cendrung akan
merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus
dipertimbangkan antara anak dan orang tua.
d. Pola asuh situasional
Dalam kenyataannya, seringkali pola asuh tersebut tidak
diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
tipe pola asuh tersebut.Ada kemungkinan orang tua menerapkan secara
fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
berlangsung saat itu. Sehingga seringkali munculah tipe pola asuh
situasional. Orang yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan
pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara
luwes.
3. Fungsi dan Tanggung Jawab Keluarga
Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan
dan keinginan adalah hak yang kompleks. Pengetahuan dan kecakapan
yang diperoleh dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan diri seseorang, dan akan rusaklah pergaulan sang anak
seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk
menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan
sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga
sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen,
dijelaskan bahwa berdasarkan pendekatan budaya keluarga sekurangnya
mempunyai tujuh fungsi. yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius,
protektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomis. (Thalib M, 1995 : 136)
1. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar
memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat
manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab. Fungsi biologis
inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
2. Fungsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua
anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting
untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam
dimensi kognisi, afektif maupun skill, dengan tujuan untuk
mengembangkan aspek mental, spiritual, moral, intelektual, dan
profesioanl.
3. Fungsi relegius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral
agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mencipta iklim keagamaan didalamnya dengan
demikian keluarga merupakan awal mula seseorang mengenal siapa
dirinya dan siapa Tuhannya.
4. Fungsi protektif, adalah dimana keluarga menjadi tempat yang aman
dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk
menangkal segala pengaruh negatif yang masuk didalamnya.
Gangguan internal dapat terjadi dalam kaitannya dengan keragaman
kepribadian anggota keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan,
dapat menjadi pemicu lahirnya konflik bahkan juga kekerasan. Adapun
gangguan eksternal keluarga biasanya lebih mudah dikenali oleh
masyarakat karena berada pada wilayah publik.
5. Fungsi sosialisasi, adalah mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan
secara universal baik interrelasi dalam keluarga itu sendiri maupun
dalam menyikapi masyarakat yang pluralistic lintas suku, bangsa, ras,
golongan, agama, budaya, bahasa maupun jenis kelaminnya.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
6. Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapat
memberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas
masing-masing
mewujudkan
anggota
suasana
keluarga.
keluarga
Fungsi
yang
rekreatif
ini
menyenangkan,
dapat
saling
menghargai, menghormati, dan menghibur masing-masing anggota
keluarga sehingga tercipta hubungan harmonis, damai, kasih sayang
dan setiap anggota keluarga merasa “rumahku adalah surgaku”.
7. Fungsi ekonomis, yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis
dimana keluarga memiliki aktifitas mencari nafkah, pembinaan usaha,
perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana memanfaatkan
sumber-sumber penghasilan dengan baik, mendistibusikan secara adil
dan proporsional, serta dapat mempertanggung jawabkan kakayaan
dan harta bendanya secara social dan moral.
Melihat beragamnya fungsi keluarga tersebut, dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah institusi sentral penerus nilai-nilai budaya dan
agama. Artinya keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
seorang anak mulai belajar mengenal nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya, dari hal-hal yang sepele seperti menerima sesuatu
dengan tangan kanan sampai dengan hal-hal yang rumit seperti intepretasi
yang kompleks tentang ajaran agama atau tentang berbagai interaksi
manusia.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
Thalib (1995 : 138) Adapun Dasar-dasar Tanggung jawab orang
tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut:
1. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan
orang tua dan anak.
2. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan
orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggung jawab moral ini
meliputi nilai-nilai agama atau nilai-nilai spiritual.
3. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga pada gilirannya
akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
4. Memelihara dan membesarkan anaknya. Tanggung jawab ini
merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena ia dapat hidup
secara berkelanjutan. Disamping itu juga ia bertanggung jawab dalam
hal melindungi dan menjamin kesehatan anaknya baik secara
jasmaniah maupun rohaniah.
5. Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yangberguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia
telah dewasa akan mampu mandiri.
Demikanlah beberapa hal yang perlu diperhatikan sabagai
tanggung jawab orang tua terhadap anak, terutama dalam konteks
pendidikan. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak
secara terus menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua,
sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan
yang dilihat dari orang tua, tapi telah didasari oleh teori- teori pendidikan
modern, sesuai dengan perkembangan zaman.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
B. Perkembangan Aqidah Anak
1. Pentingnya Pembentukan Aqidah Anak mulai usia dini
Secara etimologis, aqidah berasal dari ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan‘aqidatan. ‘Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah
terbentuk menjadi ‘aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan
dan ‘aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati,
bersifat mengikat dan perjanjian (Ilyas, 2005:1). Sedangkan secara
terminologis, Ibnu Taimiyah menjelaskan makna aqidah sebagai suatu
perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa tenang, sehingga
jiwa itu menjadi yakin serta mantap tanpa ada keraguan dan
syahwasangka. Al-Banna mendefinisikan aqidah sebagai sesuatu yang
seharusnya hati membenarkannya, sehingga menimbulkan ketenangan
jiwa dan menjadikan kepercayaan bersih dari kebingungan dan keraguan
(Muhaimin, 2004:306). Dengan demikian, aqidah merupakan akar atau
pokok Agama.
Pendidikan yang ditanamkan pada usia dini ini bukan berarti
sebuah pendidikan yang sangat formal dari orang tua, tetapi pendidikan
yang lebih santai dengan cara bermain. Bermain merupakan bagian dari
perkembangan anak yang tidak bisa lepas begitu saja, terutama untuk anak
usia dini yang sedang memasuki tahap emas. Di usia emas (0-3) tahun
anak membutuhkan banyak sekali stimulus agar syaraf-syaraf di otaknya
semakin berkembang sehingga kecerdasanya bisa optimal. Aktivitas yang
tepat pada usia dini akan mendukung perkembangannya kelak.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
Orang tua sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan
anak. Kartono (1985;5) mengatakan bahwa : “Orang tua harus dapat
menciptakan situasi dan kondidsi baik fisik maupun psikis, baik secara
sosial maupun non sosisal yang memadai agar tercapai prestasi belajar
yang optimal. Hal ini karena keluarga mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan murid khususnya jika orang tua bersifat merangsang,
mendorong dan membimbing terhadap aktifitas belajar anaknya, sehingga
memungkinkan diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi”
Peran orang tua juga berkisar pada kegiatan pemeliharaan,
pengasuhan, pembimbingan, dan pendidikan anak baik segi rohani
maupun jasmani. Peran yang lebih kongkrit lagi orang tua adalah sebagai
pendorong yang memberi semangat, penasehat serta teman serta menjadi
contoh anaknya selain sebagai orang yang mencintai, yang memberi kasih
sayang dan tempat bertanya anaknya.
Menurut Djamarah, (2004:67) adapun upaya-upaya yang dilakukan
keluarga dalam hal menanamkan pendidikan keagamaan bagi anak,
penulis membatasi dalam hal sebagai berikut:
2. Menanamkan Nilai-Nilai Aqidah Pada Anak.
Anak yang baik merupakan harapan bagi setiap orang tuanya.
Untuk menjadi anak yang baik, Islam memiliki tuntunan tersendiri dengan
berdasarkan Al-Quran, Hadits, atau Sunnah Rasulullah SAW, dan
kebijakan para ulama
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
Diantara tuntunan yang ada beberapa hal yang paling substantif
dan esensial yang harus ditanamkan pada pribadi sang anak, antara lain:
1) Nilai Tauhid
Nilai tauhid merupakan nilai yang sangat utama dalam
pendidikan Islam, nilai ini mutlak di miliki oleh setiap umat Islam dan
di jadiakan landasan keimanan untuk mengakui keesaan sang maha
pencipta, karena utamanya Allah menurunkan ayat nya dalam surat AlIkhlas untuk melihat keberadaan Allah SWT. Rasulullah SAW
menganjurkan agar setiap anak yang baru saja dilahirkan, hendaklah di
perdengarkan kalimat tauhid dengan suara azan dan Iqamat. Dengan
demikian seorang anak ketika ia di lahirkan akan mendapatkan
lantunan kalimat yang menyatakan kebesaran Allah dan kesaksian
Islam. Azan ini memiliki pengaruh yang sangat kuat dan maksud yang
sangat agung di hati kedua orang tua anak tersebut. hal ini dilakukan
agar suara pertama kali yang didengar dan direkam dalam memori
anak tidak lain hanyalah kalimah-kalimah yang indah atau thayyibah,
yang memuat pengagungan dan mengesakan Allah, pengakuan
kerasulan Muahammad serta ajakan shalat agar anak menjadi orang
yang beruntung.
Bagi anak usia sekolah penanaman nilai tauhid merupakan
landasan keimanan agar kelak dapat terhindar dari penyimpangan
aqidah Islam, misalnya sirik. Dan upaya agar nilai tersebut dapat
mengena dihati anak, baik sekali jika penanaman nilai tauhid ini
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
dikaitan dengan bentuk realita. Misalnya dengan menunjukan ke-Esaan
Allah SWT, membiasakan anak meminta atau berdoa hanya kepadanya. Hal ini diarahkan agar anak menyadari akan hakikat kehidupan di
dunia.
Menanamkan kalimat Tauhid kepada anak sangat penting sebab
kalimat tauhid merupakan fondasi pertama dalam ajaran Islam,
sehingga siapa saja yang mengucapkan kalimat tauhid dengan penuh
keikhlasan (bebas dari berbagai kepentingan ataupun rekayasa
spiritual), maka akan dipastikan ia akan masuk surga. Sebab kalimat
tersebut mampu melenyapkan, membebaskan dan membersihkan
pikiran kita dari berbagai kebimbangan dan keragu-keraguan yang
tidak beralasan. Pada saat yang bersamaan akan membantu akal untuk
merenungkan sang khalik melalui ayat-ayat seluruh ciptaannya yang
bertebaran dijagat raya ini.
Para keluarga muslim, di berbagai kesempatan (bersama anakanak) harus terus mengupayakan membaca dan menanamkan kalimat
tauhid kepada anak-anaknya, disamping berupaya untuk menciptakan
semacam keterikatan antara mereka dengan penciptanya. Dengan
semangat dan upaya tersebut pelan-pelan namun pasti, mereka akan
melebur
dengan
kalimat
tersebut
sehingga
mereka
mudah
mengamalkan lainnya.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
2) Membina rasa cinta kepada Allah
Setiap anak mempunyai permasalahan sendiri-sendiri baik yang
berkaitan dengan masalah psikologi, sosial, ekonomi, maupun masalah
pendidikan. Yaitu seperti masalah dalam perkembangan jiwa anak atau
mental, masalah dalam lingkungan bermain yang terkadang anak sulit
untuk membuka diri untuk bersosialisasi, masalah dalam ekonomi
keluarga yang kurang ketika ia ingin memperoleh sesuatu anak sulit
untuk mendapatnya karna faktor keluarga yang kurang akan ekonomi.
Dan terakhir masalah dalam pendidikan berkaitan dengan masalah
ekonomi yang kurang banyak anak yang ingin bersekolah tapi karena
faktor
ekonomi
membuat
anak
putus
dalam
pendidikannya
Permasalahan-permasalahan tersebut berbeda antara anak dengan yang
satu dengan yang lainnya. Seorang anak terkadang ada yang dapat
mengungkapkan
permasalahan-permasalahannya
dengan
penuh
perasaan, namun sebagian yang lain tidak demikian.
Oleh karena itu orang tua harus mempunyai cara untuk
meringankan beban deritanya. Dengan cara orang tua menanamkan
kecintaan kepada Allah, memohon pertolongan dari-Nya, selalu
merasa diawasi, dan beriman kepada Allah. Jika seseorang anak telah
memahami
hal
tersebut
dengan
baik
maka
ia
akan
dapat
menyelesaikan permasalahn-permasalahan dalam kehidupannya.
Dengan menyadari bahwa Allah adalah zat yang maha halus
dan maha mengetahui segala sesuatu, manusia akan menyadari bahwa
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
dirinya selalu dalam pengawasan Allah. Kecerdasan seperti ini perlu
ditanamkan sejak dini kepada anak sehingga ia memiliki etika otonom,
yaitu etika yang berangkat dari kesadaran bahwa dirinya selalu dalam
pengawasan Allah.
3. Mengajarkan sesuatu yang Halal dan yang Haram
Orang tua diwajibkan mengajarkan yang halal dan haram kepada
anak. Seperti halnya memakan makanan yang halal yang dibolehkan untuk
dimakan oleh anak dalam syariat Islam. Dan cara memberikan makanan
yang halal juga berdampak dari bagaimana keluarga memberikan makanan
yang halal dari hasil uang yang halal pula. Jadi orang tua pula harus bisa
memberikan suatu yang terbaik dalam keluarga yaitu terutama kepada
anak. Dan mengajarkan yang haram yaitu tidak boleh memakan dan
meminum makanan yang dilarang dalam agama seperti, anjing, babi,
minuman-minuman keras yang dapat memabukan dan semua yang
dilarang dalam islam. Dan bukan hanya makanan dan minuman yang
haram yag tidak boleh dilakukan oleh seorang anak tetapi perbuatan yang
tidak baik seperti mencuri dan mengambil barang bukan hak sipemilik, ini
pula diharamkan untuk dilakukan.
Maka keluarga wajib untuk mengajarkan kepada anak hal yang
halal dan haram yang baik untuk anak yang bisa membawa mereka
kedalam hidup yang baik. Disinilah keluarga berperan penting di dalam
menentukan nilai Tauhid yang ditanamkan dalam keluarga.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
Dari gagasan diatas dapak kita simpulkan bahwa Orang tua sebagai
pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus
menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Dalam mendidik anak,
terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang bisa dipilih dan
digunakan oleh orang tua. Seperti pola asuh Otoriter, Pesimif, Demokratis
dan Situasional.
Sejak usia dini anak harus sudah di bekali dengan
pendidikan aqidah, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai aqidah Diantara
nilai-nilai ada beberapa hal yang paling substantif dan esensial yang harus
ditanamkan pada pribadi sang anak, antara lain seperti nilai Tauhid,
membina rasa cinta kepada ALLAH dan mengajarkan yang Haram dan
Halal, dengan demikian pola asuh orang tua tentang perkembangan aqidah
anak sangat mempengaruhi masa depan bagi anaknya
C. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran tentang penelitian yang berkaitan dengan
pola asuh orang tua, ditemukan beberapa riset yang agak mirip dengan
penelitian peneliti, di antaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Musrifah STAIN (2008) dengan judul Metode
Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri Satu Rakit Banjarnegara.
Hasil analisis menunjukan bahwa: 1) Kondisi siswa MTsN 01 Rakit
Banjarnegara kurang konsentrasi karena adanya dua faktor yaitu intern dan
ekstern. 2) Metode pembelajaran Aqidah Akhlak dalam penerapannya
banyak pembelajaran yang sudah tercapai, karena menggunakan berbagai
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
metode yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, keteladanan, pembiasaan,
pemberian tugas, sosio drama, teguran dan hukuman, yang mampu
menciptakan proses belajar mengajar lebih partisipasif dengan peserta
didik aktif dan bersikap baik. 3) Usaha guru dalam pembelajaran Aqidah
Akhlak
dilakukan
dengan
memberikan
hafalan
dan
penciptakan
persaingan dalam belajar agar mempunyai nilai yang bagus. 4) Hasil yang
dicapai dalam metode pembelajaran Aqidah Akhlak MTsN Rakit
Banjarnegara
diklasifikasikan
menjadi
dua
ranah
yaitu
kognitif
(pengetahuan) dan afektif (sikap). Hasil kognitif dan dari hasil metode
pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN 01 Rakit baik, hasil afektif, siswa
melakukan kebiasaan seperti salat 5 waktu dan berjamaah tanpa adanya
perintah dari orang tua.
2. Skripsi karya Muhayat Faiz Fadloli STAIN (2013) dengan judul Korelasi
Pembelajaran Akidah Akhlak dengan Perilaku Siswa Kelas V MI Ma’arif
Wanadadi. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran Akidah
Akhlak di kelas V MI Ma’arif Wanadadi cukup baik dengan rata-rata 32,4
atau sebesar 74,3 %, Terdapat korelasi yang sedang atau cukup signifikan
antara pembelajaran Akidah Akhlak dengan nilai-nilai moral siswa karena
nilai dari pearson correlation sebesar 0,572, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang sedang atau cukup positif
signifikan antara pembelajaran Akidah Akhlak dengan perilaku siswa
kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Wanadadi. Dengan demikian dapat
dikatakan semakin meningkat pembelajaran Akidah Akhlak maka semakin
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
meningkat juga perilaku siswa. Begitu juga sebaliknya semakin menurun
pembelajaran Akidah Akhlak, maka semakin menurun juga perilaku siswa
tersebut, faktor penghambat yang dihadapi dalam pembelajaran Akidah
Akhlak antara lain: karakter siswa dan latar belakang keluarga siswa yang
berbeda-beda, faktor pendorong dalam pembelajaran Akidah Akhlak
antara lain: adanya sarana ibadah dan lingkungan sekolah berada di sekitar
pesantren, usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatanhambatan tersebut antara lain: guru selalu memberikan suri tauladan yang
baik kepada siswa dan mengadakan pertemuan dengan wali murid dalam
acara pengajian bersama anak-anak santri.
Sementara ini penelitian yang secara langsung berkaitan dengan
ini, belum ada yang meneliti, pada hal ini sangat diperlukan dalam rangka
mengetahui adakah pengaruh positif signifikan antara pola asuh orang tua
di rumah dan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam anak terhadap
pembentukan akidah anak di sekolah, sehingga para orang tua akan lebih
memperhatikan lagi dalam mendampingi dan mendidik anak dalam belajar
serta dapat menjadi sebuah figur yang baik untuk anak yang dapat
dicontoh.
PENGARUH POLA ASUH ..., ANAS NURDINSAH,PAI- FAI, UMP 2016.
Download