YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA Perbedaan Psychological Well Being pada Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Waria Bukan Pekerja Seks Komersial Ditinjau dari Harga Diri Psychological Well Being Comparison between Transsexual Prostitute and Transsexual Non Prostitute Based on Self Esteem Andini Dwi Yudhanti, Rin Widya Agustin, Arif Tri Setyanto Program Studi Psikologi FakultasKedokteran UniversitasSebelasMaret ABSTRAK Psychological well being merupakan kondisi psikologis dimana individu mampu menjalani peran-peran dalam kehidupannya berdasarkan pengalaman-pengalaman sehingga melahirkan sikap positif dalam hidupnya. Perbedaan perlakuan masyarakat terhadap status pekerjaan waria (waria PSK dan waria Non PSK) menjadi salah satu faktor penting dalam pembentukan penghargaan diri waria kemudian mengarahkan pada kondisi psychological well being yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan psychological well being pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) ditinjau dari harga diri, perbedaan psychological well being pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK), dan perbedaan harga diri pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK). Populasi dalam penelitian ini adalah waria (waria PSK dan waria Non PSK) yang terdapat pada komunitas waria lokal Kota Surabaya yang bernama PERWAKOS dengan rentang usia 18-40 tahun. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang waria pekerja seks komersial (PSK) dan 30 orang waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan skala psychological well being (r=0,883) dan skala harga diri (r=0,902). Hasil analisa data menggunakan uji two way anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada psychological well being waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) ditinjau dari harga diri (F hitung = 19,291, p < 0,05). Analisis data selanjutnya menggunakan uji t. Hasil analisia data tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological well being pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) (t hitung =0,597, p > 0,05); serta tidak terdapat perbedaan harga diri waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) (t hitung = 0,521, p > 0,05). Kata kunci:psychological well being, harga diri, waria 83 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDAHULUAN Waria atau transgender bentuk aktulisasi diri dan kelompok. Aksiialah aksi tersebut merupakan upaya kaum sebutan bagi individu yang identitas waria untuk diakui dan diterima di dalam gender, masyarakat (Hartoyo, 2013). gender expression, atau perilakunya tidak sesuai dengan identitas seksualnya.Waria menghadapi di negara ini baru sebatas realitas informal masalah dari dalam maupun luar sebagai oleh sebagian masyarakat. Tidak bisa konsekuensi pemilihan hidup sebagai dihindari waria. mereka Pertama, banyak Penerimaan dan pengakuan waria mereka cenderung munculnya yang pro-kontra membahas psikologis Kedua, adanya ketidakterimaan sosial dari maupun kebijakan publik yang mesti lingkungan atas penentangan konstruksi diambil gender. kebingungan mereka juga analisis sisi mengalami kebingungan identitas diri. Selanjutnya, ilmiah, dari baik pemerintah. dengan teologi, Masyarakat klasifikasi menghadapi rumitnya legalitas, hukum transgender yang di satu sisi diklaim norma tertulis maupun tidak tertulis yang sebagai penyimpangan sosial dan masalah menempatkan dan kejiwaan, namun di sisi lain diklaim juga sebagai perbedaan yang lumrah dalam pada kewajibannya, hak serta mereka mempunyai dorongan seksual yang sama dengan manusia lainnya (Koeswinarno, 2005). masalah orientasi seksual. Konflik-konflik kehidupan waria menyebabkan dunianya semakin Mengalami kekerasan, baik dalam terisolasi, sementara waria dituntut harus tekanan verbal maupun kekerasan fisik, tetap mampu survive dalam lingkungan seringkali waria yang mengisolasikan dirinya itu. Isolasi memberontak dan lari dari orang lain. Tak yang didapatkan oleh kaum waria juga jarang, mereka turun ke jalan dalam usia mencakup permasalahan dalam pekerjaan belasan menemukan (Koeswinarno, 2005). Dalam konteks komunitas di mana waria merasa aman status sosial ekonomi kaum waria dapat dan mengekspresikan diklasifikasikan ke dalam dua golongan, identitas gender dan kebutuhan akan yaitu waria pekerja seks komersial (PSK) eksplorasi seksual mereka. Aksi-aksi yang dan waria bukan pekerja seks komersial dilakukan oleh waria tersebut memiliki (Non PSK). Kaum waria yang bukan tujuan untuk mengekspresikan berbagai pekerja seks komersial biasanya bekerja kemampuan, ide serta gagasannya sebagai sebagai penata rias di salon kecantikan, menyebabkan tahun nyaman untuk dalam 84 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA pedagang, pengamen, penyanyi café/club, dan lain sebagainya. masing individu. Perlakuan Neberich (2011) menjelaskan masyarakat terhadap status pekerjaan perekonomian dan juga karier yang waria (waria pekerja seks komersial meningkat dapat menjadikan perempuan (PSK) dan waria bukan pekerja seks dan laki-laki merasakan keamanan dan koemrsial (Non PSK)) menjadi salah satu kesejahteraan faktor psychological well being, akan tetapi hal penting dalam pembentukan psychological well being. pada secara psikologis atau tersebut dapat berubah-ubah dipengaruhi Psychological well being merujuk oleh banyak faktor, salah satunya adalah perasaan status sosial ekonomi yang dilihat dari aktivitas seseorang hidup mengenai sehari-hari. Segala jenis pekerjaannya. Penelitian aktivitas yang dilakukan oleh individu mengemukakan yang berlangsung setiap hari dimana ekonomi berhubungan dengan dimensi dalam kemungkinan penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan mengalami fluktuasi pikiran dan perasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri (dalam yang dimulai dari kondisi mental negatif Ryan & Deci, 2001). proses tersebut bahwa status Ryff sosial sampai pada kondisi mental positif, Penelitian oleh Wilbum dan Smith misalnya dari trauma sampai penerimaan (2005), Lesmana (2013) serta Mami dan hidup.Ryff (1989) mengemukakan bahwa Suharnan (2015), salah satu hasilnya psychological well being berkaitan pada menyatakan bahwa terdapat hubungan fungsi psikologi positif. Fungsi psikologi yang signifikan antara harga diri dan positif merupakan konsep dasar yang psychological well being dengan koefisien berdampak pada tingkat psychological korelasi positif, artinya naik turunnya well being yang tinggi karena seseorang harga diri diikuti juga oleh naik turunnya mampu memaknai bahwa peristiwa yang psychological well being pada individu. dialaminya dalam kehidupan memiliki Penelitian yang dilakukan oleh Susanti manfaat (2012) (Tahir, 2012). Pemaknaan juga menyatakan terdapat terhadap peristiwa yang terjadi dalam hubungan positif antara harga diri dengan kehidupan tersebut kembali lagi pada psychological pemaknaan yang dapat berbeda-beda bagi mengendalikan bidang pekerjaan. Hal ini setiap itu, berarti semakin tinggi harga diri yang seseorang dimiliki oleh seseorang, maka semakin berbeda-beda tergantung pada masing- tinggi pula psychological well being yang individu. psychological well Oleh karena being well being dengan 85 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA dimiliki, dan sebaliknya. DASAR TEORI Rosenberg (1965, dalam Ryff 1. Psychological Well Being 1989) menyatakan bahwa harga diri Psychological well being berakar adalah penerimaan diri yang merupakan dari konsep eudaimonia yang mencakup dasar dari penilaian diri.Cara seseorang dua esensi penting yaitu untuk dapat memadang memahami diri dan menjadi diri yang segala kehidupan terhadap peristiwa memberikan kualitas dalam kontribusi Ryff (dalam Alan Carr, well 2008) mendefinisikan psychological well being. Menjalani kehidupan sebagai waria being sebagai suatu dorongan untuk pekerja seks komersial atau waria bukan menggali potensi diri individu secara pekerja dengan keseluruhan. Dorongan tersebut dapat karakteristik masing-masing memberikan menyebabkan seseorang menjadi pasrah pengaruh terhadap seks psychological (Ryff, 2014). komersial yang psychological berbeda yang menandakan psychological well being individu rendah pada atau berusaha untuk memperbaiki keadaan tanggung jawab yang diemban, tekanan hidup yang akan membuat psychological yang mungkin dialami, juga termasuk well being individu tersebut menjadi pandangan masyarakat sekitar tentang tinggi (Ryff & Keyes, 1995). adanya being.Hal keadaan ini disebabkan well terhadap perbedaan pilihan profesi tersebut. Kondisi demikian turut pula mempengaruhi penilaian Psychological well being adalah kondisi psikologis dimana individu individu terhadap dirinya sendiri yang mampu menjalani peran-peran dalam merupakan gambaran harga diri.Tingkat kehidupannya berdasarkan pengalaman- harga diri memberikan individu selanjutnya pengalaman sehingga melahirkan sikap seseorang pandangan positif yang ditunjukkan dengan mampu terhadap kehidupan. Oleh sebab itu, menerima berdasarkan uraian yang telah diberikan hubungan positif dengan orang lain, maka memiliki penulis mengambil judul keadaan diri, memiliki kemandirian, untuk memiliki “Perbedaan Psychological Well Being kemampuan pada Waria Pekerja Seks Komersial perubahan (PSK) dan Waria Bukan Pekerja Seks lingkungan sekitarnya, memiliki tujuan Komersial (Non PSK) ditinjau dari Harga hidup serta memiliki kemampuan dalam Diri (Studi Komparatif pada Persatuan mengembangkan potensi diri dan mampu Waria Kota Surabaya)”. menghadapi yang dirasa mengadakan perlu permasalahan dalam dalam 86 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA hidupnya sehingga individu merasakan (Ryff, 2014). adanya kepuasan batin dan kesejahteraan e. batin dalam atau terhadap hidupnya. Ryff (1989) Tujuan Hidup (purpose of life) mengemukakan Individu mampu keenam dimensi psychological well being, merasakan bahwa hidup yang antara lain: dijalani memiliki arti, tujuan, dan a. Penerimaan diri arah (self acceptance) (Ryff, 2014). perkembangan juga menekankan Dimensi penerimaan diri pada berbagai perubahan tujuan mengukur tingkat pemahaman dan hidup penerimaan perkembangan tertentu. seseorang terhadap dirinya sendiri (Ryff, 2014). b. dengan Hubungan orang Teori lain sesuai f. positif dengan tugas Pertumbuhan Pribadi (personal growth) (positive Fungsi relations with others) optimal Kedekatan hubungan yang psikologi (optimal yang psychological functioning) tidak hanya bermakna dibangun individu terhadap orang pada lain merupakan makna inti dari karakteristik-karakteristik tertentu, dimensi ini. namun pada sejauh mana individu c. Otonomi terus-menerus (autonomy) digambarkan kesanggupan menjalankan kehidupan dalam dirinya (Ryff, 1989). sesuai 2. Harga Diri 2014). Santrock (2003) mendefinisikan harga lingkungan mengembangkan meningkatkan kualitas positif pada dengan cara pandangnya (Ryff, d. terhadap potensi dirinya, bertumbuh, dan Otonomi sebagai pencapaian Penguasaan adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau (environmental mastery) Kemampuan diri negatif. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan terhadap keberadaan dan individu keberartian dirinya. Dalam harga diri untuk mengatur situasi kehidupan mencakup evaluasi dan penghargaan yang dijalani merupakan inti dari terhadap diri dan akan menghasilkan dimensi penguasaan lingkungan penilaian tinggi atau rendah terhadap 87 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA dirinya sendiri. (1998) sayang dari orang lain. Individu sebagai akan merasa berguna bagi orang penilaian pribadi (personal judgement) lain jika mendapatkan penerimaan mengenai dan perhatian dari lingkungan, mendefinisikan Coopersmith harga perasaan diri berharga yang ditunjukkan dalam sikap-sikap terhadap popularitas, diri sendiri. keluarga. Harga diri adalah dimensi global dengan dan dukungan Penerimaan kehangatan, ditandai kemauan dari diri yang merupakan penilaian positif mendengarkan, atau negatif yang dibuat individu tentang kesukaan pada seseorang atas hal yang berkaitan dengan dirinya, yang siapa dirinya. menunjukkan sejauh mana individu c. menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Kebajikan (1998) yang mempengaruhi harga diri, yaitu: sekitarnya. Kekuasaan (power) Kekuatan dapat ditunjukkan dengan adanya kesesuaian dengan moral dan etika mengemukakan beberapa aspek yang a. Kebajikan (virtue) individu Coopersmith perhatian, berlaku di Orang lingkungan tua akan menanamkan nilai-nilai mengenai diukur etika dan moral mengenai nilai berdasarkan kemampuan individu benar atau salah. Kebajikan ini mempengaruhi orang lain melalui juga penguasaan perilakunya. Individu mengenai segala macam peraturan mempunyai untuk dan norma dalam masyarakat serta mengontrol diri sendiri dan orang hal-hal yang berkaitan dengan lain. ketaatan dalam beragama (religi) kekuatan Kekuatan ini juga bisa ditunjukkan dalam penghargaan, penerimaan, dan penghormatan dari orang lain. b. Keberartian penerimaan, dalamnya dan nilai-nilai kemanusiaan. d. Kompetensi Kompetensi dilihat pada individu Keberartian yang didapat dapat di (competence) (significance) individu termasuk dilihat dari perhatian, penghargaan, dan adanya kasih yang mempunyuai kemampuan atau skill yang cukup. Kemampuan ditandai atau oleh kompetensi keberhasilan seseorang atas apa yang telah 88 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA menjadi keinginan dan usahanya. berganti-ganti pasangan (promiskuitas), Individu dan yang mempunyai kemampuan akan merasa bahwa orang lain ketidakacuhan emosional (Dam pekerja seks Truong, 1992). akan memberikan positif kepadanya, komersial (Non PSK) adalah waria yang sehingga individu tersebut dapat berprofesi diluar dunia pelacuran. Waria mengatasi yang yang tidakbekerja sebagai pekerja seks mampu komersial biasanya bekerja sebagai penata menghadapi segala permasalahan rias di salon kecantikan, desainer, model, dalam lingkungannya. pedagang, pengamen, penyanyi café/club, dukungan masalah dihadapinya serta 3. Waria PSK dan Waria Non Waria bukan penjahit, guru, dan lain sebagainya. PSK METODE PENELITIAN Menurut Atmojo (1986) waria 1. Variabel Penelitan adalah laki-laki yang berdandan dan Penelitian ini menggunakan dua berperilaku sebagai wanita, istilah waria variabel bebas diberikan bagi penderita transeksual yaitu tergantung. Variabel tergantung dalam seorang yang memiliki fisik berbeda penelitian ini adalah psychological well dengan jiwanya. Koeswinarno (2005) being, menyatakan bahwa seorang waria secara adalah harga diri dan pekerjaan waria psikis merasa dirinya tidak cocok dengan (PSK dan Non PSK). sedangkan alat kelamin fisiknya sehingga mereka memakai pakaian atau atribut lain dari a. merupakan pekerja pelacur satu variabel variabel bebasnya Psychological Well Being jenis kelamin yang lain. Waria dan Psychological well being seks komersial waria yang adalah kondisi psikologis dimana individu mampu menjalani peran- menyediakan diri kepada laki-laki untuk peran mengadakan hubungan seksual dengan berdasarkan mengharapkan imbalan uang yang sudah pengalaman sehingga melahirkan ada standar harga secara relatif untuk sikap positif yang ditunjukkan setiap layanan yang diberikan. Definisi dengan mampu menerima keadaan pelacuran diri, memiliki hubungan positif dan waria pekerja seks dalam komersial tersebut memiliki karakteristik dengan orang tiga unsur, yaitu pembayaran (reward), kemandirian, kehidupannya pengalaman- lain, memiliki memiliki 89 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA kemampuan untuk mengadakan adalah perubahan yang dirasa perlu dalam mengenai perasaan berharga atau lingkungan sekitarnya, memiliki berarti yang diekspresikan dalam tujuan sikap-sikap hidup serta memiliki kemampuan dalam “personal judgment” individu terhadap dirinya. mengembangkan potensi diri dan Harga diri dalam penilaian mampu menghadapi permasalahan ini diukur menggunakan skala dalam hidupnya sehingga individu yang merupakan modifikasi dari merasakan adanya kepuasan batin Self dan kesejahteraan batin dalam atau Coopersmith. Aspek harga diri terhadap hidupnya. yang digunakan dalam penyusunan Psychological well being dalam penelitian skala ini Inventory menggunakan aspek diukur kekuasaan (power), kerberartian menggunakan skala psychological (significance), kebajikan (virtue), well dan being modifikasi ini Esteem yang merupakan dari kompetensi (competence), skala semakin tinggi nilai harga diri psychological well being Ryff yang diperoleh maka semakin (Abbot dkk, 2006) dengan dimensi positif tingkat harga diri individu, antara dan sebaliknya jika perolehan nilai lain penerimaan diri, hubungan positif dengan orang harga lain, menunjukkan tingkat harga diri pertumbuhan otonomi, tujuan pribadi, hidup, dan c. Harga Diri rendah maka yang negatif. penguasaan lingkungan. b. diri Pekerjaan Waria (PSK dan Non PSK) Harga diri adalah dimensi Waria pekerja seks global dari diri yang merupakan komersial (PSK) adalah pelacur penilaian positif atau negatif yang waria dibuat individu tentang hal yang kepada berkaitan dengan dirinya, yang mengadakan menunjukkan dengan sejauh mana yang menyediakan orang diri lain, untuk hubungan seksual mengharapkan imbalan individu menyukai dirinya sebagai uang yang sudah ada standar harga individu yang mampu, penting dan secara relatif untuk setiap layanan berharga. Secara singkat harga diri yang diberikan. Sedangkan waria 90 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA bukan pekerja seks komersial Penelitian ini akan menggunakan adalah waria yang memiliki teknik analisis two way anova untuk pekerjaan tidak mengetahui perbedaan psychological well bekerja sebagai waria pekerja seks. being pada waria PSK dan waria Non PSK 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah ditinjau dari harga diri. Penggunaan teknik 60 orang waria yang terdiri dari 30waria kelompok subjek yang dibandingkan, yaitu PSK dan 30 waria Non PSK pada waria PSK dan Waria Non PSK, serta Persatuan terdapat dua variabel independen, yaitu Waria (PERWAKOS) simple beragam random dan Kota yang Surabaya dipilih sampling dan melalui telah analisis two way anova karena terdapat dua harga diri dan pekerjaan Perhitungan teknik analisis waria. two way memenuhi kriteria, yakni berusia 18-40 anovaakan dilakukan tahun. program Statistical Product and Service 3. Alat Ukur Penelitian dengan bantuan Solution (SPSS) versi 18.0. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu HASIL- HASIL 1. Uji Asumsi Dasar skala psychological well being dan skala a. Uji Normalitas harga diri. Penentuan skor didasarkan pada Uji normalitas digunakan penyusunan alternatif jawaban pada kedua untuk skala ini yang menggunakan model skala residual Likert, terdistribusi secara normal atau yaitu sangat sesuai (SS), sesuai menguji apakah yang dihasilkan (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak tidak sesuai (STS). Pernyataan dalam skala Kolmogrov-Smirnov Test dengan penelitian taraf ini mengandung aitem dengan nilai melihat signifikansi 0,05. nilai Data favourable dan unfavourable. Uji validitas dinyatakan berdistribusi normal dilakukan dengan menggunakan teknik apabila signifikansi lebih besar korelasi corrected item total correlation, dari 5 % atau (p>0,05) (Priyatno, sedangkan uji reliabilitas dilakukan denan 2012). menggunakan koefisienAlpha Cronbach Psychological yang akan diolah dengan menggunakan diperoleh nilai signifikansi sebesar bantuan program Statistical Product and 0,288 Service Solution (SPSS) versi 18.0. sebesar 0,170. Hal ini berarti 4. Teknik Analisis Uji dan normalitas Skala Well Being Skala Harga Diri kedua variabel yaitu psychological well being dan harga diri memiliki 91 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA sebaran normal sehingga sampel penelitian dapat mewakili populasi. Hasil perhitungan menunjukkan nilai thitung = -0,597 dengan df = 58, dengan p value> b. Uji Homogenitas 0,05. Berdasarkan perhitungan, Uji homogenitas digunakan diperoleh ttabel = 2,00172 sehingga untuk menguji data penelitian -thitung> -ttabel (-0,597 > -2,00172) memiliki varians yang sama atau maka tidak terdapat perbedaan tidak. Uji homogenitas penelitian psychological well being pada ini menggunakan teknik Levene's waria Test for Equality of Variances (PSK) dan waria bukan pekerja dengan taraf signifikansi 0,05. seks komersial (Non PSK). Data dikatakan pekerja seks komersial berdistribusi Hasil perhitungan kedua homogen jika signifikansi bernilai menunjukkan nilai thitung sebesar lebih besar dari 5% atau (p > 0,521 dengan df = 58, dengan p 0,05). Hasil homogenitas menunjukkan sebesar perhitungan uji value> penelitian ini perhitungan, diperoleh t tabel = nilai 0,058 disimpulkan signifikansi maka data terdapat perbedaan harga diri pada Uji ANOVA pekerja seks komersial seks komersial (Non PSK). perhitungan menunjukkan nilai Fhitung pada kategori harga diri adalah 19,291 karena Fhitung> Ftabel yaitu 19,291 > 3,16 maka terdapat perbedaan psychological well being pada pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) ditinjau dari harga diri. Uji t ttabel (PSK) dan waria bukan pekerja Hasil b. thitung< penelitian waria waria sehingga (0,521 < 2,00172) maka tidak 2. Uji Hipotesis kelompok 2,00172 Berdasarkan dapat homogen. a. 0,05. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji analisis data yang telah dilakukan terhadap ketiga hipotesis penelitian beberapa hasil. Uji maka diperoleh analisis data menunjukkan hipotesis pertama terbukti. Hasil perhitungan statistik yang dilakukan untuk hipotesis pertama menunjukkan bahwa Fhitung> Ftabel yaitu 19,291 > 3,16 artinya terdapat perbedaan psychological well being pada kelompok waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan 92 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA pekerja seks komersial (Non PSK) kelompok subjek penelitian ditinjau dari harga diri. Hasil uji analisis mempengaruhi kualitas psychological well kedua being. Ryff (2014) juga menyatakan menunjukkan berdasarkan perhitungan, diperoleh ttabel = 2,00172 bahwa sehingga -thitung> -ttabel (-0,597 > -2,00172) pekerjaan, yang diimbangi dengan tingkat maka perbedaan pendidikan yang merupakan prediktor psychological well being pada waria kuat bagi kualitas psychological well pekerja seks komersial (PSK) dan waria being individu. Penelitian oleh Grossi, bukan pekerja seks komersial (Non PSK). dkk. (2012) menjelaskan bahwa tingkat Uji analisis data juga menunjukkan bahwa pendidikan turut mempengaruhi keadaan hipotesis ketiga tidak terbukti. Hal ini psychological well being. Individu yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar menempuh pendidikan pada level atau 0,521 dengan df = 58, dengan p value> tingkatan 0,05. Berdasarkan perhitungan, diperoleh t mempunyai informasi yang lebih baik dan tabel = 2,00172 sehingga thitung< ttabel memiliki pemilihan keputusan lebih baik (0,521 < 2,00172) maka tidak terdapat dalam membuat pilihan sehingga dapat perbedaan harga diri pada waria pekerja mencapai psychological well being yang seks komersial (PSK) dan waria bukan lebih baik. tidak terdapat pekerja seks komersial (Non PSK). kaitan yang antara lebih peran tinggi status akan Uji analisis tambahan berikutnya Hasil penelitian yang telah peneliti menyatakan bahwa perbedaan usia waria lakukan mengatakan bahwa tidak terdapat pada kedua kelompok subjek penelitian perbedaan psychological well being pada mempengaruhi kualitas psychological well kedua kelompok waria (PSK dan Non being. Penelitian yang dilakukan oleh PSK), artinya status sosial ekonomi Ryff (1989) ditemukan adanya perbedaan bukanlah faktor penentu utama yang tingkat psychological well being pada membedakan psychological well being individu dari berbagai kelompok usia. kedua yaitu Hasil penelitian tersebut menunjukkan kelompok waria pekerja seks komersial bahwa individu yang berada pada usia (PSK) dan waria bukan pekerja seks dewasa madya memiliki nilai tinggi dalam komersial (Non PSK). Berkaitan dengan dimensi penguasaan lingkungan, otonomi, hasil analisis dan hubungan positif dengan orang lain tambahan menyatakan bahwa perbedaan sementara pada dimensi pertumbuhan tingkat pendidikan waria pada kedua pribadi, tujuan hidup, dan penerimaan diri kelompok hipotesis penelitian, kedua, uji 93 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA mendapatkan nilai rendah. Individu yang positif hingga negatif. berada dalam usia dewasa awal memiliki Berkaitan dengan hasil hipotesis nilai tinggi dalam dimensi pertumbuhan ketiga, uji analisis tambahan menyatakan pribadi, penerimaan diri, dan tujuan hidup bahwa sementara pada dimensi hubungan positif waria pada kedua kelompok subjek dengan penguasaan penelitian mempengaruhi kualitas harga lingkungan, dan otonomi memiliki nilai diri. Penelitian oleh Hidayati (2015) rendah. menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang lain, perbedaan tingkat pendidikan Hasil penelitian juga mengatakan berkorelasi positif dengan harga diri, bahwa tidak terdapat perbedaan harga diri semakin tinggi tingkat pendidikan maka pada kedua kelompok waria (PSK dan semakin tinggi tingkat harga diri individu. Non PSK), artinya status sosial ekonomi Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian bukanlah faktor penentu utama yang yang dilakukan oleh Bulut, Gurkan, dan membedakan harga diri kedua kelompok Sevil (dalam Gözüyilmaz & Baran, 2010) penelitian, yaitu kelompok waria pekerja menyatakan seks komersial (PSK) dan waria bukan tingkat pekerja seks komersial semakin rendah pula harga diri yang Menjalani kehidupan (Non PSK). sebagai waria pendidikan dimiliki. pendidikan bukan pekerja seks komersial (Non PSK) kepercayaan dengan Tingginya masing-masing seseorang Sebaliknya, pekerja seks komersial (PSK) dan waria karakteristik bahwa semakin rendah semakin akan diri maka tinggi menghasilkan pada kepercayaan seseorang. diri tersebut profesi tersebut memberikan pengaruh berimbas pada harga diri yang meningkat. yang berbeda terhadap harga diri. Hal ini Uji analisis tambahan berikutnya disebabkan adanya perbedaan tanggung menyatakan bahwa perbedaan usia waria jawab pada kedua kelompok subjek penelitian yang diemban, mungkin dialami, tekanan juga yang termasuk mempengaruhi kualitas harga diri. pandangan masyarakat sekitar tentang Penelitian oleh Potter (2002) menyatakan pilihan Pandangan bahwa perbedaan tingkat usia individu lingkungan tentang diri waria merupakan dapat mempengaruhi kualitas harga diri salah satu unsur pembentuk harga diri seseorang. Penelitian lain oleh Erol & yang membangun penilaian waria tentang Orth (2011) mendukung hasil tersebut dirinya. Penilaian ini dapat memberikan dengan menyatakan bahwa perbedaan usia gambaran tentang diri dalam rentang individu mempengaruhi perbedaan tingkat profesi tersebut. 94 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA harga diri individu. Pertumbuhan usia carabertindak yang sama dengan individu individu diiringi dengan meningkatnya pada kualitas harga dirinya. Perbedaannya terletak pada intensitas Berdasarkan ketiga hasil kategori harga diri tinggi. uji keyakinan diri, individu yang memiliki hipotesis yang telah dilakukan maka dapat harga diri sedang kurang yakin dalam disimpulkan bahwa harga diri memiliki menilai diri sendiri dan tergantung pada peran penting dalam membedakan kondisi penerimaan psychological well being pada kedua sekitarnya. Individu dengan harga diri kelompok subjek penelitian, dalam hal ini sedang cenderung terfokus pada masalah adalah waria pekerja seks komersial batinnya atau keprihatinan pribadinya. (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non lingkungan Status pekerjaan yang dipilih oleh masing-masing individu dalam kehidupan, Baumeister (dalam Stinson, Huang, & dalam hal ini waria pekerja seks komersial Cameron, 2015) mengemukakan bahwa (PSK) dan waria bukan pekerja seks harga diri dapat membantu individu untuk komersial (Non PSK), pada dasarnya menciptakan dan mempertahankan ikatan mengharapkan kualitas psychological well sosial juga being yang baik. Akan tetapi hal ini dapat meningkatkan menimbulkan perbedaan yang disebabkan penerimaan sosial dan menghindari social oleh karakteristik status pekerjaan dari exclusion. Harga diri dengan kata lain waria pekerja seks komersial (PSK) dan berfungsi untuk memantau kemungkinan waria bukan pekerja seks komersial (Non adanya penerimaan atau penolakan sosial PSK). Karakteristik tersebut diantaranya terhadap rutinitas membantu kuat. Leary di dan yang PSK). sosial Harga individu individu. Hal diri ini juga yang dijalani, waktu yang memberikan gambaran kepada individu dihabiskan, pendapatan, bahkan prestise terkait cara pandang individu tersebut yang didapatkan dari lingkungan. Nilai- terhadap nilai yang dianut masyarakat terhadap dirinya sendiri. Hasil kategorisasi harga diri waria pada kedua beberapa kelompok penelitian menunjukkan bahwa memberikan kontribusi terhadap cara jumlah waria terbanyak berada pada pandang individu terhadap diri sendiri. kategori harga diri sedang. Coopersmith Oleh sebab itu, karakteristik masing- (1998) mengungkapkan bahwa individu masing status pekerjaan juga penilaian yang masyarakat terhadap kedua status tersebut memiliki mempunyai harga ciri-ciri diri sifat sedang dan dapat karakteristik mempengaruhi penilaian tersebut waria 95 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA terhadap dirinya sendiri. dengan klasifikasi waria tersebut, menurut Penilaian yang dilakuan terhadap teori yang dikemukakan oleh Carl Rogers diri sendiri merupakan bagian dari harga (Raskin, Rogers, & Witty, 2011), individu diri yang berada dalam rentang positif yang mendapatkan penghargaan positif hingga negatif. Harga diri berkontribusi tanpa dalam berani penghargaan terhadap diri yang tanpa mengambil risiko, keinginan mempelajari syarat pula. Artinya individu berperilaku hal-hal baru, kreativitas, memberikan atas dasar keyakinannya sendiri, bukan umpan balik, berhubungan baik dengan berdasarkan tuntutan dari luar diri agar orang asertif dirinya dapat diterima lingkungan. Hal ini yang membuat individu memandang dirinya dimiliki oleh waria dengan harga diri secara positif sehingga berdampak pada tinggi adalah sanggup mengatasi masalah- penilaian terhadap diri sendiri. Individu masalah kehidupan, merasa cocok dengan yang kehidupannya, tidak mengalami kesulitan berdasarkan standar pribadi, dan bukan dalam proses sosialisasi, dan ditunjukkan berdasarkan oleh sikap aktif, tidak mudah putus asa, mengarahkan pada tingkat harga diri yang mudah bergaul, semakin hormat terhadap baik. kemampuan lain, (Branden, untuk produktif, 1992). dan Karakteristik orang lain. Sebaliknya, karakteristik waria syarat akan mampu memiliki menilai diri pandangan rasa sendiri orang lain, Berkaitan dengan permasalahan yang harga dirinya rendah adalah kurang pada aktif, kurang percaya diri, kesulitan dalam memberikan pengaruh besar terhadap proses sosialisasi, dan ditunjukkan dengan penilaian terhadap diri waria. Opini yang sikap yang minder, pasif, mudah putus berkembang di masyarakat terkadang asa, dan sukar bergaul. tidak sesuai dengan pilihan hidup waria, Mean harga diri pada waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) untuk penelitian bekerja ini, sebagai masyarakat pekerja seks komersial (PSK) maupun bukan sebagai terbukti lebih tinggi dibandingkan mean pekerja seks koemrsial waria pekerja seks komersial (PSK), yaitu Ketidaksesuaian 99,90 > 97,97. Dapat diartikan bahwa memunculkan waria bukan pekerja seks komersial (Non penerimaan dan penilaian orang lain. PSK) memiliki harga diri yang lebih Kondisi ini dapat berdampak negatif pada tinggi dibandingkan dengan waria pekerja harga diri sehingga waria menilai diri seks sendiri tidak berdasarkan keyakinannya komersial (PSK). Sehubungan (Non PSK). tersebut kecemasan kemudian terkait 96 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA melainkan atas dasar pandangan dari berperan kuat dalam membedakan kondisi orang lain. Hal inilah yang menimbulkan psychological well being keduanya. Waria perbedaan tingkat harga diri pada waria pekerja seks komersial (PSK) maupun pekerja seks komersial (PSK) dan waria waria bukan pekerja seks komersial (Non bukan pekerja seks komersial (Non PSK). PSK) Pekerjaan kesempatan bagi memberikan individu untuk akan mampu mencapai psychological well being apabila memiliki perasaan berharga terhadap diri sendiri. aktualisasi dan mengekspresikan diri, Perasaan serta perasaan mampu memberikan penilaian terhadap bangga (Susanti, 2012). Dalam bekerja, diri berdasarkan standar pribadi serta peningkatan karir dapat membuat harga memandang diri sendiri secara positif. diri, kekuasaan dan kedudukan sosial Kondisi dan karakteristik profesi waria meningkat, karena bekerja merupakan pekerja seks komersial (PSK) dan waria suatu bentuk penghargaan (Wrzesniewski, bukan pekerja seks komersial (Non PSK) 2003). tidak dapat menumbuhkan Individu akan mendapatkan ini dapat menjadikan membedakan seseorang kualitas penghasilan, status sosial dan teman, yang psychological well being tanpa disertai akhirnya dapat meningkatkan harga diri harga diri. Penelitian oleh Wilbum dan dengan bekerja. Perbedaan perlakuan Smith (2005), Lesmana (2013) serta masyarakat terhadap status pekerjaan Mami dan Suharnan (2015), salah satu waria (waria PSK dan waria Non PSK) hasilnya menjadi salah satu faktor penting dalam hubungan yang signifikan antara harga pembentukan penghargaan diri waria diri dan psychological well being dengan kemudian mengarahkan pada kondisi koefisien korelasi positif, artinya naik psychological well being yang berbeda turunnya harga diri diikuti juga oleh naik pula. turunnya psychological well being pada Psychological well being pada menyatakan bahwa terdapat individu. Tingginya tingkat harga diri waria pekerja seks komersial (PSK) dan berdampak waria bukan pekerja seks komersial (Non komponen psychological well being, yaitu PSK) akan berbeda apabila ditinjau dari penerimaan diri, penguasaan lingkungan, harga diri. Perbedaan psychological well otonomi, hubungan positif dengan orang being lain, tujuan hidup, dan pertumbuhan kedua kelompok subjek menunjukkan hasil yang signifikan. Hal tersebut menandakan bahwa harga diri pada tingginya keenam pribadi (Paradise dan Kernis, 2002). PENUTUP 97 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang bukan pekerja seks (Non PSK) dalam koemrsial rangka telah dipaparkan, maka dapat ditarik mencapai psychological well being kesimpulan: yang 1. berkualitas. Pembentukan Terdapat perbedaan harga diri waria yang menjadi psychological well being pada bagian dari konsep diri tidak dapat waria komersial terlepas dari identitas personalnya (PSK) dan waria bukan pekerja sebagai waria, untuk membentuk seks komersial (Non PSK) ditinjau harga diri waria tersebut waria dari harga diri. perlu membangun hubungan yang pekerja 2. seks Tidak perbedaan terdapat psychological well being pada waria pekerja seks kuat dengan Tuhan untuk meminta petunjuk 3. Tidak hidup yang terbaik. komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK). pilihan 2. Bagi Keluarga dan Masyarakat terdapat Keluarga dan masyarakat perbedaan harga diri pada waria diharapkan mampu menghargai pekerja seks komersial (PSK) dan diri waria sebagai individu yang waria apa adanya. Hal tersebut agar bukan pekerja seks komersial (Non PSK). waria lebih merasa berharga dan b. Saran Berdasarkan berarti atas dirinya dalam rang penelitian, mencapai psychological well being terdapat beberapa saran yang diajukan yang lebih berkualitas. Selain itu, peneliti, yaitu: penerimaan sosial dari keluarga 1. hasil Bagi Waria dan masyarakat akan Waria diharapkan mampu meminimalisasi diskriminasi dan membangun harga dirinya dengan pengucilan yang kerap kali timbul meninjau pandangan pada waria. Penerimaan waria terhadap diri, penerimaan diri sebagai individu apa adanya akan terkait konsep diri dan identitas membangun konsep diri positif personal, status sehingga evaluasi terhadap diri pekerjaan sebagai waria pekerja waria sendiri menjadi positif dan seks komersial (PSK) dan waria dapat kembali termasuk menerima dirinya apa 98 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA adanya. Keluarga dan masyarakat intervensi yang dinilai sebagai individu yang meningkatkan kualitas harga diri dekat dan berpengaruh bagi waria waria sehingga mampu mencapai dapat memotivasi waria dalam psychological well being yang mendefinisikan diri lebih baik. Peneliti lain dapat Penilaian harapan dan sendiri. terutama untuk dari melakukan pendekatan kualitatif keluarga dan msyarakat dapat untuk memperoleh informasi lebih masuk ke dalam konsep diri waria dalam dan akan psikologis waria terkait keadaan dengan psychological well being ditinjau kemudian berperilaku waria sesuai pengharapan tersebut. 3. dari Bagi Psikolog, mengenai harga dinamika diri. Penelitian selanjutnya juga dapat mengkaji Praktisi di Bidang Psikologi dan permasalahan Lembaga Terkait variabel yang menggunakan berbeda seperti Psikolog, Praktisi di bidang religiusitas dan ethnic identity psikologi, dan lembaga terkait dengan mempertimbangkan faktor diharapkan memotivasi usia dan tingkat pendidikan waria. waria untuk kembali ke arah Selain itu, peneliti lain diharapkan kehidupan normal serta kemudian mampumeminimalisasi memberikan kelemahan-kelemahan dapat konseling atau dalam program layanan psikologi lain penelitian sehingga hasil penelitian dalam dapat lebih komprehensif. rangka membantu, membimbing, serta memberikan dukungan kepada kehidupan yang lebih baik. tersebut bermanfaat Program-program diharapkan dapat sebagai upaya membangun harga diri yang positif agar mencapai psychological well being yang lebih berkualitas. 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian selanjutnya diharapkan mampu memberikan DAFTAR PUSTAKA Atmojo, K. (1986). Kami Bukan Lelaki – Sebuah Sketsa Kehidupan Kaum Waria. Jakarta: PT Temprin Branden, N. (1992). The Psychology of Self Esteem. New York: Bartam Bools Carr, Alan. (2004). Positive Psychology, The Science of Happiness and Human Strength. New York: Brunner-Routledge Coopersmith, S. (1998) The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman Comp Erol, R.Y., & Orth, U. (2011). Selfesteem development from age 14 to 30 year’s: A longitudinal Study. Journal of Personality and Social Psychology, 101(3), 607-619 99 YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA Gebaueer, J.E., Sedikides, C. & Neberich, W. (2011). Religiosity, Social SelfEsteem, and Psychological Adjustment: On the Cross-Cultural Specificity on the Psychological Benefits of Religiosity. Psychological Science, XX(X), 1-3 Grossi, E., Blessi, G.T., Sacco, P.L. & Buscema, M. (2012). The interaction between culture, health and psychological well being: Data mining from the Italian culture and well-being project. J Happiness Study, 13, 129-148 Gözüyilmaz, A., & Baran, G. (2010). A study on self-esteem in married adolescents according to pregnancy and education level. Social and Behavioral Sciences, 9, 1342-1346 Hartoyo. (2013). Sesuai Kata Hati: Kisah Perjuangan 7 Waria. Jakarta: Rehal Pustaka Hidayati, N.A. (2015). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Self-Esteem Remaja. Jurnal Universitas Muhammadiyah Malang, 8, 1-6 Koeswinarno, (2005). Hidup Sebagai Waria, Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara Lesmana, W.I. (2013). Hubungan antara Harga Diri dan Tingkat Stres dengan Psychological Well Being. (Skripsi tidak dipublikasikan), Universitas Negeri Surabaya, Surabaya Mami, L. & Suharnan. (2015). Harga Diri, Dukungan Sosial dan Psychological Well Being Wanita Dewasa yang Masih Lajang. Persona Junal Psikologi Indonesia, 4(03), 216224 Potter, J. (2002). Global Sel-Esteem Across the Life Span. Psychology and Aging, 17(3), 423-434 Raskin, N.J., Rogers, C.R., & Witty, M.C. (2011). Client Centered-Therapy dalam Raymond J. Cosini dan Danny Wedding (Eds.). Current Psychotherapies Ninth Edition (148191)Belmont: Brooks/Cole Cengange Learning Ryan, R.M., & Deci E.L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic WellBeing. Annual Review Psychology, 52, 141-166 Ryff, C.D. & Keyes, C.L. (1995). The Structure of psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69, 719-727 Ryff, C.D., & Singer, B. (1998). The contours of positive human health. Psychological Inquiry, 9, 1-28 Ryff, C.D., Magee, W.J., Kling, K.C., & Wing, E.H. (1999). Forging macro-micro lingkage in the study of psychological well-being. In Ryff, C.D., & Marshall, V. W. (Eds.). The self a society in aging processes. New York: Springer Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the Meaning of Psychological Well Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 10691081 _______. Psychological Well-Being in Adult Life. Current Directions in Psychological Science. Retrieved from http://midmac.med.harvard.edu/bullet3.html _______. (1995). Psychological WellBeing in Adult Life. Current Directions In Psychological Science,4, 99-104 _______. (2014). Psychological wellbeing revisited: Advances in the science and practice of eudaimonia. Psychotherapy and Psychosomatics, 83(1), 10-28 Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Susanti. (2012). Hubungan Harga Diri dan Psychological Well Being pada Wanita Lajang Ditinjau dari Bidang Pekerjaan. Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, I(I),1-8 Tahir, M. (2012). Determinants of Psychological Well-Being and Self-Esteem in Married and Unmarried Women. Pakistan Journal of Clinical Psychology, 11(2), 3-14 Truong, Thanh-Dam. (1992). Seks Uang Kekuasaan Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES Willbum, R.V. & Smith, E.D. (2005). Stress, Self-Esteem, and Suicidal Ideation In Late Adolescent. Schrank Hall South, University of Akron, 40(157), 215 Wrzesniewski, A. (2003). Status and the meaning of work: Prestige in the eye of the beholder. San Fancisco: Berrett-Koehler 100