(PSK) dan Waria Bukan Pekerja Seks Komersial Ditinjau

advertisement
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
Perbedaan Psychological Well Being pada Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Waria Bukan
Pekerja Seks Komersial Ditinjau dari Harga Diri
Psychological Well Being Comparison between Transsexual
Prostitute and Transsexual Non Prostitute Based on Self Esteem
Andini Dwi Yudhanti, Rin Widya Agustin, Arif Tri Setyanto
Program Studi Psikologi FakultasKedokteran
UniversitasSebelasMaret
ABSTRAK
Psychological well being merupakan kondisi psikologis dimana individu mampu
menjalani peran-peran dalam kehidupannya berdasarkan pengalaman-pengalaman
sehingga melahirkan sikap positif dalam hidupnya. Perbedaan perlakuan masyarakat
terhadap status pekerjaan waria (waria PSK dan waria Non PSK) menjadi salah satu
faktor penting dalam pembentukan penghargaan diri waria kemudian mengarahkan
pada kondisi psychological well being yang berbeda pula.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan psychological well being
pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non
PSK) ditinjau dari harga diri, perbedaan psychological well being pada waria pekerja seks
komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK), dan perbedaan
harga diri pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks
komersial (Non PSK).
Populasi dalam penelitian ini adalah waria (waria PSK dan waria Non PSK) yang
terdapat pada komunitas waria lokal Kota Surabaya yang bernama PERWAKOS dengan
rentang usia 18-40 tahun. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60
orang yang terdiri dari 30 orang waria pekerja seks komersial (PSK) dan 30 orang waria
bukan pekerja seks komersial (Non PSK). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan
skala psychological well being (r=0,883) dan skala harga diri (r=0,902).
Hasil analisa data menggunakan uji two way anova menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada psychological well being waria pekerja seks komersial
(PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) ditinjau dari harga diri (F hitung =
19,291, p < 0,05). Analisis data selanjutnya menggunakan uji t. Hasil analisia data tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological well being pada waria
pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) (t hitung =0,597, p > 0,05); serta tidak terdapat perbedaan harga diri waria pekerja seks komersial
(PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) (t hitung = 0,521, p > 0,05).
Kata kunci:psychological well being, harga diri, waria
83
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
PENDAHULUAN
Waria
atau
transgender
bentuk aktulisasi diri dan kelompok. Aksiialah
aksi tersebut merupakan upaya kaum
sebutan bagi individu yang identitas
waria untuk diakui dan diterima di dalam
gender,
masyarakat (Hartoyo, 2013).
gender
expression,
atau
perilakunya tidak sesuai dengan identitas
seksualnya.Waria
menghadapi
di negara ini baru sebatas realitas informal
masalah dari dalam maupun luar sebagai
oleh sebagian masyarakat. Tidak bisa
konsekuensi pemilihan hidup sebagai
dihindari
waria.
mereka
Pertama,
banyak
Penerimaan dan pengakuan waria
mereka
cenderung
munculnya
yang
pro-kontra
membahas
psikologis
Kedua, adanya ketidakterimaan sosial dari
maupun kebijakan publik yang mesti
lingkungan atas penentangan konstruksi
diambil
gender.
kebingungan
mereka
juga
analisis
sisi
mengalami kebingungan identitas diri.
Selanjutnya,
ilmiah,
dari
baik
pemerintah.
dengan
teologi,
Masyarakat
klasifikasi
menghadapi rumitnya legalitas, hukum
transgender yang di satu sisi diklaim
norma tertulis maupun tidak tertulis yang
sebagai penyimpangan sosial dan masalah
menempatkan
dan
kejiwaan, namun di sisi lain diklaim
juga
sebagai perbedaan yang lumrah dalam
pada
kewajibannya,
hak
serta
mereka
mempunyai dorongan seksual yang sama
dengan manusia lainnya (Koeswinarno,
2005).
masalah orientasi seksual.
Konflik-konflik kehidupan waria
menyebabkan
dunianya
semakin
Mengalami kekerasan, baik dalam
terisolasi, sementara waria dituntut harus
tekanan verbal maupun kekerasan fisik,
tetap mampu survive dalam lingkungan
seringkali
waria
yang mengisolasikan dirinya itu. Isolasi
memberontak dan lari dari orang lain. Tak
yang didapatkan oleh kaum waria juga
jarang, mereka turun ke jalan dalam usia
mencakup permasalahan dalam pekerjaan
belasan
menemukan
(Koeswinarno, 2005). Dalam konteks
komunitas di mana waria merasa aman
status sosial ekonomi kaum waria dapat
dan
mengekspresikan
diklasifikasikan ke dalam dua golongan,
identitas gender dan kebutuhan akan
yaitu waria pekerja seks komersial (PSK)
eksplorasi seksual mereka. Aksi-aksi yang
dan waria bukan pekerja seks komersial
dilakukan oleh waria tersebut memiliki
(Non PSK). Kaum waria yang bukan
tujuan untuk mengekspresikan berbagai
pekerja seks komersial biasanya bekerja
kemampuan, ide serta gagasannya sebagai
sebagai penata rias di salon kecantikan,
menyebabkan
tahun
nyaman
untuk
dalam
84
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
pedagang, pengamen, penyanyi café/club,
dan
lain
sebagainya.
masing individu.
Perlakuan
Neberich
(2011)
menjelaskan
masyarakat terhadap status pekerjaan
perekonomian dan juga karier yang
waria (waria pekerja seks komersial
meningkat dapat menjadikan perempuan
(PSK) dan waria bukan pekerja seks
dan laki-laki merasakan keamanan dan
koemrsial (Non PSK)) menjadi salah satu
kesejahteraan
faktor
psychological well being, akan tetapi hal
penting
dalam
pembentukan
psychological well being.
pada
secara
psikologis
atau
tersebut dapat berubah-ubah dipengaruhi
Psychological well being merujuk
oleh banyak faktor, salah satunya adalah
perasaan
status sosial ekonomi yang dilihat dari
aktivitas
seseorang
hidup
mengenai
sehari-hari.
Segala
jenis
pekerjaannya.
Penelitian
aktivitas yang dilakukan oleh individu
mengemukakan
yang berlangsung setiap hari dimana
ekonomi berhubungan dengan dimensi
dalam
kemungkinan
penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan
mengalami fluktuasi pikiran dan perasaan
lingkungan, dan pertumbuhan diri (dalam
yang dimulai dari kondisi mental negatif
Ryan & Deci, 2001).
proses
tersebut
bahwa
status
Ryff
sosial
sampai pada kondisi mental positif,
Penelitian oleh Wilbum dan Smith
misalnya dari trauma sampai penerimaan
(2005), Lesmana (2013) serta Mami dan
hidup.Ryff (1989) mengemukakan bahwa
Suharnan (2015), salah satu hasilnya
psychological well being berkaitan pada
menyatakan bahwa terdapat hubungan
fungsi psikologi positif. Fungsi psikologi
yang signifikan antara harga diri dan
positif merupakan konsep dasar yang
psychological well being dengan koefisien
berdampak pada tingkat psychological
korelasi positif, artinya naik turunnya
well being yang tinggi karena seseorang
harga diri diikuti juga oleh naik turunnya
mampu memaknai bahwa peristiwa yang
psychological well being pada individu.
dialaminya dalam kehidupan memiliki
Penelitian yang dilakukan oleh Susanti
manfaat
(2012)
(Tahir,
2012).
Pemaknaan
juga
menyatakan
terdapat
terhadap peristiwa yang terjadi dalam
hubungan positif antara harga diri dengan
kehidupan tersebut kembali lagi pada
psychological
pemaknaan yang dapat berbeda-beda bagi
mengendalikan bidang pekerjaan. Hal ini
setiap
itu,
berarti semakin tinggi harga diri yang
seseorang
dimiliki oleh seseorang, maka semakin
berbeda-beda tergantung pada masing-
tinggi pula psychological well being yang
individu.
psychological
well
Oleh
karena
being
well
being
dengan
85
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
dimiliki, dan sebaliknya.
DASAR TEORI
Rosenberg (1965, dalam Ryff
1.
Psychological Well Being
1989) menyatakan bahwa harga diri
Psychological well being berakar
adalah penerimaan diri yang merupakan
dari konsep eudaimonia yang mencakup
dasar dari penilaian diri.Cara seseorang
dua esensi penting yaitu untuk dapat
memadang
memahami diri dan menjadi diri yang
segala
kehidupan
terhadap
peristiwa
memberikan
kualitas
dalam
kontribusi
Ryff (dalam Alan Carr,
well
2008) mendefinisikan psychological well
being. Menjalani kehidupan sebagai waria
being sebagai suatu dorongan untuk
pekerja seks komersial atau waria bukan
menggali potensi diri individu secara
pekerja
dengan
keseluruhan. Dorongan tersebut dapat
karakteristik masing-masing memberikan
menyebabkan seseorang menjadi pasrah
pengaruh
terhadap
seks
psychological
(Ryff, 2014).
komersial
yang
psychological
berbeda
yang
menandakan
psychological well being individu rendah
pada
atau berusaha untuk memperbaiki keadaan
tanggung jawab yang diemban, tekanan
hidup yang akan membuat psychological
yang mungkin dialami, juga termasuk
well being individu tersebut menjadi
pandangan masyarakat sekitar tentang
tinggi (Ryff & Keyes, 1995).
adanya
being.Hal
keadaan
ini
disebabkan
well
terhadap
perbedaan
pilihan profesi tersebut. Kondisi demikian
turut
pula
mempengaruhi
penilaian
Psychological well being adalah
kondisi
psikologis
dimana
individu
individu terhadap dirinya sendiri yang
mampu menjalani peran-peran dalam
merupakan gambaran harga diri.Tingkat
kehidupannya berdasarkan pengalaman-
harga
diri
memberikan
individu
selanjutnya
pengalaman sehingga melahirkan sikap
seseorang
pandangan
positif yang ditunjukkan dengan mampu
terhadap kehidupan. Oleh sebab itu,
menerima
berdasarkan uraian yang telah diberikan
hubungan positif dengan orang lain,
maka
memiliki
penulis
mengambil
judul
keadaan
diri,
memiliki
kemandirian,
untuk
memiliki
“Perbedaan Psychological Well Being
kemampuan
pada Waria Pekerja Seks Komersial
perubahan
(PSK) dan Waria Bukan Pekerja Seks
lingkungan sekitarnya, memiliki tujuan
Komersial (Non PSK) ditinjau dari Harga
hidup serta memiliki kemampuan dalam
Diri (Studi Komparatif pada Persatuan
mengembangkan potensi diri dan mampu
Waria Kota Surabaya)”.
menghadapi
yang
dirasa
mengadakan
perlu
permasalahan
dalam
dalam
86
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
hidupnya sehingga individu merasakan
(Ryff, 2014).
adanya kepuasan batin dan kesejahteraan
e.
batin dalam atau terhadap hidupnya.
Ryff
(1989)
Tujuan
Hidup
(purpose of life)
mengemukakan
Individu
mampu
keenam dimensi psychological well being,
merasakan bahwa hidup yang
antara lain:
dijalani memiliki arti, tujuan, dan
a.
Penerimaan
diri
arah
(self acceptance)
(Ryff,
2014).
perkembangan juga menekankan
Dimensi penerimaan diri
pada berbagai perubahan tujuan
mengukur tingkat pemahaman dan
hidup
penerimaan
perkembangan tertentu.
seseorang
terhadap
dirinya sendiri (Ryff, 2014).
b.
dengan
Hubungan
orang
Teori
lain
sesuai
f.
positif
dengan
tugas
Pertumbuhan
Pribadi (personal growth)
(positive
Fungsi
relations with others)
optimal
Kedekatan hubungan yang
psikologi
(optimal
yang
psychological
functioning) tidak hanya bermakna
dibangun individu terhadap orang
pada
lain merupakan makna inti dari
karakteristik-karakteristik tertentu,
dimensi ini.
namun pada sejauh mana individu
c.
Otonomi
terus-menerus
(autonomy)
digambarkan
kesanggupan
menjalankan
kehidupan
dalam
dirinya (Ryff, 1989).
sesuai
2. Harga Diri
2014).
Santrock (2003) mendefinisikan
harga
lingkungan
mengembangkan
meningkatkan kualitas positif pada
dengan cara pandangnya (Ryff,
d.
terhadap
potensi dirinya, bertumbuh, dan
Otonomi
sebagai
pencapaian
Penguasaan
adalah
evaluasi
individu
terhadap dirinya sendiri secara positif atau
(environmental
mastery)
Kemampuan
diri
negatif. Penilaian tersebut terlihat dari
penghargaan terhadap keberadaan dan
individu
keberartian dirinya. Dalam harga diri
untuk mengatur situasi kehidupan
mencakup
evaluasi
dan
penghargaan
yang dijalani merupakan inti dari
terhadap diri dan akan menghasilkan
dimensi penguasaan lingkungan
penilaian tinggi atau rendah terhadap
87
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
dirinya
sendiri.
(1998)
sayang dari orang lain. Individu
sebagai
akan merasa berguna bagi orang
penilaian pribadi (personal judgement)
lain jika mendapatkan penerimaan
mengenai
dan perhatian dari lingkungan,
mendefinisikan
Coopersmith
harga
perasaan
diri
berharga
yang
ditunjukkan dalam sikap-sikap terhadap
popularitas,
diri sendiri.
keluarga.
Harga diri adalah dimensi global
dengan
dan
dukungan
Penerimaan
kehangatan,
ditandai
kemauan
dari diri yang merupakan penilaian positif
mendengarkan,
atau negatif yang dibuat individu tentang
kesukaan pada seseorang atas
hal yang berkaitan dengan dirinya, yang
siapa dirinya.
menunjukkan
sejauh
mana
individu
c.
menyukai dirinya sebagai individu yang
mampu, penting dan berharga.
Kebajikan
(1998)
yang
mempengaruhi harga diri, yaitu:
sekitarnya.
Kekuasaan (power)
Kekuatan
dapat
ditunjukkan
dengan
adanya
kesesuaian dengan moral dan etika
mengemukakan beberapa aspek yang
a.
Kebajikan (virtue)
individu
Coopersmith
perhatian,
berlaku
di
Orang
lingkungan
tua
akan
menanamkan nilai-nilai mengenai
diukur
etika dan moral mengenai nilai
berdasarkan kemampuan individu
benar atau salah. Kebajikan ini
mempengaruhi orang lain melalui
juga
penguasaan perilakunya. Individu
mengenai segala macam peraturan
mempunyai
untuk
dan norma dalam masyarakat serta
mengontrol diri sendiri dan orang
hal-hal yang berkaitan dengan
lain.
ketaatan dalam beragama (religi)
kekuatan
Kekuatan
ini
juga
bisa
ditunjukkan dalam penghargaan,
penerimaan,
dan penghormatan
dari orang lain.
b.
Keberartian
penerimaan,
dalamnya
dan nilai-nilai kemanusiaan.
d.
Kompetensi
Kompetensi dilihat pada
individu
Keberartian yang didapat
dapat
di
(competence)
(significance)
individu
termasuk
dilihat
dari
perhatian,
penghargaan, dan adanya kasih
yang
mempunyuai
kemampuan atau skill yang cukup.
Kemampuan
ditandai
atau
oleh
kompetensi
keberhasilan
seseorang atas apa yang telah
88
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
menjadi keinginan dan usahanya.
berganti-ganti pasangan (promiskuitas),
Individu
dan
yang
mempunyai
kemampuan akan merasa bahwa
orang
lain
ketidakacuhan
emosional
(Dam
pekerja
seks
Truong, 1992).
akan
memberikan
positif
kepadanya,
komersial (Non PSK) adalah waria yang
sehingga individu tersebut dapat
berprofesi diluar dunia pelacuran. Waria
mengatasi
yang
yang tidakbekerja sebagai pekerja seks
mampu
komersial biasanya bekerja sebagai penata
menghadapi segala permasalahan
rias di salon kecantikan, desainer, model,
dalam lingkungannya.
pedagang, pengamen, penyanyi café/club,
dukungan
masalah
dihadapinya
serta
3. Waria PSK dan Waria Non
Waria
bukan
penjahit, guru, dan lain sebagainya.
PSK
METODE PENELITIAN
Menurut Atmojo (1986) waria
1. Variabel Penelitan
adalah laki-laki yang berdandan dan
Penelitian ini menggunakan dua
berperilaku sebagai wanita, istilah waria
variabel
bebas
diberikan bagi penderita transeksual yaitu
tergantung. Variabel tergantung dalam
seorang yang memiliki fisik berbeda
penelitian ini adalah psychological well
dengan jiwanya. Koeswinarno (2005)
being,
menyatakan bahwa seorang waria secara
adalah harga diri dan pekerjaan waria
psikis merasa dirinya tidak cocok dengan
(PSK dan Non PSK).
sedangkan
alat kelamin fisiknya sehingga mereka
memakai pakaian atau atribut lain dari
a.
merupakan
pekerja
pelacur
satu
variabel
variabel
bebasnya
Psychological Well
Being
jenis kelamin yang lain.
Waria
dan
Psychological well being
seks
komersial
waria
yang
adalah kondisi psikologis dimana
individu mampu menjalani peran-
menyediakan diri kepada laki-laki untuk
peran
mengadakan hubungan seksual dengan
berdasarkan
mengharapkan imbalan uang yang sudah
pengalaman sehingga melahirkan
ada standar harga secara relatif untuk
sikap positif yang ditunjukkan
setiap layanan yang diberikan. Definisi
dengan mampu menerima keadaan
pelacuran
diri, memiliki hubungan positif
dan
waria
pekerja
seks
dalam
komersial tersebut memiliki karakteristik
dengan
orang
tiga unsur, yaitu pembayaran (reward),
kemandirian,
kehidupannya
pengalaman-
lain,
memiliki
memiliki
89
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
kemampuan untuk mengadakan
adalah
perubahan yang dirasa perlu dalam
mengenai perasaan berharga atau
lingkungan sekitarnya, memiliki
berarti yang diekspresikan dalam
tujuan
sikap-sikap
hidup
serta
memiliki
kemampuan
dalam
“personal
judgment”
individu
terhadap
dirinya.
mengembangkan potensi diri dan
Harga diri dalam penilaian
mampu menghadapi permasalahan
ini diukur menggunakan skala
dalam hidupnya sehingga individu
yang merupakan modifikasi dari
merasakan adanya kepuasan batin
Self
dan kesejahteraan batin dalam atau
Coopersmith. Aspek harga diri
terhadap hidupnya.
yang digunakan dalam penyusunan
Psychological well being
dalam
penelitian
skala
ini
Inventory
menggunakan
aspek
diukur
kekuasaan (power), kerberartian
menggunakan skala psychological
(significance), kebajikan (virtue),
well
dan
being
modifikasi
ini
Esteem
yang
merupakan
dari
kompetensi
(competence),
skala
semakin tinggi nilai harga diri
psychological well being Ryff
yang diperoleh maka semakin
(Abbot dkk, 2006) dengan dimensi
positif tingkat harga diri individu,
antara
dan sebaliknya jika perolehan nilai
lain
penerimaan
diri,
hubungan positif dengan orang
harga
lain,
menunjukkan tingkat harga diri
pertumbuhan
otonomi,
tujuan
pribadi,
hidup,
dan
c.
Harga Diri
rendah
maka
yang negatif.
penguasaan lingkungan.
b.
diri
Pekerjaan
Waria
(PSK dan Non PSK)
Harga diri adalah dimensi
Waria
pekerja
seks
global dari diri yang merupakan
komersial (PSK) adalah pelacur
penilaian positif atau negatif yang
waria
dibuat individu tentang hal yang
kepada
berkaitan dengan dirinya, yang
mengadakan
menunjukkan
dengan
sejauh
mana
yang
menyediakan
orang
diri
lain,
untuk
hubungan
seksual
mengharapkan
imbalan
individu menyukai dirinya sebagai
uang yang sudah ada standar harga
individu yang mampu, penting dan
secara relatif untuk setiap layanan
berharga. Secara singkat harga diri
yang diberikan. Sedangkan waria
90
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
bukan
pekerja
seks
komersial
Penelitian ini akan menggunakan
adalah
waria
yang
memiliki
teknik analisis two way anova untuk
pekerjaan
tidak
mengetahui perbedaan psychological well
bekerja sebagai waria pekerja seks.
being pada waria PSK dan waria Non PSK
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
ditinjau dari harga diri. Penggunaan teknik
60 orang waria yang terdiri dari 30waria
kelompok subjek yang dibandingkan, yaitu
PSK dan 30 waria Non PSK pada
waria PSK dan Waria Non PSK, serta
Persatuan
terdapat dua variabel independen, yaitu
Waria
(PERWAKOS)
simple
beragam
random
dan
Kota
yang
Surabaya
dipilih
sampling
dan
melalui
telah
analisis two way anova karena terdapat dua
harga
diri
dan
pekerjaan
Perhitungan teknik analisis
waria.
two way
memenuhi kriteria, yakni berusia 18-40
anovaakan dilakukan
tahun.
program Statistical Product and Service
3. Alat Ukur Penelitian
dengan bantuan
Solution (SPSS) versi 18.0.
Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu
HASIL- HASIL
1. Uji Asumsi Dasar
skala psychological well being dan skala
a.
Uji Normalitas
harga diri. Penentuan skor didasarkan pada
Uji normalitas digunakan
penyusunan alternatif jawaban pada kedua
untuk
skala ini yang menggunakan model skala
residual
Likert,
terdistribusi secara normal atau
yaitu sangat sesuai (SS), sesuai
menguji
apakah
yang
dihasilkan
(S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
tidak
sesuai (STS). Pernyataan dalam skala
Kolmogrov-Smirnov Test dengan
penelitian
taraf
ini
mengandung
aitem
dengan
nilai
melihat
signifikansi
0,05.
nilai
Data
favourable dan unfavourable. Uji validitas
dinyatakan berdistribusi normal
dilakukan dengan menggunakan teknik
apabila signifikansi lebih besar
korelasi corrected item total correlation,
dari 5 % atau (p>0,05) (Priyatno,
sedangkan uji reliabilitas dilakukan denan
2012).
menggunakan koefisienAlpha Cronbach
Psychological
yang akan diolah dengan menggunakan
diperoleh nilai signifikansi sebesar
bantuan program Statistical Product and
0,288
Service Solution (SPSS) versi 18.0.
sebesar 0,170. Hal ini berarti
4. Teknik Analisis
Uji
dan
normalitas
Skala
Well
Being
Skala
Harga
Diri
kedua variabel yaitu psychological
well being dan harga diri memiliki
91
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
sebaran normal sehingga sampel
penelitian
dapat
mewakili
populasi.
Hasil
perhitungan
menunjukkan nilai thitung = -0,597
dengan df = 58, dengan p value>
b.
Uji Homogenitas
0,05.
Berdasarkan
perhitungan,
Uji homogenitas digunakan
diperoleh ttabel = 2,00172 sehingga
untuk menguji data penelitian
-thitung> -ttabel (-0,597 > -2,00172)
memiliki varians yang sama atau
maka tidak terdapat perbedaan
tidak. Uji homogenitas penelitian
psychological well being pada
ini menggunakan teknik Levene's
waria
Test for Equality of Variances
(PSK) dan waria bukan pekerja
dengan taraf signifikansi 0,05.
seks komersial (Non PSK).
Data
dikatakan
pekerja
seks
komersial
berdistribusi
Hasil perhitungan kedua
homogen jika signifikansi bernilai
menunjukkan nilai thitung sebesar
lebih besar dari 5% atau (p >
0,521 dengan df = 58, dengan p
0,05).
Hasil
homogenitas
menunjukkan
sebesar
perhitungan
uji
value>
penelitian
ini
perhitungan, diperoleh t tabel =
nilai
0,058
disimpulkan
signifikansi
maka
data
terdapat perbedaan harga diri pada
Uji ANOVA
pekerja
seks
komersial
seks komersial (Non PSK).
perhitungan
menunjukkan nilai Fhitung pada
kategori harga diri adalah 19,291
karena Fhitung> Ftabel yaitu 19,291 >
3,16 maka terdapat perbedaan
psychological well being pada
pekerja
seks
komersial (PSK) dan waria bukan
pekerja seks komersial (Non PSK)
ditinjau dari harga diri.
Uji t
ttabel
(PSK) dan waria bukan pekerja
Hasil
b.
thitung<
penelitian
waria
waria
sehingga
(0,521 < 2,00172) maka tidak
2. Uji Hipotesis
kelompok
2,00172
Berdasarkan
dapat
homogen.
a.
0,05.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji analisis data
yang telah dilakukan terhadap ketiga
hipotesis
penelitian
beberapa
hasil.
Uji
maka
diperoleh
analisis
data
menunjukkan hipotesis pertama terbukti.
Hasil perhitungan statistik yang dilakukan
untuk hipotesis pertama menunjukkan
bahwa Fhitung> Ftabel yaitu 19,291 > 3,16
artinya terdapat perbedaan psychological
well being pada kelompok waria pekerja
seks komersial (PSK) dan waria bukan
92
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
pekerja
seks
komersial
(Non
PSK)
kelompok
subjek
penelitian
ditinjau dari harga diri. Hasil uji analisis
mempengaruhi kualitas psychological well
kedua
being. Ryff (2014) juga menyatakan
menunjukkan
berdasarkan
perhitungan, diperoleh ttabel = 2,00172
bahwa
sehingga -thitung> -ttabel (-0,597 > -2,00172)
pekerjaan, yang diimbangi dengan tingkat
maka
perbedaan
pendidikan yang merupakan prediktor
psychological well being pada waria
kuat bagi kualitas psychological well
pekerja seks komersial (PSK) dan waria
being individu. Penelitian oleh Grossi,
bukan pekerja seks komersial (Non PSK).
dkk. (2012) menjelaskan bahwa tingkat
Uji analisis data juga menunjukkan bahwa
pendidikan turut mempengaruhi keadaan
hipotesis ketiga tidak terbukti. Hal ini
psychological well being. Individu yang
ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar
menempuh pendidikan pada level atau
0,521 dengan df = 58, dengan p value>
tingkatan
0,05. Berdasarkan perhitungan, diperoleh t
mempunyai informasi yang lebih baik dan
tabel = 2,00172 sehingga thitung< ttabel
memiliki pemilihan keputusan lebih baik
(0,521 < 2,00172) maka tidak terdapat
dalam membuat pilihan sehingga dapat
perbedaan harga diri pada waria pekerja
mencapai psychological well being yang
seks komersial (PSK) dan waria bukan
lebih baik.
tidak
terdapat
pekerja seks komersial (Non PSK).
kaitan
yang
antara
lebih
peran
tinggi
status
akan
Uji analisis tambahan berikutnya
Hasil penelitian yang telah peneliti
menyatakan bahwa perbedaan usia waria
lakukan mengatakan bahwa tidak terdapat
pada kedua kelompok subjek penelitian
perbedaan psychological well being pada
mempengaruhi kualitas psychological well
kedua kelompok waria (PSK dan Non
being. Penelitian yang dilakukan oleh
PSK), artinya status sosial ekonomi
Ryff (1989) ditemukan adanya perbedaan
bukanlah faktor penentu utama yang
tingkat psychological well being pada
membedakan psychological well being
individu dari berbagai kelompok usia.
kedua
yaitu
Hasil penelitian tersebut menunjukkan
kelompok waria pekerja seks komersial
bahwa individu yang berada pada usia
(PSK) dan waria bukan pekerja seks
dewasa madya memiliki nilai tinggi dalam
komersial (Non PSK). Berkaitan dengan
dimensi penguasaan lingkungan, otonomi,
hasil
analisis
dan hubungan positif dengan orang lain
tambahan menyatakan bahwa perbedaan
sementara pada dimensi pertumbuhan
tingkat pendidikan waria pada kedua
pribadi, tujuan hidup, dan penerimaan diri
kelompok
hipotesis
penelitian,
kedua,
uji
93
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
mendapatkan nilai rendah. Individu yang
positif hingga negatif.
berada dalam usia dewasa awal memiliki
Berkaitan dengan hasil hipotesis
nilai tinggi dalam dimensi pertumbuhan
ketiga, uji analisis tambahan menyatakan
pribadi, penerimaan diri, dan tujuan hidup
bahwa
sementara pada dimensi hubungan positif
waria pada kedua kelompok subjek
dengan
penguasaan
penelitian mempengaruhi kualitas harga
lingkungan, dan otonomi memiliki nilai
diri. Penelitian oleh Hidayati (2015)
rendah.
menyatakan bahwa tingkat pendidikan
orang
lain,
perbedaan
tingkat
pendidikan
Hasil penelitian juga mengatakan
berkorelasi positif dengan harga diri,
bahwa tidak terdapat perbedaan harga diri
semakin tinggi tingkat pendidikan maka
pada kedua kelompok waria (PSK dan
semakin tinggi tingkat harga diri individu.
Non PSK), artinya status sosial ekonomi
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian
bukanlah faktor penentu utama yang
yang dilakukan oleh Bulut, Gurkan, dan
membedakan harga diri kedua kelompok
Sevil (dalam Gözüyilmaz & Baran, 2010)
penelitian, yaitu kelompok waria pekerja
menyatakan
seks komersial (PSK) dan waria bukan
tingkat
pekerja seks komersial
semakin rendah pula harga diri yang
Menjalani
kehidupan
(Non PSK).
sebagai
waria
pendidikan
dimiliki.
pendidikan
bukan pekerja seks komersial (Non PSK)
kepercayaan
dengan
Tingginya
masing-masing
seseorang
Sebaliknya,
pekerja seks komersial (PSK) dan waria
karakteristik
bahwa semakin rendah
semakin
akan
diri
maka
tinggi
menghasilkan
pada
kepercayaan
seseorang.
diri
tersebut
profesi tersebut memberikan pengaruh
berimbas pada harga diri yang meningkat.
yang berbeda terhadap harga diri. Hal ini
Uji analisis tambahan berikutnya
disebabkan adanya perbedaan tanggung
menyatakan bahwa perbedaan usia waria
jawab
pada kedua kelompok subjek penelitian
yang diemban,
mungkin
dialami,
tekanan
juga
yang
termasuk
mempengaruhi
kualitas
harga
diri.
pandangan masyarakat sekitar tentang
Penelitian oleh Potter (2002) menyatakan
pilihan
Pandangan
bahwa perbedaan tingkat usia individu
lingkungan tentang diri waria merupakan
dapat mempengaruhi kualitas harga diri
salah satu unsur pembentuk harga diri
seseorang. Penelitian lain oleh Erol &
yang membangun penilaian waria tentang
Orth (2011) mendukung hasil tersebut
dirinya. Penilaian ini dapat memberikan
dengan menyatakan bahwa perbedaan usia
gambaran tentang diri dalam rentang
individu mempengaruhi perbedaan tingkat
profesi
tersebut.
94
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
harga diri individu. Pertumbuhan usia
carabertindak yang sama dengan individu
individu diiringi dengan meningkatnya
pada
kualitas harga dirinya.
Perbedaannya terletak pada intensitas
Berdasarkan
ketiga
hasil
kategori
harga
diri
tinggi.
uji
keyakinan diri, individu yang memiliki
hipotesis yang telah dilakukan maka dapat
harga diri sedang kurang yakin dalam
disimpulkan bahwa harga diri memiliki
menilai diri sendiri dan tergantung pada
peran penting dalam membedakan kondisi
penerimaan
psychological well being pada kedua
sekitarnya. Individu dengan harga diri
kelompok subjek penelitian, dalam hal ini
sedang cenderung terfokus pada masalah
adalah waria pekerja seks komersial
batinnya atau keprihatinan pribadinya.
(PSK) dan waria bukan pekerja seks
komersial
(Non
lingkungan
Status pekerjaan yang dipilih oleh
masing-masing individu dalam kehidupan,
Baumeister (dalam Stinson, Huang, &
dalam hal ini waria pekerja seks komersial
Cameron, 2015) mengemukakan bahwa
(PSK) dan waria bukan pekerja seks
harga diri dapat membantu individu untuk
komersial (Non PSK), pada dasarnya
menciptakan dan mempertahankan ikatan
mengharapkan kualitas psychological well
sosial
juga
being yang baik. Akan tetapi hal ini dapat
meningkatkan
menimbulkan perbedaan yang disebabkan
penerimaan sosial dan menghindari social
oleh karakteristik status pekerjaan dari
exclusion. Harga diri dengan kata lain
waria pekerja seks komersial (PSK) dan
berfungsi untuk memantau kemungkinan
waria bukan pekerja seks komersial (Non
adanya penerimaan atau penolakan sosial
PSK). Karakteristik tersebut diantaranya
terhadap
rutinitas
membantu
kuat.
Leary
di
dan
yang
PSK).
sosial
Harga
individu
individu.
Hal
diri
ini
juga
yang
dijalani,
waktu
yang
memberikan gambaran kepada individu
dihabiskan, pendapatan, bahkan prestise
terkait cara pandang individu tersebut
yang didapatkan dari lingkungan. Nilai-
terhadap
nilai yang dianut masyarakat terhadap
dirinya
sendiri.
Hasil
kategorisasi harga diri waria pada kedua
beberapa
kelompok penelitian menunjukkan bahwa
memberikan kontribusi terhadap cara
jumlah waria terbanyak berada pada
pandang individu terhadap diri sendiri.
kategori harga diri sedang. Coopersmith
Oleh sebab itu, karakteristik masing-
(1998) mengungkapkan bahwa individu
masing status pekerjaan juga penilaian
yang
masyarakat terhadap kedua status tersebut
memiliki
mempunyai
harga
ciri-ciri
diri
sifat
sedang
dan
dapat
karakteristik
mempengaruhi
penilaian
tersebut
waria
95
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
terhadap dirinya sendiri.
dengan klasifikasi waria tersebut, menurut
Penilaian yang dilakuan terhadap
teori yang dikemukakan oleh Carl Rogers
diri sendiri merupakan bagian dari harga
(Raskin, Rogers, & Witty, 2011), individu
diri yang berada dalam rentang positif
yang mendapatkan penghargaan positif
hingga negatif. Harga diri berkontribusi
tanpa
dalam
berani
penghargaan terhadap diri yang tanpa
mengambil risiko, keinginan mempelajari
syarat pula. Artinya individu berperilaku
hal-hal baru, kreativitas, memberikan
atas dasar keyakinannya sendiri, bukan
umpan balik, berhubungan baik dengan
berdasarkan tuntutan dari luar diri agar
orang
asertif
dirinya dapat diterima lingkungan. Hal ini
yang
membuat individu memandang dirinya
dimiliki oleh waria dengan harga diri
secara positif sehingga berdampak pada
tinggi adalah sanggup mengatasi masalah-
penilaian terhadap diri sendiri. Individu
masalah kehidupan, merasa cocok dengan
yang
kehidupannya, tidak mengalami kesulitan
berdasarkan standar pribadi, dan bukan
dalam proses sosialisasi, dan ditunjukkan
berdasarkan
oleh sikap aktif, tidak mudah putus asa,
mengarahkan pada tingkat harga diri yang
mudah bergaul, semakin hormat terhadap
baik.
kemampuan
lain,
(Branden,
untuk
produktif,
1992).
dan
Karakteristik
orang lain. Sebaliknya, karakteristik waria
syarat
akan
mampu
memiliki
menilai
diri
pandangan
rasa
sendiri
orang
lain,
Berkaitan dengan permasalahan
yang harga dirinya rendah adalah kurang
pada
aktif, kurang percaya diri, kesulitan dalam
memberikan pengaruh besar terhadap
proses sosialisasi, dan ditunjukkan dengan
penilaian terhadap diri waria. Opini yang
sikap yang minder, pasif, mudah putus
berkembang di masyarakat terkadang
asa, dan sukar bergaul.
tidak sesuai dengan pilihan hidup waria,
Mean harga diri pada waria bukan
pekerja
seks
komersial
(Non
PSK)
untuk
penelitian
bekerja
ini,
sebagai
masyarakat
pekerja
seks
komersial (PSK) maupun bukan sebagai
terbukti lebih tinggi dibandingkan mean
pekerja seks koemrsial
waria pekerja seks komersial (PSK), yaitu
Ketidaksesuaian
99,90 > 97,97. Dapat diartikan bahwa
memunculkan
waria bukan pekerja seks komersial (Non
penerimaan dan penilaian orang lain.
PSK) memiliki harga diri yang lebih
Kondisi ini dapat berdampak negatif pada
tinggi dibandingkan dengan waria pekerja
harga diri sehingga waria menilai diri
seks
sendiri tidak berdasarkan keyakinannya
komersial
(PSK).
Sehubungan
(Non PSK).
tersebut
kecemasan
kemudian
terkait
96
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
melainkan atas dasar pandangan dari
berperan kuat dalam membedakan kondisi
orang lain. Hal inilah yang menimbulkan
psychological well being keduanya. Waria
perbedaan tingkat harga diri pada waria
pekerja seks komersial (PSK) maupun
pekerja seks komersial (PSK) dan waria
waria bukan pekerja seks komersial (Non
bukan pekerja seks komersial (Non PSK).
PSK)
Pekerjaan
kesempatan
bagi
memberikan
individu
untuk
akan
mampu
mencapai
psychological well being apabila memiliki
perasaan berharga terhadap diri sendiri.
aktualisasi dan mengekspresikan diri,
Perasaan
serta
perasaan
mampu memberikan penilaian terhadap
bangga (Susanti, 2012). Dalam bekerja,
diri berdasarkan standar pribadi serta
peningkatan karir dapat membuat harga
memandang diri sendiri secara positif.
diri, kekuasaan dan kedudukan sosial
Kondisi dan karakteristik profesi waria
meningkat, karena bekerja merupakan
pekerja seks komersial (PSK) dan waria
suatu bentuk penghargaan (Wrzesniewski,
bukan pekerja seks komersial (Non PSK)
2003).
tidak
dapat
menumbuhkan
Individu
akan
mendapatkan
ini
dapat
menjadikan
membedakan
seseorang
kualitas
penghasilan, status sosial dan teman, yang
psychological well being tanpa disertai
akhirnya dapat meningkatkan harga diri
harga diri. Penelitian oleh Wilbum dan
dengan bekerja. Perbedaan perlakuan
Smith (2005), Lesmana (2013) serta
masyarakat terhadap status pekerjaan
Mami dan Suharnan (2015), salah satu
waria (waria PSK dan waria Non PSK)
hasilnya
menjadi salah satu faktor penting dalam
hubungan yang signifikan antara harga
pembentukan penghargaan diri waria
diri dan psychological well being dengan
kemudian mengarahkan pada kondisi
koefisien korelasi positif, artinya naik
psychological well being yang berbeda
turunnya harga diri diikuti juga oleh naik
pula.
turunnya psychological well being pada
Psychological well being pada
menyatakan
bahwa
terdapat
individu. Tingginya tingkat harga diri
waria pekerja seks komersial (PSK) dan
berdampak
waria bukan pekerja seks komersial (Non
komponen psychological well being, yaitu
PSK) akan berbeda apabila ditinjau dari
penerimaan diri, penguasaan lingkungan,
harga diri. Perbedaan psychological well
otonomi, hubungan positif dengan orang
being
lain, tujuan hidup, dan pertumbuhan
kedua
kelompok
subjek
menunjukkan hasil yang signifikan. Hal
tersebut menandakan bahwa harga diri
pada
tingginya
keenam
pribadi (Paradise dan Kernis, 2002).
PENUTUP
97
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
bukan
pekerja
seks
(Non
PSK)
dalam
koemrsial
rangka
telah dipaparkan, maka dapat ditarik
mencapai psychological well being
kesimpulan:
yang
1.
berkualitas.
Pembentukan
Terdapat perbedaan
harga diri waria yang menjadi
psychological well being pada
bagian dari konsep diri tidak dapat
waria
komersial
terlepas dari identitas personalnya
(PSK) dan waria bukan pekerja
sebagai waria, untuk membentuk
seks komersial (Non PSK) ditinjau
harga diri waria tersebut waria
dari harga diri.
perlu membangun hubungan yang
pekerja
2.
seks
Tidak
perbedaan
terdapat
psychological
well
being pada waria pekerja seks
kuat dengan Tuhan untuk meminta
petunjuk
3.
Tidak
hidup
yang
terbaik.
komersial (PSK) dan waria bukan
pekerja seks komersial (Non PSK).
pilihan
2.
Bagi Keluarga dan
Masyarakat
terdapat
Keluarga dan masyarakat
perbedaan harga diri pada waria
diharapkan mampu menghargai
pekerja seks komersial (PSK) dan
diri waria sebagai individu yang
waria
apa adanya. Hal tersebut agar
bukan
pekerja
seks
komersial (Non PSK).
waria lebih merasa berharga dan
b. Saran
Berdasarkan
berarti atas dirinya dalam rang
penelitian,
mencapai psychological well being
terdapat beberapa saran yang diajukan
yang lebih berkualitas. Selain itu,
peneliti, yaitu:
penerimaan sosial dari keluarga
1.
hasil
Bagi Waria
dan
masyarakat
akan
Waria diharapkan mampu
meminimalisasi diskriminasi dan
membangun harga dirinya dengan
pengucilan yang kerap kali timbul
meninjau
pandangan
pada waria. Penerimaan waria
terhadap diri, penerimaan diri
sebagai individu apa adanya akan
terkait konsep diri dan identitas
membangun konsep diri positif
personal,
status
sehingga evaluasi terhadap diri
pekerjaan sebagai waria pekerja
waria sendiri menjadi positif dan
seks komersial (PSK) dan waria
dapat
kembali
termasuk
menerima
dirinya
apa
98
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
adanya. Keluarga dan masyarakat
intervensi
yang dinilai sebagai individu yang
meningkatkan kualitas harga diri
dekat dan berpengaruh bagi waria
waria sehingga mampu mencapai
dapat memotivasi waria dalam
psychological well being yang
mendefinisikan
diri
lebih baik. Peneliti lain dapat
Penilaian
harapan
dan
sendiri.
terutama
untuk
dari
melakukan pendekatan kualitatif
keluarga dan msyarakat dapat
untuk memperoleh informasi lebih
masuk ke dalam konsep diri waria
dalam
dan
akan
psikologis waria terkait keadaan
dengan
psychological well being ditinjau
kemudian
berperilaku
waria
sesuai
pengharapan tersebut.
3.
dari
Bagi
Psikolog,
mengenai
harga
dinamika
diri.
Penelitian
selanjutnya juga dapat mengkaji
Praktisi di Bidang Psikologi dan
permasalahan
Lembaga Terkait
variabel
yang
menggunakan
berbeda
seperti
Psikolog, Praktisi di bidang
religiusitas dan ethnic identity
psikologi, dan lembaga terkait
dengan mempertimbangkan faktor
diharapkan
memotivasi
usia dan tingkat pendidikan waria.
waria untuk kembali ke arah
Selain itu, peneliti lain diharapkan
kehidupan normal serta kemudian
mampumeminimalisasi
memberikan
kelemahan-kelemahan
dapat
konseling
atau
dalam
program layanan psikologi lain
penelitian sehingga hasil penelitian
dalam
dapat lebih komprehensif.
rangka
membantu,
membimbing, serta memberikan
dukungan kepada kehidupan yang
lebih
baik.
tersebut
bermanfaat
Program-program
diharapkan
dapat
sebagai
upaya
membangun harga diri yang positif
agar mencapai psychological well
being yang lebih berkualitas.
4.
Bagi Peneliti Lain
Penelitian
selanjutnya
diharapkan mampu memberikan
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, K. (1986). Kami Bukan Lelaki –
Sebuah Sketsa Kehidupan Kaum Waria. Jakarta:
PT Temprin
Branden, N. (1992). The Psychology of
Self Esteem. New York: Bartam Bools
Carr, Alan. (2004). Positive Psychology,
The Science of Happiness and Human Strength.
New York: Brunner-Routledge
Coopersmith, S. (1998) The Antecedent
of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman
Comp
Erol, R.Y., & Orth, U. (2011). Selfesteem development from age 14 to 30 year’s: A
longitudinal Study. Journal of Personality and
Social Psychology, 101(3), 607-619
99
YUDHANTI / PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA
Gebaueer, J.E., Sedikides, C. &
Neberich, W. (2011). Religiosity, Social SelfEsteem, and Psychological Adjustment: On the
Cross-Cultural Specificity on the Psychological
Benefits of Religiosity. Psychological Science,
XX(X), 1-3
Grossi, E., Blessi, G.T., Sacco, P.L. &
Buscema, M. (2012). The interaction between
culture, health and psychological well being: Data
mining from the Italian culture and well-being
project. J Happiness Study, 13, 129-148
Gözüyilmaz, A., & Baran, G. (2010). A
study on self-esteem in married adolescents
according to pregnancy and education level.
Social and Behavioral Sciences, 9, 1342-1346
Hartoyo. (2013). Sesuai Kata Hati:
Kisah Perjuangan 7 Waria. Jakarta: Rehal
Pustaka
Hidayati, N.A. (2015). Pengaruh Tingkat
Pendidikan Orang Tua terhadap Self-Esteem
Remaja. Jurnal Universitas Muhammadiyah
Malang, 8, 1-6
Koeswinarno, (2005). Hidup Sebagai
Waria, Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara
Lesmana, W.I. (2013). Hubungan antara
Harga Diri dan Tingkat Stres dengan
Psychological Well Being. (Skripsi tidak
dipublikasikan), Universitas Negeri Surabaya,
Surabaya
Mami, L. & Suharnan. (2015). Harga
Diri, Dukungan Sosial dan Psychological Well
Being Wanita Dewasa yang Masih Lajang.
Persona Junal Psikologi Indonesia, 4(03), 216224
Potter, J. (2002). Global Sel-Esteem
Across the Life Span. Psychology and Aging,
17(3), 423-434
Raskin, N.J., Rogers, C.R., & Witty,
M.C. (2011). Client Centered-Therapy dalam
Raymond J. Cosini dan Danny Wedding (Eds.).
Current Psychotherapies Ninth Edition (148191)Belmont: Brooks/Cole Cengange Learning
Ryan, R.M., & Deci E.L. (2001). On
Happiness and Human Potentials: A Review of
Research on Hedonic and Eudaimonic WellBeing. Annual Review Psychology, 52, 141-166
Ryff, C.D. & Keyes, C.L. (1995). The
Structure of psychological Well-Being Revisited.
Journal of Personality and Social Psychology, 69,
719-727
Ryff, C.D., & Singer, B. (1998). The
contours of positive human health. Psychological
Inquiry, 9, 1-28
Ryff, C.D., Magee, W.J., Kling, K.C., &
Wing, E.H. (1999). Forging macro-micro
lingkage in the study of psychological well-being.
In Ryff, C.D., & Marshall, V. W. (Eds.). The self
a society in aging processes. New York: Springer
Ryff, C.D. (1989). Happiness is
everything, or is it? Explorations on the Meaning
of Psychological Well Being. Journal of
Personality and Social Psychology, 57, 10691081
_______. Psychological Well-Being in
Adult Life. Current Directions in Psychological
Science.
Retrieved
from
http://midmac.med.harvard.edu/bullet3.html
_______. (1995). Psychological WellBeing in Adult Life. Current Directions In
Psychological Science,4, 99-104
_______. (2014). Psychological wellbeing revisited: Advances in the science and
practice of eudaimonia. Psychotherapy and
Psychosomatics, 83(1), 10-28
Santrock, J.W. (2003). Adolescence:
Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Susanti. (2012). Hubungan Harga Diri
dan Psychological Well Being pada Wanita
Lajang Ditinjau dari Bidang Pekerjaan. Jurnal
ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, I(I),1-8
Tahir, M. (2012). Determinants of
Psychological Well-Being and Self-Esteem in
Married and Unmarried Women. Pakistan
Journal of Clinical Psychology, 11(2), 3-14
Truong, Thanh-Dam. (1992). Seks Uang
Kekuasaan Pariwisata dan Pelacuran di Asia
Tenggara. Jakarta: LP3ES
Willbum, R.V. & Smith, E.D. (2005).
Stress, Self-Esteem, and Suicidal Ideation In Late
Adolescent. Schrank Hall South, University of
Akron, 40(157), 215
Wrzesniewski, A. (2003). Status and the
meaning of work: Prestige in the eye of the
beholder. San Fancisco: Berrett-Koehler
100
Download