Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…

advertisement
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR
DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD
Nuhyal Ulia1
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika dengan
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan pendekatan saintifik di kelas V SD
Genuksari 02 Semarang. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah
peningkatan pemahaman konsep dan kemandirian belajar siswa, sedangkan variabel tindakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dengan pendekatan saintifik. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Genuksari 02 Semarang. Teknik
pengumpulan data menggunakan instrument tes dan non tes. Pada siklus I diperoleh peningkatan 61,6
% dengan kriteria sikap mandiri siswa cukup baik. Pada siklus II diperoleh peningkatan dengan
persentase mencapai 83,1 % dengan kriteria sangat baik. Pada siklus I dengan persentase ketuntasan
kelas 52 %. Pada siklus II dengan persentase ketuntasan kelas 90 %. Berdasarkan hasil penelitian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan
pendekatan saintifik di SD dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika materi bangun datar
dan kemandirian belajar siswa kelas V SD Genuk sari 02 Semarang.
Kata Kunci : Kemampuan Pemahaman Konsep, Kemandirian Belajar, Matematika, Group
Investigation, Pendekatan Saintifik.
1
Nuhyal Ulia, PGSD FKIP Universitas Islam Sultan Agung. Email: [email protected].
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|55
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
terkait, dan dituntut untuk menghafalkannya
PENDAHULUAN
Pada umumnya di sekolah dasar
lalu peserta didik disuruh untuk mengerjakan
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
latihan-latihan
diberikan secara klasikal melalui ceramah
diberikan guru tanpa tahu akan tujuan dan
tanpa melihat kemungkinan penerapan model
manfaat yang akan mereka peroleh. Kondisi
lain sesuai dengan materi yang akan diajarkan
yang
sehingga mengakibatkan peserta didik kurang
kemandirian dan aktivitas peserta didik dalam
aktif
pembelajaran matematika.
untuk
mengikuti
pelajaran
yang
disampaikan guru, peserta didik tidak tertarik
mengikuti
pelajaran,
kesadaran
akan
matematika
dan
tidak
pentingnya
(Ardiawanet
soal
demikian
dengan
rumus
menunjukkan
yang
kurangnya
Pendekatan saintifik atau pendekatan
adanya
secara ilmiah kini mulai diterapkan pada
pelajaran
kurikulum baru. Pendekatan ini mengarah
al.,
2013:2).
pada
5M
yaitu
Mengamati,
Menanya,
Sehingga mengakibatkan peserta didik tidak
Mencoba,
Mengolah/
memahami pelajaran dan akhirnya bergantung
Menyajikan/
Mempublikasikan
pada guru dan teman-teman mereka. Hal ini
dikbud, 2013). 5M mulai digunakan pada
salah satu penyebab rendahnya kemandirian
kurikulum 2013 karena para peserta didik
peserta
mengakibatkan
dinilai belum cukup aktif dalam proses
kemampuan matematika peserta didik rendah.
belajar-mengajar. Karena selama ini guru lah
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Feza
yang lebih aktif dalam proses belajar-mengajar
(2012: 62) menyimpulkan bahwa terdapat dua
sehingga dalam penerapan kurikulum 2013 ini
faktor
menghambat
diterapkan sistem pendekatan saintifik yang
pembelajaran matematika yaitu pengetahuan
mencakup 5M tersebut, yang diharapkan dapat
guru dan strategi mengajar yang tidak relevan.
membuat para peserta didik lebih aktif dalam
hanya
didik
dan
yang
akan
dianggap
(Kemen-
Pembelajaran dimana peserta didik
proses belajar-mengajar selain itu juga 5M ini
duduk tenang dan
dapat menggali pengetahuan peserta didik
informasi
dari
membudaya
sejak
guru
mendengarkan
sepertinya
dulu, sehingga
sudah
lebih dalam lagi sehingga peserta didikakan
untuk
lebih mandiri.
mengadakan perubahan ke arah pembelajaran
yang
Memproses,
aktif,
dan
dengan
pendekatan
menyenangkan
saintifik adalah proses pembelajaran yang
memang agak sulit (Kurniawati, 2010:22).
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
Pembelajaran yang teacher centered dimana
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
pembelajaran yang berlangsung bersifat searah
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
akan membuat peserta didik selalu bergantung
(untuk mengidentifikasi atau menemukan
pada pekerjaan guru. Sehingga selama proses
masalah), merumuskan masalah, mengajukan
belajar mengajar peserta didik cenderung pasif
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
saat mengikuti pelajaran matematika. Peserta
data dengan berbagai teknik, menganalisis
didik mendengarkan, mencatat materi yang
data,
ISSN 2355-0066
kreatif,
Pembelajaran
menarik
kesimpulan
dan
Jurnal Tunas Bangsa|56
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
mengomunikasikan
konsep,
hukum
atau
kemampuan serta hasil belajar mereka dalam
prinsip yang “ditemukan” (Kemendikbud,
hal
2013:1). Pendekatan saintifik dimaksudkan
matematika.
ini
kemampuan
pemahaman
konsep
untuk memberikan pemahaman kepada peserta
Pada pembelajaran investigasi terdapat
didik dalam mengenal, memahami berbagai
fase-fase yang akan menggali aktivitas peserta
materi
ilmiah,
didik dan mendorong kemandirian peserta
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
didik dalam belajar sedangkan Fraiser, et al
kapan saja, tidak bergantung pada informasi
(1989)
searah dari guru sehingga peserta didik akan
sependapat bahwa perubahan suasana belajar
lebih mandiri. Oleh karena itu kondisi
sesuai dengan harapan peserta didik akan
pembelajaran
mempengaruhi
menggunakan
pendekatan
yang
diharapkan
tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik
mencatat
banyak
pendidik
peningkatan
hasil
yang
belajar
peserta didik.
dalam mencari tahu dari berbagai sumber
Pemahaman konsep sangat penting,
melalui observasi, dan bukan hanya diberi
karena dengan penguasaan konsep akan
tahu.
memudahkan
Model
Kooperatif
Tipe
Group
matematika.
siswa
dalam
Pada
setiap
mempelajari
pembelajaran
Investigation merupakan salah satu tipe dari
diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan
model
yang
konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang
kelompok-kelompok kecil
baik untuk mencapai kemampuan dasar yang
dengan jumlah 4-6 orang. Masing-masing
lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi
anggota kelompok heterogen menurut tingkat
dan pemecahan masalah. Penguasan konsep
prestasi, jenis kelamin dan suku. Dalam
merupakan tingkatan hasil belajar siswa
pembelajaran tersebut peserta didik akan
sehingga
mengikuti beberapa tahap yaitu Grouping,
menjelaskan sebagian atau mendefinisikan
planning, investigation, organizing, presenting
bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat
dan evaluating (Sharan & Sharan, 1990).
sendiri.
Dalam
Group
menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa
meningkatkan
tersebut telah memahami konsep atau prinsip
pembelajaran
menggabungkan
pembelajaran
investigation
aktivitas
kooperatif
guru
peserta
dapat
didik
model
sehingga
dapat
mendefinisikan
Dengan
kemampuan
atau
siswa
dapat
dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang
mendorong peserta didik untuk menyampaikan
diberikan mempunyai susunan kalimat yang
ide-ide mereka dan juga dapat meningkatkan
tidak sama dengan konsep yang diberikan
kemandirian peserta didik. Karena pada model
tetapi maksudnya sama.
Group investigation peserta didik dilibatkan
Menurut Sanjaya (2009) mengatakan
secara langsung mulai dari perencanaan dan
apa yang di maksud pemahaman konsep
peserta didik melakukan berbagai investigasi
adalah
untuk memahami materi. Dengan demikian
penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana
pada akhirnya akan dapat meningkatkan
siswa
ISSN 2355-0066
kemampuan
tidak
siswa
sekedar
yang
mengetahui
berupa
atau
Jurnal Tunas Bangsa|57
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
mengingat sejumlah konsep yang dipelajari,
sebenarnya
tetapi mampu mengungkapan kembali dalam
lingkungan sekitarnya
bentuk
lain
yang
mudah
dimengerti,
sudah
Peneliti
diperoleh
berasumsi
siswa
kuat
dari
bahwa
memberikan interprestasi data dan mampu
rendahnya prestasi belajar matematika peserta
mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan
didik disebabkan karena ketidaktepatan guru
struktur kognitif yang dimilikinya.
dalam
Pada
memilih
metode
dan
pendekatan
pembelajaran matematika yang didasarkan
pembelajaran sehingga peserta didik kurang
atas
aktif
paradigma
mengajar,
guru
aktif
dalam
pembelajaran
mentransfer pengetahuan yang sudah jadi
Ketidakaktifan
(hasil pemikiran metematikawan) ke pikiran
pembelajaran membuat peserta didik tidak
siswa, dan siswa pasif sehingga menuruti apa
memahami
saja yang disampaikan guru, tidak bersikap
bergantung pada guru dan teman dalam
kritis bahkan berusaha menghafalkan semua
menyelesaikan
konsep, rumus dan prosedur.
demikian kemandirian peserta didik juga akan
Berdasarkan
materi dan akhirnya
soal
matematika.
dalam
mereka
Dengan
menurun. Selain itu perangkat pembelajaran
diperoleh bahwa prestasi belajar matematika
yang digunakan oleh guru belum dapat
dalam hal ini kemampuan pemahaman konsep
memaksimalkan potensi peserta didik. Hal ini
siswa rendah. Hal itu dapat dilihat dari nilai
disebabkan pembelajaran
rata-rata kelas pada ulangan matematika siswa
oleh guru matematika di SD Genuk Sari 2
yang diperoleh hanya mencapai 45,6 tentang
Semarang bersifat konvensional, formalitas,
materi bangun datar. Pada Kondisi Awal
tidak divalidasi oleh ahli, berbasis pendekatan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah
ekspositori, bahkan guru dalam pembelajaran
75 untuk pelajaran matematika. Penyebab
tidak membuat perangkat pembelajaran sendiri
rendahnya nilai matematika materi bangun
sesuai dengan kurikulum, para guru di SD
datar yaitu metode pembelajaran kurang tepat,
Genuk Sari 2 Semarang cenderung memakai
minimnya media dalam pembelajaran dikelas,
perangkat pembelajaran yang sudah ada
motivasi belajar siswa rendah, kurangnya
sebelumnya. Di samping itu, guru masih
perhatian siswa saat pelajaran berlangsung.
menggunakan
Selain
yang digunakan
pembelajaran
yang
masih
mendominasi
konvensional sehingga menyebabkan peserta
pembelajaran
matematika,
didik kurang aktif dalam kegiatan belajar
dimana guru masih berperan sebagai sumber
mengajar. Hal ini diduga sebagai salah satu
utama sekaligus aktor dalam pembelajaran.
penyebab
Sementara siswa hanya pasif mendengarkan
pembelajaran matematika di sekolah tersebut
kurang mandiri, sehingga siswa hanya menjadi
yang berakibat prestasi belajar peserta didik
robot
rendah.
pelaksanaan
guru
investigasi
didik
awal
itu,
hasil
peserta
matematika.
penerima
informasi
tanpa
dapat
tidak
maksimalnya
hasil
mengeksplorasi lebih dalam informasi yang
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|58
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
Dibutuhkan
untuk
antara lain: LCD, video pembelajaran, buku-
pembelajaran
buku yang terkait; (3) pembuatan instrumen
matematika yang menimpa kelas V SD Genuk
evaluasi untuk penilaian kognitif terkait materi
Sari 2 Semarang, yaitu suatu pembelajaran
pembelajaran dalam hal ini kemampuan
yang dapat meningkatkan kemandirian peserta
pemahaman konsep dan afektif terkait karakter
didik dan kemampuan pemahaman konsep
kemandirian belajar. B). Acting (Pelaksanaan
dalam belajar matematika pada materi bangun
Tindakan).
datar. Dengan berbagai pertimbangan teoritis,
meliputi: (1) pelaksanaan proses pembelajaran
akhirnya peneliti berasumsi bahwa penerapan
sesuai dengan RPP; (2) pemberian soal
model Group investigation dengan pendekatan
evaluasi tentang bangun datar; (3) pemberian
saintifik
angket
mengatasi
suatu
solusi
permasalahan
dalam pembelajaran matematika
Tahap
tentang
pelaksanaan
kemandirian
tindakan
belajar.
C).
dapat meningkatkan kemandirian peserta didik
Observation (Observasi). Tahap observasi,
dalam pembelajaran matematika pada kelas V
dilakukan pengamatan dan dicatat hal-hal yang
SD Genuk Sari 2 Semarang, sehingga prestasi
perlu diperbaikai mulai siklus I sampai
belajar dalam hal ini kemampuan pemahaman
berhasil.
konsep matematika peserta didik meningkat.
Berdasarkan
METODE PENELITIAN
dilakukan refleksi untuk diketahui kekurangan,
Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan
Kelas
(PTK).
Penelitian
D).
Reflecting
hasil
(Refleksi).
observasi
kemudian
hambatan selama proses pembelajaran, yang
ini
digunakan sebagai dasar untuk perbaikan pada
dilakukan di SD Genuk Sari 02 Kabupaten
siklus berikutnya hingga berhasil minimal
Semarang. Penelitian ini terdapat 2 variabel.
mencapai indikator kerja (Aqib, 2006: 30).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
penerapan
model
pembelajaran
Teknik dan instrument pengumpulan
Group
data dalam penelitian ini meliputi teknik tes
Investigation pendekatan Saintifik pada mata
dan nontes. Data kuantitatif berupa tes
pelajaran Matematika. Variabel terikat dalam
kemampuan pemahaman konsep dianalisis
penelitian ini adalah Kemampuan Pemahaman
menggunakan analilis deskriptif kuantitatif
konsep matematika (Prestasi belajar Kognitif)
dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan
dan Kemandirian belajar (Prestasi Belajar
(PAP)
Afektif).
pendekatan PAP berarti membandingkan skor-
(Poerwanti
dkk.,
2008:6.14-6.16)
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
skor hasil tes peserta didik dengan kriteria atau
3 siklus penelitian dengan langkah-langkah
patokan yang secara absolut/mutlak telah
menurut Aqib (2006: 30) meliputi : A).
ditetapkan oleh guru.
Planning
(Perencanaan).
Kegiatan
Adapun Indikator keberhasilan yang
perencanaan ini meliputi: (1) penyusunan
ditetapkan
RPP, silabus, buku siswa dan lembar kerja
Kemampuan
siswa; (2) menyiapkan alat peraga media dan
pembelajaran
sumber pembelajaran yang akan digunakan
meningkat
ISSN 2355-0066
dalam
penelitian
pemahaman
GI
dengan
ini
adalah
konsep
melalui
pendekatan
ketuntasan
Saintifik
belajar
Jurnal Tunas Bangsa|59
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
individual sebesar ≥ 75 dan ketuntasan belajar
Nilai rata-rata siswa secara keseluruhan
klasikal > 75% dan Kemandirian belajar siswa
berdasarkan pretes adalah 40,3 yang berarti
berada pada kriteria tinggi, atau sangat tinggi
pada awal pertemuan pembelajaran siklus I
yaitu jika presentasi skor berada pada rentang
persentase jumlah siswa yang masih belum
68 ≤ %skor < 84 dan 84 ≤ % skor ≤ 100.
tuntas sebesar 97%, dan siswa yang tuntas
HASIL PENELITIAN
sebesar 3%. Sedangkan nilai rata-rata siswa
Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali
secara keseluruhan berdasarkan postes adalah
pertemuan dengan alokasi waktu dua jam
63,8 yang berarti pada akhir pertemuan
pelajaran atau 70 menit dalam satu pertemuan.
pembelajaran siklus I jumlah siswa yang
Pertemuan
tuntas sebanyak 52%, dan siswa yang tidak
I
dilaksanakan
pembelajaran
dengan pokok bahasan pengertian – pengertian
dan sifat bangun persegi dan persegi panjang.
Pertemuan
2
dilaksanakan
tuntas sebesar 48%.
Gain ternormalisasi (g) dari persentase
pembelajaran
siswa yang tuntas mencapai 0,50 yang berarti
dengan pokok bahasan pengertian dan sifat
Interpretasi gain adalah sedang. Kemudian
segitiga. Pertemuan 3 dilaksanakan evaluasi
Gain ternormalisasi (g) dari nilai rata-rata
tentang pengertian dan sifat bangun datar
keseluruhan mencapai 0,39 yang berarti
persegi, persegi panjang dan segitiga.
interpretasi gain adalah sedang. Berdasarkan
Pada hasil uji gain ternormalisasi dari
persentase
ketuntasan
belajar
siswa
siswa yang tuntas nilai gainnya adalah 0,50
keseluruhan, Hal itu menunjukkan bahwa
yang berarti termasuk dalam interpretasi
adanya peningkatan dari awal pertemuan
“Sedang”. Selanjutya pada hasil uji gain
pembelajaran
ternormalisasi dari nilai rata-rata siswa secara
pembelajaran
keseluruhan nilai gainnya adalah 0,39 yang
memenuhi indikator keberhasilan (85%) dari
berarti termasuk dalam interpretasi “Sedang”.
hasil postes siswa yang mencapai KKM (62).
Nilai tertinggi siswa pada hasil pretes siklus I
sampai
siklus
Berdasarkan
akhir
I
pertemuan
meskipun
analisis
data
belum
hasil
adalah 63, sedangkan pada hasil postes adalah
penelitian yang telah dilaksanakan tersebut
100. Nilai terendah siswa pada pretes siklus I
diatas, pemahaman konsep siswa keseluruhan
yaitu 3, sedangkan nilai terendah pada hasil
mencapai rata-rata 63,8 dibulatkan menjadi 64
postes adalah 30. Nilai yang berfrekuensi
dan persentase ketuntasan belajar keseluruhan
banyak (Modus) pada pretes siklus I yaitu 33,
mencapai 52%. Sedangkan
sedangkan nilai yang berfrekuensi banyak
ditentukan adalah rata-rata nilai 62 dengan
(Modus) pada hasil postes adalah 67. Nilai
persentase ketuntasan belajar keseluruhan
tengah (median) pada pretes siklus I yaitu 39,5
85%. Hasil observasi sikap mandiri siswa
atau dibulatkan menjadi 40, sedangkan nilai
sebesar 61,5 %, sedangkan kriteria yang
tengah (median) pada hasil postes adalah 67.
ditentukan adalah sekurang-kurangnya 80 %
kriteria yang
dan kegiatan guru saat pembelajarann sebesar
75,3 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|60
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
perlu adanya tindakan selanjutnya yaitu pada
Nilai tertinggi siswa pada hasil pretes
siklus II agar pada pertemuan berikutnya
siklus II adalah 84, sedangkan pada hasil
tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.
postes adalah 100. Nilai terendah siswa pada
Pada Siklus II dilaksanakan dalam tiga
pretes siklus II yaitu 29, sedangkan nilai
kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam
terendah pada hasil postes adalah 38. Nilai
pelajaran dalam waktu 70 menit dalam satu
yang berfrekuensi banyak (Modus) pada pretes
pertemuan, kecuali pada pertemuan ketiga
siklus II yaitu 45, sedangkan nilai yang
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam
berfrekuensi banyak (Modus) pada hasil postes
waktu 90 menit. Pertemuan I dilaksanakan
adalah 88. Nilai tengah (median) pada pretes
pretes dilanjutkan pembelajaran dengan pokok
siklus II yaitu 46, sedangkan nilai tengah
bahasan
(median) pada hasil postes adalah 84.
pengertian
dan
sifat
bangun
jajargenjang dan belah ketupat . Pertemuan 2
Nilai rata-rata siswa secara keseluruhan
dilaksanakan pembelajaran dengan pokok
berdasarkan pretes II adalah 52,5 yang berarti
bahasan materi pengertian dan sifat bangun
pada awal pertemuan pembelajaran siklus I
datar layang-layang dan trapesium. Pertemuan
persentase jumlah siswa yang masih belum
3 dilaksanakan evaluasi tentang pemahaman
tuntas sebesar 70%, dan siswa yang tuntas
konsep materi bangun datar.
sebesar 30%. Sedangkan nilai rata-rata siswa
Persentase hasil pretes pada siklus II
secara keseluruhan berdasarkan postes adalah
masih belum mencapai indikator keberhasilan
79,8 yang berarti pada akhir pertemuan
(85%). Sedangkan persentase hasil postes pada
pembelajaran siklus II jumlah siswa yang
siklus
tuntas sebanyak 90%, dan siswa yang tidak
II
sudah
mencapai
indikator
keberhasilan (85%). Peningkatan pemahaman
tuntas sebesar 10%.
konsep dari awal sampai akhir pertemuan
bahwa
berdasarkan hasil pretes dan postes siklus II
pertemuan
mencapai interpretasi “Tinggi”. Hasil tersebut
pertemuan pembelajaran siklus II sudah
dapat terlihat dari hasil uji gain ternormlisasi
memenuhi indicator keberhasilan (85%) dari
pada hasil pretes dan postes dari nilai rata-rata
hasil postes siswa yang mencapai KKM (62).
siswa secara keseluruhan yaitu 0,57 yang
adanya
Hal ini menunjukkan
peningkatan
pembelajaran
Deskripsi
data
hasil
dari
sampai
angket
awal
akhir
sikap
berarti termasuk interpretasi Sedang. Pada
mandiri siswa pada akhir siklus mencapai
hasil uji gain ternormalisasi dari persentase
jumlah skor keseluruhan 2483, dan rata-rata
(%) siswa yang tuntas nilai gainnya adalah
skor dari jumlah skor keseluruhan 82,8, yang
0,85 yang berarti termasuk dalam interpretasi
berarti termasuk kriteria penilaian sikap
“Tinggi”. Maka dari hasil gain ternormalisasai
mandiri siswa sudah sangat baik. Sedangkan
tersebut terjadi peningkatan dari awal sampai
persentase rata-rata skor adalah 82,8 %, yang
akhir pertemuan siklus II, dan peningkatan
berarti sangat baik. Lembar angket siswa ini
pemahaman konsep dari siklus I ke siklus II.
digunakan untuk menunjukkan perbandingan
penilaian sikap mandiri siswa baik perilaku
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|61
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
dalam proses pembelajaran siswa maupun
pemahaman konsep siswa tersebut diatas, hasil
dalam kegiatan belajar siswa dikelas.
pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah
Hasil
angket
sikap
mandiri
siswa
memenuhi indikator keberhasilan dengan rata-
menunjukkan siswa sudah sangat mandiri saat
rata nilai 62 dan persentase ketuntasan belajar
kegiatan belajarnya, hal itu telihat dari
keseluruhan 85%. Hasil observasi sikap
persentase rata-rata skor sebesar 82,8 % yang
mandiri siswa sebesar 83%, sedangkan kriteria
berarti siswa sangat mandiri atau sikap
yang ditentukan adalah sekurang-kurangnya
mandiri siswa sudah sangat baik. Sedangkan
80 % dan kegiatan guru saat pembelajaran
dari hasil lembar observasi sikap mandiri
sebesar 85 %.
siswa saat pembelajaran juga menunjukkan
PEMBAHASAN
siswa sudah sangat mandiri, yaitu dengan
Peningkatan
persentase keseluruhan pada siklus II adalah
Konsep Siswa
83%. Maka berdasarkan hasil angket dan
Kemampuan
Pemahaman
Berdasarkan hasil tes evaluasi (postes)
lembar observasi siswa terdapat perbedaan
yang
penilaian yaitu oleh observer dan oleh siswa
pertemuan di setiap siklus, pemahaman konsep
sendiri, namun hasil data yang diperoleh
siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke
adalah sama.
siklus II. Hasil postes ini menunjukkan
Berdasarkan
setiap
akhir
pemahaman konsep siswa melalui model
penelitian siklus II yang telah dilaksanakan
pembelajaran Group Investigation Pendekatan
diperoleh data pemahaman konsep siswa
Saintifik mengalami peningkatan. Peningkatan
keseluruhan
pemahaman konsep siswa berdasarkan hasil
mencapai
menjadi
data
pada
hasil
dibulatkan
analisis
dilaksanakan
rata-rata
80
dan
79,8
persentase
postes dapat dilihat pada tabel berikut.
ketuntasan belajar keseluruhan mencapai 90%.
Maka berdasarkan data hasil kemampuan
Tabel 4. 1 Peningkatan Pemahaman konsep siswa
Ketuntasan Belajar
No
Siklus
Ratarata
Tuntas
Tidak
tuntas
Gain
Ternormalisasi
persentase siswa
Interpretasi
yang tuntas
1.
I
63,8
52%
48%
0,50
Sedang
2.
II
79,8
90%
10%
0,85
Tinggi
Berdasarkan tabel 4.6. yaitu pemahaman
Pendekatan
Saintifik.
Peningkatan
konsep siswa mengalami peningkatan pada
Pemahaman konsep siswa dapat disajikan
materi bangun datar dengan menggunakan
dalam histogram seperti berikut dibawah ini.
model
pembelajaran
ISSN 2355-0066
Group
Investigation
Jurnal Tunas Bangsa|62
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
Pemahaman Konsep Siswa
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
90%
52%
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Gambar 4. 1 Histogram peningkatan Pemahaman Konsep siswa
Berdasarkan
gambar
II, diperoleh hasil evaluasi (postes) yang
histogram diatas, yaitu hasil postes (evaluasi).
meningkat dengan rata-rata siswa keseluruhan
Pemahaman konsep siswa dari siklus I ke
79,8 dan persentase ketuntasan belajar belajar
siklus II mengalami peningkatan yang sangat
sebesar 90% dari jumlah siswa keseluruhan.
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
Hal tersebut berarti prestasi siswa sudah
keseluruhan
memenuhi
nilai
tabel
postes
dan
pada
siklus
I
kriteria
ketuntasan
minimum
diperoleh rata-rata siswa keseluruhan 63,8
(KKM) yang telah ditetapkan SD Negeri
dengan ketuntasan belajar 52 %, yang berarti
Genuksari 02 yaitu 62, dengan persetase 85%
pemahaman konsep siswa masih dibawah
dari jumlah siswa kelas IV yang tuntas secara
ketuntasan yang menjadi capaian yaitu 85%
keseluruhan.
sekurang-kurangnya dari hasil postes siswa.
Selain hasil analisis pemahaman konsep
Pembelajaran pada siklus I belum bisa
dengan uji gain ternormalisasi dari hasil postes
dikatakan maksimal karena beberapa faktor,
siswa, peningkatan kemampuan pemahaman
diantaranya yaitu faktor dari guru yang belum
konsep secara indikator juga mengalami
memberikan cara menyenangkan bagi siswa
interpretasi yang berbeda-beda. Peningkatan
untuk mau diajak berpikir ketika ingin
kemampuan
memahami sesuatu. Akan tetapi pembelajaran
berdasarkan indikator pemahaman konsep
pada siklus I sudah memberikan pesan yang
yang digunakan saat penelitian dapat dilihat
baik dan positif bagi siswa yaitu mengajak
pada tabel berikut.
siswa untuk bekerja secara mandiri dan
mendorong siswa untuk mau berpikir.
Pada
siklus
diadakan
konsep
siswa
Berdasarkan tabel 4.7. dapat diketahui
bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa
evaluasi
secara indikator memiliki interpretasi/kriteria
kembali (postes 2) untuk memperbaiki proses
yang berbeda-beda. Pencapaian kemampuan
pembelajaran pada siklus I. Maka pada siklus
Pemahaman
ISSN 2355-0066
II,
pemahaman
konsep
siswa
berdasarkan
Jurnal Tunas Bangsa|63
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
indikator dapat disajikan dalam histogram
seperti berikut dibawah ini.
Pemahaman Konsep Siswa Secara
Indikator
4
3,2
3
1,9
2
1,6
1,9
3,4
2,8
2,2
Indikator
Pemahaman Konsep
Siswa
1
0
A
B C D E
F G
Gambar 4. 2 Histogram Peningkatan Pemahaman Konsep siswa
Keterangan :
Berdasarkan gambar histogram diatas,
A = Menghubungkan pengetahuan konseptual
yaitu
dan prosedural dengan
pemahaman konsep siswa dari siklus I ke
mendefinisikan konsep secara verbal dan
siklus II dari indikator pemahaman konsep,
tertulis
pencapaian
B = Mengidentifikasi dan membuat contoh
mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal
dan bukan contoh.
tersebut dapat dilihat dari skor masing-masing
C = Menggunakan model, fakta yang diketahui
indikator keseluruhan skor nilai postes pada
dan hubungan untuk menjelaskan pemikiran
siklus I dan Siklus II.
mereka.
hasil
pencapaian
pemahaman
kemampuan
konsep
siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
D = Mengenal berbagai makna dan hubungan
dilaksanakan tentang sikap mandiri siswa dan
antara topik yang berbeda dalam matematika.
hasil angket sikap mandiri siswa terhadap
E = Mengubah suatu bentuk presentasi ke
pembelajaran
dalam bentuk lain
menggunakan model pembelajaran Group
F = Membandingkan
dan
membedakan
konsep-konsep
G
=
Menggunakan
matematika,
dengan
Investigation pendekatan Saintifik pada siklus
I dan siklus II mengalami peningkatan.
matematika
kehidupan sehari-hari mereka
dalam
Peningkatan
sikap
mandiri
siswa
dapat
disajikan dalam histogram seperti berikut
dibawah ini.
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|64
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
120
108
99
100
82
80
73
67
106
105
99
87
78
73
66
60
Siklus I
Siklus II
40
20
0
1
2
3
4
5
6
Gambar 4. 3 Histogram peningkatan Sikap Mandiri siswa
Berdasarkan tabel dan diagram diatas,
memanfaatkan alat peraga. Siswa memilih
maka terlihat jelas bahwa terdapat peningkatan
kegiatan belajarnya sendiri dengan guru
sikap mandiri siswa dari siklus I ke siklus II.
sebagai
Pada siklus I mendapatkan jumlah skor
materi
keseluruhan 444 dari rata-rata jumlah skor
belajar,
pada masing-masing pertemuan siklus I,
dengan menggunakan alat peraga, siswa
dengan persentase 62 % dan termasuk dalam
memilih kegiatan belajarnya sambil bermain,
kriteria cukup baik (cukup mandiri). Pada
begitu pula sebaliknya yaitu bermain sambil
siklus
belajar.
II
mendapatkan
jumlah
skor
fasilitatornya.
dengan
cara
kemudian
Hasilnya
Siswa
memahami
membuat
kelompok
bersama
siswa
kelompoknya
mengkonstruksi
keseluruhan 599 dari rata-rata jumlah skor
pengetahuannya
pada masing-masing pertemuan siklus II,
pengetahuan sebelumnya melalui kelompok
dengan persentase 83 % dan termasuk dalam
belajarnya. Selain itu siswa juga lebih aktif
kriteria sangat baik (sangat mandiri).
untuk maju kedepan mengerjakan soal dipapan
Peningkatan sikap mandiri siswa pada
siklus
II
terjadi
karena
dalam
proses
sendiri
berdasarkan
tulis dan untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai materi yang dipahaminya dalam
pembelajaran siklus II guru menggunakan
betuk
model
Investigation
mengerjakan soal postes, siswa juga sudah
pendekatan Saintifik dengan menarik dan lebih
yakin dengan jawabannya sendiri, meskipun
menyenangkan
Pada
terkadang mereka menjawabnya dengan ditulis
penggunaan media alat peraga yang dipadukan
kata-kata. Maka dari kegiata-kegiatan tersebut
dengan
diatas, sikap mandiri siswa terbentuk dan
pembelajaran
Group
daripada
model
siklus
I.
pembelajaran
Group
Investigation pendekatan Saintifik, siswa ikut
terlibat
dalam
ISSN 2355-0066
menggunakan
kata-katanya
sendiri.
Ketika
semakin baik.
dan
Jurnal Tunas Bangsa|65
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
sesuai. Guru harus bisa mengaitkan materi
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pelajaran dengan pengalaman atau kegiatan
dengan menggunakan model pembelajaran
sehari-hari siswa. Maka dalam kaitan masalah
Group Investigation pendekatan Saintifik pada
kehidupan
materi
menggunakan cara atau kegiatannya sendiri
bangun
datar.
Pengkonstruksian
sehari-hari
pengetahuan berdasarkan pada pengalaman
untuk
yang diperoleh siswa atau pengetahuan awal
berkaitan dengan bangun datar.
siswa mengenai bangun datar. Penggunaan
model
pembelajaran
pendekatan
Saintifik
kemudahan
bagi
menyelesaikan
siswa
dapat
permasalahan
yang
Secara Praktis hasil penelitian yang
Group
Investigation
telah dilakukan dengan menggunakan model
dapat
memberikan
pembelajaran Group Investigation pendekatan
siswa
untuk
berpikir
Saintifik menunjukkan bahwa penggunaan
bagaimana memahami suatu konsep dan
model
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri
pendekatan
berdasarkan
media penunjang agar dapat diterapkan secara
pengalaman
belajarnya.
pembelajaran
Pemahaman konsep siswa dalam belajar, sikap
maksimal.
mandiri siswa dalam kegiatan belajar, dan
matematika
kegiatan
Group
guru
menggunakan
model
Saintifik
dengan
Saintifik
penunjang
apabila
membutuhkan
pembelajaran
pendekatan
persiapan
untuk
suatu
pembelajaran
model
Investigation
membutuhkan
meningkat
Investigation
Pelaksanaan
pembelajaran Group Investigation pendekatan
dapat
Group
Saintifik
media
sebagai
membantu
siswa
memperhatikan karakteristik siswa, materi
memperoleh pengetahuannya yang kemudian
pelajaran, sarana dan prasarana penunjang,
dikonstruksikan menjadi pengetahuan baru.
alokasi waktu pembelajaran dan kondisi kelas.
Secara praktis, media pembelajaran seperti alat
Maka, dalam pembahasan hasil penelitian
peraga
berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan
memahami suatu materi. Siswa dapat memilih
mengandung implikasi secara teoritis, praktis,
kegiatan belajarnya sendiri ataupun bersama
dan pedagogis.
kelompoknya dengan menggunakan media
Secara teoritis Pembelajaran Group
akan
Investigation
pengetahuan
meningkatkan
pengalamannya,
yang
kemudian
untuk
Seccara pedagogis Pembelajaran Group
pembelajaran dengan cara mengkonstruksi
berdasarkan
siswa
tersebut yaitu berupa alat peraga.
Investigation pendekatan Saintifik merupakan
siswa
membantu
pendekatan
Saintifik
kemampuan
dapat
pemahaman
konsep dan sikap mandiri siswa, apabila
dikonstruksikan menjadi pengetahuan baru.
memperhatikan
Pembelajaran Group Investigation pendekatan
pembelajaran yang akan disampaikan. Jika
Saintifik dapat meningkatkan pemahaman
guru
konsep dan sikap mandiri siswa apabila
matematika
diterapkan sesuai dengan kegiatan belajar
pembelajaran Group Investigation pendekatan
siswa dan karakteristik materi pelajaran yang
Saintifik,
ISSN 2355-0066
akan
karakteristik
menggunakan
dengan
maka
pembelajaran
menggunakan
harus
materi
memilih
model
materi
Jurnal Tunas Bangsa|66
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
pembelajaran
yang
dengan
kemampuan pemahaman konsep dan sikap
kehidupan sehari-hari siswa dan bisa menggali
mandiri siswa, guru tidak hanya harus
pengetahuan siswa dari pengalamannya sehari-
mengerti
hari. Sehingga guru dapat mengaitkan antara
pembelajaran Group Investigation pendekatan
kehidupan sehari-hari siswa dengan materi
Saintifik saja, namun juga mengerti bagaimana
yang diajarkan.
langkah-langkah
Apabila
berkaitan
guru
menggunakan
tentang
dilaksanakan,
pengertian
yang
karakteristik
model
seharusnya
siswa
pembelajaran Group Investigation pendekatan
pembelajarannya,
Saintifik
pelajaran yang sesuai, sarana/prasarana yang
agar
kemampuan
mandiri
dapat
pemahaman
siswa
pengelolaan
dan
konsep,
kegiatan
pembelajaran,
memperhatikan
meningkatkan
karakteristik
dan
menunjang penerapan model pembelajaran
saat
(media), alokasi waktu pembelajaran, serta
harus
kondisi lingkungan belajar (kelas) siswa agar
kondisi
dapat menunjang dan mendukung keefektifan
lingkungan belajar siswa yaitu kelas.
Berdasarkan
pemaparan
materi
sikap
guru
guru
karakteristik
dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
diatas
menunjukkan bahwa dalam penggunaan model
menggunakan model pembelajaran Group
Investigation pendekatan Saintifik.
pembelajaran Group Investigation pendekatan
Saintifik
dengan
ISSN 2355-0066
tujuan
meningkatkan
Jurnal Tunas Bangsa|67
Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep…
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Ardiawan,Y. Budiyono, &Subanti, S. 2013. “Efektivitas Model Kooperatif Tipe NHT dengan PMR
dan Model Kooperatif Tipe GI dengan PMR terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Kreativitas
Siswa”.Jurnal
pascaUNS:Surakarta.Http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index.
php/mat/article/download/624/307. (diunduh 5 April 2014).
Feza-Piyose, N. 2012. “Language: A Cultural Capital For Conceptualizing Mathematicss Knowledge.
Human Sciences Research Council, South Africa”. International Electronic Journal of
Mathematicss Education. Vol. 7, No. 2, pp. 67-79.
Fraser, B.J., Malone,J.A & Neale, J.M. 1989. “Assessing and Improving the Psychological
Environment of Mathematics Classrooms.” Journal of Research in Mathematics Education, 20,
191-201.
Kemendikbud. 2013. “Pendekatan & Startegi pembelajaran”(Bahan Ajar Diklat Guru dalam Rangka
Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 64 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurniawati, D. 2010. “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta didik Dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Model CooperativeLearning Tipe Kepala Bernomor Terstruktur) Pada
Peserta didik SMP N 2 Sewon Bantul”. Skripsi: UNY. Tersedia di
http://eprints.uny.ac.id/1619/1/SKRIPSI.pdf(diunduh25 Januari 2014).
Poerwanti, E. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dikti.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sharan, Y & Sharon, S. 1990. “Group Investigation Expands CooperativeLearning. Educational
leadership”. 47 (4), 17-21.
Sharon, V. 2012. “The Roles They Play: Prospective Elementary Teachers and a Problem-Solving
Task”. The Mathematics Educator Vol. 22, No. 1, 17–38.
Sumarmo, U. 2006. “Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan pada Peserta didik Sekolah Menengah dan Mahapeserta didik Calon Guru”.
Makalah. Disampaikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA
Universitas Padjadjaran, Tanggal 22 April 2006.
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|68
Download