Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD Nuhyal Ulia1 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan pendekatan saintifik di kelas V SD Genuksari 02 Semarang. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman konsep dan kemandirian belajar siswa, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan pendekatan saintifik. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Genuksari 02 Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan instrument tes dan non tes. Pada siklus I diperoleh peningkatan 61,6 % dengan kriteria sikap mandiri siswa cukup baik. Pada siklus II diperoleh peningkatan dengan persentase mencapai 83,1 % dengan kriteria sangat baik. Pada siklus I dengan persentase ketuntasan kelas 52 %. Pada siklus II dengan persentase ketuntasan kelas 90 %. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan pendekatan saintifik di SD dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika materi bangun datar dan kemandirian belajar siswa kelas V SD Genuk sari 02 Semarang. Kata Kunci : Kemampuan Pemahaman Konsep, Kemandirian Belajar, Matematika, Group Investigation, Pendekatan Saintifik. 1 Nuhyal Ulia, PGSD FKIP Universitas Islam Sultan Agung. Email: [email protected]. ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|55 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… terkait, dan dituntut untuk menghafalkannya PENDAHULUAN Pada umumnya di sekolah dasar lalu peserta didik disuruh untuk mengerjakan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika latihan-latihan diberikan secara klasikal melalui ceramah diberikan guru tanpa tahu akan tujuan dan tanpa melihat kemungkinan penerapan model manfaat yang akan mereka peroleh. Kondisi lain sesuai dengan materi yang akan diajarkan yang sehingga mengakibatkan peserta didik kurang kemandirian dan aktivitas peserta didik dalam aktif pembelajaran matematika. untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, peserta didik tidak tertarik mengikuti pelajaran, kesadaran akan matematika dan tidak pentingnya (Ardiawanet soal demikian dengan rumus menunjukkan yang kurangnya Pendekatan saintifik atau pendekatan adanya secara ilmiah kini mulai diterapkan pada pelajaran kurikulum baru. Pendekatan ini mengarah al., 2013:2). pada 5M yaitu Mengamati, Menanya, Sehingga mengakibatkan peserta didik tidak Mencoba, Mengolah/ memahami pelajaran dan akhirnya bergantung Menyajikan/ Mempublikasikan pada guru dan teman-teman mereka. Hal ini dikbud, 2013). 5M mulai digunakan pada salah satu penyebab rendahnya kemandirian kurikulum 2013 karena para peserta didik peserta mengakibatkan dinilai belum cukup aktif dalam proses kemampuan matematika peserta didik rendah. belajar-mengajar. Karena selama ini guru lah Seperti penelitian yang dilakukan oleh Feza yang lebih aktif dalam proses belajar-mengajar (2012: 62) menyimpulkan bahwa terdapat dua sehingga dalam penerapan kurikulum 2013 ini faktor menghambat diterapkan sistem pendekatan saintifik yang pembelajaran matematika yaitu pengetahuan mencakup 5M tersebut, yang diharapkan dapat guru dan strategi mengajar yang tidak relevan. membuat para peserta didik lebih aktif dalam hanya didik dan yang akan dianggap (Kemen- Pembelajaran dimana peserta didik proses belajar-mengajar selain itu juga 5M ini duduk tenang dan dapat menggali pengetahuan peserta didik informasi dari membudaya sejak guru mendengarkan sepertinya dulu, sehingga sudah lebih dalam lagi sehingga peserta didikakan untuk lebih mandiri. mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang Memproses, aktif, dan dengan pendekatan menyenangkan saintifik adalah proses pembelajaran yang memang agak sulit (Kurniawati, 2010:22). dirancang sedemikian rupa agar peserta didik Pembelajaran yang teacher centered dimana secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau pembelajaran yang berlangsung bersifat searah prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati akan membuat peserta didik selalu bergantung (untuk mengidentifikasi atau menemukan pada pekerjaan guru. Sehingga selama proses masalah), merumuskan masalah, mengajukan belajar mengajar peserta didik cenderung pasif atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan saat mengikuti pelajaran matematika. Peserta data dengan berbagai teknik, menganalisis didik mendengarkan, mencatat materi yang data, ISSN 2355-0066 kreatif, Pembelajaran menarik kesimpulan dan Jurnal Tunas Bangsa|56 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… mengomunikasikan konsep, hukum atau kemampuan serta hasil belajar mereka dalam prinsip yang “ditemukan” (Kemendikbud, hal 2013:1). Pendekatan saintifik dimaksudkan matematika. ini kemampuan pemahaman konsep untuk memberikan pemahaman kepada peserta Pada pembelajaran investigasi terdapat didik dalam mengenal, memahami berbagai fase-fase yang akan menggali aktivitas peserta materi ilmiah, didik dan mendorong kemandirian peserta bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, didik dalam belajar sedangkan Fraiser, et al kapan saja, tidak bergantung pada informasi (1989) searah dari guru sehingga peserta didik akan sependapat bahwa perubahan suasana belajar lebih mandiri. Oleh karena itu kondisi sesuai dengan harapan peserta didik akan pembelajaran mempengaruhi menggunakan pendekatan yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik mencatat banyak pendidik peningkatan hasil yang belajar peserta didik. dalam mencari tahu dari berbagai sumber Pemahaman konsep sangat penting, melalui observasi, dan bukan hanya diberi karena dengan penguasaan konsep akan tahu. memudahkan Model Kooperatif Tipe Group matematika. siswa dalam Pada setiap mempelajari pembelajaran Investigation merupakan salah satu tipe dari diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan model yang konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang kelompok-kelompok kecil baik untuk mencapai kemampuan dasar yang dengan jumlah 4-6 orang. Masing-masing lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi anggota kelompok heterogen menurut tingkat dan pemecahan masalah. Penguasan konsep prestasi, jenis kelamin dan suku. Dalam merupakan tingkatan hasil belajar siswa pembelajaran tersebut peserta didik akan sehingga mengikuti beberapa tahap yaitu Grouping, menjelaskan sebagian atau mendefinisikan planning, investigation, organizing, presenting bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat dan evaluating (Sharan & Sharan, 1990). sendiri. Dalam Group menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa meningkatkan tersebut telah memahami konsep atau prinsip pembelajaran menggabungkan pembelajaran investigation aktivitas kooperatif guru peserta dapat didik model sehingga dapat mendefinisikan Dengan kemampuan atau siswa dapat dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang mendorong peserta didik untuk menyampaikan diberikan mempunyai susunan kalimat yang ide-ide mereka dan juga dapat meningkatkan tidak sama dengan konsep yang diberikan kemandirian peserta didik. Karena pada model tetapi maksudnya sama. Group investigation peserta didik dilibatkan Menurut Sanjaya (2009) mengatakan secara langsung mulai dari perencanaan dan apa yang di maksud pemahaman konsep peserta didik melakukan berbagai investigasi adalah untuk memahami materi. Dengan demikian penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana pada akhirnya akan dapat meningkatkan siswa ISSN 2355-0066 kemampuan tidak siswa sekedar yang mengetahui berupa atau Jurnal Tunas Bangsa|57 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, sebenarnya tetapi mampu mengungkapan kembali dalam lingkungan sekitarnya bentuk lain yang mudah dimengerti, sudah Peneliti diperoleh berasumsi siswa kuat dari bahwa memberikan interprestasi data dan mampu rendahnya prestasi belajar matematika peserta mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan didik disebabkan karena ketidaktepatan guru struktur kognitif yang dimilikinya. dalam Pada memilih metode dan pendekatan pembelajaran matematika yang didasarkan pembelajaran sehingga peserta didik kurang atas aktif paradigma mengajar, guru aktif dalam pembelajaran mentransfer pengetahuan yang sudah jadi Ketidakaktifan (hasil pemikiran metematikawan) ke pikiran pembelajaran membuat peserta didik tidak siswa, dan siswa pasif sehingga menuruti apa memahami saja yang disampaikan guru, tidak bersikap bergantung pada guru dan teman dalam kritis bahkan berusaha menghafalkan semua menyelesaikan konsep, rumus dan prosedur. demikian kemandirian peserta didik juga akan Berdasarkan materi dan akhirnya soal matematika. dalam mereka Dengan menurun. Selain itu perangkat pembelajaran diperoleh bahwa prestasi belajar matematika yang digunakan oleh guru belum dapat dalam hal ini kemampuan pemahaman konsep memaksimalkan potensi peserta didik. Hal ini siswa rendah. Hal itu dapat dilihat dari nilai disebabkan pembelajaran rata-rata kelas pada ulangan matematika siswa oleh guru matematika di SD Genuk Sari 2 yang diperoleh hanya mencapai 45,6 tentang Semarang bersifat konvensional, formalitas, materi bangun datar. Pada Kondisi Awal tidak divalidasi oleh ahli, berbasis pendekatan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah ekspositori, bahkan guru dalam pembelajaran 75 untuk pelajaran matematika. Penyebab tidak membuat perangkat pembelajaran sendiri rendahnya nilai matematika materi bangun sesuai dengan kurikulum, para guru di SD datar yaitu metode pembelajaran kurang tepat, Genuk Sari 2 Semarang cenderung memakai minimnya media dalam pembelajaran dikelas, perangkat pembelajaran yang sudah ada motivasi belajar siswa rendah, kurangnya sebelumnya. Di samping itu, guru masih perhatian siswa saat pelajaran berlangsung. menggunakan Selain yang digunakan pembelajaran yang masih mendominasi konvensional sehingga menyebabkan peserta pembelajaran matematika, didik kurang aktif dalam kegiatan belajar dimana guru masih berperan sebagai sumber mengajar. Hal ini diduga sebagai salah satu utama sekaligus aktor dalam pembelajaran. penyebab Sementara siswa hanya pasif mendengarkan pembelajaran matematika di sekolah tersebut kurang mandiri, sehingga siswa hanya menjadi yang berakibat prestasi belajar peserta didik robot rendah. pelaksanaan guru investigasi didik awal itu, hasil peserta matematika. penerima informasi tanpa dapat tidak maksimalnya hasil mengeksplorasi lebih dalam informasi yang ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|58 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… Dibutuhkan untuk antara lain: LCD, video pembelajaran, buku- pembelajaran buku yang terkait; (3) pembuatan instrumen matematika yang menimpa kelas V SD Genuk evaluasi untuk penilaian kognitif terkait materi Sari 2 Semarang, yaitu suatu pembelajaran pembelajaran dalam hal ini kemampuan yang dapat meningkatkan kemandirian peserta pemahaman konsep dan afektif terkait karakter didik dan kemampuan pemahaman konsep kemandirian belajar. B). Acting (Pelaksanaan dalam belajar matematika pada materi bangun Tindakan). datar. Dengan berbagai pertimbangan teoritis, meliputi: (1) pelaksanaan proses pembelajaran akhirnya peneliti berasumsi bahwa penerapan sesuai dengan RPP; (2) pemberian soal model Group investigation dengan pendekatan evaluasi tentang bangun datar; (3) pemberian saintifik angket mengatasi suatu solusi permasalahan dalam pembelajaran matematika Tahap tentang pelaksanaan kemandirian tindakan belajar. C). dapat meningkatkan kemandirian peserta didik Observation (Observasi). Tahap observasi, dalam pembelajaran matematika pada kelas V dilakukan pengamatan dan dicatat hal-hal yang SD Genuk Sari 2 Semarang, sehingga prestasi perlu diperbaikai mulai siklus I sampai belajar dalam hal ini kemampuan pemahaman berhasil. konsep matematika peserta didik meningkat. Berdasarkan METODE PENELITIAN dilakukan refleksi untuk diketahui kekurangan, Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian D). Reflecting hasil (Refleksi). observasi kemudian hambatan selama proses pembelajaran, yang ini digunakan sebagai dasar untuk perbaikan pada dilakukan di SD Genuk Sari 02 Kabupaten siklus berikutnya hingga berhasil minimal Semarang. Penelitian ini terdapat 2 variabel. mencapai indikator kerja (Aqib, 2006: 30). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Teknik dan instrument pengumpulan Group data dalam penelitian ini meliputi teknik tes Investigation pendekatan Saintifik pada mata dan nontes. Data kuantitatif berupa tes pelajaran Matematika. Variabel terikat dalam kemampuan pemahaman konsep dianalisis penelitian ini adalah Kemampuan Pemahaman menggunakan analilis deskriptif kuantitatif konsep matematika (Prestasi belajar Kognitif) dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan dan Kemandirian belajar (Prestasi Belajar (PAP) Afektif). pendekatan PAP berarti membandingkan skor- (Poerwanti dkk., 2008:6.14-6.16) Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari skor hasil tes peserta didik dengan kriteria atau 3 siklus penelitian dengan langkah-langkah patokan yang secara absolut/mutlak telah menurut Aqib (2006: 30) meliputi : A). ditetapkan oleh guru. Planning (Perencanaan). Kegiatan Adapun Indikator keberhasilan yang perencanaan ini meliputi: (1) penyusunan ditetapkan RPP, silabus, buku siswa dan lembar kerja Kemampuan siswa; (2) menyiapkan alat peraga media dan pembelajaran sumber pembelajaran yang akan digunakan meningkat ISSN 2355-0066 dalam penelitian pemahaman GI dengan ini adalah konsep melalui pendekatan ketuntasan Saintifik belajar Jurnal Tunas Bangsa|59 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… individual sebesar ≥ 75 dan ketuntasan belajar Nilai rata-rata siswa secara keseluruhan klasikal > 75% dan Kemandirian belajar siswa berdasarkan pretes adalah 40,3 yang berarti berada pada kriteria tinggi, atau sangat tinggi pada awal pertemuan pembelajaran siklus I yaitu jika presentasi skor berada pada rentang persentase jumlah siswa yang masih belum 68 ≤ %skor < 84 dan 84 ≤ % skor ≤ 100. tuntas sebesar 97%, dan siswa yang tuntas HASIL PENELITIAN sebesar 3%. Sedangkan nilai rata-rata siswa Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali secara keseluruhan berdasarkan postes adalah pertemuan dengan alokasi waktu dua jam 63,8 yang berarti pada akhir pertemuan pelajaran atau 70 menit dalam satu pertemuan. pembelajaran siklus I jumlah siswa yang Pertemuan tuntas sebanyak 52%, dan siswa yang tidak I dilaksanakan pembelajaran dengan pokok bahasan pengertian – pengertian dan sifat bangun persegi dan persegi panjang. Pertemuan 2 dilaksanakan tuntas sebesar 48%. Gain ternormalisasi (g) dari persentase pembelajaran siswa yang tuntas mencapai 0,50 yang berarti dengan pokok bahasan pengertian dan sifat Interpretasi gain adalah sedang. Kemudian segitiga. Pertemuan 3 dilaksanakan evaluasi Gain ternormalisasi (g) dari nilai rata-rata tentang pengertian dan sifat bangun datar keseluruhan mencapai 0,39 yang berarti persegi, persegi panjang dan segitiga. interpretasi gain adalah sedang. Berdasarkan Pada hasil uji gain ternormalisasi dari persentase ketuntasan belajar siswa siswa yang tuntas nilai gainnya adalah 0,50 keseluruhan, Hal itu menunjukkan bahwa yang berarti termasuk dalam interpretasi adanya peningkatan dari awal pertemuan “Sedang”. Selanjutya pada hasil uji gain pembelajaran ternormalisasi dari nilai rata-rata siswa secara pembelajaran keseluruhan nilai gainnya adalah 0,39 yang memenuhi indikator keberhasilan (85%) dari berarti termasuk dalam interpretasi “Sedang”. hasil postes siswa yang mencapai KKM (62). Nilai tertinggi siswa pada hasil pretes siklus I sampai siklus Berdasarkan akhir I pertemuan meskipun analisis data belum hasil adalah 63, sedangkan pada hasil postes adalah penelitian yang telah dilaksanakan tersebut 100. Nilai terendah siswa pada pretes siklus I diatas, pemahaman konsep siswa keseluruhan yaitu 3, sedangkan nilai terendah pada hasil mencapai rata-rata 63,8 dibulatkan menjadi 64 postes adalah 30. Nilai yang berfrekuensi dan persentase ketuntasan belajar keseluruhan banyak (Modus) pada pretes siklus I yaitu 33, mencapai 52%. Sedangkan sedangkan nilai yang berfrekuensi banyak ditentukan adalah rata-rata nilai 62 dengan (Modus) pada hasil postes adalah 67. Nilai persentase ketuntasan belajar keseluruhan tengah (median) pada pretes siklus I yaitu 39,5 85%. Hasil observasi sikap mandiri siswa atau dibulatkan menjadi 40, sedangkan nilai sebesar 61,5 %, sedangkan kriteria yang tengah (median) pada hasil postes adalah 67. ditentukan adalah sekurang-kurangnya 80 % kriteria yang dan kegiatan guru saat pembelajarann sebesar 75,3 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|60 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… perlu adanya tindakan selanjutnya yaitu pada Nilai tertinggi siswa pada hasil pretes siklus II agar pada pertemuan berikutnya siklus II adalah 84, sedangkan pada hasil tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. postes adalah 100. Nilai terendah siswa pada Pada Siklus II dilaksanakan dalam tiga pretes siklus II yaitu 29, sedangkan nilai kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam terendah pada hasil postes adalah 38. Nilai pelajaran dalam waktu 70 menit dalam satu yang berfrekuensi banyak (Modus) pada pretes pertemuan, kecuali pada pertemuan ketiga siklus II yaitu 45, sedangkan nilai yang dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam berfrekuensi banyak (Modus) pada hasil postes waktu 90 menit. Pertemuan I dilaksanakan adalah 88. Nilai tengah (median) pada pretes pretes dilanjutkan pembelajaran dengan pokok siklus II yaitu 46, sedangkan nilai tengah bahasan (median) pada hasil postes adalah 84. pengertian dan sifat bangun jajargenjang dan belah ketupat . Pertemuan 2 Nilai rata-rata siswa secara keseluruhan dilaksanakan pembelajaran dengan pokok berdasarkan pretes II adalah 52,5 yang berarti bahasan materi pengertian dan sifat bangun pada awal pertemuan pembelajaran siklus I datar layang-layang dan trapesium. Pertemuan persentase jumlah siswa yang masih belum 3 dilaksanakan evaluasi tentang pemahaman tuntas sebesar 70%, dan siswa yang tuntas konsep materi bangun datar. sebesar 30%. Sedangkan nilai rata-rata siswa Persentase hasil pretes pada siklus II secara keseluruhan berdasarkan postes adalah masih belum mencapai indikator keberhasilan 79,8 yang berarti pada akhir pertemuan (85%). Sedangkan persentase hasil postes pada pembelajaran siklus II jumlah siswa yang siklus tuntas sebanyak 90%, dan siswa yang tidak II sudah mencapai indikator keberhasilan (85%). Peningkatan pemahaman tuntas sebesar 10%. konsep dari awal sampai akhir pertemuan bahwa berdasarkan hasil pretes dan postes siklus II pertemuan mencapai interpretasi “Tinggi”. Hasil tersebut pertemuan pembelajaran siklus II sudah dapat terlihat dari hasil uji gain ternormlisasi memenuhi indicator keberhasilan (85%) dari pada hasil pretes dan postes dari nilai rata-rata hasil postes siswa yang mencapai KKM (62). siswa secara keseluruhan yaitu 0,57 yang adanya Hal ini menunjukkan peningkatan pembelajaran Deskripsi data hasil dari sampai angket awal akhir sikap berarti termasuk interpretasi Sedang. Pada mandiri siswa pada akhir siklus mencapai hasil uji gain ternormalisasi dari persentase jumlah skor keseluruhan 2483, dan rata-rata (%) siswa yang tuntas nilai gainnya adalah skor dari jumlah skor keseluruhan 82,8, yang 0,85 yang berarti termasuk dalam interpretasi berarti termasuk kriteria penilaian sikap “Tinggi”. Maka dari hasil gain ternormalisasai mandiri siswa sudah sangat baik. Sedangkan tersebut terjadi peningkatan dari awal sampai persentase rata-rata skor adalah 82,8 %, yang akhir pertemuan siklus II, dan peningkatan berarti sangat baik. Lembar angket siswa ini pemahaman konsep dari siklus I ke siklus II. digunakan untuk menunjukkan perbandingan penilaian sikap mandiri siswa baik perilaku ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|61 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… dalam proses pembelajaran siswa maupun pemahaman konsep siswa tersebut diatas, hasil dalam kegiatan belajar siswa dikelas. pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah Hasil angket sikap mandiri siswa memenuhi indikator keberhasilan dengan rata- menunjukkan siswa sudah sangat mandiri saat rata nilai 62 dan persentase ketuntasan belajar kegiatan belajarnya, hal itu telihat dari keseluruhan 85%. Hasil observasi sikap persentase rata-rata skor sebesar 82,8 % yang mandiri siswa sebesar 83%, sedangkan kriteria berarti siswa sangat mandiri atau sikap yang ditentukan adalah sekurang-kurangnya mandiri siswa sudah sangat baik. Sedangkan 80 % dan kegiatan guru saat pembelajaran dari hasil lembar observasi sikap mandiri sebesar 85 %. siswa saat pembelajaran juga menunjukkan PEMBAHASAN siswa sudah sangat mandiri, yaitu dengan Peningkatan persentase keseluruhan pada siklus II adalah Konsep Siswa 83%. Maka berdasarkan hasil angket dan Kemampuan Pemahaman Berdasarkan hasil tes evaluasi (postes) lembar observasi siswa terdapat perbedaan yang penilaian yaitu oleh observer dan oleh siswa pertemuan di setiap siklus, pemahaman konsep sendiri, namun hasil data yang diperoleh siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke adalah sama. siklus II. Hasil postes ini menunjukkan Berdasarkan setiap akhir pemahaman konsep siswa melalui model penelitian siklus II yang telah dilaksanakan pembelajaran Group Investigation Pendekatan diperoleh data pemahaman konsep siswa Saintifik mengalami peningkatan. Peningkatan keseluruhan pemahaman konsep siswa berdasarkan hasil mencapai menjadi data pada hasil dibulatkan analisis dilaksanakan rata-rata 80 dan 79,8 persentase postes dapat dilihat pada tabel berikut. ketuntasan belajar keseluruhan mencapai 90%. Maka berdasarkan data hasil kemampuan Tabel 4. 1 Peningkatan Pemahaman konsep siswa Ketuntasan Belajar No Siklus Ratarata Tuntas Tidak tuntas Gain Ternormalisasi persentase siswa Interpretasi yang tuntas 1. I 63,8 52% 48% 0,50 Sedang 2. II 79,8 90% 10% 0,85 Tinggi Berdasarkan tabel 4.6. yaitu pemahaman Pendekatan Saintifik. Peningkatan konsep siswa mengalami peningkatan pada Pemahaman konsep siswa dapat disajikan materi bangun datar dengan menggunakan dalam histogram seperti berikut dibawah ini. model pembelajaran ISSN 2355-0066 Group Investigation Jurnal Tunas Bangsa|62 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… Pemahaman Konsep Siswa 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 90% 52% Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Gambar 4. 1 Histogram peningkatan Pemahaman Konsep siswa Berdasarkan gambar II, diperoleh hasil evaluasi (postes) yang histogram diatas, yaitu hasil postes (evaluasi). meningkat dengan rata-rata siswa keseluruhan Pemahaman konsep siswa dari siklus I ke 79,8 dan persentase ketuntasan belajar belajar siklus II mengalami peningkatan yang sangat sebesar 90% dari jumlah siswa keseluruhan. baik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah Hal tersebut berarti prestasi siswa sudah keseluruhan memenuhi nilai tabel postes dan pada siklus I kriteria ketuntasan minimum diperoleh rata-rata siswa keseluruhan 63,8 (KKM) yang telah ditetapkan SD Negeri dengan ketuntasan belajar 52 %, yang berarti Genuksari 02 yaitu 62, dengan persetase 85% pemahaman konsep siswa masih dibawah dari jumlah siswa kelas IV yang tuntas secara ketuntasan yang menjadi capaian yaitu 85% keseluruhan. sekurang-kurangnya dari hasil postes siswa. Selain hasil analisis pemahaman konsep Pembelajaran pada siklus I belum bisa dengan uji gain ternormalisasi dari hasil postes dikatakan maksimal karena beberapa faktor, siswa, peningkatan kemampuan pemahaman diantaranya yaitu faktor dari guru yang belum konsep secara indikator juga mengalami memberikan cara menyenangkan bagi siswa interpretasi yang berbeda-beda. Peningkatan untuk mau diajak berpikir ketika ingin kemampuan memahami sesuatu. Akan tetapi pembelajaran berdasarkan indikator pemahaman konsep pada siklus I sudah memberikan pesan yang yang digunakan saat penelitian dapat dilihat baik dan positif bagi siswa yaitu mengajak pada tabel berikut. siswa untuk bekerja secara mandiri dan mendorong siswa untuk mau berpikir. Pada siklus diadakan konsep siswa Berdasarkan tabel 4.7. dapat diketahui bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa evaluasi secara indikator memiliki interpretasi/kriteria kembali (postes 2) untuk memperbaiki proses yang berbeda-beda. Pencapaian kemampuan pembelajaran pada siklus I. Maka pada siklus Pemahaman ISSN 2355-0066 II, pemahaman konsep siswa berdasarkan Jurnal Tunas Bangsa|63 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… indikator dapat disajikan dalam histogram seperti berikut dibawah ini. Pemahaman Konsep Siswa Secara Indikator 4 3,2 3 1,9 2 1,6 1,9 3,4 2,8 2,2 Indikator Pemahaman Konsep Siswa 1 0 A B C D E F G Gambar 4. 2 Histogram Peningkatan Pemahaman Konsep siswa Keterangan : Berdasarkan gambar histogram diatas, A = Menghubungkan pengetahuan konseptual yaitu dan prosedural dengan pemahaman konsep siswa dari siklus I ke mendefinisikan konsep secara verbal dan siklus II dari indikator pemahaman konsep, tertulis pencapaian B = Mengidentifikasi dan membuat contoh mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal dan bukan contoh. tersebut dapat dilihat dari skor masing-masing C = Menggunakan model, fakta yang diketahui indikator keseluruhan skor nilai postes pada dan hubungan untuk menjelaskan pemikiran siklus I dan Siklus II. mereka. hasil pencapaian pemahaman kemampuan konsep siswa Berdasarkan hasil penelitian yang telah D = Mengenal berbagai makna dan hubungan dilaksanakan tentang sikap mandiri siswa dan antara topik yang berbeda dalam matematika. hasil angket sikap mandiri siswa terhadap E = Mengubah suatu bentuk presentasi ke pembelajaran dalam bentuk lain menggunakan model pembelajaran Group F = Membandingkan dan membedakan konsep-konsep G = Menggunakan matematika, dengan Investigation pendekatan Saintifik pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. matematika kehidupan sehari-hari mereka dalam Peningkatan sikap mandiri siswa dapat disajikan dalam histogram seperti berikut dibawah ini. ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|64 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… 120 108 99 100 82 80 73 67 106 105 99 87 78 73 66 60 Siklus I Siklus II 40 20 0 1 2 3 4 5 6 Gambar 4. 3 Histogram peningkatan Sikap Mandiri siswa Berdasarkan tabel dan diagram diatas, memanfaatkan alat peraga. Siswa memilih maka terlihat jelas bahwa terdapat peningkatan kegiatan belajarnya sendiri dengan guru sikap mandiri siswa dari siklus I ke siklus II. sebagai Pada siklus I mendapatkan jumlah skor materi keseluruhan 444 dari rata-rata jumlah skor belajar, pada masing-masing pertemuan siklus I, dengan menggunakan alat peraga, siswa dengan persentase 62 % dan termasuk dalam memilih kegiatan belajarnya sambil bermain, kriteria cukup baik (cukup mandiri). Pada begitu pula sebaliknya yaitu bermain sambil siklus belajar. II mendapatkan jumlah skor fasilitatornya. dengan cara kemudian Hasilnya Siswa memahami membuat kelompok bersama siswa kelompoknya mengkonstruksi keseluruhan 599 dari rata-rata jumlah skor pengetahuannya pada masing-masing pertemuan siklus II, pengetahuan sebelumnya melalui kelompok dengan persentase 83 % dan termasuk dalam belajarnya. Selain itu siswa juga lebih aktif kriteria sangat baik (sangat mandiri). untuk maju kedepan mengerjakan soal dipapan Peningkatan sikap mandiri siswa pada siklus II terjadi karena dalam proses sendiri berdasarkan tulis dan untuk mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang dipahaminya dalam pembelajaran siklus II guru menggunakan betuk model Investigation mengerjakan soal postes, siswa juga sudah pendekatan Saintifik dengan menarik dan lebih yakin dengan jawabannya sendiri, meskipun menyenangkan Pada terkadang mereka menjawabnya dengan ditulis penggunaan media alat peraga yang dipadukan kata-kata. Maka dari kegiata-kegiatan tersebut dengan diatas, sikap mandiri siswa terbentuk dan pembelajaran Group daripada model siklus I. pembelajaran Group Investigation pendekatan Saintifik, siswa ikut terlibat dalam ISSN 2355-0066 menggunakan kata-katanya sendiri. Ketika semakin baik. dan Jurnal Tunas Bangsa|65 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… sesuai. Guru harus bisa mengaitkan materi SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pelajaran dengan pengalaman atau kegiatan dengan menggunakan model pembelajaran sehari-hari siswa. Maka dalam kaitan masalah Group Investigation pendekatan Saintifik pada kehidupan materi menggunakan cara atau kegiatannya sendiri bangun datar. Pengkonstruksian sehari-hari pengetahuan berdasarkan pada pengalaman untuk yang diperoleh siswa atau pengetahuan awal berkaitan dengan bangun datar. siswa mengenai bangun datar. Penggunaan model pembelajaran pendekatan Saintifik kemudahan bagi menyelesaikan siswa dapat permasalahan yang Secara Praktis hasil penelitian yang Group Investigation telah dilakukan dengan menggunakan model dapat memberikan pembelajaran Group Investigation pendekatan siswa untuk berpikir Saintifik menunjukkan bahwa penggunaan bagaimana memahami suatu konsep dan model mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri pendekatan berdasarkan media penunjang agar dapat diterapkan secara pengalaman belajarnya. pembelajaran Pemahaman konsep siswa dalam belajar, sikap maksimal. mandiri siswa dalam kegiatan belajar, dan matematika kegiatan Group guru menggunakan model Saintifik dengan Saintifik penunjang apabila membutuhkan pembelajaran pendekatan persiapan untuk suatu pembelajaran model Investigation membutuhkan meningkat Investigation Pelaksanaan pembelajaran Group Investigation pendekatan dapat Group Saintifik media sebagai membantu siswa memperhatikan karakteristik siswa, materi memperoleh pengetahuannya yang kemudian pelajaran, sarana dan prasarana penunjang, dikonstruksikan menjadi pengetahuan baru. alokasi waktu pembelajaran dan kondisi kelas. Secara praktis, media pembelajaran seperti alat Maka, dalam pembahasan hasil penelitian peraga berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan memahami suatu materi. Siswa dapat memilih mengandung implikasi secara teoritis, praktis, kegiatan belajarnya sendiri ataupun bersama dan pedagogis. kelompoknya dengan menggunakan media Secara teoritis Pembelajaran Group akan Investigation pengetahuan meningkatkan pengalamannya, yang kemudian untuk Seccara pedagogis Pembelajaran Group pembelajaran dengan cara mengkonstruksi berdasarkan siswa tersebut yaitu berupa alat peraga. Investigation pendekatan Saintifik merupakan siswa membantu pendekatan Saintifik kemampuan dapat pemahaman konsep dan sikap mandiri siswa, apabila dikonstruksikan menjadi pengetahuan baru. memperhatikan Pembelajaran Group Investigation pendekatan pembelajaran yang akan disampaikan. Jika Saintifik dapat meningkatkan pemahaman guru konsep dan sikap mandiri siswa apabila matematika diterapkan sesuai dengan kegiatan belajar pembelajaran Group Investigation pendekatan siswa dan karakteristik materi pelajaran yang Saintifik, ISSN 2355-0066 akan karakteristik menggunakan dengan maka pembelajaran menggunakan harus materi memilih model materi Jurnal Tunas Bangsa|66 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… pembelajaran yang dengan kemampuan pemahaman konsep dan sikap kehidupan sehari-hari siswa dan bisa menggali mandiri siswa, guru tidak hanya harus pengetahuan siswa dari pengalamannya sehari- mengerti hari. Sehingga guru dapat mengaitkan antara pembelajaran Group Investigation pendekatan kehidupan sehari-hari siswa dengan materi Saintifik saja, namun juga mengerti bagaimana yang diajarkan. langkah-langkah Apabila berkaitan guru menggunakan tentang dilaksanakan, pengertian yang karakteristik model seharusnya siswa pembelajaran Group Investigation pendekatan pembelajarannya, Saintifik pelajaran yang sesuai, sarana/prasarana yang agar kemampuan mandiri dapat pemahaman siswa pengelolaan dan konsep, kegiatan pembelajaran, memperhatikan meningkatkan karakteristik dan menunjang penerapan model pembelajaran saat (media), alokasi waktu pembelajaran, serta harus kondisi lingkungan belajar (kelas) siswa agar kondisi dapat menunjang dan mendukung keefektifan lingkungan belajar siswa yaitu kelas. Berdasarkan pemaparan materi sikap guru guru karakteristik dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan diatas menunjukkan bahwa dalam penggunaan model menggunakan model pembelajaran Group Investigation pendekatan Saintifik. pembelajaran Group Investigation pendekatan Saintifik dengan ISSN 2355-0066 tujuan meningkatkan Jurnal Tunas Bangsa|67 Nuhyal Ulia, Peningkatan Pemahaman Konsep… DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Ardiawan,Y. Budiyono, &Subanti, S. 2013. “Efektivitas Model Kooperatif Tipe NHT dengan PMR dan Model Kooperatif Tipe GI dengan PMR terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa”.Jurnal pascaUNS:Surakarta.Http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index. php/mat/article/download/624/307. (diunduh 5 April 2014). Feza-Piyose, N. 2012. “Language: A Cultural Capital For Conceptualizing Mathematicss Knowledge. Human Sciences Research Council, South Africa”. International Electronic Journal of Mathematicss Education. Vol. 7, No. 2, pp. 67-79. Fraser, B.J., Malone,J.A & Neale, J.M. 1989. “Assessing and Improving the Psychological Environment of Mathematics Classrooms.” Journal of Research in Mathematics Education, 20, 191-201. Kemendikbud. 2013. “Pendekatan & Startegi pembelajaran”(Bahan Ajar Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 64 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurniawati, D. 2010. “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta didik Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model CooperativeLearning Tipe Kepala Bernomor Terstruktur) Pada Peserta didik SMP N 2 Sewon Bantul”. Skripsi: UNY. Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/1619/1/SKRIPSI.pdf(diunduh25 Januari 2014). Poerwanti, E. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dikti. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sharan, Y & Sharon, S. 1990. “Group Investigation Expands CooperativeLearning. Educational leadership”. 47 (4), 17-21. Sharon, V. 2012. “The Roles They Play: Prospective Elementary Teachers and a Problem-Solving Task”. The Mathematics Educator Vol. 22, No. 1, 17–38. Sumarmo, U. 2006. “Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta didik Sekolah Menengah dan Mahapeserta didik Calon Guru”. Makalah. Disampaikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Tanggal 22 April 2006. ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|68