implementasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan

advertisement
IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERAWATAN DAN
PERBAIKAN PERALATAN BENGKEL DALAM PEMBELAJARAN
JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 METRO
TESIS
OLEH:
MIFTAHULHAQ
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRAK
IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN
PERALATAN BENGKEL DALAM PEMBELAJARAN JURUSAN
TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 METRO
Oleh
Miftahulhaq
Fokus penelitian ini adalah Implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan
Peralatan Bengkel Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro, dengan sub
fokus: (1) Perencanaan perawatan, (2) Pengorganisasian perawatan, (3)
Pelaksanaan perawatan, (4) Evaluasi Perawatan, (5) Perencanaan perbaikan, (6)
Pengorganisasian perbaikan, (7) Pelaksanaan perbaikan, (8) Evaluasi perbaikan.
Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif, maka penelitian ini bersumber
pada pengamatan dilapangan (field research) dan wawancara. Studi yang
mendalam dilakukan terhadap implementasi manajemen perawatan dan perbaikan
peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan, data tersebut kemudian dianalisis
secara interaktif kemudian diberikan interpretasi untuk selanjutnya diambil
kesimpulan. Hasil penelitian didapat: (1) Perencanaan perawatan disusun oleh
Ketua program keahlian dan di sosialisasikan kepada guru mata pelajaran,
toolman dan siswa, (2) Pengorganisasian perawatan sesuai dengan struktur yang
ada pada saat mesin mengalami kerusakan, (3) Pelaksanaan perawatan tanggung
jawab ketua program keahlian dibantu oleh guru mata pelajaran, toolman dan
siswa pada saat mesin/peralatan mengalami kerusakan berat ketua program
keahliam berkoordinasi dengan waka sarana dan prasaran dengan minta bantuan
pada pihak luar, (4) Evaluasi peratan bisa dilihat dikartu kontrol, akhir semester
dan tes mesin. Mengenai masalah perbaikan mesin hampir sama dengan
perawatan yang membuat beda adalah pada saat mesin mengalami kerusakan
berat harus melihat dari RKAS sekolah karena membutuhkan dana yang cukup
besar dan memerlukan bantuan dari pihak luar.
Kata Kunci: Manajemen, perawatan perbaikan, pembelajaran
ii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT OF MAINTENANCE AND
REPAIR OF WORKSHOP EQUIPMENT IN LEARNING MECHANICAL
ENGINEERING DEPARTMENT OF
SMK NEGERI 3 METRO
By:
Miftahulhaq
The focus of the research is implementation of management of maintenance and
repair of workshop equipment in Mechanical Engineering Department of SMK
Negeri 3 Metro with sub-foci: (1) planning of maintenance, (2) organizing
maintenance, (3) maintenance implementation, (4) evaluation of maintenance, (5)
planning of repair, (6) repair organizing, (7) implementation of repair, (8)
evaluation of repair.
This research used qualitative design, hence the research data were obtained from
field research and interview. In-depth study was conducted on the management
implementation of maintenance and repair of garage equipment in mechanical
engineering, then the data were analyzed interactively and interpreted to take the
conclusion. Result of the research show that: (1) planning of maitenance was
prepared by Head of Skills program and socialized to subject teachers, tool man
and students, (2) organizing maintenance was in accordance with the existing
structure at the time of machine damage, 3) implementation of maintenance was
the responsibility of the head program of expertise assisted by subject teachers,
tool man and students when the machine / equipment was in serious damage, the
head of expertise program coordinated with the vice principal responsible for the
facilities and infrastructure by asking for help from outside, (4) evaluation of
equipment can be seen in control card, end of semester and test machine.
Regarding to the problem of machine repair was almost the same as the treatment
that made the difference when the machine was severely damaged must seen from
RKAS of the school because it required substantial funds and help from outsiders.
Keywords: Management, Repair Maintenance, Learning
iii
IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERAWATAN DAN
PERBAIKAN PERALATAN BENGKEL DALAM PEMBELAJARAN
JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 METRO
OLEH:
MIFTAHULHAQ
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Megister Manajemen Pendidikan
Pada
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Miftahulhaq lahir di Piliang Labuh Kec. Lima
Kaum Kab. Tanah Datar Sumatera Barat pada 15
November 1977. Merupakan putra keempat dari tujuh
bersaudara dari Bapak Muchlis. B. (Alm) dan Ibu Rosni.
ABD. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jalan Gatot
Kaca Gang Mandiri RT 22 RW 05 Kel. Mulyojati Kec.
Metro Barat.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada SDN 01 Labuh pada tahun
1990, pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Batusangkar pada tahun 1993,
pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 2 Batusangkar pada tahun 1996. Penulis
melanjutkan pendidikan S1 pada Program Pendidikan Teknik Otomotif
Universitas Negeri Padang dan tamat tahun 2001. Pada tahun 2002 penulis
menjadi guru honorer pada yayasan Krida Kartikatama Metro, pada tahun 2003
penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil menjadi guru pada SMK Negeri 3
Metro sampai sekarang. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan Studi S2 pada
program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menikah dengan Fariani, S. Pd. pada tahun 2004 dan dikaruniai dua putra:
1) Ridho Arifandi, 2) Faizzul Haq
Motto
“Jadilah orang yang tetap sejuk ditempat panas tetap manis
ditempat yang begitu pahit tetap merasa kecil meskipun telah menjadi
besar tetap tenang ditengah badai yang paling hebat”
“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan, karena itu
bila engkau telah selesai (mengerjakan yang lain) dan berharaplah
kepada Tuhanmu”
(QS. Al Insyirah: 6-8)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Ayahanda (alm) dan Ibunda yang selalu mendoakan dan
menyayangiku
Serta kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan aku semangat
Istriku Fariani Engkau Selalu dihaTI
atas dukungan, cinta, kasih, pengertian dan kesabaran
Kedua anakku penyejuk mata dan penenang hati:
Ridho Arifandi dan Faizzul Haq
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan,
Sholawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW
beserta keluarganya. Penelitian tesis ini berjudul
Implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan Peralatan Bengkel Jurusan
Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro merupakan salah satu syarat untuk
menyelsaikan studi pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa penelitian tesis ini dapat diselesaikan berkat
dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas
Lampung
2.
Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung
3.
Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Unila
4.
Dr. Riswanti Rini, M.S., selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Unila dan sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan serta perhatian untuk
menyelesaikan tesis ini.
5.
Dr. Dedi Hermanto Karwan, M.M., selaku Penguji I yang telah
memberikan saran demi perbaikan tesis ini.
6.
Hasan Hariri, S.Pd.,M.BA.,Ph.D., selaku Penguji II yang telah
memberikan saran demi perbaikan tesis ini.
7.
Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Ketua Program Magister Manajemen
Pendidikan sekaligus pembimbing I yang telah memberikan petunjuk,
arahan dan bimbingan serta perhatian untuk menyelesaikan tesis ini.
Serta Bapak/ibu dosen lainnya staf pengajar pada Program Studi
Manajemen Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan
ilmu pengetahuan selama ini.
8.
Hj. Suindriyati, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMK Negeri 3 Metro yang
telah memberikan bantuan informasi yang penulis perlukan.
9.
Harjimat, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
dan Prasarana yang telah memberikan bantuan informasi yang penulis
perlukan.
10. Edi Sukisno, S.Pd.,M.M., selaku Ketua Program Keahlian Jurusan
Teknik Pemesinan yang telah memberikan bantuan informasi yang
penulis perlukan.
11. Semua rekan-rekan mahasiswa angkatan 2015 (MP 8) Magister
Manajemen Pendidikan Unila, yang selalu membantu, berbagi
keceriaan dan melewati suka dan duka selama kuliah.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan karena itu
diperlukan kritikan dan saran agar menjadi lebih baik, semoga tesis ini
dapat bermamfaat bagi pengembangan ilmu khususnya manajemen
pendidikan.
Akhirnya
atas
segala
perhatian
penulis
mengucapkan
terimakasih.
Metro, Mei 2017
Penulis,
Miftahulhaq
NPM 1523012006
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN...................................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. vi
SANWACANA .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR MATRIK ........................................................................................... xiv
DAFTAR DIAGRAM ..........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Fokus dan Sub Fokus ...................................................................................9
1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................9
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................11
1.6 Defenisi Istilah ...........................................................................................12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Manajemen Pendidikan ............................................................................15
2.1.2 Model Pembelajaran di SMK ...................................................................20
2.1.3 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan .........................................22
2.1.4 Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ...........................23
2.1.5 Proses Manajemen Sarana dan Prasarana ................................................24
2.1.6 Pengadaan Sarana dan Prasarana .............................................................24
2.1.7 Pemeliharaan sarana dan Prasarana..........................................................25
2.1.8 Penghapusan Sarana dan Prasarana..........................................................25
2.1.9 Manajemen Perawatan dan Perbaikan......................................................26
2.1.10 Manajemen Peralatan .............................................................................36
2.1.11 Bengkel..................................................................................................43
2.2 Kerangka Pikir .................................................................................................44
2.3 Penelitian yang relevan ....................................................................................45
xi
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian ................................................................................................48
3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian.............................................................48
3.3 Kehadiran Peneliti............................................................................................49
3.4 Sumber Data.....................................................................................................51
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................53
3.6 Analisis Data ....................................................................................................54
3.7 Pengecekan Keabsahan Data............................................................................57
3.8 Tahapan Penelitian ...........................................................................................60
BAB IV. PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 3 Metro...............................................63
4.2 Paparan Data Penelitian...............................................................................68
4.2.1 Perencanaan Perawatan Peralatan ....................................................69
4.2.2 Pengorganisasian Perawatan Peralatan.............................................70
4.2.3 Pelaksanaan Perawatan Peralatan .....................................................72
4.2.4 Pengevaluasian Perawatan Peralatan................................................74
4.2.5 Perencanaan Perbaikan Peralatan .....................................................75
4.2.6 Pengorganisasian Perbaikan Peralatan .............................................77
4.2.7 Pelaksanaan Perbaikan Peralatan......................................................78
4.2.8 Pengevaluasian Perbaikan Peralatan ................................................80
4.3 Temuan Penelitian .......................................................................................82
4.4 Pembahasan .................................................................................................89
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................101
5.2 Implikasi .................................................................................................103
5.3 Saran .......................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................105
LAMPIRAN........................................................................................................108
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
Halaman
Sistem yang digunakan dalam manajemen perawatan
28
3.4.1 Daftar informan
51
3.4.2 Sumber data
52
4.1.3
66
Identitas Kepala sekolah
4.1.5 Data siswa
67
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1.9.2 Bagan perawatan peralatan
30
2.2
44
Kerangka pikir
3.6.3 Komponen dalam analisis data
56
4.3.1 Perencanaan perawatan peralatan
82
4.3.2 Pengorganisasian perawatan
83
4.3.3 Pelaksanaan perawatan
84
4.3.4 Pengevaluasian perawatan
85
4.3.5 Perencanaan perbaikan
86
4.3.6 Pengorganisasian perbaikan
87
4.3.7 Pelaksanaan perbaikan
88
4.3.8 Pengevaluasian perbaikan
89
4.5.3 Model pengembangan hipotetik
100
xiv
DAFTAR MATRIK
Matrik
Halaman
4.2.1 Matrik perencanaan perawatan
70
4.2.2 Matrik pengorganisasian perawatan
72
4.2.3 Matrik pelaksanaan perawatan
73
4.2.4 Matrik pengevaluasian perawatan
75
4.2.5 Matrik perencanaan perbaikan
76
4.2.6 Matrik pengorganisasian perbaikan
78
4.2.7 Matrik pelaksanaan perbaikan
79
4.2.8 Matrik pengevaluasian perbaikan
81
xv
DAFTAR DIAGRAM
Matrik
Halaman
1. Diagram tanggungjawab perawatan dan perbaikan
29
2. Diagram manajemen peralatan dan bahan
37
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat ijin penelitian
108
2. Identitas Sekolah
109
3. Daftar prestasi siswa
111
4. Jadwal perawatan preventive
114
5. Kartu riwayat Maintenance and Repair
115
6. Kartu pemeliharaan mesin
116
7. Kartu pelumasan
117
8. Kartu mesin
118
9. Transkrip wawancara
119
10. Foto wawancara
129
11. Foto kegiatan dibengkel
130
12. Foto mesin
131
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk dari pendidikan
menengah kejuruan yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan kejuruan ini
mempunyai tugas mendidik dan mempersiapkan peserta didik untuk memasuki
serta meniti karirnya di dunia kerja. SMK merupakan sekolah khusus yang
menekankan proses pembelajarannya pada upaya memberikan ketrampilan
kepada anak didik sehingga mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
eksistensi dirinya dalam kehidupan di dunia kerjanya. Keluaran SMK menuntut
suatu kompetensi tertentu, yaitu kemampuan untuk berbuat sesuatu sesuai
bidangnya, yang bentuknya merupakan manipulasi dari kecakapan psikomotorik
dan kecakapan pengetahuan.
Sekolah dalam mempersiapkan
sekolah
siswa
menjadi
tenaga
handal
tersebut
harus mempunyai fasilitas yang memadai baik jumlah, jenis ataupun
keragaman
fasilitas tersebut. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
kelayakan dan kelaikan fasilitas dan peralatan- peralatan lain yang digunakan
untuk proses pembelajaran. Fasilitas praktik yang bentuknya dapat berupa
mesin dan peralatan praktik, merupakan fasilitas utama dalam pembentukan
kompetensi siswa SMK jurusan mesin. Kelengkapan dan kefungsian mesin dan
peralatan praktik merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk
penyelenggaraan pembelajaran produktif. SMK adalah sekolah mahal karena
2
harus selalu berorientasi pada lapangan kerja yang sifatnya kompetitif, maka
sekolah kejuruan tersebut baru bermakna jika tingkat kemahirannya kompetitif
bagi dunia usaha yang riil. Sebagai implementasinya adalah bahwa peralatan
yang harus disediakan dan dimiliki pada sekolah kejuruan tersebut harus selalu
yang mutakhir, sebagai akibatnya diperlukan biaya operasional yang sangat
tinggi.
Menurut penelitian Sukardi. Thomas dkk. (2013 - 1) “Permasalahan mendasar
yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya Rumpun
Teknologi saat ini adalah, belum tercapainya kemampuan kompetensi minimal
untuk penguasaan prinsip dasar dan ketrampilan manual bagi siswanya.
Penyebab belum tercapainya penguasaan kompetensi siswa tersebut antara lain
dikarenakan SMK tidak dikelola secara professional baik yang menyangkut
system pengelolaannya, proses pembelajarannya, dan kelengkapan sarana dan
prasarana praktiknya. Sehingga hal tersebut akan memberikan dampak negative
kepada lulusan yangdikeluarkannya baik yang mencakup ketrampilan (hard skill)
maupun mental kerja (soft skill”).
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sulipan (2004) pada SMK yang ada di
kota Serang, Garut, Jakarta dan SMK Texmaco Karawang, menunjukkan masih
terjadi kesenjangan antara peralatan yang tersedia dengan tuntutan kompetensi
yang harus terpenuhi di industry.
Lembaga pendidikan memerlukan fasilitas praktik yang memadai, artinya
kapasitas dan keragaman jenis terpenuhi sesuai dengan tuntutan capaian
kompetensi
yang
harus dikuasai peserta didik. Dengan demikian lembaga
pendidikan dituntut untuk selalu siap akan fasilitas praktik yang akan digunakan
oleh peserta didik. Di satu sisi kemajuan teknologi tak terbendung lagi, demikian
pesatnya sehingga dapat masuk diseluruh segi kehidupan manusia. Hal itu dapat
dilihat dari banyaknya hasil-hasil teknologi yang terserap di sekitar kita,mulai
3
dari peralatan/ mesin/ barang-barang industri yang bersifat mekanis, elektris
sampai teknologi yang bersifat canggih/ robotik.
Pengadaan fasilitas praktik yang berupa alat/mesin selalu dilakukan oleh lembaga
pendidikan, bahkan selalu berlomba untuk mendapatkan dana pengadaan fasilitas
praktik tersebut. Bahkan dengan dalih investasi kita saling berlomba untuk
membelinya, apakah itu produk dalam negeri ataupun produk luar negeri, yang
bermutu ataupun yang tidak bermutu., Namun setelah terwujud aspek perawatan
dan perbaikan (maintenance) diabaikan begitu saja, sehingga fasilitas praktik
tidak dapat berfungsi dan berguna secara optimum.
Maintenance dianggap suatu tindakan yang membuang-buang waktu, tenaga
dan biaya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa perawatan itu hanya akan
dilaksanakan bila mesin/ alat rusak dan mati saja. Anggapan-anggapan
tersebut adalah tidak benar, dan itu harus kita singkirkan jauh-jauh dari
falsafah kita sebagai orang tehnik, dengan mengingat bahwa investasi yang telah
dilaksanakan tersebut menelan biaya yang sangat besar dan itu merupakan aset
yang harus diselamatkan. Dan perlu diketahui bahwa salah satu cara untuk
menyelamatkan aset tersebut hanyalah dapat ditangkal dengan melaksanakan
maintenance yang terprogram dan terjadwal.
Dalam
hal
ini
harus
menyadari
betapa
pentingnya
keberadaan
dan
peranan maintenance and repair dalam menjamin kelangsungan, kelancaran,
kestabilan proses suatu kegiatan pendidikan.
Dari pengalaman lapangan
4
terbengkalainya bagian maintenance and repair pada umumnya bersumber dari
prosedur birokrasi yang ada pada lembaga pendidikan itu sendiri, terutama
adanya beda pendapat dari unsur manajemen yang ada dalam lembaga tersebut.
Dari banyak pengalaman yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah
maintenance and repair adalah
pendekatan yang memperhitungkan seluruh
aspek fungsi yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Pendekatanpendekatan yang dianggap paling populer untuk pengelolaan sistim maintenance
and repair adalah dengan menggunakan pendekatan sistimatis, yang bentuk
kegiatannya mencakup kategori-kategori teknik- teknik manajemen,
prosedur
administratif, praktek teknologi, manajemen personalia maintenance, dan
pengendalian atas aspek pelaksanaannya. Tentu saja dalam pelaksanaannya
kelima unsur tersebut tidak dapat diterapkan semuanya, tetapi paling tidak ada
kombinasi diantara kelima unsur tersebut
atau disesuakikan dengan
kebutuhan yang ada di lapangan.
Kerusakan yang paling banyak terjadi karena sudah usangnya mesin-mesin yang
digunakan, dan ditambah lagi dengan tidak adanya wujud kegiatan maintenance
yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun siswa yang melaksanakan praktik.
Dengan demikian kerusakan tersebut memberi dampak terhadap pelaksanaan
proses belajar mengajar (PBM)
praktik, yaitu terganggunya penguasaan
kompetensi pemesinan bagi siswa. Dari analisa hasil observasi didapatkan bahwa
sebab kerusakan
mesin
perkakas
yang
ada
di
bengkel
kerja
mesin
diakibatkan karena tidak efektifnya pelaksanaan maintenance. Maintenance
yang seharusnya berjalan secara rutin tidak dapat terlaksana dengan baik
5
karena tidak ada, jadwal maintenance, dana untuk maintenance, dan budaya
maintenance pada siswa.
Siswa masih banyak yang kurang memahami tentang peranan maintenance,
hal tersebut terjadi karena mereka tidak paham tentang manfaat maintenance,
sehingga dalam mengerjakan
job kompetensi tidak pernah melakukan seting
awal mesin atau melakukan running maintenance, akibatnya produk benda kerja
ukurannya di luar standar yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut juga diperparah
oleh cara pendampingan yang ditempuh oleh guru/instructor yang bertanggung
jawab mengampu PBM Praktik, yang terlihat selama ini guru kurang intensif
dalam melakukan pembimbingan, pendampingan dan pengawasan kepada
para siswa. Sementara itu kondisi dan jumlah mesin yang terbatas, usia mesin
yang sudah tua dan banyak yang mengalami kerusakan, maka kondisi tersebut
juga berakibat pada ketidak sesuaian langkah kerja yang harus dilakukan oleh
siswa. Selain itu akibat adanya kerusakan mesin akan membuat rasio mesin dan
siswa menjadi terlalu tinggi pula, sehingga satu mesin dapat dipakai oleh dua
atau tiga orang siswa, dengan kata lain mesin/alat yang ada tidak mampu
melayani proses belajar mengajar secara optimal.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang fungsi maintenance, maka
dipandang perlu untuk melakukan pengelolaan bengkel dengan baik yang
dikoordinir oleh ketua program keahlian. Untuk itu dalam penelitian ini akan
diterapkan manajemen perawatan dan perbaikan (maintenance and repair)
peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan. Manajemen perawatan dan
6
perbaikan (maintenance and repair) merupakan salah satu kegiatan preventive
maintenance, jika kegiatan ini dilakukan secara rutin maka mesin diharapkan
akan awet dan selalu siap dipakai. Dalam implementasinya guru dituntut aktif
dalam mendampingi, pemantauan, pengawasan, dan pembimbingan siswa dalam
melakukan perawatan dan perbaikan (maintenance and repair).
Secara teknis SMK sebagai lembaga penyelenggara
pendidikan,
dapat
diidentikkan sama dengan sebuah industri. Keduanya menghasilkan suatu produk
tertentu yang senantiasa dijaga kualitasnya. Pengolahan bahan baku di sekolah
dilakukan melalui proses pembelajaran. Salah satu indikator mutu SMK juga
ditentukan oleh kelengkapan dan kualitas laboratorium dan bengkel pendidikan
yang terstandart International Organization for Standarization (ISO) 9001 : 2008.
Pengelolaannya bengkel meliputi bagaimana sistem Perawatan dan perbaikannya
(M & R) sehingga bengkel dapat digunakan oleh siswa secara optimal untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menurut Sitinjak. Jefri (2006 - 4) Tujuan Dasar Dari Manajemen Perawatan dan
Perbaikan adalah :
1.
Mesin/alat tersedia dalam kondisi menguntungkan
2.
Kesiapan peralatan cadangan dalam kondisi darurat
3.
Keselamatan manusia dan lingkungan
4.
Usia pakai mesin/alat lebih panjang
7
Dalam kaitannya dengan proses produksi yang produktif dalam Total Produktif
Maintenance (TPM) maka perawatan dan perbaikan mempunyai beberapa target
pencapaian , antara lain :
1. Zero accident, menurunkan tingkat kecelakaan
2. Zero breakdown, menurunkan hingga nol berhentinya operasi
3. Zero chronic damage, menurunkan hingga nol kerusakan kronis pada mesin
4. Zero defect, menurunkan hingga nol cacat produksi
5. Minimized set up, Start-up, Shut-down, speed looses and change over :
meminimalisasi waktu penyetelan, waktu start, berhenti ,
menurunnya
kecepatan produksi, meminimalisasi waktu pergantian komponen atau proses
produksi
Kerugian yang terjadi akibat perawatan dan perbaikan yang tidak berjalan
sedikitnya ada enam kerugian besar (six big losses) yang terjadi pada industri
manufaktur akibat kurangnya perawatan dan perbaikan, antara lain : breakdown
losses ( kerugian breakdown ) kerugian waktu (produktifitas menurun kerugian
jumlah karena produk cacat, setup and adjustment losses ( kerugian penyetelan
dan penyesuaian ), idling and minor stoppage losses ( kerugian karena idle dan
penghentian mesin ), reduced speed losses ( kerugian karena kecepatan operasi
rendah ), quality defect and rework losses ( kerugian karena cacat mutu dan
pengerjaan ulang), Startup losses ( kerugian yang terjadi saat startup)
Perawatan dan perbaikan diperlukan karena peralatan yang digunakan sangat
mahal seperti mesin-mesin yang ada dibengkel dimana peralatan tersebut
8
memerlukan perawatan yang baik secara rutin maupun berkala agar peralatan
tersebut siap dipakai setiap waktu secara optimal, cepat, akurat, relevan, aman,
dan nyaman, sehingga dapat mendukung produktivitas kerja praktik, dan
pembudayaan kerja efektif, efisien dan produktif.
Pemeliharaan suatu fasilitas harus dilaksanakan secara berencana untuk dapat
mencapai hasil dan tujuan yang optimal. Selain itu petugas yang dibekali
tanggung jawab pemeliharaan haruslah profesional di bidangnya. Oleh karena
itulah masalah pemeliharaan fasilitas menuntut tidak hanya berpengetahuan
dibidangnya akan tetapi juga memiliki sikap, tanggung jawab dan disiplin yang
tinggi, hal ini terkait erat dengan masalah kesiapan, keamanan dan kenyamanan
pakai suatu alat atau fasilitas yang dimiliki oleh suatu bengkel. Maka sifat
perawatan dapat berupa: Segera, mendesak atau terus menerus.
Oleh karena itu manajemen perawaatan dan perbaikan bengkel sangat
penting agar alat-alat berfungsi secara baik dan dapat menunjang
kegiatan pembelajaran. Pengelolaan Perawatan dan Perbaikan Peralatan
bengkel meliputi: (1) perencanaan perawatan(2) Pengorganisasian perawatan;
(3) pengontrolan dan pengawasan perawatan; (4) laporan kondisi alat; dan
(5) jadwal perbaikan alat.
Meskipun sudah banyak penelitian tentang Implementasi manajemen Perbaikan
dan perawatan bengkel namun masih sedikit orang meneliti di daerah Lampung
Terutama daerah Kota Metro. Untuk itu saya ingin meneliti bagaimana
9
pelaksanaan Manajemen Bengkel Teknik Pemesinan terutama dalam hal
Perawatan dan Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan di SMK Negeri 3
Metro.
1.2
Fokus dan Sub Fokus Penelitian
Fokus Penelitian adalah Manajemen Perawatan dan Perbaikan Peralatan
bengkel Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro
Sub Fokus adalah tentang manajemen Perawatan dan Perbaikan peralatan
Bengkel jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro, dibagi dalam
bentuk:
a. Perencanaan perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik
pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran
b. Pengorganisasian dalam perawatan dan perbaikan peralatan bengkel
jurusan teknik pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran
c. Pelaksanaan perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik
pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran
d. Pengawasan dalam perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan
teknik pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran
1.3
Pertanyaan Penelitian
Untuk memandu kegiatan penelitian agar terarah dan terfokus, maka
ditetapkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimanakah Perencanaan Perawatan Peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
10
b. Bagaimanakah Pengorganisasian Perawatan Peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
c. Bagaimanakah Pelaksanaan Perawatan Peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
d. Bagaimanakah Pengevaluasian atau pengawasan Perawatan Peralatan
Bengkel Teknik Pemesinan dalam pemebelajaran
e. Bagaimanakah Perencanan Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
f. Bagaimanakah Pengorganisasian Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
g. Bagaimanakah Pelaksanaan Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
h. Bagaimanakah Pengevaluasian Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis dan mendiskripsikan :
1.4.1 Perencanaan dan perbaikan peralatan Bengkel Teknik Pemesinan
dalam pembelajaran
1.4.2 Pengorganisasian dalam perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel
Teknik Pemesinan dalam pembelajaran
1.4.3 Pelaksanaan dalam perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel
Teknik Pemesinan dalam pembelajaran
11
1.4.4 Pengawasan perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan dalam pembelajaran
1.5
Mamfaat atau Kegunaan Penelitian
1.5.1 Secara Teoritis untuk menambah ilmu dalam hal perencanaan
tentang Perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel Teknik
Pemesinan.
1.5.2 Secara Praktis
1.5.2.1 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Metro dapat
memberikan masukan kapada instansi terkait yang berperan
sebagai pengambil keputusan untuk memberikan masukan kepada
sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan teknik pemesinan untuk
dapat melaksanakan manajemen perawatan dan perbaikan
peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan
1.5.2.2 Kepala Sekolah selaku top manajemen hendaknya memberikan
perhatian khusus terhadap pelaksanaan manajemen perawatan dan
perbaikan sehingga peralatan dapat berumur panjang dan
meningkatkan kemampuan anak dalam melaksakan praktek seharihari.
1.5.2.3 Guru dan toolman memahami perlu adanya kerjasama dalam
penerapan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel
jurusan teknik pemesinan
12
1.5.2.4 Kepala Bengkel memahami perlu adanya pelaksanaan manajemen
perawatan dan perbaikan
sehingga umur dari peralatan dapat
mencapai yang maksimal.
1.6
Definisi Istilah
1.6.1 Implementasi adalah bentuk pelaksanaan atau penyelenggaraan
aktivitas yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang dan
menjadi kesepakatan bersama diantara pemangku kepentingan
(stakeholder), aktor, organisasi, produser, dan teknik secara sinergi
yang digerakkan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan
kearah tertentu yang dikehendaki.
1.6.2 Manajemen Perawatan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengelola sebuah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan
secara sistematis terprogram untuk mempertahankan keadaan suatu
fasilitas (objek) dalam kondisi standar (siap operasional) serta agar
usia pakai (life time) suatu alat dapat diperpanjang
1.6.3 Manajemen Perbaikan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengelola sebuah suatu kegiatan yang terpadu dalam satu sistem
dengan membandingkan dengan tolak ukur yang sudah ditetapkan
tetapi secara teknik pelaksanaannya terpisah satu dengan yang
lainnya.
1.6.4 Peralatan
Bengkel
adalah
peralatan
yang
digunakan
pelaksanaan praktik dijurusan terutama praktek pemesinan
dalam
13
1.6.5 Perencanaan Perawatan adalah suatu kegiatan dalam menentukan dan
pemilihan dalam merumuskan tindakan-tindakan untuk mencapai
serta mempertahankan keadaan suatu fasilitas (objek) dalam kondisi
standar (siap operasional) serta agar usia pakai (life time) suatu alat
dapat diperpanjang
1.6.6 Pengorganisasian Perawatan adalah suatu fungsi pengaturan kegiatan
oleh pimpinan sehingga dapat mencapai tujuan dalam hal perawatan
peralatan.
Pengorganisasian
perawatan
meliputi
pembagian
pekerjaan, pembuatan struktur organisasi, serta penetapan tugas dan
wewenang masing-masing.
1.6.7 Pelaksanaan Perawatan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan perawatan peralatan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
1.6.8 Evaluasi Perawatan adalah tindakan membandingkan hasil pekerjaan
dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.
1.6.9 Perencanaan Perbaikan adalah suatu kegiatan dalam menentukan dan
pemilihan dalam merumuskan tindakan-tindakan untuk menyesuaikan
hasil pekerjaan dengan tolak ukur yang sudah ditetapkan.
1.6.10
Pengorganisasian Perbaikan adalah suatu fungsi pengaturan
kegiatan oleh pimpinan sehingga dapat mencapai tujuan dalam hal
perbaikan peralatan. Pengorganisasian perawatan meliputi pembagian
pekerjaan, pembuatan struktur organisasi, serta penetapan tugas dan
wewenang masing-masing.
1.6.11
Pelaksanaan Perbaikan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan
dalam pelaksanaan perbaikan peralatan.
14
1.6.12
Evaluasi Perbaikan adalah tindakan membandingkan hasil
pekerjaan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan dalam hal
perbaikan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Manajemen Pendidikan
Sebuah organisasi akan berjalan dengan baik dan lancar bila memiliki manajemen
yang baik dalam organisasi tersebut sehingga nanti akan mencapai tujuan yang
diiinginkan. Selain itu, manajemen memiliki peranan penting dalam peningkatan
sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi tersebut. Menurut Herujito
(2001:2), manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan
orang-orang lain untuk bekerja. Dengan kata lain, manajemen ialah suatu hal yang
sudah direncanakan untuk mendapatkan tujuan tertentu dengan melibatkan
bantuan orang lain. Selain itu Herujito (2001:2) menyatakan bahwa manajemen
adalah suatu proses yang berbeda dan terdiri dari planning, organizing, actuating,
dan controling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.
Tidak dapat dihindari lagi bahwa manajemen adalah hal penting yang
mempengaruhi
hampir
seluruh
aspek
kehidupan
manusia.
Manajemen
menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu
kegiatan.
16
Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen,
karena itu tidak mudah memberikan arti yang universal yang dapat diterima semua
orang, namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi manajemen
kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang
menggunakan
kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang
didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dapat pula
menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan
orang.
Menurut Sudjana (2000:77), manajemen rangkaian berbagai kegiatan wajar yang
dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam
pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal
tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi
dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam mengelolan
sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines, market,
minute, dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Seperti diuraikan diatas bahwa manajemen memiliki peranan penting dalam
kemajuan sebuah organisasi. Oleh sebab itu, manajemen memiliki beberapa
fungsi, menurut Arif dan Zulkarnain (2008: 239) menyatakan bahwa fungsi
manajemen adalah sebagai berikut :
17
a. Perencanaan/planning yaitu suatu usaha atau upaya untuk merencanakan
kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pengorganisasian/organizing yaitu kegiatan yang meliputi penetapan struktur,
tugas dan kewajiban, fungsi pekerjaan dan antar fungsi.
c. Penyusunan staf/staffing adalah perekrutan karyawan, pemamfaatan, pelatihan
pendidikan dan pengembangan sumber daya karyawan tersebut dengan efektif.
d. Pengarahan/directing adalah fungsi untuk meberikan perintah atau arahan,
selain itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasidan
pengarahan agar karyawan dapat bekerja lebih efektif.
e. Pengkoordinasian/coordonating yaitu fungsi mengkoordinasi seluruh pekerjaan
dalam suatu totalitas organisasi pekerjaan.
f. Pengawasan/controlling yaitu fungsi yang memberikan penilaian, koreksi dan
evaluasi atas semua kegiatan, secara terus menerus melakukan monitoring atas
pekerjaan yang sedang dilakukan.
Berdasarkan pernyataan diatas, disimpulkan bahwa fungsi manajemen adalah
merencanakan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan, lalu mengkoordinasi
pekerjaan karyawan dengan melakukan pengelolaan waktu, pekerjaan, dan
pembagian tugas sehingga dapat berjalan dengan efektif. Selain itu adanya
pengawasan terhadap proses pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga dapat
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat
1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
18
Jadi Pendidikan adalah suatu sistem yang terencana untuk menciptakan manusia
seutuhnya. Tujuan pendidikan dalam Undang-undang No.20 tahun2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional
bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Santori Djaman (1980:53) memberikan
pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi
pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan
kemamfaatan semua sumber personil dan materi yang tersedia dan sesuai untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.
Selanjutnya menurut Imron, dkk (2003:5) manajemen pendidikan adalah suatu
proses penataan kelembagaan pendidikan dengan melibatkan sumber-sumber
potensial, baik yang bersifat manusia maupun yang bersifat non manusiadalam
rangka mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.
Dilihat dari beberapa pengertian manajemen pendidikan di atas maka dapat
didefenisikan manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian, pengawasan,
19
penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan
secara berkualitas.
Sekolah-sekolah teknik dan kejuruan memiliki kekhususan dibandingkan dengan
skolah-sekolah umum, karena sekolah-sekolah teknik dan kejuruan memiliki
bengkel-bengkel dan laboratorium sebagai suatu satuan kerja yang berfungsi
menyelenggarakan pendidikan keterampilan pada salah satu kompetensi keahlian
tertentu. Bedasarkan pengertian tersebut manajemen bengkel tidak hanya perlu
bagi seseorang yang diserahi tugas sebagai kepala bengkel disekolah tetapi juga
diperlukan oleh seluruh personil (pendidik dan tenaga kependidikan) yang terlibat
dan bertanggung jawab langsung dalam penyelenggaraan pendidikan keterampilan
teknik dan kejuruan di sekolah.
Fokus utama Implemetasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel
adalah kegiatan belajar praktek siswa untuk menunbuhkan keterampilan dasar
(basic skill) dan melakukan perawatan dan perbaikan mesin/alat. Manajemen yang
baik diharapkan dapat memberdayakan dan mengatur seluruh sumber daya
pendidikan yang ada dibengkel untuk mencapai kondisi yang diharapkan, seperti
kebersihan bengkel, ketertiban bengkel, kenyamanan bengkel, keamanan kerja di
bengkel, ketertiban bengkel dan pengaturan jadwal yang bagus. Supaya mampu
menciptakan kondisi bengkel seperti itu diperlukan perangkat manajemen bengkel
sebagai berikut:
a. Organisasi bengkel
b. Manajer bengkel yang ulet dan tangguh
20
c. Tata tertib pengoperasian bengkel, Mencakup kewajiban pengguna bengkel,
larangan-larangan dan sangsi yang ada juga didalamnya:
d. Jadwal pemakaian bengkel
e. Sistem pemakaian dan pemeliharaan peralatan
f. Sistem perbaikan peralatan
g. Administrasi bengkel
2.1.2 Model Pembelajaran di SMK
2.1.2.1 Model pembelajaran tuntas (Mastery Learning Model)
Kurikulum SMK Edisi 2004 (Depdiknas, 2004) mengarahkan proses pembelajaran
berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi harus menganut prinsip
pembelajaran tuntas (mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude),
ilmu
pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja
sesuai dengan profesinya seperti yang dituntut oleh suatu kompetensi. Agar dapat
belajar secara tuntas, perlu dikembangkan prinsip pembelajaran sebagai berikut:
(1) Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang memberikan
pengalaman belajar bermakna) yang dikembangkan menjadi
berbasis
produksi,
dan
(2)
pembelajaran
Individualized learning (pembelajaran dengan
memperhatikan keunikan setiap individu) yang dilaksanakan dengan sistem
modular.
21
2.1.2.2 Model pembelajaran berbasis kompetensi
Kurikulum
SMK
yang
saat
ini
diterapkan
adalah
kurikulum berbasis
kompetensi. Standar kompetensi yang menjadi dasar untuk pembentukan
kompetensi adalah SKKD yang mengacu pada SKKNI untuk bidang keahlian
teknik pemesinan. Berdasarkan hal tetsebut maka seharusnya SMK menerapkan
model pembelajaran berbasis kompetensi.
Bahasan mengenai model pembelajaran berbasis kompetensi dikemukakan oleh
Voorhees (2001:5-13). Model pembelajaran konseptual untuk pembelajaran
berbasis kompetensi yang disusun oleh departemen pendidikan Amerika Serikat
tahun 2001 adalah seperti pada Gambar 15. Model pembelajaran berbasis
kompetensi digambarkan sebagai sebuah tangga dengan setiap anak tangga
mempengaruhi anak tangga di atasnya atau di bawahnya. Anak tangga yang
terbawah adalah Foundation, kedua keterampilan, yaitu kemampuan dan
pengetahuan yang dikembangkan dalam proses belajar. Anak tangga ketiga
adalah kompetensi yang diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman, dan
yang
terakhir
adalah
demonstration
(unjuk
kerja)
sebagai
hasil
menerapkan kompetensi-kompetensi yang diperoleh. Pada level teratas inilah
pembelajaran berdasarkan unjuk kerja bisa dinilai (assessed).
22
Gambar : Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi
(Voorhees, 2001:9)
2.1.3 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manajemen sarana dan prasarana menurut Gunawan. Ary (1982:114),
menyatakan bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan
seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda
pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar
mengajar sehingga PBM semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu bagian
kajian dalam administrasi sekolah (school administration), atau adminstrasi
pendidikan (educational administration) dan sekaligus menjadi bidang garapan
kepala sekolah selaku administrator sekolah. Secara sederhana, manajemen
sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama
pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien
(Bafadal. Ibrahim 2004 : 1-2).
23
Dapat disimpulkan bahwa, manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas
mengatur sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
2.1.3.1 Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Menurut Bafadal. Ibrahim
(2003 : 5), secara umum tujuan manajemen
sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan layanan secara profesional di
bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses
pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci tujuannya adalah sebagai
berikut :
a. Mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui system
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama.
b. Mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan
efisien.
c. Mengupayakan
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh
semua personil sekolah.
2.1.4 Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Menurut Bafadal. Ibrahim
(2003 : 5-6), agar tujuan yang telah dikemukakan di
atas dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola
sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud
adalah (1) prinsip pencapaian tujuan; (2) prinsip efisien; (3) prinsip administratif;
(4) prinsip kejelasan tanggung jawab; dan (5) prinsip kekohesian. Apabila kelima
24
prinsip tersebut diterapkan, manajemen perlengkapan pendidikan bisa menyokong
tercapainya tujuan pendidikan.
2.1.5 Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Suatu proses merupakan suatu rangkaian aktifitas yang satu sama lainnya saling
bersusulan. Proses adalah suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu
pekerjaan. Proses manajemen adalah suatu rangkaian aktifitas yang harus
dilakukan oleh seorang manajer. Bafadal. Ibrahim (2004 : 6), mengemukakan
proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan,
inventarisasi dan penghapusan semua sarana dan prasarana pendidikan.
2.1.6 Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi operasional pertama dalam
manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan. Fungsi ini pada
hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan
jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk proses pengadaan sarana pendidikan, ada beberapa kemungkinan yang bisa
ditempuh, yaitu (1) pembelian dengan biaya pemerintah, (2) pembelian dengan
biaya dari SPP, (3) atau bantuan dari masyarakat lainnya. Berkenaan dengan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ada tiga hal yang perlu
25
dipahami yaitu: (a) perencanaan sarana dan prasarana sekolah; (b) cara pengadaan
sarana dan prasarana sekolah; dan (c) administrasi sarana dan prasarana sekolah.
2.1.7 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan
sarana
dan
prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana
selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan
berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Bafadal. Ibrahim
(2004, P.49), ada beberapa macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah ditinjau dari sifat maupun waktunya.
Ditinjau dari sifatnya ada empat macam pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah yang cocok untuk perawatan mesin, yakni: pemeliharaan
perlengkapan yang bersifat pengecekan, pemeliharaan yang bersifat pencegahan,
pemeliharaan yang bersifat ringan dan perbaikan berat.
Ditinjau dari waktu pemeliharaannya ada dua macam pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari, seperti menyapu,
mengepel lantai, membersihkan pintu dan pemeliharaan berkala, misalnya
pengontrolan genting, pengapuran tembok.
2.1.8 Penghapusan Sarana dan Prasarana
Bafadal. Ibrahim (2004 : 62) mengemukakan bahwa secara definitif, penghapusan
sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan meniadakan barang milik
26
lembaga
(bisa
juga
milik
negara)
dari daftar inventaris dengan cara
berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah
satu aktifitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, penghapusan
bertujuan untuk:
a. Mencegah
dan
membatasi
kerugian yang lebih besar sebagai akibat
pengeluaran dana untuk perbaikan perleng- kapan yang rusak
b. Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang sudah
tidak berguna lagi
c. Membebaskan lembaga dari tanggungjawab pemeliharaan dan pengamanan
d. Meringankan beban inventarisasi.
2.1.9 Manajemen Perawatan dan Perbaikan
Perawatan dan Perbaikan (maintence and repair) merupakan salah satu kunci
pokok keberhasilan dari suatu proses produksi. Penggunaannya tidak hanya pada
Industri manufaktur yang
menjalankan proses produksi pengolahan
dengan
memanfaatkan mesin dan peralatannya. Dunia pendidikan khususnya pendidikan
kejuruan teknologi yang mempunyai kaitan dengan dunia industri juga sangat
penting menerapkan perawatan dan perbaikan. Secara khusus pendidikan kejuruan
yang berbasis teknik industri maupun pengolahan logam dengan penggunaan
mesin-mesin perkakas (machinery).
Sebenarnya tidak jauh beda dengan industri, pendidikan kejuruan juga punya
tujuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan peralatan dan
mesin-mesin sebagai sarana pencapaian tujuan belajar yaitu kemampuan untuk
27
mengoperasikannya untuk menghasilkan produk-produk baik berupa komponen
atau spare part hingga rancang bangun. Bahkan selayaknya pembelajaran di
pendidikan kejuruan harus diarahkan seperti proses produksi di dunia industri
dengan metode “teaching factory”. Dengan demikian maintenance and repair juga
mendapat porsi sebagai pokok bahasan penting. Jika di dunia industri Maintenace
and Repair dapat berupa suatu divisi yang menjamin proses produksi dapat terus
berjalan dengan baik tanpa mengabaikan kemungkinan terjadinya kerusakan pada
peralatan atau mesin.
Perawatan adalah sebuah operasi atau aktivitas yang harus dilakukan secara
berkala dengan tujuan untuk mempercepat pergantian kerusakan peralatan dengan
resources yang ada. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem
pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia
kegunaan mesin, dan menekan failure sekecil mungkin.
Manajemen adalah suatu proses yang disusun bersama dengan maksud mencapai
suatu tujuan tertentu. Manajemen perawatan lebih dari sekedar aktivitas perawatan
untuk menjaga kondisi mesin akan tetapi sebuah proses untuk membuat sebuah
kebijakan mengenai aktivitas perawatan, dengan melibatkan aspek teknis dan
pengendalian manajemen ke dalam sebuah program perawatan. Pada umumnya,
semakin tingginya aktivitas perbaikan dalam sebuah sistem, kebutuhan akan
manajemen dan pengendalian di perawatan menjadi semakin penting. Seperti
halnya manajemen mutu, manajemen perawatan juga dapat dikembangkan dengan
menerapkan siklus
PDCA (Plan, Do, Chek, Action).
Karena PDCA masih
28
bersifat umum maka siklus ini dikembangkan dengan prinsip DMAIC ( Define,
Measure, Analyze, Improve, Control). Kemudian untuk lebih spesifik kepada
suatu usaha perawatan dan perbaikan maka saat ini juga dikenal siklus PACRIM
( Problem , Ask and Analyze, Cause, Remedies, Implement, Monitoring).
Berikut dapat kita lihat tabel perkembangan siklus system yang digunakan:
Tabel 1. Beberapa Sistem Yang Digunakan Dalam Manajemen Perawatan
Sumber : Manajemen Perawatan; Sitinjak. Jefri, 2006:3
Bila kita perhatikan dari tiga system diatas maka dapat kita simpulkan bahwa
PACRIM akan lebih spesifik dalam setiap usaha perawatan dan perbaikan,
khususnya perawatan dan perbaikan mesin dan peralatannnya secara fisik.
Sedangkan PDCA dan DMAIC lebih berorientasi kepada manajemen perawatan
secara menyeluruh. Namun demikian masing-masing system merupakan bagian
dari manajemen perawatan dan perbaikan.
29
1. Tanggung jawab Perawatan dan Perbaikan
Siapakah yang bertanggungjawab dari kegiatan perawatan dan perbaikan? Jika
pandangan lama menyatakan bahwa perawatan dan perbaikan merupakan
tanggungjawab operator dan divisi Maintenance and Repair maka untuk saat ini
perlu diperbaharui sehingga semua orang yang berada dalam sebuah industri atau
perusahaan bahkan lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan
perlu terlibat langsung dalam usaha tersebut. Dapat diperhatikan diagram dibawah
ini, setiap orang yang bertanggungjawab dalam perawatan dan perbaikan.
Diagram Tanggungjawab Perawatan dan Perbaikan
This image cannot currently be display ed.
Sumber ; Manajemen Bengkel; Sitinjak. Jefri, 2006:3
Ada tiga pokok tanggungjawab dalam perawatan dan perbaikan seperti diagram
diatas, yaitu :
1). Inovasi , selalu mengembangkan system agar mendapat hasil yang semakin
baik
2). Continiuous improvement, adanya proses perbaikan berkelanjutan dari system
3). mempertahankan dan melaksanakan system yang ada
30
2. Jenis perawatan yang diterapkan
Secara umum terdapat dua jenis perawatan yang dikenal dilapangan yaitu
perawatan terencana (terprogram) dan pemeliharaan yang tidak terencana (tak
terprogram). Kedua jenis perawatan dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Bagan Perawatan Peralatan
PERAWATAN
TIDAK
TERENCANA
PERAWATAN
UNTUK
PENCEGAHAN
1.
2.
3.
4.
Inspeksi
Penyetelan
Melumasi
Running
Maintenance
PERAWATAN
UNTUK PERBAIKAN
1.
2.
Penambahan
beberapa
komponen
sehubungan
dengan
inspeksi
Shutdown
Maintenance
EMERGENCY
Breakdown
Maintenance
Emengency
Maintenance
Sumber : Manajemen M & R (Sulipan, dkk 2009:86)
Perawatan terencana adalah jenis pemeliharaan yang sudah direncanakan
sebelumnya dan tersistem, pelaksanaannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan
serta dilakukan pengendalian dan pencatatan.
31
Perawatan untuk pencegahan adalah perawatan pada peralatan (mesin) yang
dilakukan secara teratur dengan waktu interval.
Perawatan untuk perbaikan adalah jenis perawatan yang bertujuan untuk
mengembalikan peralatan pada kondisi semula (standar yang diperlukan). Hal ini
dapat berupa reparasi ringan atau penyetelan pada bagian-bagian mesin.
Shutdown maintenance adalah perawatan yang dilakukan bila peralatan tersebut
sengaja dihentikan diluar jadwal karena ada gangguan tertentu akibat usia
komponen lebih awal rusak/aus dari perkiraan.
Breakdown maintenance adalah pekerjaan perawatan dilakukan jika peralatan
tersebut benar-benar dimatikan karena rusak tetapi kerusakan tersebut sudah
diperkirakan sebelumnya. Misalnya pergantian belt, bearing, penggantian seal oli
karena telah melewati usia pakai.
Emergency maintenance adalah jenis perawatan terhadap suatu peralatan bersifat
perbaikan karena kerusakan yang terjadi belum diperkirakan sebelumnya.
Misalnya gigi pada roda gigi ada yang rusak. Sebaiknya operator suatu peralatan
dapat melakukan emergency maintenance. Persyaratan memperbaiki peralatan
haruslah terlebih dahulu mengetahui prinsip kerja peralatan tersebut dengan
menguasai prinsip kerja peralatan maka diagnosa terhadap kerusakan dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat. Kartu perawatan dan perbaikan yang selalu
tertempel dimesin sangat membantu untuk mempercepat mencari kerusakan
peralatan. Perlu juga mendapat keterangan dari operator tentang tanda-tandanya
peraltan tersebut menjelang kerusakan terjadi, semua data yang ada berguna bagi
pelaksana maintenance dalam menganalisa kerusakan.
32
Running maintenance adalah perawatan yang dilakukan sementara peralatan
masih dalam kondisi digunakan (hidup).
Perawatan tidak terencana (terprogram) adalah suatu kegiatan perawatan
biasanya perbaikan sedang atau berat akibat terjadinya kerusakan diluar
perencanaan dan tidak termasuk dalam anggaran biaya, perbaikan biasanya dalam
kondisi serba darurat.
3. Prosedur Perawatan dan Perbaikan
Perawatan adalah usaha yang dilakukan terhadap mesin/peralatan agar siap
digunakan. Perawatan yang dimaksud agar laju kerusakan dapat ditahan serta
kerusakan fatal dapat dihindari. Diantara fungsi dan tujuan dari perawatan tersebut
kunci utama hanya terletak pada oli dan grease.
3.1 Prosedur perawatan
Langkah perawatan harus mengikuti prosedur berikut:
a). Perawatan harian
Dalam bengkel sekolah perawatan harian dapat ditangani oleh para siswa dibawah
koordinasi guru praktik. Demikian pula halnya untuk bengkel industri perawatan
harus ditangani oleh pekerja/operator mesin yang bersangkutan. Perawatan harian
meliputi tindakan-tindakan:
1) Pembersihan mesin/alat secara keseluruhan
2) Pembersihan material/sisa sampah produksi dari alat dan lingkungannya
3) Pemberian bahan pelindung pada bagian komponen mesin
33
4) Pemberian pelumas pada bagian yang tepat pada bagian komponen yang
bergesekan untuk mencegah keausan
5) Pemberian oli pada bagian-bagian kantong oli
b). Perawatan periodik/berkala
Perawatan periodik/berkala harus dilaksanakan oleh pegawai bagian perawatan
dan perbaikan dengan tugas: Pengecekan mesin secara berkesinambungan,
Penggantian oli secara periodik, Perbaikan besar (overhaul)
Dengan melaksanakan dua tahapan perawatan dan perbaikan maka laju kerusakan
mesin akan dapat diperkecil. Berarti titik krisis kerusakan mesin/peralatan mundur
waktunya.
c). Administrasi Peralatan Alat/mesin
Untuk melaksanakan kegiatan perawatan yang terkendali dan terukur maka
diperlukan sistem administrasi perawatan yang tertib dan handal. Biasanya untuk
operasional dilapangan dibuat berbagai macam kartu yang fungsinya sebagai
dokumen data tentang alat atau mesin. Kartu mesin tersebut antara lain:
1). Kartu mesin
Setiap mesin atau peralatan yang ada didalam bengkel harus dilengkapi dengan
kartu riwayat mesin. Kartu ini di isi sejak mesin atau peralatan disimpan dalam
bengkel. Catatan-catatan mengenai kondisi mesin dalam perjalanan pemakaiannya
harus dilaksanakan dengan tertib terutama riwayat kerusakan, perbaikan dan
34
petugas yang memperbaikinya. Catatan awal yang harus dimasukan kedalam kartu
tersebut adalah: 1. Nama mesin 2. Spesifikasi mesin 3. Merk, tipe dan tahun
dikeluarkan 4. Tahun pembelian tanggal penerimaan dan mulai dipakai 5.
Spesifikasi elektro motornya. Kemudian pada kolom riwayat mesin harus diisi dari
laporan kerusakan maupun hasil pemeriksaan rutin.
2). Kartu pemakaian mesin
Mesin atau peralatan yang digunakan secara terus menerus harus harus terjadwal
sesuai dengan keadaan peserta didik yang ada dijurusan tersebut sehingga kalau
terjadi kerusakan dapat terdeteksi dengan mudah.
3). Kartu pelumasan
Kartu pelumasan ini menginformasikan frekwensi pelumasan yang harus
dilakukan petugas, jenis mesin serta bagian mesin yang harus dilumasi.
4). Kartu diagnosa kondisi mesin
Kartu ini digunakan untuk mendiagnosa awal suatu kondisi mesin atau alat
sebelum dilakukan analisis kerusakan yang lebih dalam. Dengan menggunakan
kartu ini operator dapat dilibatkan untuk memeriksa fungsi mesin maupun
kerusakan mekanik.
5). Kartu kerusakan mesin
Bila mesin mengalami kerusakan maka harus segera dilaporkan kebagian
perawatan dan perbaikan (maintenance and repair). Kerusakan yang dimaksud
35
adalah kerusakan menengah hingga berat, namun bila kerusakan tersebut ringan
hendaknya ditangani oleh pemakai sendiri jika kerusakan tersebut berlarut-larut
akan menjadi parah untuk itu operator bisa mengisi langsung kartu kerusakan
mesin.
6). Kartu laporan perbaikan
Kartu ini digunakan sebagai informasi laporan perbaikan yang memuat data
tentang: jenis mesin yang diperbaiki, jenis perbaikan, pelaksana, dan lama waktu
perbaikan.
7). Jadwal perawatan dan perbaikan
Sebagai tindak lanjut dari catatan kondisi mesin/peralatan ialah menyusun jadwal
perbaikannya (repair time schedule). Jadwal ini disusun berdasarkan frekwensi
laporan kerusakan. Artinya mesin/peralatan yang rusak lebih dahulu harus
didahulukan perbaikannya kecuali ada masalah lain yang menyebabkan pergeseran
jadwal.
Mesin/peralatan yang telah dinyatakan rusak atau tidak layak pakai langsung
dipasang kartu peringatan kartu ini dikeluarkan oleh pihak bagian perawatan dan
perbaikan. Pemasangan kartu peringatan ini sangat bermamfaat untuk tidak
memperparah kerusakan mesin dan terjadinya kecelakaan bagi operator.
36
2.1.10 Manajemen Peralatan
Pengertian sebelumnya bahwa manajemen adalah sistem pengelolaan yang
meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing),
pengkoordinasian
untuk mencapai
tujuan
(coordinating),
tertentu
yang
telah
pengontrolan
ditetapkan
(controlling)
terlebih
dahulu
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan sumber daya adalah 6 M yang salah satunya adalah machine (mesin
atau peralatan) dan bahan. Soenarto
mengelompokan
(Alfisah,
2005:22)
lebih
khusus
pengelolaan peralatan meliputi: (a) perencanaan peralatan
bahan; (b) penyimpanan dan pengaturan peralatan dan bahan; (c) sistem
administrasi penggunaan peralatan dan bahan; (d) perawatan peralatan dan bahan;
(e) laporan kondisi peralatan; dan (f) jadwal perbaikan peralatan.
Dengan demikian manajemen peralatan adalah sistem pengelolaan
yang
meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing), pengkoordinasian
(coordinating), pengontrolan
terhadap
digunakan
peralatan
yang
(controlling)
untuk praktik di jurusan teknik
Pemesinan.
Dari uraian di atas, maka diagram manajemen peralatan dan bahan adalah
sebagai berikut:
37
Gambar Diagram manajemen Peralatan dan Bahan.
Perencanaan
Penyimpanan
Sasaran
Alat dan bahan
Sistem
Pemeliharaan
Sumber : Alfisah, 2005:22
1. Fungsi Manajemen Peralatan
Fungsi manajemen peralatan yang digunakan sesuai dengan pendapat Terry
dikutip Hasibuan (2002:3) yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing),
pelaksanaan
pengontrolan
(controlling).
(actuating),
Penjelasan
pengkoordinasian
lebih
mendalam
(coordinating),
dalam fungsi
manajemen peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning) peralatan
Perencanaan peralatan pada dasarnya perlu memperhatikan beberapa
aspek
antara lain (1) Apa yang akan dilakukan, dalam hal ini adalah kebutuhan
akan peralatan dan bahan praktik. (2)Siapa yang melaksanakan, menurut
Bustami Achir (1986) yang berhak untuk merencanakan kebutuhan praktik
adalah instruktor, guru dan calon yang akan mengajar di ruang praktik SMK
tersebut, Sedangkan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No. 0490/U/1992 bab V pasal 8 menyatakan bahwa pengelolaan SMK
termasuk di dalamnya perencanaan dan pengembangan, pendayagunaan dan
38
pemeliharaan
sarana
dan
prasarana
adalah
tanggung
jawab
Kepala
Sekolah dibantu satu atau lebih Wakil Kepala Sekolah. (3)Kapan dilakukan,
perencanaan peralatan dan bahan yang baik dilakukan pada awal SMK tersebut
melaksanakan kegiatan yaitu diawal berdirinya dan diawal tahun penerimaan
siswa
baru.
(4) Bagaimana melaksanakan,
dalam merencanakan sesuatu
termasuk peralatan menurut Arikunto. Suharsimi (1990:39), dilaksanakan
dengan sistematis
yang
dimulai
dari penjabaran
tujuan
yang
telah
dirumuskan dengan cermat dan rinci, diwujudkan dalam bentuk kegiatankegiatan, dibuat petunjuk pelaksanaan.
(5)Apa
menurut
Arikunto. Suharsimi (1990:39),
perencanaan
tersebut
baik
adalah
saja
yang
yang
diperlukan,
diperlukan
agar
kualitas personal yang baik,
pengidentifikasian sumber daya yang akan digunakan untuk semua kegiatan,
penunjukan skala prioritas, penetapan tujuan yang jelas.
b. Pengorganisasian (organization) peralatan
Dalam pengelolaan peralatan dan bahan suatu lembaga atau organisasi, akan
timbul penyusunan
atau
penempatan
personel
dalam
hubungan
kerja
untuk mengurus peralatan dan bahan bengkel. Di SMK N 3 Metro, Kepala
Sekolah bertugas
dan
bertanggungjawab
terhadap
keseluruhan
kegiatan
penggunaan sumber-sumber yang ada Di SMK demi tercapainya tujuan
pendidikan.
Dalam pengorganisasian peralatan praktik yang baik, harus ada pembagian tugas
yang jelas tentang perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pengawasannya.
39
Pembagian ini didasarkan pada wewenang, tanggungjawab, serta kualifikasi dari
setiap anggota organisasi atau lembaga yang bersangkutan.
Menurut Pardede (2005:75) keputusan tentang pihak mana yang akan
bertanggungjawab atas perencanaan dan pengawasan bahan dipengaruhi
oleh salah satu dari tiga kecenderungan berikut:
(a)Mengelompokkan
seluruh kegiatan perencanaan dan
pengawasan bahan di bawah satu bagian atau departemen.
(b)Memberikan kebebasan kepada setiap bagian untuk melakukan
perencanaan dan pengawasan sendiri atas bahan yang dibutuhkan.
(c)Membentuk satu bagian yang terpisah atau sendiri yang khusus
bertanggungjawab untuk mengurus bahan-bahan.
Siswa sebagai pengguna alat, juga mempunyai
tanggungjawab terhadap pemakaian dan keawetan alat. Siswa
seharusnya berpakaian praktik ketika praktik sedang dilakukan
untuk menjaga keselamatan kerja, membersihkan ruang, mesin
ataupun alat sehabis digunakan untuk pelaksanaan praktik, dan
melapor kepada instruktur jika ada kerusakan dan kesulitan
menggunakan alat. Dengan menyadari akan tugas dan
tanggungjawab terhadap peralatan praktik oleh warga SMK,
maka proses praktik dapat berjalan dengan baik.
c. Pelaks anaan (actuating) pengelolaan peralatan
Tahap ini, proses berlanjut dengan memfungsikan masing-masing sesuai
dengan deskripsi tugas yang telah direncanakan.
1). Pemanfaatan Peralatan
Sarana pendidikan yang memadai berupa alat praktek tetap saja harus dikelola
dengan baik. Pengelolaan yang baik akan mampu mendukung proses
pembelajaran. Proses pengelolaan sarana pendidikan khususnya alat praktek
menurut Permen N0. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
menyebutkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan mencakup
40
hal:
(1)
perencanaan
pemenuhan
kebutuhan
sarana
pendidikan,
(2)
mengevaluasi dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan, (3) menyusun
skala pengembangan prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai
dengan tujuan dan kurikulum, serta (4) melakukan pemeliharaan dengan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.
Pemanfaatan
alat sebaiknya
mempertimbangkan
efisiensi pemakaiannya.
Efisiensi penggunaan alat dipengaruhi oleh: jumlah siswa di bengkel, waktu
siswa memakai alat, jumlah alat dalam bengkel dan lamanya alat dapat dipakai.
Untuk mencukupi kebutuhan akan peralatan, maka penyajian pelajaran praktik
di SMK N 3 Metro dilakukan secara berkelompok demi tercapainya tujuan
pendidikan.
2) Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan untuk mengusahakan peralatan dan
bahan
serta
perlengkapan
dengan fungsinya.
bengkel
Pemeliharaan
yang
lainnya
baik
tetap
adalah
berfungsi
dilaksanakan
sesuai
oleh
semua civitas akademik yang ada di bengkel tersebut. Pemeliharaan di bengkel
batu diserahkan langsung kepada instruktur yang bertanggungjawab pada Kepala
Sekolah.
Menurut
perbaikan
Permen
No.19
Tahun
2007
pemeliharaan
dan
fasilitas berfungsi agar penggunaan yang dilakukan dapat berdaya
guna dan berhasil guna sehingga memiliki unsur teknis dan umur ekonomi
41
yang panjang. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui sistem : (a) berkala,
yaitu kegiatan pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan secara teratur
sesuai dengan program yang direncanakan: (1) dibuat program pemeliharaan,
harian, mingguan, bulanan, dan tahunan; dan (2) dalam penggunaan peralatan
peralatan praktik agar terpelihara dan tetap utuh keberadaannya pada saat
melaksanakan praktik, siswa hendaknya mempunyai kartu untuk peminjaman
alat tersebut; (b) insidental,
yaitu kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
dilakukan secara spontanitas tanpa direncanakan terlebih dahulu, dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah.
Pemeliharaan sarana pendidikan dilakukan agar pada saat dibutuhkan
kondisinya dalam keadaan baikdan dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
Pemeliharaan yang dilakukan secara teratur yang bertujuan agar sarana
pendidikan di sekolah selalu enak dipandang, mudah digunakan tidak cepat
rusak. Pemeliharaan harus diupayakan sebaik mungkin agar tujuan dari
pemeliharaan bisa tercapai. Tujuan dari pemeliharaan dari Depdiknas
(2007:31) yaitu: (1) untuk mengoptimalkan masa pakai peralatan, dengan
melihat aspek biaya karena suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut, (2) untuk
menjamin persiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran
pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal, (3) untuk menjamin
ketersediaan peralatan melalui pengecekan rutin dan teratur, (4) untuk
menjamin keselamatan orang atau siswa dalam menggunakan peralatan
tersebut.
42
Sementara itu mamfaat pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana
pendidikan masih menurut Depdiknas (2012:31) yaitu: (1) jika peralatan
terpelihara dengan baik maka tidak perlu mengadakan penggantian alat dalam
waktu dekat, (2) jarang terjadi kerusakan sehingga biaya perbaikan dapat
diminimalisir,
(3)
peralatan
akan
terkontrol
sehingga
meminimalisir
kehilangan, (4) enak dipandang dan dilihat, (5) memberikan hasil pekerjaan
yang baik. Mamfat-mamfaat tersebut didapat jika pemeliharaan yang dilakukan
benar-benar optimal dilaksanakan serta melibatkan seluruh warga sekolah.
d. Pengawasan (controlling) Peralatan
Pengawasan pada hakekatnya merupakan usaha memberi petunjuk kepada
para pelaksana agar mereka selalu bert indak sesuai dengan rencana.
Diharapkan agar para pelaksana membatasi tindakan-tindakannya mencapai
tujuan sedemikian rupa sehingga tidak menyimpang dari yang diperbolehkan
(Hadiprodjo,2000:63). Pengawasan peralatan dan bahan terdiri dari pengawasan
pengadaan,
pemanfaatan,
dan
pemeliharaan.
Pengawasan
pengadaan
dimaksudkan untuk menjamin kesesuaian proses dan anggarannya. Pengawasan
persediaan untuk menjamin tersedianya bahan dalam jumlah, harga, waktu
yang tepat sehingga proses praktik tidak terganggu. Pengawasan pemanfaatan
dilakukan untuk mengendalikan bahwa peralatan dan bahan telah dimanfaatkan
sesuai dengan rencana. Pengawasan dilakukan dengan observasi langsung ke
bengkel, pelaporan baik lisan maupun tertulis.
43
Menurut
atasan
Arikunto (1988:45),
untuk
meyampaikan
laporan merupakan tugas bawahan kepada
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
hasil
pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu. Pada SMK
yang berhak melaporkan kondisi alat adalah tool man yang diteruskan kepada
kepala bengkel kemudian dilanjutkan kepada Kepala Sekolah SMK. Dengan
adanya laporan kondisi alat setiap saat, dapat diketahui tingkat efektifitas
penggunaan alat tersebut. Alat dan bahan yang dilaporkan rusak atau habis,
selanjutnya dapat dianalisa penggunaannya apakah digunakan dengan baik,
hilang, rusak, atau habis.
2.1.11 Bengkel
Pengertian bengkel sangat luas mengingat banyaknya jenis kegiatan yang
dilakukan orang dengan menggunakan sarana bengkel. Di sekolah-sekolah teknik,
bengkel digunakan sebagai tempat pelatihan keterampilan/kerja para siswa.
Penggunaan bengkel yang lain adalah sebagai tempat perawatan dan perbaikan
serta proses produksi. Secara garis besar bengkel dapat diartikan sebagai tempat
pelatihan, penelitian, perawatan dan perbaikan mesin/peralatan atau tempat
produksi. Namun apapun kegiatannya penggunaan bengkel harus dikonsep dengan
baik terlebih dahulu sehingga bengkel menjadi efektif sebagai sarana mencapai
tujuan. Untuk mencapai efektivitas bengkel para pengelola bengkel haruslah
menerapkan manajemen bengkel. Manajemen bengkel adalah manajemen yang
diterapkan dalam bengkel. Oleh karena itu fungsi-fungsi manajemen juga harus
diterapkan pada pengelolaan bengkel.
44
Fungsi manajemen bengkel meliputi hal berikut :
1. Perencanaan bengkel, termasuk didalamnya penataan bengkel
2. Pengorganisasian bengkel (struktur organisasi)
3. Penempatan staf bengkel
4. Mekanisme pengelolaan bengkel, meliputi administrasi bengkel, prosedur
penggunaan mesin/peralatan, perawatan dan perbaikan mesin.
2.2
Kerangka Pikir
Kerangka Pikir Perawatan dan Perbaikan
PEMBELAJARAN
KELAS
BENGKEL
KA. PROG
PERAWATAN
PERENCANAAN
PERENCANAAN
PENGORGANISASIAN
PELAKSANAAN
PENGORGANISASIAN
PELAKSANAAN
GURU/TOOLMAN
SISWA
PERBAIKAN
EVALUASI
EVALUASI
45
Kerangka pikir diatas dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran dapat
dilaksanakan di dua tempat yaitu di kelas dan bengkel, pada saat pembelajaran
dibengkel siswa dituntut untuk melakukan perawatan dan perbaikan peralatan
yang ada dibengkel. Pelaksanaan perawatan peralatan Ketua program keahlian
menyusun tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi
perawatan peralatan yang akan dilaksanakan oleh semua pengguna bengkel baik
itu guru, toolman maupun siswa, begitu juga dengan kegiatan perbaikan peralatan
pada saat peralatan atau mesin mengalami kerusakan berat seorang ketua program
keahlian akan menyusun perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi perbaikan peralatan.
2.3 Penelitian yang relevan
Munthe. Sirmas, Denny w. Utama, Pane. Idayani (2009) telah melakukan
penelitian tentang implementasi manajemen dan teknik pemeliharaan pada PT.
Garuda Mas Perkasa dari hasil penelitian mengemukakan bahwa PT. Garuda Mas
Perkasa Medan telah melaksanakan bentuk perawatan Preventive Maintenance
dan Predictive Maintenance. Dengan demikian perusahaan ini telah mendapatkan
manfaat efisiensi penggunaan mesin maupun manfaat total sistem perawatan.
Namun perusahaan ini belum menerapkan bentuk Total Productive Maintenance
secara utuh, dengan demikian perusahaan ini belum dapat dikatakan sebagai
perusahaan yang memiliki komitmen pada Total Productive Maintenance.
Masih ada beberapa indikator Total Produktive Maintenance yang belum
dilaksanakan oleh perusahaan.
46
Dwi R.P (2005), menjelaskan bahwa kesiapan bengkel plambing dan sanitasi
SMK Negeri 2 Yogyakarta ditinjau dari pelaksanaan manajemen peralatan dan
bahan termasuk kategori cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari beberapa aspek
yaitu: (1) perencanaan peralatan dan bahan cukup baik, yaitu sejumlah 82
(77%) siswa memberikan penilaian cukup baik serta didukung dari hasil
wawancara
pengelola
sekolah;
(2)
penyimpanan peralatan dan bahan
cukup baik, yaitu sejumlah 62 (58%) siswa memberikan penilaian cukup
baik serta didukung wawancara pengelola sekolah; (3) sistem administrasi
penggunaan peralatan bahan cukup baik, yaitu sejumlah 53 (50%) siswa
memberikan penilaian cukup baik serta didukung wawancara pengelola sekolah;
(4) pemeliharaan peralatan cukup baik, yaitu sejumlah 63 (59%) siswa
memberikan penilaian cukup baik serta didukung hasil wawancara dari
pengelola sekolah. Kesiapan bengkel plambing dan sanitasi SMK Negeri 2
Yogyakarta ditinjau dari kondisi fasilitas peralatan praktik dalam kategori baik.
Hal ini ditunjukkan dengan kondisi ketersediaan peralatan fasilitas peralatan
praktik diperoleh rerata koefisien 77,3 % maka termasuk
dengan kondisi fungsional
fasilitas
peralatan
praktik
kategori baik
diperoleh
rerata
koefisien 100% maka termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan deskripsi
diatas maka dapat diambil kerangka berpikir sebagai berikut: Manajemen
Perawatan dan Perbaikan Peralatan bengkel
sangat
berpengaruh
terhadap
kelancaran
pemesinan merupakan aspek yang
pembelajaran.
Dengan
proses
pembelajaran yang lancar tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan dan
keterampilan siswa dalam malakukan praktik. Bengkel yang peralatan kurang
47
layak tentu saja akan membuat siswa kesulitan dalam mempraktikkan materi yang
didapat di sekolah.
Siswa yang mudah dan lancar dalam mempraktikkan teori yang didapat tentunya
akan lebih siap terjun di dunia industri, begitu juga sebaliknya siswa yang
kesulitan dalam mempraktikkan teori yang didapat karena manajemen dari
perawatan dan perbaikan peralatan bengkel yang kurang layak tentu saja akan
kesulitan untuk terjun ke dunia industri.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian
Latar penelitian Implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan (Maintenance
and Repair)Peralatan Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro (Studi
Kasus), berada di SMK Negeri 3 Metro berlokasi di Jl. Kemiri 15A Iring Mulyo
Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.
3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus, karena hanya dilakukan atu sekolah. Pembahasan
hanya akan menggambarkan keadaan secara jelas yang terjadi di tempat
penelitian. Penelitian kualitatif bertujuan untuk: (1) menggambarkan dan
mengungkap (to discribe and explore) dan (2) menggambarkan dan menjelaskan
(to discribe and explain) (Djumaidi dan Fauzan, 2012:29). Pendekatan studi kasus
bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek
yang diteliti (Mulyana, 2001:201).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,
karena penelitian ini menggali segala bentuk informasi dan fenomena dari faktafakta yang ada mengenai kegiatan implementasi manajemen perawatan dan
perbaikan peralatan bengkel dalam pembelajaran di jurusan teknik pemesinan
SMK Negeri 3 Metro.
49
3.3 Kehadiran Peneliti
Menurut Bogdan dan Biklen (1998:89) bahwa kehadiran peneliti dilapangan
dalam sebuah penelitian kualitatif adalah suatu yang mutlak karena peneliti
bertindak sebagai instrumen penelitian dan sekaligus sebagai pengumpul data. Hal
ini juga dikemukakan oleh Sugiyono, (2012:307). Dalam penelitian kualitatif
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Oleh karena
itu, kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai
instrumen penelitian, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu peneliti perlu terjun sendiri
kelapangan.
Penelitian menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
3.3.1 Sebelum kelapangan, peneliti terlebih dahulu meminta surat izin penelitian
dari Universitas Lampung dan memohon izin kepada kepala sekolah
SMKN 3 Metro secara formal melaksanakan penelitian dan menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan seperti alat tulis, alat perekam, kamera dan lainlain.
3.3.2 Berdasarkan rekomendasi Kepala Sekolah peneliti menyerahkan surat izin
penelitian dan melakukan observasi di lapangan agar lebih memahami
latar belakang penelitian yang sesungguhya.
3.3.3 Membuat jadwal kegiatan penelitian antara peneliti dengan subjek
penelitian.
50
3.3.4 Melaksanakan kunjungan untuk mengumpulkan data sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati.
Pada tanggal 14 Desember 2016 sebagai tahap awal peneliti melakukan observasi
ke SMKN 3 Metro sebagai subjek peneliti. Peneliti bertemu dengan Kepala
Sekolah selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan yaitu mengadakan
penelitian dalam rangka penyelesaian program pasca sarjana pada program studi
Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Lampung. Kemudian Kepala Sekolah
menjelaskan kondisi sekolah secara umum dan implementasi manajemen
perawatan dan perbaikan peralatan bengkel dalam pembelajaran jurusan teknik
pemesinan di SMK N 3 Metro.
Pada tanggal yang sama peneliti juga menemui Wakil Kepala Sekolah Bidang
Sarana dan Prasarana, Keua Program Keahlian Teknik Pemesinan dan sekaligus
guru jurusan teknik pemesinan untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Tanggal 12 Januari 2017 peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah
sekaligus melakukan observasi. Peneliti melakukan wawancara dari pukul 09.00 –
10.00 WIB.
Selanjutnya pada tanggal 16 januari 2017, peneliti menemui Wakil Kepala
Sekolah bidang sarana dan prasarana di ruang wakil kepala sekolah pada pukul
10.00 – 10.45 WIB. Selanjutnya pada pukul 13.00 – 14.00 WIB
peneliti
mewawancarai Ketua Program keahlian Teknik Pemesinan di ruang bengkel
mesin dan sekaligus 2 orang guru jurusan teknik pemesinan.
51
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam
penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu dari
informan/narasumber dan dokumentasi.
3.4.1 Informan/narasumber
Informan/nara sumber digunakan sebagai pengumpul data utama. Penentuan
informan disesuaikan dengan fokus penelitian yang akan digali dan informan
yang menguasai permasalahan tersebut. Penentuan informan dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode
purposive sampling yakni teknik penentuan
narasumber untuk tujuan tertentu saja. Pengambilan narasumber bukan
untuk mewakili populasi melainkan pada relefansi dan kedalaman
informasi serta didasarkan pada tema yang muncul dilapangan.
Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian
NO INFORMAAN
1
Kepala Sekolah
2
Waka. Sarana Prasarana
3
Ketua Program
4
Guru
5
Toolman
KODE
KS
WSP
KP
G
T
JUMLAH
1 Orang
1 Orang
1 Orang
2 Orang
1 Orang
52
Tabel 3.2 Sumber Data Penelitian
No
Fokus/Sub
Indikator
Fokus
Perencanaan
1. Administrasi
Perawatan
Bengkel
dan Perbaikan 2. Mengidentifikasi
Administrasi
Bengkel
3. Mengidentifikasi
Peralatan
Informan
1.
2.
3.
4.
Ka.sek
Ka. Prog
Guru
Toolman
1. Wawancara
2. Pengamatan
3. Dokumen
2.
Pengorganisa 1. Struktur
sian
organisasi M &
Perawatan
R
dan perbaikan 2. Tugas
Pokok
masing-masing
bagan
1.
2.
3.
4.
5.
Ka.sek
Waka. Sarpras
Ka. Prog
Guru
Toolman
1. Wawancara
2. Pengamatan
3. Dokumen
3.
Pelaksanaan
Perawatan
dan perbaikan
Semua
administrasi di
isi sesuai dengan
yang
direncanakan
1. Ka.Prog
2. Guru
3. Toolman
1. Wawancara
2. Pengamatan
3. Dokumen
4.
Pengawasan
1. Identifikasi
perawatan
ketidak sesuaian
dan perbaikan
dengan rencana
2. Penanganan
ketidak sesuaian
3. Penanggung
jawab
ketidak
sesuaian
1. Ka.Prog
2. Guru
3. Toolman
1. Wawancara
2. Pengamatan
3. Dokumen
1.
Teknik
Sesuai dengan pendapat Nasution (1992:32) yang mengatakan bahwa sampel
berupa hal, peristiwa, situasi yang diobservasi. Sampel berupa responden yang
dapat diwawancarai, sampel dipilih secara purposive bertalian dengan purpose
atau tujuan
tertentu. Tujuan tertentu ini karena dianggap responden paling
memahami tentang apa yang diharapkan.
53
3.4.2 Dokumentasi
Dokumen-dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini
adalah yang berhubungan dengan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan
yang ada di jurusan teknik pemesinan
3.5
Teknik Pengumpul Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi.
3.5.1 Wawancara mendalam
Pengumpulan data-data yang ada di lapangan, penulis mengadakan wawancara
mendalam dengan informan yang dianggap sebagai key informan. Wawancara
dilakukan dengan
pihak-pihak
terkait
antara
lain:
(1)
Kepala
Sekolah
untuk memperoleh data tentang latar belakang implementasi pelaksanaan
manajemen perawatan dan perbaikan peralatan; (2) Wakil Sarana dan prasaran
untuk memperoleh daftar inventaris yang ada di jurusan teknik pemesinan; (3)
Ketua Progran untuk memperoleh informasi tentang perencanaan pelaksanaan
manajemen perawatan dan perbaikan peralatan jurusan; (4) Guru produktif untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan perawatan dan perbaikan peralatan di
jurusan teknik pemesinan ; (5)Toolman untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan kegiatan penggunaan peralatan sehari-hari oleh siswa.
54
3.5.2 Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data terkait manajemen perawatan dan
perbaikan dan mengumpulkan informasi mengenai aktivitas guru dan Toolman
jurusan Teknik pemesinan di SMK Negeri 3 Metro dalam mengimplementasikan
manajemen perawatan dan perbaikan peralatan.
3.5.3 Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi khususnya untuk
melengkapi data yang tidak diperoleh dalam wawancara, angket, dan observasi.
Penulis menggunakan studi dokumenter ini untuk menggali data tentang profil
sekolah,
Perencanaan Perawatan dan perbaikan,
prosedur
implementasi
dokumen-dokumen terkait
Manajemen perawatan dan perbaikan peralatan,
struktur organisasi Bengkel, dan data Inventaris bengkel.
3.6
Analisis Data
Mengetahui implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan peralatan
bengkel dalam pembelajaran jurusan teknik pemesinan di SMK Negeri 3 Metro,
data dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif. Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2012:335) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu
data reduction, data display, dan conclusion/verification.
55
3.6.1 Data Reduction (reduksi data)
Tahap ini, peneliti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, menfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2012:336). Oleh karena
itu dalam mereduksi data peneliti membuat ringkasan yang berisi uraian hasil
penelitian terhadap catatan lapangan, pemfokusan pada jawaban terhadap masalah
yang diteliti. Untuk selanjutnya dikembangkan sistem pengkodean. Semua data
yang telah dituangkan dalam catatan lapangan, ringkasan kontak, ditelaah secara
seksama untuk mengidentifikasi topik-topik liputan. Setiap topik liputan
diberikan kode yang menggambarkan topik tersebut.
3.6.2 Data Display (penyajian data)
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan
aspek-aspek penelitian. Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti
menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Agar dapat tersaji dengan baik dan
mudah ditelusuri kembali akan kebenaran data tersebut, maka di bawah satuan
data yang dikutip harus diberi label atau notasi tertentu. Sehingga label atau notasi
tersebut dapat mewakili informan penelitian, cara memperoleh data dan letak data
dalam transkrip data.
56
3.6.3 Conclusion/Verificasion (penarikan kesimpulan/verifikasi)
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap
data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif,
penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik
kesimpulan sementara, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus
dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada.
Berdasarkan verifikasi data ini selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan
akhir temuan penelitian. Proses analisis data menggunakan model analisis
interaktif dari Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:335) seperti Gambar 3.1
berikut:
Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model)
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Sementara/Verifikasi
Penarikan Kesimpulan
Akhir
Sumber: Sugiyono, 2012:335
57
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan
teknik pemeriksaaan didasarkan atas empat kriteria, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability. (Moleong, 2013:324).
3.7.1 Uji Kredibilitas (credibility)
Untuk menguji keabsahan data hasil penelitian yang diperoleh, peneliti
menggunakan uji credibility (validitas internal) atau kepercayaan terhadap data
hasil penelitian, antara lain dilakukan dengan:
Pertama, perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian
Kedua, melakukan ketekunan pengamatan dengan maksud untuk menemukan ciriciri dan unsure-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
Ketiga, triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Melalui triangulasi, peneliti berusaha
mengkonfirmasi informasi-informasi yang telah dikumpulkan dengan sumbersumber lain yang relevan untuk memperoleh tanggapan, melengkapinya dan
menguranginya (Moleong, 2013:330). Terdapat 3 macam triangulasi sebagai
teknik pembanding yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
waktu. Dengan keterangan sebagai berikut:
58
3.7.1.1 Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
3.7.1.2 Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi.
3.7.1.3 Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi dan teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda.
Teknik ini dilakukan selama penelitian berlangsung dan sifatnya sirkuler serta
berkesinambungan atau berlanjut, setelah data diperoleh langsung dibuat transkrip
kemudian dikonfirmasikan kepada informan untuk diberikan kesesuaiannya,
selanjutnya
dilakukan
modifikasi,
perbaikan/penyempurnaan
sampai
kebenarannya dapat dipercaya.
Keempat, analisis kasus negative yang digunakan untuk menjelaskan hipotesis
alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.
Kelima, kecukupan referensial adalah merupakan alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.
Keenam, pengecekan sejawat melalui diskusi yang dilakukan dengan cara
mengekpos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk
diskusi analitik dengan para pengambil kebijakan dan rekan-rekan sejawat.
59
Pengecekan anggota yang terlibat dalam penelitian meliputi data, kategori
analisis, penafsiran, dan kesimpulan.
3.7.2 Uji Keteralihan (Transferability)
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara
konteks
pengirim
dan
penerima.
Dalam
hal
ini
peneliti
bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif untuk mencari dan
mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks, untuk membuat
keputusan tentang pengalihan tersebut dengan melakukan penelitian kecil untuk
memastikan usaha menverifikasi.
3.7.3 Uji Kebergantungan (Dependability)
Konsep kebergantungan selalu memperhitungkan factor reliabilitas yang
ditunjukkan dengan jalan mengadakan replica studi dan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang
lain dapat mengulangi/mereplika proses penelitian tersebut.
3.7.4 Uji Objektivitas/Kepastian (Confirmability)
Kriteria kepastian berasal dari konsep obyektivitas. Pemastian bahwa sesuatu
obyektif atau tidak, bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap
pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Sedangkan pengalaman sesorang
itu subyektif apabila disepakati oleh beberapa atau banyak orang baru bisa
dikatakan obyektif. Dengan demikian obyektivitas- subyektivitas suatu hal
bergantung pada orang seorang. Jadi suatu itu obyektif apabila dapat dipercaya,
60
factual dan dapat dipastikan; sedangkan subyektivitas adalah tidak dapat
dipercaya. Maka dari itu dalam penelitian ini penekanan dilakukan bukan pada
orang namun pada data, apakah data itu dapat dipastikan atau tidak.
3.8 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap
pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap penyusunan laporan.
3.8.1 Tahap Pralapangan
Tahap pra-lapangan dilakukan penyusunan desain penelitian, menjajagi lapangan,
memilih informan, dan mempersiapkan perlengkapan penelitian. Kelengkapan
penelitian dalam tahapan ini meliputi persiapan merancang catatan-catatan
lapangan yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data berupa struktur organisasi, data
sarana-prasarana dan sebagainya. Tahap pra lapangan ini sudah peneliti
laksanakan bulan Agustus s.d. September 2016, seminar proposal penelitian
dilaksanakan tanggal 6 Oktober 2016.
3.8.2 Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan orientasi dan hasil lapangan dengan cara
wawancara dengan informan, observasi, studi dokumentasi, dan catatan lapangan.
Selanjutnya peneliti melakukan eksplorasi dan studi lapangan, yaitu dengan
melakukan pengumpulan data dari responden yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Informasi dikumpulkan secara mendalam tentang aspek-aspek penting
61
yang diperoleh. Tahap pelaksanaan sudah peneliti laksanakan bulan Oktober s.d.
Desember 2016.
3.8.3 Tahap analisis data
Analisis data menurut Bogdan & Biklen (Moleong, 2013:248) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Pada
tahap ini dilakukan kategorisasi data, klasifikasi data, triangulasi data dan
penarikan kesimpulan.
Analisis data merupakan langkah terakhir penelitian sebelum melakukan
penarikan suatu kesimpulan. Analisis data merupakan langkah yang cukup rawan
dalam penelitian. Karena apabila terjadi kesalahan dalam analisis data, maka
akibatnya kesimpulan yang ditarik akan jauh menyimpang. Tahap ini dilakukan
untuk tujuan konfirmasi kesesuaian hasil pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Kesalahan dikoreksi dan informasi baru dapat
ditambahkan dalam laporan evaluasi ini. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk
menguji validitas, reliabilitas, dan objektifitas data yang diperoleh. Pada tahap
analisis data ini peneliti laksanakan bulan Desember 2016 s.d. Januari 2017, dan
seminar hasil dilaksanakan tanggal 19 Januari 2017
62
3.8.4 Tahap Penyusunan Laporan
Tahap pelaporan berupa draf laporan hasil penelitian, mendiskusikan laporan dan
penyempurnaan laporan. Laporan penelitian terdiri dari latar belakang penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian, paparan data dan temuan penelitian,
pembahasan penelitian serta kesimpulan dan saran ditulis secara naratif.
101
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.1.1 Perencanaan perawatan peralatan jurusan teknik pemesinan di SMK
Negeri 3 Metro sudah terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
5.1.2 Pengorganisasian perawatan peralatan masih menggunakan struktur
jurusan yangmana untuk melaksanakan perawatan diberikan
tanggung jawab pada toolman, guru mata pelajaran dan di bantu oleh
siswa yang praktek
5.1.3 Setiap selesai melaksanakan praktek siswa diwajibkan untuk
melaksanakan bersih-bersih dan merawat peralatan yang sudah
digunakan sesuai dengan kartu yang ada pada mesin sehingga untuk
proses pelaksanaan praktek selanjutnya tidak mengalami kendala
atau masalah, sedangkan untuk masalah biaya dibebankan di RKAS
sekolah.
5.1.4 Pengevaluasian perawatan peralatan sudah terkontrol dengan baik
karena di mesin atau peralatan sudah terpasang kartu mesin
5.1.5 Perencanaan perbaikan peralatan jurusan teknik pemesinan sudah
sesuai dengan yang direncanakan, pada saat mesin mengalami suatu
trouble atau kerusakan yang besar maka ketua program keahlian
akan membuat suatu usulan atau proposal rencana anggaran biaya
102
yang ditujukan ke wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana
untuk melakukan perbaikan mesin atau peralatan tersebut.
5.1.6 Pengorganisasian perbaikan, pada saat mesin mengalami kerusakan
secara bersamaan akan dilakukan perbaikan dengan melihat skala
prioritas mesin atau peralatan mana yang harus di perbaiki terlebih
dahulu sehingga siswa tidak mengalami gangguan yang lama dalam
melaksanakan praktek di jurusan.
5.1.7 Pelaksanaan perbaikan dilakukan apabila biaya yang diperlukan
sudah ada dengan melibatkan toolman, guru mata pelajaran serta
siswa yang aktif, apabila kerusakannya berat yang tidak bisa
ditangani oleh toolman maupun guru mata pelajaran maka pihak
jurusan akan meminta bantuan kepada pihak luar yang bisa
melakukan perbaikan.
5.1.8 Jurusan teknik pemesinan SMK Negeri 3 Metro pada saat semua
perencanaan
perbaikan
sudah
di
laksanakan
tentu
adanya
pengevaluasian kegiatan perbaikan dengan melihat kartu mesin yang
di mesin itu sendiri dan mengevaluasi kegiatan perbaikan di luar
kartu tersebut apakah mesin atau peralatan yang sudah diperbaiki
sudah layak pakai atau belum tentu perlu melakukan pengetesan
sebelum digunakan oleh peserta didik.
103
5.2
Implikasi
Implementasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan jurusan
teknik pemesinan di SMK Negeri 3 Metro untuk menunjang proses
pembelajaran sudah sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen
perawatan dan perbaikan adalah suatu proses pengelelolaan perawatan dan
perbaikan peralatan yang harus dilakukan oleh sebuah bengkel atau
perusahaan.
Penerapan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan harus diterapkan
juga di sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan teknik karena dengan
adanya sistem ini akan menjadikan peralatan yang dipakai oleh peserta
didik bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan umur dari mesin
atau peralatan tersebut bisa panjang.
5.3
Saran
Implementasi manajemen perawatan dan perbaikan sangat perlu
diterapkan di sekolah terutama sekolah bidang teknologi dan rekayasa
karena sangat besar mamfaatnya dalam hal menjaga umur dari mesin atau
peralatan tersebut dan sangat menunjang siswa dalam proses belajar
mengajar karena harga dari mesin atau peralatan tersebut sangat mahal.
Berikut ini saran dari peneliti berdasarkan dari hasil penelitian yang
disampaikan kepada :
5.3.1 Guru dan toolman jurusan teknik pemesinan SMK Negeri 3 Metro,
Guru dan toolman hendaknya memperhatikan skedul atau jadwal
perawatan dan perbaikan peralatan, apa yang sudah direncanakan
104
oleh ketua program keahlian bisa dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab dan menjadikan kemampuan dan umur mesin
semakin panjang.
5.3.2 Kepala sekolah SMK Negeri 3 Metro
Kepala sekolah sebagai top manajemen hendaknya memberikan
perhatian khusus kepada jurusan-jurusan terutama jurusan teknik
pemesinan untuk memberikan anggaran lebih dalam hal perawatan
dan perbaikan peralatan jurusan teknik pemesinan karena harga
dari mesin atau peralatan tersebut tidak murah, sehingga pada saat
mesin mengalami kerusakan tidak harus menunggu dalam dalam
hal perawatan dan perbaikan mesin.
5.3.3 Dinas Pendidikan Kebudayaan Propinsi Lampung
Karena SMK Negeri 3 Metro merupakan sekolah alih fungsi tentu
mesin atau peralatannya sudah banyak yang tua untuk itu dimohon
adanya bantuan dalam hal revitalisasi peralatan yang menunjang
siswa dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar
terutama dalam melaksanakan praktek di jurusan teknik pemesinan
105
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah dan Hanafi. 2002. Pengantar Manajemen. Yogyakarta. Graha
Ilmu
Arikunto. S. (1990). Organisasi dan administrasi Pendidikan Teknologi
Dan Kejuruan. Jakarta. Depdikbud.
Bachtiar Hasan. 2002. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Dikmenjur.
Bernardus Sentot Wijanarka. (2012). Pengembangan Modul dan
Pembelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan CNC SMK.
Yogyakarta. UNY (Disertasi)
Bondan, R.C & Biken, S.K.B. 1998. Qualitative Reseach For Education to
theory and Methods, Allyn and Bacoan. Inc. Boston
Bustami Achir. 1995. Merencana Kebutuhan Fasilitas Pelajaran
Praktek dan Optimasi Pemakaiannya. Bandung: PPPGT.
Depdiknas. 1990. Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1990 Tentang Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta: Depdiknas
Depdikbud. 1999.
Informasi
Jakarta: Depdikbud.
Pendidikan
Menengah
Kejuruan.
Depdiknas. 2003, UU RI No.23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2006, Sistem Penyelenggaraan Sekolah bertaraf Internasional
Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 2007. Pedoman Analisis
Kebutuhan Sarana Pendidikan SMK ProgramKeahlian Teknik
Mesin Perkakas. Jakarta: Dikmenjur.
Djam’an. Satori. 1980. Administrasi Pendidikan. Bandung. IKIP Bandung
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Cetakan kesembilan. BPFC.
Yogyakarta
Herujito. Yayat. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo
Hasibuan, M. S. P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.
Bumi Aksara.
105
106
Kepmendikbud. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) N0.40 tahun 2008 tentang Standar Sarana Dan
Prasarana Pendidikan SMK
Kurikulum SMK 2006. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional,
Direktorat Jendral Pendidikan Menengah, Direktorat Menegah
Kejuruan.
Liyasatya.wordpress.com, Pelaksanaan Manajemen Sarpras
Moleong. Lexy. 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyono. 2010. Manajemen Adminstrasi dan Organisasi Pendidikan.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media
M Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur.2012. Metode Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Nurhidayati. Thesismylife. Blogspot. co.id, Manajemen Pemeliharaan
Mesin-Mesin Produksi
Permen No.19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
Pardede. Pontas M. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta
Prawirosentono, Suyadi. 2000. Manajemen Operasi Analisis dan Studi
Kasus. Edisi Ketiga, Bumi Aksara. Jakarta.
Putri Isnaeni. K. (2013), Manajemen Sarana dan Prasarana di SMK N 1
Kasihan Bantul: Jogyakarta: UNY
Rekso Hadiprojo. (2000). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta.
Riyanta. W, 2011, Manajemen Peralatan dan Bahan Praktik Bengkel Batu
Pada Bidang Teknik Bangunan di SMKN 2 Depok Sleman
Yogyakarta: Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana UNY
Rindowi. 2007.
Standar Operasi Mesin Perkakas dan Preventive
Maintenance: PPPPTK Medan.
106
107
Setiawan dan Harun. 1981. Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel.
Jakarta. Dikmenjur
Sirmas Munthe dkk; (2009), Implementasi Perawatan pada PT. Garuda
Mas Perkasa; Medan: USU
Sitinjak. Jefri. 2006, Manajemen Perawatan, PPPTK, Medan
Soelipan. 1995. Pedoman Penyelenggaraan Bengkel Mesin. Bandung:
PPPG Teknologi Bandung.
Soelipan dkk. 2009, Manajemen Bengkel. Bandung: PPG Teknologi
Bandung
Soenarto, Organisasi dan Manajemen Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, PTK, UPI Bandung
Sowiyah, 2015, Manajemen Pendidikan, FKIP Universitas Lampung, Aura
Publishing, Lampung
Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta
Sukardi. Thomas. Dkk. 2013, Penelitian ini berjudul: “Pengembangan
Model Running Maintenance Pada Proses Pemesinan di Jurusan
Mesin SMK Rumpun Teknologi se-DIY”, Yogyakarta, UNY
Voorhees, R.A.2001. Competency-Based Learning Models: A Necessary
Future. New Directons for Institutional Research, no. 10, Summer,
John Wiley & Sons.
Wahyulinadiandrus. Blogspot, Makalah Pembelian dan Perawatan alat
Olah Raga
107
Download