IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN PERALATAN BENGKEL DALAM PEMBELAJARAN JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 METRO TESIS OLEH: MIFTAHULHAQ PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017 ABSTRAK IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN PERALATAN BENGKEL DALAM PEMBELAJARAN JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 METRO Oleh Miftahulhaq Fokus penelitian ini adalah Implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan Peralatan Bengkel Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro, dengan sub fokus: (1) Perencanaan perawatan, (2) Pengorganisasian perawatan, (3) Pelaksanaan perawatan, (4) Evaluasi Perawatan, (5) Perencanaan perbaikan, (6) Pengorganisasian perbaikan, (7) Pelaksanaan perbaikan, (8) Evaluasi perbaikan. Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif, maka penelitian ini bersumber pada pengamatan dilapangan (field research) dan wawancara. Studi yang mendalam dilakukan terhadap implementasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan, data tersebut kemudian dianalisis secara interaktif kemudian diberikan interpretasi untuk selanjutnya diambil kesimpulan. Hasil penelitian didapat: (1) Perencanaan perawatan disusun oleh Ketua program keahlian dan di sosialisasikan kepada guru mata pelajaran, toolman dan siswa, (2) Pengorganisasian perawatan sesuai dengan struktur yang ada pada saat mesin mengalami kerusakan, (3) Pelaksanaan perawatan tanggung jawab ketua program keahlian dibantu oleh guru mata pelajaran, toolman dan siswa pada saat mesin/peralatan mengalami kerusakan berat ketua program keahliam berkoordinasi dengan waka sarana dan prasaran dengan minta bantuan pada pihak luar, (4) Evaluasi peratan bisa dilihat dikartu kontrol, akhir semester dan tes mesin. Mengenai masalah perbaikan mesin hampir sama dengan perawatan yang membuat beda adalah pada saat mesin mengalami kerusakan berat harus melihat dari RKAS sekolah karena membutuhkan dana yang cukup besar dan memerlukan bantuan dari pihak luar. Kata Kunci: Manajemen, perawatan perbaikan, pembelajaran ii ABSTRACT IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT OF MAINTENANCE AND REPAIR OF WORKSHOP EQUIPMENT IN LEARNING MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT OF SMK NEGERI 3 METRO By: Miftahulhaq The focus of the research is implementation of management of maintenance and repair of workshop equipment in Mechanical Engineering Department of SMK Negeri 3 Metro with sub-foci: (1) planning of maintenance, (2) organizing maintenance, (3) maintenance implementation, (4) evaluation of maintenance, (5) planning of repair, (6) repair organizing, (7) implementation of repair, (8) evaluation of repair. This research used qualitative design, hence the research data were obtained from field research and interview. In-depth study was conducted on the management implementation of maintenance and repair of garage equipment in mechanical engineering, then the data were analyzed interactively and interpreted to take the conclusion. Result of the research show that: (1) planning of maitenance was prepared by Head of Skills program and socialized to subject teachers, tool man and students, (2) organizing maintenance was in accordance with the existing structure at the time of machine damage, 3) implementation of maintenance was the responsibility of the head program of expertise assisted by subject teachers, tool man and students when the machine / equipment was in serious damage, the head of expertise program coordinated with the vice principal responsible for the facilities and infrastructure by asking for help from outside, (4) evaluation of equipment can be seen in control card, end of semester and test machine. Regarding to the problem of machine repair was almost the same as the treatment that made the difference when the machine was severely damaged must seen from RKAS of the school because it required substantial funds and help from outsiders. Keywords: Management, Repair Maintenance, Learning iii IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN PERALATAN BENGKEL DALAM PEMBELAJARAN JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 3 METRO OLEH: MIFTAHULHAQ TESIS Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Megister Manajemen Pendidikan Pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017 RIWAYAT HIDUP Penulis, Miftahulhaq lahir di Piliang Labuh Kec. Lima Kaum Kab. Tanah Datar Sumatera Barat pada 15 November 1977. Merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara dari Bapak Muchlis. B. (Alm) dan Ibu Rosni. ABD. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jalan Gatot Kaca Gang Mandiri RT 22 RW 05 Kel. Mulyojati Kec. Metro Barat. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada SDN 01 Labuh pada tahun 1990, pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Batusangkar pada tahun 1993, pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 2 Batusangkar pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan S1 pada Program Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Negeri Padang dan tamat tahun 2001. Pada tahun 2002 penulis menjadi guru honorer pada yayasan Krida Kartikatama Metro, pada tahun 2003 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil menjadi guru pada SMK Negeri 3 Metro sampai sekarang. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan Studi S2 pada program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis menikah dengan Fariani, S. Pd. pada tahun 2004 dan dikaruniai dua putra: 1) Ridho Arifandi, 2) Faizzul Haq Motto “Jadilah orang yang tetap sejuk ditempat panas tetap manis ditempat yang begitu pahit tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar tetap tenang ditengah badai yang paling hebat” “Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan, karena itu bila engkau telah selesai (mengerjakan yang lain) dan berharaplah kepada Tuhanmu” (QS. Al Insyirah: 6-8) PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini untuk: Ayahanda (alm) dan Ibunda yang selalu mendoakan dan menyayangiku Serta kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan aku semangat Istriku Fariani Engkau Selalu dihaTI atas dukungan, cinta, kasih, pengertian dan kesabaran Kedua anakku penyejuk mata dan penenang hati: Ridho Arifandi dan Faizzul Haq SANWACANA Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan, Sholawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya. Penelitian tesis ini berjudul Implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan Peralatan Bengkel Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro merupakan salah satu syarat untuk menyelsaikan studi pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa penelitian tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas Lampung 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung 3. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Unila 4. Dr. Riswanti Rini, M.S., selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila dan sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan serta perhatian untuk menyelesaikan tesis ini. 5. Dr. Dedi Hermanto Karwan, M.M., selaku Penguji I yang telah memberikan saran demi perbaikan tesis ini. 6. Hasan Hariri, S.Pd.,M.BA.,Ph.D., selaku Penguji II yang telah memberikan saran demi perbaikan tesis ini. 7. Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan sekaligus pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan serta perhatian untuk menyelesaikan tesis ini. Serta Bapak/ibu dosen lainnya staf pengajar pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama ini. 8. Hj. Suindriyati, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMK Negeri 3 Metro yang telah memberikan bantuan informasi yang penulis perlukan. 9. Harjimat, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana yang telah memberikan bantuan informasi yang penulis perlukan. 10. Edi Sukisno, S.Pd.,M.M., selaku Ketua Program Keahlian Jurusan Teknik Pemesinan yang telah memberikan bantuan informasi yang penulis perlukan. 11. Semua rekan-rekan mahasiswa angkatan 2015 (MP 8) Magister Manajemen Pendidikan Unila, yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati suka dan duka selama kuliah. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan karena itu diperlukan kritikan dan saran agar menjadi lebih baik, semoga tesis ini dapat bermamfaat bagi pengembangan ilmu khususnya manajemen pendidikan. Akhirnya atas segala perhatian penulis mengucapkan terimakasih. Metro, Mei 2017 Penulis, Miftahulhaq NPM 1523012006 x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................................. ii RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii MOTTO ................................................................................................................ iv PERSEMBAHAN...................................................................................................v LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. vi SANWACANA .................................................................................................... vii DAFTAR ISI...........................................................................................................x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii DAFTAR MATRIK ........................................................................................... xiv DAFTAR DIAGRAM ..........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Fokus dan Sub Fokus ...................................................................................9 1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................9 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................10 1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................11 1.6 Defenisi Istilah ...........................................................................................12 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Pendidikan ............................................................................15 2.1.2 Model Pembelajaran di SMK ...................................................................20 2.1.3 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan .........................................22 2.1.4 Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ...........................23 2.1.5 Proses Manajemen Sarana dan Prasarana ................................................24 2.1.6 Pengadaan Sarana dan Prasarana .............................................................24 2.1.7 Pemeliharaan sarana dan Prasarana..........................................................25 2.1.8 Penghapusan Sarana dan Prasarana..........................................................25 2.1.9 Manajemen Perawatan dan Perbaikan......................................................26 2.1.10 Manajemen Peralatan .............................................................................36 2.1.11 Bengkel..................................................................................................43 2.2 Kerangka Pikir .................................................................................................44 2.3 Penelitian yang relevan ....................................................................................45 xi BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian ................................................................................................48 3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian.............................................................48 3.3 Kehadiran Peneliti............................................................................................49 3.4 Sumber Data.....................................................................................................51 3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................53 3.6 Analisis Data ....................................................................................................54 3.7 Pengecekan Keabsahan Data............................................................................57 3.8 Tahapan Penelitian ...........................................................................................60 BAB IV. PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 3 Metro...............................................63 4.2 Paparan Data Penelitian...............................................................................68 4.2.1 Perencanaan Perawatan Peralatan ....................................................69 4.2.2 Pengorganisasian Perawatan Peralatan.............................................70 4.2.3 Pelaksanaan Perawatan Peralatan .....................................................72 4.2.4 Pengevaluasian Perawatan Peralatan................................................74 4.2.5 Perencanaan Perbaikan Peralatan .....................................................75 4.2.6 Pengorganisasian Perbaikan Peralatan .............................................77 4.2.7 Pelaksanaan Perbaikan Peralatan......................................................78 4.2.8 Pengevaluasian Perbaikan Peralatan ................................................80 4.3 Temuan Penelitian .......................................................................................82 4.4 Pembahasan .................................................................................................89 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .............................................................................................101 5.2 Implikasi .................................................................................................103 5.3 Saran .......................................................................................................103 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................105 LAMPIRAN........................................................................................................108 xii DAFTAR TABEL Tabel 1. Halaman Sistem yang digunakan dalam manajemen perawatan 28 3.4.1 Daftar informan 51 3.4.2 Sumber data 52 4.1.3 66 Identitas Kepala sekolah 4.1.5 Data siswa 67 xiii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1.9.2 Bagan perawatan peralatan 30 2.2 44 Kerangka pikir 3.6.3 Komponen dalam analisis data 56 4.3.1 Perencanaan perawatan peralatan 82 4.3.2 Pengorganisasian perawatan 83 4.3.3 Pelaksanaan perawatan 84 4.3.4 Pengevaluasian perawatan 85 4.3.5 Perencanaan perbaikan 86 4.3.6 Pengorganisasian perbaikan 87 4.3.7 Pelaksanaan perbaikan 88 4.3.8 Pengevaluasian perbaikan 89 4.5.3 Model pengembangan hipotetik 100 xiv DAFTAR MATRIK Matrik Halaman 4.2.1 Matrik perencanaan perawatan 70 4.2.2 Matrik pengorganisasian perawatan 72 4.2.3 Matrik pelaksanaan perawatan 73 4.2.4 Matrik pengevaluasian perawatan 75 4.2.5 Matrik perencanaan perbaikan 76 4.2.6 Matrik pengorganisasian perbaikan 78 4.2.7 Matrik pelaksanaan perbaikan 79 4.2.8 Matrik pengevaluasian perbaikan 81 xv DAFTAR DIAGRAM Matrik Halaman 1. Diagram tanggungjawab perawatan dan perbaikan 29 2. Diagram manajemen peralatan dan bahan 37 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Surat ijin penelitian 108 2. Identitas Sekolah 109 3. Daftar prestasi siswa 111 4. Jadwal perawatan preventive 114 5. Kartu riwayat Maintenance and Repair 115 6. Kartu pemeliharaan mesin 116 7. Kartu pelumasan 117 8. Kartu mesin 118 9. Transkrip wawancara 119 10. Foto wawancara 129 11. Foto kegiatan dibengkel 130 12. Foto mesin 131 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk dari pendidikan menengah kejuruan yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan kejuruan ini mempunyai tugas mendidik dan mempersiapkan peserta didik untuk memasuki serta meniti karirnya di dunia kerja. SMK merupakan sekolah khusus yang menekankan proses pembelajarannya pada upaya memberikan ketrampilan kepada anak didik sehingga mempunyai kemampuan untuk mempertahankan eksistensi dirinya dalam kehidupan di dunia kerjanya. Keluaran SMK menuntut suatu kompetensi tertentu, yaitu kemampuan untuk berbuat sesuatu sesuai bidangnya, yang bentuknya merupakan manipulasi dari kecakapan psikomotorik dan kecakapan pengetahuan. Sekolah dalam mempersiapkan sekolah siswa menjadi tenaga handal tersebut harus mempunyai fasilitas yang memadai baik jumlah, jenis ataupun keragaman fasilitas tersebut. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kelayakan dan kelaikan fasilitas dan peralatan- peralatan lain yang digunakan untuk proses pembelajaran. Fasilitas praktik yang bentuknya dapat berupa mesin dan peralatan praktik, merupakan fasilitas utama dalam pembentukan kompetensi siswa SMK jurusan mesin. Kelengkapan dan kefungsian mesin dan peralatan praktik merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk penyelenggaraan pembelajaran produktif. SMK adalah sekolah mahal karena 2 harus selalu berorientasi pada lapangan kerja yang sifatnya kompetitif, maka sekolah kejuruan tersebut baru bermakna jika tingkat kemahirannya kompetitif bagi dunia usaha yang riil. Sebagai implementasinya adalah bahwa peralatan yang harus disediakan dan dimiliki pada sekolah kejuruan tersebut harus selalu yang mutakhir, sebagai akibatnya diperlukan biaya operasional yang sangat tinggi. Menurut penelitian Sukardi. Thomas dkk. (2013 - 1) “Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya Rumpun Teknologi saat ini adalah, belum tercapainya kemampuan kompetensi minimal untuk penguasaan prinsip dasar dan ketrampilan manual bagi siswanya. Penyebab belum tercapainya penguasaan kompetensi siswa tersebut antara lain dikarenakan SMK tidak dikelola secara professional baik yang menyangkut system pengelolaannya, proses pembelajarannya, dan kelengkapan sarana dan prasarana praktiknya. Sehingga hal tersebut akan memberikan dampak negative kepada lulusan yangdikeluarkannya baik yang mencakup ketrampilan (hard skill) maupun mental kerja (soft skill”). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sulipan (2004) pada SMK yang ada di kota Serang, Garut, Jakarta dan SMK Texmaco Karawang, menunjukkan masih terjadi kesenjangan antara peralatan yang tersedia dengan tuntutan kompetensi yang harus terpenuhi di industry. Lembaga pendidikan memerlukan fasilitas praktik yang memadai, artinya kapasitas dan keragaman jenis terpenuhi sesuai dengan tuntutan capaian kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Dengan demikian lembaga pendidikan dituntut untuk selalu siap akan fasilitas praktik yang akan digunakan oleh peserta didik. Di satu sisi kemajuan teknologi tak terbendung lagi, demikian pesatnya sehingga dapat masuk diseluruh segi kehidupan manusia. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya hasil-hasil teknologi yang terserap di sekitar kita,mulai 3 dari peralatan/ mesin/ barang-barang industri yang bersifat mekanis, elektris sampai teknologi yang bersifat canggih/ robotik. Pengadaan fasilitas praktik yang berupa alat/mesin selalu dilakukan oleh lembaga pendidikan, bahkan selalu berlomba untuk mendapatkan dana pengadaan fasilitas praktik tersebut. Bahkan dengan dalih investasi kita saling berlomba untuk membelinya, apakah itu produk dalam negeri ataupun produk luar negeri, yang bermutu ataupun yang tidak bermutu., Namun setelah terwujud aspek perawatan dan perbaikan (maintenance) diabaikan begitu saja, sehingga fasilitas praktik tidak dapat berfungsi dan berguna secara optimum. Maintenance dianggap suatu tindakan yang membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa perawatan itu hanya akan dilaksanakan bila mesin/ alat rusak dan mati saja. Anggapan-anggapan tersebut adalah tidak benar, dan itu harus kita singkirkan jauh-jauh dari falsafah kita sebagai orang tehnik, dengan mengingat bahwa investasi yang telah dilaksanakan tersebut menelan biaya yang sangat besar dan itu merupakan aset yang harus diselamatkan. Dan perlu diketahui bahwa salah satu cara untuk menyelamatkan aset tersebut hanyalah dapat ditangkal dengan melaksanakan maintenance yang terprogram dan terjadwal. Dalam hal ini harus menyadari betapa pentingnya keberadaan dan peranan maintenance and repair dalam menjamin kelangsungan, kelancaran, kestabilan proses suatu kegiatan pendidikan. Dari pengalaman lapangan 4 terbengkalainya bagian maintenance and repair pada umumnya bersumber dari prosedur birokrasi yang ada pada lembaga pendidikan itu sendiri, terutama adanya beda pendapat dari unsur manajemen yang ada dalam lembaga tersebut. Dari banyak pengalaman yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah maintenance and repair adalah pendekatan yang memperhitungkan seluruh aspek fungsi yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Pendekatanpendekatan yang dianggap paling populer untuk pengelolaan sistim maintenance and repair adalah dengan menggunakan pendekatan sistimatis, yang bentuk kegiatannya mencakup kategori-kategori teknik- teknik manajemen, prosedur administratif, praktek teknologi, manajemen personalia maintenance, dan pengendalian atas aspek pelaksanaannya. Tentu saja dalam pelaksanaannya kelima unsur tersebut tidak dapat diterapkan semuanya, tetapi paling tidak ada kombinasi diantara kelima unsur tersebut atau disesuakikan dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Kerusakan yang paling banyak terjadi karena sudah usangnya mesin-mesin yang digunakan, dan ditambah lagi dengan tidak adanya wujud kegiatan maintenance yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun siswa yang melaksanakan praktik. Dengan demikian kerusakan tersebut memberi dampak terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) praktik, yaitu terganggunya penguasaan kompetensi pemesinan bagi siswa. Dari analisa hasil observasi didapatkan bahwa sebab kerusakan mesin perkakas yang ada di bengkel kerja mesin diakibatkan karena tidak efektifnya pelaksanaan maintenance. Maintenance yang seharusnya berjalan secara rutin tidak dapat terlaksana dengan baik 5 karena tidak ada, jadwal maintenance, dana untuk maintenance, dan budaya maintenance pada siswa. Siswa masih banyak yang kurang memahami tentang peranan maintenance, hal tersebut terjadi karena mereka tidak paham tentang manfaat maintenance, sehingga dalam mengerjakan job kompetensi tidak pernah melakukan seting awal mesin atau melakukan running maintenance, akibatnya produk benda kerja ukurannya di luar standar yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut juga diperparah oleh cara pendampingan yang ditempuh oleh guru/instructor yang bertanggung jawab mengampu PBM Praktik, yang terlihat selama ini guru kurang intensif dalam melakukan pembimbingan, pendampingan dan pengawasan kepada para siswa. Sementara itu kondisi dan jumlah mesin yang terbatas, usia mesin yang sudah tua dan banyak yang mengalami kerusakan, maka kondisi tersebut juga berakibat pada ketidak sesuaian langkah kerja yang harus dilakukan oleh siswa. Selain itu akibat adanya kerusakan mesin akan membuat rasio mesin dan siswa menjadi terlalu tinggi pula, sehingga satu mesin dapat dipakai oleh dua atau tiga orang siswa, dengan kata lain mesin/alat yang ada tidak mampu melayani proses belajar mengajar secara optimal. Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang fungsi maintenance, maka dipandang perlu untuk melakukan pengelolaan bengkel dengan baik yang dikoordinir oleh ketua program keahlian. Untuk itu dalam penelitian ini akan diterapkan manajemen perawatan dan perbaikan (maintenance and repair) peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan. Manajemen perawatan dan 6 perbaikan (maintenance and repair) merupakan salah satu kegiatan preventive maintenance, jika kegiatan ini dilakukan secara rutin maka mesin diharapkan akan awet dan selalu siap dipakai. Dalam implementasinya guru dituntut aktif dalam mendampingi, pemantauan, pengawasan, dan pembimbingan siswa dalam melakukan perawatan dan perbaikan (maintenance and repair). Secara teknis SMK sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, dapat diidentikkan sama dengan sebuah industri. Keduanya menghasilkan suatu produk tertentu yang senantiasa dijaga kualitasnya. Pengolahan bahan baku di sekolah dilakukan melalui proses pembelajaran. Salah satu indikator mutu SMK juga ditentukan oleh kelengkapan dan kualitas laboratorium dan bengkel pendidikan yang terstandart International Organization for Standarization (ISO) 9001 : 2008. Pengelolaannya bengkel meliputi bagaimana sistem Perawatan dan perbaikannya (M & R) sehingga bengkel dapat digunakan oleh siswa secara optimal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Sitinjak. Jefri (2006 - 4) Tujuan Dasar Dari Manajemen Perawatan dan Perbaikan adalah : 1. Mesin/alat tersedia dalam kondisi menguntungkan 2. Kesiapan peralatan cadangan dalam kondisi darurat 3. Keselamatan manusia dan lingkungan 4. Usia pakai mesin/alat lebih panjang 7 Dalam kaitannya dengan proses produksi yang produktif dalam Total Produktif Maintenance (TPM) maka perawatan dan perbaikan mempunyai beberapa target pencapaian , antara lain : 1. Zero accident, menurunkan tingkat kecelakaan 2. Zero breakdown, menurunkan hingga nol berhentinya operasi 3. Zero chronic damage, menurunkan hingga nol kerusakan kronis pada mesin 4. Zero defect, menurunkan hingga nol cacat produksi 5. Minimized set up, Start-up, Shut-down, speed looses and change over : meminimalisasi waktu penyetelan, waktu start, berhenti , menurunnya kecepatan produksi, meminimalisasi waktu pergantian komponen atau proses produksi Kerugian yang terjadi akibat perawatan dan perbaikan yang tidak berjalan sedikitnya ada enam kerugian besar (six big losses) yang terjadi pada industri manufaktur akibat kurangnya perawatan dan perbaikan, antara lain : breakdown losses ( kerugian breakdown ) kerugian waktu (produktifitas menurun kerugian jumlah karena produk cacat, setup and adjustment losses ( kerugian penyetelan dan penyesuaian ), idling and minor stoppage losses ( kerugian karena idle dan penghentian mesin ), reduced speed losses ( kerugian karena kecepatan operasi rendah ), quality defect and rework losses ( kerugian karena cacat mutu dan pengerjaan ulang), Startup losses ( kerugian yang terjadi saat startup) Perawatan dan perbaikan diperlukan karena peralatan yang digunakan sangat mahal seperti mesin-mesin yang ada dibengkel dimana peralatan tersebut 8 memerlukan perawatan yang baik secara rutin maupun berkala agar peralatan tersebut siap dipakai setiap waktu secara optimal, cepat, akurat, relevan, aman, dan nyaman, sehingga dapat mendukung produktivitas kerja praktik, dan pembudayaan kerja efektif, efisien dan produktif. Pemeliharaan suatu fasilitas harus dilaksanakan secara berencana untuk dapat mencapai hasil dan tujuan yang optimal. Selain itu petugas yang dibekali tanggung jawab pemeliharaan haruslah profesional di bidangnya. Oleh karena itulah masalah pemeliharaan fasilitas menuntut tidak hanya berpengetahuan dibidangnya akan tetapi juga memiliki sikap, tanggung jawab dan disiplin yang tinggi, hal ini terkait erat dengan masalah kesiapan, keamanan dan kenyamanan pakai suatu alat atau fasilitas yang dimiliki oleh suatu bengkel. Maka sifat perawatan dapat berupa: Segera, mendesak atau terus menerus. Oleh karena itu manajemen perawaatan dan perbaikan bengkel sangat penting agar alat-alat berfungsi secara baik dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Pengelolaan Perawatan dan Perbaikan Peralatan bengkel meliputi: (1) perencanaan perawatan(2) Pengorganisasian perawatan; (3) pengontrolan dan pengawasan perawatan; (4) laporan kondisi alat; dan (5) jadwal perbaikan alat. Meskipun sudah banyak penelitian tentang Implementasi manajemen Perbaikan dan perawatan bengkel namun masih sedikit orang meneliti di daerah Lampung Terutama daerah Kota Metro. Untuk itu saya ingin meneliti bagaimana 9 pelaksanaan Manajemen Bengkel Teknik Pemesinan terutama dalam hal Perawatan dan Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan di SMK Negeri 3 Metro. 1.2 Fokus dan Sub Fokus Penelitian Fokus Penelitian adalah Manajemen Perawatan dan Perbaikan Peralatan bengkel Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro Sub Fokus adalah tentang manajemen Perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro, dibagi dalam bentuk: a. Perencanaan perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran b. Pengorganisasian dalam perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran c. Pelaksanaan perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran d. Pengawasan dalam perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan SMK N 3 Metro dalam pembelajaran 1.3 Pertanyaan Penelitian Untuk memandu kegiatan penelitian agar terarah dan terfokus, maka ditetapkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimanakah Perencanaan Perawatan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran 10 b. Bagaimanakah Pengorganisasian Perawatan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran c. Bagaimanakah Pelaksanaan Perawatan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran d. Bagaimanakah Pengevaluasian atau pengawasan Perawatan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pemebelajaran e. Bagaimanakah Perencanan Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran f. Bagaimanakah Pengorganisasian Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran g. Bagaimanakah Pelaksanaan Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran h. Bagaimanakah Pengevaluasian Perbaikan Peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalis dan mendiskripsikan : 1.4.1 Perencanaan dan perbaikan peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran 1.4.2 Pengorganisasian dalam perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran 1.4.3 Pelaksanaan dalam perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran 11 1.4.4 Pengawasan perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel Teknik Pemesinan dalam pembelajaran 1.5 Mamfaat atau Kegunaan Penelitian 1.5.1 Secara Teoritis untuk menambah ilmu dalam hal perencanaan tentang Perawatan dan Perbaikan peralatan Bengkel Teknik Pemesinan. 1.5.2 Secara Praktis 1.5.2.1 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Metro dapat memberikan masukan kapada instansi terkait yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk memberikan masukan kepada sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan teknik pemesinan untuk dapat melaksanakan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan 1.5.2.2 Kepala Sekolah selaku top manajemen hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap pelaksanaan manajemen perawatan dan perbaikan sehingga peralatan dapat berumur panjang dan meningkatkan kemampuan anak dalam melaksakan praktek seharihari. 1.5.2.3 Guru dan toolman memahami perlu adanya kerjasama dalam penerapan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel jurusan teknik pemesinan 12 1.5.2.4 Kepala Bengkel memahami perlu adanya pelaksanaan manajemen perawatan dan perbaikan sehingga umur dari peralatan dapat mencapai yang maksimal. 1.6 Definisi Istilah 1.6.1 Implementasi adalah bentuk pelaksanaan atau penyelenggaraan aktivitas yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang dan menjadi kesepakatan bersama diantara pemangku kepentingan (stakeholder), aktor, organisasi, produser, dan teknik secara sinergi yang digerakkan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan kearah tertentu yang dikehendaki. 1.6.2 Manajemen Perawatan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengelola sebuah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan secara sistematis terprogram untuk mempertahankan keadaan suatu fasilitas (objek) dalam kondisi standar (siap operasional) serta agar usia pakai (life time) suatu alat dapat diperpanjang 1.6.3 Manajemen Perbaikan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengelola sebuah suatu kegiatan yang terpadu dalam satu sistem dengan membandingkan dengan tolak ukur yang sudah ditetapkan tetapi secara teknik pelaksanaannya terpisah satu dengan yang lainnya. 1.6.4 Peralatan Bengkel adalah peralatan yang digunakan pelaksanaan praktik dijurusan terutama praktek pemesinan dalam 13 1.6.5 Perencanaan Perawatan adalah suatu kegiatan dalam menentukan dan pemilihan dalam merumuskan tindakan-tindakan untuk mencapai serta mempertahankan keadaan suatu fasilitas (objek) dalam kondisi standar (siap operasional) serta agar usia pakai (life time) suatu alat dapat diperpanjang 1.6.6 Pengorganisasian Perawatan adalah suatu fungsi pengaturan kegiatan oleh pimpinan sehingga dapat mencapai tujuan dalam hal perawatan peralatan. Pengorganisasian perawatan meliputi pembagian pekerjaan, pembuatan struktur organisasi, serta penetapan tugas dan wewenang masing-masing. 1.6.7 Pelaksanaan Perawatan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan perawatan peralatan sesuai dengan yang telah ditetapkan. 1.6.8 Evaluasi Perawatan adalah tindakan membandingkan hasil pekerjaan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. 1.6.9 Perencanaan Perbaikan adalah suatu kegiatan dalam menentukan dan pemilihan dalam merumuskan tindakan-tindakan untuk menyesuaikan hasil pekerjaan dengan tolak ukur yang sudah ditetapkan. 1.6.10 Pengorganisasian Perbaikan adalah suatu fungsi pengaturan kegiatan oleh pimpinan sehingga dapat mencapai tujuan dalam hal perbaikan peralatan. Pengorganisasian perawatan meliputi pembagian pekerjaan, pembuatan struktur organisasi, serta penetapan tugas dan wewenang masing-masing. 1.6.11 Pelaksanaan Perbaikan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan perbaikan peralatan. 14 1.6.12 Evaluasi Perbaikan adalah tindakan membandingkan hasil pekerjaan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan dalam hal perbaikan. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Pendidikan Sebuah organisasi akan berjalan dengan baik dan lancar bila memiliki manajemen yang baik dalam organisasi tersebut sehingga nanti akan mencapai tujuan yang diiinginkan. Selain itu, manajemen memiliki peranan penting dalam peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi tersebut. Menurut Herujito (2001:2), manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Dengan kata lain, manajemen ialah suatu hal yang sudah direncanakan untuk mendapatkan tujuan tertentu dengan melibatkan bantuan orang lain. Selain itu Herujito (2001:2) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda dan terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Tidak dapat dihindari lagi bahwa manajemen adalah hal penting yang mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Manajemen menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu kegiatan. 16 Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberikan arti yang universal yang dapat diterima semua orang, namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang. Menurut Sudjana (2000:77), manajemen rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam mengelolan sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines, market, minute, dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Seperti diuraikan diatas bahwa manajemen memiliki peranan penting dalam kemajuan sebuah organisasi. Oleh sebab itu, manajemen memiliki beberapa fungsi, menurut Arif dan Zulkarnain (2008: 239) menyatakan bahwa fungsi manajemen adalah sebagai berikut : 17 a. Perencanaan/planning yaitu suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Pengorganisasian/organizing yaitu kegiatan yang meliputi penetapan struktur, tugas dan kewajiban, fungsi pekerjaan dan antar fungsi. c. Penyusunan staf/staffing adalah perekrutan karyawan, pemamfaatan, pelatihan pendidikan dan pengembangan sumber daya karyawan tersebut dengan efektif. d. Pengarahan/directing adalah fungsi untuk meberikan perintah atau arahan, selain itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasidan pengarahan agar karyawan dapat bekerja lebih efektif. e. Pengkoordinasian/coordonating yaitu fungsi mengkoordinasi seluruh pekerjaan dalam suatu totalitas organisasi pekerjaan. f. Pengawasan/controlling yaitu fungsi yang memberikan penilaian, koreksi dan evaluasi atas semua kegiatan, secara terus menerus melakukan monitoring atas pekerjaan yang sedang dilakukan. Berdasarkan pernyataan diatas, disimpulkan bahwa fungsi manajemen adalah merencanakan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan, lalu mengkoordinasi pekerjaan karyawan dengan melakukan pengelolaan waktu, pekerjaan, dan pembagian tugas sehingga dapat berjalan dengan efektif. Selain itu adanya pengawasan terhadap proses pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 18 Jadi Pendidikan adalah suatu sistem yang terencana untuk menciptakan manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan dalam Undang-undang No.20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara khusus dalam konteks pendidikan, Santori Djaman (1980:53) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan kemamfaatan semua sumber personil dan materi yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. Selanjutnya menurut Imron, dkk (2003:5) manajemen pendidikan adalah suatu proses penataan kelembagaan pendidikan dengan melibatkan sumber-sumber potensial, baik yang bersifat manusia maupun yang bersifat non manusiadalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Dilihat dari beberapa pengertian manajemen pendidikan di atas maka dapat didefenisikan manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian, pengawasan, 19 penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas. Sekolah-sekolah teknik dan kejuruan memiliki kekhususan dibandingkan dengan skolah-sekolah umum, karena sekolah-sekolah teknik dan kejuruan memiliki bengkel-bengkel dan laboratorium sebagai suatu satuan kerja yang berfungsi menyelenggarakan pendidikan keterampilan pada salah satu kompetensi keahlian tertentu. Bedasarkan pengertian tersebut manajemen bengkel tidak hanya perlu bagi seseorang yang diserahi tugas sebagai kepala bengkel disekolah tetapi juga diperlukan oleh seluruh personil (pendidik dan tenaga kependidikan) yang terlibat dan bertanggung jawab langsung dalam penyelenggaraan pendidikan keterampilan teknik dan kejuruan di sekolah. Fokus utama Implemetasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel adalah kegiatan belajar praktek siswa untuk menunbuhkan keterampilan dasar (basic skill) dan melakukan perawatan dan perbaikan mesin/alat. Manajemen yang baik diharapkan dapat memberdayakan dan mengatur seluruh sumber daya pendidikan yang ada dibengkel untuk mencapai kondisi yang diharapkan, seperti kebersihan bengkel, ketertiban bengkel, kenyamanan bengkel, keamanan kerja di bengkel, ketertiban bengkel dan pengaturan jadwal yang bagus. Supaya mampu menciptakan kondisi bengkel seperti itu diperlukan perangkat manajemen bengkel sebagai berikut: a. Organisasi bengkel b. Manajer bengkel yang ulet dan tangguh 20 c. Tata tertib pengoperasian bengkel, Mencakup kewajiban pengguna bengkel, larangan-larangan dan sangsi yang ada juga didalamnya: d. Jadwal pemakaian bengkel e. Sistem pemakaian dan pemeliharaan peralatan f. Sistem perbaikan peralatan g. Administrasi bengkel 2.1.2 Model Pembelajaran di SMK 2.1.2.1 Model pembelajaran tuntas (Mastery Learning Model) Kurikulum SMK Edisi 2004 (Depdiknas, 2004) mengarahkan proses pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi harus menganut prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai dengan profesinya seperti yang dituntut oleh suatu kompetensi. Agar dapat belajar secara tuntas, perlu dikembangkan prinsip pembelajaran sebagai berikut: (1) Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang memberikan pengalaman belajar bermakna) yang dikembangkan menjadi berbasis produksi, dan (2) pembelajaran Individualized learning (pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap individu) yang dilaksanakan dengan sistem modular. 21 2.1.2.2 Model pembelajaran berbasis kompetensi Kurikulum SMK yang saat ini diterapkan adalah kurikulum berbasis kompetensi. Standar kompetensi yang menjadi dasar untuk pembentukan kompetensi adalah SKKD yang mengacu pada SKKNI untuk bidang keahlian teknik pemesinan. Berdasarkan hal tetsebut maka seharusnya SMK menerapkan model pembelajaran berbasis kompetensi. Bahasan mengenai model pembelajaran berbasis kompetensi dikemukakan oleh Voorhees (2001:5-13). Model pembelajaran konseptual untuk pembelajaran berbasis kompetensi yang disusun oleh departemen pendidikan Amerika Serikat tahun 2001 adalah seperti pada Gambar 15. Model pembelajaran berbasis kompetensi digambarkan sebagai sebuah tangga dengan setiap anak tangga mempengaruhi anak tangga di atasnya atau di bawahnya. Anak tangga yang terbawah adalah Foundation, kedua keterampilan, yaitu kemampuan dan pengetahuan yang dikembangkan dalam proses belajar. Anak tangga ketiga adalah kompetensi yang diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman, dan yang terakhir adalah demonstration (unjuk kerja) sebagai hasil menerapkan kompetensi-kompetensi yang diperoleh. Pada level teratas inilah pembelajaran berdasarkan unjuk kerja bisa dinilai (assessed). 22 Gambar : Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Voorhees, 2001:9) 2.1.3 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Manajemen sarana dan prasarana menurut Gunawan. Ary (1982:114), menyatakan bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar mengajar sehingga PBM semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu bagian kajian dalam administrasi sekolah (school administration), atau adminstrasi pendidikan (educational administration) dan sekaligus menjadi bidang garapan kepala sekolah selaku administrator sekolah. Secara sederhana, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien (Bafadal. Ibrahim 2004 : 1-2). 23 Dapat disimpulkan bahwa, manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. 2.1.3.1 Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Menurut Bafadal. Ibrahim (2003 : 5), secara umum tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut : a. Mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui system perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. b. Mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien. c. Mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah. 2.1.4 Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Menurut Bafadal. Ibrahim (2003 : 5-6), agar tujuan yang telah dikemukakan di atas dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah (1) prinsip pencapaian tujuan; (2) prinsip efisien; (3) prinsip administratif; (4) prinsip kejelasan tanggung jawab; dan (5) prinsip kekohesian. Apabila kelima 24 prinsip tersebut diterapkan, manajemen perlengkapan pendidikan bisa menyokong tercapainya tujuan pendidikan. 2.1.5 Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Suatu proses merupakan suatu rangkaian aktifitas yang satu sama lainnya saling bersusulan. Proses adalah suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Proses manajemen adalah suatu rangkaian aktifitas yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Bafadal. Ibrahim (2004 : 6), mengemukakan proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah mencakup kegiatan-kegiatan pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan semua sarana dan prasarana pendidikan. 2.1.6 Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi operasional pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk proses pengadaan sarana pendidikan, ada beberapa kemungkinan yang bisa ditempuh, yaitu (1) pembelian dengan biaya pemerintah, (2) pembelian dengan biaya dari SPP, (3) atau bantuan dari masyarakat lainnya. Berkenaan dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ada tiga hal yang perlu 25 dipahami yaitu: (a) perencanaan sarana dan prasarana sekolah; (b) cara pengadaan sarana dan prasarana sekolah; dan (c) administrasi sarana dan prasarana sekolah. 2.1.7 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Bafadal. Ibrahim (2004, P.49), ada beberapa macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ditinjau dari sifat maupun waktunya. Ditinjau dari sifatnya ada empat macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah yang cocok untuk perawatan mesin, yakni: pemeliharaan perlengkapan yang bersifat pengecekan, pemeliharaan yang bersifat pencegahan, pemeliharaan yang bersifat ringan dan perbaikan berat. Ditinjau dari waktu pemeliharaannya ada dua macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari, seperti menyapu, mengepel lantai, membersihkan pintu dan pemeliharaan berkala, misalnya pengontrolan genting, pengapuran tembok. 2.1.8 Penghapusan Sarana dan Prasarana Bafadal. Ibrahim (2004 : 62) mengemukakan bahwa secara definitif, penghapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan meniadakan barang milik 26 lembaga (bisa juga milik negara) dari daftar inventaris dengan cara berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah satu aktifitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, penghapusan bertujuan untuk: a. Mencegah dan membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat pengeluaran dana untuk perbaikan perleng- kapan yang rusak b. Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang sudah tidak berguna lagi c. Membebaskan lembaga dari tanggungjawab pemeliharaan dan pengamanan d. Meringankan beban inventarisasi. 2.1.9 Manajemen Perawatan dan Perbaikan Perawatan dan Perbaikan (maintence and repair) merupakan salah satu kunci pokok keberhasilan dari suatu proses produksi. Penggunaannya tidak hanya pada Industri manufaktur yang menjalankan proses produksi pengolahan dengan memanfaatkan mesin dan peralatannya. Dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan teknologi yang mempunyai kaitan dengan dunia industri juga sangat penting menerapkan perawatan dan perbaikan. Secara khusus pendidikan kejuruan yang berbasis teknik industri maupun pengolahan logam dengan penggunaan mesin-mesin perkakas (machinery). Sebenarnya tidak jauh beda dengan industri, pendidikan kejuruan juga punya tujuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan peralatan dan mesin-mesin sebagai sarana pencapaian tujuan belajar yaitu kemampuan untuk 27 mengoperasikannya untuk menghasilkan produk-produk baik berupa komponen atau spare part hingga rancang bangun. Bahkan selayaknya pembelajaran di pendidikan kejuruan harus diarahkan seperti proses produksi di dunia industri dengan metode “teaching factory”. Dengan demikian maintenance and repair juga mendapat porsi sebagai pokok bahasan penting. Jika di dunia industri Maintenace and Repair dapat berupa suatu divisi yang menjamin proses produksi dapat terus berjalan dengan baik tanpa mengabaikan kemungkinan terjadinya kerusakan pada peralatan atau mesin. Perawatan adalah sebuah operasi atau aktivitas yang harus dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk mempercepat pergantian kerusakan peralatan dengan resources yang ada. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia kegunaan mesin, dan menekan failure sekecil mungkin. Manajemen adalah suatu proses yang disusun bersama dengan maksud mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen perawatan lebih dari sekedar aktivitas perawatan untuk menjaga kondisi mesin akan tetapi sebuah proses untuk membuat sebuah kebijakan mengenai aktivitas perawatan, dengan melibatkan aspek teknis dan pengendalian manajemen ke dalam sebuah program perawatan. Pada umumnya, semakin tingginya aktivitas perbaikan dalam sebuah sistem, kebutuhan akan manajemen dan pengendalian di perawatan menjadi semakin penting. Seperti halnya manajemen mutu, manajemen perawatan juga dapat dikembangkan dengan menerapkan siklus PDCA (Plan, Do, Chek, Action). Karena PDCA masih 28 bersifat umum maka siklus ini dikembangkan dengan prinsip DMAIC ( Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Kemudian untuk lebih spesifik kepada suatu usaha perawatan dan perbaikan maka saat ini juga dikenal siklus PACRIM ( Problem , Ask and Analyze, Cause, Remedies, Implement, Monitoring). Berikut dapat kita lihat tabel perkembangan siklus system yang digunakan: Tabel 1. Beberapa Sistem Yang Digunakan Dalam Manajemen Perawatan Sumber : Manajemen Perawatan; Sitinjak. Jefri, 2006:3 Bila kita perhatikan dari tiga system diatas maka dapat kita simpulkan bahwa PACRIM akan lebih spesifik dalam setiap usaha perawatan dan perbaikan, khususnya perawatan dan perbaikan mesin dan peralatannnya secara fisik. Sedangkan PDCA dan DMAIC lebih berorientasi kepada manajemen perawatan secara menyeluruh. Namun demikian masing-masing system merupakan bagian dari manajemen perawatan dan perbaikan. 29 1. Tanggung jawab Perawatan dan Perbaikan Siapakah yang bertanggungjawab dari kegiatan perawatan dan perbaikan? Jika pandangan lama menyatakan bahwa perawatan dan perbaikan merupakan tanggungjawab operator dan divisi Maintenance and Repair maka untuk saat ini perlu diperbaharui sehingga semua orang yang berada dalam sebuah industri atau perusahaan bahkan lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan perlu terlibat langsung dalam usaha tersebut. Dapat diperhatikan diagram dibawah ini, setiap orang yang bertanggungjawab dalam perawatan dan perbaikan. Diagram Tanggungjawab Perawatan dan Perbaikan This image cannot currently be display ed. Sumber ; Manajemen Bengkel; Sitinjak. Jefri, 2006:3 Ada tiga pokok tanggungjawab dalam perawatan dan perbaikan seperti diagram diatas, yaitu : 1). Inovasi , selalu mengembangkan system agar mendapat hasil yang semakin baik 2). Continiuous improvement, adanya proses perbaikan berkelanjutan dari system 3). mempertahankan dan melaksanakan system yang ada 30 2. Jenis perawatan yang diterapkan Secara umum terdapat dua jenis perawatan yang dikenal dilapangan yaitu perawatan terencana (terprogram) dan pemeliharaan yang tidak terencana (tak terprogram). Kedua jenis perawatan dapat dilihat pada skema dibawah ini: Bagan Perawatan Peralatan PERAWATAN TIDAK TERENCANA PERAWATAN UNTUK PENCEGAHAN 1. 2. 3. 4. Inspeksi Penyetelan Melumasi Running Maintenance PERAWATAN UNTUK PERBAIKAN 1. 2. Penambahan beberapa komponen sehubungan dengan inspeksi Shutdown Maintenance EMERGENCY Breakdown Maintenance Emengency Maintenance Sumber : Manajemen M & R (Sulipan, dkk 2009:86) Perawatan terencana adalah jenis pemeliharaan yang sudah direncanakan sebelumnya dan tersistem, pelaksanaannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan serta dilakukan pengendalian dan pencatatan. 31 Perawatan untuk pencegahan adalah perawatan pada peralatan (mesin) yang dilakukan secara teratur dengan waktu interval. Perawatan untuk perbaikan adalah jenis perawatan yang bertujuan untuk mengembalikan peralatan pada kondisi semula (standar yang diperlukan). Hal ini dapat berupa reparasi ringan atau penyetelan pada bagian-bagian mesin. Shutdown maintenance adalah perawatan yang dilakukan bila peralatan tersebut sengaja dihentikan diluar jadwal karena ada gangguan tertentu akibat usia komponen lebih awal rusak/aus dari perkiraan. Breakdown maintenance adalah pekerjaan perawatan dilakukan jika peralatan tersebut benar-benar dimatikan karena rusak tetapi kerusakan tersebut sudah diperkirakan sebelumnya. Misalnya pergantian belt, bearing, penggantian seal oli karena telah melewati usia pakai. Emergency maintenance adalah jenis perawatan terhadap suatu peralatan bersifat perbaikan karena kerusakan yang terjadi belum diperkirakan sebelumnya. Misalnya gigi pada roda gigi ada yang rusak. Sebaiknya operator suatu peralatan dapat melakukan emergency maintenance. Persyaratan memperbaiki peralatan haruslah terlebih dahulu mengetahui prinsip kerja peralatan tersebut dengan menguasai prinsip kerja peralatan maka diagnosa terhadap kerusakan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Kartu perawatan dan perbaikan yang selalu tertempel dimesin sangat membantu untuk mempercepat mencari kerusakan peralatan. Perlu juga mendapat keterangan dari operator tentang tanda-tandanya peraltan tersebut menjelang kerusakan terjadi, semua data yang ada berguna bagi pelaksana maintenance dalam menganalisa kerusakan. 32 Running maintenance adalah perawatan yang dilakukan sementara peralatan masih dalam kondisi digunakan (hidup). Perawatan tidak terencana (terprogram) adalah suatu kegiatan perawatan biasanya perbaikan sedang atau berat akibat terjadinya kerusakan diluar perencanaan dan tidak termasuk dalam anggaran biaya, perbaikan biasanya dalam kondisi serba darurat. 3. Prosedur Perawatan dan Perbaikan Perawatan adalah usaha yang dilakukan terhadap mesin/peralatan agar siap digunakan. Perawatan yang dimaksud agar laju kerusakan dapat ditahan serta kerusakan fatal dapat dihindari. Diantara fungsi dan tujuan dari perawatan tersebut kunci utama hanya terletak pada oli dan grease. 3.1 Prosedur perawatan Langkah perawatan harus mengikuti prosedur berikut: a). Perawatan harian Dalam bengkel sekolah perawatan harian dapat ditangani oleh para siswa dibawah koordinasi guru praktik. Demikian pula halnya untuk bengkel industri perawatan harus ditangani oleh pekerja/operator mesin yang bersangkutan. Perawatan harian meliputi tindakan-tindakan: 1) Pembersihan mesin/alat secara keseluruhan 2) Pembersihan material/sisa sampah produksi dari alat dan lingkungannya 3) Pemberian bahan pelindung pada bagian komponen mesin 33 4) Pemberian pelumas pada bagian yang tepat pada bagian komponen yang bergesekan untuk mencegah keausan 5) Pemberian oli pada bagian-bagian kantong oli b). Perawatan periodik/berkala Perawatan periodik/berkala harus dilaksanakan oleh pegawai bagian perawatan dan perbaikan dengan tugas: Pengecekan mesin secara berkesinambungan, Penggantian oli secara periodik, Perbaikan besar (overhaul) Dengan melaksanakan dua tahapan perawatan dan perbaikan maka laju kerusakan mesin akan dapat diperkecil. Berarti titik krisis kerusakan mesin/peralatan mundur waktunya. c). Administrasi Peralatan Alat/mesin Untuk melaksanakan kegiatan perawatan yang terkendali dan terukur maka diperlukan sistem administrasi perawatan yang tertib dan handal. Biasanya untuk operasional dilapangan dibuat berbagai macam kartu yang fungsinya sebagai dokumen data tentang alat atau mesin. Kartu mesin tersebut antara lain: 1). Kartu mesin Setiap mesin atau peralatan yang ada didalam bengkel harus dilengkapi dengan kartu riwayat mesin. Kartu ini di isi sejak mesin atau peralatan disimpan dalam bengkel. Catatan-catatan mengenai kondisi mesin dalam perjalanan pemakaiannya harus dilaksanakan dengan tertib terutama riwayat kerusakan, perbaikan dan 34 petugas yang memperbaikinya. Catatan awal yang harus dimasukan kedalam kartu tersebut adalah: 1. Nama mesin 2. Spesifikasi mesin 3. Merk, tipe dan tahun dikeluarkan 4. Tahun pembelian tanggal penerimaan dan mulai dipakai 5. Spesifikasi elektro motornya. Kemudian pada kolom riwayat mesin harus diisi dari laporan kerusakan maupun hasil pemeriksaan rutin. 2). Kartu pemakaian mesin Mesin atau peralatan yang digunakan secara terus menerus harus harus terjadwal sesuai dengan keadaan peserta didik yang ada dijurusan tersebut sehingga kalau terjadi kerusakan dapat terdeteksi dengan mudah. 3). Kartu pelumasan Kartu pelumasan ini menginformasikan frekwensi pelumasan yang harus dilakukan petugas, jenis mesin serta bagian mesin yang harus dilumasi. 4). Kartu diagnosa kondisi mesin Kartu ini digunakan untuk mendiagnosa awal suatu kondisi mesin atau alat sebelum dilakukan analisis kerusakan yang lebih dalam. Dengan menggunakan kartu ini operator dapat dilibatkan untuk memeriksa fungsi mesin maupun kerusakan mekanik. 5). Kartu kerusakan mesin Bila mesin mengalami kerusakan maka harus segera dilaporkan kebagian perawatan dan perbaikan (maintenance and repair). Kerusakan yang dimaksud 35 adalah kerusakan menengah hingga berat, namun bila kerusakan tersebut ringan hendaknya ditangani oleh pemakai sendiri jika kerusakan tersebut berlarut-larut akan menjadi parah untuk itu operator bisa mengisi langsung kartu kerusakan mesin. 6). Kartu laporan perbaikan Kartu ini digunakan sebagai informasi laporan perbaikan yang memuat data tentang: jenis mesin yang diperbaiki, jenis perbaikan, pelaksana, dan lama waktu perbaikan. 7). Jadwal perawatan dan perbaikan Sebagai tindak lanjut dari catatan kondisi mesin/peralatan ialah menyusun jadwal perbaikannya (repair time schedule). Jadwal ini disusun berdasarkan frekwensi laporan kerusakan. Artinya mesin/peralatan yang rusak lebih dahulu harus didahulukan perbaikannya kecuali ada masalah lain yang menyebabkan pergeseran jadwal. Mesin/peralatan yang telah dinyatakan rusak atau tidak layak pakai langsung dipasang kartu peringatan kartu ini dikeluarkan oleh pihak bagian perawatan dan perbaikan. Pemasangan kartu peringatan ini sangat bermamfaat untuk tidak memperparah kerusakan mesin dan terjadinya kecelakaan bagi operator. 36 2.1.10 Manajemen Peralatan Pengertian sebelumnya bahwa manajemen adalah sistem pengelolaan yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian untuk mencapai tujuan (coordinating), tertentu yang telah pengontrolan ditetapkan (controlling) terlebih dahulu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sumber daya adalah 6 M yang salah satunya adalah machine (mesin atau peralatan) dan bahan. Soenarto mengelompokan (Alfisah, 2005:22) lebih khusus pengelolaan peralatan meliputi: (a) perencanaan peralatan bahan; (b) penyimpanan dan pengaturan peralatan dan bahan; (c) sistem administrasi penggunaan peralatan dan bahan; (d) perawatan peralatan dan bahan; (e) laporan kondisi peralatan; dan (f) jadwal perbaikan peralatan. Dengan demikian manajemen peralatan adalah sistem pengelolaan yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pengontrolan terhadap digunakan peralatan yang (controlling) untuk praktik di jurusan teknik Pemesinan. Dari uraian di atas, maka diagram manajemen peralatan dan bahan adalah sebagai berikut: 37 Gambar Diagram manajemen Peralatan dan Bahan. Perencanaan Penyimpanan Sasaran Alat dan bahan Sistem Pemeliharaan Sumber : Alfisah, 2005:22 1. Fungsi Manajemen Peralatan Fungsi manajemen peralatan yang digunakan sesuai dengan pendapat Terry dikutip Hasibuan (2002:3) yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan pengontrolan (controlling). (actuating), Penjelasan pengkoordinasian lebih mendalam (coordinating), dalam fungsi manajemen peralatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Perencanaan (planning) peralatan Perencanaan peralatan pada dasarnya perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain (1) Apa yang akan dilakukan, dalam hal ini adalah kebutuhan akan peralatan dan bahan praktik. (2)Siapa yang melaksanakan, menurut Bustami Achir (1986) yang berhak untuk merencanakan kebutuhan praktik adalah instruktor, guru dan calon yang akan mengajar di ruang praktik SMK tersebut, Sedangkan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0490/U/1992 bab V pasal 8 menyatakan bahwa pengelolaan SMK termasuk di dalamnya perencanaan dan pengembangan, pendayagunaan dan 38 pemeliharaan sarana dan prasarana adalah tanggung jawab Kepala Sekolah dibantu satu atau lebih Wakil Kepala Sekolah. (3)Kapan dilakukan, perencanaan peralatan dan bahan yang baik dilakukan pada awal SMK tersebut melaksanakan kegiatan yaitu diawal berdirinya dan diawal tahun penerimaan siswa baru. (4) Bagaimana melaksanakan, dalam merencanakan sesuatu termasuk peralatan menurut Arikunto. Suharsimi (1990:39), dilaksanakan dengan sistematis yang dimulai dari penjabaran tujuan yang telah dirumuskan dengan cermat dan rinci, diwujudkan dalam bentuk kegiatankegiatan, dibuat petunjuk pelaksanaan. (5)Apa menurut Arikunto. Suharsimi (1990:39), perencanaan tersebut baik adalah saja yang yang diperlukan, diperlukan agar kualitas personal yang baik, pengidentifikasian sumber daya yang akan digunakan untuk semua kegiatan, penunjukan skala prioritas, penetapan tujuan yang jelas. b. Pengorganisasian (organization) peralatan Dalam pengelolaan peralatan dan bahan suatu lembaga atau organisasi, akan timbul penyusunan atau penempatan personel dalam hubungan kerja untuk mengurus peralatan dan bahan bengkel. Di SMK N 3 Metro, Kepala Sekolah bertugas dan bertanggungjawab terhadap keseluruhan kegiatan penggunaan sumber-sumber yang ada Di SMK demi tercapainya tujuan pendidikan. Dalam pengorganisasian peralatan praktik yang baik, harus ada pembagian tugas yang jelas tentang perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pengawasannya. 39 Pembagian ini didasarkan pada wewenang, tanggungjawab, serta kualifikasi dari setiap anggota organisasi atau lembaga yang bersangkutan. Menurut Pardede (2005:75) keputusan tentang pihak mana yang akan bertanggungjawab atas perencanaan dan pengawasan bahan dipengaruhi oleh salah satu dari tiga kecenderungan berikut: (a)Mengelompokkan seluruh kegiatan perencanaan dan pengawasan bahan di bawah satu bagian atau departemen. (b)Memberikan kebebasan kepada setiap bagian untuk melakukan perencanaan dan pengawasan sendiri atas bahan yang dibutuhkan. (c)Membentuk satu bagian yang terpisah atau sendiri yang khusus bertanggungjawab untuk mengurus bahan-bahan. Siswa sebagai pengguna alat, juga mempunyai tanggungjawab terhadap pemakaian dan keawetan alat. Siswa seharusnya berpakaian praktik ketika praktik sedang dilakukan untuk menjaga keselamatan kerja, membersihkan ruang, mesin ataupun alat sehabis digunakan untuk pelaksanaan praktik, dan melapor kepada instruktur jika ada kerusakan dan kesulitan menggunakan alat. Dengan menyadari akan tugas dan tanggungjawab terhadap peralatan praktik oleh warga SMK, maka proses praktik dapat berjalan dengan baik. c. Pelaks anaan (actuating) pengelolaan peralatan Tahap ini, proses berlanjut dengan memfungsikan masing-masing sesuai dengan deskripsi tugas yang telah direncanakan. 1). Pemanfaatan Peralatan Sarana pendidikan yang memadai berupa alat praktek tetap saja harus dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik akan mampu mendukung proses pembelajaran. Proses pengelolaan sarana pendidikan khususnya alat praktek menurut Permen N0. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan menyebutkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan mencakup 40 hal: (1) perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana pendidikan, (2) mengevaluasi dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan, (3) menyusun skala pengembangan prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan dan kurikulum, serta (4) melakukan pemeliharaan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan. Pemanfaatan alat sebaiknya mempertimbangkan efisiensi pemakaiannya. Efisiensi penggunaan alat dipengaruhi oleh: jumlah siswa di bengkel, waktu siswa memakai alat, jumlah alat dalam bengkel dan lamanya alat dapat dipakai. Untuk mencukupi kebutuhan akan peralatan, maka penyajian pelajaran praktik di SMK N 3 Metro dilakukan secara berkelompok demi tercapainya tujuan pendidikan. 2) Pemeliharaan Peralatan Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan untuk mengusahakan peralatan dan bahan serta perlengkapan dengan fungsinya. bengkel Pemeliharaan yang lainnya baik tetap adalah berfungsi dilaksanakan sesuai oleh semua civitas akademik yang ada di bengkel tersebut. Pemeliharaan di bengkel batu diserahkan langsung kepada instruktur yang bertanggungjawab pada Kepala Sekolah. Menurut perbaikan Permen No.19 Tahun 2007 pemeliharaan dan fasilitas berfungsi agar penggunaan yang dilakukan dapat berdaya guna dan berhasil guna sehingga memiliki unsur teknis dan umur ekonomi 41 yang panjang. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui sistem : (a) berkala, yaitu kegiatan pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan secara teratur sesuai dengan program yang direncanakan: (1) dibuat program pemeliharaan, harian, mingguan, bulanan, dan tahunan; dan (2) dalam penggunaan peralatan peralatan praktik agar terpelihara dan tetap utuh keberadaannya pada saat melaksanakan praktik, siswa hendaknya mempunyai kartu untuk peminjaman alat tersebut; (b) insidental, yaitu kegiatan pemeliharaan dan perbaikan dilakukan secara spontanitas tanpa direncanakan terlebih dahulu, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah. Pemeliharaan sarana pendidikan dilakukan agar pada saat dibutuhkan kondisinya dalam keadaan baikdan dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Pemeliharaan yang dilakukan secara teratur yang bertujuan agar sarana pendidikan di sekolah selalu enak dipandang, mudah digunakan tidak cepat rusak. Pemeliharaan harus diupayakan sebaik mungkin agar tujuan dari pemeliharaan bisa tercapai. Tujuan dari pemeliharaan dari Depdiknas (2007:31) yaitu: (1) untuk mengoptimalkan masa pakai peralatan, dengan melihat aspek biaya karena suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut, (2) untuk menjamin persiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal, (3) untuk menjamin ketersediaan peralatan melalui pengecekan rutin dan teratur, (4) untuk menjamin keselamatan orang atau siswa dalam menggunakan peralatan tersebut. 42 Sementara itu mamfaat pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan masih menurut Depdiknas (2012:31) yaitu: (1) jika peralatan terpelihara dengan baik maka tidak perlu mengadakan penggantian alat dalam waktu dekat, (2) jarang terjadi kerusakan sehingga biaya perbaikan dapat diminimalisir, (3) peralatan akan terkontrol sehingga meminimalisir kehilangan, (4) enak dipandang dan dilihat, (5) memberikan hasil pekerjaan yang baik. Mamfat-mamfaat tersebut didapat jika pemeliharaan yang dilakukan benar-benar optimal dilaksanakan serta melibatkan seluruh warga sekolah. d. Pengawasan (controlling) Peralatan Pengawasan pada hakekatnya merupakan usaha memberi petunjuk kepada para pelaksana agar mereka selalu bert indak sesuai dengan rencana. Diharapkan agar para pelaksana membatasi tindakan-tindakannya mencapai tujuan sedemikian rupa sehingga tidak menyimpang dari yang diperbolehkan (Hadiprodjo,2000:63). Pengawasan peralatan dan bahan terdiri dari pengawasan pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan. Pengawasan pengadaan dimaksudkan untuk menjamin kesesuaian proses dan anggarannya. Pengawasan persediaan untuk menjamin tersedianya bahan dalam jumlah, harga, waktu yang tepat sehingga proses praktik tidak terganggu. Pengawasan pemanfaatan dilakukan untuk mengendalikan bahwa peralatan dan bahan telah dimanfaatkan sesuai dengan rencana. Pengawasan dilakukan dengan observasi langsung ke bengkel, pelaporan baik lisan maupun tertulis. 43 Menurut atasan Arikunto (1988:45), untuk meyampaikan laporan merupakan tugas bawahan kepada hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu. Pada SMK yang berhak melaporkan kondisi alat adalah tool man yang diteruskan kepada kepala bengkel kemudian dilanjutkan kepada Kepala Sekolah SMK. Dengan adanya laporan kondisi alat setiap saat, dapat diketahui tingkat efektifitas penggunaan alat tersebut. Alat dan bahan yang dilaporkan rusak atau habis, selanjutnya dapat dianalisa penggunaannya apakah digunakan dengan baik, hilang, rusak, atau habis. 2.1.11 Bengkel Pengertian bengkel sangat luas mengingat banyaknya jenis kegiatan yang dilakukan orang dengan menggunakan sarana bengkel. Di sekolah-sekolah teknik, bengkel digunakan sebagai tempat pelatihan keterampilan/kerja para siswa. Penggunaan bengkel yang lain adalah sebagai tempat perawatan dan perbaikan serta proses produksi. Secara garis besar bengkel dapat diartikan sebagai tempat pelatihan, penelitian, perawatan dan perbaikan mesin/peralatan atau tempat produksi. Namun apapun kegiatannya penggunaan bengkel harus dikonsep dengan baik terlebih dahulu sehingga bengkel menjadi efektif sebagai sarana mencapai tujuan. Untuk mencapai efektivitas bengkel para pengelola bengkel haruslah menerapkan manajemen bengkel. Manajemen bengkel adalah manajemen yang diterapkan dalam bengkel. Oleh karena itu fungsi-fungsi manajemen juga harus diterapkan pada pengelolaan bengkel. 44 Fungsi manajemen bengkel meliputi hal berikut : 1. Perencanaan bengkel, termasuk didalamnya penataan bengkel 2. Pengorganisasian bengkel (struktur organisasi) 3. Penempatan staf bengkel 4. Mekanisme pengelolaan bengkel, meliputi administrasi bengkel, prosedur penggunaan mesin/peralatan, perawatan dan perbaikan mesin. 2.2 Kerangka Pikir Kerangka Pikir Perawatan dan Perbaikan PEMBELAJARAN KELAS BENGKEL KA. PROG PERAWATAN PERENCANAAN PERENCANAAN PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN GURU/TOOLMAN SISWA PERBAIKAN EVALUASI EVALUASI 45 Kerangka pikir diatas dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan di dua tempat yaitu di kelas dan bengkel, pada saat pembelajaran dibengkel siswa dituntut untuk melakukan perawatan dan perbaikan peralatan yang ada dibengkel. Pelaksanaan perawatan peralatan Ketua program keahlian menyusun tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi perawatan peralatan yang akan dilaksanakan oleh semua pengguna bengkel baik itu guru, toolman maupun siswa, begitu juga dengan kegiatan perbaikan peralatan pada saat peralatan atau mesin mengalami kerusakan berat seorang ketua program keahlian akan menyusun perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi perbaikan peralatan. 2.3 Penelitian yang relevan Munthe. Sirmas, Denny w. Utama, Pane. Idayani (2009) telah melakukan penelitian tentang implementasi manajemen dan teknik pemeliharaan pada PT. Garuda Mas Perkasa dari hasil penelitian mengemukakan bahwa PT. Garuda Mas Perkasa Medan telah melaksanakan bentuk perawatan Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance. Dengan demikian perusahaan ini telah mendapatkan manfaat efisiensi penggunaan mesin maupun manfaat total sistem perawatan. Namun perusahaan ini belum menerapkan bentuk Total Productive Maintenance secara utuh, dengan demikian perusahaan ini belum dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki komitmen pada Total Productive Maintenance. Masih ada beberapa indikator Total Produktive Maintenance yang belum dilaksanakan oleh perusahaan. 46 Dwi R.P (2005), menjelaskan bahwa kesiapan bengkel plambing dan sanitasi SMK Negeri 2 Yogyakarta ditinjau dari pelaksanaan manajemen peralatan dan bahan termasuk kategori cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari beberapa aspek yaitu: (1) perencanaan peralatan dan bahan cukup baik, yaitu sejumlah 82 (77%) siswa memberikan penilaian cukup baik serta didukung dari hasil wawancara pengelola sekolah; (2) penyimpanan peralatan dan bahan cukup baik, yaitu sejumlah 62 (58%) siswa memberikan penilaian cukup baik serta didukung wawancara pengelola sekolah; (3) sistem administrasi penggunaan peralatan bahan cukup baik, yaitu sejumlah 53 (50%) siswa memberikan penilaian cukup baik serta didukung wawancara pengelola sekolah; (4) pemeliharaan peralatan cukup baik, yaitu sejumlah 63 (59%) siswa memberikan penilaian cukup baik serta didukung hasil wawancara dari pengelola sekolah. Kesiapan bengkel plambing dan sanitasi SMK Negeri 2 Yogyakarta ditinjau dari kondisi fasilitas peralatan praktik dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi ketersediaan peralatan fasilitas peralatan praktik diperoleh rerata koefisien 77,3 % maka termasuk dengan kondisi fungsional fasilitas peralatan praktik kategori baik diperoleh rerata koefisien 100% maka termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan deskripsi diatas maka dapat diambil kerangka berpikir sebagai berikut: Manajemen Perawatan dan Perbaikan Peralatan bengkel sangat berpengaruh terhadap kelancaran pemesinan merupakan aspek yang pembelajaran. Dengan proses pembelajaran yang lancar tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan dan keterampilan siswa dalam malakukan praktik. Bengkel yang peralatan kurang 47 layak tentu saja akan membuat siswa kesulitan dalam mempraktikkan materi yang didapat di sekolah. Siswa yang mudah dan lancar dalam mempraktikkan teori yang didapat tentunya akan lebih siap terjun di dunia industri, begitu juga sebaliknya siswa yang kesulitan dalam mempraktikkan teori yang didapat karena manajemen dari perawatan dan perbaikan peralatan bengkel yang kurang layak tentu saja akan kesulitan untuk terjun ke dunia industri. 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Latar penelitian Implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan (Maintenance and Repair)Peralatan Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Metro (Studi Kasus), berada di SMK Negeri 3 Metro berlokasi di Jl. Kemiri 15A Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, karena hanya dilakukan atu sekolah. Pembahasan hanya akan menggambarkan keadaan secara jelas yang terjadi di tempat penelitian. Penelitian kualitatif bertujuan untuk: (1) menggambarkan dan mengungkap (to discribe and explore) dan (2) menggambarkan dan menjelaskan (to discribe and explain) (Djumaidi dan Fauzan, 2012:29). Pendekatan studi kasus bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2001:201). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, karena penelitian ini menggali segala bentuk informasi dan fenomena dari faktafakta yang ada mengenai kegiatan implementasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel dalam pembelajaran di jurusan teknik pemesinan SMK Negeri 3 Metro. 49 3.3 Kehadiran Peneliti Menurut Bogdan dan Biklen (1998:89) bahwa kehadiran peneliti dilapangan dalam sebuah penelitian kualitatif adalah suatu yang mutlak karena peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian dan sekaligus sebagai pengumpul data. Hal ini juga dikemukakan oleh Sugiyono, (2012:307). Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu peneliti perlu terjun sendiri kelapangan. Penelitian menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 3.3.1 Sebelum kelapangan, peneliti terlebih dahulu meminta surat izin penelitian dari Universitas Lampung dan memohon izin kepada kepala sekolah SMKN 3 Metro secara formal melaksanakan penelitian dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti alat tulis, alat perekam, kamera dan lainlain. 3.3.2 Berdasarkan rekomendasi Kepala Sekolah peneliti menyerahkan surat izin penelitian dan melakukan observasi di lapangan agar lebih memahami latar belakang penelitian yang sesungguhya. 3.3.3 Membuat jadwal kegiatan penelitian antara peneliti dengan subjek penelitian. 50 3.3.4 Melaksanakan kunjungan untuk mengumpulkan data sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pada tanggal 14 Desember 2016 sebagai tahap awal peneliti melakukan observasi ke SMKN 3 Metro sebagai subjek peneliti. Peneliti bertemu dengan Kepala Sekolah selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan yaitu mengadakan penelitian dalam rangka penyelesaian program pasca sarjana pada program studi Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Lampung. Kemudian Kepala Sekolah menjelaskan kondisi sekolah secara umum dan implementasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan bengkel dalam pembelajaran jurusan teknik pemesinan di SMK N 3 Metro. Pada tanggal yang sama peneliti juga menemui Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Keua Program Keahlian Teknik Pemesinan dan sekaligus guru jurusan teknik pemesinan untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Tanggal 12 Januari 2017 peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah sekaligus melakukan observasi. Peneliti melakukan wawancara dari pukul 09.00 – 10.00 WIB. Selanjutnya pada tanggal 16 januari 2017, peneliti menemui Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana di ruang wakil kepala sekolah pada pukul 10.00 – 10.45 WIB. Selanjutnya pada pukul 13.00 – 14.00 WIB peneliti mewawancarai Ketua Program keahlian Teknik Pemesinan di ruang bengkel mesin dan sekaligus 2 orang guru jurusan teknik pemesinan. 51 3.4 Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu dari informan/narasumber dan dokumentasi. 3.4.1 Informan/narasumber Informan/nara sumber digunakan sebagai pengumpul data utama. Penentuan informan disesuaikan dengan fokus penelitian yang akan digali dan informan yang menguasai permasalahan tersebut. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling yakni teknik penentuan narasumber untuk tujuan tertentu saja. Pengambilan narasumber bukan untuk mewakili populasi melainkan pada relefansi dan kedalaman informasi serta didasarkan pada tema yang muncul dilapangan. Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian NO INFORMAAN 1 Kepala Sekolah 2 Waka. Sarana Prasarana 3 Ketua Program 4 Guru 5 Toolman KODE KS WSP KP G T JUMLAH 1 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 1 Orang 52 Tabel 3.2 Sumber Data Penelitian No Fokus/Sub Indikator Fokus Perencanaan 1. Administrasi Perawatan Bengkel dan Perbaikan 2. Mengidentifikasi Administrasi Bengkel 3. Mengidentifikasi Peralatan Informan 1. 2. 3. 4. Ka.sek Ka. Prog Guru Toolman 1. Wawancara 2. Pengamatan 3. Dokumen 2. Pengorganisa 1. Struktur sian organisasi M & Perawatan R dan perbaikan 2. Tugas Pokok masing-masing bagan 1. 2. 3. 4. 5. Ka.sek Waka. Sarpras Ka. Prog Guru Toolman 1. Wawancara 2. Pengamatan 3. Dokumen 3. Pelaksanaan Perawatan dan perbaikan Semua administrasi di isi sesuai dengan yang direncanakan 1. Ka.Prog 2. Guru 3. Toolman 1. Wawancara 2. Pengamatan 3. Dokumen 4. Pengawasan 1. Identifikasi perawatan ketidak sesuaian dan perbaikan dengan rencana 2. Penanganan ketidak sesuaian 3. Penanggung jawab ketidak sesuaian 1. Ka.Prog 2. Guru 3. Toolman 1. Wawancara 2. Pengamatan 3. Dokumen 1. Teknik Sesuai dengan pendapat Nasution (1992:32) yang mengatakan bahwa sampel berupa hal, peristiwa, situasi yang diobservasi. Sampel berupa responden yang dapat diwawancarai, sampel dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Tujuan tertentu ini karena dianggap responden paling memahami tentang apa yang diharapkan. 53 3.4.2 Dokumentasi Dokumen-dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan yang ada di jurusan teknik pemesinan 3.5 Teknik Pengumpul Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. 3.5.1 Wawancara mendalam Pengumpulan data-data yang ada di lapangan, penulis mengadakan wawancara mendalam dengan informan yang dianggap sebagai key informan. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait antara lain: (1) Kepala Sekolah untuk memperoleh data tentang latar belakang implementasi pelaksanaan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan; (2) Wakil Sarana dan prasaran untuk memperoleh daftar inventaris yang ada di jurusan teknik pemesinan; (3) Ketua Progran untuk memperoleh informasi tentang perencanaan pelaksanaan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan jurusan; (4) Guru produktif untuk memperoleh data tentang pelaksanaan perawatan dan perbaikan peralatan di jurusan teknik pemesinan ; (5)Toolman untuk memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan penggunaan peralatan sehari-hari oleh siswa. 54 3.5.2 Observasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data terkait manajemen perawatan dan perbaikan dan mengumpulkan informasi mengenai aktivitas guru dan Toolman jurusan Teknik pemesinan di SMK Negeri 3 Metro dalam mengimplementasikan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan. 3.5.3 Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi khususnya untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dalam wawancara, angket, dan observasi. Penulis menggunakan studi dokumenter ini untuk menggali data tentang profil sekolah, Perencanaan Perawatan dan perbaikan, prosedur implementasi dokumen-dokumen terkait Manajemen perawatan dan perbaikan peralatan, struktur organisasi Bengkel, dan data Inventaris bengkel. 3.6 Analisis Data Mengetahui implementasi Manajemen Perawatan dan Perbaikan peralatan bengkel dalam pembelajaran jurusan teknik pemesinan di SMK Negeri 3 Metro, data dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:335) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion/verification. 55 3.6.1 Data Reduction (reduksi data) Tahap ini, peneliti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2012:336). Oleh karena itu dalam mereduksi data peneliti membuat ringkasan yang berisi uraian hasil penelitian terhadap catatan lapangan, pemfokusan pada jawaban terhadap masalah yang diteliti. Untuk selanjutnya dikembangkan sistem pengkodean. Semua data yang telah dituangkan dalam catatan lapangan, ringkasan kontak, ditelaah secara seksama untuk mengidentifikasi topik-topik liputan. Setiap topik liputan diberikan kode yang menggambarkan topik tersebut. 3.6.2 Data Display (penyajian data) Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan aspek-aspek penelitian. Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Agar dapat tersaji dengan baik dan mudah ditelusuri kembali akan kebenaran data tersebut, maka di bawah satuan data yang dikutip harus diberi label atau notasi tertentu. Sehingga label atau notasi tersebut dapat mewakili informan penelitian, cara memperoleh data dan letak data dalam transkrip data. 56 3.6.3 Conclusion/Verificasion (penarikan kesimpulan/verifikasi) Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik kesimpulan sementara, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data ini selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan penelitian. Proses analisis data menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:335) seperti Gambar 3.1 berikut: Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model) Pengumpulan Data Sajian Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan Sementara/Verifikasi Penarikan Kesimpulan Akhir Sumber: Sugiyono, 2012:335 57 3.7 Pengecekan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaaan didasarkan atas empat kriteria, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability. (Moleong, 2013:324). 3.7.1 Uji Kredibilitas (credibility) Untuk menguji keabsahan data hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menggunakan uji credibility (validitas internal) atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian, antara lain dilakukan dengan: Pertama, perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian Kedua, melakukan ketekunan pengamatan dengan maksud untuk menemukan ciriciri dan unsure-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Ketiga, triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Melalui triangulasi, peneliti berusaha mengkonfirmasi informasi-informasi yang telah dikumpulkan dengan sumbersumber lain yang relevan untuk memperoleh tanggapan, melengkapinya dan menguranginya (Moleong, 2013:330). Terdapat 3 macam triangulasi sebagai teknik pembanding yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dengan keterangan sebagai berikut: 58 3.7.1.1 Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 3.7.1.2 Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi. 3.7.1.3 Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi dan teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Teknik ini dilakukan selama penelitian berlangsung dan sifatnya sirkuler serta berkesinambungan atau berlanjut, setelah data diperoleh langsung dibuat transkrip kemudian dikonfirmasikan kepada informan untuk diberikan kesesuaiannya, selanjutnya dilakukan modifikasi, perbaikan/penyempurnaan sampai kebenarannya dapat dipercaya. Keempat, analisis kasus negative yang digunakan untuk menjelaskan hipotesis alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan. Kelima, kecukupan referensial adalah merupakan alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Keenam, pengecekan sejawat melalui diskusi yang dilakukan dengan cara mengekpos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan para pengambil kebijakan dan rekan-rekan sejawat. 59 Pengecekan anggota yang terlibat dalam penelitian meliputi data, kategori analisis, penafsiran, dan kesimpulan. 3.7.2 Uji Keteralihan (Transferability) Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Dalam hal ini peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif untuk mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks, untuk membuat keputusan tentang pengalihan tersebut dengan melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha menverifikasi. 3.7.3 Uji Kebergantungan (Dependability) Konsep kebergantungan selalu memperhitungkan factor reliabilitas yang ditunjukkan dengan jalan mengadakan replica studi dan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplika proses penelitian tersebut. 3.7.4 Uji Objektivitas/Kepastian (Confirmability) Kriteria kepastian berasal dari konsep obyektivitas. Pemastian bahwa sesuatu obyektif atau tidak, bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Sedangkan pengalaman sesorang itu subyektif apabila disepakati oleh beberapa atau banyak orang baru bisa dikatakan obyektif. Dengan demikian obyektivitas- subyektivitas suatu hal bergantung pada orang seorang. Jadi suatu itu obyektif apabila dapat dipercaya, 60 factual dan dapat dipastikan; sedangkan subyektivitas adalah tidak dapat dipercaya. Maka dari itu dalam penelitian ini penekanan dilakukan bukan pada orang namun pada data, apakah data itu dapat dipastikan atau tidak. 3.8 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap penyusunan laporan. 3.8.1 Tahap Pralapangan Tahap pra-lapangan dilakukan penyusunan desain penelitian, menjajagi lapangan, memilih informan, dan mempersiapkan perlengkapan penelitian. Kelengkapan penelitian dalam tahapan ini meliputi persiapan merancang catatan-catatan lapangan yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data berupa struktur organisasi, data sarana-prasarana dan sebagainya. Tahap pra lapangan ini sudah peneliti laksanakan bulan Agustus s.d. September 2016, seminar proposal penelitian dilaksanakan tanggal 6 Oktober 2016. 3.8.2 Tahap pelaksanaan Pada tahap ini, peneliti melakukan orientasi dan hasil lapangan dengan cara wawancara dengan informan, observasi, studi dokumentasi, dan catatan lapangan. Selanjutnya peneliti melakukan eksplorasi dan studi lapangan, yaitu dengan melakukan pengumpulan data dari responden yang berkaitan dengan fokus penelitian. Informasi dikumpulkan secara mendalam tentang aspek-aspek penting 61 yang diperoleh. Tahap pelaksanaan sudah peneliti laksanakan bulan Oktober s.d. Desember 2016. 3.8.3 Tahap analisis data Analisis data menurut Bogdan & Biklen (Moleong, 2013:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Pada tahap ini dilakukan kategorisasi data, klasifikasi data, triangulasi data dan penarikan kesimpulan. Analisis data merupakan langkah terakhir penelitian sebelum melakukan penarikan suatu kesimpulan. Analisis data merupakan langkah yang cukup rawan dalam penelitian. Karena apabila terjadi kesalahan dalam analisis data, maka akibatnya kesimpulan yang ditarik akan jauh menyimpang. Tahap ini dilakukan untuk tujuan konfirmasi kesesuaian hasil pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kesalahan dikoreksi dan informasi baru dapat ditambahkan dalam laporan evaluasi ini. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menguji validitas, reliabilitas, dan objektifitas data yang diperoleh. Pada tahap analisis data ini peneliti laksanakan bulan Desember 2016 s.d. Januari 2017, dan seminar hasil dilaksanakan tanggal 19 Januari 2017 62 3.8.4 Tahap Penyusunan Laporan Tahap pelaporan berupa draf laporan hasil penelitian, mendiskusikan laporan dan penyempurnaan laporan. Laporan penelitian terdiri dari latar belakang penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, paparan data dan temuan penelitian, pembahasan penelitian serta kesimpulan dan saran ditulis secara naratif. 101 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Perencanaan perawatan peralatan jurusan teknik pemesinan di SMK Negeri 3 Metro sudah terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. 5.1.2 Pengorganisasian perawatan peralatan masih menggunakan struktur jurusan yangmana untuk melaksanakan perawatan diberikan tanggung jawab pada toolman, guru mata pelajaran dan di bantu oleh siswa yang praktek 5.1.3 Setiap selesai melaksanakan praktek siswa diwajibkan untuk melaksanakan bersih-bersih dan merawat peralatan yang sudah digunakan sesuai dengan kartu yang ada pada mesin sehingga untuk proses pelaksanaan praktek selanjutnya tidak mengalami kendala atau masalah, sedangkan untuk masalah biaya dibebankan di RKAS sekolah. 5.1.4 Pengevaluasian perawatan peralatan sudah terkontrol dengan baik karena di mesin atau peralatan sudah terpasang kartu mesin 5.1.5 Perencanaan perbaikan peralatan jurusan teknik pemesinan sudah sesuai dengan yang direncanakan, pada saat mesin mengalami suatu trouble atau kerusakan yang besar maka ketua program keahlian akan membuat suatu usulan atau proposal rencana anggaran biaya 102 yang ditujukan ke wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana untuk melakukan perbaikan mesin atau peralatan tersebut. 5.1.6 Pengorganisasian perbaikan, pada saat mesin mengalami kerusakan secara bersamaan akan dilakukan perbaikan dengan melihat skala prioritas mesin atau peralatan mana yang harus di perbaiki terlebih dahulu sehingga siswa tidak mengalami gangguan yang lama dalam melaksanakan praktek di jurusan. 5.1.7 Pelaksanaan perbaikan dilakukan apabila biaya yang diperlukan sudah ada dengan melibatkan toolman, guru mata pelajaran serta siswa yang aktif, apabila kerusakannya berat yang tidak bisa ditangani oleh toolman maupun guru mata pelajaran maka pihak jurusan akan meminta bantuan kepada pihak luar yang bisa melakukan perbaikan. 5.1.8 Jurusan teknik pemesinan SMK Negeri 3 Metro pada saat semua perencanaan perbaikan sudah di laksanakan tentu adanya pengevaluasian kegiatan perbaikan dengan melihat kartu mesin yang di mesin itu sendiri dan mengevaluasi kegiatan perbaikan di luar kartu tersebut apakah mesin atau peralatan yang sudah diperbaiki sudah layak pakai atau belum tentu perlu melakukan pengetesan sebelum digunakan oleh peserta didik. 103 5.2 Implikasi Implementasi manajemen perawatan dan perbaikan peralatan jurusan teknik pemesinan di SMK Negeri 3 Metro untuk menunjang proses pembelajaran sudah sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen perawatan dan perbaikan adalah suatu proses pengelelolaan perawatan dan perbaikan peralatan yang harus dilakukan oleh sebuah bengkel atau perusahaan. Penerapan manajemen perawatan dan perbaikan peralatan harus diterapkan juga di sekolah-sekolah yang mempunyai jurusan teknik karena dengan adanya sistem ini akan menjadikan peralatan yang dipakai oleh peserta didik bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan umur dari mesin atau peralatan tersebut bisa panjang. 5.3 Saran Implementasi manajemen perawatan dan perbaikan sangat perlu diterapkan di sekolah terutama sekolah bidang teknologi dan rekayasa karena sangat besar mamfaatnya dalam hal menjaga umur dari mesin atau peralatan tersebut dan sangat menunjang siswa dalam proses belajar mengajar karena harga dari mesin atau peralatan tersebut sangat mahal. Berikut ini saran dari peneliti berdasarkan dari hasil penelitian yang disampaikan kepada : 5.3.1 Guru dan toolman jurusan teknik pemesinan SMK Negeri 3 Metro, Guru dan toolman hendaknya memperhatikan skedul atau jadwal perawatan dan perbaikan peralatan, apa yang sudah direncanakan 104 oleh ketua program keahlian bisa dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan menjadikan kemampuan dan umur mesin semakin panjang. 5.3.2 Kepala sekolah SMK Negeri 3 Metro Kepala sekolah sebagai top manajemen hendaknya memberikan perhatian khusus kepada jurusan-jurusan terutama jurusan teknik pemesinan untuk memberikan anggaran lebih dalam hal perawatan dan perbaikan peralatan jurusan teknik pemesinan karena harga dari mesin atau peralatan tersebut tidak murah, sehingga pada saat mesin mengalami kerusakan tidak harus menunggu dalam dalam hal perawatan dan perbaikan mesin. 5.3.3 Dinas Pendidikan Kebudayaan Propinsi Lampung Karena SMK Negeri 3 Metro merupakan sekolah alih fungsi tentu mesin atau peralatannya sudah banyak yang tua untuk itu dimohon adanya bantuan dalam hal revitalisasi peralatan yang menunjang siswa dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar terutama dalam melaksanakan praktek di jurusan teknik pemesinan 105 DAFTAR PUSTAKA Amirullah dan Hanafi. 2002. Pengantar Manajemen. Yogyakarta. Graha Ilmu Arikunto. S. (1990). Organisasi dan administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. Jakarta. Depdikbud. Bachtiar Hasan. 2002. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Dikmenjur. Bernardus Sentot Wijanarka. (2012). Pengembangan Modul dan Pembelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan CNC SMK. Yogyakarta. UNY (Disertasi) Bondan, R.C & Biken, S.K.B. 1998. Qualitative Reseach For Education to theory and Methods, Allyn and Bacoan. Inc. Boston Bustami Achir. 1995. Merencana Kebutuhan Fasilitas Pelajaran Praktek dan Optimasi Pemakaiannya. Bandung: PPPGT. Depdiknas. 1990. Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1990 Tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Depdiknas Depdikbud. 1999. Informasi Jakarta: Depdikbud. Pendidikan Menengah Kejuruan. Depdiknas. 2003, UU RI No.23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2006, Sistem Penyelenggaraan Sekolah bertaraf Internasional Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 2007. Pedoman Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan SMK ProgramKeahlian Teknik Mesin Perkakas. Jakarta: Dikmenjur. Djam’an. Satori. 1980. Administrasi Pendidikan. Bandung. IKIP Bandung Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Cetakan kesembilan. BPFC. Yogyakarta Herujito. Yayat. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo Hasibuan, M. S. P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara. 105 106 Kepmendikbud. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) N0.40 tahun 2008 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan SMK Kurikulum SMK 2006. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Menengah, Direktorat Menegah Kejuruan. Liyasatya.wordpress.com, Pelaksanaan Manajemen Sarpras Moleong. Lexy. 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyono. 2010. Manajemen Adminstrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media M Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Nurhidayati. Thesismylife. Blogspot. co.id, Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi Permen No.19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Pardede. Pontas M. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta Prawirosentono, Suyadi. 2000. Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus. Edisi Ketiga, Bumi Aksara. Jakarta. Putri Isnaeni. K. (2013), Manajemen Sarana dan Prasarana di SMK N 1 Kasihan Bantul: Jogyakarta: UNY Rekso Hadiprojo. (2000). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta. Riyanta. W, 2011, Manajemen Peralatan dan Bahan Praktik Bengkel Batu Pada Bidang Teknik Bangunan di SMKN 2 Depok Sleman Yogyakarta: Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana UNY Rindowi. 2007. Standar Operasi Mesin Perkakas dan Preventive Maintenance: PPPPTK Medan. 106 107 Setiawan dan Harun. 1981. Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel. Jakarta. Dikmenjur Sirmas Munthe dkk; (2009), Implementasi Perawatan pada PT. Garuda Mas Perkasa; Medan: USU Sitinjak. Jefri. 2006, Manajemen Perawatan, PPPTK, Medan Soelipan. 1995. Pedoman Penyelenggaraan Bengkel Mesin. Bandung: PPPG Teknologi Bandung. Soelipan dkk. 2009, Manajemen Bengkel. Bandung: PPG Teknologi Bandung Soenarto, Organisasi dan Manajemen Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, PTK, UPI Bandung Sowiyah, 2015, Manajemen Pendidikan, FKIP Universitas Lampung, Aura Publishing, Lampung Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta Sukardi. Thomas. Dkk. 2013, Penelitian ini berjudul: “Pengembangan Model Running Maintenance Pada Proses Pemesinan di Jurusan Mesin SMK Rumpun Teknologi se-DIY”, Yogyakarta, UNY Voorhees, R.A.2001. Competency-Based Learning Models: A Necessary Future. New Directons for Institutional Research, no. 10, Summer, John Wiley & Sons. Wahyulinadiandrus. Blogspot, Makalah Pembelian dan Perawatan alat Olah Raga 107