DISTRIBUSI SPASIAL SERANGAN DAN BIOLOGI

advertisement
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bionomi dan Ekologi, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di
Laboratorium Entomologi, Departemen Research and Development PT GMP.
Penelitian lapangan dilakukan di areal Perkebunan Tebu PT GMP. Penelitian
berlangsung dari bulan Maret sampai Oktober 2014.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat tulis, ember plastik,
gelas kaca, cawan petri, kurungan serangga, tali rafia, tissue, kuas, jarum preparat
steroform, gunting, cutter, counter, mikroskop stereo Olympus® SZ-ST, kamera
(DinoEye ocular lens camera) yang langsung terhubung dengan komputer,
perangkat lunak Dinocapture, dan kamera digital Casio EX-JE10BK. Bahan yang
digunakan dalam penelitin ini, yaitu sampel kutuperisai, batang tebu, pelepah
daun tebu dan parafin.
Metode Penelitian
Pengamatan Distribusi Spasial Populasi A. tegalensis
Pengamatan terhadap pola distribusi spasial dilakukan pada tiga varietas
tebu (GMP 1, GMP 3, dan GMP 4) yang berumur 11 bulan dengan tingkat
serangan kutuperisai yang berbeda di Perkebunan Tebu PT GMP (Gambar 1).
Tebu varietas GMP 1 dikategorikan rentan, GMP 3 dikategorikan moderat, dan
GMP 4 dikategorikan tahan terhadap serangan kutuperisai. Masing-masing
varietas tebu diamati pada 3 lahan. Pada setiap petak ditentukan 5 baris tanaman
Gambar 1 Contoh lahan pengamatan populasi A. tegalensis di PT GMP
4
tebu dengan jarak 10 meter dari depan dan belakang serta 10 baris tanaman tebu
dari samping kanan dan kiri lahan pengamatan (Gambar 2a). Masing-masing baris
diamati sebanyak 10 batang primer tebu. Pada setiap petak lahan tanaman tebu
diamati 50 batang primer tebu dengan prosedur sistematis acak. Penentuan jarak
antara setiap baris tanaman tebu pengamatan (dalam baris) yaitu menghitung
jumlah baris tanaman tebu pada setiap lahan kemudian jumlah baris tersebut
dikurangi 20 dan dibagi 5 (Gambar 2b). Penentuan jarak antara batang primer tebu
pada setiap baris pengamatan (dalam meter) yaitu menghitung panjang setiap
lahan pengamatan kemudian panjang lahan tersebut dikurangi 20 dan dibagi 10
(Gambar 2b). Populasi kutuperisai diamati dengan menghitung jumlah perisai
imago betina per batang primer tebu (Sunaryo & Widyatmoko 2002).
Penghitungan populasi A. tegalensis menggunakan counter. Keragaman dan ratarata data populasi A. tegalensis diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft
excel 2007 dengan uji t pada taraf nyata 1%. Pola distribusi spasial diuji
menggunakan Taylor’s power law (1961 dalam Pedigo & Zeiss 1996) yang
menggambarkan hubungan antara keragaman contoh (s2) dan rataan populasi (x̅)
dengan rumus:
Log s2 = Log a + (b * Log x̅ )
dengan: a adalah konstanta, b adalah indeks dispersi; bila nilai b < 1
menunjukkan pola pesebaran populasi teratur (regular), b = 1 adalah acak
(random), dan b > 1 adalah mengelompok (clumped).
10 baris
10 m
10 m
10 baris
: Batang primer tebu
Gambar 2 Petak pengamatan populasi A. tegalensis di lapangan; (a) Petak lahan
pengamatan populasi, (b) pola pegamatan populasi
5
Persiapan Tanaman Inang
Batang tebu yang digunakan untuk perbanyakan A. tegalensis adalah tebu
varietas GM 23 yang berumur 7 bulan. Batang tebu tersebut dipotong sepanjang
15 cm dengan 2 ruas dan direndam bagian bawahnya pada ember plastik yang
berisi air (Gambar 3a). Untuk pemeliharaan A. tegalensis digunakan tebu varietas
GMP 3 yang berumur 7 bulan dan dipotong sepanjang 30 cm dengan 4 ruas.
Batang tebu untuk pemeliharaan direndam bagian bawahnya pada gelas kaca yang
berisi 350 ml air. Pada pinggiran mulut gelas diberi steroform agar tebu dapat
tegak berdiri (Gambar 3b). Potongan batang tebu untuk perbanyakan dan
pemeliharaan tersebut ditetesi lilin cair pada ujung atasnya untuk mengurangi
penguapan (Williams 1970).
Gambar 3
Batang tebu untuk pemeliharaan A. tegalensis; (a) Tebu untuk
perbanyakan, (b) tebu untuk pengamatan
Perbanyakan A. tegalensis
Kutuperisai A. tegalensis diperoleh dari Perkebunan Tebu PT GMP.
Kutuperisai diinfestasikan dan diperbanyak pada batang tebu di Laboratorium
Bionomi dan Ekologi. Kutuperisai tersebut dibiarkan berkembang biak sampai
jumlahnya mencukupi untuk digunakan pada percobaan tentang biologi.
Kutuperisai yang digunakan untuk mengamati stadium nimfa hingga menjadi
imago adalah kutuperisai generasi ke dua.
Persiapan Kurungan Serangga
Kurungan serangga yang digunakan berbentuk tabung yang terbuat dari
plastik mika dengan ukuran panjang 10 cm dan diameter 4 cm, kemudian kedua
ujung kurungan serangga ditutup dengan kain kasa trikot (Gambar 4a). Kurungan
serangga tersebut digunakan pada tanaman tebu agar kutuperisai tidak terserang
musuh alami.
Pengamatan Nimfa A. tegalensis
Pengamatan nimfa kutuperisai tebu A. tegalensis dilakukan di Laboratorium
Bionomi dan Ekologi. Pengamatan terhadap peubah-peubah biologi kutuperisai
tersebut dimulai dari fase nimfa instar I yang berumur sama dan berasal dari
beberapa imago. Setiap serangga nimfa instar I diletakkan pada daerah ruas
6
batang tebu, kemudian batang tebu ditutup dengan pelepah tebu dan disungkup
menggunakan kurungan serangga (Gambar 4b). Pengamatan terhadap peubahpeubah biologi dilakukan setiap 24 jam sekali dengan menggunakan mikroskop
stereo. Suhu dan kelembapan dicatat setiap hari pada pagi hari menggunakan
higrothermometer.
Gambar 4 Pemeliharaan nimfa A. tegalensis; (a) Kurungan serangga, (b) batang
.tebu yang disungkup dengan kurungan serangga
Pemeliharaan Imago dan Pengamatan Jumlah Telur A. tegalensis
Pengamatan lama hidup imago kutuperisai A. tegalensis dilakukan di
Laboratorium Entomologi Research and Development PT GMP. Metode yang
digunakan adalah mengambil batang tebu dari Perkebunan Tebu PT GMP yang
sudah terinfestasi kutuperisai fase nimfa instar II. Batang tebu tersebut dipotong
memanjang sepanjang 8 - 9 cm kemudian diletakkan mendatar di cawan petri
yang berisi sedikit air (Gambar 6). Pengamatan dilakukan setiap hari untuk
melihat perkembangan nimfa instar II menjadi imago, pra oviposisi, oviposisi dan
imago meletakkan telur. Setelah kutuperisai menjadi imago, perisai dari imago
tersebut dibuka agar dapat dilakukan pengamatan jumlah telur yang diletakkan per
hari (Williams 1970). Jumlah ulangan adalah 30 dengan masing-masing satu
imago per batang.
Gambar 5 Potongan batang tebu di dalam cawan petri
Download