52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model

advertisement
52
6 PENGEMBANGAN MODEL
6.1
Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu
Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan
keputusan kompleks pada upaya pengembangan agroindustri gula tebu akan dilakukan
dengan pendekatan sistem yang tahapanya seperti pada Gambar 16. Berdasarkan tahapan
pendekatan sistem tersebut, diharapkan dapat membangun model sistem dinamis
agroindusti gula tebu yang dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan yang
kompleks dalam rangka pengembanan. Konsep sistem ini diutarakan seperti Gambar 15.
Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks
pengembangan agroindustri gula tebu.
Sistem utama di atas diurai menjadi beberpa model sub-sistem yaitu:
1. Model Sub-sistem Petani Tebu
2. Model Sub-sistem Pabrik Gula
3. Model Sub-sistem Distribusi
4. Model Sub-sistem Kebijakan Pemerintah
Selanjutnya tahapan pendekatan sistem akan dirinci seperti berikut: (1) anlisis
kebutuhan, (2) formulasi permasalahan, (3) identifikasi sistem, (4) rancang bangun model,
53
(5) pengujian model, dan (6) penerapan model yang secara skematis diuraikan pada
Gambar 16.
6.1.1
Analisis kebutuhan
Dalam tahapan analisis kebutuhan akan diuraikan tentang kebutuhan dan
kepentingan yang utama bagi tiap-tiap elemen pembentuk sistem. Tiap-tiap elemen
memiliki kebutuhan dankepentingan yang berbeda.
Kumpulan semua kebutuhan dan
kepentingan ini akan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain di dalam
sistem dalam rangka sistem tersebut mencapai tujuan.
Berkenaan dengan sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu,
kebutuhan dan atau kepentingan masing-masing elemen dapat diuraikan sebagai berikut:
b. Petani Tebu sebagai pihak pada tingkat awal dari rangkaian sistem yang panjang,
membutuhkan kondisi lingkungan usaha yang mendukung, seperti kebutuhan perilaku
harga tebu dan gula yang relatif tidak bergejolak sehingga pendapatan dapat
meningkat. Selain itu petani tebu berharap biaya operasional dan input produksi yang
wajar dan tidak mahal. Setelah panen, petani tebu mengharapkan adanya pengaturan
proses oleh pihak pabrik sehingga tebu terangkut dengan baik, dan penentuan
rendemen dapat dilakukan dengan benar, transparan dan obyektif. Disamping itu
mereka perlu diberdayakan agar dapat meningkatkan produksi tebu melalui
ketersediaan lahan yang lebih luas dan subur, serta bibit yang baik. Mereka
memerlukan informasi pasar yang mudah dan dari sumber yang sahih sehingga dapat
mengurangi resiko yang sangat merugikan (irriversible risk) dan memudahkan
kepastian dalam pengambilan keputusan.
Akhirnya petani tebu membutuhkan
kemudahan dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup.
c. Dinas Pertanian dan jajaranya hingga induk organisasi Kementerian Pertanian
memerlukan peningkatan kinerja di bidang produktifitas dan kualitas tebu secara
makro, sehingga peningkatan ini dapat menjamin kelangsungan supply bahan baku
pabrik gula dan tercapainya target produksi.
d. Dinas Perdagangan dan jajaranya hingga induk organisasi Kementerian Perdagangan
berkebutuhan untuk menjaga harga gula nasional yang stabil dinamis, mengurangi
impor gula sebagai penutup defisit supply dalam negeri, dan berkeperluan dengan
54
kualitas gula yang tinggi agar dapat berdaya saing dengan produk gula pesaing dari
luar negeri
Gambar 16 Tahapan pendekatan sistem
55
e. Dinas Perdagangan dan jajaranya hingga induk organisasi Kementerian Perdagangan
berkebutuhan untuk menjaga harga gula nasional yang stabil dinamis, mengurangi
impor gula sebagai penutup defisit supply dalam negeri, dan berkeperluan dengan
kualitas gula yang tinggi agar dapat berdaya saing dengan produk gula pesaing dari
luar negeri.
f. Lembaga keuangan bank, non-bank, koperasi, dan asuransi dalam sistem ini
berkebutuhan agar bila menyalurkan fasilitas kredit maka para penerima kredit dapat
mengembalikan pinjaman dengan lancar. Hal ini disertai dengan penetapan biaya
bunga yang wajar dan dapat diterima dengan baik oleh sektor keuangan dan pelaku
usaha.
g. Pemerintah Daerah dan jajaranya hingga tingkat pemerintahan nasional membutuhkan
agar agroindustri gula tebu dapat memberikan lapangan kerja yang lebih banyak, dapat
mendorong pencapaian swa sembada pangan dan pertumbuhan ekonomi yang baik,
serta pada akhirnya berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui re-alokasi pendapatan pajak, pungutan legal serta retribusi industri gula tebu.
h. Industri pabrik gula dalam sistem ini membutuhkan kecukupan supply bahan baku
tebu, peningkatan keuntungan pabrik, efisiensi biaya operasional yang sejajar dengan
peningkatan produktifitas, ketersediaan sumber dana untuk modal kerja dan investasi
baru baik bagi peremajaan peralatan maupun investasi pembangunan pabrik gula baru.
i. Perusahaan perdagangan sebagai importir, eksportir, dan distributor membutuhkan
peningkatan keuntungan, kemudahan tata niaga importasi dan distribusi, serta tingkat
nilai tukar yang relatif stabil dan terkendali,
j. Pihak Fiskus, Bea Cukai di bawah kordinasi Kementerian Keuangan berkebutuhan agar
dalam agroindustri gula tebu ini dapat meningkat pendapatanya sehingga pendapat
pemerintah dari sektor pajak dapat meningkat. Di samping itu berkebutuhan agar
praktek penyelundupan gula ilegal dapat ditekan serendah mungkin agar potensi
kerugian pajak dapat ditekan.
56
6.1.2
Formulasi permasalahan
Secara teoritis setelah mengetahui prioritas kebutuhan masing-masing elemen
pembentuk sistem diketahui adalah permasalahan endogen akibat dari konflik kepentingan
antar elemen. Selain itu agroindustri gula tebu baik pada tingkat mikro maupun nasional,
menghadapi permasalahan dan tantangan generik berupa:
a. Permasalahan pada ranah perkebunan
-
Keterbatasan informasi, pengetahuan, permodalan petani tebu khususnya pada
kegiatan khas bidang pembenihan yaitu saat bongkar ratoon dan rawat ratoon
-
Kurangnya penciptaan dan persediaan bibit unggul baru yang adaptif terhadap
lingkungan hidupnya (lahan, cuaca, hama)
-
Permasalahan input sarana produksi yang menyimpang dari kewajaran biaya,
kualitas, dan waktu sedia (Cost, Quality, Time delivery)
-
Fasilitas irigasi yang semakin menurun kualitas dan efisiensi
-
Kelangkaan tenaga kerja di beberapa tempat
b. Permasalahan pada ranah pabrik pengolahan
-
Keterbatasan kapasitas giling pabrik, menurunkan daya saing
-
Permasalahan generik efisiensi pabrik yang semakin menurun karena penuaan
mesin tidak diimbangi peremajaan
-
Kualitas gula rendah dengan ICUMSA > 150 IU sehingga mendekati kualitas
gula mentah impor.
-
Biaya produksi pabrik merangkak naik
-
Belum berkembangnya pilihan alternatif produk baru (diversifikasi) barbasis
bahan baku tebu.
c. Tantangan revitalisasi dan rancangan revitalisasi
-
Perluasan lahan tanam dan peningkatan produktifitas sehingga hasil panen tebu
dapat meningkat dari rata-rata 80 ton/ ha di tahun 2010 menjadi 85 ton/ hektar di
tahun 2014
-
Peningkatan rendemen dari rata-rata 6% menjadi 8.5% pada tahun 2014
-
Restrukturisasi pabrik gula dengan proses penggabungan operasional dan
managerian sehingga efisiensi meningkat
-
Peningkatan peran Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan kualitas SDM
57
6.1.3
Identifikasi sistem
(1) Causal Loop
Dalam identifikasi sistem akan digambarkan hubungan sebab akibat. Penelitian ini
menggunakan alat bantu software Netica yang mengoperasikan jejaring hubungan sebab
akibat disertai probabilitasnya seperti pada Gambar 17.
Gambar 17 Diagram sebab akibat menggunakan software Netica
Penelitian ini secara rinci akan memfokuskan hubungan sebab akibat pada
subsistem petani tebu sebagai titik awal yang akan mempengaruhi rangkaian kinerja subsistem selanjutnya. Tingkat produktifitas dan peningkatan tingkat produktifitas akan
dijadikan sebagai akibat akhir dari hubungan sebab-akibat subsistem petani tebu. Hal ini
sesuai dengan hasil prioritas utama simulasi ISM yang menempatkan Peningkatan
Produktifitas sebagai titik awal upaya pengembangan agroindustri gula tebu. Dengan
demikian penggunaan alat penelitian ini dapat saling mengisi kait terkait saling
mempertajam proses pengambilan keputusan yang kompleks.
Pemodelan jejaring keyakinan Bayesian menempatkan Peningkatan Produktifitas
sebagai tujuan.
Dalam penelitian ini peningkatan produktifitas didefinisikan sebagai
peningkatan hasil panen tebu yang dinyatakan dengan ton/ hektar dan tingkat rendemen,
meskipun keduanya tidak dihitung secara rinci.
elemen-elemen:
Produktifitas merupakan akibat dari
58
a. Subsidi input produksi
b. Konservasi tanah
c. Irigasi buatan
d. Input benih (ratoon)
e. Perluasan lahan
f. Kecocokan lahan tanam
g. Kondisi alam dan cuaca
h. Ketersediaan dan tingkat kemempuan SDM
i. Pemberantasan gulma tanaman pengganggu
j. Pemberantasan hama tanaman
k. Tata kelola pemupukan
(2) Diagram input-output
Tahap lanjutan setelah tahap hubungan sebab akibat adalah tahap membuat diagram
input-output, seperti pada Gambar 18.
Dalam penelitian ini ada kebaruan yaitu
dimasukanya peubah kondisi cuaca yang sebelumnya diperlakukan sebagai peubah input
eksogen tak terkendali (Chaidir, 2007) ke dalam peubah input terkendali dan di dalam
pemodelan Jejaring Keyakinan Bayesian diklasifikasi sebagai Faktor Pengendali.
Gambar 18 Diagram input output sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu
59
Pada Gambar 18 di atas menunjukan peubah Pengelolaan Cuaca dimasukan ke
dalam input terkendali dan peubah ini dimasukan ke dalam pemodelan Jejaring Keyakinan
Bayesian sebagai upaya pengelolaan resiko (risk mitigation).
6.2
Rancang Bangun Model
Setelah rangkaian tahapan identifikasi sistem perihal hubungan sebab-akibat, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan rancang bangun model berbasis sistem dinamis
dengan menggunakan software Stella.
6.2.1
Rancang bangun model peningkatan swasembada produksi gula tebu
Model peningkatan produksi gula tebu dalam rangka menuju swasembada gula
dapat dilihat dalam rancang bangun formulasi di Gambar 19.
Gambar 19 Model matematis sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu
60
6.3
Pengujian model
6.3.1
Verifikasi model
Proses verifikasi dilakukan dengan meyakinkan bahwa proses pemodelan dengan
Stella sudah benar dan sesuai prosedur. Sebagai langkah pertama, verifikasi akan menguji
dan mengecek keabsahan tanda-tanda persamaan pada Gambar 19.
Proses verifikasi model komputer dilakukan sebelum model divalidasi dan setelah
model divalidasi. Proses verifikasi dilakukan secara berulang dan bila perlu memodifikasi
model sehingga dapat dicapai hasil yang paling memuaskan sesuai dengan tujuan
pemodelan.
6.3.2
Validasi model
Validasi model dilakukan untuk menguji substansi model, termasuk menguji
tingkat akurasi model komputer apakah sesuai dengan tujuan model yang ingin dicapai
(Sargent, 1998).
Proses validasi yang ideal diuji dengan memasukan data peubah yang dapat
diobservasi (observable system) dan atau yang tidak dapat diobservasi (non observable
system).
Dalam kasus penelitian ini, banyak data riel lapangan yang tidak mungkin
didapatkan sepenuhnya. Validasi model dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan
dengan pelaksanaan simulasi.
6.3.3 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk mengetahui peubah mana yang
memeberikan dampak sensitif terhadap tujuan model.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitifitas atas alternatif perubahan harga
terhadap pendapatan, sensitifitas perubahan luas lahan terhadap produktifitas dan contoh
sensitifitas peremajaan mesin terhadap produktifitas.
6.3.4 Analisis Stabilitas
Analisis stabilitas dilakukan untuk menguji sejauh mana model tetap stabil bila
diinput dengan berbagai nilai yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan analisis
stabilitas dengan merubah secara ekstrim peubah harga dan pengaruhnya terhadap sistem
secara keseluruhan.
61
6.4 Penggunaan model
Penggunaan model yang dihasilkan oleh penelitian ini diupayakan semudah
mungkin dapat dioperasikan oleh pengguna tanpa harus memiliki kemahiran khusus.
Keseluruhan model dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 8. Sebagai
contoh halaman muka model sistem dinamis hasil penelitian dapat dilihat di Gambar 20.
Gambar 20 Tampilan interface
Download