LAPORAN PENELITIAN ILMU-ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA JUDUL PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMPIT INSAN CENDIKIA PAYAKUMBUH STAI N BATUSANGKAR OLEH : SUYONO, M.A (TESOL) NIP 19720403 200003 1005 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN BATUSANGKAR) 2014 Abstrak Suyono, NIP. 197204032000031005. Judul Penelitian: Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Pendidikan Karakter pada SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh. Kurikulum 2013 mengamanatkan kepada para guru untuk melakukan pembelajaran dengan memperhatikan nilai-nilai yang menjadi target kurikulum sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti siswa. Namun sosialisasi pembelajaran berbasis nilai-nilai karakter belumlah memadai untuk semua guru yang ada disekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana guru di SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh yang sudah mendapatkan sosialisasi pembelajaran berbasis karakter melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris dengan memperhatikan penguatan pada karakter tertentu. Penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Subyek dari penelitian ini adalah guru bahasa Inggris kelas VII disekolah tersebut, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah aktivitas guru dalam rangka menanamkan nilai-nilai sikap dalam pembelajaran bahasa Inggris. Data diambil dengan melakukan observasi langsung dikelas dan observasi video pembelajaran, studi dokumentasi dan wawancara. Data dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan divalidasi dengan membandingkan data dari observasi, hasil studi dokumen dan data dari wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sejumlah karakter yang dikembangkan di sekolah tersebut. Karakter tersebut meliputi perilaku religius, santun, peduli, jujur, displin, percaya diri, bertanggung jawab, kerjasama dan cinta damai. Sedangkan dalam hal cara menumbuhkembangkannya dalam pembelajaran bahasa Inggris dimulai dari perencanaan guru dalam memilih dan mengembangkan materi ajar, menentukan langkah pembelajaran, memilih media untuk mengajar serta dalam pengelolaan kelas yang memberikan kesempatan yang sama dan hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa, dan dengan sesama siswa. Karakte tersebut dikuatkan juga diluar sekolah seperti di asrama, di kantin, di kantor, di masjid/mushala dan di lapangan. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 4 D. Definisi Operasional 4 E. Kontribusi Penelitian 5 BAB II. KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan Karakter 6 2. Model Pendidikan Berkarakter 7 3. Nilai-nilai Karakter 8 4. Ukuran Nilai Karakter 11 5. Pendidikan Karakter di SMP 11 6. Pendidikan Karakter dalam Bahasa Inggris 12 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 13 B. Subyek dan Obyek Penelitian 13 C. Kancah Penelitian 13 D. Instrumen Penelitian 14 E. Prosedur Penelitian 15 F. Trianggulasi data 16 G. Analisis Data 17 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian 15 1. Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris 15 2. Penanaman karakter di dalam Kelas 16 a. Dilakukan secara bertahap 18 b. Pemilihan Materi Ajar yang Kontekstual 19 c. Pemakaian Media yang Memadai 19 d. Penggunaan Strategi Mengajar yang Mendukung 20 e. Manajemen Kelas dan Rapport yang Baik 21 3. Pembinaan Karakter Diluar Kelas B. Pembahasan 22 22 BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 24 B. Rekomendasi 24 Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, akhirnya penulis berhasil menyelsaikan penelitian ini yang berjudul “ Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMPIT Insan Cendikia Payakumbu. Shalawat dan Salam buat Rasulullah Muhammad SAW. Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis berhutang budi kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih kepada Ustadzah Melya Ida Sari, S.Pd, dan Ustadzah Krisia Defiyona yang telah memberi izin untuk memasuki kelas beliau untuk direkam aktifitasnya dalam mengajar dan atas izin untuk mendapatkan RPP yang beliau pakai dalam mengajar. Terima kasih yang tak tehingga kepada Ustadz Zulherman Syafril, S.PdI dan Ustadz Al Mauodudi, Lc, M.A selaku Kepala Sekolah dan Pimpinan Pesantren yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di lembaga pendidikan yang beliau pimpin. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada saudara Zefki Oktaferi, S.PDI dan Windi Agara, S.Pd yang telah membantu dalam mentraskrip dan mengumpulkan data bagi analisis penelitian ini. Terima kasih yang tak tehingga kami sampaikan kepada ketua Jurusan Tarbiyah, Kepala P3M beserta Staf dan kepada Bapak Ketua STAIN Batusangkar yang telah memungkinkan terlaksananya penelitian in. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam perencanaan dan penyelesaian penelitian ini Batusangkar, 10 Nopember 2014 Peneliti Suyono BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Cendikia adalah sebuah sekolah swasta di kota Payakumbuh yang mengalami perkembangan cukup fenomental. Semenjak didirikan empat tahun yang lalu, peminat sekolah tersebut jauh melampaui daya tampung yang mampu disediakan oleh pihak sekolah bahkan meskipun dari tahun ke tahun daya tampungnya selalu dinaikkan dua kali lipat. Ditahun pertamanya sekolah tersebut menerima sebanyak dua kelas yang terdiri dari satu kelas putra dan satu kelas putri dengan jumlah siswa 47 dari 120 orang yang mendaftar. Tahun kedua menerima 4 kelas; 2 kelas putra dan 2 kelas putri dengan jumlah siswa 88 orang dari 150 orang yang mendaftar.. Ditahun ketiga, dengan seleksi yang ketat, sekolah tersebut menambah daya tampung kelas menjadi 151 orang yang terdistribusi kedalam 6 kelas; 3 kelas putra dan 3 kelas putri. Ditahun ke empat, mereka menerima 230 dari 360 pendaftar yang terbagi ke dalam 4 kelas putra dan 4 kelas putri (Insancendikia.com/profil-smpit-insan-cendikia-boarding-school, 2013). Untuk tahun ini jumlah siswa yang diterima sebanyak 225 yang terbagi ke dalam 4 kelas putra dan 4 kelas putri dari 400 pendaftar (Kepsek SMPIT). Bukan tanpa alasan kenapa sekolah tersebut begitu booming di hati banyak orang tua/wali murid. Ada beberapa faktor yang menjadikan sekolah ini menjadi sangat diminati oleh banyak orang. Ada yang sifatnya internal dari pihak sekolah tersebut dan ada faktor eksternal yang turut mempengaruhi perkembangan sekolah tersebut. Dari faktor internal yang mungkin menjadi magnetnya adalah tawaran konsep terpadu dari sekolah tersebut. Konsep ini mencoba memadukan berbagai aspek-aspek pendidikan seperti integrasi dan interkoneksi disiplin ilmu, keterpaduan antara domain kognitif, afektif dan psikomotor (Amin Abdullah, 2013). Konsep ini juga sejalan dengan amanat kurikulum 2013 yang mengharuskan proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu harus memadukan kompetensi spiritual dan sosial dengan kompetensi intelektual, emosional dan aplikatif dalam belajar. 1|Page Konsep pendidikan berasrama (boarding school system) juga menjadi tawaran menarik yang mampu merebut hati banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Konsep ini memungkinkan terjadinya penguatan (reinforcement) terhadap conten knowledge yang sudah dipelajari didalam kelas. Penguatan itu bisa terjadi di playground, di asrama, di masjid dan dimana saja baik terprogram maupun secara insidental. Dengan konsep ini, guru, siswa dan karyawan menyatu kedalam satu institusi yang secara total untuk belajar (total learning institution). Faktor internal berikutnya, kemampuan manajerial pimpinan sekolah dalam mengelola stake holder sekolah tersebut sehingga semua pihak bekerja untuk kemajuan sekolah tersebut. Kemampuan ini dibuktikan dengan misalnya hadirnya banyak pejabat pemerintah seperti walikota bahkan gubernur turut serta event-event yang diciptakan disekolah tersebut, seperti milad sekolah, penyerahan rapor, dan sebagainya. Berikutnya, prestasi akademis siswa sekolah tersebut yang cukup fenomental pada level lokal, regional bahkan nasional juga menjadi bukti tersendiri bagaimana sekolah ini mampu menginspirasi siswanya untuk berprestasi. Sederet koleksi piala dalam bidang olimpiade sains, lomba bahasa Arab bahasa Inggirs, lomba tahfidz dan tilawah, menghiasi lemari prestasi sekolah tersebut yang bisa menjadi daya dorong tersendiri terhadap orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Untuk faktor eksternal, banyaknya muslim middle class (Azyumardi Azra, 2013) ditengarai menjadi salah satu pemicu meningkatnya peminat terhadap sekolah ini. Kelompok sosial ini memiliki kesadaran yang kuat dalam beragama dan termasuk dalam hal pendidikan terhadap anak-anaknya. Mereka ingin melihat anak-anaknya memiliki keseimbangan dalam hal ilmu, amal dan akhlak, dan SMPIT mempunyai jawaban untuk itu. Faktor eksternal berikutnya adalah dukungan pihak luar, baik masyarakat sekitar maupun pemilik modal yang mau membantu menciptakan suasana yang kondusif dan bahkan dukungan finansial yang memadai untuk membangun gedung yang diperlukan untuk sekolah tersebut. Mengingat keberadaanya yang cukup fenomental, baik secara akademis maupun non akademis, sangat menarik untuk diteliti bagaimana sekolah tersebut mewujudkan eksistensinya. Diantara sekian banyak yang bisa diteliti adalah 2|Page bagaimana sekolah tersebut mengintegrasikan nilai karakter yang menjadi pesan dalam pendidikan di SMP dengan mata pelajaran. Oleh karena itu peneliti terusik untuk melihat, memahami dan mengungkapkan bagaimana guru memahami nilai karakter dan mengimplementasikan dalam pembelajaran khususnya untuk mata pelaran bahasa Inggris yang menjadi brand market dari sekolah tersebut. Dari beberapa kali kunjungan ke sekolah tersebut, peneliti mengamati ada perlakuan yang lebih untuk bahasa Inggris. Pada setiap pergantian sesi belajar, pengumuman-pengumuman tertertu dan panggilan terhadap siswa, bahasa Inggris menjadi bahasa pengantarnya. Banner yang menghiasi seputar sekolah dan asrama, kebanyakannya juga ditulis dalam bahasa Inggris. Mading yang menjadi unjuk kebolehan dan ungkapan perasaan siswa juga banyak terlihat dalam bahasa Inggris. Tentu hal ini sejalan dengan brand market yang coba ditawarkan ke publik bahwa bahasa Inggris hidup di sekolah ini. Peneliti juga mendapati adanya tugas tambahan kepada siswa ketika sedang masa liburan untuk menghafal kosa kata yang sudah dipelajari dan kosa kata yakan dipelajari pada pelajaran yang akan datang. Ada beberapa kosa kata diantaranya yang sifatnya umum, dan ada juga yang bersifat khusus keagamaan. Apa yang mengemuka sebagaimana dijelaskan diatas merupakan output dari sebuah proses pembelajaran baik yang terjadi di dalam kelas maupun diluar kelas. Natijah tersebut muncul karena adanya nilai-nilai yang diyakini kebenarnnya oleh para guru dan juga siswa, termasuk orang-orang yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu agar kebaikan tersebut bisa dipahami dan nantinya bisa dibagi dengan pihak lain yang berkepentingan, baik untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan penelitian, sangat perlu untuk diteliti nilai karakter apa yang ditanamkan kepada siswa dalam belajar bahasa Inggris, bagaimana karakter itu diajarkan baik didalam kelas maupun diluar kelas, bagaimana interkoneksi karakter tersebut dengan mata pelajaran yang lainnya dan bagaimana nilai-nilai itu dipelihara sedemikian rupa sehingga menjadi budaya disekolah tersebut. 3|Page B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai karakter apa saja yang dikembangkan oleh guru dalam mengajarkan bahasa Ingris? 2. Bagaimana nilai-nilai itu diajarkan oleh guru bahasa Inggris dalam proses pembelajaran di kelas? 3. Bagaimana nilai-nilai tersebut dipelihara dan dikuatkan diluar kelas? Mengingat bahwa pendidikan bahasa Inggris diberikan disetiap jenjang kelas, penelitian ini dibatasi pada pendidikan bahasa Inggris yang diajarkan pada kelas tujuh (IV) dengan pertimbangan bahwa mereka adalah kelompok pembelajar yang secara mental sangat siap untuk mengalami atau mengikuti perubahan. Mereka adalah juga kelompok pembelajar yang diberlakukan kurikulum 2013 yang menekankan tumbuh kembangnya nilai kharakter dalam pembelajaran. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengungkapkan nilai karakter apa yang ditumbuh kembangkan di SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh 2. Mengungkapkan bagaimana nilai karakter tersebut disemaikan didalam proses pembelajaran bahasa Inggris 3. Mengetahui bagaimana nilai karater tersebut dikuatkan diluar kelas. D. Definisi Operasional Terdapat beberapa kata kunci yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagaimana dijelaskan berikut: Pembelajaran bahasa Inggris, yaitu proses pembelajaran yang melibatkan aktifitas guru dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam belajar. Guru dalam penelitian ini adalah guru kelas VII SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh Karakter adalah sejumlah nilai-nilai sikap yang dikembangkan oleh guru sesuai dengan kurikulum 2013. Nilai-nilai sikap tersebut meliputi sikap 4|Page religiusitas, jujur, peduli, kerja sama, santun, percaya diri, disiplin, dan cinta damai. E. Kontribusi Penelitian “Mengambil contoh ka nan sudah, mengambil pituah ka nan menang” adalah pepatah yang senantiasa di pakai oleh orang Minang dalam rangka mencari model dan menginspirasi kesuksesan. Dengan mengetahui bagaimana guru dan semua pihak yang ada di SMPIT Insan Cendikia, khususnya guru bahasa Inggris dalam memperkenalkan dan mempertahankan nilai-nilai karakter kepada siswa sehingga mampu menjadi siswa yang berkarakter, pola pembelajaran yang demikian boleh jadi akan menjadi rujukan bagi guru-guru lain dan sekolah-sekolah lain. 5|Page BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pendidikan kharakter. Pendidikan karakter bisa didifinisikan dengan bahasa yang berbeda tapi memiliki kemiripan makna. Direktorat Pembinan Sekolah Menengah Pertama (2013), mendefiniskan pendidikan karakter sebagai ‘upaya terencana untuk memfasilitasi peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah untuk semua urusan’. Wynne dalam Darmiyati Zuchdi (2009: 10), menjelaskan bahwa karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti ‘to mark” (menandai). Istilah ini lebih difokuskan pada bagaimana upaya pengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Lebih lanjut, Wynne mengatakan ada dua pengertian tentang karakter, yakni pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku, dan kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Samsuri (2010: 2) memberikan terminologi “karakter” itu sendiri sedikitnya memuat dua hal: values (nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa yang melekat dalam sebuah entitas. “Karakter yang baik” pada gilirannya adalah sebuah penampakkan dari nilai yang baik pula, yang dimiliki oleh orang atau sesuatu, di luar persoalan apakah ‘baik’ sebagai sesuatu yang “asli” apakah sekadar kamuflase. Dari hal ini, maka kajian pendidikan karakter akan bersentuhan dengan wilayah filsafat moral atau etika yang bersifat universal, seperti kejujuran. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang harus dilakukan oleh seorang guru dan semua pihak yang berkepentingan dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam pendidikan. Guru harus memahamkan nilai-nilai tersebut dalam proses 6|Page pembelajaran dan pihak yang terkait bersama guru memelihara dan menguatkan nilai-nilai tersebut dalam keshidupan sehari-hari. 2. Model Pendidikan berkarakter Ada beberapa model pendidikan karakter yang pernah ada dan dilakukan di beberapa tempat sesuai dengan paradigma relasi nilai karakter dan bidang ilmu. Model pendidikan karakter yang pertama adalah model pendidikan komplementer (Hasan Zaini, 2013, Alwan Khairi 2013). Model ini berpijak pada paradigma bahwa nilai karakter dan bidang ilmu merupakan dua entitas yang berbeda tapi salaing melengkapi bagi kebutuhan manusia. Implementasi dari paradigma ini melahirkan model pendidikan dimana pendidikan karakter dikonstruksikan dalam bidang studi Pendidikan Agama, PKn dan bahasa Indonesia (Direktorat Pembinan Sekolah Menengah Pertama, 2013). Model pendidikan karakter selanjutnya adalah model integrasi, yaitu mengintegrasikan/ memadukan nilai karakter ke bidang ilmu/mata pelajaran Munculnya model ini sebagai respon terhadap kekurangan yang ada dari model yang sebelumnya dengan melakukan pembenahan sebagai berikut: a. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilainilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas pada semua mata pelajaran. b. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan. c. Selain itu, pengembangan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua bidang urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah (Direktorat Pembinan Sekolah Menengah Pertama, 2013)) 7|Page Model yang ketiga adalah model integrasi-interkoneksi. Model ini tidak hanya mengakui adanya integrasi nilai karaketer dalam satu disiplin ilmu, tapi juga adanya interkoneksi nilai tersebut dengan mata pelajaran yang lainnya (Amin Abdullah, 2013). Model ini memungkinkan adanya satu sinergi semua unsur yang terlibat dalam satu entitas pendidikan dalam mewujudkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam implementasinya, guru harus bekerja sama dengan guru lintas bidang studi dalam mengembangkan bahan ajar yang juga melibatkan bidang-bidang lain. 3. Nilai-nilai Karakter Terdapat banyak nilai-nailai karakter yang harus diperhatikan dalam pendidikan. Nilai-nilai tersebut sebenarnya merupakan nilai bawaan yang sudah ada semenjak dilahirkan namun perlu terus diarahkan dan dikuatkan. Nilai-nilai tersebut sebagaiman dijelaskan oleh Direktorat Pembinan Sekolah Menengah Pertama (2013) meliputi: a. Kereligiusan; Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya. b. Kejujuran; Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. c. Kecerdasan; Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat. d. Tanggung jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME. e. 8|Page Kebersihan dan kesehatan; Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang bersih dan sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. f. Kedisiplinan; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. g. Tolong-menolong ;Sikap berupaya menolong orang. dan tindakan yang selalu h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif: Berpikir dan melakukan sesuatu berdasarkan kenyataan dan/atau nalar untuk menghasilkan cara dan/atau produk baru atau termutakhir. i. Kesantunan; Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. j. Ketangguhan; Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan. k. Kedemokratisan; Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. l. Kemandirian; Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugastugas. m. Keberanian mengambil risiko; Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata. n. Berorientasi pada tindakan;Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata. o. Berjiwa kepemimpinan; Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa. p. Kerja keras ;Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaikbaiknya. q. Percaya diri; Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. 9|Page r. Keingintahuan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. s. Cinta ilmu; Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. t. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain; Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. u. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial; Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. v. Menghargai karya dan prestasi orang lain; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. w. Kepedulian terhadap lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya. x. Nasionalisme; Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. y. Menghargai keberagaman; Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, delapan butir dipilih sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan karakter, yaitu: kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, tanggung jawab, kebersihan dan kesehatan, kedisiplinan, tolong-menolong, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Kedelapan butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilainilai lainnya. 10 | P a g e 4. Ukuran Nilai Karakter Direktorat Pembinan Sekolah Menengah Pertama (2013) menjelaskan bahwa muncul tidaknya nilai karakter bisa dievaluasi sepanjang proses pembelajaran. Nilai karakter peserta didik dinyatakan secara kualitatif. Nilai peserta didik menggambarkan perkembangan karakter yang bersangkutan pada saat penilaian dilakukan. Nilai tersebut merupakan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan lebih lanjut agar peserta didik yang bersangkutan mengembangkan karakternya hingga optimal. Berikut adalah contoh sebutan-sebutan nilai yang merupakan representasi perkembangan karakter peserta didik: MK/A = Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten) MB/B = Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten) MT/C = Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) BT/D = Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). 5. Pendidikan Karakter di SMP Meskipun terdapat sekian banyak karakter yang hendak ditumbuh kembangkan pada anak usia SMP/MTs, prioritas pengembangan karakter mereka hanya mencakup secara ekplisit pada beberapa karakter saja. Karakter tersebut meliputi; sikap religius, santun, peduli, jujur, disiplin, percaya diri, bertanggung jawab, kerjasama dan cinta damai (Lampiran Permendikbud no 68, 2013). 11 | P a g e Pencapaian karater tersebut dilakukan melalui berbagai cara sebagaimana dijelaskan oleh Direktorat Pembinaan SMP (2011), yaitu: a. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilainilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas pada semua mata pelajaran. b. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan. c. Selain itu, pengembangan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua bidang urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa semua pihak yang menjadi warga di suatu sekolah mulai dari pimpinan hingga penjaga sekolah terlibat dalam proses pembinaan karakter. Pihak pimpinan perlu membuat kebijakan yang menekankan bagi terlaksananya pendidikan karakter di sekolah. Para guru perlu menumbuhkan kesadaran bagi tersemainya sejumlah karakter pada mata pelajaran yang diampunya, dan bersinergi dengan mata pelajaran lain bagi tumbuh kembangnya karakter yang diharapkan. Para pembina kesiswaan juga harus berperan aktif dalam dalam mengembangkan minat dan bakat siswa serta memasukkan nilainilai karakter dalam pembinaan kesiswaan. 6. Pendidian Karakter Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Nilai karakter yang ingin dikembangkan dalam bahasa Inggris tidaklah berbeda sebagaimana dijelaskan sebelumnya, karena nilai tersebut bisa masuk ke dalam semua mata pelajaran. Yang mungkin berbeda adalah dalam tahap implementasi pembelajarannya. Gde Raka (2011) menjelaskan bahwa paling tidak terdapat beberapa strategy yang bisa dilakukan guru bahasa Inggris dalam menanamkan nilai tersebut ke dalam mata pelajaran. Strategi tersebut berlangsung mulai dari perencaan pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran dan pasca pembelajaran. Dalam perencaan, guru perlu memastikan nilai karakter apa yang ingin dikembangkan dalam pembelajarab bahasa Inggris 12 | P a g e dan memasukkan nilai karakter tersebut dalam RPP yang dibuatnya. Mulai dari bahan ajar yang disiapkannya, langkah-langkah pembelajaran yang direncanakannya dan tahap evaluasi yang akan dilakukannya harus memperhitungkan nilai-nlai yang ingin disemaikan kepada anak didiknya. Dalam tahap pembelajaran dikelas, guru harus menyediakan ruang dengan tehnik yang memungkinkan nilai-nilai karakter tersebut berkembang, seperti tehnik kolaborasi, diskusi, zig-zag show dan lain sebagainya (Silberman, 1996; Brown, 2000; Richard, 2000; Harmer, 2007) .Untuk pasca pembelajaran, guru perlu memastikan kepada siswa bahwa mereka sudah belajar tidak hanya konten pelajaran tapi juga nilai-nilai yang sudah mereka pelajari dalam mendapatkan konten tersebut. Siswa juga perlu mendapatkan kesempatan untuk unjuk kerja dan mendapatkan penghargaan dari capainnya. 13 | P a g e BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Yang coba diungkap dalam penelitian ini adalah deskripsi tentang apa nilai karakter yang ditumbuh kembangkan dan dipelihara dalam bidang studi bahasa Inggris, bagaimana bagaimana guru mengembangkan nilai tersebut dalam pembelajaran dan bagimana nilai-nilai karakter itu dipelihara dan dikuatkan diluar kelas oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. B. Subyek dan Obyek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah guru bidang studi bahasa Inggris yang mengajar di kelas VII SMPIT Insan Cendikia dan siswanya. Terdapat 3 (tiga) guru yang mengajar bahasa Inggris di kelas VII, namun karena suatu hal hanya 2 (dua) guru yang berhasil diamati dalam proses mengajarnya. Mereka pada saat diobservasi sedang mengajarkan tentang nama-nama binatang, jumlahnya. Siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh. Pada saat observasi dilaksanakan, siswa yang diobservasi adalah kelas VII.2 putra dan kelas VII.3 putri Sedangkan yang menjadi obyek penelitian ini adalah sejumlah karakter yang disemaikan oleh guru tersebut kepada siswanya dalam pembelajaran bahasa Inggris. Karakter tersebut ada yang dinyatakan secara jelas sebelum kegiatan inti berlangsung, ada yang tidak secara explisit dijelaskan tapi muncul secaa inheren dalam proses pembelajaran berlangsung. Ada yang menjadi karakter utama sebagaimana disebutkan dalam kurikulum, ada yang merupakan karakter pengaya/pendukung, namun keberadaanya juga sangat penting bagi keseluruhan karakter baik yang diharapkan. C. Kancah Penelitian Penelitian ini berlangsung di SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh, sebuah SMP swasta yang dikelola secara Islami dan bersistem asrama. Terdapat dua lokasi kampus sekolah tersebut, yaitu, Lampasi dan Padang Kaduduk, kecamatan 14 | P a g e Payakumbuh Utara. Kampus Lampasi khusus untuk asrama dan ruang kelas siswa putri sementara kampus Padang Kaduduk untuk asrama dan ruang kelas putra. Sebagai sekolah yang menerapkan sistem pendidikan berasrama (boarding school), seluruh siswanya tinggal dan menjalani pembinaan di asrama bersama guru-guru asrama yang mereka panggil ustadz. Mereka mendapatkan pembinaan secara intensif kecerdasan spiritual, sosial dan interpersonalnya diasrama. Sedangkan kecerdasan intelektualnya dibina di ruang-ruang kelas melalui mata pelajaran yang mereka pelajari. Sinergi pembinaan asrama dan ruang kelas inilah aganya yang menjadikan sekolah ini bernilai lebih dalam hal implementasi pendidikan berkarater. D. Instrument Sebagai instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran baik secara langsung maupun dengan study dokumen dari rekaman video pembelajaran tersebut. Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan lembar observasi mengajar (lampiran 1), dimana peneliti mengamati langkah kegiatan pembelajaran, apa aktifitas dan bahasa yang digunakan guru, apa aktifitas dan bahasa yang digunakan oleh siswa dan nilai karakter apa yang dikembangkan pada saat pembelajaran tersebut. Disamping itu peneliti juga menggunakan lembar observasi video (lampiran 2) Peneliti juga melakukan studi dokumentasi berupa RPP yang dipakai oleh guru yang menjadi informan dalam penelitian ini (lampiran 3.a dan 3.b). Disamping itu, peneliti juga melakukan wawancara terhadap informan penelitian ini terhadap hal-hal yang dianggap perlu untuk menguatkan data penelitian ini. Tak lupa, peneliti juga melakukan pengamatan lingkungan terhadap perangkat pendukung pembelajaran bahasa Inggris berupa banner yang terpasang secara tematis di berbagai lokasi. E. Prosedur Penelitian Untuk melakukan penelitian ini, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara melakukan pengamatan lingkungan dan mendapatkan kesan bahwa sekolah 15 | P a g e tersebut menjadi kancah yang bagus untuk penelitian. Berikutnya, peneliti melakukan pendekatan personal dengan pimpinan sekolah untuk bisa melakukan penelitian disekolah tersebut. Setelah melalui proses pembuatan proposal dan penyeminaran proposal, peneliti melakukan langkah prosedural dengan mendapatkan izin formal dari P3M dan pihak sekolah untuk melakukan langkah pengambilan data. penelitian. Peneliti terlebih dahulu melakukan penjajagan dan kesepahaman dengan guru yang menjadi infoman penelitian ini. Dan sesuai dengan kesepakatan, peneliti masuk kedalam kelas untuk mengamati dan mengabadikan kegiatan belajar tesebut dalam video. Tak lupa pula, peneliti juga memohon diberikan dokumen RPP yang mereka pakai serta mengamati kegiatan diluar ruangan kelas. Setelah data diperoleh, peneliti dengan bantuan seorang peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh untuk mendapatkan simpulan dari penelitian ini. F. Trianggulasi Data Triangulasi data adalah upaya untuk mendapatkan keshahihan data penelitian dengan melakukan berbagai cara antara lain, cek silang lintas instrument, cek silang lintas informan atau dengan kajian mendalam terhadap data yang diperoleh. Cek silang lintas instrumen dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari pengamatan misalnya dengan dokumen yang tersedia, atau dengan hasil wawancara. Ketika konsisten data yang diperoleh, maka peneliti bisa menyatakan bahwa datanya bisa dipercaya. Cek silang lintas informan bisa dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh satu informan dan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari informan lain untuk satu topic yang sama. Ketika tidak ada pertentangan data, maka bisa dikataan datanya meyakinkan. Sementara kajian yang mendalam bisa dilakukan dengan melakukan berulang-ulang pengamatan dan membandingkan data dari satu pengamatan dengan yang sebelumnya, atau dengan membandingkannya dengan teori yang tesedia. Untuk menjamin keshahihan data yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti melakukan trianggulasi data dengan cara melakukan yang pertama dan ketiga yaitu cek silang dengan instrumen yang tesedia dan kajian yang mendalam. 16 | P a g e Peneliti membandingkan data yang diperoleh dari pengamatan kelas dan video dan studi dokument serta mengkonfirmasikannya lagi dengan informan yang ada. Disamping itu, data juga didalami beberapa kali dan disesuaikan dengan teori sehingga data yang dihasilkan meyakinkan. G. Analisis Data Terdapat tiga jenis sumber data dalam penelitian ini, yaitu data dari pengamatan langsung dan video, data dari dokumen RPP yang dipakai oleh guru, dan data dari wawancara. Data dari pengamatan langsung dianalisis dengan mengelompokkan aktivitas guru dan siswa dan membuat relasi antara kelompok aktifitas dan nilai karakter yang dikembangkan. Data dari vidoe setelah diamati beberapa kali, ditranskrip, direduksi dan dimasukkan kedalam kelompok aktivitas baik aktifitas guru maupun siswa dan relasinya dengan nilai sikap yang dikembangkan. Data dari dokumen RPP guru dianalisis dengan memasukkan kedalam tabel aktivitas guru dan siswa dan diinterpretasikan nilai karakter yang mungkin dikembangkan oleh guru. Setelah data dari masing-masing sumber data dianalisis sebagaimana tersebut diatas, data kemudian dikomparasikan dan diinterpretasikan sebagai hasil penelitian. 17 | P a g e BAB IV HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian Penelitian ini mencakup 3 hal penting sebagaimana dalam pertanyaan penelitian, yaitu jenis karakter yang dikembangkan, bagaimana karakter tersebut disemaikan dalam pembelajaran bahasa Inggris, dan bagaimana karakter tersebut dikuatkan di luar kelas. Oleh karena itu temuan penelitian ini akan dipaparkan sesuai dengan ketiga cakupan diatas. 1. Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran yang diharapkan mampu berkontribusi dan bersinergi dengan mata pelajaran lain dalam mengembangkan karakter positif bagi peserta didik. Sebagaimana disebutkan dalam kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013) terdapat 9 karakter utama yang hendak dikembangkan pada siswa tingkat SMP/MTs yaitu; bersikap religius, santun, peduli, jujur, displin, percaya diri, bertanggung jawab, kerjasama dan cinta damai. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh guru 1 dalam wawancara dengan guru tesebut ketika menjawab pertanyaan peneliti mengenai karakter apa yang diajarkan di SMP, khususnya kelas VII: Ya, kurikulum 2013 memang terdapat karakter-karakter yang harus diperhatikan antara lain riligius, disiplin, percaya diri, santun, peduli, kerjasama, bertanggung jawab dsb......(lampiran.....) Sejumlah karakter tersebut juga beliau ungkapkan ketika dibagian pendahuluan pembelajaran bahasa Inggris guru 1 menampilkan sejumlah karakter yang harus dikuasi oleh siswa dalam power point yaitu sikap religiusitas dengan indikatornya semangat dalam mengikuti pelajaran dan serius dalam mengikuti pelajaran, sementara untuk sikap/karakter lainnya adalah jujur, disiplin, pecaya diri dan bertanggung jawab (lampiran ...) Secara lebih rinci, kesembilan karakter yang hendak ditumbuh kembangkan oleh kedua informan penelitian tersebut terdapat pada RPP yang 18 | P a g e mereka persiapkan. Keduanya mengutip secara langsung karakter yang ada dikurikulum 2013 sebagaimana terlampir pada lampiran .... dan ...... 2. Cara Menanamkan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di dalam Kelas Meskipun terdapat 9 karakter pokok yang harus ditumbuh-kembangkan dalam setiap mata pelajaran, sebagaimana juga dalam mata pelajaran bahasa Inggris, penyemaiannya dilakukan melalui berbagai cara. Penelitian ini mengungkapkan cara yang unik yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris di kelas VII SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh. Cara itu antara lain: a. Dilakukan dengan cara berangsur Dari RPP yang dipersiapkan oleh guru, meskipun terdapat nilai karakter yang lengkap pada Kompetensi Dasarnya, namun dalam pelaksanaanya guru memberikan penekanan yang berbeda untuk setiap pertemuannya. Dari pengamatan langsung kedalam lokal dan melihat berulang dalam video pembelajarannya, guru 1 mengatakan bahwa minggu kemarin siswa sudah dinilai karakternya untuk sikap disiplin dan percaya diri, sementara pada pertemuan tersebut mereka akan dinilai dalam hal sikap kejujuran dan bertanggung jawab dengan indikatornya antara lain; tidak menyontek karya teman, melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, menerima resiko dari tindakan yang dilakukan dan sebagainya. Pengangsuran terhadap prioritas karakter yang akan dikembangkan secara bertahap juga bisa dilihat dari RPP yang disiapkan untuk sub tema materi pelajaran tersebut. Baik RPP dari guru 1 maupun guru 2, keduanya mencantumkan sebagaian karakter yang akan diperhatikan dalam pertemuan tersebut dan pertemuan berikutnya yang masih membahas masalah tema yang sama; nama-nama binatang, jumlahnya, dan juga nama obyek lainnya. Penekanan terhadap beberapa karakter tertentu juga terlihat selama dalam proses pembelajaran. Meskipun pada saat yang sama terdapat sejumlah karakter yang muncul yang bukan menjadi titik tekan pada 19 | P a g e saat pertemuan tersebut, seperti kerja sama, disiplin, percaya diri dan lain sebagainya, karakter yang menjadi perhatian guru adalah sikap jujur dan tanggung jawab (guru 1). Hal yang sama juga dilakukan oleh guru 2 yang menekankan pentingnya semangat, kerja sama, disiplin dan percaya diri selama dalam proses pembelajaran. b. Pemilihan materi ajar yang kontekstual Cara berikutnya yang bisa kemukakan dalam penelitian ini adalah materi ajar yang dipilih oleh kedua guru tersebut untuk topic namanama binatang dan jumlahnya. Guru 1 memilih kebun binatang sebagai materi yang ajarnya dan diturunkan kedalam beberapa lembar kerja siswa yang berkaitan dengan topic tersebut. Guru 2 memilih binatang yang ada di pekarangan rumah di kampung sebagai materi ajarnya. Materi tersebut selanjutnya dikembangkan kedalam lembar keja siswa yang dikerjakan secara berkelompok. Dengan materi yang sudah diakrabi oleh siswa yang tersimpan dalam long term memory mereka, dan materi baru tentang pengungkapan nama berikut jumlahnya dalam bahasa Inggris, pembelajaran menjadi hidup dan siswa bersemangat dalam mengikutinya. Materi tersebutnya juga memunculkan karakter kerjasama, percaya diri, betanggung jawab dan disiplin selama mengikuti proses pembelajaran. Singkatnya, materi yang dipilih bisa menumbuhkan karakter yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut. c. Pemakaian media yang memadai Daya dukung keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh media apa yang dipakai oleh guru dalam mengajar. Media memfasilitasi keterlibatan siswa dalam proses belajar yang pada akhinya nanti akan mempengaruhi keterlibatan mereka secara kognitif, afektif dan psikomotor. Ketika siswa terlibat secara visual atau secara auditory, secara kinestetik atau ketiganya terlibat secara bersama 20 | P a g e dalam proses belajar, maka minat, semangat, dan sikap-sikap positif lainnya bisa ditumbuh kembangkan. Dari hasil pengamatan dikelas dan studi dokumentasi terhadap RPP yang disiapkan oleh guru, baik guru 1 maupun guru 2 menggunakan sejumlah media pembelajaran dalam menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Media tersebut meliputi laptop dan infocus dalam menciptakan efek visual dan audio bagi terakomadasinya keterlibatan secara visual dan auditory, serta whiteboard dan worksheet yang memungkinkan keterlibatan siswa secara kinestetik. Ketika pikiran, perasaan dan gerak siswa terlibat dalam belajar maka siswa enjoy dalam belajar, dan karakter yang diharapkanpun bermunculan. Dalam pengamatan peneliti, siswa menunjukkan semangatnya dalam belajar, bertanggung jawab terhadap kerja yang diberikan, disiplin dalam melaksanakan kerja dan percaya diri dalam menampilkan unjuk kerjanya. d. Penggunaan strategy mengajar yang mendukung Pemilihan strategi mengajar oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran memegang peranan penting dalam penyemaian sejumlah karakter yang diharapkan. Ada sejumlah sikap yang bisa ditumbuhkan secara individual seperti jujur, percaya diri dan disiplin. Sebaliknya, ada sejumlah karakter yang penumbuhannya harus melibatkan orang lain, misalnya sikap kerjasama, santun, peduli, bahkan ada juga karakter yang dikembangkan melalui kerja baik secara individu maupun secara bersama seperti tanggung jawab dan kepedulian atas kerja pribadi maupun kerja bersama. Oleh karena itu pemilihan strategi mengajar yang tepat akan menghasilkan karakter siswa yang baik pula. Dari pengamatan yang peneliti lakukan, baik guru 1 maupun guru 2 memilih sejumlah strategi mengajar yang variatif. Ada metode ceramah dalam rangka menjelaskan suatu permasalahan tertentu atau memberikan arahan/istruksi terhadap siswa, tanya jawab untuk 21 | P a g e memastikan adanya sikap kepedulian, tanggung jawab, santun dan percaya diri serta tugas individu untuk melatih siswa bertanggung jawab dan disiplin (guru 1). Disamping itu juga terdapat metode diskusi kelompok untuk menyemai sikap kerjasama, peduli, tanggung jawab dan disiplin (guru 2). e. Manajemen kelas dan rapport yang baik Pengelolaan kelas juga memegang peranan yang penting bagi tumbuh kembangnya karakter yang diharapkan. Aspek ini memungkinkan siswa mendapatkan perhatian yang sama, distribusi kerja yang merata, dan menujukkan kemampuan yang sama dengan siswa lain. Ketika mereka diperlakukan dengan cara yang sama, sikapsikap positif yang diharapkan seperti, peduli, santun, kerja sama dan tanggung jawab, akan muncul pada diri siswa. Dari hasil pengamatan, meneliti menemukan bahwa baik guru 1 maupun guru 2 menunjukkan perhatian yang menyeluruh kepada siswanya. Guru memberi kesempatan yang sama kepada siswa dalam menjawab atau menyampaikan gagasannya, bahkan ketika beberapa siswa mendominasi, guru memberi kesempatan kepada yang belum berpartisipasi. Guru memanggil siswa dengan nama mereka masingmasing, memberikan penguatan terhadap jawaban yang benar, memberikan apresiasi terhadap jawaban yang belum benar dan memberikan peringatan terhadap siswa yang mulai menyimpang dari proses belajar. Disamping itu ada hal yang menarik dalam menghidupkan kelas, yaitu bernyanyi dan meneriakkan yel-yel (guru 2). Guru mengajak siswa bernyanyi tentang topic yang mereka pelajari diawal dan akhir pelajaran (an Old Mack Donald had a farm), meneriakkan chanting; double this double that sambil berdiri berpasangan dan meneriakkan yel-yel “We are ready miss, yes-yes Allahu Akbar. Suasana yang bervariatif tersebut tentu sangat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam menunjukkan karakter positif yang diharapkan. 22 | P a g e 3. Pembinaan karakter di luar Kelas Karakter dikembangkan melalui sinergis antar mata pelajaran, pembinaan kesiswaan dan segenap proses manajerial sekolah. Semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap tumbuh kembangnya sembilan karakter sebagaimana tertera dalam kurikulum 2013. Dalam rangka menguatkan nilai karakter yang ada didalam kelas, pihak sekolah sudah menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan terpeliharanya nilai-nilai karakter tersebut. Diasrama, mereka berlatih untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugas individual dan bekerja dalam kelompok yang berkaitan dengan asrama pada umumnya dan berkaitan dengan bahasa Inggris pada khususnya. Mereka juga mendapatkan penguatan dengan banner yang berisi kosa kata yang berkaitan dengan tema keasramaan. Di kantin, mereka juga mendapatkan penguatan untuk mengaplikasikan nilai karakter seperti jujur, santun dan bertanggung jawab serta mendapatkan penguatan sejumlah kosa kata yang berkaitan dengan kantin. Di kantor mereka juga berlatih mengaplikasikan sikap santun, peduli, jujur dan bertanggung jawab dalam berurusan dengan guru atau staf tata usaha. Terdapat kosakata bahasa Inggris yang bisa menjadi referensi mereka dalam berkomunikasi di kantor. Di masjid dan mushala, mereka ditempa untuk senantiasa menunjukkan sikap religiusitas dengan bersyukur dan bersemangat dalam belajar, termasuk belajar bahasa Inggris. Pendeknya semua tempat, semua kesempatan dan semua orang berpartisipasi dalam penumbuhkembangan dan pemeliharaan 9 karakter yang hendak diwujudkan pada siswa tingkat SMP tersebut. B. Pembahasan Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa nilai karakter yang ingin dikembangkan di SMPIT Insan Cendikia sejalan dengan karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 Kemendikbud, yaitu perilaku religius, santun, peduli, jujur, displin, percaya diri, bertanggung jawab, kerjasama dan cinta damai. Namun dalam implemetasi di kelas maupun, terdapat penekanan 23 | P a g e terhadap beberapa karakter saja yang secara bertahap keseluruhan karakter tersebut akan dicapai sepanjang proses belajar di tingkat pendidikan tersebut. Penelitian ini juga mengungkapkan berbagai cara bagaimana guru mencoba melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris berbasis pada karakter. Cara tersebut dimulai dari perencanaan guru dalam memilih dan mengembangkan materi ajar, menentukan langkah pembelajaran, memilih media untuk mengajar serta dalam pengelolaan kelas yang memberikan kesempatan yang sama dan hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa, dan dengan sesama siswa. Mengingat masing-masing guru memiliki keunikan tersendiri, penelitian ini juga menunjukkan ada guru yang dalam menunjukkan keunggulan diberbagai aspek dan guru lain lebih menonjol diaspek yang lain. Penelitian ini juga menunjukkan langkah pengkondisian dan partisipatif dari berbagai pihak dan berbagai tempat di sekolah tersebut. Langkah pengkondisian dan penguatan karakter tersebut terjadi diasrama oleh wali kamar dan segenap penghuni asrama, di kantor oleh guru dan tata usaha, di kantin oleh penjaga kantin dan siswa yang bersangkutan bahkan juga dilapangan saat siswa bermain dan berolah raga. Melihat apa dan bagaimana karakter disemai dan dikembangkan disekolah tersebut hal itu sejalan dengan panduan pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan SMP/MTs (2011), bahwa dalam pelaksanaan pendidikan karakter perlu melibatkan berbagai pihak baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Pendidikan karakter juga melibatkan semua mata pelajaran yang saling bersinergi dalam menumbuh-kembangkan karakter yang harus dikuasai oleh siswa SMP. 24 | P a g e BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini sampai pada suatu kesimpulan bahwa: 1. Karakter yang ingin dikembangkan di SMPIT Insan Cendikia Payakumbuh dalam pembelajaran bahasa Inggris sejalan dengan karakter yang terdapat pada kurikulum 2013. 2. Dalam implementasi pembelajaran bahasa Inggris berbasis karakter, terdapat penekanan terhadap beberapa tertentu yang secara bertahap akan berlaku terhadap karakter-karakter lain. 3. Dalam mengimplementasikan pembelajaran bahasa Inggris berbasis karakter, guru mewujudkannya mulai dari tahap perencanaan dalam bentuk pemilihan materi, penentuan media dan penggunaan strategi mengajar. Guru juga memperhatikan implementasi karakter tersebut dalam langkah pembelajaran dan dalam mengelola kelas dengan semangat kesetaraan dan keakraban. 4. Semua pihak terlibat dalam proses penumbuh-kembangan karakter baik yang di asrama, di kantor, di kantin, di mushala/masjid dan di lapangan. B. Rekomendasi Penelitian ini mengungkapkan bahwa guru sudah menampilkan yang terbaik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris berbasis karakter. Namun ada aspek yang menurut pengamatan peneliti belum terlihat, yaitu aspek evaluasi terhadap sejumlah karakter yang menjadi titik tekannya. Ada baiknya guru mengalokasikan waktu untuk melakukan penilaian dan pengamatan sepanjang pelajaran terhadap nilai yang mau diamati. Penelitian ini juga memberi ruang kepada peneliti lain untuk mengakaji aspek lain yang belum dibahas dalam topik ini seperti pada karakter lain yang belum jadi titik tekan atau aspek evaluasi dari topik ini. 25 | P a g e Daftar Pustaka Alwan Khoiri, ‘Tantangan Integrasi ilmu dan Agama di Perguruan Tinggi Islam’ paper dalam seminar Integration of Theology and General Scince” Di Auditorium STAIN Batusangkar , 06 s/d 07 Desember 2012 Amin Abdullah, ‘Membangun Tradisi Akademik Di PTA: Integrasi-Interkoneksi Keilmuan revisited atau reinforced ? disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) Integrasi-Interkoneksi (Paradigma Keilmuan Uin Sunan Kalijaga) Hotel Galuh, Prambanan, 25 Juni 2012 Brown, H.D, ‘English Language Teaching in the Post Method Era: Toward Better Dagnosis, Treatment and Assessment’, dalam Methodology in Language Teaching; An Anthology of Current Practice oleh Richard, J.C dan Renandya, W.A editor, New York: Cambridge University Press, 2002 Burns, R.B, Introduction to Research Methods, Melbourne, Longman Australia Pty Ltd, 1994 Darmiyati Zuchdi. 2009. Pendidikan karakter. Yogyakarta: UNY Press Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2004 Gay, L.R dan Airasian, P, Educational Research; Competencies for Analysis dan Application, New Jersey, Prentice Hall, Inc, 2000 Harmer,J, How to Teach English, Essex: Person Education Limited, 2007 Hasan Zaini, ‘Perspektif al-Qur’an tentang Integrasi Ilmu Agama dan Sains’, paper dalam seminar Integration of Theology and General Scince” Di Auditorium STAIN Batusangkar , 06 s/d 07 Desember 2012 Kemendikbud, Kurikulum 2013, Jakarta, Kemendikbud, 2013 Kemendikbud, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter SMP, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2011 Kemendikbud, Kompetensi Dasar SMP/Madrasah Tsanawiyah, Jakarta, Kemendikbud, 2013 26 | P a g e Lexi J.Moleong, Metodology Penelitian Kualitatif, edidi revisi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2010 Richards, J.C, Theories of Teaching in Language Teaching dalam Methodology in Language Teaching; An Anthology of Current Practice oleh Richard, J.C dan Renandya, W.A editor, New York: Cambridge University Press, 2002 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitati; Dasar-Dasar, Jakarta: PT Indeks, 2012 Silberman, M, Active Learning; 101 Strategies to Teach Any Subject, Massachusetts: Allyn and Bacon, 1996 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakata: Rineka Cipta, 2009 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013 27 | P a g e