8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Bawal Air Tawar

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan ikan yang
bernilai ekonomis tinggi dan dikenal cukup luas oleh masyarakat Indonesia. Ikan
bawal air tawar banyak digemari oleh masyarakat karena rasa dagingnya yang
enak dan gurih. Ikan bawal air tawar berasal dari Negara Brazil. Ikan bawal air
tawar pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1980 (Susanto, 2008). Ikan bawal
termasuk ikan pemakan tumbuhan maupun hewan (omnivora) yang memiliki sifat
rakus terhadap pakan.
Habitat asli ikan bawal air tawar hidup di perairan tawar, seperti danau,
waduk, sungai, rawa, serta dapat hidup dan berkembang biak di air payau. Selain
itu, ikan bawal air tawar mempunyai toleransi yang besar terhadap lingkungan
yang kurang baik dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Menurut Husen
(1985) dalam Sukmaningrum (2009), derajat kelangsungan hidup ikan dapat
dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu kelangsungan hidup di atas 50% tergolong
baik, kelangsungan hidup antara 30-50% tergolong sedang, dan di bawah 30%
tergolong kurang baik.
Ikan bawal air tawar termasuk ikan budidaya dan juga ikan konsumsi.
Selain itu, ikan bawal air tawar dapat dijadikan sebagai sumber protein, vitamin,
dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia. Ikan bawal air tawar
8
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
9
mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan ikan
lainnya.
2.1.1. Klasifikasi Ikan Bawal Air Tawar
Menurut Saanin (1968) klasifikasi ikan bawal air tawar sebagai berikut:
Phylum
: Chordata
Classis
: Actinopterygii
Ordo
: Characiformes
Familia
: Charasidae
Genus
: Colossoma
Spesies
: Colossoma macropomum
2.1.2. Morfologi dan Anatomi Ikan Bawal Air Tawar
Ikan bawal air tawar mempunyai bentuk badan agak bulat pipih dan
ukuran sisiknya kecil-kecil. Bentuk kepalanya membulat dengan lubang hidung
agak besar. Sirip dadanya terletak di bawah tutup insang, sedangkan sirip perut
dan sirip duburnya terpisah. Bagian ujung siripnya berwarna kuning sampai
merah, lalu punggungnya berwarna abu-abu tua. Bagian perut berwarna putih
abu-abu dan merah (Khairuman & Amri, 2008).
Ikan bawal mempunyai bentuk tubuh membulat dengan perbandingan
antara panjang dan tinggi 2 : 1. Tubuh apabila di potong vertikal bawah memiliki
bentuk tubuh pipih (compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar
tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh bawal air tawar menandakan gerakan bawal tidak cepat
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
10
tetapi lambat. Sisik ikan bawal berukuran kecil berbentuk ctenoid berwarna perak
dan pada kedua sisi tubuhnya terdapat bercak hitam. Sisik pada linea lateralis
berjumlah 78-84 buah. Warna tubuh bagian atas kuning kehijauan, abu-abu tua
atau abu-abu gelap, dan bagian bawah berwarna putih. Pada bawal dewasa bagian
tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor barwarna merah. Hal
inilah yang menjadi ciri khusus bawal, sehingga di Amerika dan Inggris dikenal
sebagai red bally pacu karena warna perutnya berwarna kemerahan.
Dibandingkan dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut
terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan
lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki
gigi seri yang tajam. Bawal memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip
dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan
sebuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lunak.
Berbeda dengan sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip ini pada
bawal air tawar agak ke belakang. Sirip dada dan sirip anus kecil dengan jari-jari
lunak. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lunak, tetapi berbentuk cagak
(Kordi,2010).
2.2. Penyakit pada Ikan
Penyakit didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyebabkan
gangguan struktur dan fungsi fisiologis, baik langsung atau bertahap (Handjani &
Samsundari, 2005). Penyakit merupakan gangguan terhadap kesehatan ikan yang
disebabkan beberapa hal tertentu. Serangan penyakit mengakibatkan rusaknya
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
11
organ, sehingga dapat menimbulkan kematian akut. Serangan penyakit
disebabkan terganggunya interaksi antara tiga komponen yaitu ikan, kondisi
lingkungan, dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak terkontrol antar tiga
komponen tersebut sering menyebabkan gejala-gejala yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan ikan (Bachtiar, 2002).
Secara garis besar, penyakit yang dapat menyerang ikan dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.
Penyakit infeksi didefinisikan sebagai penyakit yang ditimbulkan oleh adanya
aktifitas organisme patogen seperti virus dan bakteri. Selain itu, jamur, protozoa,
dan cacing, serta crustaceae juga menjadi penyebabnya. Penyakit non infeksi
disebabkan oleh selain mikroorganisme, diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti
lingkungan dan pakan (Afrianto & Liviawaty, 1992).
Salah satu penyebab gangguan kesehatan ikan dikarenakan oleh adanya
aktifitas mikroorganisme parasit. Serangan parasit menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan munculnya infeksi. Infeksi tersebut dilanjutkan oleh organism
patogen yang lebih berbahaya. Infeksi parasit menyebabkan kematian meskipun
tidak secara langsung. Akan tetapi, tingkat infeksi parasit yang tinggi
menyebabkan kematian akut (Scholz, 1999). Tingginya tingkat infeksi yang
disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan kematian akut tanpa menunjukan
gejala terlebih dahulu (Somerville, 1998 dalam Bhakti, 2011).
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
12
2.2.1 Parasit yang Menyerang Ikan
Parasit dapat didefinisikan sebagai organisme yang hidup di bagian
permukaan luar dan dalam tubuh organisme, mendapatkan keuntungan dari inang
yang ditempatinya (Yuliartati, 2011). Parasit yang tumbuh pada organisme lain
akan merugikan organisme itu sendiri. Organisme akan mengalami hambatan
pertumbuhan dan bahkan akan mengalami kematian.
Menurut Akbar (2011), parasit adalah organisme yang hidup pada
organisme dan menyebabkan efek serius pada organisme yang ditempatinya. Efek
yang ditimbulkan bisa efek jangka pendek maupun jangka panjang yang
menyebabkan organisme yang ditempatinya akan mati.
Sementara itu, menurut Kordi (2004), parasit adalah hewan atau tumbuhan
yang hidup di dalam atau pada tubuh organisme lain (berbeda jenis) sehingga
memperoleh makanan dari inangnya tanpa ada kompensasi apapun. Jadi, parasit
itu adalah organisme yang hidup atas jerih payah organisme lain tanpa memberi
imbalan apapun untuk inangnya.
Berdasarkan habitatnya parasit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup di bagian
permukaan tubuh dan mendapatkan makanan dengan mengirimkan hausetorium
masuk ke dalam tubuh sel-sel inang, sedangkan endoparasit yaitu parasit yang
terdapat pada organ-organ dalam (Anshary, 2008).
Salah satu organisme yang dapat terserang parasit adalah ikan. Parasit
yang menyerang ikan baik dari air laut maupun air tawar biasanya dari cacing,
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
13
meliputi Dactylogyrus, Diplectanum, Gyrodactylus, dan Clinostomum.Selain itu,
dari protozoa adalah Trichodina dan Cepopoda (Studivianto et al., 2007).
Kordi (2004) mengemukakan bahwa parasit yang dikenal menyerang ikan
budidaya antara lain : Protozoa dan Metazoa.
1. Protozoa
Protozoa adalah hewan yang berbentuk satu sel dengan sel membran sel.
Pembelahannya dilakukan secara aseksual. Gerakannya bisa terlihat pasif
(melekat pada inang), aktif (tanpa organela, tetapi dengan kontraktil fibrila dan
aktif dengan kaki atau pseudopodia, flagel, dan silia (Kordi, 2004).
Protozoa merupakan hewan yang paling kecil, banyak yang berupa parasit
ikan, tetapi biasanya parasit dan inangnya dapat hidup selaras. Hanya protozoa
yang jumlahnya besar yang mampu merusak populasi ikan. Ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan, seperti pH air, suhu, salinitas dan sebagainya. Beberapa
jenis protozoa hanya menyerang organ-organ internal (ginjal, hati dan usus)
(Kordi, 2004).
2. Metazoa
Metazoa adalah hewan bersel banyak dengan berbagai struktur internal
seperti saluran pencernaan, gonad, dan organ yang melekat. Bentuk parasit ini
bergantung pada tahapnya dalam siklus hidup (dewasa atau larva). Pada semua
metazoa yang bersifat parasit, terdapat siklus hidup seksual tetapi pembelahan
vegetatif pada satu tahap larva dapat ditemukan pada banyak spesies (Trematoda)
(Kordi, 2004).
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
14
Ciri-ciri metazoa adalah adanya organ untuk melekat atau menempel
(pengisap, pengait). Organ ini merusak jaringan tubuh ikan. Jaringan yang rusak
bisa menjadi “pintu masuk” bagi infeksi virus dan bakteri, bahkan metazoa dapat
menyebarkan virus dan bakteri (Kordi, 2004).
Sementara itu, menurut Afrianto & Liviawaty (1992), serangan organisme
parasit terhadap ikan peliharaan dapat disebabkan karena organisme parasit sudah
ada di kolam tersebut atau secara tidak sengaja telah didatangkan dari daerah lain.
Dalam kondisi kolam yang baik, organisme parasit yang ada di kolam maupun di
tubuh ikan mampu menyebabkan timbulnya penyakit. Akan tetapi jika lingkungan
kolam menjadi buruk, daya tahan ikan cenderung menurun dan perkembangan
organisme penyakit seringkali menjadi lebih baik. Dengan demikian, tidaklah
mengherankan apabila pada kolam ikan yang kurang terawat sering terjadi wabah
penyakit, sebab pada kolam semacam itu, kondisi tubuh ikan menjadi lemah
sehingga tidak akan mampu menahan serangan organisme parasit.
2.2.2 Ektoparasit Protozoa
Salah satu jenis penyakit ikan adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi ektoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada bagian luar
tubuh ikan atau di bagian yang masih mendapat udara dari luar. Ektoparasit
menyerang kulit, sirip, dan insang ikan (Trimariani, 1994).
Gangguan ektoparasit sering menyebabkan infeksi, secara tidak langsung
dapat membunuh ikan. Meskipun infeksi ektoparasit tidak menyebabkan kerugian
yang berarti, tetapi sering mengakibatkan munculnya mikroorganisme patogen
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
15
yang lebih berbahaya, seperti virus dan bakteri. Kerugian yang disebabkan oleh
infeksi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian yang diakibatkan oleh virus
dan bakteri. Namun, infeksi ektoparasit menjadi faktor predisposisi bagi infeksi
organisme patogen yang lebih berbahaya. Akibat infeksi ektoparasit secara non
lethal adalah rusaknya organ tubuh bagian luar. Infeksi ektoparasit dapat
menyebabkan stress, pertumbuhan menjadi lambat, sehingga dapat menurunkan
nilai jual (Handayani et al., 2004). Serangan ektoparasit menyebabkan aktifitas
dan tingkah laku ikan aneh, sehingga terjadi peningkatan sensifitas stressor
terhadap ikan (Purbomartono et al., 2003).
Infeksi ektoparasit yang tinggi dapat menyebabkan kematian secara masal.
Kematian akut yang diakibatkan karena tingginya tingkat infeksi ektoparasit
menjadi masalah yang serius, yaitu mortalitas tanpa menunjukkan gejala terlebih
dahulu (Sommerville, 1998 dalam Budhi & Syakuri, 2008). Mortalitas yang
tinggi, dapat terjadi akibat infeksi ektoparasit, sehingga mendorong usaha untuk
dilakukannya pengendalian infeksi ektoparasit (Budhi & Syakuri, 2008).
Protozoa adalah mikroorganisme uniseluler, memiliki struktur komplek
sebagai alat pergerakan, pelekatan, dan perlindungan. Banyak jenis protozoa
belum teridentifikasi, memiliki bentuk menyerupai bulan sabit, berinti satu, dan
flagel yang tidak jelas. Berdasarkan taksonominya ada beberapa phylum yang
dapat menyerang ikan, di antarnya pylum Amoebabozoa, Dinoflagellata, dan
Parabasalia. Selain itu, juga ditemukan pylum Euglenozoa, Cilliaphora,
Apichomplexa, Mikrospora, dan pylum Myxozoa yang menyerang ikan (Safety,
2008).
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
16
Ektoparasit protozoa pada umumnya menyerang organ luar ikan seperti
insang, sirip, dan bagian permukaan. Tingkat infeksi ektoparasit tertinggi yaitu
dari protozoa, umumnya menyerang insang dan bagian permukaan (Purbomartono
et al., 2003). Protozoa dapat menimbulkan penyakit yang menyebabkan
mortalitas tinggi, sehingga berdampak pada kerugian ekonomi, baik dalam
budidaya air tawar maupun laut. Jenis-jenis ektoparasit protozoa pada tubuh ikan
bawal, meliputi Trichodina sp., Ichtyophthirius multifiliis, Chilodonella sp.,
Epistylis sp., dan Vorticella sp. (Purbomartono et al., 2003).
1. Trichodina sp.
Trichodina sp. termasuk ke dalam golongan Phylum Ciliphora, Order
Peritrichida, Suborder Mobilina, Family Trichodinidae, Genus Trichodina
(Kabata, 1985). Menurut Afrianto & Liviawaty (1992) Trichodina sp. dan
Cyclochaeta merupakan spesies yang sama, sebab bentuknya tidak berbeda.
Trichodina sp. dapat menimbulkan penyakit gatal terutama pada ikan yang sedang
diberok. Bagian tubuh ikan yang diserang terutapa kulit, sirip dan insang.
Ikan yang terserang Trichodina sp. tampak memiliki bintik-bintik putih
terutama di kepala dan punggung. Nafsu makannya hilang hingga ikan menjadi
kurus dan gerakannya melemah. Produksi lendir bertambah banyak sehingga
tubuh ikan tampak mengkilat. Pada tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan
(Afrianto & Liviawaty, 1992). Bentuk Trichodina sp. jika dilihat dengan
mikroskop berbentuk lingkaran transparan dengan sejumlah silia yang menempel
di sekeliling lingkaran. Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran pelekat
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
17
(adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ke tubuh ikan atau benda lainnya
(Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Parasit Jenis Trichodina sp.(www.fishparasite.fs.a.u/Trichodina)
2.
Ichtyophthirius multifiliis
Ichtyophthirius multifiliis termasuk dalam Phylum Ciliphora, Order
Peritrichida, Suborder Sessilina, Family Vorticellidae, Genus Vorticella L
(Kabata, 1985). I. multifiliis termasuk salah satu anggota protozoa yang sering
menimbulkan penyakit pada ikan, baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Protozoa
ini mempunyai ukuran kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Pada tubuh ikan yang terserang I. multifiliis akan berbentuk bintik-bintik putih
berdiameter 0,5 – 1 mm sehingga penyakit ini sering disebut white spot. Bintik
putih ini sebenarnya merupakan koloni dari puluhan hingga ratusan I. multifiliis
(Afrianto& Liviawaty, 1992).
Serangan I. multifiliis umumnya terjadi pada musim hujan (20-240 C),
sedangkan pada musim kemarau serangannya bersifat sparodis. Bagian tubuh
yang paling disukai adalah bagian eksternal, terutama lapisan lendir kulit, sirip
dan insang ikan. Jika sudah menyerang insang, protozoa ini akan merusak fungsi
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
18
insang sehingga proses pertukaran gas (gas oksigen, karbondioksida dan amonia)
menjadi terhambat (Afrianto & Liviawaty, 1992). Kondisi ini akan memperburuk
pertumbuhan ikan.
Ikan yang terserang penyakit ini biasanya menjadi malas berenang dan
cenderung mengapung di permukaan air. Terlihat adanya bintik putih di bagian
sirip, tutup insang dan ekor. Ikan sering terlihat menggosok-gosokkan tubuhnya
ke dasar kolam atau benda keras yang ada di kolam.Parasit jenis I. multifiliis
dapat dilihat pada (gambar 2.2)
Gambar 2.2 Parasit Jenis Ichtyophthirius multifiliis (Sumiati, 2010)
3. Chilodonella sp.
Chilodonella sp. termasuk dalam Pylum Ciliphora, Order Peritrichida,
Suborder Mobilina, family Chlamydodontidae, genus Chilodonella (Kabata,
1985). Chilodonella sp. Merupakan parasit yang banyak ditemukan di Filipina,
Malaysia, Indonesia dan Thailand. Chilodonella sp. Banyak menyerang kulit,
sirip dan insang. Tidak semua Chilodonella sp. merupakan parasit. Pada jenis C.
Hexasticha tidak dapat hidup lebih dari 12-24 jam (Kabata, 1985).
Ikan yang terinfeksi Chilodonella sp. yang semula memiliki gerakan yang
agresif menjadi lemah dan kurang responsif. Sirip ikan menjadi rusak dan pada
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
19
akhirnya Chilodonella sp. menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terganggu
(Kabata, 1985).
4. Epistylis sp.
Epistylis sp. termasuk dalam Phylum Ciliphora, Order Peritrichida,
Suborder Sessilina, Family Epistylidae, Genus Epistylis (Kabata, 1985). Epistylis
sp. mirip anggota pada genus Carchesium. Bentuk mereka relatife pendek dan
menyerupai sosis. Karakteristik utama yang membedakannya adalah tangkai nonkontraktil. Sel sendiri mampu kontraksi dan penarikan perostomekesel (Kabata,
1985).
Epistylis sp. umumnya terdapat di wilayah Asia Tenggara karena sebagian
spesimen yang diperiksa dalam kondisi tetap, ketika perbedaan yang paling
penting antara Epistylis dan misalnya, Carchesium (ada atau tidak adanya
kontraktilitas) tidak mudah ditentukan dan akurasi laporan tentang spesies ini
masih dipertanyakan (Kabata, 1985).
5. Vorticella sp.
Vorticella sp. termasuk dalam Phylum Ciliphora, Order Peritrichida,
Suborder Sessilina, Family Vorticellidae, Genus Vorticella L (Kabata, 1985).
Vorticella sp. merupakan genus yang memiliki spesies terbesar yang hidup
sendiri. Sel ini memiliki bentuk seperti lonceng terbalik. Vorticella sp. dewasa
hidup di air tawar dan laut dengan menempel pada benda yang terendam, tanaman
maupun hewan air.
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
20
6. Myxobolus sp.
Myxobolus sp. termasuk dalam Phylum Myxozoa, Suborder Platysporina,
Family Myxobolidae, Genus Mycobulus (Kabata, 1985). Myxobolus sp. biasa
ditemukan di perairan Indonesia, Filipina dan Thailand. Berdasarkan laporan
penelitian di laboratorium IPB (1978) dua spesies ditemukan dan diperkenalkan
di Indonesia dari ikan yang diekspor selama beberapa kurun waktu. Salah satu
dari spesies ini menyerang sirip dan insang pada udang di perairan Jawa. Selain
itu, Myxobolus sp. mengakibatkan pembengkakan pada ikan dan menyebabkan
kerugian bagi petani. Myxobalus sp. diketahui menginfeksi ikan berdasarkan
eksperimen yang dilakukan di laboratorium IPB tahun 1978.
Organisme ini merupakan penyebab penyakit myxoxporeasis. Ciri-ciri
ikan yang terserang parasit jenis ini adalah timbulnya bintil berwarna kemerahmerahan. Bintil ini sebenarnya merupakan kumpulan dari ribuan spora dan sering
menyebabkan tutup insang ikan selalu terbuka (Afrianto & Liviawaty, 1992).
2.3. Pengendalian Ektoparasit Protozoa
Kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan penyebaran ektoparasit
protozoa salah satunya adalah melakukan pencegahan, konsep ini biasanya
dikenal dengan istilah biosecurity. Biosecurity adalah serangakaian usaha
mencegah atau mengurangi peluang masuknya penyakit ke dalam suatu system
budidaya. Konsep bisecurity terdiri dua aspek, yaitu isolasi dan desinfeksi
(Priyanto & Sunarto, 2004).
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
21
Kegiatan isolasi dan desinfeksi dapat memberikan informasi tentang
karakteristik patogen yang diperlukan dalam menentukan desinfektan yang tepat
(Budhi & Syakuri, 2008). Upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah serangan
ektoparasit adalah pencegahan ikan yang terinfeksi, selanjutnya, dilakuakan usaha
dekontaminasi berkesinambungan terhadap kolam pemeliharaan, maupun alat
yang digunakan (Afrianto & Liviawaty, 1992).
Infeksi ektoparasit tidak lepas dari tiga faktor, yaitu lingkungan, ikan,
organisme parasit itu sendiri, sehingga pengendalian ektoparasit dapat dilakukan
berdasarkan analisis ketiga faktor tersebut. Oleh karena itu, pengendalian dapat
dilakukan dengan pembasmian ektoparasit, memperbaiki menajemen kualitas
lingkungan, dan meningkatkan ketahanan ikan. Pengendalian ektoparasit dapat
digunakan bahan kimia. Akan tetapi, harus diketahui terlebuh dahulu jenis
ektoparasit yang menginfeksi (Plumb, 1992 dalam Murti 2009).
Zonnelevd et al (1991) dalam Kordi, 2004), pencegahan penyakit infeksi
dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara yaitu : 1) menghindari sentuhan antara
ikan dengan patogen, 2) menurunkan tingkat infeksi dengan memeprkecil jumlah
patogen di dalam lingkungan, 3) mempertinggi daya tahan ikan dengan pemberian
makanan optimum (secara kuantitatif maupun kualitatif) dan 4) imunisasi.
2.4. Kualitas Air
Air merupakan media yang digunakan dalam budidaya ikan, maka air
sangat berpengaruh terhadap munculnya ektoparasit. Munculnya ektoparasit
tersebut
berpengaruh
terhadap
kelangsungan
hidup
ikan
bawal.
Agar
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
22
kelangsungan hidup ikan mencapai optimal, maka kondisi kualitas air harus tetap
terjaga (Yuliartati, 2011). Oleh karena itu, kualitas air perlu diperhatikan dalam
usaha budidaya ikan bawal.
Kualitas dapat diartikan sebagai komponen fisika, kimia, dan biologi.
Komponen tersebut harus terkandung didalamnya. Oleh karena itu, kualitas air
perlu dikendalikan dalam usaha budidaya ikan bawal (Murti, 2009). Parameter
fisika, kimia yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan antar lain suhu, oksigen,
karbondioksida, derajat keasaman (pH) (Weattherlay, 1995 dalam Murti, 2009).
Agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mencapai optimal, maka perlu
memperhatikan beberapa faktor lingkungan, antar lain suhu, derajat keasaman
(pH), tingkat kecerahan, dan oksigen terlarut (DO) (Effendie, 2003).
2.4.1. Suhu
Ikan termasuk hewan poikilotermal. Maksudnya suhu lingkungan sangat
berpengaruh terhadap metabolisme dan sistem imun. Apabila suhu air mengalami
penurunan, maka dapat menyebabkan DO meningkat, laju metabolisme menurun,
sehingga sistem imun terganggu. Selain itu, berpengaruh terhadap nafsu makan,
sehingga pertumbuhan ikan terhambat. Apabila suhu meningkat, maka suhu
tubuh, laju metabolisme, dan konsumsi oksigen meningkat. Konsumsi oksigen
meningkat mengakibatkan oksigen terlarut berkurang, toksisitas perairan dari
senyawa kimia meningkat, jumlah patogen meningkat, akibatnya ikan mudah
terinfeksi penyakit sehingga dapat menimbulkan kematian (Murti, 2011).
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
23
Suhu air dipengaruhi oleh musim, garis lintang, waktu harian, dan
sirkulasi udara. Selain itu, kedalaman air juga berpengaruh terhadap suhu
(Effendi, 2006). Suhu adalah variable lingkungan untuk organisme aquatik. Oleh
karena itu, suhu dapat mempengaruhi aktifitas makan, reproduksi ikan, dan
metabolisme (Susanto, 2009). Kisaran suhu optimal untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan adalah 25-32oC (Daelami, 2001). Demikian halnya
Kordi (2010) yang menyatakan bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan ikan
bawal berkisar antara 25-300C.
2.4.2. Derajat Keasaman (pH)
Keasaman pH diartikan sebagai logaritma negatif aktifitas ion hidrogen
(Murti, 2009). pH sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, sehungga dapat
digunakan sebagai parameter baik buruknya perairan. Kadar pH dalam perairan
juga berhubungan dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi pH,
maka semakin tinggi pula alkalinitas dan semakin rendah karbondioksida bebas.
Selain itu, pH berpengaruh terhadap toksisitas suatu senyawa kimia yang dapat
menyebabkan kematian masal pada ikan. Apabila pH dalam suatu perairan rendah
menyebabkan penurunan tingkat produksi lendir. Sedangkan apabila pH tinggi,
menyebabkan ikan stress (Effendie, 2006).
Pada umumnya pH dalam perairan normal berkisar antara 6.9-9 (Boyd,
1982 dalam Murti, 2009). Biota aquatik sensitife terhadap perubahan pH.
Umumnya biota aquatik menyukai pH sekitar 7-8.5, sedangkan pH ideal untuk
budidaya ikan bawal berkisar antara 6,5-8,5 (Kordi, 2010).
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
24
Afrianto dan Liviawaty (1992) menjelaskan bahwa pada kolam budidaya,
fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses respirasi karena gas karbondioksida
yang dihasilkannya. Pada kolam yang banyak dijumpai alga atau tumbuhan
lainnya, pH air pada pagi hari biasanya mencapai angka kurang dari 6,5
sedangkan pada sore hari dapat mencapai 8-9. Pada kolam dengan resirkulasi, air
cenderung menjadi asam karena proses nitrifikasi dari bahan organik akan
menghasilkan karbondioksida dan ion hidrogen. Untuk mengetahui sejauhmana
pengaruh derajat keasaman (pH) terhadap kondisi ikan, bisa dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pengaruh Derajat Keasaman Air (pH) di Kolam terhadap
Kehidupan Ikan Peliharaan
No.
Kisaran pH
Pengaruh terhadap Ikan
1
4-5
Tingkat keasaman yang mematikan dan tidak ada
reproduksi
2
4 – 6,5
Pertumbuhan lambat
3
6,5 – 9
Baik untuk produksi
4
>11
Tingkat alkalinitas mematikan
(Sumber : Afrianto dan Liviawati, 1992)
2.4.3. Kadar Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen merupakan faktor pembatas penting dalam budidaya ikan.
Konsentrasi minimum yang masih dapat diterima oleh sebagian besar spesies ikan
untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen
di bawah 4 ppm, ikan masih mampu bertahan hidup namun nafsu makannya
rendah atau tidak ada sama sekali sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat
(Afrianto & Liviawati, 1992).
Rendahnya oksigen terlarut (DO) dalam perairan dapat menyebabkan ikan
mengalami stress, sehingga sistem imun menurun, akibatnya ikan mudah
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
25
terserang patogen, seperti virus maupun bakteri (Murti, 2009). Kadar DO di
dalam perairan merupakan faktor yang penting terhadap metabolisme ikan (Kordi,
2004 dalam Bhakti, 2011). Kandungan DO di dalam suatu perairan normal sangat
baervariasi, tegantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer.
Apabila suhu mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, maka tekanan atmosfer dan
DO semakin kecil (Effendi, 2006).
Kadar DO dapat mengalami fluktuasi, sangat bergantung pada pergerakan
masa air, aktifitas fotosintesis, dan limbah (Murti, 2009). Apabila konsentrasi DO
rendah atau mencapai nol, maka ikan mudah mengalami stress, selanjutnya dapat
menyebabkan kematian akut (Afrianto & Liviawaty, 1992). Pada perairan normal
kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3-6 ppm (Kordi, 2010).
2.4.4. Kecerahan Air
Kecerahan air dapat diartikan sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam
air. Kecerahan dinyatakan dalam prosentase (%) dari panjang gelombang.
Kemampuan penetrasi cahaya dipengaruhi oleh kekeruhan. Faktor yang
menyebabkan kecerahan meliputi suspense di dalam air, warna, jasad renik, dan
kemelimpahan plankton. Kecerahan suatu perairan bergantung pada banyaknya
partikel organik seperti bakteri dan plankton. Populasi bakteri di dalam perairan
menjadi masalah yang serius terhadap organisme yang ada di dalamnya.
Kecerahan air kurang dari 25 cm, maka perlu sesering mungkin dilakukan
pergantian air. Tingkat kecerahan rendah dipengaruhi oleh kandungan partikel
organik di dalam perairan (ITB, 2009 dalam Riyanto, 2013).
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA …, SEFTIANA RAHAYU, Farmasi, 2015
Download