ANALISIS VARIASI GENETIK POPULASI

advertisement
ANALISIS VARIASI GENETIK POPULASI TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis) SUMBER EKSPLAN UNTUK
PERBANYAKAN IN VITRO BERDASARKAN RAPD
TATI HUSNIYATI
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
TATI HUSNIYATI. Analisis Variasi Genetik Populasi Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis) Sumber Eksplan untuk Perbanyakan in vitro Berdasarkan RAPD.
Dibimbing oleh EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH dan NURHAIMI
HARIS.
Informasi mengenai keragaman genetik sangat diperlukan untuk mendukung
program pemuliaan dan upaya konservasi. Penelitian mengenai variasi genetik
populasi tanaman karet (Hevea brasiliensis) dengan teknik RAPD (Randomly
Amplified Polymorphic DNA) telah dilakukan di Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia (BPBPI). Populasi yang diamati meliputi 57 genotipe
tanaman yang berasal dari 100 genotipe hasil seleksi semaian biji 3 klon tetua (GT
1, PB 260, dan RRIM 600). Penelitian ini menggunakan 7 primer yaitu OPA 02,
OPA 07, OPA 15, OPB 04, OPC 05, OPC 11, dan OPC 20. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa teknik RAPD dapat digunakan untuk menganalisis hubungan
kekerabatan antara 57 genotipe karet dengan 3 klon tetua. Sebagian besar genotipe
tanaman karet memiliki hubungan kekerabatan dengan klon PB260, begitu juga
dengan genotipe tanaman karet yang memiliki respon baik terhadap kultur in
vitro. Nilai koefisien kesamaan genetik yang diperoleh berkisar antara 62-96%.
Kesamaan genetik tertinggi (96%) ditemukan antara genotipe 70 dan genotipe 78.
Kata kunci: RAPD, tanaman karet, koefisien kesamaan genetik.
ABSTRACT
TATI HUSNIYATI. Analysis of Genetic Variation Rubber Plant Population
(Hevea brasiliensis) as Explants Resources of in vitro propagation by RAPD.
Under the direction of EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH and NURHAIMI
HARIS.
Information on genetic diversity is needed to support breeding and conservation
programs. Research on genetic variation in rubber plant population (Hevea
brasiliensis) with RAPD (Randomly Amplified Polymorphic DNA) technique has
been performed in the Biotechnology Research Institute of Plantation Indonesia
(BPBPI). The observed population include 57 of 100 genotypes that was resulted
from selection of 3 parental seed groups (GT 1, PB 260 and RRIM 600). This
study used 7 primers, OPA 02, OPA 07, OPA 15, OPB 04, OPC 05, OPC 11 and
OPC 20. The results of research showed that RAPD technique can be used to
analyze the relationship between 57 genotypes of rubber plants with 3 parental
seed. The most genotypes of rubber plant had closest relationship with PB 260
clone, that is similiar with genotypes showed a good response to in vitro culture.
Genetic similarity coefficient values were ranged from 62-96%. The highest
genetic similarity (96%) were found between genotype 70 and genotype 78.
Keywords: RAPD, rubber plant, genetic similarity coefficient.
ANALISIS VARIASI GENETIK POPULASI TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis) SUMBER EKSPLAN UNTUK
PERBANYAKAN IN VITRO BERDASARKAN RAPD
TATI HUSNIYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Analisis Variasi Genetik Populasi Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis) Sumber Eksplan untuk Perbanyakan in vitro
Berdasarkan RAPD
Nama
: Tati Husniyati
NIM
: G84080045
Disetujui
Komisi Pembimbing
Drs. Edy Djauhari PK, M.Si.
Ketua
Dr. Nurhaimi Haris, M.Si.
Anggota
Diketahui
Ketua Departemen Biokimia
Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc
NIP. 19630117 198903 1 000
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan pada Rasulullah SAW.
Penelitian ini berjudul Analisis Variasi Genetik Populasi Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis) Sumber Eksplan untuk Perbanyakan in vitro Berdasarkan RAPD.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa
Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), jalan
Taman Kencana no.1 dari bulan Februari sampai Mei 2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Drs. Edy Djauhari Purwakusumah,
M.Si. dan Dr. Nurhaimi Haris, M.Si. sebagai pembimbing. Terima kasih penulis
ucapkan juga kepada Ibu Nani, Teh Niyah, Mas Irfan, dan staf pegawai
Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika atas bantuannya selama
penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk Ibu, Bapak, Kang
Habib, Teh Ami, Kang Maman, Teh Siti, Kang Amir, Teh Iroh, Aa Wandi,
Zainal, dan Mas Aji yang slalu memberikan doa, kasih sayang dan motivasinya.
Terima kasih juga kepada Teman-Teman Biokimia 45, Ijah, Esti, Didit, Rena,
Peje, Udith, Riris, Ai, Tya, Rian, Keluarga 214, Keluarga Cendana 53, dan temanteman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat
bagi semua pihak.
Bogor, September 2012
Tati Husniyati
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putri bungsu dari Bapak M.Shaleh Syukur dan Ibu
Hasunah. Penulis dilahirkan di Serang-Banten pada tanggal 28 Januari 1990.
Pendidikan penulis dimulai dari SDN Krenceng 2 dan melanjutkan
pendidikan ke SMPN 2 Cilegon. Penulis lulus tahun 2008 dari SMAN 1 Cilegon
dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Departemen Biokimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Struktur dan Fungsi Biomolekul, Biokimia Umum, Struktur dan Fungsi
Subselular. Penulis pernah melakukan Praktik Lapangan (PL) di Laboratorium
Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia (BPBPI) Jalan Taman Kencana No.1, Bogor selama bulan
Juli - Agustus 2011 dengan judul Membandingkan hasil PCR (Polymerase Chain
Reaction) genotipe karet dengan empat primer acak.
Beberapa organisasi yang diikuti penulis selama perkuliahan yakni Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM G)
Departemen Sosial dan Lingkungan sebagai bendahara divisi tahun 2010-2011
dan Himpunan Profesi Mahasiswa Biokimia (CREBs) divisi Metabolisme sebagai
bendahara divisi tahun 2011-2012. Penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Taekwondo IPB dan pernah mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas)
antar perguruan tinggi pada tahun 2008. Penulis juga pernah mengikuti berbagai
kepanitiaan acara lingkungan dan kesehatan seperti Green Society dan I-Share,
TPB Cup tahun 2009, Gebyar Nusantara tahun 2009, Lomba Karya Ilmiah
Populer tahun 2009 dan 2010, Masa Pengenalan Departemen tahun 2010, Seminar
dan Biokimia Expo tahun 2010, IPB Art Contest tahun 2010, Seminar Kesehatan
Biokimia tahun 2011. Penulis juga pernah mengikuti seminar-seminar dan Basic
Training Emotional Spiritual Quotient (ESQ).
Penulis dalam bidang karya ilmiah pernah mendapat hibah dana bersaing
dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam Program Kreativitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) pada tahun 2011. Penulis juga terpilih
sebagai finalis dalam National Life Science Competition (NALCO) di Institut
Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2011.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) .........................................................
Microcutting ..............................................................................................
Isolasi DNA ..............................................................................................
Penanda molekuler ....................................................................................
Polymerase Chain Reaction (PCR) ..........................................................
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) ........................................
Elektroforesis gel agarosa .........................................................................
2
3
3
4
4
5
6
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan .........................................................................................
Metode ......................................................................................................
7
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil isolasi DNA tanaman karet ............................................................. 8
Amplikon DNA karet dengan 7 primer acak ............................................ 9
Filogenetik hasil amplifikasi DNA karet .................................................. 10
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................................................... 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Bagian tanaman karet ....................................................................................
2
2
Perkebunan karet ...........................................................................................
2
3
Tahapan reaksi PCR ....................................................................................
5
4
Elektroforegram uji kualitatif DNA pada beberapa genotipe karet ..............
8
5
Elektroforegram amplifikasi 60 DNA karet dengan primer OPC 05 .......... 10
6
Pohon filogenetik 57 genotipe karet dengan 3 klon tetua ............................ 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Tahapan penelitian ........................................................................................ 16
2
Tahapan isolasi DNA tanaman karet ............................................................ 17
3
Tahapan uji kualitatif DNA karet ................................................................. 18
4 Tahapan amplifikasi DNA karet .................................................................. 19
5
Hasil uji kuantitatif 60 DNA tanaman karet ................................................ 20
6 Matriks kesamaan genetik 57 genotipe karet dengan 3 klon tetua .............. 22
1
PENDAHULUAN
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan
tanaman perkebunan yang sangat penting dan
bernilai ekonomis tinggi bagi Indonesia. Karet
sebagai komoditi ekspor mampu memberikan
kontribusi dalam upaya peningkatan devisa
negara. Ekspor karet Indonesia selama 20
tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan
dari 1 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3
juta ton pada tahun 1995 dan meningkat lagi
menjadi 1.9 juta ton pada tahun 2004.
Pendapatan devisa dari komoditi ini pada
tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang
merupakan 5% dari pendapatan devisa
nonmigas (Anwar 2006a). Pendapatan
tersebut meningkat menjadi US$ 6 milyar
pada tahun 2009 (Ditjenbun 2008). Luas
perkebunan karet Indonesia pada tahun 2007
mencapai 3.4 juta hektar (ha) dengan produksi
mencapai 2.76 juta ton. Dari luasan tersebut,
perkebunan karet terdiri atas perkebunan karet
milik rakyat sebanyak 85%, perkebunan besar
milik negara sebanyak 7%, dan perkebunan
besar milik swasta sebanyak 8% (Anwar
2006b). Bahan tanam karet yang digunakan di
perkebunan adalah klon penghasil lateks kayu
seperti BPM 1, PB 260, PB 330, RRIC 100,
IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR
18 (Siagian 2006).
Penyediaan bibit tanaman karet yang
paling umum dilakukan di perkebunan karet
adalah dengan cara okulasi. Okulasi
merupakan metode perbanyakan tanaman
hasil kombinasi dari metode vegetatif dan
generatif.
Metode
ini
membutuhkan
ketersediaan batang bawah dan batang atas
tanaman. Batang bawah berasal dari biji
sedangkan batang atas adalah klon hasil
seleksi yang ditanam di kebun kayu okulasi
(Nasution 1995). Proses okulasi dilakukan
dengan menempelkan mata dari kayu okulasi
ke tanaman batang bawah sehingga diperoleh
bahan tanam yang disebut stum okulasi mata
tidur (Siagian 2006).
Penggunaan batang bawah asal biji
memiliki keterbatasan. Misalnya biji yang
digunakan tidak tahan kekeringan (biji
rekalsitran) sehingga tidak tahan lama,
ketersediaan biji terbatas karena musim biji
hanya sekali dalam setahun, dan klon yang
bijinya direkomendasikan untuk batang bawah
terbatas. Selain itu, biji yang dihasilkan
tanaman semakin berkurang karena tanaman
dieksploitasi untuk produksi lateks yang
tinggi.
Kendala-kendala
tersebut
mengakibatkan ketersediaan biji karet sebagai
batang bawah tidak mencukupi.
Sejak tahun 2006, Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI)
melakukan penelitian yang intensif untuk
mengatasi kelangkaan sumber batang bawah
(Nurhaimi-Haris et al. 2009). Teknik yang
digunakan adalah microcutting, yaitu suatu
teknik perbanyakan tanaman yang didasarkan
pada teknik kultur jaringan (kultur in vitro)
dengan menggunakan mata tunas aksiler
sebagai eksplan.
Perbanyakan bahan tanam dengan teknik
microcutting ini menggunakan 100 genotipe
tanaman karet yang berasal dari campuran biji
klon GT 1, PB 260, dan RRIM 600. Sebanyak
100 genotipe karet yang akan menjadi
tanaman induk sumber eksplan tersebut
diseleksi dari hasil semaian 43.000 biji
campuran klon GT 1, PB 260, dan RRIM 600
di areal pembibitan batang bawah di Balai
Penelitian Sungai Putih (Sumatera Utara).
Seleksi didasarkan pada kriteria pertumbuhan
terbaik, seperti diameter batang, tinggi batang,
pertumbuhan tanaman, dan kesehatan tanaman
(Nurhaimi-Haris et al. 2009). Saat ini, 100
genotipe tanaman karet yang telah diseleksi
dikembangkan di BPBPI. Genotipe-genotipe
tanaman
karet
tersebut
telah
diuji
kemampuannya untuk diperbanyak dengan
cara microcutting, dan beberapa genotipe
memiliki respon yang baik terhadap
lingkungan kultur in vitro sehingga bisa
menghasikan planlet karet.
Sebanyak 100 genotipe karet tersebut tidak
diketahui secara pasti tanaman induknya
karena dalam teknik pelaksanaan di lapangan
seluruh biji dari klon GT 1, PB 260, dan
RRIM 600 dicampur. Dengan demikian belum
diketahui asal klon dari beberapa genotipe
yang memberikan respon baik dalam kultur in
vitro. Sebanyak 57 genotipe tanaman karet
dari 100 genotipe karet tersebut dianalisis
secara molekuler untuk mengetahui hubungan
kekerabatannya dengan klon tetuanya (GT 1,
PB 260, dan RRIM 600). Teknik yang
digunakan adalah RAPD (Random Amplified
Polymorphic DNA) yaitu salah satu cara
analisis genetik yang dapat dimanfaatkan
untuk mempelajari hubungan kekerabatan
suatu populasi organisme. Teknik RAPD
dilakukan
berdasarkan
reaksi
PCR
(Polymerase Chain Reaction) dengan
menggunakan primer acak yang terdiri dari 10
nukleotida (Williams et al. 1990).
Penelitian ini bertujuan menganalisis
hubungan kekerabatan genotipe-genotipe
tanaman karet sumber eksplan dalam teknik
microcutting dengan 3 klon tetuanya yaitu GT
1, PB 260, dan RRIM 600. Hipotesis
2
penelitian ini adalah hubungan kekerabatan
antara genotipe karet dengan 3 klon tetuanya
dapat diketahui dengan analisis RAPD dan
genotipe-genotipe tanaman karet dengan
respon yang baik terhadap lingkungan kultur
in vitro berasal dari klon tetua yang sama.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat
mengetahui hubungan kekerabatan genotipegenotipe karet dengan klon tetuanya.
Informasi yang diperoleh dapat menjadi dasar
pemilihan tanaman induk sumber biji yang
akan digunakan sebagai sumber eksplan untuk
perbanyakan batang bawah karet secara klonal
dengan teknik in vitro.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)
Karet merupakan tanaman yang berasal
dari Amerika Latin, khususnya Brasil.
Tanaman ini masuk ke Indonesia sejalan
dengan penjajahan negara-negara Eropa.
Tahun 1876, Henry A Wickham memasukkan
biji karet yang berasal dari Amerika Latin ke
Ceylon (Sri Langka), Malaysia, dan beberapa
biji ditanam di kebun percobaan Bogor.
Pertumbuhan karet di Bogor sangat
memuaskan sehingga diikuti pemasukan bibit
dari Brasil ke perkebunan Tarik Ngaroem di
Jawa Timur. Menurut sistem klasifikasi,
tanaman
karet
berada
pada
divisi
Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Dycotyledonae, ordo Euphorbiales,
famili Euphorbiaceae, genus Hevea, dan
spesies Hevea brasiliensis (Tim penulis PS
2008).
Gambar 1 Bagian tanaman karet
(a) Buah dan daun karet (b)Tanaman karet
muda (c) Bunga karet (d) Biji karets
Tanaman karet dapat tumbuh tinggi hingga
mencapai 25-30 meter. Tanaman ini temasuk
tanaman berkeping dua (dikotiledon) dan
memiliki akar tunggang. Bagian-bagian dari
tanaman karet dapat dilihat pada Gambar 1.
Daun karet berwarna hijau yang terdiri atas
tangkai daun utama dan anak daun. Panjang
tangkai daun utama sekitar 7-20 cm
sedangkan anak daun sekitar 3-10 cm.
Umumnya terdapat tiga anak daun pada setiap
tangkai utama. Anak daun berbentuk elips
yang memanjang dengan ujung meruncing
dan tepian rata. Pohon karet berbunga setelah
berumur 5-6 tahun (Tim Penulis PS 2008).
Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan
bunga betina. Kepala putik yang akan dibuahi
berjumlah 3 buah. Bunga jantan mempunyai
10 benang sari yang tersusun menjadi 1 tiang.
Buahnya memiliki 3 ruang dengan pembagian
yang jelas. Setiap ruang berisi 1 biji
(Martiansyah 2010).
Pertumbuhan karet relatif mudah, namun
diperlukan waktu yang cukup lama. Karet
tumbuh di ketinggian 0-400 m di atas
permukaan laut (dpl), namun paling baik
apabila ditanam pada ketinggian 200 m dpl.
Curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan
karet adalah 1800-2000 mm/tahun dan suhu
udara optimum 240-280C. Daerah tersebut
memiliki karakteristik ekosistem hutan tropis
basah sehingga budidaya karet paling optimal
di daerah beriklim basah dengan curah hujan
yang tinggi dan merata. Negara Indonesia
memiliki daerah yang cocok untuk budidaya
tanaman karet. Perkebunan karet (Gambar 2)
tersebar luas di Indonesia, didominasi di
daerah Sumatra dan Kalimantan.
Penyediaan bibit tanaman karet dilakukan
dengan cara okulasi. Okulasi adalah metode
perbanyakan tanaman yang menggabungkan
komponen semaian biji untuk batang bawah
dan mata tunas untuk batang atas (Nasution
1995). Batang bawah yang digunakan berasal
dari biji karet yang disemai dan
dikecambahkan (seedling) yang kemudian
ditanam. Biji karet yang biasa digunakan
adalah biji karet klon RRIC 100, GT 1, dan
PB 260 yang sesuai dengan rekomendasi dari
pusat penelitian karet (Siagian 2006). Klonklon unggul anjuran tersebut ditanam di kebun
entres. Kebun entres atau kebun kayu okulasi
merupakan kebun penghasil mata tunas yang
akan digunakan sebagai batang atas dalam
perbanyakan tanaman karet secara okulasi.
Perbanyakan bahan tanaman dengan teknik
okulasi memiliki keterbatasan sehingga
sekarang ini dilakukan perbanyakan bahan
tanaman secara klonal.
3
bertujuan merangsang pembentukan akar yang
dilakukan pada media cair selama 3 hari.
Inisiasi perakaran dilakukan pada media padat
selama 5-12 hari untuk merangsang
pemanjangan akar. Selanjutnya tanaman akan
melalui
tahapan
aklimatisasi,
proses
perpindahan planlet dari lingkungan in vitro
ke lingkungan ex vitro (Nurhaimi-Haris et al.
2009).
Gambar 2 Perkebunan karet
Microcutting
Microcutting merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman secara kultur in vitro.
Keberhasilannya dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kandungan mineral dan
komposisi hormon tanaman dalam media
kultur, serta umur eksplan yang digunakan.
Eksplan yang digunakan berupa batang
tanaman yang masih muda dan memiliki mata
tunas aksiler sebagai titik tumbuhnya
(Martiansyah 2010). Kultur eksplan yang
dilakukan akan menghasilkan planlet, dan
planlet yang ditumbuhkan di lingkungan luar
akan menghasilkan vitroplant (tanaman karet
muda). Teknik microcutting melalui beberapa
tahapan proses, yaitu kultur primer,
multiplikasi,
pengkondisian
tunas
(hardening), induksi dan inisiasi perakaran,
serta aklimatisasi (Nurhaimi-Haris et al.
2009).
Tahap kultur primer merupakan tahapan
paling kritis dalam teknik microcutting. Tahap
ini merupakan tahap introduksi eksplan pada
media steril untuk menginisiasi pembentukan
tunas. Tahap multiplikasi merupakan tahap
perbanyakan eksplan dengan cara pemotongan
eksplan. Pemotongan eksplan dilakukan
dengan memisahkan bagian basal, nodal, dan
tunas untuk ditumbuhkan dan dipelihara
dalam media baru yang sesuai dengan jenis
eksplannya. Umumnya setiap multiplikasi
memerlukan waktu 3-4 minggu.
Tahap pengkondisian adalah suatu tahap
yang berfungsi untuk menguatkan daun atau
tunas sebelum memasuki tahap induksi
perakaran. Media pada tahap ini dilengkapi
dengan arang aktif untuk memberikan
lingkungan gelap pada daerah perakaran serta
untuk menyerap berbagai komponen pada
media. Planlet melalui tahapan ini sekitar 4
minggu dan selanjutnya memasuki tahap
induksi perakaran. Tahap induksi perakaran
Isolasi DNA
Isolasi DNA merupakan tahap awal dari
analisis genetik. DNA di dalam sel
membentuk asosiasi kompleks dengan RNA
dan protein. Teknik isolasi DNA yang ada
pada dasarnya mencakup dua proses, yaitu
lisis sel dan penghilangan komponen sel
selain DNA (Barnum 2005).
Isolasi DNA tanaman diawali dengan
penghancuran dinding sel tanaman. Kegagalan
dalam
memecah
dinding
sel
akan
mempengaruhi hasil akhir isolasi. Proses
inilah yang membuat isolasi DNA tanaman
lebih sulit dibandingkan isolasi DNA bakteri
karena tanaman memiliki dinding sel yang
kuat dan tebal. Penghancuran dinding sel
dapat dilakukan secara kimiawi dan mekanik.
Secara mekanik dapat dilakukan dengan cara
penggerusan menggunakan mortar dingin dan
bantuan nitrogen cair. Penggunaan nitrogen
cair membuat daun menjadi kering dan mudah
untuk dihancurkan. Nitrogen cair juga
menjaga suhu tetap dingin sehingga DNA
tidak rusak. Nitrogen cair memiliki suhu
minus
196°C.
Selain
itu,
dengan
menggunakan nitrogen cair maka hasil
penggerusan
berupa
serbuk
sehingga
mengurangi peluang berkurangnya sampel
dibandingkan bila hasilnya berupa ekstrak cair
yang mudah lengket pada mortar. Selain
nitrogen cair, penggerusan sampel daun
ditambahkan juga Polivynilpolipirolidon
(PVPP). PVPP berfungsi sebagai antioksidan
untuk mencegah terbentuknya warna coklat
(browning) pada DNA. PVPP menghambat
enzim polifenol oksidase yang dapat
mendegradasi rantai DNA dan menyebabkan
teroksidasinya senyawa fenol (Prana & Hartati
2003).
Bahan lain yang yang digunakan selama
isolasi antara lain larutan bufer, larutan TrisHCl, larutan ethylenediamine tetraacetic acid
(EDTA), larutan cetyl trimethyl ammonium
bromide
(CTAB)
10%,
larutan
kloroform:isoamilalkohol (24:1), larutan
NaCl, isopropanol, alkohol absolut, alkohol
70%, dan bufer TE (Tris-HCl:EDTA). Larutan
bufer adalah suatu sistem dalam larutan yang
4
terdiri dari campuran basa lemah dan asam
konjugatnya atau asam lemah dan basa
konjugatnya,
yang
berfungsi
untuk
mempertahankan perubahan pH larutan
walaupun ditambahakan sedikit asam kuat
atau basa kuat. Larutan bufer yang digunakan
pada isolasi DNA terdiri atas beberapa
senyawa yang memiliki fungsi berbeda.
Larutan
Tris-HCl
digunakan
untuk
memberikan kondisi pH yang optimum dan
menjaga kestabilan pH. EDTA digunakan
untuk melemahkan kekuatan dinding sel
(Barnum 2005), karena dapat mengkelat ion
magnesium yang merupakan kofaktor enzim
nuklease (Herison et al. 2003). Larutan CTAB
10% dalam bufer ekstraksi berfungsi untuk
mengurangi senyawa polisakarida dan
menghilangkan
polifenol
yang
juga
merupakan kontaminan saat isolasi DNA.
Kontaminan tersebut akan mengendap
bersama CTAB sedangkan DNA tidak
mengendap.
Larutan kloroform:isoamilalkohol (24:1)
untuk menghilangkan lemak, protein,
polisakarida, dan pengotor lainnya karena
keberadaan senyawa-senyawa tersebut dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas DNA
yang diisolasi. Larutan tersebut juga berfungsi
memisahkan DNA dari membran sel yang
memiliki bobot molekul lebih besar.
Kloroform:isoamilalkohol yang memiliki
densitas paling tinggi akan berada di dasar
tabung sentrifus. Larutan yang berada di
bagian tengah merupakan protein yang telah
larut
dalam
kloroform:isoamilalkohol.
Supernatan yang dihasilkan mengandung
DNA, RNA, dan sebagian protein (Sudjadi
2008). Selain itu, penambahan isoamilakohol
mengurangi busa yang muncul saat ekstraksi
DNA.
Penggunaan
larutan NaCl pada
konsentrasi
tinggi
untuk
mengatasi
keberadaan polisakarida pada konsentrasi
yang tinggi (Khanuja et al. 1999).
Penambahan
isopropanol
bertujuan
mengendapkan DNA. Penambahan alkohol
absolut bertujuan memekatkan larutan DNA
dan menghilangkan residu kloroform yang
digunakan pada proses deproteinasi (Ausubel
et al. 1990). DNA yang diperoleh dicuci
dengan alkohol 70% untuk menghilangkan
sisa-sisa pengotor. DNA yang diperoleh
dilarutkan dengan bufer TE sehingga dapat
disimpan dan digunakan untuk analisis lebih
lanjut.
Penanda Molekular
Penanda molekuler atau penanda DNA
adalah suatu sekuen pendek DNA yang
menunjukkan adanya polimorfisme antara
individu berbeda dalam satu spesies. Penanda
molekuler mempunyai tingkat polimorfisme
yang sangat tinggi, jumlahnya tidak terbatas,
tidak dipengaruhi oleh lingkungan, dan
tingkat heritabilitasnya hampir 100%. Suatu
penanda akan efektif jika dapat membedakan
antara dua tetua yang berbeda genotipenya
dan dapat dideteksi dengan mudah dalam
populasi yang diuji (Wirnas 2005).
Penanda molekuler akan menganalisis
hubungan pada tingkat DNA sehingga
perubahan yang tidak terlihat dengan penanda
lainnya dapat diketahui. Hal ini bermanfaat
untuk identifikasi suatu individu atau
genotipe, derajat kekerabatan antar genotipe,
adanya variasi genetika suatu populasi
tanaman, determinasi gen atau kompleks gen
yang diinginkan dalam suatu genotipe
spesifik, dan pengembangan varietas tanaman
baru melalui transformasi (Brown et al. 1996).
Teknologi penanda molekuler pada
tanaman berkembang sejalan dengan semakin
banyaknya pilihan penanda molekuler.
Penanda pertama berdasarkan pada hibridisasi
DNA seperti Restriction Fragment Length
Polymorphism (RFLP). Penanda kedua
berdasarkan pada reaksi rantai polimerase atau
Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan
menggunakan sekuen-sekuen nukleotida
sebagai primer, seperti Random Amplified
Polymorphic DNA (RAPD) dan Amplified
Fragment Length Polymorphism (AFLP).
Penanda ketiga berdasarkan pada PCR dengan
menggunakan primer yang menggabungkan
sekuen komplementer spesifik dalam DNA
target, seperti Sequence Tagged Sites (STS),
Sequence Characterized Amplified Regions
(SCARs), Simple Sequence Repeats (SSRs)
atau mikrosatelit, dan Single Nucleotide
Polymorphisms (SNPs) (Azrai 2006).
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Penggunaan
PCR
diawali
dengan
ditemukannya DNA polimerase dari E.coli
(Eschericia coli). Reaksi ini ditemukan oleh
Karry Mullis tahun 1985. PCR adalah metode
untuk
melipatgandakan
(amplifikasi)
potongan DNA dalam waktu singkat secara in
vitro dengan bantuan enzim polimerase. PCR
merupakan teknik kunci dalam molekuler
genetik yang memiliki efisiensi yang sangat
tinggi dalam menggandakan potongan DNA.
Salah satu keuntungan PCR adalah teknik
ini lebih baik dari teknik kloning biasa, karena
tidak perlu pemurnian bahan. Dengan
menggunakan PCR, proses amplifikasi dapat
dilakukan dalam tabung dan hanya
5
memerlukan waktu beberapa jam. PCR
menjadi sarana yang sensitif, selektif, dan
sangat cermat untuk memperbanyak rangkaian
DNA yang diinginkan. Spesifitas reaksi ini
berdasarkan pada penggunaan dua primer
oligonukleotida yang berhibrididasi menjadi
rangkaian komplementer pada untai DNA
yang berlawanan dan mengapit rangkaian
sasaran (Bintang 2010).
Komponen yang dibutuhkan dalam reaksi
PCR adalah DNA target (template) yaitu
fragmen DNA yang akan dilipatgandakan,
oligonukleotida primer yaitu suatu sekuen
oligonukleotida
pendek
(15-25
basa
nukleotida) yang digunakan untuk mengawali
sintesis rantai DNA, deoksiribonukleotida
trifosfat (dNTP), bufer, dan yang terakhir
enzim DNA polimerase sebagai katalis reaksi
sintesis rantai DNA (Yuwono 2006).
Reaksi PCR terdiri atas beberapa siklus,
biasanya 20 sampai 40 siklus. Setiap siklus
PCR, DNA polimerase akan menggandakan
DNA sebanyak dua kali. Reaksi PCR terdiri
atas 3 tahapan berulang seperti pada Gambar
3. Tahapan tersebut yaitu denaturasi
(denaturation), penempelan (annealing), dan
pemanjangan (extension).
Pemisahan untai DNA (denaturasi)
dilakukan pada suhu 94°C selama 60 detik
sehingga terjadi pemisahan utas ganda DNA
menjadi dua utas tunggal DNA yang menjadi
cetakan (template) tempat penempelan primer
dan tempat kerja DNA polimerase.
Selanjutnya
proses
penempelan
yang
dilakukan pada suhu 54°C agar terjadi
hibridisasi dengan pita DNA selama 45 detik.
DNA polimerase akan memasangkan dNTP
yang sesuai dengan pasangannya, jika basa
pada cetakan adalah A (adenin) maka akan
dipasangkan
dengan
deoxytiamine
triphosphate (dTTP) dan begitu seterusnya.
Gambar 3 Tahapan Reaksi PCR
Tahapan yang terakhir yaitu pemanjangan.
Suhu pada tahap ini dinaikkan 72°C yang
merupakan suhu optimum Taq DNA
polimerase untuk polimerisasi selama 30
detik. Polimerisasi DNA akan mensintesis
pita-pita
DNA
baru
dengan
cara
memanjangkan rantai primer (Bintang 2010).
Waktu pemanjangan bergantung pada panjang
daerah yang akan diamplifikasi. Umumnya 1
menit untuk setiap 1000 bp.
Selain ketiga tahapan tersebut, PCR
biasanya diawali dengan proses pradenaturasi
dan diakhiri dengan proses pemanjangan
akhir. Proses pradenaturasi dilakukan diawal
reaksi untuk memastikan kesempurnaan
proses denaturasi dan mengaktifkan DNA
polimerase. Proses pemanjangan akhir
biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim
selama 5-15 menit untuk memastikan setiap
utas tunggal yang tersisa sudah diperpanjang
secara sempurna (Weissensteiner et al. 2003).
Random Amplified Polymorphic DNA
(RAPD)
Penanda RAPD baru dikembangkan oleh
Williams et al. tahun 1990an dengan
menunjukkan bahwa DNA genom dari
bermacam-macam kelompok organisme dapat
diamplifikasi menggunakan primer pendek
tunggal yang disusun oleh urutan nukleotida
yang berbeda-beda. Pola RAPD suatu genom
dihasilkan melalui proses amplifikasi DNA
seperti halnya dalam melakukan PCR, namun
primer
oligonukleotida
bersifat
acak
(random). Primer yang digunakan dalam
RAPD terdiri atas 9-10 nukleotida sedangkan
pada PCR biasa dapat mencapai 30
nukleotida.
Penggunaan teknik RAPD memungkinkan
untuk mendeteksi polimorfisme fragmen
DNA yang diseleksi dengan menggunakan
primer tunggal. Dasar analisis RAPD adalah
menggunakan mesin PCR yang mampu
mengamplifikasi sekuen DNA secara in vitro
dengan menggunakan primer acak tunggal
(Williams et al. 1990).
Penanda RAPD diperoleh berdasarkan
kemungkinan adanya suatu sekuen DNA
homolog dengan suatu sekuen primer
oligonukleotida. Primer oligonukleotida acak
akan menempel di dua tempat yang
komplementer terhadap sekuen cetakan DNA
genomik dalam orientasi yang berlawanan.
Apabila kedua tempat penempelan primer
berada dalam jarak yang berdekatan (< 4000
pasang basa), maka primer tunggal
oligonukleotida akan mengawali terjadinya
amplifikasi DNA secara eksponensial pada
6
suatu reaksi PCR. Umumnya dengan
menggunakan primer oligunukleotida 10-mer,
setiap primer secara terus menerus
menghasilkan beberapa produk amplifikasi
yang berbeda, dan fragmen tersebut dianggap
berasal dari lokus-lokus genetik yang berbeda.
Keberhasilan reaksi ini ditentukan oleh
suhu yang sesuai untuk mengurai DNA
cetakan menjadi utas tunggal, pelekatan
primer pada situs DNA cetakan, kemampuan
primer mengamplifikasi DNA cetakan dengan
bantuan enzim DNA polimerase, dan
pemajangan rantai dengan bantuan dNTP
(dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP).
Keberhasilan
suatu
primer
dalam
mengamplifikasi DNA cetakan ditentukan
oleh ada tidaknya homologi sekuen
nukleotida primer dengan sekuen nukleotida
DNA cetakan. Selain itu juga dipengaruhi
oleh kualitas dan kuantitas DNA, konsentrasi
MgCl2, enzim Taq DNA polimerase, dan suhu
pelekatan primer (Wibowo 2010).
Penanda
RAPD
lebih
sederhana
dibandingkan penanda lainnya seperti
mikrosatelit, RFLP, atau AFLP (Bardacki
2001). Teknik RAPD dipilih untuk analisis
genetik dengan berbagai alasan, antara lain
tidak
membutuhkan
latar
belakang
pengetahuan tentang genom yang akan
dianalisis, mampu menghasilkan jumlah
karakter yang relatif tidak terbatas, dapat
menggunakan primer-primer untuk organisme
prokariotik maupun eukariotik, menggunakan
bahan-bahan yang relatif murah kecuali enzim
Taq polimerase, cocok untuk membuat
diagnosis silsilah (filogeni) suatu spesies, dan
amplifikasinya tidak bergantung pada
radioaktif.
Keunggulan praktis dari teknik RAPD
terletak
pada
kesederhanaan
dan
kecepatannya. RAPD lebih efisien 4 – 6 kali
dibandingkan RFLP bila digunakan untuk
pemetaan polimorfisme yang terpaut dengan
resistensi penyakit dan 10 kali lebih efisien
dalam waktu dan tenaga kerja (Surahman et
al. 2007).
Penelitian menggunakan teknik RAPD
sudah
banyak
dilakukan
diantaranya
keragaman genetik plasma nutfah jeruk
(Karsinah et al. 2002), variabilitas genetik
tanaman gambir (Fauza et al. 2007),
hubungan genetik Pinanga conota (Witono &
Kondo 2007), analisis variabilitas tanaman
sukun (Ruwaida et al. 2009), analisis
keragaman genetik nila hitam (Iskandariah et
al. 2010), dan masih banyak lagi penelitian
menggunakan teknik RAPD.
Elektroforesis Gel Agarosa
Elektroforesis
merupakan
teknik
pemisahan
suatu
molekul
bermuatan
berdasarkan
bobot
molekulnya
yang
dipengaruhi medan listrik di dalam suatu gel.
DNA merupakan senyawa bermuatan negatif
karena memiliki gugus fosfat sehingga
molekul DNA dapat dipisahkan dengan
metode elektroforesis. Molekul DNA akan
bermigrasi
menuju
kutub
positif.
Elektroforesis melalui gel agarosa merupakan
metode standar untuk pemisahan, identifikasi,
dan pemurnian fragmen DNA (Sudjadi 2008).
Kecepatan migrasi ditentukan oleh ukuran
DNA, konsentrasi gel agarosa, dan besaran
tegangan yang digunakan.
Media
yang
digunakan
dalam
elektroforesis umumnya dibuat dari gel
agarosa atau gel poliakrilamid. Gel agarosa
merupakan polimer dengan struktur dasar Ggalaktosa dan 3,6-anhidro-L-galaktosa yang
diperoleh dari ganggang laut. Gel agarosa
memiliki daya pisah yang lebih rendah
dibandingkan gel poliakrilamid, tetapi
mempunyai rentang pemisahan yang lebih
besar. Gel agarosa dapat memisahkan DNA
yang berukuran 20 basa sampai 50 kilobasa
pada konsentrasi gel yang berbeda (Sudjadi
2008). Konsentrasi agarosa yang sering
dipakai berkisar antara 0.8-1.5%. Konsentrasi
gel yang sangat encer (0.1-0.2%) dapat
meningkatkan daya pisah elektroforesis tetapi
hal tersebut sulit dilakukan karena gel yang
encer sangat mudah pecah.
Gel agarosa dilarutkan dalam suatu
senyawa bufer. Bufer yang umum digunakan
adalah bufer Tris-Acetic:EDTA (TAE). Bufer
TAE memungkinkan DNA dapat bergerak
secara perlahan dalam gel sehingga DNA
tersebut akan terpisah. Bufer TAE juga
berfungsi dalam optimalisasi pH dan
konsentrasi ion di dalam gel sekaligus sebagai
konduktor arus listrik yang memungkinkan
arus dapat mengalir dalam gel. Senyawa Tris
yang terkandung dalam
larutan TAE
berfungsi mempertahankan konsentrasi pH
larutan. Larutan EDTA yang terdapat dalam
bufer TAE berfungsi mengkelat kation divalen
magnesium (Mg2+) yang mungkin terkandung
dalam suspensi DNA (Hartanti 2009).
Sampel DNA yang akan dielektroforesis
ditambahkan loading dye yang berperan
sebagai bufer dan pemberat agar DNA dapat
tertahan di dalam gel dan bermigrasi. Selain
sampel, dimasukkan juga penanda (marker)
dalam sumur gel. Penanda DNA telah
diketahui jumlah pasangan basanya, berfungsi
sebagai pembanding untuk DNA yang diukur.
7
Bila posisi pita DNA sejajar dengan DNA
penanda maka dapat dikatakan memiliki
jumlah pasangan basa yang sama.
Pewarnaan DNA di dalam gel agarosa
dilakukan dengan menggunakan larutan
etidium bromida (EtBr). Senyawa EtBr
bersifat
karsinogenik
yang
dapat
menyebabkan kanker bila terpapar pada kulit.
Pemisahan
senyawa
DNA
dengan
elektroforesis gel agarosa memanfaatkan arus
listrik. Tegangan yang digunakan pada saat
elektroforesis adalah 60 volt. Tegangan ini
dipilih karena cocok untuk elektroforesis
DNA dan dapat menghasilkan resolusi yang
lebih baik di antara fragmen-fragmen yang
berukuran hampir sama. Penggunaan tegangan
yang terlalu tinggi (>100 volt) tidak baik
digunakan, karena DNA bersifat sangat rentan
terhadap tekanan fisik. Visualisasi dilakukan
di bawah sinar UV, dengan sebuah alat
pemancar
sinar
yang
disebut
UVTransilluminator.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah gunting,
mortar, tabung sentrifus, mesin centrifuge
5417 R, penangas air, pipet mikro, pipet
Mohr, bulp, sudip, autoklaf, gelas piala, labu
Erlenmeyer, gelas ukur, neraca analitik,
spektrofotometer UV mini-1240, PCR ESCO
APBIO, tabung PCR, perangkat elektroforesis
Toylab, cetakan gel, sisir, power supply,
sarung tangan, dan alat untuk dokumentasi
hasil pengamatan elektroforesis UV (UV
Transilluminator 2201 Sigma dan kamera
Power Shot A640 Canon). Selain itu
digunakan juga program NTSYS versi 2.02
dengan menggunakan metode UPGMA
(Unweight Pair-Grouping Method with
Aritmatic Averaging).
Bahan-bahan yang digunakan untuk isolasi
DNA adalah daun karet yang terdiri atas 57
genotipe (genotipe karet nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9 11, 12, 13, 14, 15, 17, 22, 23, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 43, 44, 46,
47, 48, 49, 51, 52, 53, 55, 56, 58, 59, 60, 66,
68, 69, 70, 72, 75, 77, 78, 79, 80, 83, 85, 86,
88, dan 91) dan 3 klon tetua (GT 1, PB 260,
RRIM 600) yang ditanam di rumah kaca
BPBPI, polyvinylpyrolidone (PVPP) 1.5%,
nitrogen cair, bufer ekstraksi, kloroform :
isoamilalkohol (24:1), aquades, isopropanol,
bufer TE, Na-asetat 3 M pH 5.2, etanol
absolut, dan etanol 70%. Bufer ekstraksi
merupakan campuran akuades steril, Tris-HCl
1 M pH 8.0, ethylene diamine tetraacetic acid
(EDTA) 0.5 M pH 8.0, NaCl 5 M, dan cetyl
trimethylammonium bromide (CTAB) 10%.
Bufer TE terdiri atas akuades steril, Tris-HCl
1 M pH 8.0, dan EDTA 0.5 M pH 8.0. Bahan
untuk elektroforesis yaitu loading buffer
(bromfenol blue 2.5% : sukrosa 40%),
agarosa, Ethidium bromide (EtBr) 1% (w/v),
bufer TAE (Tris Asetat:EDTA) 1X, dan
marker 1 kb DNA ladder. Bahan untuk
amplifikasi meliputi Aquabides, bufer (KCl,
Tris-HCl pH 9, dan 1% tripton x-100), MgCl2
25 mM, dNTPs 2 mMol, Taq DNA
Polimerase (Fermentas), dan 7 primer (OPA
02, OPA 07, OPA 15, OPB 04, OPC 05, OPC
11, dan OPC 20). Urutan basa dari masingmasing primer dapat dilihat pada tabel 1.
Metode
Isolasi DNA Tanaman Karet (Castillo et al.
1994)
Isolasi DNA dilakukan tehadap daun
tanaman karet yang ditanam di dalam rumah
kaca
Balai
Penelitian
Bioteknologi
Perkebunan Indonesia. Tahapan isolasi yang
dilakukan adalah daun karet dibuang tulang
daunnya lalu dicuci dan dikeringkan dengan
tisu. Sebanyak 0.2 gram daun karet digerus
menggunakan mortar sambil ditambahkan
nitrogen cair dan PVPP. Setelah halus, sampel
dimasukkan ke dalam tabung sentrifus yang
berisi 1 mL bufer ekstraksi kemudian dikocok
menggunakan vortex kemudian diinkubasi
selama 30 menit pada suhu 650C. setelah itu,
diinkubasi pada suhu ruang lalu ditambahkan
750 μL kloroform:isoamilalkohol (24:1).
Sampel disentrifus dengan kecepatan
11.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang
diperoleh dipindahkan pada tabung sentrifus
lain,
lalu
ditambahkan
1000
μL
kloroform:isoamilalkohol (24:1) dikocok kuat
dan disentrifus lagi dengan kecepatan 11.000
rpm selama 10 menit. Supernatan yang
diperoleh dipindahkan lalu ditambahkan 1
mL isopropanol dingin. Dihomogenkan
dengan membolak-balik tabung lalu disimpan
dalam lemari es (40C) selama 10 menit
kemudian disentrifus kembali dengan
kecepatan 11.000 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang diperoleh dibuang sedangkan
peletnya dilarutkan dengan bufer TE.
Larutan ditambahkan 1/10 volume NaAsetat 3 M pH 5.2 dan 2.5 volume alkohol
absolut dingin. Dihomogenkan dengan
membolak-balik kemudian diinkubasi dalam
freezer (-200C) selama 30 menit kemudian
disentrifus lagi dengan kecepatan 14.000 rpm
selama 10 menit. Supernatan dibuang
sedangkan pelet dicuci menggunakan alkohol
8
70% dan dikeringanginkan. Pelet DNA yang
sudah kering dilarutkan dengan 100-500 mL
bufer TE.
Uji Kualitatif DNA (Sambrook et al. 1989)
Gel agarosa 1% dibuat dari 0.3 gr agarosa
dan 30 mL larutan TAE 1X. Kemudian
dipanaskan hingga larut dalam microwave dan
didinginkan pada suhu kamar hingga hangat.
Selanjutnya ditambahkan 1.5 µL EtBr dan
dituang ke dalam cetakan gel elektroforesis
yang telah dipasang sisir (cetakan sumur)
hingga gel memadat. Gel yang sudah padat
dipindahkan ke dalam bak elektroforesis yang
berisi TAE 1X. Sampel yang akan
dielektroforesis dicampur dengan loading dye
dengan perbandingan 5:1 (DNA: loading dye)
Setelah tercampur maka diinjeksi ke dalam
sumur gel agarosa menggunakan pipet mikro.
Marker yang digunakan adalah 1 kb DNA
ladder sebanyak 0.8 µL. Setelah semua
sampel
selesai
diinjeksi
maka
alat
elektroforesis dihubungkan pada power supply
yang dialiri tegangan listrik 60 volt selama ±1
jam. Hasil elektroforesis diamati dengan
bantuan lampu UV dalam transilluminator.
Uji Kuantitatif DNA (Sambrook et al. 1989)
Pengujian dilakukan dengan metode
spektrofotometri. Larutan stok DNA diambil
sebanyak 10 µL lalu dilarutkan dengan
akuades hingga volume mencapai 750 µL.
Blanko akuades disiapkan sebanyak 750 µL.
Absorbansi (A) diukur pada panjang
gelombang 260 nm dan 280 nm. Tingkat
kemurnian DNA ditentukan dengan nilai
perbandingan A260/A280.
RAPD DNA Karet (Williams et al. 1990)
Pembuatan master mix PCR dilakukan
dalam tabung mikro dengan komposisi untuk
satu kali reaksi antara lain aquabides 18.8 µL,
bufer mengandung MgCl2 2.5 µL, dNTPs 10
mM 0.5 µL, primer 1 µL, Taq polimerase 0.2
µL, dan DNA sampel 2 µL. Proses amplifikasi
dilakukan menggunakan mesin PCR ESCO.
Program running PCR sebanyak 45 sikus
dengan reaksi: pradenaturasi 94° C selama 1
menit, denaturasi 94° C selama 1 menit,
annealing 36° C selama 1 menit, extension
72° C selama 2 menit, dan terakhir post
extension 72° C selama 4 menit.
Elektroforesis Hasil Amplifikasi
Elektroforesis hasil amplifikasi dilakukan
menggunakan gel agarosa 1.4 %. Gel dibuat
dengan melarutkan 0.42 gr agarosa pada 30
mL bufer TAE 1x. Sampel hasil PCR
sebanyak 25 µL ditambahkan dengan 5 µL
loading buffer kemudian dilakukan running
pada tegangan 60 volt selama ±1 jam. Hasil
elektroforesis diamati dengan bantuan lampu
UV
dalam
transilluminator
dan
didokumentasikan
menggunakan
gel
documentation.
Analisis Hasil Elektroforesis
Pola fragmen DNA yang muncul pada gel
diterjemahkan ke dalam data biner dengan
skoring manual. Setiap pita mewakili satu
karakter dan diberi nilai berdasarkan ada
tidaknya pita. Angka satu ”1” untuk pita yang
terbentuk dan angka nol ”0” untuk pita yang
tidak terbentuk. Data biner yang diperoleh
selanjutnya diolah menjadi pohon filogenetik
dengan menggunakan program NTSYS
(Numerical Taxonomy and Multivariate
Analisys System) dengan metode UPGMA
(Unweight Pair-Grouping Method with
Aritmatic Averaging).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Isolasi DNA Tanaman Karet
Isolasi DNA tanaman karet menggunakan
metode Castillo et al. (1994). Metode ini
dipilih karena praktis dan dapat menghasilkan
DNA yang baik dari tanaman karet
dibandingkan metode lainnya (Ain 2011).
Ying dan Zaman (2006) juga menyatakan
bahwa metode ini umum digunakan pada
tanaman perkebunan.
Uji kualitatif terhadap 60 DNA (57
genotipe karet dan 3 klon tetua) dilakukan
dengan elektroforesis gel agarosa 1%. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui kualitas DNA
yang diperoleh. Gambar 4 merupakan
elektroforegram uji kualitatif beberapa
genotipe
tanaman.
Elektroforegram
menunjukkan isolasi DNA telah berhasil,
dapat dilihat dari fragmen DNA yang tampak
pada gel. Fragmen DNA yang diperoleh
menunjukkan bahwa DNA tidak rusak atau
terfragmentasi sehingga baik untuk dipakai
dalam analisis RAPD. Apabila fragmen DNA
rusak akan terlihat smear pada gel.
Gambar 4 Elektroforegram uji kualitatif DNA
pada beberapa genotipe karet
9
Smear terbentuk akibat degradasi DNA
menjadi potongan yang pendek. Hal ini dapat
terjadi karena perlakuan DNA selama isolasi,
yaitu sentrifugasi, perlakuan suhu, atau
perlakuan dengan larutan-larutan yang
digunakan. Smear juga disebabkan oleh
volume DNA yang terlalu banyak saat
dielektroforesis atau penggunaan tegangan
yang terlalu besar (Ausubel et al. 1990).
Uji kuantitatif DNA dilakukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 260
nm dan 280 nm sehingga diperoleh nilai
kemurnian dan konsentrasi DNA hasil isolasi.
Panjang gelombang 260 nm merupakan
serapan maksimum untuk asam nukleat
sedangkan panjang gelombang 280 nm
merupakan serapan maksimum untuk protein.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran
5.
Kemurnian diperoleh dari perbandingan
nilai absorbansi pada panjang gelombang 260
nm dan 280 nm. Kemurnian DNA yang
diperoleh pada penelitian ini berkisar antara
0.25-2.76. Menurut Walker & Wilson (2000),
sampel DNA murni akan menghasilkan rasio
A260/A280 berkisar antara 1.8–2.0. Nilai
kemurnian yang lebih dari 2.0 menunjukan
bahwa sampel mengandung kontaminan RNA,
sedangkan nilai kemurnian yang kurang dari
1.8 menunjukan bahwa sampel mengandung
kontaminan protein (Yuwono 2006).
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
dari 60 sampel DNA karet, sebanyak 13
genotipe tanaman karet memiliki nilai
kemurnian 1.8-2.0 yang menunjukkan DNA
yang diisolasi telah murni. Sampel tersebut
yaitu genotipe nomor 2, 3, 4, 5, 7, 27, 30, 44,
59, 60, 66, 68, dan 85. Namun ada juga nilai
kemurnian sampel DNA di atas 2.0. Sampel
tersebut yaitu genotipe nomor 9, 12, 13, 14,
15, 25, 28, 29, 53, 70, 78, 79, dan 86. Hal
tersebut
menunjukkan
masih
adanya
kontaminan RNA. RNA tersebut dapat
dihilangkan dengan menambahkan RNase saat
isolasi DNA. Genotipe-genotipe lainnya
memiliki nilai kemurnian DNA dibawah 1.8.
Hal tersebut menunjukkan masih adanya
kontaminan berupa protein. Protein tersebut
dapat dihilangkan dengan menambahkan
proteinase K.
Konsentrasi DNA yang dihasilkan berkisar
antara 71.25–1766.25 μg/mL. Konsentrasi
paling rendah diperoleh pada genotipe 47
sedangkan konsentrasi paling tinggi diperoleh
pada genotipe 4.
DNA tersebut dapat
digunakan untuk proses PCR-RAPD karena
secara kuantitatif memiliki konsentrasi yang
cukup tinggi. Konsentrasi DNA yang
digunakan untuk proses PCR-RAPD hanya 50
μg/mL yang dihitung dengan memperhatikan
faktor pengenceran.
Menurut Nurhaimi-Haris et al. (2003),
konsentrasi DNA akan berdampak pada
kualitas
fragmen
hasil
amplifikasi.
Konsentrasi DNA yang terlalu rendah akan
dapat menghasilkan fragmen yang sangat tipis
pada gel atau bahkan tidak terlihat secara
visual, sebaliknya konsentrasi DNA yang
terlalu tinggi akan menyebabkan fragmen
terlihat tebal sehingga sulit dibedakan antara
satu fragmen dengan fragmen lainnya.
Amplikon DNA Karet dengan 7 Primer
Acak
Amplifikasi dilakukan terhadap 57
genotipe karet dan 3 klon tetua. Sebanyak 60
DNA karet tersebut dapat diamplifikasi
seluruhnya dengan menggunakan 7 primer
acak 10 mers. Ketujuh primer tersebut yaitu
OPA 02, OPA 07, OPA 15, OPB 04, OPC 05,
OPC 11, dan OPC 20. Urutan basa dari
masing-masing primer dapat dilihat pada
Tabel 1.
Hasil amplifikasi dari setiap primer
menghasilkan 1-13 fragmen dengan total
fragmen yang tampak sebanyak 47 (Tabel 1).
Ukuran fragmennya berkisar antara 500-5000
bp. Penelitian sebelumnya menggunakan
RAPD pada 79 klon tanaman karet
menghasilkan 5-11 fragmen DNA (NurhaimiHaris et al. 1998). Menurut Demeke dan
Adams (1994), amplifikasi DNA dengan
primer acak pada analisis RAPD biasanya
menghasilkan 5-20 fragmen untuk setiap
primer. Jumlah fragmen hasil amplifikasi
dengan RAPD memang lebih rendah
dibandingkan dengan hasil amplifikasi
menggunakan AFLP (Nurhaimi-Haris et al.
2003).
Tabel 1 Urutan sekuen basa primer dan
jumlah fragmen DNA hasil amplifikasi 7
primer
Jenis
primer
OPA02
OPA07
OPA15
OPB04
OPC05
OPC11
OPC20
Total
Sekuen
5’ TGCCGAGCTG 3’
5’ GAAACGCGTG 3’
5’ TTCCGAACCC 3’
5’ GGACTGGAGT 3’
5’ GATGACCGCC3’
5’ AAAGCTGCGG 3’
5’ ACTTCGCCAC 3’
Fragmen
DNA
13
9
6
1
7
3
8
47
10
Gambar 5 Elektroforegram amplifikasi 60 DNA karet dengan primer OPC 05
Pola fragmen DNA yang dihasilkan dari
hasil amplifikasi menunjukkan adanya
polimorfisme. Tiap primer menghasilkan
jumlah fragmen DNA yang berbeda.
Polimorfisme
fragmen
DNA
dapat
dipengaruhi oleh banyaknya variasi individu
dalam suatu populasi. Fragmen DNA paling
banyak dihasilkan primer OPA 02 sebanyak
13 fragmen DNA, sedangkan fragmen paling
sedikit dihasilkan primer OPB 04 sebanyak 1
fragmen DNA. Primer OPA 05 dapat
menghasilkan
7
fragmen
DNA.
Elektroforegram hasil amplifikasi dengan
primer OPA 05 dapat dilihat pada Gambar 5.
Purwanta (2010) menyebutkan bahwa
keberhasilan teknik RAPD ditentukan oleh
kemurnian dan keutuhan DNA cetakan. DNA
cetakan yang tidak murni akan mengganggu
penempelan primer pada situsnya dan akan
menghambat aktifitas enzim polimerase DNA.
Enzim ini berfungsi untuk melakukan
polimerisasi DNA. Sedangkan DNA cetakan
yang banyak mengalami fragmentasi dapat
menghilangkan situs penempelan primer.
Filogenetik Hasil Amplifikasi DNA Karet
Analisis molekuler menggunakan RAPD
telah berhasil mengelompokkan 57 genotipe
karet dengan 3 klon tetua sesuai tingkat
kekerabatan
antar
individunya
yang
ditunjukkan dalam bentuk pohon filogenetik
(Gambar 6). Suryanto (2003) menyatakan
bahwa analisis keragaman genetik dapat
dilakukan melalui analisis hasil elektroforesis
DNA.
Hasil analisis hubungan kekerabatan 57
genotipe tanaman karet dan 3 klon tetua
berdasarkan RAPD menghasilkan nilai
kesamaan genetik sebesar 62%. Nilai tersebut
lebih rendah dibandingkan nilai yang
diperoleh pada penelitian sebelumnya
terhadap 79 klon karet yaitu sebesar 70%
(Nurhaimi-Haris et al. 1998). Berdasarkan
pohon filogenetik pada Gambar 6, populasi
tanaman karet dibagi menjadi 2 kelompok
besar pada nilai kesamaan genetik 62%.
Kelompok pertama terdiri atas 56 individu,
sedangkan kelompok kedua hanya 1 individu.
Kelompok besar pertama terbagi lagi
menjadi 2 kelompok pada kesamaan genetik
yang lebih tinggi yaitu 67%. Subkelompok
pertama terdiri atas 53 individu dengan nomor
genotipe tanaman 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 11, 12,
13, 14, 15, 17, 22, 23, 25, 27, 28, 30, 34, 36,
37, 38, 39, 40, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 51, 52,
53, 55, 56, 58, 59, 60, 66, 68, 69, 70, 72, 75,
77, 78, 79, 80, 83, 85, 86, 88, PB 260, dan
RRIM 600. Subkelompok kedua terdiri atas 3
individu dengan nomor genotipe tanaman 26,
29, dan 91. Kelompok besar kedua hanya
terdiri satu individu yaitu GT 1. GT 1
merupakan salah satu dari 3 klon tetua.
Pengelompokkan lebih jauh lagi dapat
memperhatikan koefisien kesamaan genetik
yang lebih tinggi. Adanya 3 garis pada pohon
filogenetik (Gambar 6) merupakan alternatif
pilihan dalam pengelompokan individu. Garis
pertama menunjukkan koefisien kesamaan
genetik pada nilai 70% yang dapat
mengelompokkan kelompok besar kedua yang
menghasilkan individu tunggal dan kelompok
besar pertama terbagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertamanya terbagi lagi menjadi 2
subkelompok.
Garis kedua menunjukkan kesamaan
genetik
sebesar
80%
yang
dapat
mengelompokkan populasi menjadi 16
kelompok yang terbagi lagi menjadi kelompok
yang lebih spesifik. Koefisien dengan nilai
tersebut belum menghasilkan cabang dengan
11
individu tunggal. Kecuali cabang keenam
belas yang merupakan cabang GT 1 yang
sejak awal merupakan individu tunggal.
Garis ketiga menunjukkan kesamaan
genetik
sebesar
90%
yang
dapat
mengelompokkan populasi menjadi 51
kelompok yang terbagi lagi menjadi
kelompok-kelompok yang lebih spesifik
sehingga satu kelompok hanya terdapat dua
individu yang saling berdekatan dan satu
individu tunggal seperti yang terlihat pada
Gambar 6. Suatu sampel (spesies) yang berada
pada kelompok kekerabatan yang sama
menandakan bahwa sampel tersebut memiliki
jarak kekerabatan yang dekat.
Hubungan kekerabatan dapat dilihat dari
nilai
koefisien
kesamaan
genetiknya
(Lampiran 6). Nilai kesamaan genetik yang
diperoleh berkisar antara 60%-96%. Sebagian
besar berada pada kisaran diatas 65%, hanya
sebagian kecil yang berada dibawah 65%.
Kesamaan genetik tertinggi (96%) ditemukan
antara genotipe 70 dan genotipe 78.
Nilai kesamaan genetik antara klon tetua
yaitu antara GT 1 dan PB 260 sebesar 64%,
antara GT 1 dan RRIM 600 sebesar 66%, dan
antara PB 260 dengan RRIM 600 sebesar
89%. Nilai yang diperoleh berbeda dengan
penelitian sebelumnya. Nurhaimi-Haris et al.
(1998) menyebutkan nilai koefisien kesamaan
genetik antara GT 1 dan PB 260 sebesar 75%,
antara GT 1 dan RRIM 600 sebesar 73%, dan
antara PB 260 dengan RRIM 600 sebesar
82%. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh
jumlah primer dan jumlah sampel yang
digunakan.
Nilai kesamaan genetik pada matriks
kesamaan (Lampiran 6) dapat menunjukkan
hubungan kekerabatan setiap genotipe
tanaman karet dengan 3 klon tetuanya.
Sebagian besar genotipe karet yang diuji
memiliki hubungan kekerabatan terdekat
dekat dengan klon tetua PB 260. Klon PB 260
merupakan klon anjuran komersial penghasil
lateks yang memiliki potensi hasil lateks
tinggi tetapi hasil kayu sedang (Siagian 2006).
Gambar 6 Pohon filogenetik 57 genotipe karet dan 3 klon tetua
12
Genotipe-genotipe tanaman karet yang
memiliki hubungan kekerabatan terdekat
dengan klon PB 260 adalah genotipe nomor 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 11, 13, 14, 17, 22, 25, 26, 28,
30, 34, 37, 38, 39, 40, 46, 49, 51, 52, 53, 55,
56, 58, 59, 60, 66, 68, 69, 70, 72, 75, 77, 78,
79, 80, dan 86. Sedangkan genotipe dengan
nomor 12, 15, 23, 27, 43, 48, 83, 88, dan 91
memiliki hubungan kekerabatan terdekat
dengan RRIM 600. Genotipe dengan nomor
44, 47, dan 85 memiliki hubungan
kekerabatan terdekat dengan GT 1. Genotipe
29 dan 36 memiliki kesamaan genetik yang
sama dengan klon GT 1 maupun klon RRIM
600. Sehingga sulit disimpulkan genotipe
tersebut berasal dari klon GT 1 atau RRIM
600. Hal ini dapat diakibatkan oleh sedikitnya
fragmen DNA yang diperoleh sehingga perlu
dilakukan analisis lebih lanjut dengan
menambah jumlah primer yang digunakan
atau menggunakan penanda molekuler yang
lebih spesifik dalam melakukan analisis
kekerabatan tersebut.
Genotipe-genotipe tanaman karet yang
digunakan pada penelitian ini merupakan
sumber ekplan untuk perbanyakan batang
bawah karet secara in vitro. Tidak semua dari
genotipe tersebut cocok dan memberikan
respon baik terhadap kultur in vitro. Beberapa
genotipe yang memberikan respon baik
terhadap kultur in vitro adalah genotipe 2, 4,
7, 25, 26, 29, 33, 63, 78, dan 91 (NurhaimiHaris et al. 2011). Berdasarkan matriks
kesamaan genetiknya (Lampiran 6), sebanyak
6 dari 10 genotipe tersebut memiliki
hubungan kekerabatan terdekat dengan klon
PB 260. Genotipe tersebut yaitu nomor 2, 4,
7, 25, 26, dan 78. Berdasarkan data tersebut,
klon PB 260 dapat digunakan sebagai
tanaman induk sumber biji yang akan
digunakan sebagai sumber eksplan dalam
perbanyakan batang bawah karet secara
klonal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Teknik RAPD dapat digunakan untuk
melihat hubungan kekerabatan antara 57
genotipe karet dengan 3 tetua. Nilai koefisien
kesamaan genetik yang diperoleh berkisar
antara 62-96%. Kesamaan genetik tertinggi
(96%) ditemukan antara genotipe 70 dan
genotipe 78. Sebagian besar genotipe tanaman
karet yang diuji memiliki hubungan
kekerabatan terdekat dengan klon PB 260,
begitu juga dengan genotipe karet yang
memiliki respon baik terhadap kultur in vitro.
Saran
Perlu dilakukan analisis lebih lanjut
dengan penambahan jumlah primer RAPD.
Selain itu, Penggunaan teknik yang lebih
spesifik dari RAPD seperti AFLP, RFLP, atau
SSR dapat digunakan sebagai pembanding
atau penyempurnaan hasil analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Ain YK. 2010. Isolasi DNA daun tanaman
karet dengan menggunakan metode
Khanuja, kit komersial, dan Castillo.
[laporan praktik lapang]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Anwar C. 2006a. Manajemen dan Teknologi
budidaya karet. Prosiding Pelatihan Tekno
Ekonomi Agribisnis Karet; Jakarta, 18 Mei
2006. Medan: Pusat Penelitian Karet. hlm
1-24.
Anwar C. 2006b. Perkembangan Pasar dan
Prospek Agribisnis Karet di Indonesia.
Prosiding Lokakarya Budidaya Tanaman
Karet. Medan, 4-6 Sept 2006. Medan:
Pusat Penelitian Karet. hlm 1-19.
Ausubel FM et al.1990. Current Protocols in
Moleculer Biology. Kanada: John
Willey&Sons.
Azrai M. 2006. Sinergi teknologi marka
molekular dalam pemuliaan tanaman
jagung. Jurnal Litbang Pertanian. 25(3):
81-89.
Bardacki F. 2001. Random Amplified
Polymorphic DNA (RAPD) markers. Turk
J Biol 25: 185-196.
Barnum SR. 205. Biotechnology an
Introduction 2nd Ed. USA: Brookks/Cole.
Bintang M. 2010. Teknik Penelitian Biokimia.
Jakarta: Erlangga.
Brown SM, Szewc-McFadden, Kresovich S.
1996. Development and application of
Simple Sequence Repeats (SSR) loci for
plant genome analysis, methods of genome
analysis in plants. New York: CRC Pr.
Campbell et al. 2002. Biology 5th Ed. Jakarta:
Erlangga.
13
Castillo et al. 1994. Detectin of genetic
diversity and selective gene in coffea using
RAPD markers. Theor.Appl. genet.
87:332-339.
Nasution U. 1995. Penyediaan bahan tanaman
dan teknologi benih untuk mendukung
perkebunan.
Warta Pusat Penelitian
Karet 14(1): 15-26.
Demeke T, Adams RP. 1994. The use of PCRRAPD analysis in plant taxonomy and
evolution. London: CRC Press, Inc.
Nurhaimi-Haris, S. Woelan, and A.
Darussamin. 1998. RAPD Genetics
Variability in Plant Rubber (Hevea
brasiliensis Muell.Arg) Clones. Menara
Perkebunan 66(1): 9-19.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.
2008. Statistik Perkebunan Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan, Departemen Pertanian.
Fauza H et al. 2007. Variabilitas genetik
tanaman gambir berdasarkan marka
RAPD. Zuriat 18(2): 93-99.
Hartanti. 2009. Analisis abnormalitas pada
kelapa sawit dengan random amplified
polymorphic DNA (RAPD) [laporan
praktik
lapang].
Bogor:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Horison C, Rustikawati, Eliyanti. 2003.
Penentuan protokol yang tepat untuk
menyiapkan DNA genom cabai (Capsicum
Sp.). Jurnal Akta Agrosia 6(2): 38-43
Iskandariah, Arifin OZ, Gustiano R. 2010.
Analisis keragaman genetik lima populasi
nila hitam (Corea chromis sp.) dengan
analisis sidik ragam Random Amplified
Polymorphic DNA (RAPD). Prosiding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Bogor: Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Tawar. hlm 523-528.
Karsinah,
Sudarsono,
Setyobudi
L,
Aswidinnoor H. 2002. Keragaman genetik
plasma nutfah jeruk berdasarkan analisis
penanda RAPD. Jurnal Bioteknologi
Pertanian 7(1): 8-16.
Khanuja SPS, Shasany AK, Darokar MP,
Kumar S. 1999. Rapid isolation of DNA
from dry and frsh samples of plants
producing large amounts of secondary
metabolites and essential oils. Plants
Moleculer biology Reporter 17:1-7.
Maniatis T. 1982. Molecular cloning: A
Laboratory Manual. New York: CSH.
Martiansyah I. 2010. Pengadaan bahan tanam
karet untuk seleksi batang bawah dan
teknik in vitro microcutting pada tanaman
karet. [Laporan Masa Orientasi Kerja dan
penelitian]. Bogor: Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
Nurhaimi-Haris, Hajrial A, Nurita TM, Agus
P. 2003. Kemiripan genetik klon karet
(Hevea
brasiliensis
Muell
Arg.)
berdasarkan metode amplified fragment
length polymorphisms (AFLP). Menara
Perkebunan 71(1): 1-15.
Nurhaimi-Haris et al. 2009. Teknologi
microcutting untuk perbanyakan bahan
tanam karet. Prosiding Lokakarya
Nasional Pemuliaan Tanaman Karet. hlm
188-198.
Nurhaimi-Haris,
Sumaryono,
Siswanto,
Martiansyah I, Sinta MM. 2011. Laporan
akhir tahun kerja sama PTPN III dengan
BPBPI di bidang penelitian dan
perbanyakan in vitro komoditas karet.
[Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2010].
Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia.
Prana TK. Hartati NS. 2003. Identifikasi sidik
jari DNA talas (Colocasia esculata L.
Schoot) Indonesia dengan teknik RAPD,
skrining primer dan optimalisasi kondisi
PCR. Jurnal Natur Indonesia 5(2):107112.
Purwanta. 2010. RAPD (Random Amplified
Polymorphic DNA) [terhubung berkala].
http://www.4shared.com/rapd.php?op=mo
dload&name=Downloads&file=index&req
=getit&lid [17 Juni 2012].
Ruwaida IP, Supriyadi, Parjanto. 2009.
Variability analysis of sukun durian plant
(Duria ziberthenius) based on RAPD
marker. Nusantara Bioscience 1(2): 84-91.
Sambrook J, Russel DW. 1989. Moleculer
Cloning: A Laboratory Manual, Third
Edition. New York: Cold-Spring Harbor
Laboratory Pr.
Siagian N. 2006. Pembibitan dan Pengadaan
Bahan Tanam Karet Unggul. Medan:
Balai Penelitian Sungei Putih.
Sudjadi. 2008. Bioteknologi
Yogyakarta: Kanisius
Kesehatan.
14
Surahman M, Muhamad S, Toding T. 2007.
Perakitan varietas semangka (Citrullus
lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai)
tanpa biji tahan terhadap penyakit layu
fusarium dengan memanfaatkan marka
RAPD [laporan penelitian hibah bersaing].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suryanto D. 2003. Melihat keanekaragaman
organisme melalui beberapa teknik
genetika molekuler. USU Digital Library
[terhubung
berkala].
http://www.library.usu.ac.id/modules.php [
15 Juni 2012].
[Tim Penulis PS] Tim Penulis Penebar
Swadaya. 2008. Panduan Lengkap Karet.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Walker JM, Wilson K. 2000. Principles and
Techniques of Practical Biochemistry.
UK: Cambridge University Press.
Weissensteiner T, Griffin HG, Griffin A.
2003. PCR Technology Current Inovation.
London: CRC Pr
Wibowo IY. 2010. Analisis Keragaman
genetik tanaman karet hasil persilangan
antara RRIM600 dan PN1546 dengan
menggunakan teknik RAPD. [skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Williams et al. 1990. DNA polymorphism
amplified by arbitrary primers are useful
as genetic markers. Nucleic Acids Res
18:6531-6535.
Wirnas D. 2005. Analisis kuantitatif dan
molekular dalam rangka mempercepat
perakitan varietas baru kedelai toleran
terhadap
intensitas
cahaya
rendah
[makalah]. Bogor: Sekolah Pascasarjana
IPB.
Witono JR, Kondo K. 2007. Genetic
relationship
of
Pinanga
coronata
accesions
by
RAPD
markers.
Chromosome Botany 2: 93-97.
Ying ST dan Zaman FQ. 2006. DNA
extraction from mature oil palm leaves. J.
of oil palm research. 18: 219-224.
Yuwono T. 2006.
Teori dan Aplikasi
Polymerase Chain Reaction. Yogyakarta:
Andi.
LAMPIRAN
16
Lampiran 1 Tahapan penelitian
Isolasi DNA
D
dari 60 tanaman
t
karet
Analissis kualitatiff & kuantitatiif DNA
t
tanaman
kareet hasil isolaasi
Amplifikasii DNA tanam
man karet
dengan
n 7 primer accak
Elektroforeesis
Skoriing fragmen DNA dan an
nalisis
filog
genetik dengaan menggunaakan
NTS
SYS
17
Lampiran 2 Tahapan isolasi DNA tanaman karet (Castillo et al. 1994)
Sampel daun karet ditimbang sebanyak 0.2 g dan digerus dengan mortar
Sampel ditambahkan nitrogen cair dan PVPP
Sampel ditambahkan 1mL bufer ekstraksi dan
diinkubasi pada suhu 650C selama 30 menit
Campuran ditambahkan 750 μL kloroform:isoamilalkohol (24:1)
dan disentrifus dengan kecepatan 11.000 rpm selama 10 menit
Supernatan ditambahkan 1000 μL kloroform:isoamilalkohol (24:1)
dan disentrifus dengan kecepatan 11.000 rpm selama 10 menit
Supernatan ditambahkan 1mL isopropanol dan
diinkubasi pada suhu 40C selama 30 menit
Campuran disentrifugasi pada kecepatan 11000 rpm selama 10 menit
Pelet dilarutkan dengan bufer TE
Campuran ditambahkan 1/10 volume Na-Asetat 3M pH 5.2 dan 2.5 volume
alkohol absolut dingin dan diinkubasi dalam freezer selama 10 menit
Campuran disentrifus dengan kecepatan
14.000 rpm selama 10 menit
Pelet dicuci dengan etanol 70% dan dikeringanginkan
Pelet dilarutkan dengan bufer TE
18
Lampiran 3 Tahapan uji kualitatiif DNA karret (Sambroook et al. 1998)
Agarosa sebanyak
s
0.3 g ditambahk
kan dengan 30
3 mL bufer TAE
Campuran dipanaskan dalam micro
owave
Camp
puran ditamb
bahkan EtBrr
Larutan gel
g dituang ke dalam cetaakan yang tellah dipasang sisir
Gel yang telah mengeeras dipindah
hkan ke dalam
m chamber berisi
b
bufer TAE 1x
Sampel dan
d loading dye
d dimasukk
kan dalam su
umur gel den
ngan
perbandingaan (5:1)
Alat eleektroforesis dihubungkan
d
n dengan pow
wer supply 60
0V
Prroses running
g dimulai
19
Lampiran 4 Tahapan amplifikasii DNA kareet (Williamss et al. 19900)
Persiapan sampel
s
koomposisi maaster mix:
a
aquabides
1 µL
18.8
MgCl2 2.5 µL
bufer mengandung
m
dN
NTPs 10 mM
M 0.5 µL
primer 1 µL
Taaq polimerasse 0.2 µL
D
DNA
sampeel 2 µL
Ampplifikasi denngan RAPD
D
45 siklus
pradenatturasi 94 C selama 1 menit
m
denaturrasi 94 C seelama 1 mennit
penempelan 36 C selama
s
1 meenit
m
pemanjangan 72 C selama 2 menit
p
pemanjanga
an akhir 72 C selama 4 menit
20
Lampiran 5 Hasil uji kuantitatif 60 DNA tanaman karet
Sampel
A260
A280
A260/A280
[DNA] μg/mL
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15
17
22
23
25
26
27
28
29
30
34
36
37
38
39
40
43
44
46
47
48
49
51
52
53
55
56
58
59
0.112
0.200
0.471
0.197
0.231
0.395
0.208
0.161
0.172
0.398
0.207
0.203
0.080
0.060
0.245
0.112
0.303
0.127
0.202
0.192
0.128
0.258
0.178
0.222
0.079
0.346
0.218
0.214
0.104
0.269
0.282
0.019
0.168
0.321
0.281
0.128
0.207
0.219
0.351
0.045
0.220
0.056
0.106
0.239
0.099
0.179
0.200
0.144
0.074
0.108
0.198
0.103
0.100
0.030
0.045
0.126
0.063
0.151
0.099
0.104
0.095
0060
0.141
0.145
0.176
0.057
0.194
0.125
0.141
0.086
0.143
0.165
0.035
0.135
0.201
0.169
0.089
0.096
0.139
0.196
0.180
0.115
2.00
1.89
1.97
1.99
1.29
1.98
1.44
2.18
1.59
2.01
2.01
2.03
2.67
1.33
1.94
1.78
2.01
1.28
1.94
2.02
2.13
1.83
1.23
1.26
1.39
1.78
1.74
1.52
1.21
1.88
1.71
0.54
1.24
1.60
1.66
1.44
2.16
1.58
1.79
0.25
1.91
420.00
750.00
1766.25
738.75
866.25
1481.25
780.00
603.75
645.00
1492.50
77625
761.25
300.00
225.00
918.75
420.00
1136.25
476.25
757.50
720.00
480.00
967.50
667.50
832.50
296.25
1297.50
817.50
802.50
390.00
1008.75
1057.50
71.25
630.00
1203.75
1053.75
480.00
776.25
821.25
1316.25
168.75
825.00
21
Lanjutan
Sampel
A260
A280
A260/A280
[DNA] μg/mL
60
66
68
69
70
72
75
77
78
79
80
83
85
86
88
91
GT1
PB260
RRIM600
0.296
0.255
0.124
0.084
0.207
0.107
0.037
0.040
0.400
0.151
0.029
0.138
0.170
0.188
0.100
0.430
0.261
0.051
0.102
0.152
0.132
0.069
0.072
0.102
0.131
0.060
0.043
0.167
0.069
0.029
0.100
0.090
0.069
0.062
0.268
0.146
0.040
0.071
1.95
1.93
1.80
1.17
2.03
0.82
0.62
0.93
2.40
2.19
1.00
1.38
1.89
2.72
1.61
1.60
1.78
1.27
1.42
1110.00
956.25
465.00
315.00
776.25
401.25
138.75
150.00
1500.00
566.25
108.75
517.50
637.50
705.00
375.00
1612.50
978.25
191.25
382.25
Contoh perhitungan [DNA]:
FP (Faktor Pengenceran) = 75 kali
= A260 x FP x 50 μg/mL
[DNA]sampel 2
= 0.112 x 75 x 50 μg/mL
= 420.00 μg/mL
Lampiran 6 Matriks kesamaan genetik 57 genotipe tanaman karet dan 3 klon tetua
Sampel
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15
17
22
23
25
26
27
28
29
30
34
36
37
38
39
40
43
44
2
1.000
0.851
0.936
0.787
0.787
0.851
0.830
0.851
0.894
0.809
0.809
0.872
0.787
0.872
0.872
0.872
0.830
0.638
0.723
0.766
0.660
0.830
0.787
0.702
0.681
0.766
0.702
0.830
0.681
0.596
3
4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15
17
22
23
25
26
1.000
0.830
0.723
0.723
0.745
0.681
0.787
0.787
0.830
0.702
0.766
0.766
0.851
0.809
0.809
0.681
0.532
0.745
0.745
0.511
0.681
0.681
0.723
0.702
0.617
0.638
0.681
0.660
0.660
1.000
0.809
0.851
0.830
0.809
0.872
0.915
0.787
0.787
0.894
0.809
0.851
0.894
0.894
0.851
0.660
0.702
0.702
0.681
0.809
0.851
0.681
0.660
0.745
0.723
0.766
0.702
0.617
1.000
0.830
0.894
0.830
0.766
0.809
0.766
0.809
0.787
0.745
0.787
0.702
0.745
0.745
0.638
0.638
0.723
0.660
0.745
0.787
0.702
0.723
0.766
0.702
0.787
0.638
0.681
1.000
0.851
0.830
0.809
0.809
0.681
0.766
0.830
0.787
0.787
0.787
0.787
0.787
0.681
0.681
0.723
0.745
0.787
0.872
0.745
0.723
0.809
0.745
0.830
0.723
0.723
1.000
0.894
0.872
0.872
0.745
0.830
0.851
0.809
0.851
0.809
0.809
0.766
0.617
0.660
0.702
0.638
0.766
0.809
0.681
0.702
0.787
0.809
0.894
0.702
0.702
1.000
0.851
0.809
0.723
0.766
0.830
0.787
0.787
0.787
0.787
0.830
0.638
0.723
0.766
0.745
0.787
0.787
0.702
0.681
0.809
0.787
0.915
0.723
0.638
1.000
0.872
0.745
0.787
0.894
0.894
0.894
0.851
0.894
0.766
0.617
0.660
0.660
0.638
0.723
0.809
0.638
0.660
0.745
0.809
0.809
0.745
0.617
1.000
0.830
0.872
0.936
0.809
0.809
0.851
0.894
0.766
0.617
0.660
0.660
0.638
0.723
0.809
0.638
0.702
0.745
0.766
0.766
0.745
0.617
1.000
0.787
0.809
0.766
0.766
0.766
0.766
0.638
0.574
0.617
0.660
0.553
0.638
0.681
0.638
0.617
0.660
0.596
0.681
0.660
0.532
1.000
0.851
0.723
0.766
0.766
0.809
0.681
0.660
0.574
0.702
0.638
0.723
0.766
0.638
0.702
0.745
0.723
0.766
0.787
0.660
1.000
0.830
0.830
0.830
0.872
0.787
0.638
0.681
0.681
0.660
0.745
0.830
0.660
0.681
0.766
0.745
0.787
0.766
0.596
1.000
0.872
0.745
0.830
0.702
0.596
0.638
0.638
0.617
0.660
0.745
0.574
0.596
0.723
0.745
0.787
0.681
0.596
1.000
0.787
0.830
0.787
0.681
0.681
0.723
0.617
0.787
0.787
0.660
0.681
0.766
0.745
0.787
0.723
0.638
1.000
0.830
0.745
0.596
0.723
0.681
0.617
0.745
0.787
0.702
0.638
0.681
0.745
0.787
0.723
0.596
1.000
0.745
0.553
0.638
0.638
0.617
0.702
0.787
0.617
0.638
0.681
0.745
0.745
0.766
0.596
1.000
0.723
0.766
0.766
0.830
0.915
0.787
0.745
0.723
0.809
0.745
0.787
0.723
0.638
1.000
0.617
0.745
0.766
0.723
0.723
0.638
0.617
0.745
0.638
0.681
0.617
0.532
22
Lanjutan
Sampel
46
47
48
49
51
52
53
55
56
58
59
60
66
68
69
70
72
75
77
78
79
80
83
85
86
88
91
GT1
PB260
RRIM600
2
0.681
0.617
0.681
0.660
0.596
0.638
0.660
0.702
0.702
0.660
0.766
0.787
0.723
0.766
0.660
0.723
0.660
0.660
0.723
0.723
0.830
0.745
0.745
0.745
0.723
0.702
0.660
0.489
0.681
0.617
3
0.617
0.596
0.617
0.638
0.745
0.660
0.638
0.723
0.638
0.638
0.702
0.681
0.617
0.745
0.723
0.745
0.596
0.681
0.702
0.702
0.681
0.681
0.681
0.681
0.702
0.681
0.553
0.468
0.702
0.681
4
0.702
0.638
0.660
0.638
0.617
0.660
0.681
0.723
0.723
0.723
0.787
0.766
0.745
0.745
0.638
0.702
0.638
0.638
0.702
0.702
0.809
0.766
0.723
0.766
0.702
0.723
0.681
0.511
0.660
0.596
5
0.723
0.745
0.681
0.660
0.638
0.681
0.702
0.745
0.702
0.702
0.766
0.702
0.681
0.723
0.574
0.766
0.617
0.617
0.681
0.723
0.745
0.745
0.660
0.787
0.638
0.702
0.702
0.660
0.596
0.574
6
0.766
0.660
0.638
0.702
0.681
0.681
0.702
0.745
0.745
0.745
0.809
0.745
0.723
0.766
0.660
0.766
0.660
0.660
0.681
0.766
0.787
0.787
0.702
0.745
0.681
0.745
0.702
0.617
0.723
0.702
7
0.745
0.723
0.702
0.681
0.660
0.702
0.723
0.723
0.723
0.681
0.787
0.766
0.702
0.787
0.638
0.787
0.723
0.681
0.745
0.830
0.809
0.809
0.723
0.766
0.702
0.723
0.638
0.638
0.702
0.638
8
0.723
0.702
0.723
0.702
0.638
0.681
0.702
0.660
0.702
0.702
0.766
0.745
0.681
0.723
0.617
0.766
0.702
0.702
0.766
0.809
0.830
0.787
0.702
0.702
0.681
0.702
0.660
0.617
0.681
0.617
9
0.702
0.638
0.702
0.681
0.702
0.660
0.681
0.638
0.681
0.723
0.787
0.723
0.660
0.745
0.681
0.745
0.723
0.681
0.745
0.787
0.766
0.809
0.681
0.681
0.745
0.723
0.596
0.511
0.702
0.638
11
0.660
0.638
0.702
0.681
0.574
0.617
0.638
0.681
0.681
0.681
0.745
0.723
0.702
0.745
0.596
0.745
0.638
0.638
0.660
0.745
0.723
0.723
0.681
0.723
0.660
0.681
0.681
0.511
0.660
0.638
12
0.574
0.553
0.660
0.638
0.660
0.660
0.596
0.596
0.638
0.638
0.702
0.681
0.660
0.617
0.596
0.702
0.553
0.596
0.617
0.660
0.638
0.638
0.596
0.638
0.574
0.596
0.638
0.426
0.574
0.596
13
0.660
0.681
0.745
0.723
0.574
0.617
0.638
0.681
0.723
0.638
0.745
0.723
0.702
0.745
0.596
0.745
0.638
0.681
0.702
0.745
0.723
0.723
0.723
0.766
0.702
0.723
0.723
0.638
0.702
0.723
14
0.681
0.617
0.723
0.702
0.596
0.638
0.660
0.660
0.702
0.702
0.766
0.745
0.723
0.723
0.617
0.766
0.660
0.660
0.681
0.766
0.745
0.745
0.702
0.702
0.681
0.702
0.660
0.489
0.681
0.660
15
0.681
0.617
0.638
0.617
0.681
0.596
0.574
0.574
0.617
0.745
0.766
0.702
0.638
0.681
0.617
0.723
0.660
0.574
0.638
0.723
0.660
0.702
0.660
0.660
0.681
0.702
0.574
0.489
0.596
0.617
17
0.723
0.660
0.723
0.702
0.723
0.638
0.660
0.702
0.702
0.702
0.809
0.787
0.723
0.809
0.745
0.766
0.745
0.702
0.766
0.766
0.787
0.787
0.745
0.745
0.809
0.745
0.617
0.489
0.723
0.660
22
0.638
0.532
0.596
0.617
0.638
0.681
0.660
0.660
0.660
0.702
0.723
0.787
0.681
0.723
0.702
0.681
0.702
0.702
0.723
0.723
0.787
0.745
0.702
0.702
0.681
0.660
0.617
0.532
0.681
0.617
23
0.681
0.617
0.723
0.660
0.596
0.596
0.660
0.617
0.660
0.702
0.766
0.702
0.638
0.723
0.617
0.723
0.617
0.617
0.681
0.723
0.702
0.745
0.702
0.702
0.723
0.745
0.660
0.489
0.638
0.660
25
0.766
0.660
0.723
0.660
0.638
0.723
0.745
0.745
0.787
0.745
0.809
0.787
0.851
0.766
0.660
0.723
0.702
0.660
0.723
0.723
0.872
0.787
0.745
0.787
0.766
0.745
0.745
0.532
0.638
0.574
26
0.617
0.596
0.702
0.681
0.574
0.617
0.638
0.638
0.681
0.638
0.702
0.681
0.745
0.660
0.596
0.660
0.681
0.723
0.702
0.660
0.723
0.681
0.681
0.723
0.702
0.681
0.766
0.553
0.617
0.596
23
Lanjutan
Sampel
27
28
29
30
34
36
37
38
39
40
43
44
46
47
48
49
51
52
53
55
56
58
59
60
66
68
69
70
72
75
77
27
1.000
0.830
0.638
0.766
0.723
0.851
0.787
0.702
0.723
0.723
0.702
0.660
0.617
0.596
0.574
0.596
0.660
0.702
0.681
0.766
0.681
0.766
0.660
0.723
0.660
0.745
0.766
0.745
0.681
0.766
0.702
28
29
30
34
36
37
38
39
40
43
44
46
47
48
49
51
52
1.000
0.766
0.809
0.681
0.809
0.787
0.745
0.723
0.809
0.660
0.660
0.660
0.681
0.702
0.723
0.702
0.702
0.723
0.809
0.723
0.723
0.745
0.766
0.702
0.787
0.723
0.787
0.638
0.766
0.830
1.000
0.787
0.702
0.660
0.638
0.723
0.702
0.745
0.681
0.553
0.723
0.660
0.723
0.702
0.638
0.723
0.745
0.660
0.745
0.745
0.766
0.702
0.766
0.681
0.574
0.638
0.574
0.574
0.723
1.000
0.830
0.830
0.809
0.894
0.787
0.830
0.766
0.723
0.851
0.702
0.681
0.702
0.681
0.766
0.787
0.830
0.830
0.787
0.851
0.830
0.894
0.851
0.745
0.809
0.787
0.745
0.809
1.000
0.787
0.723
0.809
0.787
0.787
0.766
0.681
0.766
0.660
0.638
0.660
0.638
0.723
0.745
0.745
0.787
0.787
0.809
0.745
0.766
0.766
0.660
0.766
0.702
0.745
0.723
1.000
0.894
0.809
0.702
0.745
0.723
0.766
0.723
0.660
0.596
0.660
0.766
0.809
0.787
0.830
0.787
0.787
0.766
0.745
0.723
0.766
0.787
0.809
0.660
0.787
0.723
1.000
0.830
0.766
0.723
0.745
0.787
0.745
0.723
0.660
0.723
0.745
0.745
0.766
0.851
0.766
0.809
0.787
0.723
0.745
0.830
0.766
0.872
0.723
0.809
0.745
1.000
0.766
0.851
0.787
0.745
0.830
0.723
0.702
0.723
0.702
0.745
0.766
0.766
0.809
0.766
0.830
0.766
0.830
0.787
0.723
0.872
0.809
0.723
0.745
1.000
0.830
0.809
0.723
0.766
0.702
0.681
0.702
0.681
0.723
0.745
0.787
0.745
0.830
0.809
0.745
0.723
0.851
0.702
0.809
0.745
0.745
0.809
1.000
0.723
0.681
0.766
0.660
0.681
0.702
0.681
0.723
0.745
0.702
0.745
0.745
0.809
0.787
0.723
0.766
0.660
0.809
0.745
0.702
0.766
1.000
0.745
0.787
0.723
0.787
0.766
0.702
0.745
0.723
0.723
0.809
0.809
0.830
0.766
0.787
0.830
0.766
0.830
0.723
0.723
0.787
1.000
0.830
0.851
0.660
0.723
0.702
0.702
0.681
0.766
0.766
0.681
0.745
0.681
0.660
0.787
0.723
0.787
0.638
0.681
0.702
1.000
0.851
0.787
0.809
0.702
0.745
0.766
0.766
0.809
0.809
0.872
0.809
0.830
0.830
0.723
0.830
0.766
0.681
0.787
1.000
0.809
0.787
0.638
0.681
0.702
0.745
0.787
0.702
0.766
0.702
0.681
0.766
0.660
0.766
0.617
0.660
0.809
1.000
0.851
0.617
0.660
0.681
0.638
0.723
0.681
0.787
0.766
0.745
0.745
0.638
0.745
0.638
0.681
0.787
1.000
0.681
0.681
0.702
0.702
0.745
0.702
0.809
0.787
0.723
0.766
0.745
0.809
0.660
0.745
0.809
1.000
0.872
0.809
0.766
0.723
0.766
0.830
0.723
0.702
0.745
0.766
0.745
0.638
0.681
0.745
1.000
0.936
0.809
0.851
0.809
0.830
0.766
0.830
0.745
0.723
0.787
0.638
0.681
0.787
24
Lanjutan
Sampel
78
79
80
83
85
86
88
91
GT1
PB260
RRIM600
27
0.702
0.723
0.681
0.766
0.766
0.702
0.723
0.553
0.596
0.617
0.638
28
0.745
0.809
0.723
0.809
0.809
0.745
0.766
0.681
0.681
0.702
0.681
29
0.638
0.787
0.745
0.702
0.702
0.681
0.745
0.830
0.617
0.596
0.617
30
0.809
0.915
0.872
0.830
0.872
0.809
0.830
0.745
0.617
0.681
0.617
34
0.766
0.787
0.830
0.745
0.787
0.723
0.787
0.660
0.574
0.638
0.617
36
0.766
0.787
0.787
0.745
0.787
0.723
0.787
0.617
0.660
0.638
0.660
37
0.830
0.766
0.809
0.723
0.809
0.745
0.809
0.638
0.681
0.702
0.681
38
0.872
0.851
0.851
0.766
0.809
0.787
0.809
0.723
0.638
0.660
0.638
39
0.851
0.787
0.872
0.787
0.830
0.766
0.830
0.660
0.660
0.723
0.702
40
0.851
0.872
0.830
0.787
0.787
0.723
0.787
0.702
0.660
0.723
0.702
43
0.830
0.766
0.851
0.809
0.766
0.830
0.851
0.723
0.638
0.745
0.809
44
0.787
0.681
0.766
0.681
0.723
0.702
0.766
0.553
0.723
0.660
0.681
46
0.830
0.809
0.894
0.766
0.766
0.787
0.851
0.723
0.638
0.660
0.638
47
0.766
0.702
0.787
0.702
0.702
0.723
0.787
0.617
0.745
0.638
0.617
48
0.745
0.723
0.766
0.723
0.681
0.787
0.766
0.766
0.596
0.660
0.681
49
0.809
0.745
0.787
0.745
0.660
0.766
0.787
0.745
0.574
0.766
0.745
51
0.745
0.766
0.809
0.681
0.681
0.745
0.766
0.596
0.596
0.702
0.681
52
0.787
0.809
0.851
0.766
0.766
0.787
0.809
0.681
0.638
0.660
0.638
Sampel
53
55
56
58
59
60
66
68
69
70
72
75
77
78
79
80
83
85
53
1.000
0.830
0.872
0.787
0.809
0.745
0.809
0.766
0.702
0.809
0.660
0.702
0.809
0.809
0.830
0.872
0.787
0.787
55
56
58
59
60
66
68
69
70
72
75
77
78
79
80
83
85
1.000
0.830
0.787
0.809
0.787
0.809
0.894
0.787
0.809
0.660
0.745
0.809
0.766
0.830
0.830
0.830
0.872
1.000
0.787
0.851
0.787
0.851
0.809
0.787
0.809
0.660
0.702
0.809
0.809
0.830
0.872
0.830
0.787
1.000
0.894
0.830
0.809
0.809
0.745
0.809
0.702
0.702
0.766
0.766
0.787
0.872
0.787
0.830
1.000
0.894
0.872
0.872
0.766
0.830
0.723
0.723
0.830
0.830
0.894
0.936
0.809
0.809
1.000
0.851
0.851
0.787
0.766
0.745
0.745
0.809
0.766
0.872
0.830
0.830
0.787
1.000
0.830
0.723
0.787
0.766
0.723
0.787
0.787
0.851
0.851
0.809
0.809
1.000
0.851
0.830
0.766
0.809
0.872
0.830
0.851
0.894
0.851
0.851
1.000
0.766
0.745
0.787
0.809
0.766
0.745
0.787
0.787
0.702
1.000
0.809
0.809
0.830
0.957
0.766
0.851
0.809
0.809
1.000
0.830
0.766
0.851
0.745
0.787
0.745
0.702
1.000
0.851
0.851
0.745
0.787
0.745
0.702
1.000
0.872
0.851
0.894
0.851
0.766
1.000
0.809
0.894
0.809
0.766
1.000
0.915
0.830
0.830
1.000
0.830
0.830
1.000
0.872
1.000
25
Lanjutan
Sampel
86
88
91
GT1
PB260
RRIM600
53
0.809
0.830
0.702
0.660
0.681
0.617
55
0.809
0.830
0.660
0.702
0.766
0.702
56
0.851
0.872
0.745
0.702
0.723
0.702
58
0.766
0.872
0.702
0.660
0.638
0.660
59
0.830
0.894
0.766
0.638
0.745
0.723
Sampel
86
88
91
GT1
PB260
RRIM600
86
1.000
0.894
0.723
0.638
0.745
0.723
88
91
GT1
PB260
RRIM600
1.000
0.787
0.745
0.723
0.787
1.000
0.660
0.638
0.702
1.000
0.638
0.660
1.000
0.894
1.000
60
0.809
0.787
0.702
0.617
0.723
0.660
66
0.830
0.809
0.809
0.596
0.702
0.638
68
0.872
0.851
0.681
0.681
0.787
0.723
69
0.851
0.787
0.574
0.617
0.723
0.702
70
0.830
0.851
0.681
0.638
0.745
0.723
72
0.766
0.702
0.617
0.574
0.681
0.574
75
0.766
0.745
0.617
0.660
0.766
0.660
77
0.872
0.851
0.681
0.723
0.787
0.681
78
0.830
0.851
0.681
0.681
0.787
0.723
79
0.809
0.830
0.745
0.660
0.766
0.660
80
0.851
0.915
0.745
0.702
0.766
0.702
83
0.894
0.915
0.745
0.702
0.723
0.745
85
0.809
0.872
0.745
0.702
0.638
0.660
26
Download