Menyusui Bagi Ibu Bekerja Dikirim oleh humas3 pada 31 Januari 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 5727 dr. Dewi Martha Indria Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya (LPPM UB) bekerjasama dengan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jatim menyelenggarakan Sosialisasi Menyusui Bagi Ibu Pekerja, Kamis (31/1). Bertempat di gedung IKA, acara ini dihadiri oleh karyawan dan dosen perempuan UB. Hadir sebagai pembicara dr Dewi Martha Indria, Konselor Laktasi yang juga lulusan FK UB tahun 2011. Dewi meyakinkan seluruh peserta bahwa setiap ibu pasti bisa menyusui anaknya, termasuk ibu pekerja. Namun memang diperlukan usaha yang lebih untuk memerah, menyimpan dan memberikan ASI ke bayi. Dewi yang juga pengajar di Universitas Islam Negeri Malang ini menyampaikan produksi ASI dimulai pada usia 16-22 minggu kehamilan. Jadi wajar saja bila ada ibu hamil yang sudah keluar ASI-nya. Ia menyarankan agar ASi yang keluar dibersihkan seperlunya saja dan tidak diperas karena bisa menimbulkan kontraksi. Di lain pihak ada juga ibu yang ASI-nya baru keluar beberapa hari setelah melahirkan. Ia berharap ibu tetap tenang dan terus berusaha merangsang agar ASI keluar dengan sering menyusui bayi maupun dengan cara yang lain. Saat si ibu berusaha mengeluarkan ASI, bayi tidak perlu diberi asupan apapun karena bayi baru lahir bisa bertahan tanpa asupan apapun maksimal selama 3x24 jam. Untuk meningkatkan produksi ASI, Dewi menyarankan agar Ibu menjaga kondisinya selalu bahagia. Karena kondisi psikis yang baik bisa meningkatkan hormon oksitosin. Hormon ini bersama hormon prolaktin mempengaruhi kelancaran produksi ASI. Selain menjaga kondisi psikis, ibu bisa melakukan pijatan punggung. "Pijatan punggung ini lebih baik dilakukan berasama suami," ujarnya. Namun yang utama adalah sesering mungkin ibu menyusui secara langsung kepada bayinya. Pemberian ASIP Bagi ibu yang bekerja, memberikan ASI bukanlah halangan. Ibu tetap bisa memberikan ASI Perahan (ASIP) di kantor daripada memberi susu formula untuk bayinya. ASIP yang ditampung dalam botol kaca, botol plastik, atau kantung plastik aman untuk diberikan kepada bayi. Untuk pemberian ASIP ini ada ketentuan penyimpanan dan tata cara pemberian. ASI yang baru saja diperah di kantor bisa dimasukkan ke kulkas atau tas pendingin. Untuk ASIP yang diletakkan di kulkas bawah bisa bertahan tiga hari untuk kondisi optimal dan delapan hari untuk kondisi sangat bersih. Sedangkan di suhu ruangan ASIP bisa bertahan selama empat jam. Sedangkan untuk pemberian ASIP kepada bayi, Dewi tidak menyarankan dengan menggunakan dot karena bisa menimbulkan "bingung puting". Kalaupun tidak "bingung puting", akan mengubah cara menyusu bayi menjadi tidak maksimal pelekatannya. [ai] Artikel terkait MoU UB dan BKKBN One Health untuk Cegah Penyakit Zoonosis FK-UB Kembangkan Tes Cepat untuk Diagnosa Dini Lupus Teknologi Kedokteran Nuklir untuk Obati Kanker Dr. Erna Susanti: Peran Catechins Teh Hijau terhadap Penghambatan Proses Aterogenesis