jurnal konsentrasi manajemen - Ejournal STIE Indagiri

advertisement
Volume 1 Nomor 1, April 2017
JURNAL KONSENTRASI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI
(STIE-I) RENGAT
Publikasi Ilmiah Program Studi Manajemen
o
Analisis Kinerja Pegawai Pada kantor Camat Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu
(Aris Triyono)
o
Analisis Penjualan Bahan Bakar Premium Dan Solar Pada SPBU Dodi Neveldy Rengat
(Warnadi)
o
Tinjauan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia (Studi Kasus Mahasiswa Semester V Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat Tahun Akademik 2016/2017)
(Syafrizal)
o
Pengaruh Bentuk Organisasi Dan Komunikasi Terhadap Pengendalian Manajemen Pada PT.
Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru
(Agus Supriyadi)
o
Tinjauan Sistem Pengupahan Buruh Dan Tenaga Kerja Pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
Kab. Indragiri Hulu
(Yenny Iskandar)
o
Kajian Technopreneur Concept Sebagai Konsep Dua Keunggulan Dalam Satu Kompetensi
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat
(Puspa Dewi)
o
Pengaruh Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Labour Turn Over pada PT. Sumber
Mahtera Kencana – Rengat.
(Irawati)
o
Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Pemilih di Indragiri Hulu
(Yusnedi)
o
Studi Kelayakan Investasi Pembelian Kapal Tongkang CV. Surya Samudra Sentosa
(Tomy Fitrio)
Penerbit :
Program Studi Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat
Jl. R. Soeprapto No. 14 Rengat. Telp. (0769) 21019
Email : [email protected]
SEKAPUR SIRIH
Assalamualaikum Wr. Wb
Rasa Segenap Puji serta Syukur marilah sama kita Panjatkan kepada sang
pencipta alam semesta beserta isinya, Allah yang Maha Pengasih, Allah yang Maha
Penyayang. Karena Dialah kita dapat hidup dalam kedamaian, dengan damai kita
berkarya, dan dengan berkarya kita dapat bermanfaat bagi orang lain. Salawat dan
Salam kita kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat Beliaulah
kita masih dapat menikmati suatu masa yang didalamnya terdapat beragai ilmu
pengetahuan yang dapat kita kembangkan dengan melalukan berbagai riset. Amin ya
Rabbalalamin.
Para Pembaca Yang Saya Hormati,
STIE Indragiri telah berupaya dengan segenap kemampuan untuk menciptakan
kaum intelektual yang gemar melakukan berbagai kajian yang menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Berbagai riset yang dihasilkan baik oleh dosen maupun kolaborasi dengan
mahasiswa, akan selalu diupayakan untuk dapat dipublikasikan dalam jurnal
Konsentrasi Manajemen pada tiap volume terbitannya.
Akhirnya saya sebagai pihak Manajemen STIE Indragiri Rengat mengucapkan
terima kasih atas segala upaya yang telah dilakukan Tim Redaksi Jurnal
KONSENTRASI MANAJEMEN”, Semoga apa yang sudah kita upayakan dan
dapatkan ini akan mendapatkan Ridho dari Allah SAW, Amin
Rengat, April 2017
Ketua
Ivalaina Astarina, SE.MM
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah, atas Hidayah dan Inayah-Nya jualah
kita dari Tim Penyusun Jurnal dapat bekerja dengan baik dan berhasil
menyelesaikannya dengan baik pula. Salawat dan Salam kita hadiahkan kepada
junjungan kita, nabi Muhammad SAW, atas jasa-jasa Beliaulah kita menjadi
makhluk yang dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan tuntunan Alquran dan
Hadist. Amim
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas,
Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian serta Pengabdian pada Masyarakat atau yang
lebih di kenal dengan sebutan Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak akan lepas dari
Publikasi Ilmiah.
Dalam dunia Perguruan Tinggi, publikasi Karya Ilmiah seperti Hasil Penelitian
(Hasil Reseach) harus dimuat dalam jurnal atau prossiding. Sementara sebelum
terbitnya Jurnal ini karya ilmiah para dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Indragiri dan mahasiswa belum pernah dipublikasikan pada jurnal berbasis online,
yang seyogianya harus dan wajib dilakukan.
Untuk menjawab tantangan tersebut Program Studi Manajemen STIE Indragiri
diberi kepercayaan oleh Ketua STIE Indragiri untuk menerbitkan sebuah jurnal
online berbasis open journal system (OJS). Setelah mengalami proses yang sangat
panjang, Alhamdulillah dengan izin Allah jurnal ini dapat diterbitkan.
Dengan terbitnya Jurnal ini, maka diharapkan teman-teman dosen bahkan
mahasiswa terpacu untuk menghasilkan karya-karya ilmah yang bermutu dan
bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang pada
akhirnya ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya di Kabupaten
Indragiri Hulu Provinsi Riau umumnya di Republik Indonesia.
Rengat, April 2017
Dewan Redaktur
Ketua
Syafrizal, SE,M.Si
Volume 1 No.1, April 2017
E-ISSN : in process
ii
JURNAL KONSENTRASI MANAJEMEN
Email : [email protected]
TIM REDAKSI
Penanggung Jawab
Pembina
: Ivalaina Astarina, SE.,MM (Ketua)
: Puspa Dewi, SE.,MM (PUKET I)
Pemimpin Umum
: Ketua Program Studi Manajemen
Dewan Editor
Ketua
Anggota
: Yusnedi, SH.M.Hum
: Agus Supriyadi, SE,M.Si
: Suwaji, SE,MM
Redaksi Pelaksana
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
Tata Usaha dan Kearsipan
Distribusi dan Sirkulasi
Alamat Redaksi
: Syafrizal, SE.,M.Si
: Angga Hapsila, SE.MM
: Warnadi, SE.,M.Si
: Kurnia Dewi, SE,MM
: Meilya Karya putri, SP,MM
: Airine Yulianda, S.Ip, M.Si
: Prodi Manajemen, Jl R.Suprapto Telp.076921019
Email : [email protected]
Jumal Konsentrasi Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga kali setahun
oleh Prodi Manajemen STIE Indragiri berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan
disertasi.
iii
DAFTAR ISI
Hal
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Sekapur Sirih .............................................................................................................. i
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Tim Redaksi ............................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................... iv
Analisis Kinerja Pegawai Pada kantor Camat Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu (Aris Triyono) .................................................................................... 1
Analisis Penjualan Bahan Bakar Premium Dan Solar Pada SPBU Dodi
Neveldy Rengat (Warnadi) ........................................................................................ 13
Tinjauan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia (Studi Kasus Mahasiswa
Semester V Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat Tahun
Akademik 2016/2017 (Syafrizal) ............................................................................... 21
Pengaruh Bentuk Organisasi Dan Komunikasi Terhadap Pengendalian
Manajemen Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru (Agus Supriyadi) ............. 20
Tinjauan Sistem Pengupahan Buruh Dan Tenaga Kerja Pada Dinas Tenaga
Kerja dan Sosial Kab. Indragiri Hulu (Yenny Iskandar)............................................ 41
Kajian Technopreneur Concept Sebagai Konsep Dua Keunggulan Dalam
Satu Kompetensi Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I)
Rengat (Puspa Dewi).................................................................................................. 57
Pengaruh Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Labour Turn Over
pada PT. Sumber Mahtera Kencana – Rengat. (Irawati) .......................................... 74
Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Pemilih
di Indragiri Hulu. (Yusnedi)....................................................................................... 91
Studi Kelayakan Investasi Pembelian Kapal Tongkang CV. Surya
Samudra Sentosa. (Tomy Fitrio) ................................................................................ 101
iv
ANALISIS KINERJA PEGAWAI
PADA KANTOR CAMAT RENGAT BARAT
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
ABSTRAK
OLEH : ARIS TRIYONO
Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada Kantor Camat Rengat Barat yang
beralamat di jalan Gerbangsasi Pematang Reba – Rengat Barat - Kabupaten Indragiri Hulu.
Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 (Tiga) bulan terhitung bulan Maret 2016
sampai dengan Mei 2016. Dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor –
faktor yang menyebabkan belum maksimalnya kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat
dan bagaimana langkah yang ditempuh oleh Camat dan jajarannya dalam menangani atau
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada kantor camat
Rengat Barat berdasarkan jenjang eselon dengan jumlah 34 Orang. Adapun jumlah sampel
yang diambil adalah seluruh pegawai kantor Camat Rengat Barat berdasarkan eselon dengan
jumlah 34 Orang . Adapun penarikan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
metode “Sensus”. merupakan metode pemilihan sampel yang mana seluruh populasi
dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan dan analisa data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah metode deskriftif.
Dari penelitian yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa belum
maksimalnya kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya : kinerja, Renstra, Kepemimpinan, Motivasi dan Tugas Pokok dan Pungsi.
Namun dari beberapa faktor tersebut, yang paling menonjol adalah motivasi yang masih
sangat kurang yang ditunjukkan oleh para pegawai dalam bekerja, kemudian kesadaran
pemenuhan standar kerja dengan tupoksi yang jelas yang belum dapay dioptimalkan sehingga
terjadilah penumpukan pekerjaan hanya kepada beberapa individu pegawai saja.
Kata kunci : Kinerja, Renstra, Kepemimpinan, Motivasi
1
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang Masalah
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah
terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary,
terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata “to perform” dengan
beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out,
execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of
fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or
complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau
mesin (to do what is expected of a person machine).
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan
kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifatsifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer, kinerja individu pada dasarnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan;
kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi
terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya
ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan
Perencanaan strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja
instansi pemerintah yang saat ini dijadikan salah satu instrument pertanggung jawaban.
Perencanaan ini merupakan pengintegrasian antara keahlian SDM dengan sumber daya
lainnya yang dimiliki organisasi, sehingga mampu menjawab tuntutan perkembangan
lingkungan strategis rasional dan global serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen
nasional.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
sebuah judul penelitian yang penulus beri judul : ANALISIS KINERJA PEGAWAI PADA
KANTOR CAMAT RENGAT BARAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
“ Faktor – faktor apakah yang menyebabkan belum maksimalnya kinerja pegawai pada Kantor
Camat Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu? “.
2
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
C. Tinjauan Kepustakaan
1. Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melasanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya yang dilaksanakan atas dasar kemampuan,
pengalaman dan kesungguhan dalam rentang waktu tertentu. Dengan kata lain
bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapaioleh seorang dalam melasanakan
tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan keriteria yang ditetapkan. (Hasibuan,
2004).
Pendapat lain menjelaskan bahwa kinerja adalah suatu keadaan yang menunjukan
kemampuan seorang pegawai dalam menjalankan tugas sesuai dengan standar yang
telah ditentukan oleh organisasi kepada pegawai sesuai dengan job descriptionnya.
(Siagian,2009 : 48).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :
1. Karaktristik situasi ; Yaitu bagaimana lingkungan organisasi mempengaruhi
pelaksanaan kinerja didalam organisasi. Lingkungan menempatkan tuntutan-tuntutan
kinerja didalam oganisasi. Lingkungan menempatkan tuntutan organisasi dan para
pegawai terhadap pekerjaannya. Organisasi juga mempengaruhi kinerja, menentukan
siapa yang memiliki tanggung jawab untuk penilaian.
2. Deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja pekerjaan. Karena
pekerjaan-pekerjaan yang berbeda mempunyai deskripsi pekerjaan yang berbeda,
program evaluasi kinerja haruslah menyediakan cara yang sistematik untuk
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dan memastikan evaluasi yang konsisten
diseluruh pekerjaan dan pegawai yang mendudukinya.
3. Tujuan-tujuan penilaian kinerja; Tujuan-tujuan penilaian kinerja secara mendasar
dapat digolongkan kedalam dua bagian besar yaitu evaluasi dan pengembangan.
4. Sikap para pekerja dan atasan terhadap evaluasi.
Dalam menilai kinerja ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu (Rucky, 2004 :
16):
a. Sarana dan prasarana; Hal yang perlu diperhatikan kondisi dan kelayakan serta
kemampuan semua sarana maupun prasarana fisik yang dimiliki seperti bangunan,
lay out, peralatan mesin yang ada.
b. Proses kerja atau metode kerja; Bila objek suatu perusahaan adalah manufaktur maka
team ini akan terdiri dari para ahli tekhnik industri dan ahli proses produksi.
c. Kemampuan sumberdaya manusia; Yaitu kemampuan pegawai dalam
mengaplikasikan tugas-tugas mereka secara nyata dilapangan.
d. Gairah kerja/ motivasi ; Gairah kerja sangat mempengaruhi kinerja sumberdaya
manusia atau perusahaan, untuk itu perlu diperhatikan system imbalan/ penggajian
yang mencakup insentif dan bonus serta penilaian prestasi kerja.
e. Kualitas bahan baku dan bahan pembantu; Kualitas bahan baku dan bahan pembantu
ini hanya berpengaruh pada perusahaan manufaktur saja.
3
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Unsur-unsur yang perlu digunakan dalam mengukur kinerja pegawai adalah : (Simamora,
2001 : 90)
1. Kedisiplinan, adalah menilai disiplin pegawai dalam mematuhi peraturan yang ada
dan mengerjakan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan.
2. Tanggung jawab pekerjaan, adalah menilai kesediaan pegawai dalam
mempertanggung jawabkan pekerjaan dan hasil kerjanya.
3. Kejujuran, adalah menilai kejujuran dalam menjalankan tugas-tugasnya.
4. Kemampuan kerjasama, adalah menilai kesediaan pegawai dalam berpartisipasi dan
bekerja sama dengan pegawai lain sehingga hasil pekerjaan semakin baik.
5. Kesetiaan, adalah menilai kesetiaan pegawai dalam pekerjaan dan jabatan dalam
suatu organisasi.
6. Ketelitian, adalah menilai ketelitian dalam menjalankan penyelesaian pekerjaan.
7. Inisiatif, adalah menilai kemampuan pegawai dalam menciptakan hal-hal baru dalam
mensukseskan pekerjaannya.
8. Kecakapan, adalah menilai hasil kerja pegawai baik kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan.
9. Kepemimpinan, adalah menilai kemampuan pegawai untuk memimpin dan
memotivasi orang lain untuk bekerja.
2. Rencana Strategis
Rencana strategis organisasi adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat
menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana
sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam
berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.
Manfaat Dan Peranan Rencana Strategis : (Mangkunegara, 2009 : 16)
1. Menentukan batasan usaha/bisnis. Memilih fokus bidang usaha yang akan
dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen.
2. Memberikan arah perusahaan. Menentuan batasan usaha dan arah perusahaan
merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan.
Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan
perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan.
3. Mengarahkan dan membentuk kultur perusahaan. Rencana strategis menunjang
pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses interaksi, tawarmenawar, atau komunikasi timbal-balik.
4. Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai.
5. Menjaga fleksibilitas dan stabilitas operasi.
6. Memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan.
4
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Tahap penyusunan Rencana strategis (Mangkunegara, 2009 : 72)
1.
2.
3.
4.
Perumusan misi organisasi;
Analisis keunggulan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (SWOT);
Penentuan arah, sasaran dan strategi;
Identifikasi program dan proyeksi keuangan.
3. Kepemimpinan
Dunia organisasi kontemporer sangat kompetitif, sensivitas industri teknologi
pelayanan yang tinggi dan sistem teknis-sosial yang dinamis, sehingga stake holder dalam
konteks ini harus memiliki kompetensi organisasi. Akselerasi perkembangan zaman
mutakhir, juga memperkuat stimulasi problematika sosial-kemasyarakatan. Implikasi
tersebut sangat luas dan merembes hingga mempengaruhi tidak hanya dari struktur,
strategi, budaya, dan sejumlah aktifitas-aktifitas organisasi lainnya. Untuk itu, organisasi
kontemporer tidak bisa menapikan penyelesaian masalah masyarakat dan organisasi yang
selalu menjadi tujuan pembahasan yang menarik bagi para filosof dan masyarakat umum.
Tantangan para filosof untuk meneliti hal yang belum diketahui dan berspekulasi tiada
henti. Mereka menetapkan dengan visi dan jangkauan masa depan. Di sisi lain,
masyarakat memimpikan sebuah masa depan (dream of future) di mana kebutuhan mereka
dapat terjawab. Konsekuensinya, mereka memiliki alasan untuk dilibatkan dan berusaha
dengan pihak lain (para filosof dan masyarakat berhadapan tantangan dan masalah baru),
dengan setiap generasi baru, sehingga dapat menciptakan kehidupan manusia yang
menemukan jalan yang lurus.
Akselersasi tantangan zaman mutakhir dengan penuh ketidakaturan (turbulence) dan
perubahan lingkungan (changing environment) turut menampilkan profil perubahan
organisasi (organizational change), yang secara otomatis membuat organisasi terkini
gencar melakukan konsolidasi pengembangan organisasi (organizational development)
dan selalu mengimprovisasi kemampuan pembelajaran organsiasi (organizational
learning capability) dengan tanpa batas, sehingga penguatan internal lingkungan
organisasi tidak bisa luput dari pengembangan sumber daya manusia (human resources
development), program-program pelatihan dan pengembangan (training and
development) dan formulasi konsep dan konsolidasi strategic organisasi.
Kegiatan manusia secara bersama sama selalu membutuhkan “Kepemimpinan”, jadi
harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja.Untuk bermacam macam usaha dan
kegiatan manusia yang berjuta banyaknya ini memerlukan upaya yang terencana dan
sistematis untuk melatih dan menyiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu banyak studi
dan penelitian yang dilakukan orang mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan
5
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
dan para sarjana telah memberikan berbagai definisi mengenai peminpin dan
kepemimpinan dengan menonjolkan satu atau bebarap aspek tertentusesuai dengan ide
pencetus definisi tersebut, beserta interpretasinya. (Anief, 2002 : 75)
4. Motivasi
Dalam membicarakan masalah motivasi ini memang tidak bisa lepas dari persoalan
mengenai tujuan, kebutuhan dan rangsangan (insentif). Ketiga hal tersebut sesungguhnya
merupakan nilai-nilai yang diinginkan oleh setiap orang. Dalam hal ini ada beberapa
pengertian motivasi yang dikemukakan oleh para ahli :
Motvasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upaya untuk mencapai kepuasan (Malayu, 2002 : 89).
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala
daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam
pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk
memuaskan beberapa kebutuhan individu (Stephen, 2008 : 321)
Motivasi secara umum di definisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku.
Aspek motivasi dibedakan antara aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau
statis. Dalam aspek aktif atau dinamis, motivasi sebagai kebutuhan dan juga
sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan sumber daya manusia agar
secara produktif berhasil mencapai tujuan yang di inginkan. (Gibson, 2008 : 354)
D. Metode Penelitian
1. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor Camat Rengat Barat Pematang Reba. Dan
waktu perencanaan dalam penelitian ini lebih kurang 3 ( tiga ) bulan.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan tahunan Kantor Camat
Rengat Barat sedangkan sumber data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara dan
pengamatan langsung dilokasi penelitian.
3. Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai kantor camat rengat barat
berdasar jenjang eselon yang berjumlah 34 orang, seluruh populasi penulis jadikan sampel
penelitian. Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode “sensus” merupakan metode pemilihan sample yang mana
6
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
pemilihan anggota atau responden semua populasi dijadikan sampel penelitian yaitu
berjumlah 34 responden.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini maka
penulis menggunakan tenik Interview yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
tanya jawab langsung pada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini seperti pimpinan
dan para karyawan dan kuestioner berupa pengisian angket yang berisi berbagai
pertanyaan sehubungan dengan penelitian yang diberikan kepada pegawai kantor camat
Rengat Barat berdasarkan jenjang eselon .
5. Analisa Data
Penulis mencoba menganalisa data dengan menggunakan metode deskriftif yaitu
dengan mengumpulkan data-data yang sama lalu dibuat tabulasi setelah itu dianalisa
berlandaskan teori-teori yang diungkapkan pada telaah pustaka.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Kinerja
Kinerja merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang
dilaksanakan seseorang, baik sebagai individu, maupun sebagai anggota dari suatu
kelompok atau organisasi bisnis atau sosial dan pada periode tertentu, hasilnya dapat
dinikmati oleh kelompoknya atau institusi tersebut. Berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusianya, 4
karakteristik (4C) kualitas kinerja pegawai yaitu : (1) Tingkat kompetensi (knowledge,
skill, abilities dan experience), (2) commitment terhadap organisasi, (3) cost-effectiveness
dalam setiap aktivitasnya dan (4) congruence of goals yaitu keselarasan antara pencapaian
tujuan pribadi pegawai dengan tujuan organisasi
Tabel 1. Tanggapan Responden terhadap Tingkat Kinerja Pegawai Kantor Camat Rengat
Barat
Tanggapan Responden
Bobot Nilai
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Jumlah
5
4
3
2
1
Jumlah
Responden
3
6
11
12
2
34
Sumber : Data Olahan
Keterangan : Total Bobot
Jumlah responden
= Kategori
7
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
98 = 2.88
34
Jumlah
Bobot
15
24
33
24
2
98
Dari data olahan pada tabel 3 (tiga) diatas tentang tanggapan responden terhadap
tingkat kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat, terlihat bahwa sebanyak 3
tanggapan responden dengan jumlah bobot 15 menyatakan bahwa tingkat kinerja
pegawai kantor Camat Rengat Barat adalah sangat baik, 6 orang responden dengan
jumlah bobot 24 menyatakan baik, 11 responden dengan jumlah bobot 33 menyatakan
cukup baik, 12 responden dengan jumlah bobot 24 menyatakan tidak baik, dan 2
responden dengan bobot 2 yang menyatakan bahwa tingkat kinerja pegawai kantor
Camat Rengat Barat sangat tidak baik.
Berdasarkan tanggapan responden terhadap tingkat kinerja pegawai kantor Camat
Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara
jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 2.88 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori
jawaban untuk bobot nilai 3 adalah baik.
2. Analisis Perencanaan Strategis
Rencana strategis adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh,
memberikan rumusan ke mana organisasi akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya
dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai
kemungkinan keadaan lingkungan.
Tabel 2.
Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Perencanaan Strategis (Renstra)
pada Kantor Camat Rengat Barat
Tanggapan Responden
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Jumlah
Bobot Nilai
5
4
3
2
1
Jumlah
Responden
11
9
7
5
2
34
Jumlah
Bobot
55
36
21
10
2
124
Sumber : Data Olahan
Keterangan : Total Bobot
= Kategori
Jumlah responden
124 = 3.64
34
Dari data olahan pada tabel 4 (empat) diatas tentang tanggapan responden
terhadap pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada kantor Camat Rengat
Barat, terlihat bahwa sebanyak 11 tanggapan responden dengan jumlah bobot 33
menyatakan bahwa pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada kantor Camat
Rengat Barat adalah sangat baik, 9 orang responden dengan jumlah bobot 36
menyatakan baik, 7 responden dengan jumlah bobot 21 menyatakan cukup baik, 5
responden dengan jumlah bobot 10 menyatakan tidak baik, dan 2 responden dengan
bobot 2 yang menyatakan bahwa pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada
kantor Camat Rengat Barat sangat tidak baik.
8
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Berdasarkan tanggapan responden terhadap pelaksanaan perencanaan strategis
(Renstra) pada kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan baik, ini dapat dilihat
dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.64 dan dibulatkan
menjadi 4, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 4 adalah baik.
3. Analisis Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya
mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara atau gaya seorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi.
Tabel 3.
Tanggapan Responden terhadap Kepemimpinan pada Kantor Camat Rengat
Barat
Tanggapan Responden
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Jumlah
Bobot Nilai
5
4
3
2
1
Jumlah
Responden
9
6
12
6
1
34
Jumlah
Bobot
45
24
36
12
1
118
Sumber : Data Olahan
Keterangan : Total Bobot
= Kategori
Jumlah responden
118 = 3.47
34
Dari data olahan pada tabel 5 (lima) diatas tentang tanggapan responden
terhadap kepemimpinan pada kantor Camat Rengat Barat, terlihat bahwa sebanyak
9 tanggapan responden dengan jumlah bobot 45 menyatakan bahwa kepemimpinan
pada kantor Camat Rengat Barat adalah sangat baik, 6 orang responden dengan
jumlah bobot 24 menyatakan baik, 12 responden dengan jumlah bobot 36
menyatakan cukup baik, 6 responden dengan jumlah bobot 12 menyatakan tidak baik,
dan 1 responden dengan bobot 1 yang menyatakan bahwa kepemimpinan pada
kantor Camat Rengat Barat sangat tidak baik.
Berdasarkan tanggapan responden terhadap kepemimpinan pada kantor Camat
Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara
jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.47 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori
jawaban untuk bobot nilai 3 adalah cukup baik.
4. Analisis Motivasi
Pada kondisi tertentu, motivasi merupakan sebuah polemik yang tidak pernah bisa
terjawab sekalipun oleh orang – orang yang mengerti tentang teori motivasi sekalipun,
9
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
pada setiap saat selalu saja ada orang yang faham teoritis tentang motivasi, namun
untuk memberikan motivasi kepada orang lain dirasakan sangat sulit bahkan terkesan
di elakkan.
Tabel 4.
Tanggapan Responden terhadap motivasi pegawai pada Kantor Camat Rengat
Barat
Tanggapan Responden
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Jumlah
Bobot Nilai
5
4
3
2
1
Jumlah
Responden
2
1
4
24
3
34
Jumlah
Bobot
10
4
12
48
3
77
Sumber : Data Olahan
Keterangan : Total Bobot
= Kategori
Jumlah responden
77 = 2.26
34
Dari data olahan pada tabel 6 (lima) diatas tentang tanggapan responden
terhadap motivasi pegawai kantor Camat Rengat Barat, terlihat bahwa sebanyak 2
tanggapan responden dengan jumlah bobot 10 menyatakan bahwa motivasi pegawai
kantor Camat Rengat Barat adalah sangat baik, 1 orang responden dengan jumlah
bobot 4 menyatakan baik, 4 responden dengan jumlah bobot 12 menyatakan cukup
baik, 24 responden dengan jumlah bobot 48 menyatakan tidak baik, dan 3 responden
dengan bobot 3 yang menyatakan bahwa motivasi pegawai kantor Camat Rengat
Barat sangat tidak baik.
Berdasarkan tanggapan responden terhadap motivasi pegawai kantor Camat
Rengat Barat dapat dikategorikan tidak baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara
jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 2.26 dan dibulatkan menjadi 2, dan kategori
jawaban untuk bobot nilai 2 adalah tidak baik.
F. Simpulan
1. Berdasarkan tanggapan responden terhadap tingkat kinerja pegawai kantor Camat
Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara
jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 2.88 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori
jawaban untuk bobot nilai 3 adalah baik.
2. Berdasarkan tanggapan responden terhadap pelaksanaan perencanaan strategis
(Renstra) pada kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan baik, ini dapat dilihat
dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.64 dan dibulatkan
menjadi 4, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 4 adalah baik.
3. Berdasarkan tanggapan responden terhadap kepemimpinan pada kantor Camat
Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara
10
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.47 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori
jawaban untuk bobot nilai 3 adalah cukup baik
4. Berdasarkan tanggapan responden terhadap motivasi pegawai kantor Camat Rengat
Barat dapat dikategorikan tidak baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah
bobot dan jumlah responden yaitu 2.26 dan dibulatkan menjadi 2, dan kategori
jawaban untuk bobot nilai 2 adalah tidak baik
G. Saran
1. Kegiatan operasional dan pengadministrasian yang telah tertata pada tiap hari kerja
pada kantor Camat Rengat Barat serta koordinasi antar lini yang merupakan
perwujudan kerjasama dan solidaritas harus tetap dijaga dan ditingkatkan, sehingga
tingkat pelayanan masyarakat pada kantor Camat Rengat Barat selalu tepat sasaran
tanpa membedakan golongan masyarakat yang sedang dilayani.
2. Tanggung jawab yang ditunjukkan oleh pegawai kantor Camat Rengat Barat dalam
pelaksanaan perencanaan strategis harus dipertahan kan atau bahkan jika dapat
ditingkatkan agar dapat menjadi acuan pelaksanaan renstra oleh kecamatan lain
dalam lingkup kabupaten Indragir Hulu. Sebagai sebuah kecamatan muda, Rengat
Barat telah menunjukkan bergbagai pencapaian hasil yang baik dibanding kecamatan
yang lainnya.
3. Peran kepemimpinan yang ditunjukkan pada kantor Camat Rengat Barat yang sudah
cukup baik, karena pimpinan sudah dapat membaur dengan bawahan dan ada kalanya
pimpinan menyempatkan diri untuk mengucapkan hal – hal yang dianggap orang
hanya hal sepele seperti selamat ulang tahun dan sejenisnya, ini wajib dicontoh dan
ditingkatkan kepada arah social capiltal atau modal sosial agar hubungan antara
pimpinan dengan kepemimpinannya dan para bawahan dapat terjalin sebuah
kebersamaan guna kepentingan organisasi dalam jangka panjang.
4. Namun sayangnya, karena kondisi pekerjaan yang sudah memberikan jaminan hari
tua kepada para pegawai, mengakibatkan motivasi mereka dalam bekerja sangat
kurang. Mereka cenderung mengerjakan pekerjaan hanya standar atau bahkan kurang
dari standar yang ditetapkan, andai saja mereka memiliki bawahan, maka seluruh
pekerjaan akan dilimpahkan pengerjaannya kepada para bawahan. Kondisi ini apabila
terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kantor Camat Rengat Barat, oleh
karena itulah hendaknya para pegawai lebih memotivasi dirinya untuk bekerja lebih
giat sesuai dengan Tupoksi masing – masing.
H. DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, 2002, Kepemimpinan dan Keputusan strategis. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
2. Gibson, 2008, Kompensasi dan motivasi kerja. Gramedia Pustaka utama. Jakarta
3. Hasibuan, Malayu, 2004, Manajemen Sumber Daya manusia. Elex Media
Komputindo. Jakarta
4. Iksan, 2009, Perumusan Rencana Strategis. Gramedia Pustaka utama. Jakarta
11
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
5. Mangkunegara, Anwar, Prabu, 2009, Perencanaan Strategis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
6. Michael, 2008, Azas – azas motivasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
7. Muchdarsyah, 2001, Kompensasi dan Motivasi. Edisi Revisi. BPFE – UGM.
Jogyakarta
8. Mursyid, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. PN Balai Pustaka. Jakarta
9. Ranupandoyo, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta
10. Robert, 2003, Manajemen pencapaian sasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta
11. Rucky, 2004, Manajemen Kinerja. Pusara. Jakarta
12. Sarwoto, 2000, Motivasi dan kegairahan kerja. Ghalia Indonesia. Jakarta
13. Siagian, Sondang, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia. Grmedia Pustaka utama.
Jakarta
14. Simmamora, 2001, Pengukuran kinetja. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
15. Singarimbun, 2009, Dasar – dasar teori motivasi. PT. Elex media Komputindo.
Jakarta
16. Stanton, 2002, Manajemen Pemasaran Modern. Ghalia Indonesia. Jakarta
17. Stephen, 2008, Motivasi Kerja Karyawan. Medan Buku. Bandung
18. Suganda, Arma, 2001, Seri motivasi diri Gramedia Pustaka utama. Jakarta
19. Sutarto, 2009, Motivasi statis Penerbit buku Mandar Maju. Bandung
20. Whittaker, 2003, Elemen kunci pengukuran kinerja. BPFE – UGM. Jogyakarta
12
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
ANALISIS PENJUALAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN SOLAR
PADA SPBU DODI NEVELDY RENGAT
ABSTRAK
OLEH : WARNADI, SE.MSi
Penelitian ini di laksanakan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat yg beralamat di
jalan SMA Danau raja Rengat yg berlangsung pada bulan maret-april 2016. Penulis
melakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan
penjualan bahan bakar premium dan solar tidak sesuai dengan permintaan pada
SPBU Dodi Neveldy Rengat serta untuk mencari alternative yg dapat dikembangkan
dalam mengatasi masalah sesuai dengan permintaan pada SPBU Dodi Neveldy
Rengat
Dalam penelitian ini jenis data yang dipergunakan terdiri dari data primer dan
skunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan
kuessioner.Adapun dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan
menggunakan teknik Sensus dimana seluruh populasi dijadikan sampel yang
berjumlah sebanyak 99 responden, yakni dengan membuat daftar pertanyaan terlebih
dahulu untuk selanjutnya diajukan kepada responden.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tidak
sesuai nya dengan permintaan adalah kondisi minimnya BBM besubsidi dan
pembatasan kuata yang mengakibat kan adanya antrean panajang kendaraan yang
akan mengisi BBM pada SPBU Dodi Neveldy Rengat maka pihak SPBU Dodi Neveldy
Rengat agar meningkatkan kerjasam dengan aparat terkait untuk mengaman kan
persediaan BBM bersubsidi kepada masyarkat. Dan meminta Pertamina untuk
memonotoring stok BBM bersubsidi disetiap SPBU di INHU .
Kata Kunci : Penjualan, Bahan Bakar, SPBU
13
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang
Pemerintah memberikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk membantu
kegiatan ekonomi rakyatnya. Hal ini dikarenakan masih besarnyaketergantungan
sektor ekonomi rakyat terhadap BBM. Karena besarnya subsidiyang diberikan
pemerintah kepada bahan bakar minyak, sehingga pemerintahharus mengeluarkan
dana APBN lebih besar lagi seiring meningkatnya hargaminyak dunia, oleh sebab itu
pemerintah beserta DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara
bertahap seperti tertuang pada UU No.25/2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas).Beban subsidi BBM bagi pemerintah sangat berat
Masuknya para kapitalis menguasai bisnis, asset, juga sumberdaya di dunia
ketiga tidak hanya terjadi pada bisnis minyak dan sumberdaya alam saja, tapi juga
bisnis pers. Rupert Murdoch misalnya, mulai masuk di bisnis pers. Implikasinya, akan
banyak pers cetak maupun elektronik yang akan melakukan phk pada karyawannya.
Selain itu, suara Koran akan lebih sebagai suara bisnis.
Untuk melihat jumlah waktu order terhadap permintaan premium pada SPBU
Dodi Neveldy Rengat dapat kita lihat dibawah ini :
Untuk melihat jumlah target dan realisasi premium dan solar pada tahun
2007-2011 di SPBU Dodi Neveldy Rengat dapat kita lihat dibawah ini :
Tabel 1 :Kebutuhan target Dan Realisasi Premium Dan Solar Pada SPBU Dodi
Neveldy Rengat Dari Tahun 2012-2016
No
Tahun
1
2
3
4
5
2012
2013
2004
2015
2016
Target
Kebutuhan Premium
dan solar
20.160.000
165.60.000
20.880.000
20.880.000
25.200.000
Realisasi
Premium dan Solar
yang datang
12.960.000
14.400.000
15.840.000
14.400.000
20.160.000
Persense
(%)
74,20
92,99
72,41
73,75
8
Sumber : SPBU Dodi Neveldy Rengat
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada Tahun 2012 jumlah target yang
ditetap kan sebanyak 20.160.0000L dan terealisasi sebanyak 14.960.000L dengan
pecapaian target sebesar 74.20 %. Sedangkan pada tahun 2013 target yang ditetapkan
SPBU Dodi Neveldy Rengat sebanyak 165.60.000L dan hanya terealisasi sebanyak
15.400.000L atau pencapainya sebesar 92.99%. Untuk tahun 2014 dan 2015 targetnya
masing masing sebasar 20.880.000 sedangkan realisasinya hanya sebesar 15.120.000
dan 15.400.000L dengan pencapaian sebesar 72.41% dan 73,75%. Sedangkan tahun
2016 jumlah target yang ditetapkan sebanyak 25.500.000L dan realisasi nya sebanyak
20.160.000L dengan pencapain sebesar 8%
14
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
B. Perumusan Masalah
Faktor – faktoer apa yang menyebabkan penjualan Bahan Bakar Premium dan solar tidak
sesuai dengan permintaan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor- faktor apa yang menyebab kan penjualan bahan bakar premium
tidak sesuai dengan permintaan pada SPBU Dody Neveldy Rengat
D. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Persediaan
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang
dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. (Sofjan Assauri 2004: 169)
persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu , atau persediaan barang-barang
yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. (Freddy Rangkuty 2004:1)
Sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system keuangan
dan perbankan suatu NegaraSystem pembayaran adalah suatu sistem yng mencakup
pengaturan, kontrak / perjanjian,fasilitas operasional dan mekanisne tehnik yang
digunakn untuk penympaian,penges ahan dan penerimaan instruksi pembayaran,
serta pemenuhan kewajiban pembayaranr melalui pertukaran“nilai” antar perorangan,
bank
dan
lembaga
lainya
baik
domestik
maupun
Cross
border
“antar Negara”.d a l a m pelaksanaan diperlukan adanya komponen system pembayaran
yang memadai antara lain :
1. Institusi atau lembaga yang menyediakan jasa pembayaran
2. Instrumen yang digunakan dalam system pembayarn yang mengatur hak
dan kewajibankeuangan serta pembayaran.
Quota adalah nilai batas yang ditetapkan untuk mengelola akses ke sumber daya sistem
dan jaringan atau jumlah penyimpanan yang digunakan oleh User atau Group tertentu.
Disk quota bisa diterapakan per user atau per group.

jika diterapkan per user maka quota yang diterapkan mutlak milik user tersebut. misal
: user Ical memiliki disk quota 5 MB, maka total 5MB tersebut adalah mutlak milik user
Ical.
 jika disk quota diterapkan per group maka kapasitas yang ditetapkan adalah milik
bersama group tersebut. misal : user Ical dan RedHat adalah anggota group Linux’s. Jika
group Linux’s diberi quota sebesar 10 MB maka kapasitas tersebut adalah milik user Ical
15
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
dan RedHat. Jadi misalkan user Ical menggunakan sebanyak 6MB maka masih terdapat
4MB untuk digunakan oleh user RedHat.
E. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat Kabupaten Indragiri Hulu
2.
Populasi dan Sampel
a. Popilasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang konsumen pada SPBU Dodi Neveldy
Rengat serta 10 orang Karyawan SPBU Dodi Neveldy Rengat
b. Sampel
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini tidak terlalau besar maka peneliti
melakukan pengambilan sampel secara Sensus yaitu, dalam hal ini seluruh populasi
di jadikan sampel
3.
Jenis dan sumber data
a. Data primer
Yaitu data yang belum di olah, diperoleh langsung dari objek penelitian seperti
yang didapat dari jawaban responden melalui wawancara langsung dan
quisioner.
b.
4.
Teknik Pengumpulan Data
.
a. Interview yaitu melakukan wawancara secara langsung kapada Pimmpinan dan
beberapa Karyawan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat
b.
5.
Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh penulis dari SPBU Dodi Neveldy Rengat
Quisiner, yaitu pengumpulan data dengan memebuat daftar pertanyaan terlebih
dahulu dan selanjut nya disebar kan kepada objek penelitian guna mendapat kan
informasi yang lebih baik.
Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu, data-data yang di
peroleh ditabulasi kemudian untuk di analisis,diuraikan dan dijelaskan serta di
korelasikan dengan bebagai teori-teori yang ada kaitan nya dengan pembahasan untuk
kemudian di ambil suatu kesimpulan.
16
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1.
Persediaan
Dapat dijelaskan bahwa persediaan BBM yang ad di SPBU Dodi Neveldy Rengat
responden menyatakan tidak baik dengan pombobotan nilai yakni 1,40 yang dibulatkan
menjadi 1. Responden yang menyatakan tidak baik karena dalam persediaan yang ada
diSPBU Dodi Neveldy Rengat masih belum memenuhi kebutuhan Konsumen
Persediaan bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan solar di sejumlah stasiun
pengisian bahan bakar umum (SPBU) , KAB INHU, dalam kondisi minim, sehingga
operasional tidak maksimal karena cepat habis terjual.Salah seorang petugas SPBU,
mengatakan, pasokan bahan bakar minyak baik jenis premium maupun solar ke tempatnya
bekerja sejak beberapa pekan lalu memang telah dikurangi."Biasanya setiap hari pasokan
premium dan solar dari Pertamina masing-masing dua tangki kapasitas 16 ribu liter, tetapi
sekarang hanya satu tangki," kata dia. Menurut dia, pasokan bahan bakar minyak (BBM)
yang minim ke SPBU itu, mengakibatkan jam kerjanya tidak maksimal seperti jam
operasional
Biasanya lima unit pompa beroperasi dari pagi hingga malam hari, kini hanya satu unit
yang beroperasi melayani masyarakat hingga malam, sedangkan yang lainnya sudah tutup
sejak sore hari karena stok bahanbakarnya sudah habis. Kondisi minim persediaan BBM
bersubsidi itu, tidak tahu sampai kapan, namun dia berharap pasokan dapat normal
kembali. Tanpa pasokan yang normal, dapat berakibat adanya antrean panjang kendaraan
yang akan mengisi bahan bakar yang terus terjadi dan membuat para petugas SPBU itu
tidak bisa lebih santai bekerja, ujar dia lagi. Selain di Rengat, minimnya pasokan bahan
bakar bersubsidi itu juga banyak terjadi di daerah lain nya seperti Sumatera Selatan dan
Palembang Akibat kesulitan mendapatkan bahan bakar tersebut, aktivitas masyarakat
menjadi terganggu karena harus kehilangan waktu hingga tiga jam lebih hanya untuk
mengisi bahan bakar di tangki kendaraan masing-masing.
Pertamina beralasan kelangkaan BBM kali ini disebabkan adanya libur panjang akhir
tahun dan masih terdapatnya kendala dalam aplikasi sistem baru pengadaan BBM secara
online. Dari sisi supply kendala utama adalah ketersediaan minyak mentah -Crude oilyang akan diolah oleh kilang Pertamina menjadi BBM. Saat ini dari 6 kilang Pertamina
yang beroperasi -Satu kilang di Pangkalan Brandan telah ditutup- mampu mengolah
minyak mentah lebih kurang 1 juta barrel perhari dari kebutuhan BBM 1,5 juta barrel
perhari, sehingga sekitar 400.000-500.000 barrel harus diimpor baik dalam bentuk
minyak mentah maupun BBM dengan harga internasional.
Dengan terjadinya penurunan produksi minyak mentah dan terbatasnya impor dari sisi
Supply serta semakin bertambahnya konsumsi BBM dari sisi Demand maka terjadilah
tarik menarik antara Supply dan Demand. Tetapi karena harga telah dipatok oleh
Pemerintah maka tarik menarik Supply - Demand ini akan mengakibatkan terjadinya
distorsi pada distribusi seperti terjadinya penyelundupan, pengoplosan dan penimbunan
BBM karena di samping motif cari untung juga karena kekhawatiran masyarakat tidak
mendapatkan BBM yang tentunya hal ini akan mengakibatkan terjadinya kelangkaan
BBM di beberapa tempat.
17
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Kelangkaan BBM di sejumlah daerah mengakibatkan beberapa SPBU tutup. Kelangkaan
terjadi akibat adanya pengurangan pasokan dari Pertamina. Pada saat langka, rata-rata
SPBU menjual bensin hanya tiga sampai empat jam, Antrean tampak semrawut karena
pengendara saling berebut untuk segera dilayani. Akibat kelangkaan, sekarang harga
bensin di tingkat pengecer melambung tinggi.
2.
Sistim pembayaran
Dapat dijelaskan bahwa persediaan BBM yang ad di SPBU Dodi Neveldy Rengat
responden menyatakan cukup baik dengan pombobotan nilai yakni 1,61 yang dibulatkan
menjadi 2. Responden yang menyatakan cukup baik karena dalam sistim pembayran yang
dilakukan oleh SPBU Dodi Nevedy Rengat mudah dan praktis.
3.
Quota
Dapat dijelaskan bahwa persediaan BBM yang ad di SPBU Dodi Neveldy Rengat
responden menyatakan cukup baik dengan pombobotan nilai yakni 2,13 yang dibulatkan
menjadi 2. Responden yang menyatakan cukup baik karena dalam pembatasan quata yang
dilakukan pemerintah adalah suatu kebijakan yang tepat untuk mengatasi BBM bersubsidi
G. Simpulan
1.
Persediaan
Kondisi minim persediaan BBM bersubsidi itu, tidak tahu sampai kapan, namun dia
berharap pasokan dapat normal kembali. Tanpa pasokan yang normal, dapat berakibat
adanya antrean panjang kendaraan yang akan mengisi bahan bakar yang terus terjadi
dan membuat para petugas SPBU itu tidak bisa lebih santai bekerja, ujar dia lagi. Selain
di Rengat, minimnya pasokan bahan bakar bersubsidi itu juga banyak terjadi di daerah
lain nya seperti Sumatera Selatan dan Palembang Akibat kesulitan mendapatkan bahan
bakar tersebut, aktivitas masyarakat menjadi terganggu karena harus kehilangan waktu
hingga tiga jam lebih hanya untuk mengisi bahan bakar di tangki kendaraan masingmasing.
2.
Sistem Pembayaran
Sistim pembayaran yang dilakukan SPBU Dodi Neveldy rengat untuk pemesanan
bahan bakar minyak dilakukan dengan cara langsung pada shift pertama , dengan
pembayaran dilaukan dengan cara autodebet (hanya sebagai catatan) dilakukan atas
perjanjian antara SPBU Dodi Neveldi Rengat dengan depot Pertamina sehingga pada
jenis SPBU yang lain memungkin kan pembayaran secara tunai ditempat tujuan atau
pembyaran langsung kedepot pertamina. Besar nya kebutuhan bahan bakar yang di
pesan, dikonfirmasi pertama melalui hubungan telekomunikasi yang dalam hal ini
telpon, dan dikonfirmasi ulang pada saat kedatangan bahan bakar, apabila terjadi
kekurangan maka pihak depot pertamina akan mengirim lagi pasokannya
3.
Pembatasan Quata
Pihak PT Pertamina wilayah Riau menyatakan bahwa pembatasan kuota dan distribusi
BBM bersubsidi jenis premium dan solar itu, merupakan kebijakan pemerintah yang
harus dijalankan oleh perusahaan minyak nasional itu Saat ini, selain dilakukan
18
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
penjatahan sesuai kuota BBM bersubsidi, pengelola SPBU juga dilarang melayani
pembelian BBM subsidi menggunakan jerigen. Bagi konsumen yang ingin membeli
BBM bersubsidi menggunakan jerigen, diminta untuk membeli jenis BBM non subsidi,
seperti pertamax, bukan bensin/premium bersubsidi seperti biasanya.
H. Saran
1.
2.
3.
Pihak SPBU Dodi Neveldy Rengat agar meningkatkan kerjasama dengan aparat terkait
untuk mengamankan persediaan dan suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi
kepada masyarakat, sehubungan masih ramainya antrean di sejumlah Stasiun Pengisian
Bahan bakar Umum (SPBU) kendati pemerintah membatalkan rencana menaikan harga
BBM bersubsidi, 1 April 2012.
SPBU Dodi Neveldy Rengat harus dapat mengikuti perkembangan teknologi termasuk
dalam sistem pembayaran yang digunakan, karena teknologi dapat mempermudah
perusahaan untuk melakukan aktivitas nya secara efektif dan efisien.
Pertamina memonitoring ketersediaan stok BBM bersubsidi di setiap SPBU di INHU.
Sistem ini juga mengantisipasi konsumsi BBM yang melebihi kondisi normal
akibatdistribusi yang tidak tepatsasaran. Pertamina, menyediakan bahan bakar khusus
(BBK) dalam hal ini pertamax bagi masyarakat yang kesulitan mendapatkan premium.
“Kita menghimbau dan mengajak masyarakat yang punya kendaraandengan RON diatas
90 agar gunakan pertamax.Ini untuk mendukung penyaluran BBM bersubsidi tepat
sasaran,”
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Assauri,Sofyan, 2005 ,manajemen Pemasaran dasar,konsep dan strategi, Alfabeta
Bandung
2. Bambang. 2002. Manajemen Produksi. BDFE: Yogyakarta
3. http://waktu.org/definisi-pengertian-waktu-blog spot.com/2010
4. Buchari,alam, 2005 ,manajemen Pemasaran dan Pemasarn jasa, Alfabeta Bandung.
5. Gitosudarmo Indriyo, 2000, Manajemen Penjualan, Edisi Pertama BPFE,
Yogyakarta.
6. Kamaludin, Rustian, 2002, manajemen Koperasi,Raja wali, Jakarta.
7. Kolter philip,2002. Manajemen Penjualan,Edisi Milenium I, Penerbit Prenalindo,
Jakarta
8. Kotler philip, Am strong Gary,2003, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan,
Jilid I PT. Index
9. Kotler philip, Am strong Gary,2003, Principal of Marketing,( Terjemahan dari
Alexander Sindoro ) Prentice – Hall : New Jersey
10. Swastha Basu, 2003,manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty Yogyakarta
11. Siregar Mutarudin,Drs,2004,Beberapa Maslah Ekonomi Pengangkutan, FEUI,
Jakarta.
12. Sudjatmiko, Drs, FDC,2001, Pelayanan, Edisi Ketiga, Akademi Presindo, Jakarta.
13. Ratminto,2008,Manajemen Pelayan, Cetakan V, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
14. Tjiptono, Fandy,2006, Mnajemen Jasa, Andy, Yogyakartaz
19
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
15. Umar, Husein,2004,Pemasaran dan Perilaku Konsumen, FEUI, Jakarta
16. Sutermeister. R. A. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen., Erlangga: Jakarta
20
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
TINJAUAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA (STUDI KASUS
MAHASISWA SEMESTER V SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI
RENGAT TAHUN AKADEMIK 2016/2017)
Oleh : Syafrizal
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat. Penelitian
ini dilaksanakan selama 6 bulan (1 Semester). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah tindak pidana korupsi di Indonesia bisa diberantas atau tidak,
berdasarkan persepsi dan tinjauan teoritis dari mahasiswa semester V Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indragiri Rengat tahun akademik 2016/2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester V Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat tahun Akademik 2016/2017, yang berjumlah 338 orang.
Karna jumlah populasi melebihi 100 orang, maka peneliti menurunkan jumlah sampel dengan
menggunakan rumus slovin, dan didapatlah jumlah sampel sebanyak 77 orang mahasiswa.
Adapun metode penarikan sampel digunakan Accidental random sampling, dimana sampel
yang peneliti ambil hanya yang kebetulan peneliti temui secara insidentil saja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 77 sampel mahasiswa yang digunakan, 53
sampel mengatakan bahwa korupsi bias diberantas di Indonesia, sedangkan sisanya 24
sampel mengatakan bahwa korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas. Hal tersebut belum
menjadi rerata final bahwa lebih banyak sampel yang mengatakan bahwa korupsi bisa
diberantas. Peneliti selanjutnya melakukan analisis dan tinjauan mendalam kepada 3
indikator keberhasilan pemberantasan korupsi, yaitu : 1) peran serta masyarakat dalam
pemberantasan korupsi, 2) penegakan supremasi hukum, 3) independensi Komisi
Pemberantasan Korupsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa pesimisme pemberantasan
korupsi jika 3 indikator tersebut diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kata Kunci : Pemberantasan Korupsi, Mahasiswa Semester V, STIE Indragiri
21
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang Masalah
Perang terhadap korupsi merupakan fokus yang sangat signifikan dalam suatu negara berdasarkan
hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Salah satu unsur yang
sangat penting dari penegakan hukumdalam suatu negara adalah perang terhadap korupsi, karena
korupsi merupakan penyakit kanker yang imun, meluas, permanen dan merusak semua
sendikehidupan berbangsa dan bernegara termasuk perekonomian serta penataan ruangwilayah, Di
Indonesia korupsi dikenal dengan istilah KKN singkatan dari korupsi,kolusi dan nepotisme. Korupsi
sudah menjadi wabah penyakit yang menular disetiap aparat negara dari tingkat yang paling rendah
hingga tingkatan yang palingtinggi. Berdasakan laporan tahunan dari lembaga internasional ternama,
Politicaland Economic Risk Consultancy (PERC) yang bermarkas di Hongkong, Indonesia adalah negara
yang terkorup nomor tiga di dunia dalam hasil surveinya tahun 2001 bersama dengan Uganda.
Indonesia juga terkorup nomor 4 pada tahun 2002 bersama dengan Kenya. Sedangkan Pada tahun
2005 PERC mengemukakan bahwa Indonesia masih menjadi negara terkorup di dunia. Korupsi di
Indonesia bukanlah hal yang baru dan menjadi endemik yang sangat lama semenjak pemerintahan
Suharto dari tahun 1965 hingga tahun 1997. Penyebab utamanya karena gaji pegawai negeri dibawah
standar hidup sehari-haridan sistem pengawasan yang lemah. Secara sistematik telah diciptakan
suatu kondisi, baik disadari atau tidak dimana gaji satu bulan hanya cukup untuk satuatau dua
minggu. Disamping lemahnya sistem pengawasan yang ada memberi kesempatan untuk melakukan
korupsi. Sehingga hal ini mendorong para pegawai negeri untuk mencari tambahan dengan
memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan pribadi walau dengan cara melawan hukum.
Menurut Bank Dunia bahwa korupsi di Indonesia terjadi dimana-mana di berbagai level golongan
pegawai negeri sipil, tentara, polisi dan politisi bahkan sudah melanda beberapa kelembagaan seperti
Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang seharusnya bertugas untuk
memberantas korupsi. (Irrahmania, 2011 : 1-2)
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat (yang selanjutnya disingkat STIE Indragiri)
merupakan lembaga pendidikan tinggi formal dibawah pengelolaan Yayasan Pendidikan
Indragiri Kabupaten Indragiri Hulu. STIE Indragiri telah mengadopsi materi perkuliahan
berdasarkan kebutuhan serta anjuran, baik dari Kopertis Wilayah X maupun Dirjen Dikti. Pada
tahun 2012, STIE Indragiri melakukan perubahan kurikulum dengan memasukkan mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi kedalam kurikulum pembelajaran.
Salah satu pengembangan mata ajar tersebut adalah dilaksanakannya penelitian, yang diawali
dari mahasiswa STIE Indragiri itu sendiri, sebagai langkah dan isu strategis, maka peneliti
menarik sebuah tema “pemberantasan Korupsi”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Korupsi di Indonesia Bisa diberantas ?
2. Bagaimana seharusnya pemberantasan korupsi di Indonesia ?
22
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. untuk mengetahui apakah korupsi di Indonesia bisa diberantas, berdasarkan persepsi
dan tinjauan teoritis mahasiswa semester V STIE Indragiri tahun akademik 2016/2017.
2. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya pemberantasan korupsi di Indonesia menuju
Indonesia bebas Korupsi.
Manfaat penelitian :
1. Sebagai pengembangan bahan ajar
2. Sebagai referensi bagi peneliti lain
3. Sebagai rujukan pemberantasan korupsi di Indonesia
D. Kajian Kepustakaan
1. Definisi Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin “corruptio” atau “corruptus” “corruptio”
dari kata “corrumpere”, dan “corruption, corrupt” (inggris), “corruption” (perancis)
dan “corruptie/korruptie” (belanda). Arti kata korupsi tersebut adalah kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian.
Di Malaysia dipakai kata “resuah” dari bahasa Arab “risywah”, menurut Kamus
umum Arab-Indonesia artinya korupsi. Risywah (suap) secara terminologis berarti
pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan
Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan hukum,
perbuatan ini termasuk dosa. (Dikti, 2012)
Perbuatan Korupsi menyangkut (Dikti, 2012) : 1) Sesuatu yang bersifat amoral, 2)
Sifat dan keadaan yang busuk, 3) Menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, 4) Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, 5)
Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Menurut UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001, pelaku korupsi (koruptor) didefinisikan
sebagai setiap orang yang secara sadar melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri/orang lain/suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian Negara.
2. Pemberantasan Korupsi
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upayaupaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum
lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu
menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN.
23
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indone-sia, antara lain sebagai berikut : (Solikha, 2015)
a.
b.
c.
d.
Upaya pencegahan (preventif).
Upaya penindakan (kuratif).
Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
Upaya Pencegahan (Preventif)
a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian
pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis
tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.
Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana.
Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK : (Solikha, 2015)
a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004).
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9
miliar (2004).
24
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial
terkait dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri
dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang
demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi
Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, Indonesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah
2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan,
Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas
dari korupsi.
25
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
E. Metode Penelitian
a. Objek penelitian adalah mahasiswa semester V STIE Indragiri Rengat.
b. Jumlah Populasi berjumlah 327 mahasiswa
c. Sampel dalam penelitian ini diturunkan dengan menggunakan rumus slovin, dan
didapat hasil 97 sampel.
n = 338/1+3,38(10%)2 = 338/4,38 = 77,16 dibulatkan menjadi 77
d. Metode penarikan sampel penelitian ini menggunakan metode accidental random
sampling
F. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 77 sampel mahasiswa yang digunakan, 53
sampel mengatakan bahwa korupsi bisa diberantas di Indonesia, sedangkan sisanya 24
sampel mengatakan bahwa korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas.
Tabel 1. Tanggapan mahasiswa semester V STIE Indragiri terhadap pemberantasan
korupsi di Indonesia
Komponen Pertanyaan
Jawaban
Jumlah Tanggapan
Apakah
korupsi
di Bisa
Indonesia bisa diberantas
Tidak Bisa
?
53
24
Jumlah
77
Sumber : Data olahan
Hal tersebut belum menjadi rerata final bahwa lebih banyak sampel yang mengatakan
bahwa korupsi bisa diberantas. Peneliti selanjutnya melakukan analisis dan tinjauan
mendalam kepada 3 indikator keberhasilan pemberantasan korupsi, yaitu :
1) Peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi,
Tabel 2. Tanggapan mahasiswa Semester V STIE Indragiri terhadap peran serta
masyarakat dalam pemberantasan Korupsi di Indonesia
No
Kategori
1
Sangat Berperan
2
Berperan
3
Cukup Berperan
4
Tidak Berperan
5
Sangat Tidak Berperan
Jumlah
Rerata
Skor
5
4
3
2
1
Sumber : Data Olahan
26
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Jml Responden Bobot
1
5
1
4
3
6
39
78
33
33
77
126
126/77 = 1,63
Berdasarkan rerata yang diperoleh dari tabel 2 diatas, diperoleh 1,63 dan termasuk pada
kategori tidak berperan, yang artinya pada persepsi mahasiswa mengatakan bahwa
masyarakat tidak berperan dalam pemberantasan korupsi.
Hal tersebut sangat berdasar, mengingat masyarakat terkesan acuh dan apatis terhadap
kasus – kasus korupsi yang terjadi di Negeri ini.
2) penegakan supremasi hukum,
Tabel 3. Tanggapan mahasiswa semester V STIE Indragiri terhadap Penegakan
Supremasi Hukum di Indonesia dalam menangani kasus Korupsi
No Kategori
1 Sangat Berperan
2 Berperan
3 Cukup Berperan
4 Tidak Berperan
5 Sangat Tidak Berperan
Jumlah
Rerata
Sumber : Data Olahan
Skor
5
4
3
2
1
Jml Responden Bobot
2
10
2
8
9
27
29
58
35
35
77
138
138/77 = 1,79
Berdasarkan data pada tabel 3 diatas terlihat bahwa rerata tanggapan mahasiswa
terhadap penegakan supremasi hukum di Indonesia ada pada rerata 1,79 atau masuk
kedalam kategiori tidak berperan. Jadi menurut tanggapan responden bahwa supremasi
penegakan hukum di Indonesia tidak berperan dalam pemberantasan korupsi. Sangat
jelas terlihat bahwa saat ini masih ada oknum yang kebal terhadap hukum, masih belum
adilnya putusan peradilan, ibarat mata pisau yang tajam sebelah. Namun kedepan
diharapkan bahwa penegakan supremasi hukum di Indonesia dapat memberikan
kontribusi dalam pemberantasan korupsi di Republik ini.
3) Independensi Komisi Pemberantasan Korupsi,
Tabel 4. Tanggapan mahasiswa terhadap semester V STIE Indragiri independensi
Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menangani kasus Korupsi
No Kategori
1 Sangat Berperan
2 Berperan
3 Cukup Berperan
4 Tidak Berperan
5 Sangat Tidak Berperan
Jumlah
Rerata
Sumber : Data Olahan
Skor
5
4
3
2
1
Jml Responden Bobot
73
365
3
12
1
3
77
380
380/77 = 4,93
Berdasarkan data pada tabel 4 diatas tentang tanggapan mahasiswa terhadap
independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menangani kasus korupsi, didapat
rerata 4,93 yang berada pada kategori jawaban sangat berperan. Independensi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam memberantas korupsi di Indonesia sangat diharapkan
oleh seluruh kalangan, independensi KPK ini diharapkan tidak di intervensi oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab. Independensi ini diharapkan terbentuk mulai
dari proses perekrutan anggota KPK itu sendiri hingga tunjangan pekerjaan yang
27
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
memadai sehingga dapat membuat para anggota KPK hanya fokus kepada
pemberantasan Korupsi di Republik ini.
G. Simpulan
1. Dari 77 sampel dalam penelitian ini, 53 sampel mengatakan kalau korupsi di
Indonesia bisa diberantas, sedangkan sisanya 24 sampel mengatakan kalua
korupsi di Indonesia tidak bias diberantas.
2. Berdasarkan rerata yang diperoleh dari tabel 2 dalam penelitian ini, diperoleh
1,63 dan termasuk pada kategori tidak berperan, yang artinya pada persepsi
mahasiswa mengatakan bahwa masyarakat tidak berperan dalam
pemberantasan korupsi. Hal tersebut sangat berdasar, mengingat masyarakat
terkesan acuh dan apatis terhadap kasus – kasus korupsi yang terjadi di Negeri
ini.
3. Berdasarkan data pada tabel 3 dalam penelitian ini terlihat bahwa rerata
tanggapan mahasiswa terhadap penegakan supremasi hukum di Indonesia ada
pada rerata 1,79 atau masuk kedalam kategiori tidak berperan. Jadi menurut
tanggapan responden bahwa supremasi penegakan hukum di Indonesia tidak
berperan dalam pemberantasan korupsi. Sangat jelas terlihat bahwa saat ini
masih ada oknum yang kebal terhadap hukum, masih belum adilnya putusan
peradilan, ibarat mata pisau yang tajam sebelah.
4. Berdasarkan data pada tabel 4 dalam penelitian ini tentang tanggapan
mahasiswa terhadap independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
menangani kasus korupsi, didapat rerata 4,93 yang berada pada kategori
jawaban sangat berperan. Independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
memberantas korupsi di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh kalangan,
independensi KPK ini diharapkan tidak di intervensi oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab.
H. Saran
1. Seluruh lapisan masyarakat hendaknya optimis dengan pemberantasan korupsi
di Indonesia yang menjadi sugesti positif bagi para penegak hokum untuk
menegakkan hokum setegak – tegaknya.
2. Peran serta masyarakat sangat diharapkan dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia, sosialisasi kepada masyarakat tentang dampak korupsi harus
digencarkan lagi.
3. Penegakan hokum di Indonesia tidak boleh berat sebelah, tidak boleh pandang
bulu, harus adil seadil – adilnya.
4. Diharapkan kepada pemerintah untuk membuat KPK menjadi lembaga
independen yang tidak dapat di Intervensi (super power) oleh pihak manapun,
agar tekad pemberantasan korupsi di Indonesia dapat diwujudkan.
28
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
I. Daftar Pustaka
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) 2012, Buku Ajar Pendidikan
Anti Korupsi
2. http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsidi.html
3. Irrahmania, Diesa, 2011, Strategi pemberantasan korupsi di Indonesia,
Sekolah Tinggi Manajemen informatika dan Komputer, AMIKOM,
Jogyakarta
4. UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
29
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
PENGARUH BENTUK ORGANISASI DAN KOMUNIKASI
TERHADAP PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA
PT. AJIWIJAYA INTI MAKMUR PEKANBARU
ABSTRAK
OLEH : AGUS SUPRIYADI,,SE.MSi
Penelitian ini dilakukan pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru, penelitian ini
penulis menitik beratkan hanya pada bidang biro penyaluran jasa saja.Pelaksanaan
penelitian berlangsung selama 6 (Enam) bulan terhitung bulan Maret 2016 sampai dengan
September 2016. Objek penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk organisasi
dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur..
Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang
menggambarkan tentang bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian
manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur.
Dari hasil penelitian dengan persamaan regresinya dari data SPSS di ketahui bahwa
konstanta (a) adalah 1,128. dan koefisien X1 (b1) adalah 0,381 dan koefisien X2 (b2) adalah
0,335. dengan persamaan regresi berganda adalah Y = 1,128 +0,381 X1 +0,335 X2 Artinya :
a= jika bentuk organisasi dan komunikasi sama dengan Nol (0) maka besarnya nilai
pengendalian manajemen sama dengan 1,128. b1= jika terjadi peningkatan 1 satuan pada
bentuk organisasi maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar
0,381. dan b2 = jika terjadi peningkatan 1 satuan pada komunikasi maka akan terjadi
peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,335. Koefisien korelasi diketahui
bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi mempunyai hubungan positif dengan (Y)
pengendalian manajemen. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi berganda R
adalah 0,686. dan selanjutnya diuji dengan Keofisien determinasi berganda (R2 adalah 0,470.
hal ini menuujukka bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi sudah bersama – sama
adanya hubungan variasi terhadap (Y) pengendalian manajemen sebesar 47 %. Dan sisanya
53 % di pengaruhi oleh variabel selain (X1) dan (X2).. Uji hipotesis pada taraf signifikan  =
5 % dimana F hitung (29,731) > F tabel (3,13) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan
nilai signifikan terlihat pada kolom sig yaitu 0,000 berarti probabilitas 0,000 lebih kecil dari
pada 0,05.artinya memiliki pengaruh yang signifikan antara bentuk organisasi dan
komunikasi terhadap pengendalian manajemen.
kata Kunci : Bentuk Organisasi, Komunikasi, Pengendalian
30
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu
hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu
wadah baik formal maupun informal.
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis,
peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu
faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu
terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi
pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam
menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk
mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama
dengan timbulnya salah faham dan konflik
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai
tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar.
Organisasi terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai karakteristik, sikap, nilai,
budaya, kemampuan, dan keahlian yang berbeda-beda, sehingga dalam melaksanakan
pekerjaannya mereka tidak bisa saling lepas karena pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial. Mereka saling tergantung satu sama lainnya dalam mencapai tujuan organisasi. Adanya
saling ketergantungan diantara mereka diwujudkan dalam bentuk kerjasama yang baik, dan
ini dapat dilakukan salah satunya melalui pembentukan komunikasi yang baik pula dalam
organisasi.
Komunikasi adalah alat untuk meningkatkan kerjasama, kepercayaan, tanggung jawab, dan
antusiasme para karyawan ( Manullang, 2005:231 ).
Melalui komunikasi para anggota organisasi akan mengerti dan memahami apa yang
diinginkan oleh organisasi dimana mereka bernaung, dan sebaliknya organisasi juga akan
mengerti dan memahami apa yang diharapkan para anggota organisasi sehingga
mempermudah organisasi dalam mencapai tujuannya.
Komunikasi yang harmonis diantara para karyawan baik secara vertikal maupun horizontal
ikut menciptakan kedisiplinan bagi organisasi. Komunikasi sangat penting dalam
mengendalikan tindakan anggota organisasi yang tidak sesuai dengan keinginan organisasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan adalah kurangnya komunikasi,
untuk itu dalam rangka meningkatkan kedisiplinan kerja dapat dilakukan melalui
pembentukan komunikasi kerja secara vertikal dan horizontal. (Simamora, 2004:612)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang baik akan menciptakan
kedisiplin kerja dari pegawai dan sebaliknya komunikasi yang kurang baik akan menyebabkan
ketidak disiplinan pegawai dalam bekerja. Komunikasi dalam organisasi dapat terjadi secara
vertikal dan horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang terjadi antara atasan dan
bawahan, sedangkan kumuniksai horizontal terjadi sesama rekan kerja. Dari hasil observasi
ayng dilakukan peneliti di lapangan, peneliti memperoleh beberapa informasi mengenai
jumlah karyawan PT. AJIWIJAYA INTI MAKMUR berikut data mengenai jumlah karyawan
Hal tersebut nampak pada tabel berikut ini:
31
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Tabel 1 : Jumlah Karyawan Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru
Tahun
Jumlah Karyawan
Jumlah Karyawan
Jumlah Keseluruhan
Lapangan (Scurity)
Kantor
Karyawan
2012
139
15
154 Orang
2013
158
10
168 Orang
2014
175
10
185 Orang
2015
191
12
203 Orang
2016
225
12
237 Orang
Sumber : PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru
Pengendalian manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan manajer. Para
manajer ini memutuskan tujuan organisasi, menyampaikan tujuan tersebut kepada
anggota organisasi, memutuskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan sumber daya
yang harus digunakan untuk melaksanakan tugas tersebut. Kegiatan seperti komunikasi,
persuasi, pemberian inspirasi dan pemberian penghargaan terhadap keberhasilan
bawahan merupakan bagian penting di dalam proses pengendalian manajemen. Untuk
melaksanakan pengendalian manajemen dikenal dengan adanya pembagian tugas yang
jelas antara setiap karyawan berikut data mengenai pembagian tugas karyawan Pada PT.
Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru.
Tabel 2 : Pembagian Tugas Karyawan Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru
Tahun
Perencanaan
Pengawasan
Bagian Lapangan
Kerja
Kerja
Dandru
Anggota
2012
5 Orang
12 Orang
12 Orang
127 Orang
2013
7 Orang
16 Orang
13 Orang
145 Orang
2014
7 Orang
16 Orang
13 Orang
162 Orang
2015
9 Orang
17 Orang
14 Orang
177 Orang
2016
9 Orang
19 Orang
16 Orang
209 Orang
Sumber : PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru
Salah satu fungsi dari pengendalian manajemen adalah mengkomunikasikan informasi
kepada para manajer yang ada dalam organisasi. Informasi ini dapat berupa informasi
akuntansi maupun non akuntansi. Informasi ini membuat para manajer selalu
mengetahui apa yang sedang berlangsung dan membantu menjamin terkoordinasinya
pelaksanaan pekerjaan berbagai pusat pertanggungjawaban. Informasi ini disampaikan
dalam bentuk laporan. Atas dasar laporan maka para manajer akan mengambil keputusan
untuk: melakukan perubahan terhadap pelaksanaan anggaran, melakukan perbaikan
terhadap anggaran, melakukan perbaikan terhadap program, melakukan perubahan
strategi.
Dari uaraian diatas penulis tertarik untuk meneliti yang berkenaan dengan pokok
bahasan tersebut maka judul penulisan ini adalah :
“Pengaruh Bentuk Organisasi Dan Komunikasi Terhadap Pengendalian
Manajemen Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru”
32
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
B. Perumusan Masalah
a. Apakah bentuk organisasi dan komunikasi secara simultan berpengaruh terhadap
pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru?
b. Apakah bentuk organisasi secara persial berpengaruh terhadap pengendalian
manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru?
c. Apakah komunikasi secara persial berpengaruh terhadap pengendalian manajemen
pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh bentuk organisasi dan komunikasi secara simultan
terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru
b. Untuk mengetahui pengaruh bentuk organisasi secara parsial terhadap pengendalian
manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru.
c. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi secara parsial terhadap pengendalian
manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adalah
penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam
berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.
Definisi manajemen yang dikemukakan oleh sebagai berikut: “Management is the
attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning
organizing leading and controlling organizational resources”. (Daft, 2003:4)
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian
tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian
pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and
achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading and
controlling) and coordinating various resources (information materials money and people)”.
(Plunket, at al .2005:5)
Perbedaan Pengendalian Tugas dan Pengendalian Manajemen :
Pengendalian Tugas
1. Bersifat scientific dengan
persamaan ekonomi
2. Interaksi antar manusia tidak
secara keseluruhan
3. Fokus pada tugas spesifik pada
unit organisasional
4. Berhubungan dengan tugas
Pengendalian Manajemen
1. Meliputi perilaku manajer
2. Interaksi antara manajer dengan
manajer
3. Fokus pada unit organisasional
4. Memperhatikan secara luas
aktivitas para manajer dalam
pengambilan keputusan
“Organisasi” sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, “organon” atau dalam bahasa Latin,
disebut “organum” yang artinya “alat, bagian, atau anggota badan”. Selanjutnya seiring
berjalannya waktu, terjadilah perkembangan dalam pengertiannya. Dengan kata lain,
33
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
(semakin banyak orang yang mengartikannya maka semakin banyak definisi dan semakin
luas pula kata itu diartikan) Tapi dari sekian banyak definisi “organisasi”. Organisasi jga bisa
dikatakan sekumpulan, individu, kelompok yang mempunyai tujuan, visi & misi tertentu
untuk menampung / menyalurkan pikiran atau pendapat yang tidak sama (dengan kata lain
berbeda).
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi
kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu
untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada
efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2005 : 13).
Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di
antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke
orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih
dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami (Mangkunegara,
2005 : 310).
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat
dalam komunikasi adalah manusia.
Komunikasi ke atas (upward communication), yaitu: Pesan yang mengalir dari
bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkatan
yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan
balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. (Muhammad,
2005:116)
34
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
E. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian langsung pada PT. Ajiwijaya Inti
Makmur Pekanbaru. Jl. Sukajaya / Laban No 23 Labuh Baru Barat Pekanbaru – Riau
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Ajiwijaya Inti Makmur
yaitu berjumlah 70 Orang, . Jadi untuk mempermudah dalam memperoleh persentase
jawaban tersebut, penelitian hanya mengambil sample Accidental Random sampling
yaitu mengambil responden secara acak sebagai sampel berdasarkan kebetulan,
3. Jenis dan sumber data
1. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
riset lapangan perusahaan yang menjadi objek.
2. Sumber data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan dasar teoritis yang
diperoleh dari studi pustaka maupun data yang diperoleh langsung dari perusahaan,
meliputi sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, deskripsi
pekerjaan serta bahan – bahan lain yang diperlukan dalam pembahasan masalah.
4. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara
Wawancara adalah cara penelitian dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini pada PT. Ajiwijaya Inti
Makmur Pekanbaru
Studi Pustaka
Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip teori –
teori yang berasal dari buku dan tulisan- tulisan lain yang relevan dengan penelitian
ini.
stionery yaitu dengan mengajukan suatu daftar pertanyaan kepada calon responden
guna memperoleh data – data yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.
5.
Analisis Data
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif,
yaitu penelitian yang menggambarkan pengaruh bentuk organisasi dan komunikasi
terhadap pengendalian manajemen,
Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis
regresi linear berganda yang dihitung dengan bantuan SPSS 17/PASW Statistic 17
adalah sebuah softwares yang memudahkan kita didalam riset mengenai Statistika,
35
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdbedasarkan data SPSS di ketahui bahwa konstanta (a) adalah 1,128. dan koefisien X1 (b1)
adalah 0,381 dan koefisien X2 (b2) adalah 0,335. dengan persamaan regresi berganda adalah
Y = 1,128 +0,381 X1 +0,335 X2
a= jika bentuk organisasi dan komunikasi sama dengan Nol (0) maka besarnya nilai
pengendalian manajemen sama dengan 1,128.
b1= jika terjadi peningkatan 1 satuan pada bentuk organisasi sedangkan variabel X2 tetap maka
akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,381. dan
b2 = jika terjadi peningkatan 1 satuan pada komunikasi sedangkan variable X1 tetap maka
akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,335.
1. Analisis Korelasi Berganda (R) dan Keofisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model
R
R Square
.686a
1
Adjusted R Square
.470
Std. Error of the
Estimate
.454
.33945
a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Bentuk Organisasi
b. Dependent Variable: Pengendalian Manajemen
Pada tabel diatas diketahui bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi mempunyai
hubungan positif dengan (Y) pengendalian manajemen. Hal ini dapat dilihat dari nilai
koefisien korelasi berganda R adalah 0,686. dan selanjutnya diuji dengan keofisien
determinasi berganda (R2 adalah 0,470. hal ini menunjukkan bahwa (X1) bentuk organisasi
dan (X2) komunikasi sudah bersama – sama adanya hubungan variasi terhadap (Y)
pengendalian manajemen sebesar 47 %. Dan sisanya 53 % di pengaruhi oleh variabel selain
(X1) dan (X2).
2.
Analisis Hipotesis
Uji hipotesis secara simultan (Uji Hipotesis dengan Uji “F”)
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
6.851
2
3.426
29.731
.000a
Residual
7.720
67
.115
Total
14.571
69
a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Bentuk Organisasi
b. Dependent Variable: Pengendalian Manajemen
36
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat F hitung yaitu 29,731, sedangkan F tabel dapat diperoleh dengan
menggunakan tabel F dengan drajat bebas (df) residual (sisa) yaitu 67 sebagai df penyebut dan
df Regresion (perlakuan) yaitu 2 sebagai df pembilang dengan taraf signifikan 0,05, sehingga
diperoleh F tabel 3,13. karena F hitung (29,731) > F tabel (3,13) maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Berdasarkan nilai signifikan terlihat pada kolom sig yaitu 0,000 berarti probabilitas
0,000 lebih kecil dari pada 0,05.artinya memiliki pengaruh yang signifikan antara bentuk
organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen.
Koefisien (Uji Hipotesis dengan Uji”T”)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
1.128
.364
Bentuk Organisasi
.381
.115
Komunikasi
.335
.092
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
3.099
.003
.365
3.308
.002
.403
3.654
.001
a. Dependent Variable: Pengendalian Manajemen
Bentuk Organisasi : berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat T hitung untuk variabel bentuk
organisasi adalah 3,308, pada tabel T dengan db 67 dan taraf signifikan 0,05 di peroleh
1,66. karena T hitung > dari pada T tabel maka Ho ditolak sedang kan signifikan pada tabel
B adalah 0,002, yang berarti probabilitas 0,002, karena probabilitas kurang dari 0,05 maka
antara bentuk organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian
manajemen.
Komunikasi : berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat T hitung untuk variabel komunikasi
adalah 3,654, pada tabel T dengan db 67 dan taraf signifikan 0,05 di peroleh 1,66. karena
T hitung > dari pada T tabel maka Ho ditolak sedang kan signifikan pada tabel B adalah
0,001, yang berarti probabilitas 0,001, karena probabilitas lebih dari 0,05 maka antara
komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian manajemen.
b.
Uji Normalitas
37
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Jika residual berasal dari distribusi Normal, maka nilai – nilai sebaran data akan terletak
sekitar garis lurus. Terlihat bahwa sebaran data pada gambar diatas semuanya berada
pada sumbu normal, maka dapat dikatakan bahwa pernyataan normalitas dapat dipenuhi.
G. Simpulan
1. Hasil penelitian dari persamaan regresi linear berganda dari data SPSS di ketahui bahwa
konstanta (a) adalah 1,128. dan koefisien X1 (b1) adalah 0,381 dan koefisien X2 (b2)
adalah 0,335. dengan persamaan regresi berganada adalah Y = 1,128 +0,381 X1 +0,335
X2 Artinya : a= jika bentuk organisasi dan komunikasi sama dengan Nol (0) maka
besarnya nilai pengendalian manajemen sama dengan 1,128. b1= jika terjadi peningkatan
1 satuan pada bentuk organisasi sedangkan X2 tetap maka akan terjadi peningkatan pada
pengendalian manajemen sebesar 0,381. dan b2 = jika terjadi peningkatan 1 satuan pada
komunikasi sedangkan X1 tetap maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian
manajemen sebesar 0,335.
2. Dari persamaan Keofisien korelasi diketahui bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2)
komunikasi mempunyai hubungan positif dengan (Y) pengendalian manajemen. Hal ini
dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi berganda R adalah 0,686. dan selanjutnya diuji
dengan Keofisien determinasi berganda (R2 adalah 0,470. hal ini menunjukkan bahwa
38
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
3.
4.
(X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi sudah bersama – sama adanya hubungan
variasi terhadap (Y) pengendalian manajemen sebesar 47 %. Dan sisanya 53 % di
pengaruhi oleh variabel selain (X1) dan (X2).
Berdasarkan uji simultan F hitung (29,731) > F tabel (3,13) maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Berdasarkan nilai signifikan terlihat pada kolom sig yaitu 0,000 berarti
probabilitas 0,000 lebih kecil dari pada 0,05.artinya memiliki pengaruh yang signifikan
antara bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen
Berdasarkan uji parsial : T hitung untuk variabel bentuk organisasi adalah 3,308, pada
tabel T dengan db 67 dan taraf signifikan 0,05 di peroleh 1,66. karena T hitung > dari
pada T tabel maka Ho ditolak sedang kan signifikan pada tabel B adalah 0,002, yang
berarti probabilitas 0,002, karena probabilitas kurang dari 0,05 maka antara bentuk
organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian manajemen. Dan T
hitung untuk variabel komunikasi adalah 3,654, pada tabel T dengan db 67 dan taraf
signifikan 0,05 di peroleh 1,66. karena T hitung > dari pada T tabel maka Ho ditolak
sedang kan signifikan pada tabel B adalah 0,001, yang berarti probabilitas 0,001, karena
probabilitas lebih dari 0,05 maka antara komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengendalian manajemen.
H. Saran
1. Karena adanya pengaruh antara bentuk organisi dan komunikasi terhadap pengendalian
manajemen maka perusahaan harus perlu menetapkan bentuk organisasi perusahaan
dengan jelas, sehingga dapat dilihat adanya pembagian tugas yang jelas, dan melakukan
komunikasi dengan baik, anatara atasan dengan bawahan, ataupun sesama rekan kerja.
Sehingga pengendalian manajemen dapat dikendalikan dengan baik..
2. Karena adanya hubungan antara bentuk organisasi dan pengendalian manjemen.
Semakin besar suatu organisasi, semakin besar pula sumber daya yang harus
dikendalikan, baik sumberdaya manusianya, sumber dana, dan sumber daya alamnya
(Bahan baku) yang harus dikendalikan secara baik oleh perusahaan, untuk itu
perusahaan perlu menjalankan ketiga tipe pegendalian yaitu, pengendalian preventive,
Pengendalian operational, dan pengendalian kinerja. Begitu juga dengan hubungan
antara komunikasi dengan pengendalian manajemen. Komunikasi merupakan alat untuk
melaksanakan pengendalian manajemen. Untuk itu perusahaan perlu menjaga
komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan maupun sesama rekan kerja.
3. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pengendalian manajemen adalah
komunikasi. Untuk itu perusahaan perlu menciptakan suatu rasa kekeluargaan dalam
lingkungan perusahaan, agar timbul loyalitas karyawan sehingga akan tercipta suatu
komunikasi yang baik dilingkungan perusahan.
I. Daftar Pustaka
1. Arni, Muhammad, 2005, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
2. Arief S Sadiman, dkk. 2006. Media Pendidikan.: PT Raja Grafindo. Persada Jakarta
3. Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
39
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
4. Daft, Richard L. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.: Penerbit. Erlangga.
Jakarta
5. Effendy,Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan
kesembilanbelas. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
6. Grimsey, D. & Lewis, M. K. (2004), Public Private Partnerships : The Worldwide
Revolution in Infrastructure Provision and Project Finance, Edward Elgar, Inc., UK
7. Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
8. Harianja, Marihot Tua Effendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian, Dan Peningkatan Produktivitas Karyawan.
9. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi. (2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta:
Pustaka LP3ES.
10. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan Cetakan Ke-8. Bandung: Remaja Rosdakarya.
11. M. Manullang. 2004. Dasar – Dasar Manajemen. Gajah Mada University Perss,
Yogyakarta
12. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Rosda ,Bandung:
13. Plunkett, Warren R., dkk. (2005). Management: Meeting and Exceeding Customer
Expectations. 8edition. Thomson South-Western Co, USA.
14. Robbins, S dan Coulter, M. 2007. Manajemen, Edisi Kedelapan, Penerbit PT Indeks:
Jakarta.
15. Simamora, Henry, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit YKPN
Yogyakarta.
16. Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Granmedia Wirasarana Indonesia.
Jakarta:
40
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
TINJAUAN SISTEM PENGUPAHAN BURUH DAN TENAGA
KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL KAB.
INDRAGIRI HULU
oleh : YENNY ISKANDAR, SE. MKOM., MM.
Abstrak
Salah satu tugas yang cukup sulit bagi bagian personalia adalah
menentukan upah yang dapat diterima oleh semua pihak, baik karyawan
maupun perusahaan. Hal ini terjadi karena dalam upah melekat dua
kepentingan yang dapat saling bertentangan. Bagi karyawan upah adalah
sumber penghasilan, oleh karena ada kecenderungan karyawan menuntut upah
yang semakin tinggi, sementara bagi perusahaan upah adalah salah satu
komponen biaya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi profit.
Oleh karena itu ada kecenderungan bagi menejemen untuk selalu
menekan upah karyawan agar profit dapat ditingkatkan. Apabila menejemen
mampu menentukan upah yang adil dan layak selain dapat mengurangi konflik
antara menejemen dengan karyawan juga dapat menumbuhkan motivasi
karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.
Kata Kunci : Sistem Pengupahan, Tenaga Kerja
41
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh departemen personalia untuk meningkatkan
prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi (upah).
Kompensasi atau upah adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa atas
kerja yang telah dilakukan. Kompensasi yang diterima oleh karyawan bisa dalam bentuk natura
(uang) maupun innatura, seperti perumahan, makan, bahan makanan, pakaian, kendaraan dan
berbagai fasilitas serta berbagai kemudahan lainnya sepanjang diberikan secara gratis atau cuma
- cuma sebagai ganti atas pekerjaan yang ia lakukan.
Masalah kompensasi merupakan fungsi personalia yang sulit dan kompleks. Bukan
merupakan tugas yang mudah bagi bagian personalia untuk menentukan struktur upah yang
dapat diterima dan memuaskan semua pihak, karena dalam upah melekat berbagai kepentingan
yang kadang-kadang justru saling berlawanan satu dengan yang lain. Bagi perusahaan, upah
merupakah salah satu komponen biaya produksi. Untuk meningkatkan keuntungan perusahaan
dapat ditempuh dengan menekan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, di mana salah
satunya adalah biaya tenaga kerja. Oleh karena itu ada kecenderungan bagi setiap perusahaan
untuk menekan upah karyawan, sebaliknya bagi karyawan, upah merupakan salah satu sumber
pendapatan,sehingga kecenderungan karyawan adalah menuntut upah yang tinggi agar dapat
digunakan untuk menutup segala keperluan hidup dan kehidupannya. Dengan demikian tingkat
ataupun besarnya upah yang diterima karyawan akan menentukan skala kehidupannya.
Sebetulnya cukup sulit bagi bagian personalia untuk dapat menentukan upah yang
pasti untuk setiap jabatan. Bahkan hal ini bisa dikatakan tidak mungkin. Tidak ada suatu cara
yang pasti, eksak, dan lengkap serta akurat untuk menentukan upah yang tepat. Berbagai cara
yang dikembangkan sebenarnya hanya suatu cara yang sistematis di dalam penilaian. Besarnya
upah bagi karyawan mencerminkan nilai karya mereka di antara karyawan-karyawan itu sendiri,
keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, bila para karyawan memandang upah mereka tidak
memadai, prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja mereka bisa turun secara drastis.
Dilandasi oleh berbagai alas an tersebut, maka dalam menyusun proposal/skripsi ini
peneliti tertarik untuk manganalisa dan memilih judul sebagai berikut : TINJAUAN SISTEM
PENGUPAHAN BURUH DAN TENAGA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA DAN
SOSIAL KAB. INDRAGIRI HULU.
B. RUMUSAN MASALAH
Mengacu pada latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
bagaimanakah system pengupahan buruh dan tenaga kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
Kabupaten Indragiri Hulu.
42
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana system pengupahan buruh dan tenaga kerja pada Dinas
Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Indragiri Hulu.
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai pengembangan bahan ajar
b. Sebagai referensi bagi peneliti lain
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tujuan Sistem Kompensasi
Secara umum tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalui sistem kompensasi atau
pengupahan (Handoko, Hani. 2001 : 157) adalah :
1. Memperoleh karyawan yang qualified
Karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat
pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai dan permintaan tenaga kerja. Kadangkadang tingkat gaji yang relatif tinggi diperlukan untuk menarik para pelamar yang cakap
atau qualified maupun yang sudah berpengalaman.
2. Mempertahankan karyawan yang ada
Bila tingkat upah tidak kompetitif , niscaya banyak karyawan yang baik akan
keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan harus dijaga agar tetap
kompetitif dengan perusahaan-perusahaan atau organisasi-organisasi lain.
3. Menghargai perilaku yang diinginkan
Upah hendaknya mendorong perilaku-perilaku karyawan yang diinginkan. Prestasi
kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan perilaku- perilaku lain
dapat dihargai melalui sistem pengupahan.
4. Mengendalikan biaya-biaya
Suatu program pengupahan yang rasional membantu organisasi untuk mendapatkan
dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya yang layak. Tanpa struktur
pengupahan yang sistematis organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau lebih
(overpay) kepada para karyawannya.
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Upah
Penentuan besarnya upah karyawan dipengaruhi berbagai faktor. Implikasi
ketergantungan ini membuat bagian personalia untuk melakukan penyesuaian- penyesuaian
lebih lanjut terhadap kebijakan-kebijakan kompensasi perusahaan. Menurut Heidjrachman R
dan Suad Husnan (2002: 139 – 140) di antara berbagai faktor tersebut adalah :
43
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
1. Permintaan dan Penawaran tenaga kerja
Meskipun hukum ekonomi tidaklah bisa diterapkan secara mutlak dalam masalah
tenaga kerja, tetapi tidak dapat diingkari bahwa hukum permintaan dan penawaran tetap
mempengaruhinya. Untuk jabatan yang membutuhkan keterampilan (skill) tinggi, dan
jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi. Sedangkan untuk jabatanjabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upah cenderung rendah.
2. Serikat Karyawan
Ada atau tidaknya serikat karyawan, serta lemah atau kuatnya serikat karyawan akan
ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Apabila karyawan memiliki serikat atau
organisasi yang kuat maka kekuatan tersebut dapat digunakan untuk mempengaruhi tingkat
upah yang ditetapkan perusahaan. Semakin kuat serikat karyawan berarti semakin kuat
posisi perundingan karyawan dalam penetapan tingkat upah mereka, begitu juga sebaliknya.
3. Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin tinggi
prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima, begitu juga
sebaliknya. Prestasi ini biasanya dinyatakan sebagai produktivitas.
Hanya yang menjadi masalah adalah belum adanya kesepakatan dalam menghitung
produktivitas.
4. Kemampuan untuk membayar
Meskipun mungkin serikat karyawan menuntut upah yang tinggi, tetapi pada
akhirnya realisasi pemberian upah akan tergantung pada kemampuan membayar dari
perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi.
Tingginya upah akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, dan akhirnya akan
mengurangi keuntungan. Kalau tingginya biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian
perusahaan, maka jelas perusahaan tidak akan mampu memenuhi fasilitas karyawan.
5. Biaya hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tingkat upah adalah biaya
hidup. Di kota-kota besar, di mana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi, begitu
juga sebaliknya. Bagaimanapun nampaknya biaya hidup merupakan”batas penerimaan
upah” para karyawan.
6. Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi atau
rendahnya upah tenaga kerja. Peraturan upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat
upah yang akan dibayarkan.
44
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
C. Syara-syarat Kompensasi
Di dalam pemberian kompensi agar dapat memenuhi harapan berbagai fihak perlu
memperhatikan adanya dua syarat atau dua prinsip, yaitu syarat keadilan dan syarat kelayakan
(Heidjrachman R dan Suad Husnan 2002: 140). Dengan kata lain upah yang dibayarkan kepada
karyawan harus memenuhi syarat adil dan layak.
1. Syarat keadilan ( Internal consistency )
Syarat keadilan ini berarti bahwa besarnya kompensasi harus dikaitkan dengan nilai
relatif suatu pekerjaan atau jabatan. Dengan kata lain keadilan ini harus dihubungkan antara
pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Semakin tinggi pengorbanan semakin
tinggi penghasilan yang diharapkan. Oleh karena itu pertama yang harus dinilai adalah
pengorbanan (input) yang diperlukan oleh suatu jabatan tertentu. Input dari suatu jabatan
ditunjukkan dari persyaratan jabatan (job spesification). Semakin tinggi persyaratan yang
diperlukan, semakin tinggi pula penghasilan (output) yang diharapkan. Output ini
ditunjukkan dari upah yang diterima.
Syarat keadilan ini sangat diperhatikan oleh karyawan. Mereka tidak hanya
memperhatikan besarnya uang yang dibawa pulang, tetapi juga membandingkan dengan
penghasilan rekan yang lain. Kalau A dan B sama-sama memperoleh upah per bulan
Rp.2.500.000,- tetapi A merasa beban kerjanya lebih berat dari B, ia tentu akan merasa tidak
adil mengenai upah yang diterima. Karena keadilan ini merupakan hasil perbandingan antara
jabatan yang satu dengan jabatan yang lain dalam perusahaan yang sama, maka disebut juga
dengan internal consistency.
2. Syarat Kelayakan ( External consistency )
Selain masalah keadilan, maka dalam kompensasi perlu juga memperhatikan syarat
kelayakan. Dalam arti upah yang diterima karyawan selain adil juga harus layak. Kelayakan
ini bisa membandingkan upah jabatan yang sama pada perusahaan-perusahaan lain. Atau
bisa juga dengan menggunakan peraturan pemerintah tentang upah minimum, atau juga
dengan menggunakan perbandingan kebutuhan pokok minimum. Apabila upah pada
perusahaan lain lebih tinggi, maka bisa mengakibatkan kesulitan bagi perusahaan untuk
memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan.
Karena untuk mengukur kelayakan suatu upah ini merupakan hasil perbandingan dengan upah di luar perusahaan, maka syarat kelayakan ini lebih dikenal
dengan istilah external consistency. Cara menyusun struktur upah yang adil dan
layak atau memenuhi persyaratan “internal” dan “external consistency” adalah
dengan menggunakan evaluasi jabatan (job evaluation).
Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan nilai
suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan-jabatan yang lain yang ada dalam suatu
organisasi. Untuk dapat mengadakan evaluasi jabatan dalam suatu perusahaan atau
organisasi, maka perusahaan harus mengadakan analisa jabatan untuk menentukan deskripsi
jabatan. Dari deskripsi jabatan yang ada bisa disusun suatu spesifikasi jabatannya.
45
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Berdasarkan spesifikasi jabatan tersebut kemudian
baru diadakan evaluasi jabatan
berdasarkan berat atau ringannya spesifikasi masing- masing jabatan. Dari hasil evaluasi
jabatan bisa disusun urutan jabatan (job ranking) sebagai dasar dalam menentukan upah
karyawan.
D. Metode-metode Evaluasi Jabatan dalam Sistim Kompensasi
Pada dasarnya ada 4 macam metode evaluasi jabatan sebagai dasar dalam penyusunan
upah karyawan (Heidjrachman R dan Suad Husnan (2002: 146 – 147). Tetapi dalam praktek
banyak istilah yang dipergunakan untuk kempat metode tersebut. Keempat metode tersebut
adalah :
1. The ordering method atau the ranking method, sering juga disebut dengan
The Simple ranking method atau job ranking
2. The classification method, the grade method atau job grading
3. The factor comparison method
4. The point method
Metode 1 dan 2 biasa dinamakan metode yang tidak analitis atau metode non kuantitatif.
Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang masih kecil yang biasanya
memiliki proses produksi dan proses administrasi yang sederhana. Sedangkan metode 2 dan 4
biasa disebut dengan metode analitis atau metode kuantitatif karena menggunakan pendekaan
yang lebih terinci. Metode ini lebih banyak digunakan pada perusahan-perusahaan besar.
1. The Ordering/ranking method atau Job ranking
Metode ini merupakan evaluasi jabatan yang paling sederhana tetapi paling kecil
juga ketepatan/keakuratannya. Oleh karena itu disebut juga dengan the simple ranking
method. Adapun proses evaluasinya adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi jabatan yang ada dipisah-pisahkan mana yang berada di tingkat atas
dan mana yang berada di tingkat bawah atau mana yang paling sukar dan mana
yang paling mudah.
b. Jabatan-jabatan tersebut kemudian diperbandingkan satu dengan yang lain dan
dinilai oleh team (komite) guna menentukan hasil perbandingan tersebut.
c. Dari hasil perbandingan tersebut kemudian disusunlah suatu urut-urutan jabatan
(job ranking) guna menentukan besarnya upah masing-masing jabatan tersebut.
Contoh penerapannya :
Dalam suatu departemen, memiliki 4 jabatan dengan beberapa kode, yaitu
jabatan A, B, C, dan D. Spesifikasi masing-masing jabatan tersebut saling
diperbandingkan satu sama lain. Jadi perbandingannya adalah :
A:B
A:D
B:D
A:C
B:C
C:D
Dari hasil perbandingan disusunlah suatu ranking yang kemudian disusun struktur upahnya
setelah mengadakan survey upah (wage surveys).
46
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Ranking
1
2
3
4
Kode Jabatan
B
C
A
D
Nama Jabatan
Penjaga Keamanan
Sekretaris
Operator Komputer
Pengantar Surat
Upah Jabatan
Rp. 1.000.000,Rp. 800.000,Rp. 600.000,Rp. 400.000,-
2. The Classification method atau Job grading
Metode ini merupakan perbaikan dari metode ranking jabatan, yaitu dengan
menyusun suatu kelompok jabatan yang akan digunakan sebagai standar pengukur
untuk jabatan-jabatan yang akan dinilai. Proses evaluasinya berjalan sebagai sebagai
berikut :
a. Menyusun kelas-kelas jabatan dengan spesifikasi jabatan yang bersifat umum
b. Mencocokkan spesifikasi jabatan yang akan dinilai dengan spesifikasi
jabatan dalam kelas jabatan
c. Dari hasil pencocokan tersebut akan diketahui jabatan yang dinilai tersebut
termasuk kelas jabatan yang mana, sehingga upahnya adalah sama dengan
upah dalam kelas jabatan.
Contoh penerapannya :
Susunan kelas jabatan beserta spesifikasi dan upah jabatan
Kelas
Jabatan
Kecerdasan
TM/PA Cerdas
MM/PM Agak cerdas
LM/PB
Kurang cerdas
Spesifikasi Jabatan
Pengalaman
Pendidikan
> 10 Thn
S1/S2
> 5 < 10 Thn SM/D3
< 5 Tahun
SLTA/P
Gaji
T. Jawab
Besar
Sedang
Ringan
Rp. 4 juta
Rp. 2,5 Juta
Rp. 1,3 juta
Setelah disusun kelas jabatan, kemudian membaca spesifikasi jabatan tertentu dan
dicocokkan masuk kelas jabatan yang mana. Sebagai misal :
Nama jabatan
: Pengawas produksi
Spesifikai jabatan :
Kecerdasan
: kurang
Pengalaman
: 3 tahun
Pendidikan
:
SLTA Tanggung jawab :
ringan
Dengan melihat spesifikasi jabatan pengawas produksi tersebut di atas apabila dicocokan
dengan kelas jabatan, maka termasuk dalam kelas pimpinan bawah (low manager) sehingga
upahnya juga setingkat dengan low manager,yaitu Rp. 1,3 juta
47
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
3. The Factor comparison method
Metode ini lebih kompleks dan lebih baik dibandingkan dengan dua metode
sebelumnya. Proses evaluasinya adalah sebagai berikut :
a. Memilih dan menentukan faktor-faktor jabatan yang akan dinilai. Misalnya
penilaian jabatan adakan didasarkan pada faktor kecakapan/keahlian (skill),
syarat fisik (physical requirements), syarat mental (mental requirements),
tanggung jawab (responsibility) dan kondisi kerja (working conditions).
b. Memilih dan menentukan jabatan-jabatan kunci. Jabatan yang akan dijadikan
sebagai jabatan kunci hendaknya memenuhi syarat-syarat :

Memiliki deskripsi yang cukup jelas

Merupakan jabatan yang dipandang penting

Mencakup jabatan pada tingkatan gaji yang terendah sampai yang
tertinggi Misalnya dalam perusahan penerbitan:
Jabatan kunci
Skill
S. Mental
S. Fisik
T. Jawab K. Kerja
Editor
1
2
3
1
1
Ilustrator
2
1
2
3
2
Juru cetak
3
3
1
2
3
c. Menentukan alokasi uang tiap-tiap ranking faktor jabatan guna menentukan
besanya upah. Contoh :
Ranking
Nilai Faktor Jabatan dalam Rp.
1
Skill
600.000
S. Mental
500.000
S. Fisik
400.000
T. Jawab
350.000
K. Kerja
300.000
2
450.000
400.000
300.000
250.000
200.000
3
300.000
300.000
200.000
150.000
100.000
Dengan menggunakan tabel di atas dapat disusun struktur upah jabatan-jabatan
kunci sebagai berikut :
Jabatan
kunci
Total
upah
Skill
Ra Rp.
nk
1
600
S. Mental
Ra
Rp.
nk
2
400
S. Fisik
Ra
Rp.
nk
3
200
T. Jawab
Ra
Rp.
nk
1
350
K. Kerja
Ra Rp.
nk
1
300
Editor
1.850
Ilustrator
1.600
2
450
1
500
2
300
3
150
2
200
Juru Cetak
1.350
3
300
3
300
1
400
2
250
3
100
(upah dalam jumlah ribuan )
48
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
d. Mengadakan penilaian terhadap jabatan-jabatan lain dengan cara
membandingkan faktor jabatannya dengan faktor jabatan kunci,sebagai
contoh jabatan Tukang Jilid. Apabila dicari persamaanya dengan faktor
jabatan kunci hasilnya akan nampak sebagai berikut:
Faktor jabatan
Faktor jabatan kunci
Rank.
Nilai Rp.
Skill/Kecakapan
Sama dengan Juru cetak
3
300.000
Syarat Mental
Sama dengan Editor
2
400.000
Syarat Fisik
Sama dengan Juru cetak
1
400.000
Tanggung Jawab
Sama dengan Ilustrator
3
150.000
Kondisi Kerja
Sama dengan Juru cetak
3
100.000
Jumlah upah Tukang Jilid
1.350.000
Dengan cara tersebut di atas setiap jabatan yang ada dalam perusahaan dapat dinilai
dan ditentukan besarnya upah untuk masing-masing jabatan tersebut.
4. The Point method
Metode ini paling banyak digunakan dalam praktek. Hal ini disebabkan karena
sifat dari metode ini yang dianggap lebih teliti dalam menentukan nilai suatu jabatan
sehingga lebih mendekati rasa keadilan. Adapun proses evaluasi jabatan dengan
menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Menentukan faktor jabatan yang akan dinilai. Faktor jabatan adalah nilai-nilai
untuk mana manajemen membayarkan uangnya kepada karyawan. Contoh
faktor jabatan beserta sub faktornya adalah sebagai berikut :
1) Faktor ketrampilan (skill), dengan sub faktornya :
 Pendidikan
 Pengalaman
2) Faktor usaha, dengan sub faktornya :
 Usaha fisik
 Usaha mental
3) Faktor tanggung jawab, dengan sub faktornya :
 Keamanan orang lain
 Pekerjaan orang lain
4) Faktor kondisi kerja, dengan sub faktornya :
 Lingkungan kerja
 Resiko kerja
b. Menentukan degree (tingkat-tingkat) faktor jabatan beserta definisinya.Degree
dan definisi untuk faktor dan sub faktor perlu dibuat guna dijadikan sebagai
standar penilaian bagi jabatan-jabatan yang akan dinilai.Contohnya sebagi
berikut :
49
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Faktor dan sub. faktor
Degree dan definisi
2
SM/D3
> 5 < 10 Tahun
Sedang
Sedang
1
3
Ketrampilan : Pendidikan
S1 / S2
SLTP/SLTA
Pengalaman > 10 Tahun
< 5 Tahun
Usaha : Fisik
Berat
Ringan
Mental
Berat
Ringan
Tanggung Jawab:
Besar
Sedang
Kecil
Keamanan orang lain
Besar
Sedang
Kecil
Pekerjaan orang lain
Kondisi Kerja: Lingkungan Tidak nyaman
Cukup nyaman Nyaman
Resiko
Besar
Sedang
Kecil
c. Menentukan nilai point untuk setiap tingkat dari setiap faktor jabatan sehingga
dapat dihitung berapa jumlah point untuk suatu jabatan tertentu.
Faktor dan sub. faktor
Ketrampilan : Pendidikan
Pengalaman
Usaha : Fisik
Mental
Tanggung Jawab:
Keamanan orang lain
Pekerjaan orang lain
Kondisi Kerja: Lingkungan
Resiko
Jumlah point
Point untuk masing-masing degree
1
2
3
50
40
30
60
45
30
40
30
20
35
25
15
35
35
30
25
310
25
25
20
15
225
15
15
10
5
140
Apabila point untuk masing-masing degree faktor jabatan sudah tersusun, maka
penilaian terhadap jabatan-jabatan yang ada dalam perusahaan dapat dimulai.
Spesifikasi jabatan untuk masing-masing jabatan yang akan dinilai dibaca dan
dicocokkan masuk degree yang mana. Dengan cara ini dapat diperoleh jumlah point
untuk setiap jabatan yang ada. Kalau jumlah point sudah diperoleh maka tinggal
menterjemahkan point-point tersebut ke dalam nilai rupiyah dengan menentukan berapa
rupiyah untuk tiap-tiap point. Nilai rupiyah untuk setiap point dapat diperoleh dengan
mengadakan survei upah maupun berdasarkan anggaran yang tersedia. Struktur
upahnya akan segera dibentuk apabila jumlah point untuk setiap jabatan telah
diterjemahkan kedalam nilai uang (Rp.)
Contoh penerapan :
Jabatan Sekretaris Direksi memiliki spesifikasi/faktor jabatan sebagai berikut :
50
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Spesifikasi /faktor Jabatan
Definisi
Skill : Pendidikan
D3
Pengalaman
7 Tahun
Usaha : Fisik
Sedang
Mental
Sedang
T. Jawab : Keamanan orang lain Kecil
Pekerjaan orang lain
Besar
Kondisi : Lingkungan kerja
Nyaman
Resiko kerja
Sedang
Jumlah point
Rank
Point
2
2
2
2
3
1
3
2
40
45
30
25
15
35
10
15
215
Jadi jumlah point untuk jabatan sekretaris direksi tersebut adalah = 215. Apabila
harga 1 point = Rp. 5000,- maka upah sekretaris direksi adalah 215 x Rp. 5000,= Rp. 1.075.000,Metode ini lebih teliti dan lebih obyektif di dalam mengukur jabatan-jabatan yang ada
dalam perusahaan/organisasi. Metode ini juga lebih luwes karena dengan menggunakan
point dan degree, sub-sub faktor jabatan setiap jabatan dapat dinilai.
E. Upah Insentif (Incentive Compensation)
Upah insentif adalah upah yang besarnya berbeda karena prestasi kerja yang
berbeda. Jadi dua orang karyawan yang mempunyai jabatan yang sama bisa menerima upah yang
berbeda karena prestasi kerjanya berbeda. Upah dasar mereka sama, tetapi karena prestasi yang
berbeda, misalnya yang satu bekerja di atas standar produksi, maka ia akan menerima tambahan
upah (bonus) karena prestasi kerjanya. Upah insentif ini dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas karyawan, dan mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk tetap berada
dalam perusahaan. Dengan demikian upah insentive sebenarnya merupakan suatu bentuk
motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Bagi mayoritas karyawan, uang masih tetap
merupakan motivasi kuat, atau bahkan motivasi paling kuat untuk bekerja
Selama dekade tahun 1990-an di Amerika Serikat penggunaan sistem insentif
dengan berbasis individual menjadi trend yang besar. Termasuk insentif berbasis individual ini
antara lain termask merit pay, piecework plans, time savings bonuses dan commissions (komisi).
Berbagai bentuk upah insentif individual dapat dibedakan antara insentif individual untuk
karyawan operasional dan insentif untuk tenaga pimpinan (Heidjrachman R dan Suad Husnan
(2002: 163 – 173).
1. Upah insentif karyawan operasional
Karyawan operasional masih dibedakan antara karyawan produksi (blue
collar workes) dan karyawan penjualan (sales personnel) yang termasuk “white
collar worker”. Untuk karyawan produksi meliputi upah perpotong (piece rates)
dan time saving bonuses. Upah perpotong masih dibedakan lagi antara upah
perpotong proporsional dan upah perpotong Taylor.
51
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
a. Upah per potong proporsional
Metode ini paling banyak digunakan. Dalam hal ini upah dibayarkan
berdasarkan seluruh produk yang dihasilkan dikalikan tariff upah per potong didasarkan
atas penelitian waktu (time studi) untuk menentukan waktu standarnya. Misalnya
dalam keadaan normal seorang karyawan dalam perusahaan rokok mampu
menghasilkan 200 batang rokok selama 8 jam kerja. Ini dipakai sebagai standar untuk
penentuan tariff upah. Jadi kalau upah karyawan yang umum per harinya adalah Rp
10.000,-, maka tarif per potong/batang adalah Rp 10.000 : 200 =Rp 50,-Jadi kalau ada
seorang karyawan/i yang mampu menghasilkan 240 batang dalam satu hari, maka ia
akan menerima upah sebesar 240 x Rp 50,- = Rp 12.000,-. Tetapi kalau ada seorang
karyawan dalam satu hari kerjanya menghasilkan kurang dari 200 batang, ia tetap
menerima upah minimal Rp 10.000,-. Cara semacam ini dimaksudkan untuk melindungi
karyawan yang kurang mampu berprestasi.
b. Upah per potong Taylor
Cara ini dikemukakan oleh seorang yang bernama Taylor, dengan mengatur
tarif yang berbeda untuk karyawan yang bekerja di atas dan di bawah standar. Karyawan
yang berhasil mencapai output rata-rata (standar) atau melebihinya akan menerima upah
per potong yang lebih besar dari pada mereka yang bekerja di bawah standar.
Contoh :
Standar produksi = 200 batang selama 8 jam kerja. Untuk mereka yang bisa mencapai
standar atau melabihinya akan menerima upah Rp 50,- per batang. Sedangkan yang di
bawah standar hanya akan menerima upah Rp 40,- per batang. Jadi kalau A
menghasilkan 240 batang, ia akan menerima upah 240 x Rp 50,- = Rp 12 .000,-.
Sedangkan B kalau hanya menghasilkan 180 batang, ia akan hanya menerima upah
sebesar 180 x Rp 40,- = Rp 7.200,Selisih sebesar ini dimaksudkan untuk memacu karyawan agar mereka bisa bekerja
maksimal sesuai dengan standar.
c. Time saving bonuses (bonus berdasarkan waktu yang dihemat)
Dalam metode ini insentif yang diberikan didasarkan pada waktu yang bisa
dihemat oleh karyawan dalam menghasilkan suatu produk.
Sebagai contoh :
Upah standar satu hari dengan 8 jam kerja dan dengan standar produksi 200 batang
sebesar Rp 10.000,-. Upah per batang sebesar Rp 10.000,- : 200 = Rp 50,-. Upah waktu
sebesar Rp 10.000,- : 8 = Rp 1.250,-. Apabila A selama 8 jam sehari bisa menghasilkan
300 batang berarti ia waktu yang bisa dihemat adalah (300-200)/200 x 8 jam = 4 jam.
Untuk menghitung besarnya bonus ada tiga cara, yaitu menurut 100 percent premium
plan, Halsey plan dan Bedaux plan. Perbedaan dari ketiganya adalah dalam menghitung
prosentase bonus dari waktu yang dihemat, sedangkan upah dasarnya adalah sama.
52
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Halsey menghitung 50% dari waktu yang dihemat, sedangkan Bedaux 75%, sehingga
hasilnya sebagai berikut :

100 percent premium plan
Upah dasar = 8 jam x Rp 1.250,= Rp 10.000,Bonus = (4 jam x Rp 1.250,-) x 100 % = Rp 5.000,- Upah
yang diterima
= Rp 15.000,-

Halsey plan
Upah dasar = 8 jam x Rp 1.250,= Rp 10.000,Bonus = (4 jam x Rp 1.250,-) x 50 % = Rp 2.500,- Upah
yang diterima
= Rp 12.500,-

Bedaux plan
Upah dasar = 8 jam x Rp 1.250,= Rp 10.000,Bonus = (4 jam x Rp 1.250,-) x 75 % = Rp 3.750,- Upah
yang diterima
= Rp 13.750,-
Upah insentif untuk karyawan penjualan (salesmen) adalah cukup sulit karena prestasi
mereka sering dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern yang berada di luar kekuasaan mereka.
Kondisi ekonomi dan keadaan musiman, persaingan dan perubahan di dalam selera
konsumen, merupakan faktor-faktor di luar kekuasaan mereka tetapi mempengaruhi
penjualan yang bisa mereka realisir. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
menentukan upah karyawan penjualan, yaitu :
a. Gaji tetap ( gaji bulanan )
b. Gaji variabel yang berupa komisi langsung (straight commission)
c. Kombinasi antar gaji tetap dengan gaji variabel
Pada umumnya cara yang ketiga banyak digunakan, karena dengan cara yang
pertama kurang memotivasi karyawan untuk berprestasi yang lebih baik. Sedangkan
cara yang kedua banyak yang keberatan dengan berbagai alasaan :
 Lebih menekankan pada volume penjualan daripada laba (kecuali kalau
penghasilan dihubungan dengan laba)
 Servis kepada konsumen sering diabaikan
 Penghasilan salesman sering meningkat sangat tinggi dalam periode
makmur, namun dapat menurut drastis dalam periode-periode tertentu
Menurut Martocchio (Jusuf Irianto. 2003 : 236) program kompensasi yang tepat bagi tenaga
penjualan akan mamu memberi kontribusi yang sangat berarti bagi perusahaan dalam
mencapai tujuan-tujuannya.
53
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
2. Upah insentif tenaga pimpinan
Upah insentif tenaga pimpinan dapat diujudkan dalam bentuk :
a. Bonus payment (pembayaran premi)
Yaitu bonus yang diberikan kepada pimpinan setelah pimpinan/ perusahaan
bisa merealisir suatu tujuan tertentu (misal mencapai target laba tertentu). Bonus ini
diberikan kepada pimpinan setelah akhir tahun, ditambahkan pada gaji pokoknya.
Pembayaran ini mungkin tunai, mungkin juga ditunda penyerahannya sampai pimpinan
mencapai usia pensiun.
b. Stock options
Stock optinon adalah hak untuk membeli sejumlah saham dengan
harga tertentu pada suatu periode tertentu. Harga saham biasanya ditawarkan di
bawah harga pasar. Selisih harga ini merupakan bonus (premi) yang diterima oleh
pimpinan.
c. Phantom stock plans
Dengan cara ini pimpinan tidak benar-benar merima saham, tetapi
hanya dicatat dalam rekeningnya nilai saham perusahaan pada harga pasar.
Setelah beberapa waktu tertentu, biasanya 3 s/d 5 tahun para pimpinan akan
menerima/dibayarkan premi sebesar kenaikan saham (sesuai kenaikan menurut
harga pasar). Premi ini dibayar tunai, ataupun ditunda pembayarannya sampai
masa pensiun.
54
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
3. Upah insentif untuk seluruh karyawan
Upah insentif untuk seluruh karyawan dapat diberikan dalam bentuk (lihat juga De Cenzo
and Robins. 1999 : 246 ):
a. Stock ownership plan (pemilikan saham bersama)
Pada cara ini para karyawan diberi kesempatan untuk memiliki saham perusahaan,
sehingga kemajuan perusahaan akan menjadi kemajuan pula bagi mereka. Dengan
demikian diharapkan mereka akan lebih semangat dalam bekerja, sebab mereka akan
bisa menikmati pula keuntungan kalau deviden nanti dibagikan. Besarnya deviden
yang akan diterima dipengaruhi oleh keuntungan yang diperoleh perusahaan.
b. Profit sharing (pembagian laba)
Dengan cara ini karyawan akan menerima bagian keuntungan dari keuntungan
perusahaan. Bonus yang berupa pembagian keuntungan bisa dibayarkan tunai pada
akhir tahun, atau bisa juga ditunda pembayarannya sampai dengan karyawan pensiun.
Yang menjadi masalah dalam cara ini adalah penentuan besarnya keuntungan yang akan
dibagi, dan berapa besarnya bagian (share) dari karyawan. Apakah karyawan akan
menerima dalam jumlah yang sama, ataukah diberikan perlakuan yang berbeda-beda
untuk kelompok karyawan tertentu.
F. Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan tanggapan responden terhadap system pengupahan buruh dan tenaga kerja pada
Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Indragiri Hulu dapat dikategorikan baik
G. Simpulan
Upah insentif untuk karyawan penjualan (salesmen) adalah cukup sulit karena prestasi mereka
sering dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern yang berada di luar kekuasaan mereka. Kondisi
ekonomi dan keadaan musiman, persaingan dan perubahan di dalam selera konsumen,
merupakan faktor-faktor di luar kekuasaan mereka tetapi mempengaruhi penjualan yang bisa
mereka realisir
H. Saran
Upah insentif ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas karyawan, dan
mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk tetap berada dalam perusahaan. Dengan
demikian upah insentive sebenarnya merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam
bentuk uang. Bagi mayoritas karyawan, uang masih tetap merupakan motivasi kuat, atau
bahkan motivasi paling kuat untuk bekerja
I. Daftar pustaka :
1. De Cenzo and Robins. (1999). Human Resource Management. New York : John
Wiley & Sons, Inc.
2. Handoko, Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya
55
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
manusia. Yogyakarta : BPFE
3. Heidjrachman R & Suad Husnan. (2002). Manajamen Personalia. Yogyakarta : BPFE
4. Irianto, Jusuf. (2003). “Kompensasi untuk Sales Force” dalam Paradigma Baru
Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Amara Books
56
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
KAJIAN TECHNOPRENEUR CONCEPT SEBAGAI KONSEP DUA KEUNGGULAN
DALAM SATU KOMPETENSI PADA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
INDRAGIRI (STIE-I) RENGAT
Oleh : Puspa Dewi
Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat
yang beralamat di Jl. R. Sopeprapto No. 14 Rengat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui layak atau tidak konsep ini diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indragiri (STIE-I) Rengat.
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dengan
menggunakan skala pengukuran likert. Peneliti melakukan penarikan data primer dengan
melakukan penyebaran questioner dan interview.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Technopreneur concept merupakan sebuah
konsep yang menjadi penyempurna konsep yang telah ada pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, bukan menggantikan konsep yang telah menjadi
system dan telah dijalankan selama ini.Technopreneur concept telah layak untuk
diterapkan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, ini sesuai pula
dengan tanggapan responden terhadap kesetujuan penerapan konsep ini, dimana sebanyak
82
tanggapan responden dengan jumlah bobot 410 yang menyatakan bahwa
technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat
adalah sangat setuju diterapkan, dan 12 orang responden dengan jumlah bobot 48
menyatakan setuju technopreneur concept diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indragiri (STIE-I) Rengat, tidak ada responden yang menjawab kurang setuju, tidak setuju
dan sangat tidak setuju, Berdasarkan tanggapan responden terhadap kesetujuan
penerapan technopreneur concept tersebut dapat dikategorikan Sangat Setuju, ini dapat
dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 4.87 dan
dibulatkan menjadi 5, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 5 adalah sangat setuju.
Kata Kunci : Technopreneur, keunggulan, kompetensi.
57
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Pendahuluan
Perguruan tinggi didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan,
mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks), (2) mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan
budaya, serta (3) meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
perguruan tinggi sebagai lembaga melaksanakan fungsi tridarma Perguruan Tinggi,
yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengelola
ipteks. Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut, perguruan tinggi harus mampu
mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus
menerus, baik masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan yang
diberikan kepada masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, perguruan tinggi harus secara
aktif membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk membuktikan bahwa sistem
penjaminan mutu internal telah dilaksanakan dengan baik dan benar, perguruan tinggi
harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem
penjaminan mutu yang baik dan benar, perguruan tinggi akan mampu meningkatkan
mutu, menegakkan otonomi, dan mengembangkan diri sebagai institusi akademik dan
kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan.
Secara teoritis hidup dan kehidupan seluruh perguruan tinggi sangat bergantung
kepada jumlah mahasiswa yang terserap dan berbanding lurus dengan output yang
dihasilkan pada setiap periode semesternya. Jumlah input mahasiswa yang besar
belum dapat mencerminkan kualitas yang dimiliki sebuah perguruan tinggi, bila tidak
ditopang dengan kemampuan akademik mahasiswanya. Untuk dapat menyelaraskan
kemampuan akademik mahasiswa diperlukan perjuangan dan kerja keras dari semua
elemen yang menjadi bahagian dari sebuah perguruan tinggi tersebut, karena
mahasiswa yang terjaring dalam sebuah proses recruitment berasal dari tingkat
intelegensia yang berbeda – beda.
Jika mahasiswa yang menjadi penopang hidup dan kehidupan perguruan tinggi
memiliki rata – rata intelegensia yang baik, dan terbentuk dalam proses pra
recruitment, maka dapat dipastikan ini dapat menjadi daya Tarik tersendiri bagi
masyarakat untuk meneruskan pendidikan putra dan putri mereka ke perguruan tinggi
dimaksud, bahkan mungkin akan menjadi sebuah penelitian pencapaian hasil yang
fantastis yang dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi yang lainnya.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti tentang respon
mahasiswa dalam sebuah proses pembelajaran diperguruan tinggi, didapatkan
kesimpulan bahwa rata – rata cara belajar mahasiswa amat bergantung kepada seberapa
jauh mereka dapat mengatasi kebosanan akibat menerima sesuatu yang terjadi berulang
– ulang dengan cara yang sama dan disampaikan dengan bahasa monoton yang
berakibat terjadi kejenuhan belajar mereka. Bisa jadi kita menganggap bahwa
mahasiswa telah gagal menerima transformasi ilmu dari kita tanpa melakukan koreksi
terhadap cara atau proses pembelajaran yang kita laksanakan, sebenarnya konsep baku
tentang monitoring perkuliahan oleh tim yang ditunjuk khusus oleh sebuah perguruan
58
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
tinggi bisa menjawab hal ini dalam jangka pendek, namun lagi – lagi fokus dari
tanggung jawab inipun diemban atau diberikan kepada unsur akademik yang tidak
memiliki kompetensi dalam bidang monitoring tersebut.
Sekarang perguruan tinggi dihadapkan kepada sebuah tantangan untuk mampu
membangun tatanan kehidupan akademik yang dapat bertahan dalam jangka panjang,
tentu saja setiap proses pencapaiannya akan dilakukan pengkajian dalam beberapa
dekade jangka pendek.
Sekarang kita akan mencoba menelaah dan mengerucutkan permasalahan
tersebut kepada objek utama yang menjadi penentu seperti yang telah kita bahas
sebelumnya yaitu Mahasiswa. Pada konsep sebelumnya sebuah perguruan tinggi
dituntut dapat membentuk kompetensi mahasiswa yang mampu menjadi sebuah
pencitraan baik dimata masyarakat, sebab jika hal ini tidak terjadi, seiring tingkat
persaingan yang semakin tinggi, maka tidak ada seorangpun yang akan dapat
menjamin kelangsungan perguruan tinggi yang kita kelola dalam jangka panjang.
Jika mahasiswa yang kita jadikan barometer, sekarang kita batasi dahulu
pembahasan kepada mahasiswa terlebih dahulu tanpa mengaitkan dengan unsur
pendukung yang lain.
Mahasiswa yang ada pada perguruan tinggi kita merupakan hasil seleksi (belum
pasti terbaik) yang akan menjadi bagian dari kehidupan akademik dan non akademik
diperguruan tinggi kita, menjadi tanda Tanya besar, apakah kita mampu merubah
paradigma dan sudut pandang yang telah mereka dapat dengan konsep yang belum
tepat pada proses pendidikan sebelumnya, walaupun bisa kita katakan tidak semua
proses pendidikan sebelumnya mereka serap dengan cara yang belum tepat, ternyata
banyak diantara mahasiswa yang kita miliki memiliki paradigma sesuai dengan yang
kita harapkan. Artinya tantangan kita hanya merubah paradigma yang berbeda dari
yang kita harapkan. Namun apakah proses pembelajaran yang kita laksanakan dapat
merubah hal tersebut, tentu kita bisa langsung mengatakan “belum tentu”.
Menciptakan mahasiswa yang berwawasan serta memiliki kemampuan intelegensia
yang sama baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi secara konsep juga
tidak seberat membalikkan sebuah gunung. Tentu terlebih dahulu kita harus mampu
menyelami sebuah konsep yang tepat untuk pencapaian kompetensi utama mahasiswa
selama mereka masih menjadi bahagian dari kehidupan akademik diperguruan tinggi
kita.
Sebagai langkah awal tentu saja kita harus mengembangkan kerangka acuan
objek kita yaitu mahasiswa, keberbagai hal yang akan mampu menjadi penopang
konsep yang akan kita laksanakan, baik dalam kurun waktu tertentu ataupun dalam
jangka waktu pencapaian yang lebih panjang.
Berikut akan penulis paparkan jumlah mahasiswa dan jumlah lulusan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir
:
59
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Tabel 1. Jumlah Mahasiswa dan Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri
(STIE-I) Rengat tahun 2011 - 2016
Jumlah Mahasiswa
Jumlah Lulusan
No
Tahun
(Orang)
(Orang)
1
2011
1095
117
2
2012
1273
164
3
2013
1490
288
4
2014
1714
250
5
2015
1568
299
6
2016
1560
367
Sumber : Program Studi Manajemen & TU STIE Indragiri
Tabel 1 (satu) diatas menggambarkan tentang jumlah mahasiswa dan lulusan yang
terus berfluktuasi pada tiap tahunnya, berikut dengan persentase perbandingan antara
jumlah kelulusan dan mahasiswa aktif pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri
(STIE-I) Rengat, sebagai berikut : pada tahun 2011, jumlah mahasiswa adalah 1095
Orang dan jumlah lulusan 117 Orang. Tahun 2012, jumlah mahasiswa adalah 1273
Orang dan jumlah lulusan 164 Orang. Tahun 2013, jumlah mahasiswa adalah 1490
Orang dan jumlah lulusan 288 Orang. Tahun 2014, jumlah mahasiswa adalah 1714
Orang dan jumlah lulusan 250 Orang dan pada tahun 2015, jumlah mahasiswa adalah
1568 Orang dan jumlah lulusan 299 Orang, dan pada tahun 2016, jumlah mahasiswa
sebanyak 1560 dengan lulusan sebanyak 367 orang.
Dengan membandingkan jumlah lulusan yang tidak berimbang dengan jumlah
mahasiswa pada tiap tahunnya dengan pembahasan sebelumnya diatas, maka Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, sedianya mencari cara ataupun
sebuah konsep yang harus dibangun agar perimbangan antara jumlah mahasiswa aktif
dan lulusan dapat berimbang. Ini juga yang menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk
mengkaji sebuah konsep perubahan system dan tata kelola manajemen dalam judul
penelitian : KAJIAN TECHNOPRENEUR CONCEPT SEBAGAI KONSEP DUA
KEUNGGULAN DALAM SATU KOMPETENSI PADA SEKOLAH TINGGI
ILMU EKONOMI INDRAGIRI (STIE-I) RENGAT.
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
“Apakah technopreneur concept dapat diterapkan Pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat ?”
60
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengkaji penerapan technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Indragiri Rengat
b. Kegunaan Peneitian
1. Sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya
pada tata kelola manajemen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Indragiri Rengat.
2. Untuk mengapikasikan ilmu pengetahuan yang peneliti telah dapatkan.
3. Untuk memberikan masukan – masukan yang berguna bagi Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat dalam penerapan technopreneur
concept.
D. Tinjauan Pustaka
Beberapa aspek kajian kepustakaan yang perlu dipelajari dalam memberi argumentasi teoritik
dari dilakukannya penelitian ini. Pertama, dilihat dari tempat penelitian, suatu organisasi/
lembaga pendidikan yang merupakan penyedia jasa pendidikan setingkat perguruan tinggi,
berarti lembaga ini dikaji dari teori keorganisasian. Kedua, variabel kompetensi dalam
penelitian ini salah satu telaah dalam kajian manajemen sumber daya manusia dalam organisasi
yang cakupannya melibatkan seluruh aspek dari organisasi tersebut. Pada variabel keunggulan
mahasiswa penulis mengambil beberapa dimensi pokok yang akan dijadikan satuan pemusatan
pengukuran keunggulan mahasiswa individu dan secara keseluruhan, serta kajian kelayakan
terhadap penerapan technopreneur konsep berfokus kepada kajian manajemen secara luas,
teknologi/ teknik dan studi kelayakan.
1. Definisi Organisasi
Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang
dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam
tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive
(bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
Kumpulan Orang
Jelas, tidak mungkin jika organisasi hanya terdiri dari satu orang yang ingin mencapai
tujuannya sendiri. Dari definisi dijelaskan bahwa organisasi setidaknya terdiri dari
kumpulan orang, berarti minimal dua, yang memiliki tujuan bersama.
Struktur
Struktur dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap anggota
organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun kewajibannya. Struktur
dibentuk agar organisasi berjalan rapi, karena terdapat struktur komando, siapa yang
berwenang dan siapa yang diberi wewenang.
Sistem dan Prosedur
Karakteristik yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur
berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh
61
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini ialah adanya
ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut, dan birokrasi.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap eksistansi suatu organisasi. Organisasi
cenderung memainkan peran menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, entah itu
demografi, ekonomi, politik, budaya, juga alam sekitar. Jadi, kemajuan organisasi harus
selaras dengan perubahan lingkungan.
Beberapa manfaat organisasi yaitu:
1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif
dengan adanya organisasi yang baik.
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika
organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan
memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah
yang tangguh dan ksatria.
3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat
menjadi solusi.
4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn
munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan
sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu
pengetahuan.
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon – alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu
wadah unt tujuan bersama.
Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu,
terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai
organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi
(organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu
sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai
tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan
sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan
sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan) , sarana-parasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarkat. Organisasi yang dianggap baik adalah
organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena
memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat
sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus.Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.Akan tetapi
sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan
mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi
berpartisipasi secara relatif teratur.
62
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
“Inti organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas
mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis proses yang akan
menyempurnakan organisasi” (Nancy & Dixon, 2004)
“Organisasi di mana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya
guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir
baru dan berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan di mana
orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara
bersama” (Siregar, 2000)
”Organisasi belajar adalah organisasi yang mampu melaksanakan proses transformasi
pengetahuan secara siklikal-berkelanjutan, dari pengetahuan pekerja sebagai hasil belajar
mandiri menjadi pengetahuan organisasi sebagai hasil belajar organisasional, untuk
menumbuh kembangkan modal organisasi”. (Siregar, 2000)
Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal
terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang
mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok
orang yang disebut dengan bawahan.”
Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan
formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”
Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang
posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
James D Mooney berpendapat bahwa “Organization is the form of every human,
association for the assignment of common purpose” atau organisasi adalah setiap bentuk
kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
Chester L Bernard mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara
dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or more
persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
Paul Preston dan Thomas Zimmerer mengatakan bahwa “Organisasi adalah
sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama.” (Organization is a collection people, arranged into
groups, working together to achieve some common objectives). (Hasibuan, 2006 : 76)
Sebuah kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang bertindak secara bersama-sama
dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burky dan Perry, 2008).
Menurut Dimock, organisasi adalah : “Organization is the systematic bringing together
of interdependent part to form a unified whole through which authority, coordination and
control may be exercised to achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara
sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk
membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).
63
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Menurut Kochler, organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang
mengkoordinasikan usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi lewat hirarki otoritas dan
tanggungjawab (Schein). Karakterisitik organisasi menurut Schein meliputi : memiliki
struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain untuk
mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya.
Menurut W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, organisasi adalah
susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan
yang teratur.
Definisi Organisasi (Kart & Rosenzweig, 2011 : 1) :
1. Suatu subsistem dari lingkungannya yang lebih luas.
2. Terdiri dari orang-orang yang berorientasi pada tujuan.
3. Suatu subsistem teknik, yaitu orang-orang yang menggunakan pengetahuan, teknik,
peralatan & fasilitas.
4. Suatu subsistem struktural, yaitu orang-orang yang bekerja bersama dalam berbagai
kegiatan yang terpadu.
5. Suatu subsistem psikososial, yaitu orang-orang yang terlibat dalam hubungan sosial
6. Suatu subsistem manajerial yang merencanakan & mengendalikan semua usaha.
Organisasi Belajar adalah organisasi dimana sekumpulan orang secara berkelanjutan
mengembangkan kapasitas mereka untuk membuat hasil yang benar-benar mereka
inginkan, dimana pola pikir yang baru dan telah diperluas kemudian dipelihara, dimana
aspirasi kolektif dibebaskan, dan dimana semua orang secara berkelanjutan belajar untuk
melihat secara keseluruhan bersama-sama.
Organisasi adalah seluruh orang-orang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda
tetapi saling berhubungan dengan yang dikoordinasikan agar sebuah tugas dapat
diselesaikan.
Dengan demikian diantara ketiga macam pandangan tentang pengertian organisasi,
pandangan yang tepat adalah yang menganggap organisasi sebagai suatu sistem
kerjasama, sistem hubungan, sistem sosial. Guna memudahkan penangkapan pengertian,
dapatlah kiranya disusun suatu definisi organisasi secara sederhana dan dapat diterapkan
dalam praktek sebagai berikut :
“ Organisasi adalah suatu sistem yang saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu “.
Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan
dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Seperti telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen, Pengorganisasian adalah
merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai
proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumbersumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur
organisasi.
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam
organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut
64
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
2. Konsep Kompetensi dalam proses pembelajaran
Mengikuti perubahan dan kemajuan jaman adalah juga hal yang harus terjadi dalam dunia
Perguruan Tinggi. Perubahan era dimana dituntut daya kreativitas dan kematangan serta
daya tahan dalam menghadapi tuntutan jaman membutuhkan perubahan dalam sistem
pembelajaran di Perguruan Tinggi. Secara khusus di era teknologi informasi dimana arus
informasi yang dapat diakses oleh setiap orang seakan tak berbatas dan setiap orang
dengan amat mudah dapat terhubung dengan orang lain.
Metode pembelajaran yang dahulu lebih banyak berpusat pada dosen (Teacher Centre
Learning) sudah tidak sesuai lagi. Mahasiswa diharapkan lebih dapat bersikap proaktif
dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya, guna mendukung dihasilkannya lulusan
yang kompeten dan mempunyai daya kreativitas bagi generasi digital maka perlu
dilakukan perubahan kurikulum yang seimbang.
Kurikulum dimaksud adalah yang dapat mendukung terciptanya iklim belajar yang
supportif dan memfasilitasi mahasiswa untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pribadi
dan mengembangkan kemampuan bekerja dalam team. Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) ini sebetulnya sudah diluncurkan semenjak tahun 2004. KBK merupakan
implikasi dalam bidang pendidikan dari disyahkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah diikuti oleh PP No. 25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan
antara Pemerintah dan Kewenangan Daerah. Dalam KBK, dosen tidak hanya mengajar
tetapi juga berperan sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator.
Secara tertulis, peran sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator ini seakan memberikan
tugas baru bagi dosen. Namun, peran ini juga memberikan pengalaman yang berbeda yang
berujung bagi kesadaran baru mengenai hakekat profesi seorang dosen. Dosen bukan satusatunya sumber pengetahuan bagi mahasiswa. Dengan sistem KBK dosen mendapat
peluang yang lebih besar dalam memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai
materi keilmuan yang lebih sesuai dengan pengalaman masing-masing dosen. Ibaratnya
mengarahkan mahasiswa yang bisa berbelanja sayur namun belum bisa memasaknya.
(Syafrizal, 2013 http://riyan17.wordpress.com)
3. Membangun dan menguatkan system Manajemen Sumber Daya Manusia
Organisasi
Sebuah konsep tidak akan pernah dapat menjadi hal yang nyata jika hanya menjadi sebuah
kajian dan bahan rujukan saja. Ini berarti sebelum kita mampu membangun gagasan
sebuah konsep, kita harus mampu terlebih dahulu memperkokoh system yang telah ada
menjadi sebuah system yang lebih baik.
Memperkokoh system yang telah ada menjadi sebuah system yang lebih baik bukanlah
sebuah hal yang mudah, karena ini sangat bergantung dari semua sumber daya manusia
yang menciptakan dan menjalankan system tersebut, jika sebuah system hanya mampu
65
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
diciptakan tanpa ada keinginan menjalankannya, maka rasanya konsep yang akan saya
paparkan berikutnya hanya akan menjadi pencapaian mimpi perguruan tinggi kita
berikutnya.
Menguatkan system adalah memegang amanah dan tanggung jawab, membangun
koordinasi, menciptakan komunikasi antar lini, bersama saling melengkapi, meghargai
suatu pencapaian/ prestasi dan sebaliknya, menciptakan rasa kebersamaan dan rasa
memiliki, dan banyak aspek lain yang bisa menjadi bahan kajian pada perguruan tinggi
kita.
Semua hal diatas harus kita bangun dan kokohkan terlebih dahulu sebelum kita melangkah
kepada konsep berikutnya, karena jika salah satu saja tidak menghendaki konsep ini
dijalankan, maka konsep ini kembali hanya menjadi mimpi kita berikutnya. (Syafrizal,
2013 : 5- 6)
4. Technopreneur Concept dan potensi atau keunggulan
Technopreneur concept merupakan sebuah konsep yang mengedepankan dua keunggulan
dalam satu kompetensi yang diharapkan dan tertuang kedalam visi dan misi perguruan
tinggi, pencapaiannya tentu harus selaras dan seiring dengan pencapaian visi dan misi
perguruan tinggi terutama visi dan misi program studi.
Dua keunggulan dalam satu kompetensi merupakan penjabaran dari kata – kata techno
dan preneur, dimana techno mengandung arti teknologi dan preneur berarti potensi atau
keunggulan. Artinya konsep ini akan memadukan antara potensi atau keunggulan dengan
teknologi. Secara sederhana semua mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda, jika
si A kurang tertarik pada materi statistic mungkin Si A tertarik untuk memperdalam
materi Manajemen dan seterusnya, atau bahkan ada mahasiswa yang sama sekali terlihat
tidak pernah tertarik terhadap satu materi ajarpun, hal ini merupakan kekeliruan besar
yang sepatutnya menjadi kajian ulang kita semua, sebenarnya jika kita menjalankan
konsep proses pembelajaran yang sesungguhnya, didalam konsep tersebut adakalanya kita
dituntut menggali apa sebenarnya yang menjadi minat utama mahasiswa, yang dapat kita
jadikan bahan rujukan pembinaan dan pembimbingan untuk menciptakan keunggulan
atau potensi kepada sang mahasiswa. Jika ada sebuah pertanyaan sederhana muncul,
sudahkan kita melakukan hal tersebut ?, mudah saja kita menjawab dengan satu kata
“belum”.
Sekarang, mari kita uraikan satu persatu kedua unsur kata dalam konsep technopreneur.
Techno berarti teknologi, yang mengandung arti bahwa input kita yaitu mahasiswa wajib
mampu menguasai teknologi untuk menambah wawasan supaya tidak berfikir monoton
yang menjadikan semua konsep menjadi monoton juga, tentu perlombaan penguasaan
teknologi ini harus berbanding lurus dengan para tenaga pengajarnya.
Preneur yang berarti potensi atau keunggulan mengandung arti bahwa mahasiswa pada
hakikatnya harus memiliki keunggulan tertentu sebagai bekal penyelesaian studi, tanpa
keunggulan, mustahil sang mahasiswa mampu bersaing untuk memperebutkan
kesempatan bekerja, menciptakan lapangan pekerjaan atau memperbaiki status sosial
mereka.
Dua konsep diatas harus berjalan seiring, tidak dapat dipisahkan antara satu konsep
dengan konsep yang kedua, untuk menggali potensi yang belum tergali pada diri
66
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
mahasiswa yang dapat menjadi keunggulannya, maka sang mahasiswa harus memiliki
wawasan tentang keunggulannya itu dengan menguasai teknologi dan hal ini harus
berbanding lurus dengan para penggali potensi mahasiswa itu sendiri yaitu para pengajar,
dengan tambahan wawasan bisa saja dapat merubah cara ataupun pola pengajaran yang
dipakai, jika selama ini melakukan proses transformasi ilmu dengan cara yang monoton
atau membosankan sehingga yang menerima juga cepat menjadi jenuh, maka dengan
menguasai teknologi dapat meberikan jawaban bagaimana cara merubah proses tersebut
menjadi menarik dan menyenangkan.
Sebenarnya masih banyak cara pencapaian konsep ini dengan berbagai contoh yang lebih
real atau nyata, tapi hal tersebut merupakan sebuah tantangan bagi perguruan tinggi kita
untuk mampu memberikan jawabannya pada tiap pencapaian yang kita telah laksanakan
dan agendakan.
Konsep sederhana diatas masih dapat dijadikan sebuah konsep yang lebih komplit lagi
dengan sebuah pengembangan dari hanya menyangkut internal organisasi ke hal – hal
yang berkaitan dengan eksternal organisasi.
Perguruan tinggi kita, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat yang
memiliki basis kompetensi manajemen dibawah naungan Yayasan Pendidikan Indragiri
dapat bekerjasama mewujudkan konsep yang kita bahas sebelumnya dengan perguruan
tinggi lain dibawah naungan yayasan yang sama dan memiliki kompetensi yang sesuai
dengan konsep yang telah kita paparkan sebelumnya. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indragiri (STIE-I) Rengat dalam hal ini dapat melakukan kerjasama dengan Sekolah
Tinggi Teknologi Indragiri (STTI) Rengat untuk memadukan konsep techno preneur
tersebut kedalam konsep pembelajaran silang. Hal ini dapat diwujudkan dengan
memadukan kedua kurikulum yang berbeda kedalam satu persamaan konsep sederhana
sebelumnya menjadi konsep inti pengembangan kurikulum, dosen dan bahan ajar, bisa
saja konsep Community College yang hanya mengedepankan kekhususan bidang tertentu
dapat diganti dengan konsep baru ini. (Syafrizal, 2013 : 7-10)
67
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
E. Metodologi Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Indragiri Rengat, yang terletak di Jalan R. Soeprapto No. 14 Telp (0769) 21019 – Rengat
Kabupaten Indragiri Hulu. Peneliti memilih objek ini karena memiliki alasan bahwa
objek tersebut merupakan tempat peneliti bekerja dan pertimbangan kemudahan dalam
mencari informasi dan mendapatkan data penunjang dalam penelitian.
2. Jenis Penelitian
Didalam penelitian ini, penulis mengunkan analisis data dengan metode deskriftif, yakni
dengan mengumpulkan data yang telah diperoleh dalam penelitian dengan
penggabungannya dengan landasan teori yang telah dimuat dalam telaah pustaka dan
kemudian diambil kesimpulan. Dengan menggunakan metode ini peneliti berharap dapat
memberikan saran dan masukan pada pihak manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indragiri dalam mencari solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi.
3. Populasi dan Sampel
Didalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi penelitian adalah mahasiswa
dengan jumlah 1568 orang , Dosen tetap 11 orang, karyawan 14 orang dan manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat sebanyak 10 orang, dan total
populasi dalam penelitian ini menjadi 1603 orang. Mengingat jumlah populasi dalam
penelitian ini banyak, maka sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus slovin
(Iskandar, 2008 : 70)
n= N
1+Ne2
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Presisi, akibat kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir
n= N
1+Ne2
=
=
1603
1 + 1603 (10%)2
1603
1 + 1603 (0,01)
= 94,13 Responden Dibulatkan menjadi 94 Responden
68
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
4. Penyebaran Sampel
Adapun iterasi proporsional penyebaran sampel yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut :
Jenis Responden
Jumlah
1. Mahasiswa
71 Responden
2. Karyawan
14 Responden
3. Dosen
8 Responden
4. Manajemen
1 Responden
Total
94 Responden
5. Teknik Penarikan Sampel
Adapun teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik Insidental Sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana dalam hal
ini yang akan menjadi responden pada penelitian ini adalah yang kebetulan dapat
penulis temui saja.
6. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis sumber data yang penulis didalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Primer, yakni data yang diperoleh dari responden, didalam penelitian ini adalah
manajemen, dosen, karyawan dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Indragiri Rengat.
2. Data Sekunder, yakni data yang tersedia pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Indragiri Rengat serta data dari pihak lain yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan. Jenis data ini berupa sejarah singkat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Indragiri Rengat, struktur organisasi dan data-data penunjang lainnya yang dibutuhkan
dalam melakukan penelitian.
7. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data dan keterangan yang diperlukan didalam penelitian ini penulis
mengunakan metode pengumpulan data dengan teknik :
1. Dafar pertanyaan (Angket) atau Kuisioner
Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang identitas dan potensi diri responden
yang relevan dengan variabel penelitian. Disamping itu juga dipergunakan untuk
mendapatkan penilaian langsung berdasar kenyataan yang diperoleh dilokasi
penelitian.
2. Wawancara
Yakni melakukan Tanya jawab langsung kepada pihak yang terkait yang tidak
memungkinkan untuk disajikan dalam daftar kuisioner, yang diwawancarai terdiri
69
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
dari : Manajemen, Dosen, Karyawan, Mahasiswa yang sebelumnya telah diberikan
daftar pertanyaan berupa angket penelitian.
3. Observasi
Kegiatan pengamatan langsung secara terbatas terhadap satu sejumlah aspek
perilaku objek penelitian dalam melaksanakan kegiatannya.teknik ini digunakan
terutama untuk mengetahui secara langsung data, momen, dan kasus yang
menggambarkan kondisi tingkat kinerja responden pada hari dan jam kerjanya.
8. Teknik Analisa Data
Analisis data menggunakan statistik deskriptif, dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
1. Langkah pertama, menetapkan jumlah kategori ukuran untuk tiap item pertanyaan,
untuk setiap indikator yang menjadi bagian yang diteliti, dalam hal ini peneliti
menetapkan 5 (lima) kategori ukuran. (Skala Likert)
2. Langkah kedua, menentukan nilai skor untuk setiap alternatif jawaban responden
pada tiap item pertanyaan. Pada penelitian ini peneliti menetapkan nilai skor
5,4,3,2 dan 1 untuk pilihan jawaban yang dinilai sangat baik, baik, cukup baik,
tidak baik, dan sangat tidak baik.
3. Langkah ketiga, mengkalkulasikan jumlah skor serta menentukan kategori skor
yang menjadi acuan pengukuran. Dimana jumlah seluruh item pertanyaan
berjumlah 5 pertanyaan.
4. Langkah keempat, setelah kategori skor didapat maka peneliti akan
menghubungkan dengan nilai skor dan hasil penilaian untuk membuat sebuah
pembahasan penelitian ini.
5. Pembahasan dan penarikan kesimpulan disamping menggunakan deskriptif juga
menggunakan wawancara.
F. Hasil Dan Pembahasan
1. Objek dan struktur organisasi Penelitian
Peneliti mengambil objek penelitian pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIEI) Rengat, yang beralamat di Jl. R. Soeprapto No.14 kelurahan Sekip Hilir Rengat. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat adalah sebuah perguruan tinggi swasta
(PTS) yang bernaung dibawah Yayasan Pendidikan Indragiri Kabupaten Indragiri Hulu,
semenjak berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat telah melakukan
3 (tiga) kali pergantian pimpinan.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat telah terakreditasi B dengan
nomor : 1262/BAN-PT/Ared/S/XII/2015.
Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat :
Ketua Yayasan
: H. Sunardi Ibrahim, S.Sos,MM
Ketua
: Ivalaina Astarina, SE,MM
Puket I
: Puspa Dewi, SE, MM
Puket II
: Kurnia Dewi, SE, MM
70
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Puket III
Ketua Prodi
Kepala Labor
Kepala TU
Ketua LPPM
Kepala Riset
Ka. Perpustakaan
: Angga Hapsila, SE, MM
: Syafrizal, SE,M.Si
: Yenny Iskandar, SE, M.Kom
: Warnadi, SE, M.Si
: Yusnedi, SH,M.Hum
: Agus Supriyadi, SE,M.Si
: Aris Triyono, SE
2. Kajian Kelayakan Technopreneur Concept
Technopreneur concept seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya dalam
telaah pustaka merupakan sebuah konsep baru penerapan dua keunggulan dalam satu
kompetensi utama pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat. Konsep
ini bukan sebuah konsep yang merubah tatanan baku yang telah ada dan berjalan menjadi
sebuah system, namun menyempurnakan konsep yang telah ada seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan peningkatan kualitas lulusan dari para
stakeholder (pengguna) lulusan.
Berikut akan penulis paparkan hasil penyebaran questioner penelitian tentang tanggapan
responden terhadap tingkat kesetujuan terhadap penerapan technopreneur concept pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri dalam tabel 2 (dua) berikut :
Tabel 2. Tanggapan Responden terhadap Kesetujuan Penerapan technopreneur concept
pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat
No
1
2
3
4
5
Tanggapan Responden
Sangat Setuju
Setuju
Cukup Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Bobot
Nilai
5
4
3
2
1
Jumlah
Responden
82
12
94
Jumlah
Bobot
410
48
458
Sumber : Data Olahan Tahun 2015
Keterangan : Total Bobot
Jumlah responden
= Kategori
458 = 4.87
94
Dari data olahan pada tabel 4.8 diatas tentang Tanggapan Responden Tentang
Tanggapan Responden Tentang Kesetujuan penerapan technopreneur concept pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat terlihat bahwa sebanyak 82
tanggapan responden dengan jumlah bobot 410 yang menyatakan bahwa technopreneur
concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat adalah sangat
setuju diterapkan, dan 12 orang responden dengan jumlah bobot 48 menyatakan setuju
technopreneur concept diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I)
Rengat, tidak ada responden yang menjawab kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju.
71
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Berdasarkan tanggapan responden terhadap kesetujuan penerapan technopreneur
concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri dapat dikategorikan Sangat Setuju,
ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 4.87 dan
dibulatkan menjadi 5, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 5 adalah sangat setuju.
Dari keseluruhan tanggapan responden dari hasil penyebaran questioner oleh
peneliti, tidak ada satu alasanpun yang menjadikan konsep ini tidak layak untuk segera
diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat, sudah sepatutnya pihak
terkait menyikapi dan segera membentuk tim khusus guna perwujudan konsep ini dan
menuangkannnya kedalam suatu pencapaian besar pada Visi dan Misi Organisasi. Dengan
bersinerginya semua komponen organisasi, maka tidak mustahil jika konsep ini dapat
berjalan dengan baik dan dicapai dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
“konsep ini sangat penting untuk segera kita terapkan, namun sebelumnya kita akan
memperkuat system yang ada serta memperbaiki kelemahan yang masih Nampak
didepan mata kita, semoga konsep ini dapat menjawab tantangan persaingan global
yang sangat berguna bagi lulusan kita dan STIE Indragiri khususnya” (hasil
wawancara dengan Ivalaina Astarina, Tanggal 23 Agustus 2015)
Dalam teori Malayu S.P. Hasibuan (2003) dikatakan, untuk menciptakan dan membina
integrasi yang baik dalam organisasi dapat diusahakan dengan human relations, motivasi,
kepemimpinan, kesepakatan kerja bersama (KKB), dan collective bargaining melalui
komunikasi dua arah. Apabila tercipta dan terbina integrasi yang baik dalam organisasi,
semangat kerja, loyalitas dan partisipasi karyawan akan meningkat sehingga tujuan
optimal dan kepuasan semua pihak tercapai.
G. Simpulan
Dari uraian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Technopreneur concept merupakan sebuah konsep yang menjadi penyempurna konsep
yang telah ada pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, bukan
menggantikan konsep yang telah menjadi system dan telah dijalankan selama ini.
2. Technopreneur concept telah layak untuk diterapkan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indragiri (STIE-I) Rengat, ini sesuai pula dengan tanggapan responden terhadap kesetujuan
penerapan konsep ini, dimana sebanyak 82 tanggapan responden dengan jumlah bobot 410
yang menyatakan bahwa technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indragiri (STIE-I) Rengat adalah sangat setuju diterapkan, dan 12 orang responden dengan
jumlah bobot 48 menyatakan setuju technopreneur concept diterapkan di Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, tidak ada responden yang menjawab kurang
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju, Berdasarkan tanggapan responden terhadap
kesetujuan penerapan technopreneur concept tersebut dapat dikategorikan Sangat Setuju,
ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 4.87 dan
dibulatkan menjadi 5, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 5 adalah sangat setuju.
72
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
H. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan masukan dan saran terhadap objek
penelitian sebagai berikut :
1. Karena technopreneur concept merupakan penyempurnaan dari konsep yang telah ada dan
telah berjalan sebelum konsep ini hadir, maka konsep ini sangat perlu untuk segera
diterapkan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat.
2. Sebelum konsep ini diterapkan perlu disusun tim perumus kebijakan konsep ini, sebenarnya
system yang telah ada jika dijlankan pasti akan membawa dampak positif, namun jika suatu
konsep dilakukan sebuah penyempurnaan, maka perlu dilakukan pengkajian berikutnya
tentang seberapa jauh kesiapan sumber daya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri
(STIE-I) Rengat mendukung penerapan konsep ini.
3. Untuk menciptakan dan membina integrasi yang baik dalam organisasi dapat diusahakan
dengan human relations, motivasi, kepemimpinan, kesepakatan kerja bersama (KKB), dan
collective bargaining melalui komunikasi dua arah. Apabila tercipta dan terbina integrasi
yang baik dalam organisasi, semangat kerja, loyalitas dan partisipasi karyawan akan
meningkat sehingga tujuan optimal dan kepuasan semua pihak tercapai.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Burky., & perry. 2009, A tale of two organization : Academy of management executive.
February 2008, 93 -105
2. Hasibuan, Malayu, SP. 2006, Organisasi dan motivasi : Jakarta. PT, Bumi Aksara
3. Kart., & Ronzweight. 2011, Hostile environments : Human resources executive, December
2010, 65 – 76 at www.riyan17.com
4. Nancy., & Dixon. 2004, Flexible scheduling works best if it serves both boss and workers
: The wall street journal, 17 Januari 2002, (9) 81
5. Perry. 1990, Kebijakan organisasi dalam pengukuran kinerja : Jakarta. Salemba Empat
6. Siregar. 2000, Memimpin perubahan dalam organisasi : Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama
7. Syafrizal, 2013, Blue print of Tecnopreneur concept : Rengat, Pusat Penjaminan Mutu
STIE Indragiri Rengat
8. Syafrizal, 2013, Kurikulum berbasis kompetensi upaya peningkatan kualaitas lulusan,
diakses
pada
tanggal
12
Desember
2012
http://riyan17.wordpress.com/2012/06/05/kurikulum-berbasis-kompetensi-upayameningkatkan-kualitas-lulusan-bagian-1/
73
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP LABOUR TURN
OVER PADA PT. SUMBER MAHTERA KENCANA – RENGAT.
Oleh : Hj. Irawati, SE, MM
Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada PT Sumber Mahtera Kencana Rengat. Objek penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan
kompensasi terhadap Labour Turn Over yang ada di PT Sumber Mahtera Kencana Rengat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
secara simultan kepemimpinan dan kompensasi terhadap Labour Turn Over yang ada di PT
Sumber Mahtera Kencana Rengat, untuk Mengetahui apakah ada pengaruh secara parsial
kepemimpinan terhadap Labour Turn Over yang ada di PT Sumber Mahtera Kencana Rengat
serta untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara parsial kompensasi terhadap Labour
Turn Over yang ada di PT Sumber Mahtera Kencana Rengat. Di dalam penelitian ini jenis
data yang dipergunakan adalah data skunder.dan Primer
Dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai F hitung 6,295 lebih besar dari F tabel
sehingga secara simultan ada pengaruh secara signifikan. Sedang nilai t hitung untuk
kepemimpinn sebesar 1,666 atau lebih kecil dari t tabel 1,9977 sehingga secara parsial tidak
ada pengaruh secara signifikan dan nilai t hitung untuk kompensasi sebesar -0,007 lebih kecil
dari nilai t tabel sebesar 1,9977 sehingga secara parsial tidak ada pengaruh secara signifikan
Kata Kunci : Kepemimpinan, Kompensasi dan Labour Turn Over
74
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang Masalah.
Dalam suatu perusahaan, seorang pimpinan harus dapat memperhatikan dan
menyemangati karyawannya agar dapat bekerja dengan lebih baik dan bergairah. Tanpa
adanya peran serta dari pimpinan dalam membina karyawan, sangat mustahil untuk dapat
menimbulkan semangat dan kegairahan kerja karyawan. Pimpinan harus mengetahui
dengan tepat apa yang menjadi kebutuhan mereka. Apabila pimpinan dapat memenuhinya
maka akan menimbulkan semangat kerja yang akan dapat meningkatkan prestasi kerja
karyawan.
Dewasa ini karyawan mempunyai relevansi besar untuk berpikir tentang berhenti
bekerja, karena hal ini manejer dihadapkan pada kurangnya kontiniutas, dan tingginya
beban yang dilibatkan dalam industri serta training staf baru, dan juga penurunan
produktifitas perusahaan.
Di dalam era globalisasi menuntut pekerja agar lebih mudah tanggap dan cepat
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Tuntutan pekerjaan yang tinggi,
tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan dan pengetahuan yang luas mengenai
pekerjaannya merupakan sesuatu hal yang wajar, perusahaan akan menuntut yang lebih
dari pada itu semua guna dapat terus bertahan dalam persaingan bisnis.
Tanpa adanya pekerja tidak akan mungkin perusahaan itu berjalan dan berpartisipasi
dalam pembangunan. Menyadari akan pentingnya pekerja bagi- perusahaan, pemerintah
dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga
keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Dengan demikian perlu diusahakan
ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaannya dapat
diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan
itu tatap terjamin.
Pemikiran-pemikiran ini merupakan program perlindungan pekerja, yang dalam
praktek sehari-hari berguna untuk dapat mempertahankan produktivitas dan kestabilan
perusahaan. Mengenaimkonsep perlindungan tenaga kerja perempuan menurut UndangUndang Perburuhan adalah bahwa seorang tenaga kerja atau buruh harus dilindungi dan
diberikan haknya sebagai seorang tenaga kerja baik itu mereka yang bekerja di Dalam
Negeri maupun mereka yang bekerja di Luar Negeri, sebab mereka adalah merupakan aset
terbesar bagi Negara.
Begitu cepatnya arus persaingan dan globalisasi menuntut pekerja untuk lebih
mudah tanggap dan cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Tuntutan
kerja yang tinggi, tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan dan pengetehuan yang
luas mengenai pekerjaannya merupakan suatu hal yang wajar, perusahaan akan menuntut
yang lebih dari pada itu semua guna dapat terus bertahan dalam persaingan bisnis. Sumber
75
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Daya Manusia yang berkualitas sangat menentukan maju mundurnya bisnis perusahaan
dimasa mendatang.
Mengingat pentingnya peranan Sumber Daya Manusia dalam perusahaan agar tetap
dapat Survive dalam iklim persaingan bebas tanpa batas, maka peranan Manajemen
Sumber Daya Manusia tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab pimpinan perusahaan.
Sumber Daya Manusia perlu dikelola secara baik dan profesional agar dapat tercipta
keseimbangan antara kebutuhan Sumber Daya Manusia dengan tuntutan serta kemajuan
bisnis perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci sukses utama bagi perusahaan
agar dapat berkembang dan tumbuh secara produktif dan wajar.
Tabel 1 :
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah dan tingkat Labour Turn Over pada PT. Sumber Mahtera Kencana
Rengat Tahun 2009 – 2013
Jumlah Labour Turn Over (Orang)
Kywn
Kywn
Kywn
Keluar
Awal Thn
Akhir Thn
81
69
118
130
111
95
130
146
116
112
146
150
78
83
150
145
164
118
145
191
Kywn
Masuk
Tingkat
Labour
Turn Over (%)
53,077
65,068
74,667
57,241
61,780
Sumber : PT. Sumber Mahtera Kencana Rengat.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah dan tingkat Labour Turn Over pada PT.
Sumber Mahtera Kencana Rengat, dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Pada tahun 2009
jumlah karyawan yang masuk 81 orang, karyawan yang keluar 69 orang, kayawan pada awal
tahun 118 orang dan karyawan pada akhir tahun 130 orang dengan tingkat Labour Turn Over
53,077 %. Pada tahun 2010 jumlah karyawan yang masuk 111 orang, karyawan yang keluar
95 orang, kayawan pada awal tahun 130 orang dan karyawan pada akhir tahun 146 orang
dengan tingkat Labour Turn Over 65,068 %. Pada tahun 2011 jumlah karyawan yang masuk
116 orang, karyawan yang keluar 112 orang, kayawan pada awal tahun 146 orang dan
karyawan pada akhir tahun 150 orang dengan tingkat Labour Turn Over 74,667 %. Pada tahun
2012 jumlah karyawan yang masuk 78 orang, karyawan yang keluar 83 orang, kayawan pada
awal tahun 150 orang dan karyawan pada akhir tahun 145 orang dengan tingkat Labour Turn
Over 57,241 %. Pada tahun 2013 jumlah karyawan yang masuk 164 orang, karyawan yang
keluar 118 orang, kayawan pada awal tahun 145 orang dan karyawan pada akhir tahun 191
orang dengan tingkat Labour Turn Over 61,780 %.
Melihat uraian tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat Labour Turn Over pada PT.
Sumber Mahtera Kencana Rengat cukup tinggi diatas 53 % dan juga berfluktuasi dimana pada
76
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
tahun 2009 mengalami kenaikan sampai tahun 2011 kemudian tahun 2012 mengalami
penurunan lagi dan naik lagi pada tahun 2013. Adapun yang menjadi penyebab terjadinya hal
ini adalah karena pengaruh kepemimpinan dan kompensasi.
77
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
B. Telaah Pustaka dan Hipotesis
1. Pengertian Labour Turn Over
Labour Turn Over adalah berhentinya seseorang karyawan dari tempatnya
bekerja secara sukarela menurut pilihannya sendiri (Kurniasari; 2004 : 20)
Turn Over merupakan suatu kontrol individu , dimana dapat memberikan hasil
penelitian yang lebih cepat dan relatif mudah diprediksi dibanding perilaku intentionnya. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya turn over, diantaranya
adalah faktor eksternal, yakni pasar tenaga kerja, sedangkan faktor institusi yakni
kondisi ruang kerja, upah, ketrampilan kerja, dan supervisi, karakteristik personal dari
karyawan seperti intelegensi, sikap, masa lalu, jenis kelamin, minat, umur, dan lama
bekerja serta reaksi individu terhadap pekerjaan.
Employee turn over, merupakan hubungan antara kepuasan kerja dan berhenti
bekerja. Hubungan itu dimulai dari adanya pikiran untuk berhenti bekerja, usahausaha untuk mencari pekerjaan baru, berinteraksi untuk berhenti bekerja atau tetap
bertahan dan yang terakhir adalah memutuskan untuk berhenti bekerja. Menurut
Mobley, perasaan tidak puas akan memicu rencana untuk berhenti bekerja, yang
kemudian akan mengarahkan pada usaha mencari pekerjaan baru (Cameli; 2004 :
21).
Industri yang memiliki angka turn over intention yang tinggi mengindikasikan
bahwa karyawan tidak betah bekerja di industri tersebut. Jika dilihat dari segi
ekonomi tentu industri akan mengeluarka cost yang cukup besar karena industri
sering malakukan rekruitmen yang biayanya sangat tinggi, pelatihan dan menguras
tenaga serta biaya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi suasana kerja menjad
kurang menyenangkan. Selain itu, adanya turn over intention (Widhiastuti ; 2002:
4-5).
Berbagai studi telah menunjukkan bahwa berpindah merupakan variabel yang
paling berhubungan dan lebih banyak menerangkan varians perilaku turn over
intention. Tingkat Intention adalah kriteria yang cukup baik untuk mengukur
stabilitas yang terjadi di organisasi tersebut, dan juga bisa mencerminkan kinerja
dari organisasi (Muchinsky ; 2004 : 35)
Turn over intention mengarah pada kenyataan akhir yang dihadapi organisasi
berupa jumlah karyawan yang meninggalkan organisasi pada periode tertentu,
sedangkan keinginan untuk berpindah mengacu pada hasil evaluasi individu mengenai
kelanjutan hubungan dengan organisasi dan belum diwujudkan dalam tindakan pasti
meninggalkan organisasi.
Peralatan produksi yang tidak dapat difungsikan secara penuh selama proses
perekrutan dan masa training. Tingkat kerusakan dan waktu yang terbuang cendrung
lebih tinggi pada pekerjaan baru. Kerja lembur yang disebabkan oleh banyaknya
pekerja yang keluar mengakibatkan masalah dalam memenuhi jadwal pengiriman yang
keluar mengakibatkan masalah dalam memenuhi jadwal pengiriman yang telah
disepakati. Bahwa dampak negatif yang ditimbulkan oleh turn over tidak hanya
78
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
dihubungkan dengan faktor biaya tetapi juga faktor bukan biaya, sehingga perlu
dipertimbangkan karena mempengaruhi efektifitas organisasi secara keseluruhan.
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yakni para karyawan
atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk
menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau
bawahan, tidak akan ada pimpinan.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or
her power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para
pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk
mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggung jawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan
orang lain (comfidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication)
dalam membangun organisasi (Kartono ; 2005 : 64)
Kepemimpinan sering kali disamakan dengan manajemen. Padahal keduanya berbeda.
Menurut Bennis, pemimpin berfokus mengerjakan yang benar, memastikan tangga yang
kita daki bersandar pada tembok secara tepat (Katono ; 2005 : 65)
Agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai tentunya harus mempunyai visi dan misi.
Untuk pencapainya harus menggunakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,
pengawasan dan juga strategi yang tepat. Oleh karenanya dibutuhkan seorang pemimpin yang
bisa mengkoordinasikan semua yang terlibat dalam suatu perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan mnjadi dua faktor besar yaitu
faktor internal dan faktor eksternal (Hersey ; 2008 : 473) :
1). Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari diri pemimpin. Sebagai
seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya
dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara
ia memimpin.. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu,
ada kompentensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan.
2). Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan dan
situasi. Termasuk di didalamnya situasi organisasi dan sosial. Faktor bawahan
adalah faktor yang disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dan lain-lain. Faktor
79
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
eksternal lain adalah faktorsituasi. Situasi ini berkaitan dengan aspek waktu,
tempat, tujuan, karakteristik organisasi dan lain-lain. Bertalian dengan waktu,
perkembangan ilmu dan pengetahuan mempengaruhi cara pandang dan budaya
manusia. Perkembangan itu berdampak pula pada perubahan konsep
kepemimpinan.
b. Model-Model Kepemimpinan
1). Model watak kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti
tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti kecerdasan,
kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan
lain-lain.
2). Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model ini merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus
utama faktor situaasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi
tentang kepemimpinan Situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi
atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang embuat seorang pemimpin
berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga
moodel ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan
lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
Menurut gaya kepemimpinan situasional, ada tiga hal yang saling berhubungan yaitu :
a). Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
b). Jumlah dukungan sosio emosional yang diberikan oleh pimpinan.
c). Tingkat kematangan dan kesiapan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melaksankan tugas kasus, fungsi atau tujuan tertentu.
3). Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders).
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah
laku (types of behaviors) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin
dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating
structure) da konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan
menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefenisikan dan
menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta
sampai sejauh mana para pemimpin mengorgnisasikan kegiatan-kegiatan kelompok
mereka. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat
hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana
pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti
80
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi
kinerja mereka dalam organisasi.
4). Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan atara
karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel
situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang
berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model
kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada
aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau
tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin.
5). Model Kepemimpinan Transformasional (Model Transformational
Leader) .
Model ini merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan.
Burns merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefenisikan
kepemimpinan transformasional. Menurutnya untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu
dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan
transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi.
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin
perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai
tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan
diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.
a. Tipe-tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses
kepemimpinannya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan
yang lainnya, hal ini sebagaimana pendapat yang membagi tipe-tipe kepemimpinan
menjadi 6, yaitu : (Terry ; 2005 : 423)
1). Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership).
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan
mengadakan kontak pribadi. Petunjuk ini dilakukan secara lisan atau langsung
dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2). Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership).
Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau
media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3). Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotion leadership).
81
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan intruksiintruksinya harus ditaati.
4). Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership).
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya
dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka
seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga
dalam usaha pencapaian tujuan.
5). Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership).
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam
hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6). Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership).
Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin
mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klikklik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang
mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang
keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.
Karyawan yang tidak merasa puas terhadap pekerjaannya, cendrung akan melakukan
penarikan atau penghindaran diri dari situasi-situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun
psikologis. Bila seseorang termotivasi, ia akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk
mewujudkan apa yang diinginkannya. Namun belum tentu upaya yang keras itu akan
menghasilkan produktivitas yang diharapkan, apabila tidak disalurkan dalam arah yang
dikehendaki organisasi. Oleh karena itu upaya harus diarahkan dan lebih konsisten dengan
tujuan ke dalam sasaran organisasi.
3. Kompensasi
Suatu cara bagian personalia meningkatkan produktifitas tenaga kerja adalah
melalui pemberian kompensasi. Pada hakekatnya dalam manajemen personalia seperti
yang kita ketahui penetapan kompensasi adalah satu dari antara fungsi operasional
yang sangat penting, apabila kompensasi diberikan dengan cara benar, tenaga kerja
akan lebih terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai sasaran organisasi. Kompensasi
berperan penting bagi tenaga kerja sebagai individu, karena besarnya kompensasi
mencerminkan ukuran nilai tenaga kerja mereka diantara para tenaga kerja itu sendiri,
keluarga dan masyarakat.
Oleh sebab itu fungsi pemberian kompensasi adalah merupakan suatu tugas
yang sangat sulit bagi manajemen karena fungsi ini juga berhubungan sebagai
penghargaan yang diberikan secara layak dan adil terhadap para tenaga kerja sesuai
82
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
dengan kontribusi mereka atas jasa yang diberikan secara layak dan adil terhadap para
tenaga kerja sesuai dengan kontribusi mereka atas jasa yang diberikan untuk
memajukan aktivitas perusahaan.
Adapun pendapat para ahli tentang pengertian kompensasi adalah :
1. Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk
kerja mereka (Umar ; 2005 : 16).
2. Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang maupun tidak
diterima karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan
(Hasibuan ; 2004 : 133).
3. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima pekerja sebagai balas jasa atas
kerja mereka (Handoko; 2008 : 155).
4. Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawannya, yang dapat dinilai dengan uang dan cendrung diberikan secara
tetap (Alaidin ; 2005 : 90).
5. Kompensasi adalah merupakan imbalan atau balas jasa yang diberika oleh
perusahaan kepada karyawannya (Alma ; 2007 : 162).
Dari beberapa pendapat tentang pengertian kompensasi yang telah dikemukakan di
atas meskipun berbeda-beda namun mempunyai maksud yang sama, yakni kompensasi
tersebut adalah merupakan keseluruhan pengeluaran perusahaan untuk bayaran atas
jasa yang telah diberikan kepada karyawan baik secara finansial maupun non finansial
(Mangkuprawira; 2006 : 196).
1. Finansial adalah suatu yang diterima karyawan dalam bentuk gaji atau upah, bonus,
premi, pengobatan, asuransi dan lain-lain yang sejenis yang dibayar oleh
perusahaan.
2. Nonfinansial adalah yang dimaksud untuk mempertahankan karyawan dalam
jangka panjang berupa penyelenggaraan program-program pelayanan bagi
karyawan yang berupaya menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang
menyenangkan berupa program rekreasi, cafetaria dan tempat-tempat beribadat.
Sehubungan dengan itu, kompensasi untuk membatasi jurang antara tujuan
perusahaan dan harapan serta aspirasi individu perlu disediakan, agar efektif sistem
penghargaan perusahaan hendaknya menyediakan empat hal :
1). Tingkat penghargaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
2). Keadilan dengan kerja eksternal
3). Keadilan dalam perusahaan
4). Perlakuan individu perilaku perusahaan yang terkait dengan kebutuhan mereka.
83
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Dalam prakteknya sehari-hari seringkali kita menggunakan istilah tentang kompensasi,
upah, dan gaji. Walaupun ada kesamaan namun tetap berbeda diberbagai segi. Upah dan gaji
adalah merupakan satu bentuk dari kompensasi, sebab kompensasi mencakup semua
penghasilan yang diterima oleh seorang karyawan baik material maupun non material.
Upah dan gaji mempunyai pengertian yang berbeda, walaupun keduanya sama-sama
diberikan dalam bentuk uang. Perbedaan antara upah dan gaji adalah sebagai berikut :
1). Upah adalah merupakan basis bayaran uang, yang sering digunakan bagi pekerjapekerja produksi dan pemeliharaan, pekerja-pekerja kerah biru (Simamora ; 2008
: 544).
2). Upah adalah suatu ukuran untuk menilai kesejahteraan tenaga kerja dan besarnya
pendapatan. Sedangkan dari sudut analisa ekonomi, upah adalah harga atau nilai
sumber daya manusia dan berfungsi dalam alokasi tenaga kerja (Manulang ; 2005
: 18).
3). Gaji adalah bayaran yang diterima karyawan manajemen staf profesional klasikal,
“pekerja-pekerja kerah putih” untuk suatu masa tertentu dan bukan berdasarkan
jam kerja atau output (keluaran) yang dihasilkan.
E. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Yang menjadi objek penelitian dalam pembahasan ini adalah PT. Sumber Mahtera
Kencana Rengat yang beralamat dijalan Jend. Sudirman No. 32 Rengat.
2. Jenis dan Sumber Data
-
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data-data sebagai berikut :
Data Primer yaitu data yang diperoleh dari perusahaan melalui penelitian pada
responden atau sampel yang terpilih..
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain di luar responden,
yang sudah ada seperti organisasi perusahaan, aktivitas perusahaan atau laporanlaporan yang berhubungan dengan perusahaan.
3. Teknik Pengumpulan data
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan, maka dalam pengumpulan data penulis
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
1. Penelitian lapangan (Field Research)
Yaitu melakukan penelitian secara langsung kelapangan untuk mengumpulkan
data atau informasi yang bersangkutan baik secara Quisioner maupun dengan
cara wawancara langsung serta pihak lain yang dirasa perlu ada relevansi
84
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
dengan penulisan karya ilmiah ini.
2. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Yaitu penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan bahan dan teoriteori yang dapat digunakan sebagai sarana pembahasan yang diambil dari
buku-buku atau karangan ilmiah serta sumber-sumber lain yang dapat
membantu penulisan ini.
4. Populasi dan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di PT.
Sumber Mahtera Kencana Rengat, yaitu sebanyak 191 orang pada tahun ke lima
penelitian. Jadi untuk mempermudah dalam memperoleh data, peneliti hanya
mengambil sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling, sampel
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian yang
telah ditetapkan oleh penulis dengan menggunakan rumus Slovin yang diangkat
sebagai bahan sampel pada penelitian ini. Rumus Slovin (Hasan ; 2002 : 61)
N
n = ------------1 + Ne2
Dimana :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir
1 = Konstanta
N
n
=
1 + Ne2
191
n
191
=
191
=
=
= 65,6 = 66
1 + 191 (0,1)2
1 + 191 (0,01)
2,91
Jadi sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 orang
responden.
85
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
5. Analisis Data
Dalam penelitian ini setelah data penulis kumpulkan, kemudian penulis
kelompokkan atau spesifikasikan data-data tersebut, selanjutnya dilakukan
analisis secara statistik dengan menggunakan Analisa Regresi Linier Berganda. Y
= a + b1X1 + b2X2
Keterangan : Y = Labour Turn Over
X1 = Kepemimpinan
X2 = Kompensasi
a = Konstanta
b1b2 = Koefisien Regresi
Metode skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, dimana
dengan skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
tentang fenomena sosial. Untuk keperluan analisa kuantitatif, maka jawaban diberi
nilai 1 sampai 5 yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Sangat Setuju = 5
Setuju = 4
Ragu-ragu = 3
Tidak Setuju = 2
Sangat Tidak Setuju = 1
Untuk membantu dalam pengolahan data tersebut digunakan program SPSS (Statistic
for Product and Service Soloution). Sedangkan alat uji yang digunakan adalah :
1). Uji Regresi Secara Parsial
Guna membuktikan kebenaran dari Hipotesis untuk mengetahui apakah secara individu,
variabel bebas mempunyai pengaruh nyata atau tidak nyata terhadap variabel terikat.
Untuk ini digunakan uji t, yaitu membandingkan t hitung dengan t tabel, apabila t hitung
lebih besar dari t tabel berarti variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat. Dan jika t hitung lebih kecil dari t tabel berarti variabel bebas tidak berpengaruh
signifikan terhadap ariabel terikat.
2). Uji Regresi Simultan (Serentak)
a. Membandingkan F hitung dengan F tabel, apabila F hitung lebih besar dari F tabel
berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat, tetapi apabila F hitung lebih kecil dari F tabel berarti variabel bebas tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
86
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
b. Besarnya koefisien determinasi (r2). Syarat koefisien determinaasi dikatakan kuat atau
lemah yaitu apabila r2 mendekati angka 1 (satu), maka berarti pengaruh variabel bebas
secara serentak dianggap kuat, dan apabila r2 mendekati 0 (nol) maka pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat serentak adalah lemah.
F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mengamati Dua variabel independent yaitu kepemimpinan dan kompensasi
yang mempengaruhi Labour Turn Over pada PT Sumber Mahtera Kencana dependennya.
a. Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari
satu variable predictor (variable bebas) terhadap Variabel terikat. Adapun hasilnya adalah
sebagai berikut :
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Kepemimpinan
Kompensasi
a. Dependent Variable: LTO
Standardized
Coefficients
Std. Error
85.210
31.453
.614
.369
-.004
.633
Beta
t
Sig.
2.709
.114
.932
1.666
.238
-.004
-.007
.995
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut, dapat disusun persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
Y = 85,210 + 0,614X1 – 0,004 X2
Uji t (parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai t hitung dan taraf
signifikansinya dalam penelitian ini:
1. Berdasarkan analisis data di atas, maka tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel
kepemimpinan adalah sebesar 1,666. Nilai tersebut di bawah nilai t tabel untuk N =
66 yaitu sebesar 1,9977 sehingga diinterpretasikan bahwa variabel kepemimpinan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Labour Turn Over.
2. Berdasarkan analisis data di atas, maka tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel
kompensasi adalah sebesar -0,007. Nilai tersebut di bawah nilai t tabel untuk N = 66
yaitu sebesar 1,9977 sehingga diinterpretasikan bahwa variabel kompensasi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Labour Turn Over.
b. Uji Regresi Simultan
87
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Berdasarkan Tabel dibawah ini maka :
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
1806.254
2
903.127
286.946
2
143.473
2093.200
4
F
6.295
Sig.
.137a
a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Kepemimpinan
b. Dependent Variable: LTO
Tampak bahwa nilai F hitung pada model penelitian adalah sebesar 6,295 lebih besar dari
3,143, berarti kepemimpinan dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap Labour
Turn Over.
Model Summary
Model
1
R
.929a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.863
.726
11.97803
a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Kepemimpinan
Berdasarkan pada model summary di atas SPSS merekomendasikan model yang
dipergunakan dalam persamaan ini adalah kepemimpinan (X1) kompensasi (X2) dan
Labour Turn Over (Y). Nilai R2 pada model ini adalah 0,863 atau sebesar 86,3% tingkat
Labour Turn Over dipengaruhi kepemimpinan dan kompensasi dan sebesar 13,7% (100 –
86,3) dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
Dari perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa hubungan antara kepemimpinan dan
kompensasi terhadap labour turn over dimana diperoleh sebesar 0,929 atau 92,9% yang
berarti bahwa kepemimpinan dan kompensasi memiliki hubungan terhadap labour turn
over.
88
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
G. Simpulan
Dari hasil pembahasan yang ada maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel kepemimpinan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Labour Turn Over, ini dilihat dari t hitung yang lebih kecil dari t tabel (1,666 <
1,9977) dan Variabel kompensasi juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Labour Turn Over, ini dilihat dari t hitung yang lebih kecil dari t tabel (0,007 < 1,9977). Secara simultan nilai F hitung pada model penelitian adalah
sebesar 6,295 lebih besar dari 3,143, berarti kepemimpinan dan kompensasi
berpengaruh signifikan terhadap Labour Turn Over
2. Nilai R2 pada model ini adalah 0,863 atau sebesar 86,3% tingkat Labour Turn
Over dipengaruhi kepemimpinan dan kompensasi dan sebesar 13,7% (100 – 86,3)
dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Dari
perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa hubungan antara kepemimpinan dan
kompensasi terhadap labour turn over dimana diperoleh sebesar 0,929 atau 92,9%
yang berarti bahwa kepemimpinan dan kompensasi memiliki hubungan terhadap
labour turn over
H. Saran
1. Kepemimpinan yang diterapkan hendaknya dapat memotivasi tenaga kerja agar
lebih loyal dan mampu memberikan yang terbaik bagi perusahaan dan kompensasi
harus dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi agar turn over dapat dikendalikan.
2. Kepemimpinan dan kompensasi memiliki hubungan yang erat, artinya
kepemimpinan harus terus dapat menjaga tenaga kerja atau karyawan agar tidak
keluar masuk sehingga dapat mengurangi biaya rekruitmen.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Alaidin, 2005. Pengaruh Kompensasi Terhadap Produktivitas . Universitas Islam
Riau, Pekanbaru.
2. Alma, Bukhari, 2007. Pengantar Bisnis, Pabelan, Bandung.
3. Cameli Abraham, 2004, The Relationship Between Work Commitment Models And
Employee Withdrawal Intention, Journal of Business Management (Oktober) pp 6384.
4. Handoko, Hani T, 2008, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, BPFE,
Yogyakarta.
5. Hasibuan, Melayu S.P, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia, CV. Mas Agung,
Jakarta.
6. Kurniasari Luvi, 2004, Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Job Insecurity Karyawan
Terhadap Intensi Turnover, Universitas Airlangga, Surabaya.
7. Mangkuprawira Sjafri,, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
8. Manulang, M, 2005, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Liberty, Yogyakarta.
89
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
9. Simamora, Hendry, 2008, Manajemen Sumberdaya Manusia. Penerbit STIE YKPN,
Yogyakarta.
10. Terry, R. George., 2005., Prinsip-Prinsip Manajemen., Bumi Aksara, Jakarta.
11. Umar, Husein, 2005, Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
12. Widhiastuti, Hardiani, 2002, Upaya Menekan Turnover Karyawan Dengan
Menganalisa Faktor-faktor Kepuasan Kerja, Jurnal Dinamika Sosial dan Budaya,
Volume 4.
90
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI
POLITIK PEMILIH DI INHU
ABSTRAK
OLEH : YUSNEDI
Berdasarkan kemajemukan budaya, etnisitas, ras dan agama di Indonesia melatarbelakangi
penulis dalam menggambarkan pola pikir mengenai partisipasi politik. Hal ini merupakan indikator
implementasi penyelenggaraan kekuasaan tertinggi yang absah oleh rakyat, diukur dari keterlibatan
mereka pada pesta demokrasi (Pemilu). Maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian yakni
ingin melihat korelasi mengenai tingkat sosial ekonomi terhadap partisipasi politik dalam
pemilihan Bupati Indragiri Hulu tahun 2015.
Metodelogi penelitian yang digunakan penulis disini adalah dengan menggunakan penelitian
diskriptif kuantitatif, dengan format penelitian eksplanasi yakni penelitian yang ingin melihat
hubungan antar variabel. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner sesuai
jumlah sampel yang telah diperhitungkan. Hasil data tersebut memberikan gambaran umum
sebagai hasil kesimpulan secara keseluruhan mengenai gambaran umum antara tingkat sosial
ekonomi dengan tingkat partisipasi politik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan status sosial telah
mempengaruhi pola pikir mereka untuk terlibat dalam kegiatan politik. Kecenderungan masyarakat
memilih untuk berpartisipasi politik secara tertutup, tidak mengikuti kegiatan politik secara terbuka.
Mereka hanya berpartisipasi dengan melihat dan melaksanakan system yang telah ditentukan oleh
Elit Politik. Hal tersebut didukung dari alasan penghasilan mereka yang berada dikategori rendah,
sehingga masyarakat lebih mengutamakan perihal pekerjaan bukan pada kegiatan politik atau
kenegaraan.
Kata Kunci : Pemilu, Partisipasi Politik, Sosial dan Ekonomi
91
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebelum diamandemen pada Pasal 1 ayat (2)
menyatakan bahwa : “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR)”,
Kemudian setelah diamandemen maka Pasal 1 ayat (2) ini berbunyi :
“Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undung-Undang Dasar”.
Hal ini mengandung makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya berada ditangan MPR
tetapi kedaulatan berada ditangan rakayat dan dilaksanakan menurut Undung-Undang Dasar (UUD)
1945.
Dengan amandemen bunyi Pasal 1 ayat (2) tersebut maka bangsa Indonesia memasuki era baru
dalam penyelenggaraan pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah yang sebelumnya dipilih
langsung oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sejak bulan Juni 2005 dipilih secara
demokratis langsung oleh rakyat melalui proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Pemilihan kepala daerah pada awalnya merupakan bagaian dari otonomi daerah yang menurut
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang dikenal dengan istilah
Pilkada. Kemudian sekarang berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelengaraan
Pemilihan Umum, Pemilihan kepala daerah bukan lagi bagian dari otonomi daerah
melainkan bagian dari Pemilu. Oleh karena itu penyelenggaaannya secara langsung dibawah
koordinasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) nasional.
Pemilihan umum kepala daerah secara langsung merupakan sarana demokrasi bagi rakyat untuk
menyalurkan aspirasinya dalam menentukan wakil-wakilnya di daerah, pilkada juga merupakan
sarana untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seperti halnya negara Indonesia yang
merupakam negara demokrasi yang mengalami perubahan signifikan pasca runtuhnya orde baru.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti sebuah judul
penelitian yang penulus beri judul : HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI
TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK PEMILIH DI INHU
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakan bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup
Indragiri Hulu 2015?
2. Faktor-faktor apa yang menentukan partisipasi politik pada pemilih pemula dalam
pelaksanaan pilbup Indragiri Hulu 2015?
3. Bagaimana rasionalisasi penggunaan hak pilih pemilih pemula saat pilbup Indragiri
Hulu 2015?
92
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
C. Tinjauan Kepustakaan
1. Partisipasi Politik
Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good government, sehingga banyak
kalangan menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawali reformasi 1998.
Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan capere yang
artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara. Apabila digabungkan
berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa Inggris, partisipate atau participation berarti
mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil peranan dalam aktivitas atau
kegiatan politik negara (Suharno, 2004:102-103).
Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi politik
merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka
warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Oleh karena itu yang
dimaksud dengan partisipasi politik menurut Hutington dan Nelson yang dikutip oleh Cholisin
(2007: 151) adalah :
“Kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah”
Selanjutnya Ramlan Surbakti sebagaimana yang dikutip oleh Cholisin (2007:150)
memberikan definisi singkat mengenai partisipasi adalah :
“Politik sebagai bentuk keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan
yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya”
Menurut Miriam Budiarjo, (dalam Cholisin 2007:150) menyatakan bahwa : Partisipasi politik
secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin Negara dan
langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik (public policy). Kegiatan ini
mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, mengahadiri rapat umum,
menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting)
dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya. Oleh sebab itu, di negaranegara demokrasi pada umumnya dianggap bahwa partisipasi masyarakatnya lebih banyak, maka
akan lebih baik. Dalam implementasinya tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa
warga negara mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatankegiatan itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai
tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh
perhatian terhadap masalah kenegaraan (Miriam Budiardjo, 2008: 369).
93
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Paige dalam Cholisin (2007:153) merujuk pada tinggi rendahnya kesadaran politik dan
kepercayaan pemerintah (sistem politik menjadi empat tipe yaitu partisipasi aktif, partisipasi pasif
tertekan (apatis), partisipasi militan radikal , dan partisipasi pasif.
Partisipasi aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah tinggi. Sebaliknya jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah
rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif-tertekan (apatis). Partisipasi militan radikal
terjadi apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah.
Dan apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan terhadap pemerintah sangat tinggi
maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).
Berbagai bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi di berbagai Negara dapat
dibedakan dalam kegiatan politik yang berbentuk konvensional dan nonkonvensional termasuk
yang mungkin legal (petisi) maupun ilegal (cara kekerasan atau revolusi). Bentuk- bentuk
dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem
politik, integritas kehidupan politik, kepuasan atau ketidak puasan warga negara.
5. Pemilihan Kepala Daerah
1. Arti Pilkada Langsung
Di era orde baru sebelum bergulirnya reformasi dalam UUD 1945 sebelum diamandemen
pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
sepenuhnya oleh MPR” namun setelah era reformasi, UUD 1945 diamandemen sehingga pada
pasal 1 ayat (2) ini menjadi “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Hal ini mengandung makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya
berada ditangan MPR tetapi kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.
Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut maka kepala daerah, baik ditingkat provinsi
maupun kabupaten/kota dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum kepala
daerah sehingga pemerintahan yang terbentuk merupakan cerminan dari kehendak rakyat dan
kedaulatan rakyat.
Pemilihan umum kepala daerah secara langsung merupakan sarana demokrasi bagi rakyat
untuk menyalurkan aspirasinya dalam menentukan wakil-wakilnya di daerah, pilkada juga
merupakan sarana untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seperti halnya negara
Indonesia yang merupakan negara demokrasi yang mengalami perubahan signifikan pasca
runtuhnya orde baru
2. Asas-Asas dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah
Asas adalah suatu pangkal tolak ukur pikiran untuk suatu kasus atau suatu jalan dan
sarana untuk menciptakan hubungan atau kondisi yang kita hendaki. Asas pilkada berarti pangkal
tolak pikiran untuk melaksanakan pilkada. Suatu pilkada yang demokratis dapat tercapai jika
berjalannya asas-asas yang medasari pilkada tersebut.
94
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Pada dasarnya asas yang dipakai dalam pilkada langsung sama dengan asas dalam pemilu,
khususnya pemilu 2004. Pemilu 2004 yang disebut KPU sebagai penyelenggara pemilu 2004
banyak mengusung hal baru guna rekuitmen politik agar kualitas wakil rakyat semakin baik.
(mohammad Najib dalam Suparman Marzuki, dkk, 2005:pengantar ix).
Prinsip-prinsip pilkada sama seperti prinsip umum pemilu yang di uraikan sebagai
berikut:
1) Langsung
Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung
sesuai dengan kehendak hati nurani tanpa perantara.
2) Umum
Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan yang sesuai dengan
undang-undang ini
berhak
mengikuti Pemilu. Pemilihan yang bersifat umum
mengangandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua
warga negara tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan , jenis kelamin,
kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial.
3) Bebas
Setiap warga negara berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan
paksaan dari siapapu. Di dalam melakasanakan haknya, setiap warga negara
diajami keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani.
4) Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui
oleh pihak mana pun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada
suarat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya
diberikan.
5) Jujur
Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilu, aparat pemerintah,
peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang
terkait harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6) Adil
Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan
yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun (Hestu Cipto Handoyo,
2003:217-219)
95
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Penggunaan asas luber dan jurdil sebagai asas pemilihan umum kepala daerah dan wakil
kepala daerah merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah
secara demokratis. Sehingga jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya, maka hal
tersebut merupakan pelanggaran dan harus dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. Tujuan Diadakannya Pemilihan Umum Kepada Daerah
Salah satu tujuan dari dilakukannya pemilihan umum kepala daerah secara langsung
adalah mewujudkan otonomi daerah yang sejak tahun1999 memang carut marut,
terutama dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah.
Ini merupakan proses
demokrasi yang menunjukan orientasinya yang jelas, yaitu penempatan posisi dan
kepentingan rakyat diatas berbagai kekuatan elite politik. Elite yang selama ini dinilai
terlampau mendominasi dan bahkan terkesan menhegemoni (Ahmad Nadir, 2005:1)
Pilkada langsung sesungguhnya merupakan respon kritik konstruktif atas
pelaksanaan mekanisme demokrasi tak langsung yang sering disebut dengan demokrasi
perwakilan. Artinya bahwa rakyat tidak secara langsung mengartikulasi berbagai
kepentingannya kepada agenda kebijakan publik, melainkan mewakilkannya pada
sejumlah kecil orang tertentu. Ide pilkada langsung dinilai sebagai wujud demokrasi
langsung (Ahmad Nadir 2005:15-17).
Pilkada langsung bertujuan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah
secara langsung sebagai solusi dari demokrasi perwkilan yang selama ini telah berjalan
cukup lama. Rakyat disuatu daerah dapat memilih sendiri pemimpinnya dengan
berdasarkan asas yang berlaku. Pemimpin tersebut diharapkan dapat menyalurkan
aspirasi rakyat dan benar-benar menjadi pemimpin yang mengerti agenda otonomi
daerah sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya yang diharapkan rakyat.
3. Pemilih Pemula
Menurut Pahmi Sy (2010:54) pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap
berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilihpemula terdiri dari dua kata,
yakni pemilih dan pemula. Pemilih adalah orang yang memilih. Sedangkan pemula adalah
orang yang mulai atau mula-mula melakukan sesuatu (KBBI online). Pemilih pemula
merupakan pemilih yang berusia antara 17-21 tahun atau baru pertama kali ikut dalam pemilu
(Maesur zaky, 2009: 14).
Menurut pasal 1 ayat (2) UU No.10 Tahun 2008, Pemilih adalah warga Negara Indonesia
yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) atau lebih sudah/pernah kawin. Kemudian pasal
19 ayat (1 dan 2) UU No.10
Tahun 2008 merangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga
Negara Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih dan pada
hari pemungutan suara pemilih genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau
sudah/pernah kawin. Pengetahuan mereka dengan pemilih lainnya tidak jauh berbeda hanya saja
antusiasme dan preferensi.
96
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Pemilih pemula secara umum mereka para pelajar, mahasiswi serta pekerja yang berusia
muda. Dalam pesta demokrasi pemilih pemula selama ini menjadi sebuah objek kegiatan politik.
Yaitu mereka yang memerlukan bimbingan kearah pertumbuhan potensi dan kemampuan tingkat
yang optimal agar dapat berperan baik dalm bidang kegiatan politik. Perlu adanya pendidikan
politk agar pemilih pemula berkembang menjadi warga Negara yang baik, yang menghayati
nilai-nilai luhur dari bangsanyadan sadar akan kewajibannya dalam kerangka nilai-nilai yang
membingkainya.
Ciri-ciri pemilh pemula sebagai berikut :
a. Warga Negara Indonesia dari pemungutan suara sudah berusia 17 tahun atau lebih
atau sudah kawin/pernah kawin.
b. Baru mengikuti pemilu, memberikan hak pilihnya pertama kali sejak peilu yang
diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.
c. Mempunyai hak memilih dalam penylenggaraan pilkada
E. Metode Penelitian
1. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kabupaten Indragiri Hulu. Dan waktu perencanaan
dalam penelitian ini lebih kurang 3 ( tiga ) bulan.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer yang
diperoleh dari dokumentasi dan wawancara dan pengamatan langsung dilokasi penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
1.
Wawancara
Wawancara digunakan sebagai cara utama untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2013: 186).
Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh keterangan,
informasi dan penjelasan dari subjek penelitian terkait dengan partisipasi politik pemilih
pemula.
2.
Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 2006: 231). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:
326). Alasan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dimaksudkan
untuk memperkuat data-data yang sudah diperoleh dari teknik pengumpulan data wawancara dan
observasi. Dokumen yang dimaksud dalam penulisan ini adalah semua jenis rekaman atau
97
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
catatan sekunder misalnya surat-menyurat, memo, berita koran, dan hasil-hasil yang terkait
dengan masalah penelitian.
F. Hasil dan Pembahasan
Masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu mempunyai pekerjaan yang beragam. Mayoritas
penduduknya memiliki pekerjaan petani dan peternak hal ini dapat dari data statistik mata pencaharian
masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu. Selain petani masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu ada yag
bekerja sebagai buruh indusri, buruh bangunan, pengusaha, pedagang, pegawai, TNI/POLRI dan lainlain
Dilihat dari jenis pekerjaan masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu mayoritas bekerja dalam
bidang petanian dan peternakan, maka masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu dapat dikatakan
golongon menengah ke bawah dan dari tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu
tergolong rendah.
Tingkat pendidikan dan ekonomi berpengaruh terhadap pola pikir mereka dalam lingkungan.
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi masyarakat cenderung dapat menerima informasi-informasi
politik yang sedang berlangsung secara baik. Dengan tingginya pendidikan dan ekonomi maka
banyak yang berpartisipasi politik. Terkait dengan hal ini, Ramlan Surbakti (1992: 144-145)
mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya partisipasi politik dipengarui oleh faktor-faktor seperti
struktur sosial dan ekonomi, afilasi politik orang tua dan pengalaman berorganisasi. Status
sosial adalah kedudukan dalam masyarakat berupa keturunan, pendidikan dan pekerjaan. sedangkan
status ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat berdasarkan pemilik kekayaan.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan dengan wawancara kepada responden akan
dideskripisikan sebagai berikut. Selanjutnya peneliti akan mendiskripsikan hasil wawancara
mengenai bentuk partisipasi politik pemilih dengan sejumlah responden, yaitu:
a. Nur Rohman dalam wawancara mengemukakan bahwa dirinya mempunyai banyak
teman sebaya yang merupakan pemilih pemula. Partisipasi mereka bagus, banyak yang
memberikan hak pilih serta datang ke TPS lebih antusias dibanding dengan masyarakat
yang bukan pemula. Dirinya dan sesama pemilih sering berdiskusi tentang calon bupati
yang kompeten menjelang pilbup. Ini merupakan kali pertama bagi mereka untuk
mengikuti pilbup, sehingga mereka cukup penasaran. Sebagai warga negara yang baik
mereka berkeinginan untuk mengikuti aturan yang ada.
b. Abizar Almadira dalam wawancara mengatakan dirinya penasaran dengan kegiatan
tersebut dan senang bisa berpartisipasi dalam pilbup ini, senang bisa ikut pilihan
bupati. Sebagai seorang pemilih dirinya juga antusis untuk mencari info dan profil
tentang mereka. Kedua wawancara tersebut menggambarkan antusiasme para pemilih
untuk mengikuti pilbup karena hal ini merupakan pengalaman pertama mereka.
c. Rangga dalam wawancara mengatakan bahwa kebanyakan pemilih di Kabupaten
Indragiri Hulu tidak aktif dalam kampanye. Rangga menuturkan bahwa dirinya juga
merasa takut dengan kampanye berupa konvoi-konvoi di jalan. Orang tuanya juga
melarang dirinya mengikuti kegiatan tersebut. Hanya saja Rangga pernah mengikuti
kampanye yang tidak disertai kovoi di salah satu rumah tim sukses yang dekat
rumahnya.
98
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
d. Doly Febri S. dalam wawancara mengatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi yang
dilakukannya berupa pemberian suara serta menghadiri pertemuan tim sukses salah satu
kandidat. Pertemuan tim sukses tersebut merupakan kampanye tapi kecil-kecilan yang
dilakukan malam hari dan dihadiri oleh beberpa warga sekitar yang tertarik untuk
mengikuti. Tujuan dirinya mengikuti pertemuan tersebut hanya ingin tahu program dan
membandingkan dengan kandidat lain. Doly dalam wawancaranya dengan peneliti juga
mengatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukannya berupa pemberian
suara serta menghadiri pertemuan tim sukses salah satu kandidat. Pertemuan tim sukses
tersebut merupakan kampanye tapi kecil-kecilan yang dilakukan malam hari dan dihadiri
oleh beberpa warga sekitar yang tertarik untuk mengikuti.
G. Simpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan mengenai partisipasi politik
pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup. Adapun kesimpulannya Jika melihat teori mengenai
bentuk partisipasi politik, maka bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup
termasuk ke dalam partisipasi konvensional. Partisipasi konvensional adalah bentuk partisipasi yang
normal dalam era modern ini. Hal ini dapat diindikasikan dari antusiasme mereka untuk
berpartisipasi dalam berbagai bentuk, seperti pemberian hak pilih, mengikuti kegiatan kampanye,
diskusi politik dan soasialisasi.
H. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis jabarkan di atas maka penulis memberikan
sedikit saran-saran yang diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang
berkepentingan. Perlu adanya sosialisasi secara lebih luas kepada para pemilih pemula,
khususnya bagi para pemilih yang tinggal jauh dari kota dan sulit mengakses informasi
tentang pilbup. Diharapkan agar KPU mempertimbangkan berbagai solusi untuk
mengatasi tingginya angka ketidakhadiran pemilih dalam pilbup
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Ahamd Nadir, 2005. Pilkada Langsung dan Masa Depan Demokrasi. Malang: Averroes
Press.
2. Affan Gaffar. 2006. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
3. Muhammad Asfar. 2006, Pemilu dan Perilaku Memilih. Surabaya: Pustaka Eureka.
Bambang Purwoko, 2005, Isu-Isu Strategis Pilkada Langsung; Ekspresi
KedaulatanUntuk Kesejahteraan Rakyat, di dalam Jurnal Ilmu Politik dan Pembangunan,
Volome 6 No. 1 April 2005, Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
4. Bambang Kuncoro, 1998, (Tesis) Perilaku Politik Warga Pinggiran: Studi Tentang
Perubahan Perilaku Memilih Warga Desa Pada Pemilu Tahun 1971-1997 Di Desa
Sunyalangu, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Universitas Airlangga, Surabaya.
5. Budiarjo, Miriam. 1996. Demokrasi di Indonesia (demokrasi Parlemen dan
Demokrasi Pancasila). Jakarta: PT Gramedia pustaka utama.
99
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
6.
7.
8.
9.
Budiarjo, Miriam. 2008/1981. Partisipasi Politik dan Partai Politik. Jakarta: Gramedia.
Budiardjo, Miriam. 1977. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Cholisin,dkk. 2007. Dasar Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.
Darussalam,
2004,
(Tesis)
Media
Televisi
dan
Perilaku
Memilih
Masyarakat:Perolehan Suara Partai Amanat Nasional pada Pemilu Legislatif dan Amien
Rais pada Pemilu Presiden Pertama Tahun 2004, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
10. Doiglas J. Goodman & George Ritzer. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.
11. Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
12. Harrop, Martin dan William Miller, 1987, Election and Voters (A Comparative
Introduction), The Macmillan Press Ltd, London.
13. Hungtinton, Samuel P, & Joan Nelson. 1944. Partisipasi Politik di Negara
perkembang. Jakarta: Rineka Cipta.
14. PP No 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan
16. Umum. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
17. ndang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Penyelenggaraan Pemilihan umum.
100
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBELIAN KAPAL TONGKANG
CV. SURYA SAMUDRA SENTOSA
Tomy Fitrio, SE, MM
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rengat
Jl R. Suprapto No 14 Rengat
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan Finansial Investasi Tongkang baru pada
CV. Surya Samudra Sentosa. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan Studi Kelayakan Aspek Keuangan yaitu dengan metode Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Kesimpulan hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil analisis didapatkan NPV sebesar Rp. 2.434.504.000,yang berarti pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan karena
NPV menunjukkan angka Positif. Analisis menggunakan Benefit Cost Ratio (B/C), diperoleh
nilai Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar 1,39 > 1, artinya pembuatan Tongkang baru di CV. Surya
Samudra Sentosa layak dijalankan. Dengan menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR)
didapatkan hasil sebesar 25,86% yang berarti lebih besar dari tingkat suku bunga saat ini yaitu 17
% pertahun, maka pembuatan Tongkang di CV. Surya Samudra Sentosa layak dilaksanakan.
Kata Kunci : Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Internal Rate of
Return (IRR).
101
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha di Dunia diantaranya Indonesia saat ini sangat banyak dan
berkembang, hal ini ditandai dengan banyaknya usaha yang bermunculan. Provinsi Riau adalah
salah satu Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera dengan lokasi yang strategis dengan Ibukota
Pekanbaru yang memilih visi sebagai ibu kota metropolitan berbasis industri dan perdagangan
mengalami kemajuan. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, sektor transportasi
memiliki posisi yang penting dan strategis untuk memperlancar roda perekonomian untuk
menunjang kelancaran arus barang dagang dalam perdagangan nasional baik di darat maupun di
laut (perairan).
Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pelayaran di Provinsi Riau adalah CV. Surya
Samudra Sentosa. Perusahaan yang memulai operasinya tahun 2008. Perusahaan ini bergerak
dibidang industri kapal tepatnya untuk mengangkut kayu milik PT. Riau Andalan Pulp & Paper
(RAPP) Kerinci dan pengangkutan kayu milik perusahaan lain dan diolah di PT. Riau Andalan
Pulp & Paper (RAPP) Kerinci. Dengan jumlah karyawan 15 orang yang terdiri dari 4 orang
karyawan operasional kantor (administrasi) dan 11 orang anak buah kapal. Oleh karena itu, ini
merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para investor untuk menginvestasikan dana
mereka pada perusahaan ini yang bergerak dibidang pelayaran ini untuk mengangkut kayu ini.
Menurut Sugiharto (2002), dalam melakukan investasi tersebut setiap perusahaan umumnya
akan berusaha agar perluasannya dapat berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk
mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga seberapa
lama pengembalian dana, yang ditanam di proyek tersebut menjadi sangat penting. Artinya,
sebelum perusahaan menanamkan investasi untuk perluasan usaha baru, maka terlebih dahulu
perlu diketahui apakah proyek atau investasi yang akan dilakukan dapat mengembalikan uang
yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut, dengan jangka waktu tertentu. Selain itu agar
dapat melihat apakah investasi yang dijalankan dapat memberikan keuntungan finansial lainnya
seperti yang diharapkan.
Untuk mendanai suatu kegitan insvestasi biasanya diperlukan dana yang relatif besar.
Perolehan dana dapat dicari dari sumber dana yang ada, misalnya modal sendiri dan modal asing.
Namun dalam menjalankan investasi tersebut perusahaan CV. Surya Samudra Sentosa
mengunakan modal sendiri dan modal asing. Untuk itu, penilaian kelayakan investasi dari aspek
keuangan ini sangat berguna baik bagi internal maupun pihak luar.
Penilaian investasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan analisis pada berbagai
aspek. Namun dalam hal ini, penulis hanya akan mengambil aspek keuangan saja. Pada aspek
keuangan dapat digunakan kriteria penilaian investasi seperti metode penilaian investasi yang
mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari investasi. Payback Period; yaitu tehnik penilaian
terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Net Present Value;
analisis keuangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan.
Profitability Index; yaitu untuk menghitung perbandingan antara present value dari penerimaan
dengan value dari investasi. Internal Rate Of Return; metode yang menghitung tingkat bunga yang
menyamakan nilai investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang
akan datang.
102
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang diangkat adalah: Apakah investasi pembelian kapal tongkang pada
CV. Surya Samudra Sentosa layak dari aspek keuangan ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menganalisis investasi
pembelian kapal tongkang pada CV. Surya Samudra Sentosa layak dari aspek keuangan.
D. Kajian Kepustakaan
1.
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Umar (2005: 8) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana
bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga pada
saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk
waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan pendapat Yacob Ibrahim (2009:1), studi kelayakan
bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek. Lebih lanjut menurut Kasmir dan Jakfar (2012:7),
studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu
usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha
tersebut dijalankan.
2. Aspek-aspek Dalam Studi Kelayakan
1). Aspek Pasar dan Pemasaran.
Dalam melakukan penelitian terhadap aspek pasar dan pemasaran menurut Subagyo
(2008: 65) perlu diadakan penelitian terhadap beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu Permintaan, Penawaran, Proyeksi permintaan dan penawaran, Proyeksi penjualan,
Produk (barang/jasa), Segmentasi pasar, Strategi dan implementasi pemasaran.
2). Aspek Teknis Produksi dan Teknologis.
Tujuan aspek teknis ialah (a) agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik
untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat, (b) agar perusahaan bisa
menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat
memberikan efisiensi, (c) agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat
dalam menjalankan produksinya, (d) agar perusahaan dapat menentukan metode
persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya, (e) agar
perusahaan bisa menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan
dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 20012: 146).
3). Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia .
Aspek manajemen dan sumber daya manusia terdiri dari tiga kegiatan dan hubungan
ketiga aspek tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut:
103
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Kegiatan dilakukan sebelum kegiatan
Bisnis di mulai.
Manajemen Studi
Kelayakan
Kegiatan dilakukan untuk menyiapkan
infrastruktur bisnis.
Manajemen Proyek
Kegiatan dilakuakn setelah infrastruktur
Tersedia.
Manajemen Bisnis
Gambar 1 : Hubungan Aspek Manajemen
4). Aspek Hukum dan Legalitas.
Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian
dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Suatu usaha dikatakan legal jika telah
mendapatkan izin usaha dari pemerintah daerah setempat melalui instansi atau lembaga
atau departemen atau dinas terkait. Kegiatan usaha dimana pun selalu memerlukan
dokumen penunjang usaha beserta izin-izin yang diperlukan sebelum menjalankan
usahanya.
5). Aspek Keuangan dan Ekonomi .
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012: 97), dalam aspek keuangan dan ekonomi terdapat
enam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau
investasi, yaitu Payback period (PP), Net Present Value (NPV), Average Rate of Return
(ARR), Internal Rate of Return (IRR), Profibility Index (PI), serta berbagai rasio
keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas.
3.
Definisi Investasi
Secara umum, investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak
tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu perusahaan.
Menurut Halim (2005: 4) investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.
Menurut William F.S yang dikutip oleh Kasmir dan Jakftar (2012:5), investasi adalah
mengorbankan uang sekarang untuk uang di masa yang akan datang. Dari pengertian ini
terkandung dua atribut penting di dalam investasi, yaitu adanya resiko dan tenggang waktu.
Mengorbankan uang artinya menanamkan sejumlah dana(uang) dalam suatu usaha saat sekarang
atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan disertai
tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Widjajanta
(2007:130), investasi merupakan pengeluaran modal untuk pembelian aset fisik seperti pabrik,
peralatan dan persediaan.
104
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
4.
Tujuan Investasi
a. Menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang
ternyata tidak menguntungkan.
b. Untuk menghindari resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam
jumlah besar.
5.
Kriteria Investasi
a. Metode Payback Period
Metode payback periode merupakan metode penghitungan investasi dalam jangka
waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan kas (cash in flows) secara
komulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Atau metode payback
periode merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu
proyek atau usaha. Menurut Riyanto (2001:125), payback period adalah suatu periode yang
diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan
proceeds atau aliran kas neto (neto cash flows).
b. Metode Net Present Value
Salah satu metode untuk menilai investasi yang memperhatikan time value of money
adalah net present value (NPV). Menurut Alexandri (2008:170), Net Prensent Value adalah
selisih Present Value dari keseluruhan Proceed dengan Present Value dari keseluruhan
investasi. Sedangkan menurut Husnan (2000:209), metode net present value ini menghitung
selisih antara nilai sekarang investasi dengan penerimaan-penerimaan kas bersih
(operasional maupun terminal cash flow) dimasa yang akan datang.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pengertian net present value atau nilai sekarang bersih
adalah analisis keuangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha
dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan
dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan.
c. Metode Profitability Index
Metode Profitability Index (PI) yaitu metode yang menghitung perbandingan antara
present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. (Sutrisno,2009:128).
Menurut Husnan (2000:211), Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang dengan nilai investasi sekarang.
Menurut Kuswadi (2007:46), Profitability Index atau indeks tingkat laba disebut juga
sebagai Benefit Cost Ratio (BCR) adalah rasio yang menggambarkan perbandingan setiap
satu unit yang di investasikan.
d. Metode Internal Rate of Return
Pengertian internal rate of return adalah besarnya tingkat pengembalian modal sendiri
yang dipergunakan menjalankan usaha. Jadi internal rate of return ini mengukur
kemanfaatan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Menurut Kuswadi (2007:41), IRR
adalah suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan
proyek dimana nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi proyek, jumlahnya sama
dengan biaya investasi. Pendapat lain menurut Sutrisno (2009:127), Internal Rate of Return
(IRR) adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan PV of cashflow dengan PV of
investment.
105
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
6.
Pengertian Aliran Kas
Setiap usulan pengeluaran modal selalu mengandung dua macam aliran kas yaitu aliran kas
keluar netto (net outflow of cash) yaitu yang diperlukan untuk investasi baru dan aliran kas masuk
netto tahunan (net annual inflow of cash) yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, sering
pula disebut “net cash procceds” atau “procceds”.
Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis-jenis
pemasukkan tersebut. Selain itu cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga
keuangan atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari yang berhubungan
langsung dengan usaha yang sedang dijalankan. Uang masuk dapat pula berasal dari pendapatan
lainnya yang bukan dari usaha utama. Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung 39 berhubungan dengan usaha yang
dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha utama (Kasmir dan
Jakfar, 2012:95).
Kerangka Konseptual
Dalam menjalankan suatu usaha sebaiknya direncanakan dengan matang dari berbagai aspek
yang mempengaruhi yaitu salah satunya keuangan. Seorang investor yang baik tentunya tidak akan
tergesa-gesa dalam melaksanakan gagasannya, sebelum yakin tentang untung ruginya usaha yang
direncanakan. Tindakan yang dilakukannya adalah dengan mengadakan analisis kelayakan usaha
atau proyek dengan menggunakan Studi Kelayakan Bisnis (SKB) untuk meneliti apakah usaha
yang direncanakan secara teknis, ekonomis dan komersial cukup menguntungkan? dan layak atau
tidak untuk dilaksanakan. Secara singkat dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut:
Aspek
Keuangan
Net Present Value
(NPV)
Benefit Cost Ratio (B/C)
Internal Rate of Return
(IRR)
Analisis Kelayakan
Investasi
Layak
Tidak
Layak
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran
106
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
E. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat menguji, dimana peneliti
mencoba untuk mengadakan penelitian ilmiah yang sistematis, menggambarkan fakta-fakta dari hasil
penelitian dalam bentuk data berupa angka hasil perhitungan atau pengukuran.
Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diambil adalah data sekunder dan primer berupa:
1).
2).
3).
4).
Gambaran umum CV. Surya Samudra Sentosa.
Data-data dari CV. Surya Samudra Sentosa, seperti:
Dokumentasi lokasi proyek dan sekitarnya
Serta data lain yang menunjang penelitian ini
Adapun teknik pengumpulan data yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah:
1). Penelitian Lapangan dengan cara interview (wawancara) yaitu dengan wawancara
langsung dengan pihak yang bersangkutan yang berhubungan dengan masalah yang di
teliti. Dan observasi yaitu dengan mengadakan penelitian langsung untuk mendapatkan
data yang sesungguhnya.
2). Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengambil datadata berupa foto
lokasi proyek dan sekitarnya. Yaitu mempelajari teori dan informasi yang erat
hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, yang berasal dari kumpulan kuliah
dan literature-literatur yang ada kaitannya dengan penulisan ini.
Dalam menilai profabilitas suatu investasi dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut:
1). Net Present Value (NPV)
2). Benefit Cost Ratio (B/C)
3). Internal Rate of Return
107
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
F. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
KRITERIA INVESTASI CV. SURYA SAMUDERA SENTOSA
KETERANGAN
Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan
Gaji dan Upah
Laba Kotor
Biaya SGA & Operasional
Sewa & Sewa beli
Biaya Ope.lainnya
Keuntungan Operasional
Penghapusan + Amortisasi
Bunga
Pendapatan lainnya
Laba sebelum pajak
Pajak
Pendapatan Bersih
Deviden
GOFG/GOCG
PROCEED
PROYEK
LAMA
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
120,000
0
0
2,009,700
375,000
81,482
81,482
1,553,219
388,305
1,164,914
0
1,539,914
1,621,395
Tahun Ke
0
1
2
3
Nilai Sisa
30/11/2017
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
122,175
0
0
2,007,525
675,000
250,000
0
1,082,525
270,631
811,894
0
1,486,894
1,736,894
Cash Outflow
/ Cash Inflow
6,250,000
1,841,976
1,800,309
1,758,643
6,250,000
31/05/2018
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
122,175
0
0
2,007,525
675,000
208,333
0
1,124,192
281,048
843,144
0
1,518,144
1,726,477
DF
12.50%
1.0000
0.8889
0.7901
0.7023
0.7023
PV Outflow
PV Inflow
1 NPV
2.B/C
3.IRR
30/11/2018
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
122,175
0
0
2,007,525
675,000
166,667
0
1,165,858
291,465
874,394
0
1,549,394
1,716,060
PV
Cashflow
6,250,000
1,637,312
1,422,467
1,235,151
4,389,575
6,250,000
8,684,504
2,434,504
31/05/2019
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
122,175
0
0
2,007,525
675,000
125,000
0
1,207,525
301,881
905,644
0
1,580,644
1,705,644
DF
15%
1.0000
0.8696
0.7561
0.6575
0.6575
30/11/2019
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
122,175
0
0
2,007,525
675,000
83,333
0
1,249,192
312,298
936,894
0
1,611,894
1,695,227
PV
Cashflow
6,250,000
1,601,718
1,361,292
1,156,336
4,109,476
6,250,000
8,228,823
1,978,823
31/05/2020
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
122,175
0
0
2,007,525
675,000
41,667
0
1,290,858
322,715
968,144
0
1,643,144
1,684,810
1.39
25.86%
DITERIMA
4.KESIMPULAN
SENSITIVITY ANALYSIS
1. PENJUALAN TURUN 5%
KETERANGAN
Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan
Gaji dan Upah
Laba Kotor
Biaya SGA & Operasional
Sewa & Sewa beli
Biaya Ope.lainnya
Keuntungan Operasional
Penghapusan & Amortisasi
Bunga
Pendapatan lainnya
Laba sebelum pajak
Pajak
Pendapatan Bersih
Deviden
GOFG
PROCEED
PROYEK
LAMA
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
120,000
0
0
2,009,700
375,000
81,482
81,482
1,553,219
388,305
1,164,914
0
1,539,914
1,621,395
Tahun Ke
0
1
2
3
Nilai Sisa
30/11/2017
3,868,875
1,942,800
0
1,926,075
122,175
0
0
1,803,900
675,000
250,000
0
878,900
429,186
449,714
0
1,124,714
1,374,714
Cash Outflow
/ Cash Inflow
6,250,000
1,268,770
1,332,008
1,273,675
6,250,000
31/05/2018
3,868,875
1,942,800
0
1,926,075
122,175
0
0
1,803,900
675,000
208,333
0
920,567
288,448
632,118
0
1,307,118
1,515,452
DF
12.50%
1.0000
0.8889
0.7901
0.7023
0.7023
PV Outflow
108
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
30/11/2018
3,868,875
1,942,800
0
1,926,075
122,175
0
0
1,803,900
675,000
166,667
0
962,233
336,782
625,452
0
1,300,452
1,467,118
PV
Cashflow
6,250,000
1,127,796
1,052,451
894,543
4,389,575
6,250,000
31/05/2019
3,868,875
1,942,800
0
1,926,075
122,175
0
0
1,803,900
675,000
125,000
0
1,003,900
317,615
686,285
0
1,361,285
1,486,285
DF
15%
1.0000
0.8696
0.7561
0.6575
0.6575
30/11/2019
3,868,875
1,942,800
0
1,926,075
122,175
0
0
1,803,900
675,000
83,333
0
1,045,567
365,948
679,618
0
1,354,618
1,437,952
PV
Cashflow
6,250,000
1,103,278
1,007,190
837,462
4,109,476
6,250,000
31/05/2020
3,868,875
1,942,800
0
1,926,075
122,175
0
0
1,803,900
675,000
41,667
0
1,087,233
346,782
740,452
0
1,415,452
1,457,118
PV Inflow
1.NPV
2.B/C
3.IRR
7,464,364
1,214,364
7,057,407
807,407
1.19
19.96%
DITERIMA
4.KESIMPULAN
2. SGA NAIK 10 %
KETERANGAN
Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan
Gaji dan Upah
Laba Kotor
Biaya SGA & Operasional
Sewa & Sewa beli
Biaya Ope.lainnya
Keuntungan Operasional
Penghapusan
Bunga
Pendapatan lainnya
Laba sebelum pajak
Pajak
Pendapatan Bersih
Deviden
GOFG
PROCEED
PROYEK
LAMA
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
120,000
0
0
2,009,700
375,000
81,482
81,482
1,471,737
388,305
1,083,432
0
1,539,914
1,621,395
Tahun Ke
0
1
2
3
Nilai Sisa
30/11/2017
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
134,393
0
0
1,995,308
675,000
250,000
0
1,070,308
467,661
602,647
0
1,277,647
1,527,647
Cash Outflow
/ Cash Inflow
6,250,000
1,546,118
1,580,838
1,522,505
6,250,000
31/05/2018
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
134,393
0
0
1,995,308
675,000
208,333
0
1,111,974
355,441
756,533
0
1,431,533
1,639,867
DF
12.50%
1.0000
0.8889
0.7901
0.7023
0.7023
PV Outflow
PV Inflow
1.NPV
30/11/2018
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
134,393
0
0
1,995,308
675,000
166,667
0
1,153,641
403,774
749,866
0
1,424,866
1,591,533
PV
Cashflow
6,250,000
1,374,328
1,249,057
1,069,304
4,389,575
6,250,000
8,082,263
1,832,263
2.B/C
1.29
3.IRR
23.11%
4.KESIMPULAN
31/05/2019
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
134,393
0
0
1,995,308
675,000
125,000
0
1,195,307
384,608
810,700
0
1,485,700
1,610,700
DF
15%
1.0000
0.8696
0.7561
0.6575
0.6575
30/11/2019
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
134,393
0
0
1,995,308
675,000
83,333
0
1,236,974
432,941
804,033
0
1,479,033
1,562,367
PV
Cashflow
6,250,000
1,344,451
1,195,341
1,001,072
4,109,476
6,250,000
7,650,340
1,400,340
31/05/2020
4,072,500
1,942,800
0
2,129,700
134,393
0
0
1,995,308
675,000
41,667
0
1,278,641
413,774
864,866
0
1,539,866
1,581,533
DITERIMA
B. Pembahasan
Studi kelayakan merupakan penelitian terhadap rencana bisnis atau rencana suati investasi. Studi
kelayakan tidak hanya menganalisis layak atau tidak bisnis dan investasi yang akan dijalankan, tetapi juga
saat dijalankan bisa menghasilkan keuntungan bagi investor, dalam hal ini adalah pihak bagi CV. Surya
Samudra Sentosa.
Analisis dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV), yaitu dengan mengurangkan antara
Present Value Inflow dengan Present Value Outflow. Dari hasil analisis didapatkan NPV sebesar Rp.
2.434.504.000,- yang berarti pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan
karena NPV menunjukkan angka Positif.
Analisis menggunakan Benefit Cost Ratio (B/C) yaitu perbandingan antara jumlah PV net benefit yang
positif dengan jumlah PV net benefit yang negatif. Jumlah Present value positif sebagai pembilang dan
jumlah present value negatif sebagai penyebut. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat
manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau
gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C <
1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio
merupakan manfaat bersih tambahan yg diterima proyek dari setiap 1 satuan biaya yg dikeluarkan.
109
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Diperoleh Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar 1,39 > 1, artinya pembuatan Tongkang baru di CV. Surya
Samudra Sentosa layak dijalankan
Dengan menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR) yaitu dengan cara menyamakan antara
present value dari aliran kas dengan present value dari investasi, berdasarkan hasil perhitungan dengan
metode IRR dengan tingkat discount factor 10% - 16% didapatkan hasil sebesar 25,86% yang berarti lebih
besar dari tingkat suku bunga saat ini yaitu 17 % pertahun, maka pembuatan Tongkang di CV. Surya
Samudra Sentosa layak dilaksanakan.
G. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan : Dari hasil
analisis didapatkan NPV sebesar Rp. 2.434.504 yang berarti pembuatan Tongkang baru di CV. Surya
Samudra Sentosa layak dijalankan karena NPV menunjukkan angka Positif. Analisis menggunakan
Benefit Cost Ratio (B/C), Diperoleh Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar 1,39 > 1, artinya pembuatan
Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan. Dengan menggunakan metode
Internal Rate of Return (IRR) didapatkan hasil sebesar 25,86% yang berarti lebih besar dari tingkat
suku bunga saat ini yaitu 17 % pertahun, maka pembuatan Tongkang di CV. Surya Samudra Sentosa
layak dilaksanakan.
H. Saran
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, pihak-pihak pemilik minimarket di kota
Rengat harus mengetahui segmentasi mana yang aka mereka bidik. Berdasarkan demographi
yang mana difokuskan pada karakteristik dan keputusan konsumen yang hendak berbelanja
diminimarketnya. Faktor demographi merupakan faktor yang perlu diperhatikan seperti
pekerjaan, pendapatan, keadaan ekonomi, tingkat pendidikan, usia, gaya hidup serta
kepribadian konsumen yang akan dijadikan pasar sasaran dan diharapkan meningkatkan
keinginan konsumen berbelanja pada minimarket di kota Rengat. Caranya dengan
meningkatkan promosi baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain promosi ruangan,
merchandise dan kebersihan, fasilitas, faktor lokasi, budaya dan karyawan juga perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi keputusan konsumen berbelanja pada minimarket
di kota Rengat. Konsumen minimarket juga perlu memperhatikan barang-barang yan
ditawarkan oleh minimarket, dimana kondisi barang-barang yang tersedia, lokasi, harga,
promosi yang minimarket lakukan, rungan toko dan pelayan yang diberikan akan
mempengaruhi keputusan konsumen untuk berbelanja pada minimarket di kota Rengat.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Afandi. 2015. Analisis Studi Kelayakan Investasi Pengembangan Usaha Distribusi PT. Aneka
Andalan Karya. eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2016, 4 (3): 854-867
2. Ahmad, Subagyo. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
3. Alexandri, Moh. Benny. 2008. Manajemen Keuangan Bisnis. Alfabeta, Bandung.
4. Alfida, Pipit. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Investasi Tugboat Baru pada PT. Muara
Kembang Di Samarinda. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
5. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.
6. Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipta, Jakarta.
7. Kasmir & Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan ke Delapan. Kencana, Jakarta.
110
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
8. Kuswadi. 2007. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
9. Suad, Husnan. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga. UPP AMP
YKPN, Yogyakarta.
10. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan
Ketujuh, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
11. Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
12. Widjajanta, Bambang dan Widyaningsih, Aristanti. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi.
Citra Praya, Bandung.
111
Jurnal Konsentrasi Manajemen
Vol. 01 No. 01April 2017
Download