Volume 1 Nomor 1, April 2017 JURNAL KONSENTRASI MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI (STIE-I) RENGAT Publikasi Ilmiah Program Studi Manajemen o Analisis Kinerja Pegawai Pada kantor Camat Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu (Aris Triyono) o Analisis Penjualan Bahan Bakar Premium Dan Solar Pada SPBU Dodi Neveldy Rengat (Warnadi) o Tinjauan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia (Studi Kasus Mahasiswa Semester V Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat Tahun Akademik 2016/2017) (Syafrizal) o Pengaruh Bentuk Organisasi Dan Komunikasi Terhadap Pengendalian Manajemen Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru (Agus Supriyadi) o Tinjauan Sistem Pengupahan Buruh Dan Tenaga Kerja Pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Indragiri Hulu (Yenny Iskandar) o Kajian Technopreneur Concept Sebagai Konsep Dua Keunggulan Dalam Satu Kompetensi Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat (Puspa Dewi) o Pengaruh Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Labour Turn Over pada PT. Sumber Mahtera Kencana – Rengat. (Irawati) o Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Pemilih di Indragiri Hulu (Yusnedi) o Studi Kelayakan Investasi Pembelian Kapal Tongkang CV. Surya Samudra Sentosa (Tomy Fitrio) Penerbit : Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat Jl. R. Soeprapto No. 14 Rengat. Telp. (0769) 21019 Email : [email protected] SEKAPUR SIRIH Assalamualaikum Wr. Wb Rasa Segenap Puji serta Syukur marilah sama kita Panjatkan kepada sang pencipta alam semesta beserta isinya, Allah yang Maha Pengasih, Allah yang Maha Penyayang. Karena Dialah kita dapat hidup dalam kedamaian, dengan damai kita berkarya, dan dengan berkarya kita dapat bermanfaat bagi orang lain. Salawat dan Salam kita kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat Beliaulah kita masih dapat menikmati suatu masa yang didalamnya terdapat beragai ilmu pengetahuan yang dapat kita kembangkan dengan melalukan berbagai riset. Amin ya Rabbalalamin. Para Pembaca Yang Saya Hormati, STIE Indragiri telah berupaya dengan segenap kemampuan untuk menciptakan kaum intelektual yang gemar melakukan berbagai kajian yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Berbagai riset yang dihasilkan baik oleh dosen maupun kolaborasi dengan mahasiswa, akan selalu diupayakan untuk dapat dipublikasikan dalam jurnal Konsentrasi Manajemen pada tiap volume terbitannya. Akhirnya saya sebagai pihak Manajemen STIE Indragiri Rengat mengucapkan terima kasih atas segala upaya yang telah dilakukan Tim Redaksi Jurnal KONSENTRASI MANAJEMEN”, Semoga apa yang sudah kita upayakan dan dapatkan ini akan mendapatkan Ridho dari Allah SAW, Amin Rengat, April 2017 Ketua Ivalaina Astarina, SE.MM i KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah, atas Hidayah dan Inayah-Nya jualah kita dari Tim Penyusun Jurnal dapat bekerja dengan baik dan berhasil menyelesaikannya dengan baik pula. Salawat dan Salam kita hadiahkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad SAW, atas jasa-jasa Beliaulah kita menjadi makhluk yang dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadist. Amim Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas, Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian serta Pengabdian pada Masyarakat atau yang lebih di kenal dengan sebutan Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak akan lepas dari Publikasi Ilmiah. Dalam dunia Perguruan Tinggi, publikasi Karya Ilmiah seperti Hasil Penelitian (Hasil Reseach) harus dimuat dalam jurnal atau prossiding. Sementara sebelum terbitnya Jurnal ini karya ilmiah para dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri dan mahasiswa belum pernah dipublikasikan pada jurnal berbasis online, yang seyogianya harus dan wajib dilakukan. Untuk menjawab tantangan tersebut Program Studi Manajemen STIE Indragiri diberi kepercayaan oleh Ketua STIE Indragiri untuk menerbitkan sebuah jurnal online berbasis open journal system (OJS). Setelah mengalami proses yang sangat panjang, Alhamdulillah dengan izin Allah jurnal ini dapat diterbitkan. Dengan terbitnya Jurnal ini, maka diharapkan teman-teman dosen bahkan mahasiswa terpacu untuk menghasilkan karya-karya ilmah yang bermutu dan bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang pada akhirnya ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau umumnya di Republik Indonesia. Rengat, April 2017 Dewan Redaktur Ketua Syafrizal, SE,M.Si Volume 1 No.1, April 2017 E-ISSN : in process ii JURNAL KONSENTRASI MANAJEMEN Email : [email protected] TIM REDAKSI Penanggung Jawab Pembina : Ivalaina Astarina, SE.,MM (Ketua) : Puspa Dewi, SE.,MM (PUKET I) Pemimpin Umum : Ketua Program Studi Manajemen Dewan Editor Ketua Anggota : Yusnedi, SH.M.Hum : Agus Supriyadi, SE,M.Si : Suwaji, SE,MM Redaksi Pelaksana Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Tata Usaha dan Kearsipan Distribusi dan Sirkulasi Alamat Redaksi : Syafrizal, SE.,M.Si : Angga Hapsila, SE.MM : Warnadi, SE.,M.Si : Kurnia Dewi, SE,MM : Meilya Karya putri, SP,MM : Airine Yulianda, S.Ip, M.Si : Prodi Manajemen, Jl R.Suprapto Telp.076921019 Email : [email protected] Jumal Konsentrasi Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga kali setahun oleh Prodi Manajemen STIE Indragiri berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. iii DAFTAR ISI Hal o o o o o o o o o o o o o Sekapur Sirih .............................................................................................................. i Kata Pengantar .......................................................................................................... ii Tim Redaksi ............................................................................................................... iii Daftar Isi .................................................................................................................... iv Analisis Kinerja Pegawai Pada kantor Camat Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu (Aris Triyono) .................................................................................... 1 Analisis Penjualan Bahan Bakar Premium Dan Solar Pada SPBU Dodi Neveldy Rengat (Warnadi) ........................................................................................ 13 Tinjauan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia (Studi Kasus Mahasiswa Semester V Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat Tahun Akademik 2016/2017 (Syafrizal) ............................................................................... 21 Pengaruh Bentuk Organisasi Dan Komunikasi Terhadap Pengendalian Manajemen Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru (Agus Supriyadi) ............. 20 Tinjauan Sistem Pengupahan Buruh Dan Tenaga Kerja Pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Indragiri Hulu (Yenny Iskandar)............................................ 41 Kajian Technopreneur Concept Sebagai Konsep Dua Keunggulan Dalam Satu Kompetensi Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat (Puspa Dewi).................................................................................................. 57 Pengaruh Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Labour Turn Over pada PT. Sumber Mahtera Kencana – Rengat. (Irawati) .......................................... 74 Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Pemilih di Indragiri Hulu. (Yusnedi)....................................................................................... 91 Studi Kelayakan Investasi Pembelian Kapal Tongkang CV. Surya Samudra Sentosa. (Tomy Fitrio) ................................................................................ 101 iv ANALISIS KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT RENGAT BARAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU ABSTRAK OLEH : ARIS TRIYONO Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada Kantor Camat Rengat Barat yang beralamat di jalan Gerbangsasi Pematang Reba – Rengat Barat - Kabupaten Indragiri Hulu. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 (Tiga) bulan terhitung bulan Maret 2016 sampai dengan Mei 2016. Dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor – faktor yang menyebabkan belum maksimalnya kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat dan bagaimana langkah yang ditempuh oleh Camat dan jajarannya dalam menangani atau menyelesaikan permasalahan tersebut. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada kantor camat Rengat Barat berdasarkan jenjang eselon dengan jumlah 34 Orang. Adapun jumlah sampel yang diambil adalah seluruh pegawai kantor Camat Rengat Barat berdasarkan eselon dengan jumlah 34 Orang . Adapun penarikan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode “Sensus”. merupakan metode pemilihan sampel yang mana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan dan analisa data yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode deskriftif. Dari penelitian yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa belum maksimalnya kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : kinerja, Renstra, Kepemimpinan, Motivasi dan Tugas Pokok dan Pungsi. Namun dari beberapa faktor tersebut, yang paling menonjol adalah motivasi yang masih sangat kurang yang ditunjukkan oleh para pegawai dalam bekerja, kemudian kesadaran pemenuhan standar kerja dengan tupoksi yang jelas yang belum dapay dioptimalkan sehingga terjadilah penumpukan pekerjaan hanya kepada beberapa individu pegawai saja. Kata kunci : Kinerja, Renstra, Kepemimpinan, Motivasi 1 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Masalah Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine). Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifatsifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer, kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan Perencanaan strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah yang saat ini dijadikan salah satu instrument pertanggung jawaban. Perencanaan ini merupakan pengintegrasian antara keahlian SDM dengan sumber daya lainnya yang dimiliki organisasi, sehingga mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis rasional dan global serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional. Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti sebuah judul penelitian yang penulus beri judul : ANALISIS KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT RENGAT BARAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “ Faktor – faktor apakah yang menyebabkan belum maksimalnya kinerja pegawai pada Kantor Camat Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu? “. 2 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 C. Tinjauan Kepustakaan 1. Kinerja Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melasanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya yang dilaksanakan atas dasar kemampuan, pengalaman dan kesungguhan dalam rentang waktu tertentu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapaioleh seorang dalam melasanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan keriteria yang ditetapkan. (Hasibuan, 2004). Pendapat lain menjelaskan bahwa kinerja adalah suatu keadaan yang menunjukan kemampuan seorang pegawai dalam menjalankan tugas sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh organisasi kepada pegawai sesuai dengan job descriptionnya. (Siagian,2009 : 48). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah : 1. Karaktristik situasi ; Yaitu bagaimana lingkungan organisasi mempengaruhi pelaksanaan kinerja didalam organisasi. Lingkungan menempatkan tuntutan-tuntutan kinerja didalam oganisasi. Lingkungan menempatkan tuntutan organisasi dan para pegawai terhadap pekerjaannya. Organisasi juga mempengaruhi kinerja, menentukan siapa yang memiliki tanggung jawab untuk penilaian. 2. Deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja pekerjaan. Karena pekerjaan-pekerjaan yang berbeda mempunyai deskripsi pekerjaan yang berbeda, program evaluasi kinerja haruslah menyediakan cara yang sistematik untuk mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dan memastikan evaluasi yang konsisten diseluruh pekerjaan dan pegawai yang mendudukinya. 3. Tujuan-tujuan penilaian kinerja; Tujuan-tujuan penilaian kinerja secara mendasar dapat digolongkan kedalam dua bagian besar yaitu evaluasi dan pengembangan. 4. Sikap para pekerja dan atasan terhadap evaluasi. Dalam menilai kinerja ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu (Rucky, 2004 : 16): a. Sarana dan prasarana; Hal yang perlu diperhatikan kondisi dan kelayakan serta kemampuan semua sarana maupun prasarana fisik yang dimiliki seperti bangunan, lay out, peralatan mesin yang ada. b. Proses kerja atau metode kerja; Bila objek suatu perusahaan adalah manufaktur maka team ini akan terdiri dari para ahli tekhnik industri dan ahli proses produksi. c. Kemampuan sumberdaya manusia; Yaitu kemampuan pegawai dalam mengaplikasikan tugas-tugas mereka secara nyata dilapangan. d. Gairah kerja/ motivasi ; Gairah kerja sangat mempengaruhi kinerja sumberdaya manusia atau perusahaan, untuk itu perlu diperhatikan system imbalan/ penggajian yang mencakup insentif dan bonus serta penilaian prestasi kerja. e. Kualitas bahan baku dan bahan pembantu; Kualitas bahan baku dan bahan pembantu ini hanya berpengaruh pada perusahaan manufaktur saja. 3 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Unsur-unsur yang perlu digunakan dalam mengukur kinerja pegawai adalah : (Simamora, 2001 : 90) 1. Kedisiplinan, adalah menilai disiplin pegawai dalam mematuhi peraturan yang ada dan mengerjakan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan. 2. Tanggung jawab pekerjaan, adalah menilai kesediaan pegawai dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan dan hasil kerjanya. 3. Kejujuran, adalah menilai kejujuran dalam menjalankan tugas-tugasnya. 4. Kemampuan kerjasama, adalah menilai kesediaan pegawai dalam berpartisipasi dan bekerja sama dengan pegawai lain sehingga hasil pekerjaan semakin baik. 5. Kesetiaan, adalah menilai kesetiaan pegawai dalam pekerjaan dan jabatan dalam suatu organisasi. 6. Ketelitian, adalah menilai ketelitian dalam menjalankan penyelesaian pekerjaan. 7. Inisiatif, adalah menilai kemampuan pegawai dalam menciptakan hal-hal baru dalam mensukseskan pekerjaannya. 8. Kecakapan, adalah menilai hasil kerja pegawai baik kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan. 9. Kepemimpinan, adalah menilai kemampuan pegawai untuk memimpin dan memotivasi orang lain untuk bekerja. 2. Rencana Strategis Rencana strategis organisasi adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan. Manfaat Dan Peranan Rencana Strategis : (Mangkunegara, 2009 : 16) 1. Menentukan batasan usaha/bisnis. Memilih fokus bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen. 2. Memberikan arah perusahaan. Menentuan batasan usaha dan arah perusahaan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan. 3. Mengarahkan dan membentuk kultur perusahaan. Rencana strategis menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses interaksi, tawarmenawar, atau komunikasi timbal-balik. 4. Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai. 5. Menjaga fleksibilitas dan stabilitas operasi. 6. Memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan. 4 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Tahap penyusunan Rencana strategis (Mangkunegara, 2009 : 72) 1. 2. 3. 4. Perumusan misi organisasi; Analisis keunggulan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (SWOT); Penentuan arah, sasaran dan strategi; Identifikasi program dan proyeksi keuangan. 3. Kepemimpinan Dunia organisasi kontemporer sangat kompetitif, sensivitas industri teknologi pelayanan yang tinggi dan sistem teknis-sosial yang dinamis, sehingga stake holder dalam konteks ini harus memiliki kompetensi organisasi. Akselerasi perkembangan zaman mutakhir, juga memperkuat stimulasi problematika sosial-kemasyarakatan. Implikasi tersebut sangat luas dan merembes hingga mempengaruhi tidak hanya dari struktur, strategi, budaya, dan sejumlah aktifitas-aktifitas organisasi lainnya. Untuk itu, organisasi kontemporer tidak bisa menapikan penyelesaian masalah masyarakat dan organisasi yang selalu menjadi tujuan pembahasan yang menarik bagi para filosof dan masyarakat umum. Tantangan para filosof untuk meneliti hal yang belum diketahui dan berspekulasi tiada henti. Mereka menetapkan dengan visi dan jangkauan masa depan. Di sisi lain, masyarakat memimpikan sebuah masa depan (dream of future) di mana kebutuhan mereka dapat terjawab. Konsekuensinya, mereka memiliki alasan untuk dilibatkan dan berusaha dengan pihak lain (para filosof dan masyarakat berhadapan tantangan dan masalah baru), dengan setiap generasi baru, sehingga dapat menciptakan kehidupan manusia yang menemukan jalan yang lurus. Akselersasi tantangan zaman mutakhir dengan penuh ketidakaturan (turbulence) dan perubahan lingkungan (changing environment) turut menampilkan profil perubahan organisasi (organizational change), yang secara otomatis membuat organisasi terkini gencar melakukan konsolidasi pengembangan organisasi (organizational development) dan selalu mengimprovisasi kemampuan pembelajaran organsiasi (organizational learning capability) dengan tanpa batas, sehingga penguatan internal lingkungan organisasi tidak bisa luput dari pengembangan sumber daya manusia (human resources development), program-program pelatihan dan pengembangan (training and development) dan formulasi konsep dan konsolidasi strategic organisasi. Kegiatan manusia secara bersama sama selalu membutuhkan “Kepemimpinan”, jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja.Untuk bermacam macam usaha dan kegiatan manusia yang berjuta banyaknya ini memerlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan menyiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu banyak studi dan penelitian yang dilakukan orang mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan 5 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 dan para sarjana telah memberikan berbagai definisi mengenai peminpin dan kepemimpinan dengan menonjolkan satu atau bebarap aspek tertentusesuai dengan ide pencetus definisi tersebut, beserta interpretasinya. (Anief, 2002 : 75) 4. Motivasi Dalam membicarakan masalah motivasi ini memang tidak bisa lepas dari persoalan mengenai tujuan, kebutuhan dan rangsangan (insentif). Ketiga hal tersebut sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang diinginkan oleh setiap orang. Dalam hal ini ada beberapa pengertian motivasi yang dikemukakan oleh para ahli : Motvasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan (Malayu, 2002 : 89). Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu (Stephen, 2008 : 321) Motivasi secara umum di definisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku. Aspek motivasi dibedakan antara aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis. Dalam aspek aktif atau dinamis, motivasi sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang di inginkan. (Gibson, 2008 : 354) D. Metode Penelitian 1. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor Camat Rengat Barat Pematang Reba. Dan waktu perencanaan dalam penelitian ini lebih kurang 3 ( tiga ) bulan. 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan tahunan Kantor Camat Rengat Barat sedangkan sumber data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara dan pengamatan langsung dilokasi penelitian. 3. Populasi dan Sampel Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai kantor camat rengat barat berdasar jenjang eselon yang berjumlah 34 orang, seluruh populasi penulis jadikan sampel penelitian. Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode “sensus” merupakan metode pemilihan sample yang mana 6 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 pemilihan anggota atau responden semua populasi dijadikan sampel penelitian yaitu berjumlah 34 responden. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan tenik Interview yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung pada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini seperti pimpinan dan para karyawan dan kuestioner berupa pengisian angket yang berisi berbagai pertanyaan sehubungan dengan penelitian yang diberikan kepada pegawai kantor camat Rengat Barat berdasarkan jenjang eselon . 5. Analisa Data Penulis mencoba menganalisa data dengan menggunakan metode deskriftif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang sama lalu dibuat tabulasi setelah itu dianalisa berlandaskan teori-teori yang diungkapkan pada telaah pustaka. E. Hasil dan Pembahasan 1. Analisis Kinerja Kinerja merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang dilaksanakan seseorang, baik sebagai individu, maupun sebagai anggota dari suatu kelompok atau organisasi bisnis atau sosial dan pada periode tertentu, hasilnya dapat dinikmati oleh kelompoknya atau institusi tersebut. Berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusianya, 4 karakteristik (4C) kualitas kinerja pegawai yaitu : (1) Tingkat kompetensi (knowledge, skill, abilities dan experience), (2) commitment terhadap organisasi, (3) cost-effectiveness dalam setiap aktivitasnya dan (4) congruence of goals yaitu keselarasan antara pencapaian tujuan pribadi pegawai dengan tujuan organisasi Tabel 1. Tanggapan Responden terhadap Tingkat Kinerja Pegawai Kantor Camat Rengat Barat Tanggapan Responden Bobot Nilai Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik Jumlah 5 4 3 2 1 Jumlah Responden 3 6 11 12 2 34 Sumber : Data Olahan Keterangan : Total Bobot Jumlah responden = Kategori 7 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 98 = 2.88 34 Jumlah Bobot 15 24 33 24 2 98 Dari data olahan pada tabel 3 (tiga) diatas tentang tanggapan responden terhadap tingkat kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat, terlihat bahwa sebanyak 3 tanggapan responden dengan jumlah bobot 15 menyatakan bahwa tingkat kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat adalah sangat baik, 6 orang responden dengan jumlah bobot 24 menyatakan baik, 11 responden dengan jumlah bobot 33 menyatakan cukup baik, 12 responden dengan jumlah bobot 24 menyatakan tidak baik, dan 2 responden dengan bobot 2 yang menyatakan bahwa tingkat kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat sangat tidak baik. Berdasarkan tanggapan responden terhadap tingkat kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 2.88 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 3 adalah baik. 2. Analisis Perencanaan Strategis Rencana strategis adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana organisasi akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan. Tabel 2. Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Perencanaan Strategis (Renstra) pada Kantor Camat Rengat Barat Tanggapan Responden Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik Jumlah Bobot Nilai 5 4 3 2 1 Jumlah Responden 11 9 7 5 2 34 Jumlah Bobot 55 36 21 10 2 124 Sumber : Data Olahan Keterangan : Total Bobot = Kategori Jumlah responden 124 = 3.64 34 Dari data olahan pada tabel 4 (empat) diatas tentang tanggapan responden terhadap pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada kantor Camat Rengat Barat, terlihat bahwa sebanyak 11 tanggapan responden dengan jumlah bobot 33 menyatakan bahwa pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada kantor Camat Rengat Barat adalah sangat baik, 9 orang responden dengan jumlah bobot 36 menyatakan baik, 7 responden dengan jumlah bobot 21 menyatakan cukup baik, 5 responden dengan jumlah bobot 10 menyatakan tidak baik, dan 2 responden dengan bobot 2 yang menyatakan bahwa pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada kantor Camat Rengat Barat sangat tidak baik. 8 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Berdasarkan tanggapan responden terhadap pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.64 dan dibulatkan menjadi 4, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 4 adalah baik. 3. Analisis Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara atau gaya seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Tabel 3. Tanggapan Responden terhadap Kepemimpinan pada Kantor Camat Rengat Barat Tanggapan Responden Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik Jumlah Bobot Nilai 5 4 3 2 1 Jumlah Responden 9 6 12 6 1 34 Jumlah Bobot 45 24 36 12 1 118 Sumber : Data Olahan Keterangan : Total Bobot = Kategori Jumlah responden 118 = 3.47 34 Dari data olahan pada tabel 5 (lima) diatas tentang tanggapan responden terhadap kepemimpinan pada kantor Camat Rengat Barat, terlihat bahwa sebanyak 9 tanggapan responden dengan jumlah bobot 45 menyatakan bahwa kepemimpinan pada kantor Camat Rengat Barat adalah sangat baik, 6 orang responden dengan jumlah bobot 24 menyatakan baik, 12 responden dengan jumlah bobot 36 menyatakan cukup baik, 6 responden dengan jumlah bobot 12 menyatakan tidak baik, dan 1 responden dengan bobot 1 yang menyatakan bahwa kepemimpinan pada kantor Camat Rengat Barat sangat tidak baik. Berdasarkan tanggapan responden terhadap kepemimpinan pada kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.47 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 3 adalah cukup baik. 4. Analisis Motivasi Pada kondisi tertentu, motivasi merupakan sebuah polemik yang tidak pernah bisa terjawab sekalipun oleh orang – orang yang mengerti tentang teori motivasi sekalipun, 9 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 pada setiap saat selalu saja ada orang yang faham teoritis tentang motivasi, namun untuk memberikan motivasi kepada orang lain dirasakan sangat sulit bahkan terkesan di elakkan. Tabel 4. Tanggapan Responden terhadap motivasi pegawai pada Kantor Camat Rengat Barat Tanggapan Responden Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik Jumlah Bobot Nilai 5 4 3 2 1 Jumlah Responden 2 1 4 24 3 34 Jumlah Bobot 10 4 12 48 3 77 Sumber : Data Olahan Keterangan : Total Bobot = Kategori Jumlah responden 77 = 2.26 34 Dari data olahan pada tabel 6 (lima) diatas tentang tanggapan responden terhadap motivasi pegawai kantor Camat Rengat Barat, terlihat bahwa sebanyak 2 tanggapan responden dengan jumlah bobot 10 menyatakan bahwa motivasi pegawai kantor Camat Rengat Barat adalah sangat baik, 1 orang responden dengan jumlah bobot 4 menyatakan baik, 4 responden dengan jumlah bobot 12 menyatakan cukup baik, 24 responden dengan jumlah bobot 48 menyatakan tidak baik, dan 3 responden dengan bobot 3 yang menyatakan bahwa motivasi pegawai kantor Camat Rengat Barat sangat tidak baik. Berdasarkan tanggapan responden terhadap motivasi pegawai kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan tidak baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 2.26 dan dibulatkan menjadi 2, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 2 adalah tidak baik. F. Simpulan 1. Berdasarkan tanggapan responden terhadap tingkat kinerja pegawai kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 2.88 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 3 adalah baik. 2. Berdasarkan tanggapan responden terhadap pelaksanaan perencanaan strategis (Renstra) pada kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.64 dan dibulatkan menjadi 4, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 4 adalah baik. 3. Berdasarkan tanggapan responden terhadap kepemimpinan pada kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan cukup baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara 10 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 3.47 dan dibulatkan menjadi 3, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 3 adalah cukup baik 4. Berdasarkan tanggapan responden terhadap motivasi pegawai kantor Camat Rengat Barat dapat dikategorikan tidak baik, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 2.26 dan dibulatkan menjadi 2, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 2 adalah tidak baik G. Saran 1. Kegiatan operasional dan pengadministrasian yang telah tertata pada tiap hari kerja pada kantor Camat Rengat Barat serta koordinasi antar lini yang merupakan perwujudan kerjasama dan solidaritas harus tetap dijaga dan ditingkatkan, sehingga tingkat pelayanan masyarakat pada kantor Camat Rengat Barat selalu tepat sasaran tanpa membedakan golongan masyarakat yang sedang dilayani. 2. Tanggung jawab yang ditunjukkan oleh pegawai kantor Camat Rengat Barat dalam pelaksanaan perencanaan strategis harus dipertahan kan atau bahkan jika dapat ditingkatkan agar dapat menjadi acuan pelaksanaan renstra oleh kecamatan lain dalam lingkup kabupaten Indragir Hulu. Sebagai sebuah kecamatan muda, Rengat Barat telah menunjukkan bergbagai pencapaian hasil yang baik dibanding kecamatan yang lainnya. 3. Peran kepemimpinan yang ditunjukkan pada kantor Camat Rengat Barat yang sudah cukup baik, karena pimpinan sudah dapat membaur dengan bawahan dan ada kalanya pimpinan menyempatkan diri untuk mengucapkan hal – hal yang dianggap orang hanya hal sepele seperti selamat ulang tahun dan sejenisnya, ini wajib dicontoh dan ditingkatkan kepada arah social capiltal atau modal sosial agar hubungan antara pimpinan dengan kepemimpinannya dan para bawahan dapat terjalin sebuah kebersamaan guna kepentingan organisasi dalam jangka panjang. 4. Namun sayangnya, karena kondisi pekerjaan yang sudah memberikan jaminan hari tua kepada para pegawai, mengakibatkan motivasi mereka dalam bekerja sangat kurang. Mereka cenderung mengerjakan pekerjaan hanya standar atau bahkan kurang dari standar yang ditetapkan, andai saja mereka memiliki bawahan, maka seluruh pekerjaan akan dilimpahkan pengerjaannya kepada para bawahan. Kondisi ini apabila terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kantor Camat Rengat Barat, oleh karena itulah hendaknya para pegawai lebih memotivasi dirinya untuk bekerja lebih giat sesuai dengan Tupoksi masing – masing. H. DAFTAR PUSTAKA 1. Anief, 2002, Kepemimpinan dan Keputusan strategis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 2. Gibson, 2008, Kompensasi dan motivasi kerja. Gramedia Pustaka utama. Jakarta 3. Hasibuan, Malayu, 2004, Manajemen Sumber Daya manusia. Elex Media Komputindo. Jakarta 4. Iksan, 2009, Perumusan Rencana Strategis. Gramedia Pustaka utama. Jakarta 11 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 5. Mangkunegara, Anwar, Prabu, 2009, Perencanaan Strategis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 6. Michael, 2008, Azas – azas motivasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 7. Muchdarsyah, 2001, Kompensasi dan Motivasi. Edisi Revisi. BPFE – UGM. Jogyakarta 8. Mursyid, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. PN Balai Pustaka. Jakarta 9. Ranupandoyo, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta 10. Robert, 2003, Manajemen pencapaian sasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta 11. Rucky, 2004, Manajemen Kinerja. Pusara. Jakarta 12. Sarwoto, 2000, Motivasi dan kegairahan kerja. Ghalia Indonesia. Jakarta 13. Siagian, Sondang, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia. Grmedia Pustaka utama. Jakarta 14. Simmamora, 2001, Pengukuran kinetja. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 15. Singarimbun, 2009, Dasar – dasar teori motivasi. PT. Elex media Komputindo. Jakarta 16. Stanton, 2002, Manajemen Pemasaran Modern. Ghalia Indonesia. Jakarta 17. Stephen, 2008, Motivasi Kerja Karyawan. Medan Buku. Bandung 18. Suganda, Arma, 2001, Seri motivasi diri Gramedia Pustaka utama. Jakarta 19. Sutarto, 2009, Motivasi statis Penerbit buku Mandar Maju. Bandung 20. Whittaker, 2003, Elemen kunci pengukuran kinerja. BPFE – UGM. Jogyakarta 12 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 ANALISIS PENJUALAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN SOLAR PADA SPBU DODI NEVELDY RENGAT ABSTRAK OLEH : WARNADI, SE.MSi Penelitian ini di laksanakan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat yg beralamat di jalan SMA Danau raja Rengat yg berlangsung pada bulan maret-april 2016. Penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan penjualan bahan bakar premium dan solar tidak sesuai dengan permintaan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat serta untuk mencari alternative yg dapat dikembangkan dalam mengatasi masalah sesuai dengan permintaan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat Dalam penelitian ini jenis data yang dipergunakan terdiri dari data primer dan skunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuessioner.Adapun dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik Sensus dimana seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah sebanyak 99 responden, yakni dengan membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu untuk selanjutnya diajukan kepada responden. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tidak sesuai nya dengan permintaan adalah kondisi minimnya BBM besubsidi dan pembatasan kuata yang mengakibat kan adanya antrean panajang kendaraan yang akan mengisi BBM pada SPBU Dodi Neveldy Rengat maka pihak SPBU Dodi Neveldy Rengat agar meningkatkan kerjasam dengan aparat terkait untuk mengaman kan persediaan BBM bersubsidi kepada masyarkat. Dan meminta Pertamina untuk memonotoring stok BBM bersubsidi disetiap SPBU di INHU . Kata Kunci : Penjualan, Bahan Bakar, SPBU 13 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Pemerintah memberikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk membantu kegiatan ekonomi rakyatnya. Hal ini dikarenakan masih besarnyaketergantungan sektor ekonomi rakyat terhadap BBM. Karena besarnya subsidiyang diberikan pemerintah kepada bahan bakar minyak, sehingga pemerintahharus mengeluarkan dana APBN lebih besar lagi seiring meningkatnya hargaminyak dunia, oleh sebab itu pemerintah beserta DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap seperti tertuang pada UU No.25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas).Beban subsidi BBM bagi pemerintah sangat berat Masuknya para kapitalis menguasai bisnis, asset, juga sumberdaya di dunia ketiga tidak hanya terjadi pada bisnis minyak dan sumberdaya alam saja, tapi juga bisnis pers. Rupert Murdoch misalnya, mulai masuk di bisnis pers. Implikasinya, akan banyak pers cetak maupun elektronik yang akan melakukan phk pada karyawannya. Selain itu, suara Koran akan lebih sebagai suara bisnis. Untuk melihat jumlah waktu order terhadap permintaan premium pada SPBU Dodi Neveldy Rengat dapat kita lihat dibawah ini : Untuk melihat jumlah target dan realisasi premium dan solar pada tahun 2007-2011 di SPBU Dodi Neveldy Rengat dapat kita lihat dibawah ini : Tabel 1 :Kebutuhan target Dan Realisasi Premium Dan Solar Pada SPBU Dodi Neveldy Rengat Dari Tahun 2012-2016 No Tahun 1 2 3 4 5 2012 2013 2004 2015 2016 Target Kebutuhan Premium dan solar 20.160.000 165.60.000 20.880.000 20.880.000 25.200.000 Realisasi Premium dan Solar yang datang 12.960.000 14.400.000 15.840.000 14.400.000 20.160.000 Persense (%) 74,20 92,99 72,41 73,75 8 Sumber : SPBU Dodi Neveldy Rengat Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada Tahun 2012 jumlah target yang ditetap kan sebanyak 20.160.0000L dan terealisasi sebanyak 14.960.000L dengan pecapaian target sebesar 74.20 %. Sedangkan pada tahun 2013 target yang ditetapkan SPBU Dodi Neveldy Rengat sebanyak 165.60.000L dan hanya terealisasi sebanyak 15.400.000L atau pencapainya sebesar 92.99%. Untuk tahun 2014 dan 2015 targetnya masing masing sebasar 20.880.000 sedangkan realisasinya hanya sebesar 15.120.000 dan 15.400.000L dengan pencapaian sebesar 72.41% dan 73,75%. Sedangkan tahun 2016 jumlah target yang ditetapkan sebanyak 25.500.000L dan realisasi nya sebanyak 20.160.000L dengan pencapain sebesar 8% 14 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 B. Perumusan Masalah Faktor – faktoer apa yang menyebabkan penjualan Bahan Bakar Premium dan solar tidak sesuai dengan permintaan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat. C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor- faktor apa yang menyebab kan penjualan bahan bakar premium tidak sesuai dengan permintaan pada SPBU Dody Neveldy Rengat D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Persediaan Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. (Sofjan Assauri 2004: 169) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu , atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. (Freddy Rangkuty 2004:1) Sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system keuangan dan perbankan suatu NegaraSystem pembayaran adalah suatu sistem yng mencakup pengaturan, kontrak / perjanjian,fasilitas operasional dan mekanisne tehnik yang digunakn untuk penympaian,penges ahan dan penerimaan instruksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaranr melalui pertukaran“nilai” antar perorangan, bank dan lembaga lainya baik domestik maupun Cross border “antar Negara”.d a l a m pelaksanaan diperlukan adanya komponen system pembayaran yang memadai antara lain : 1. Institusi atau lembaga yang menyediakan jasa pembayaran 2. Instrumen yang digunakan dalam system pembayarn yang mengatur hak dan kewajibankeuangan serta pembayaran. Quota adalah nilai batas yang ditetapkan untuk mengelola akses ke sumber daya sistem dan jaringan atau jumlah penyimpanan yang digunakan oleh User atau Group tertentu. Disk quota bisa diterapakan per user atau per group. jika diterapkan per user maka quota yang diterapkan mutlak milik user tersebut. misal : user Ical memiliki disk quota 5 MB, maka total 5MB tersebut adalah mutlak milik user Ical. jika disk quota diterapkan per group maka kapasitas yang ditetapkan adalah milik bersama group tersebut. misal : user Ical dan RedHat adalah anggota group Linux’s. Jika group Linux’s diberi quota sebesar 10 MB maka kapasitas tersebut adalah milik user Ical 15 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 dan RedHat. Jadi misalkan user Ical menggunakan sebanyak 6MB maka masih terdapat 4MB untuk digunakan oleh user RedHat. E. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat Kabupaten Indragiri Hulu 2. Populasi dan Sampel a. Popilasi Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang konsumen pada SPBU Dodi Neveldy Rengat serta 10 orang Karyawan SPBU Dodi Neveldy Rengat b. Sampel Karena jumlah populasi dalam penelitian ini tidak terlalau besar maka peneliti melakukan pengambilan sampel secara Sensus yaitu, dalam hal ini seluruh populasi di jadikan sampel 3. Jenis dan sumber data a. Data primer Yaitu data yang belum di olah, diperoleh langsung dari objek penelitian seperti yang didapat dari jawaban responden melalui wawancara langsung dan quisioner. b. 4. Teknik Pengumpulan Data . a. Interview yaitu melakukan wawancara secara langsung kapada Pimmpinan dan beberapa Karyawan pada SPBU Dodi Neveldy Rengat b. 5. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh penulis dari SPBU Dodi Neveldy Rengat Quisiner, yaitu pengumpulan data dengan memebuat daftar pertanyaan terlebih dahulu dan selanjut nya disebar kan kepada objek penelitian guna mendapat kan informasi yang lebih baik. Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu, data-data yang di peroleh ditabulasi kemudian untuk di analisis,diuraikan dan dijelaskan serta di korelasikan dengan bebagai teori-teori yang ada kaitan nya dengan pembahasan untuk kemudian di ambil suatu kesimpulan. 16 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 F. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Persediaan Dapat dijelaskan bahwa persediaan BBM yang ad di SPBU Dodi Neveldy Rengat responden menyatakan tidak baik dengan pombobotan nilai yakni 1,40 yang dibulatkan menjadi 1. Responden yang menyatakan tidak baik karena dalam persediaan yang ada diSPBU Dodi Neveldy Rengat masih belum memenuhi kebutuhan Konsumen Persediaan bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan solar di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) , KAB INHU, dalam kondisi minim, sehingga operasional tidak maksimal karena cepat habis terjual.Salah seorang petugas SPBU, mengatakan, pasokan bahan bakar minyak baik jenis premium maupun solar ke tempatnya bekerja sejak beberapa pekan lalu memang telah dikurangi."Biasanya setiap hari pasokan premium dan solar dari Pertamina masing-masing dua tangki kapasitas 16 ribu liter, tetapi sekarang hanya satu tangki," kata dia. Menurut dia, pasokan bahan bakar minyak (BBM) yang minim ke SPBU itu, mengakibatkan jam kerjanya tidak maksimal seperti jam operasional Biasanya lima unit pompa beroperasi dari pagi hingga malam hari, kini hanya satu unit yang beroperasi melayani masyarakat hingga malam, sedangkan yang lainnya sudah tutup sejak sore hari karena stok bahanbakarnya sudah habis. Kondisi minim persediaan BBM bersubsidi itu, tidak tahu sampai kapan, namun dia berharap pasokan dapat normal kembali. Tanpa pasokan yang normal, dapat berakibat adanya antrean panjang kendaraan yang akan mengisi bahan bakar yang terus terjadi dan membuat para petugas SPBU itu tidak bisa lebih santai bekerja, ujar dia lagi. Selain di Rengat, minimnya pasokan bahan bakar bersubsidi itu juga banyak terjadi di daerah lain nya seperti Sumatera Selatan dan Palembang Akibat kesulitan mendapatkan bahan bakar tersebut, aktivitas masyarakat menjadi terganggu karena harus kehilangan waktu hingga tiga jam lebih hanya untuk mengisi bahan bakar di tangki kendaraan masing-masing. Pertamina beralasan kelangkaan BBM kali ini disebabkan adanya libur panjang akhir tahun dan masih terdapatnya kendala dalam aplikasi sistem baru pengadaan BBM secara online. Dari sisi supply kendala utama adalah ketersediaan minyak mentah -Crude oilyang akan diolah oleh kilang Pertamina menjadi BBM. Saat ini dari 6 kilang Pertamina yang beroperasi -Satu kilang di Pangkalan Brandan telah ditutup- mampu mengolah minyak mentah lebih kurang 1 juta barrel perhari dari kebutuhan BBM 1,5 juta barrel perhari, sehingga sekitar 400.000-500.000 barrel harus diimpor baik dalam bentuk minyak mentah maupun BBM dengan harga internasional. Dengan terjadinya penurunan produksi minyak mentah dan terbatasnya impor dari sisi Supply serta semakin bertambahnya konsumsi BBM dari sisi Demand maka terjadilah tarik menarik antara Supply dan Demand. Tetapi karena harga telah dipatok oleh Pemerintah maka tarik menarik Supply - Demand ini akan mengakibatkan terjadinya distorsi pada distribusi seperti terjadinya penyelundupan, pengoplosan dan penimbunan BBM karena di samping motif cari untung juga karena kekhawatiran masyarakat tidak mendapatkan BBM yang tentunya hal ini akan mengakibatkan terjadinya kelangkaan BBM di beberapa tempat. 17 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Kelangkaan BBM di sejumlah daerah mengakibatkan beberapa SPBU tutup. Kelangkaan terjadi akibat adanya pengurangan pasokan dari Pertamina. Pada saat langka, rata-rata SPBU menjual bensin hanya tiga sampai empat jam, Antrean tampak semrawut karena pengendara saling berebut untuk segera dilayani. Akibat kelangkaan, sekarang harga bensin di tingkat pengecer melambung tinggi. 2. Sistim pembayaran Dapat dijelaskan bahwa persediaan BBM yang ad di SPBU Dodi Neveldy Rengat responden menyatakan cukup baik dengan pombobotan nilai yakni 1,61 yang dibulatkan menjadi 2. Responden yang menyatakan cukup baik karena dalam sistim pembayran yang dilakukan oleh SPBU Dodi Nevedy Rengat mudah dan praktis. 3. Quota Dapat dijelaskan bahwa persediaan BBM yang ad di SPBU Dodi Neveldy Rengat responden menyatakan cukup baik dengan pombobotan nilai yakni 2,13 yang dibulatkan menjadi 2. Responden yang menyatakan cukup baik karena dalam pembatasan quata yang dilakukan pemerintah adalah suatu kebijakan yang tepat untuk mengatasi BBM bersubsidi G. Simpulan 1. Persediaan Kondisi minim persediaan BBM bersubsidi itu, tidak tahu sampai kapan, namun dia berharap pasokan dapat normal kembali. Tanpa pasokan yang normal, dapat berakibat adanya antrean panjang kendaraan yang akan mengisi bahan bakar yang terus terjadi dan membuat para petugas SPBU itu tidak bisa lebih santai bekerja, ujar dia lagi. Selain di Rengat, minimnya pasokan bahan bakar bersubsidi itu juga banyak terjadi di daerah lain nya seperti Sumatera Selatan dan Palembang Akibat kesulitan mendapatkan bahan bakar tersebut, aktivitas masyarakat menjadi terganggu karena harus kehilangan waktu hingga tiga jam lebih hanya untuk mengisi bahan bakar di tangki kendaraan masingmasing. 2. Sistem Pembayaran Sistim pembayaran yang dilakukan SPBU Dodi Neveldy rengat untuk pemesanan bahan bakar minyak dilakukan dengan cara langsung pada shift pertama , dengan pembayaran dilaukan dengan cara autodebet (hanya sebagai catatan) dilakukan atas perjanjian antara SPBU Dodi Neveldi Rengat dengan depot Pertamina sehingga pada jenis SPBU yang lain memungkin kan pembayaran secara tunai ditempat tujuan atau pembyaran langsung kedepot pertamina. Besar nya kebutuhan bahan bakar yang di pesan, dikonfirmasi pertama melalui hubungan telekomunikasi yang dalam hal ini telpon, dan dikonfirmasi ulang pada saat kedatangan bahan bakar, apabila terjadi kekurangan maka pihak depot pertamina akan mengirim lagi pasokannya 3. Pembatasan Quata Pihak PT Pertamina wilayah Riau menyatakan bahwa pembatasan kuota dan distribusi BBM bersubsidi jenis premium dan solar itu, merupakan kebijakan pemerintah yang harus dijalankan oleh perusahaan minyak nasional itu Saat ini, selain dilakukan 18 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 penjatahan sesuai kuota BBM bersubsidi, pengelola SPBU juga dilarang melayani pembelian BBM subsidi menggunakan jerigen. Bagi konsumen yang ingin membeli BBM bersubsidi menggunakan jerigen, diminta untuk membeli jenis BBM non subsidi, seperti pertamax, bukan bensin/premium bersubsidi seperti biasanya. H. Saran 1. 2. 3. Pihak SPBU Dodi Neveldy Rengat agar meningkatkan kerjasama dengan aparat terkait untuk mengamankan persediaan dan suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi kepada masyarakat, sehubungan masih ramainya antrean di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) kendati pemerintah membatalkan rencana menaikan harga BBM bersubsidi, 1 April 2012. SPBU Dodi Neveldy Rengat harus dapat mengikuti perkembangan teknologi termasuk dalam sistem pembayaran yang digunakan, karena teknologi dapat mempermudah perusahaan untuk melakukan aktivitas nya secara efektif dan efisien. Pertamina memonitoring ketersediaan stok BBM bersubsidi di setiap SPBU di INHU. Sistem ini juga mengantisipasi konsumsi BBM yang melebihi kondisi normal akibatdistribusi yang tidak tepatsasaran. Pertamina, menyediakan bahan bakar khusus (BBK) dalam hal ini pertamax bagi masyarakat yang kesulitan mendapatkan premium. “Kita menghimbau dan mengajak masyarakat yang punya kendaraandengan RON diatas 90 agar gunakan pertamax.Ini untuk mendukung penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran,” I. DAFTAR PUSTAKA 1. Assauri,Sofyan, 2005 ,manajemen Pemasaran dasar,konsep dan strategi, Alfabeta Bandung 2. Bambang. 2002. Manajemen Produksi. BDFE: Yogyakarta 3. http://waktu.org/definisi-pengertian-waktu-blog spot.com/2010 4. Buchari,alam, 2005 ,manajemen Pemasaran dan Pemasarn jasa, Alfabeta Bandung. 5. Gitosudarmo Indriyo, 2000, Manajemen Penjualan, Edisi Pertama BPFE, Yogyakarta. 6. Kamaludin, Rustian, 2002, manajemen Koperasi,Raja wali, Jakarta. 7. Kolter philip,2002. Manajemen Penjualan,Edisi Milenium I, Penerbit Prenalindo, Jakarta 8. Kotler philip, Am strong Gary,2003, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan, Jilid I PT. Index 9. Kotler philip, Am strong Gary,2003, Principal of Marketing,( Terjemahan dari Alexander Sindoro ) Prentice – Hall : New Jersey 10. Swastha Basu, 2003,manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty Yogyakarta 11. Siregar Mutarudin,Drs,2004,Beberapa Maslah Ekonomi Pengangkutan, FEUI, Jakarta. 12. Sudjatmiko, Drs, FDC,2001, Pelayanan, Edisi Ketiga, Akademi Presindo, Jakarta. 13. Ratminto,2008,Manajemen Pelayan, Cetakan V, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 14. Tjiptono, Fandy,2006, Mnajemen Jasa, Andy, Yogyakartaz 19 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 15. Umar, Husein,2004,Pemasaran dan Perilaku Konsumen, FEUI, Jakarta 16. Sutermeister. R. A. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen., Erlangga: Jakarta 20 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 TINJAUAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA (STUDI KASUS MAHASISWA SEMESTER V SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI RENGAT TAHUN AKADEMIK 2016/2017) Oleh : Syafrizal [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan (1 Semester). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tindak pidana korupsi di Indonesia bisa diberantas atau tidak, berdasarkan persepsi dan tinjauan teoritis dari mahasiswa semester V Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat tahun akademik 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester V Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat tahun Akademik 2016/2017, yang berjumlah 338 orang. Karna jumlah populasi melebihi 100 orang, maka peneliti menurunkan jumlah sampel dengan menggunakan rumus slovin, dan didapatlah jumlah sampel sebanyak 77 orang mahasiswa. Adapun metode penarikan sampel digunakan Accidental random sampling, dimana sampel yang peneliti ambil hanya yang kebetulan peneliti temui secara insidentil saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 77 sampel mahasiswa yang digunakan, 53 sampel mengatakan bahwa korupsi bias diberantas di Indonesia, sedangkan sisanya 24 sampel mengatakan bahwa korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas. Hal tersebut belum menjadi rerata final bahwa lebih banyak sampel yang mengatakan bahwa korupsi bisa diberantas. Peneliti selanjutnya melakukan analisis dan tinjauan mendalam kepada 3 indikator keberhasilan pemberantasan korupsi, yaitu : 1) peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi, 2) penegakan supremasi hukum, 3) independensi Komisi Pemberantasan Korupsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa pesimisme pemberantasan korupsi jika 3 indikator tersebut diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kata Kunci : Pemberantasan Korupsi, Mahasiswa Semester V, STIE Indragiri 21 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Masalah Perang terhadap korupsi merupakan fokus yang sangat signifikan dalam suatu negara berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Salah satu unsur yang sangat penting dari penegakan hukumdalam suatu negara adalah perang terhadap korupsi, karena korupsi merupakan penyakit kanker yang imun, meluas, permanen dan merusak semua sendikehidupan berbangsa dan bernegara termasuk perekonomian serta penataan ruangwilayah, Di Indonesia korupsi dikenal dengan istilah KKN singkatan dari korupsi,kolusi dan nepotisme. Korupsi sudah menjadi wabah penyakit yang menular disetiap aparat negara dari tingkat yang paling rendah hingga tingkatan yang palingtinggi. Berdasakan laporan tahunan dari lembaga internasional ternama, Politicaland Economic Risk Consultancy (PERC) yang bermarkas di Hongkong, Indonesia adalah negara yang terkorup nomor tiga di dunia dalam hasil surveinya tahun 2001 bersama dengan Uganda. Indonesia juga terkorup nomor 4 pada tahun 2002 bersama dengan Kenya. Sedangkan Pada tahun 2005 PERC mengemukakan bahwa Indonesia masih menjadi negara terkorup di dunia. Korupsi di Indonesia bukanlah hal yang baru dan menjadi endemik yang sangat lama semenjak pemerintahan Suharto dari tahun 1965 hingga tahun 1997. Penyebab utamanya karena gaji pegawai negeri dibawah standar hidup sehari-haridan sistem pengawasan yang lemah. Secara sistematik telah diciptakan suatu kondisi, baik disadari atau tidak dimana gaji satu bulan hanya cukup untuk satuatau dua minggu. Disamping lemahnya sistem pengawasan yang ada memberi kesempatan untuk melakukan korupsi. Sehingga hal ini mendorong para pegawai negeri untuk mencari tambahan dengan memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan pribadi walau dengan cara melawan hukum. Menurut Bank Dunia bahwa korupsi di Indonesia terjadi dimana-mana di berbagai level golongan pegawai negeri sipil, tentara, polisi dan politisi bahkan sudah melanda beberapa kelembagaan seperti Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang seharusnya bertugas untuk memberantas korupsi. (Irrahmania, 2011 : 1-2) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat (yang selanjutnya disingkat STIE Indragiri) merupakan lembaga pendidikan tinggi formal dibawah pengelolaan Yayasan Pendidikan Indragiri Kabupaten Indragiri Hulu. STIE Indragiri telah mengadopsi materi perkuliahan berdasarkan kebutuhan serta anjuran, baik dari Kopertis Wilayah X maupun Dirjen Dikti. Pada tahun 2012, STIE Indragiri melakukan perubahan kurikulum dengan memasukkan mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi kedalam kurikulum pembelajaran. Salah satu pengembangan mata ajar tersebut adalah dilaksanakannya penelitian, yang diawali dari mahasiswa STIE Indragiri itu sendiri, sebagai langkah dan isu strategis, maka peneliti menarik sebuah tema “pemberantasan Korupsi”. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Korupsi di Indonesia Bisa diberantas ? 2. Bagaimana seharusnya pemberantasan korupsi di Indonesia ? 22 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 C. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. untuk mengetahui apakah korupsi di Indonesia bisa diberantas, berdasarkan persepsi dan tinjauan teoritis mahasiswa semester V STIE Indragiri tahun akademik 2016/2017. 2. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya pemberantasan korupsi di Indonesia menuju Indonesia bebas Korupsi. Manfaat penelitian : 1. Sebagai pengembangan bahan ajar 2. Sebagai referensi bagi peneliti lain 3. Sebagai rujukan pemberantasan korupsi di Indonesia D. Kajian Kepustakaan 1. Definisi Korupsi Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin “corruptio” atau “corruptus” “corruptio” dari kata “corrumpere”, dan “corruption, corrupt” (inggris), “corruption” (perancis) dan “corruptie/korruptie” (belanda). Arti kata korupsi tersebut adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Di Malaysia dipakai kata “resuah” dari bahasa Arab “risywah”, menurut Kamus umum Arab-Indonesia artinya korupsi. Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini termasuk dosa. (Dikti, 2012) Perbuatan Korupsi menyangkut (Dikti, 2012) : 1) Sesuatu yang bersifat amoral, 2) Sifat dan keadaan yang busuk, 3) Menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, 4) Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, 5) Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Menurut UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001, pelaku korupsi (koruptor) didefinisikan sebagai setiap orang yang secara sadar melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri/orang lain/suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara. 2. Pemberantasan Korupsi Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upayaupaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN. 23 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-sia, antara lain sebagai berikut : (Solikha, 2015) a. b. c. d. Upaya pencegahan (preventif). Upaya penindakan (kuratif). Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Upaya Pencegahan (Preventif) a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama. b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis. c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung jawab yang tinggi. d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua. e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi. f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien. g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok. h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya. Upaya Penindakan (Kuratif) Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK : (Solikha, 2015) a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004). b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian. c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta (2004). d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004). e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004). f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005). g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005). h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo. i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004). 24 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005). Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik. b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh. c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional. d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya. e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi. b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, Indonesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi. 25 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 E. Metode Penelitian a. Objek penelitian adalah mahasiswa semester V STIE Indragiri Rengat. b. Jumlah Populasi berjumlah 327 mahasiswa c. Sampel dalam penelitian ini diturunkan dengan menggunakan rumus slovin, dan didapat hasil 97 sampel. n = 338/1+3,38(10%)2 = 338/4,38 = 77,16 dibulatkan menjadi 77 d. Metode penarikan sampel penelitian ini menggunakan metode accidental random sampling F. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 77 sampel mahasiswa yang digunakan, 53 sampel mengatakan bahwa korupsi bisa diberantas di Indonesia, sedangkan sisanya 24 sampel mengatakan bahwa korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas. Tabel 1. Tanggapan mahasiswa semester V STIE Indragiri terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia Komponen Pertanyaan Jawaban Jumlah Tanggapan Apakah korupsi di Bisa Indonesia bisa diberantas Tidak Bisa ? 53 24 Jumlah 77 Sumber : Data olahan Hal tersebut belum menjadi rerata final bahwa lebih banyak sampel yang mengatakan bahwa korupsi bisa diberantas. Peneliti selanjutnya melakukan analisis dan tinjauan mendalam kepada 3 indikator keberhasilan pemberantasan korupsi, yaitu : 1) Peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi, Tabel 2. Tanggapan mahasiswa Semester V STIE Indragiri terhadap peran serta masyarakat dalam pemberantasan Korupsi di Indonesia No Kategori 1 Sangat Berperan 2 Berperan 3 Cukup Berperan 4 Tidak Berperan 5 Sangat Tidak Berperan Jumlah Rerata Skor 5 4 3 2 1 Sumber : Data Olahan 26 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Jml Responden Bobot 1 5 1 4 3 6 39 78 33 33 77 126 126/77 = 1,63 Berdasarkan rerata yang diperoleh dari tabel 2 diatas, diperoleh 1,63 dan termasuk pada kategori tidak berperan, yang artinya pada persepsi mahasiswa mengatakan bahwa masyarakat tidak berperan dalam pemberantasan korupsi. Hal tersebut sangat berdasar, mengingat masyarakat terkesan acuh dan apatis terhadap kasus – kasus korupsi yang terjadi di Negeri ini. 2) penegakan supremasi hukum, Tabel 3. Tanggapan mahasiswa semester V STIE Indragiri terhadap Penegakan Supremasi Hukum di Indonesia dalam menangani kasus Korupsi No Kategori 1 Sangat Berperan 2 Berperan 3 Cukup Berperan 4 Tidak Berperan 5 Sangat Tidak Berperan Jumlah Rerata Sumber : Data Olahan Skor 5 4 3 2 1 Jml Responden Bobot 2 10 2 8 9 27 29 58 35 35 77 138 138/77 = 1,79 Berdasarkan data pada tabel 3 diatas terlihat bahwa rerata tanggapan mahasiswa terhadap penegakan supremasi hukum di Indonesia ada pada rerata 1,79 atau masuk kedalam kategiori tidak berperan. Jadi menurut tanggapan responden bahwa supremasi penegakan hukum di Indonesia tidak berperan dalam pemberantasan korupsi. Sangat jelas terlihat bahwa saat ini masih ada oknum yang kebal terhadap hukum, masih belum adilnya putusan peradilan, ibarat mata pisau yang tajam sebelah. Namun kedepan diharapkan bahwa penegakan supremasi hukum di Indonesia dapat memberikan kontribusi dalam pemberantasan korupsi di Republik ini. 3) Independensi Komisi Pemberantasan Korupsi, Tabel 4. Tanggapan mahasiswa terhadap semester V STIE Indragiri independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menangani kasus Korupsi No Kategori 1 Sangat Berperan 2 Berperan 3 Cukup Berperan 4 Tidak Berperan 5 Sangat Tidak Berperan Jumlah Rerata Sumber : Data Olahan Skor 5 4 3 2 1 Jml Responden Bobot 73 365 3 12 1 3 77 380 380/77 = 4,93 Berdasarkan data pada tabel 4 diatas tentang tanggapan mahasiswa terhadap independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menangani kasus korupsi, didapat rerata 4,93 yang berada pada kategori jawaban sangat berperan. Independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam memberantas korupsi di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh kalangan, independensi KPK ini diharapkan tidak di intervensi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Independensi ini diharapkan terbentuk mulai dari proses perekrutan anggota KPK itu sendiri hingga tunjangan pekerjaan yang 27 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 memadai sehingga dapat membuat para anggota KPK hanya fokus kepada pemberantasan Korupsi di Republik ini. G. Simpulan 1. Dari 77 sampel dalam penelitian ini, 53 sampel mengatakan kalau korupsi di Indonesia bisa diberantas, sedangkan sisanya 24 sampel mengatakan kalua korupsi di Indonesia tidak bias diberantas. 2. Berdasarkan rerata yang diperoleh dari tabel 2 dalam penelitian ini, diperoleh 1,63 dan termasuk pada kategori tidak berperan, yang artinya pada persepsi mahasiswa mengatakan bahwa masyarakat tidak berperan dalam pemberantasan korupsi. Hal tersebut sangat berdasar, mengingat masyarakat terkesan acuh dan apatis terhadap kasus – kasus korupsi yang terjadi di Negeri ini. 3. Berdasarkan data pada tabel 3 dalam penelitian ini terlihat bahwa rerata tanggapan mahasiswa terhadap penegakan supremasi hukum di Indonesia ada pada rerata 1,79 atau masuk kedalam kategiori tidak berperan. Jadi menurut tanggapan responden bahwa supremasi penegakan hukum di Indonesia tidak berperan dalam pemberantasan korupsi. Sangat jelas terlihat bahwa saat ini masih ada oknum yang kebal terhadap hukum, masih belum adilnya putusan peradilan, ibarat mata pisau yang tajam sebelah. 4. Berdasarkan data pada tabel 4 dalam penelitian ini tentang tanggapan mahasiswa terhadap independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menangani kasus korupsi, didapat rerata 4,93 yang berada pada kategori jawaban sangat berperan. Independensi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam memberantas korupsi di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh kalangan, independensi KPK ini diharapkan tidak di intervensi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. H. Saran 1. Seluruh lapisan masyarakat hendaknya optimis dengan pemberantasan korupsi di Indonesia yang menjadi sugesti positif bagi para penegak hokum untuk menegakkan hokum setegak – tegaknya. 2. Peran serta masyarakat sangat diharapkan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, sosialisasi kepada masyarakat tentang dampak korupsi harus digencarkan lagi. 3. Penegakan hokum di Indonesia tidak boleh berat sebelah, tidak boleh pandang bulu, harus adil seadil – adilnya. 4. Diharapkan kepada pemerintah untuk membuat KPK menjadi lembaga independen yang tidak dapat di Intervensi (super power) oleh pihak manapun, agar tekad pemberantasan korupsi di Indonesia dapat diwujudkan. 28 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 I. Daftar Pustaka 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) 2012, Buku Ajar Pendidikan Anti Korupsi 2. http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsidi.html 3. Irrahmania, Diesa, 2011, Strategi pemberantasan korupsi di Indonesia, Sekolah Tinggi Manajemen informatika dan Komputer, AMIKOM, Jogyakarta 4. UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 29 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 PENGARUH BENTUK ORGANISASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA PT. AJIWIJAYA INTI MAKMUR PEKANBARU ABSTRAK OLEH : AGUS SUPRIYADI,,SE.MSi Penelitian ini dilakukan pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru, penelitian ini penulis menitik beratkan hanya pada bidang biro penyaluran jasa saja.Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 6 (Enam) bulan terhitung bulan Maret 2016 sampai dengan September 2016. Objek penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur.. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan tentang bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur. Dari hasil penelitian dengan persamaan regresinya dari data SPSS di ketahui bahwa konstanta (a) adalah 1,128. dan koefisien X1 (b1) adalah 0,381 dan koefisien X2 (b2) adalah 0,335. dengan persamaan regresi berganda adalah Y = 1,128 +0,381 X1 +0,335 X2 Artinya : a= jika bentuk organisasi dan komunikasi sama dengan Nol (0) maka besarnya nilai pengendalian manajemen sama dengan 1,128. b1= jika terjadi peningkatan 1 satuan pada bentuk organisasi maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,381. dan b2 = jika terjadi peningkatan 1 satuan pada komunikasi maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,335. Koefisien korelasi diketahui bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi mempunyai hubungan positif dengan (Y) pengendalian manajemen. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi berganda R adalah 0,686. dan selanjutnya diuji dengan Keofisien determinasi berganda (R2 adalah 0,470. hal ini menuujukka bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi sudah bersama – sama adanya hubungan variasi terhadap (Y) pengendalian manajemen sebesar 47 %. Dan sisanya 53 % di pengaruhi oleh variabel selain (X1) dan (X2).. Uji hipotesis pada taraf signifikan = 5 % dimana F hitung (29,731) > F tabel (3,13) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan nilai signifikan terlihat pada kolom sig yaitu 0,000 berarti probabilitas 0,000 lebih kecil dari pada 0,05.artinya memiliki pengaruh yang signifikan antara bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen. kata Kunci : Bentuk Organisasi, Komunikasi, Pengendalian 30 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar. Organisasi terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai karakteristik, sikap, nilai, budaya, kemampuan, dan keahlian yang berbeda-beda, sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya mereka tidak bisa saling lepas karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Mereka saling tergantung satu sama lainnya dalam mencapai tujuan organisasi. Adanya saling ketergantungan diantara mereka diwujudkan dalam bentuk kerjasama yang baik, dan ini dapat dilakukan salah satunya melalui pembentukan komunikasi yang baik pula dalam organisasi. Komunikasi adalah alat untuk meningkatkan kerjasama, kepercayaan, tanggung jawab, dan antusiasme para karyawan ( Manullang, 2005:231 ). Melalui komunikasi para anggota organisasi akan mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh organisasi dimana mereka bernaung, dan sebaliknya organisasi juga akan mengerti dan memahami apa yang diharapkan para anggota organisasi sehingga mempermudah organisasi dalam mencapai tujuannya. Komunikasi yang harmonis diantara para karyawan baik secara vertikal maupun horizontal ikut menciptakan kedisiplinan bagi organisasi. Komunikasi sangat penting dalam mengendalikan tindakan anggota organisasi yang tidak sesuai dengan keinginan organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan adalah kurangnya komunikasi, untuk itu dalam rangka meningkatkan kedisiplinan kerja dapat dilakukan melalui pembentukan komunikasi kerja secara vertikal dan horizontal. (Simamora, 2004:612) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang baik akan menciptakan kedisiplin kerja dari pegawai dan sebaliknya komunikasi yang kurang baik akan menyebabkan ketidak disiplinan pegawai dalam bekerja. Komunikasi dalam organisasi dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan, sedangkan kumuniksai horizontal terjadi sesama rekan kerja. Dari hasil observasi ayng dilakukan peneliti di lapangan, peneliti memperoleh beberapa informasi mengenai jumlah karyawan PT. AJIWIJAYA INTI MAKMUR berikut data mengenai jumlah karyawan Hal tersebut nampak pada tabel berikut ini: 31 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Tabel 1 : Jumlah Karyawan Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru Tahun Jumlah Karyawan Jumlah Karyawan Jumlah Keseluruhan Lapangan (Scurity) Kantor Karyawan 2012 139 15 154 Orang 2013 158 10 168 Orang 2014 175 10 185 Orang 2015 191 12 203 Orang 2016 225 12 237 Orang Sumber : PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru Pengendalian manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan manajer. Para manajer ini memutuskan tujuan organisasi, menyampaikan tujuan tersebut kepada anggota organisasi, memutuskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan sumber daya yang harus digunakan untuk melaksanakan tugas tersebut. Kegiatan seperti komunikasi, persuasi, pemberian inspirasi dan pemberian penghargaan terhadap keberhasilan bawahan merupakan bagian penting di dalam proses pengendalian manajemen. Untuk melaksanakan pengendalian manajemen dikenal dengan adanya pembagian tugas yang jelas antara setiap karyawan berikut data mengenai pembagian tugas karyawan Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru. Tabel 2 : Pembagian Tugas Karyawan Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru Tahun Perencanaan Pengawasan Bagian Lapangan Kerja Kerja Dandru Anggota 2012 5 Orang 12 Orang 12 Orang 127 Orang 2013 7 Orang 16 Orang 13 Orang 145 Orang 2014 7 Orang 16 Orang 13 Orang 162 Orang 2015 9 Orang 17 Orang 14 Orang 177 Orang 2016 9 Orang 19 Orang 16 Orang 209 Orang Sumber : PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru Salah satu fungsi dari pengendalian manajemen adalah mengkomunikasikan informasi kepada para manajer yang ada dalam organisasi. Informasi ini dapat berupa informasi akuntansi maupun non akuntansi. Informasi ini membuat para manajer selalu mengetahui apa yang sedang berlangsung dan membantu menjamin terkoordinasinya pelaksanaan pekerjaan berbagai pusat pertanggungjawaban. Informasi ini disampaikan dalam bentuk laporan. Atas dasar laporan maka para manajer akan mengambil keputusan untuk: melakukan perubahan terhadap pelaksanaan anggaran, melakukan perbaikan terhadap anggaran, melakukan perbaikan terhadap program, melakukan perubahan strategi. Dari uaraian diatas penulis tertarik untuk meneliti yang berkenaan dengan pokok bahasan tersebut maka judul penulisan ini adalah : “Pengaruh Bentuk Organisasi Dan Komunikasi Terhadap Pengendalian Manajemen Pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru” 32 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 B. Perumusan Masalah a. Apakah bentuk organisasi dan komunikasi secara simultan berpengaruh terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru? b. Apakah bentuk organisasi secara persial berpengaruh terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru? c. Apakah komunikasi secara persial berpengaruh terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru? C. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh bentuk organisasi dan komunikasi secara simultan terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru b. Untuk mengetahui pengaruh bentuk organisasi secara parsial terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru. c. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi secara parsial terhadap pengendalian manajemen pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekan Baru. D. TINJAUAN PUSTAKA Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit. Definisi manajemen yang dikemukakan oleh sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. (Daft, 2003:4) Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi. Manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating various resources (information materials money and people)”. (Plunket, at al .2005:5) Perbedaan Pengendalian Tugas dan Pengendalian Manajemen : Pengendalian Tugas 1. Bersifat scientific dengan persamaan ekonomi 2. Interaksi antar manusia tidak secara keseluruhan 3. Fokus pada tugas spesifik pada unit organisasional 4. Berhubungan dengan tugas Pengendalian Manajemen 1. Meliputi perilaku manajer 2. Interaksi antara manajer dengan manajer 3. Fokus pada unit organisasional 4. Memperhatikan secara luas aktivitas para manajer dalam pengambilan keputusan “Organisasi” sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, “organon” atau dalam bahasa Latin, disebut “organum” yang artinya “alat, bagian, atau anggota badan”. Selanjutnya seiring berjalannya waktu, terjadilah perkembangan dalam pengertiannya. Dengan kata lain, 33 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 (semakin banyak orang yang mengartikannya maka semakin banyak definisi dan semakin luas pula kata itu diartikan) Tapi dari sekian banyak definisi “organisasi”. Organisasi jga bisa dikatakan sekumpulan, individu, kelompok yang mempunyai tujuan, visi & misi tertentu untuk menampung / menyalurkan pikiran atau pendapat yang tidak sama (dengan kata lain berbeda). Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2005 : 13). Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami (Mangkunegara, 2005 : 310). Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Komunikasi ke atas (upward communication), yaitu: Pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. (Muhammad, 2005:116) 34 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 E. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian langsung pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru. Jl. Sukajaya / Laban No 23 Labuh Baru Barat Pekanbaru – Riau 2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Ajiwijaya Inti Makmur yaitu berjumlah 70 Orang, . Jadi untuk mempermudah dalam memperoleh persentase jawaban tersebut, penelitian hanya mengambil sample Accidental Random sampling yaitu mengambil responden secara acak sebagai sampel berdasarkan kebetulan, 3. Jenis dan sumber data 1. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari riset lapangan perusahaan yang menjadi objek. 2. Sumber data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan dasar teoritis yang diperoleh dari studi pustaka maupun data yang diperoleh langsung dari perusahaan, meliputi sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, deskripsi pekerjaan serta bahan – bahan lain yang diperlukan dalam pembahasan masalah. 4. Teknik Pengumpulan Data Wawancara Wawancara adalah cara penelitian dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini pada PT. Ajiwijaya Inti Makmur Pekanbaru Studi Pustaka Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip teori – teori yang berasal dari buku dan tulisan- tulisan lain yang relevan dengan penelitian ini. stionery yaitu dengan mengajukan suatu daftar pertanyaan kepada calon responden guna memperoleh data – data yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. 5. Analisis Data Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan pengaruh bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen, Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis regresi linear berganda yang dihitung dengan bantuan SPSS 17/PASW Statistic 17 adalah sebuah softwares yang memudahkan kita didalam riset mengenai Statistika, 35 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 F. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdbedasarkan data SPSS di ketahui bahwa konstanta (a) adalah 1,128. dan koefisien X1 (b1) adalah 0,381 dan koefisien X2 (b2) adalah 0,335. dengan persamaan regresi berganda adalah Y = 1,128 +0,381 X1 +0,335 X2 a= jika bentuk organisasi dan komunikasi sama dengan Nol (0) maka besarnya nilai pengendalian manajemen sama dengan 1,128. b1= jika terjadi peningkatan 1 satuan pada bentuk organisasi sedangkan variabel X2 tetap maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,381. dan b2 = jika terjadi peningkatan 1 satuan pada komunikasi sedangkan variable X1 tetap maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,335. 1. Analisis Korelasi Berganda (R) dan Keofisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model R R Square .686a 1 Adjusted R Square .470 Std. Error of the Estimate .454 .33945 a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Bentuk Organisasi b. Dependent Variable: Pengendalian Manajemen Pada tabel diatas diketahui bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi mempunyai hubungan positif dengan (Y) pengendalian manajemen. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi berganda R adalah 0,686. dan selanjutnya diuji dengan keofisien determinasi berganda (R2 adalah 0,470. hal ini menunjukkan bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi sudah bersama – sama adanya hubungan variasi terhadap (Y) pengendalian manajemen sebesar 47 %. Dan sisanya 53 % di pengaruhi oleh variabel selain (X1) dan (X2). 2. Analisis Hipotesis Uji hipotesis secara simultan (Uji Hipotesis dengan Uji “F”) ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 6.851 2 3.426 29.731 .000a Residual 7.720 67 .115 Total 14.571 69 a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Bentuk Organisasi b. Dependent Variable: Pengendalian Manajemen 36 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Dari tabel diatas dapat dilihat F hitung yaitu 29,731, sedangkan F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan drajat bebas (df) residual (sisa) yaitu 67 sebagai df penyebut dan df Regresion (perlakuan) yaitu 2 sebagai df pembilang dengan taraf signifikan 0,05, sehingga diperoleh F tabel 3,13. karena F hitung (29,731) > F tabel (3,13) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan nilai signifikan terlihat pada kolom sig yaitu 0,000 berarti probabilitas 0,000 lebih kecil dari pada 0,05.artinya memiliki pengaruh yang signifikan antara bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen. Koefisien (Uji Hipotesis dengan Uji”T”) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 1.128 .364 Bentuk Organisasi .381 .115 Komunikasi .335 .092 Standardized Coefficients Beta t Sig. 3.099 .003 .365 3.308 .002 .403 3.654 .001 a. Dependent Variable: Pengendalian Manajemen Bentuk Organisasi : berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat T hitung untuk variabel bentuk organisasi adalah 3,308, pada tabel T dengan db 67 dan taraf signifikan 0,05 di peroleh 1,66. karena T hitung > dari pada T tabel maka Ho ditolak sedang kan signifikan pada tabel B adalah 0,002, yang berarti probabilitas 0,002, karena probabilitas kurang dari 0,05 maka antara bentuk organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian manajemen. Komunikasi : berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat T hitung untuk variabel komunikasi adalah 3,654, pada tabel T dengan db 67 dan taraf signifikan 0,05 di peroleh 1,66. karena T hitung > dari pada T tabel maka Ho ditolak sedang kan signifikan pada tabel B adalah 0,001, yang berarti probabilitas 0,001, karena probabilitas lebih dari 0,05 maka antara komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian manajemen. b. Uji Normalitas 37 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Jika residual berasal dari distribusi Normal, maka nilai – nilai sebaran data akan terletak sekitar garis lurus. Terlihat bahwa sebaran data pada gambar diatas semuanya berada pada sumbu normal, maka dapat dikatakan bahwa pernyataan normalitas dapat dipenuhi. G. Simpulan 1. Hasil penelitian dari persamaan regresi linear berganda dari data SPSS di ketahui bahwa konstanta (a) adalah 1,128. dan koefisien X1 (b1) adalah 0,381 dan koefisien X2 (b2) adalah 0,335. dengan persamaan regresi berganada adalah Y = 1,128 +0,381 X1 +0,335 X2 Artinya : a= jika bentuk organisasi dan komunikasi sama dengan Nol (0) maka besarnya nilai pengendalian manajemen sama dengan 1,128. b1= jika terjadi peningkatan 1 satuan pada bentuk organisasi sedangkan X2 tetap maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,381. dan b2 = jika terjadi peningkatan 1 satuan pada komunikasi sedangkan X1 tetap maka akan terjadi peningkatan pada pengendalian manajemen sebesar 0,335. 2. Dari persamaan Keofisien korelasi diketahui bahwa (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi mempunyai hubungan positif dengan (Y) pengendalian manajemen. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi berganda R adalah 0,686. dan selanjutnya diuji dengan Keofisien determinasi berganda (R2 adalah 0,470. hal ini menunjukkan bahwa 38 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 3. 4. (X1) bentuk organisasi dan (X2) komunikasi sudah bersama – sama adanya hubungan variasi terhadap (Y) pengendalian manajemen sebesar 47 %. Dan sisanya 53 % di pengaruhi oleh variabel selain (X1) dan (X2). Berdasarkan uji simultan F hitung (29,731) > F tabel (3,13) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan nilai signifikan terlihat pada kolom sig yaitu 0,000 berarti probabilitas 0,000 lebih kecil dari pada 0,05.artinya memiliki pengaruh yang signifikan antara bentuk organisasi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen Berdasarkan uji parsial : T hitung untuk variabel bentuk organisasi adalah 3,308, pada tabel T dengan db 67 dan taraf signifikan 0,05 di peroleh 1,66. karena T hitung > dari pada T tabel maka Ho ditolak sedang kan signifikan pada tabel B adalah 0,002, yang berarti probabilitas 0,002, karena probabilitas kurang dari 0,05 maka antara bentuk organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian manajemen. Dan T hitung untuk variabel komunikasi adalah 3,654, pada tabel T dengan db 67 dan taraf signifikan 0,05 di peroleh 1,66. karena T hitung > dari pada T tabel maka Ho ditolak sedang kan signifikan pada tabel B adalah 0,001, yang berarti probabilitas 0,001, karena probabilitas lebih dari 0,05 maka antara komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian manajemen. H. Saran 1. Karena adanya pengaruh antara bentuk organisi dan komunikasi terhadap pengendalian manajemen maka perusahaan harus perlu menetapkan bentuk organisasi perusahaan dengan jelas, sehingga dapat dilihat adanya pembagian tugas yang jelas, dan melakukan komunikasi dengan baik, anatara atasan dengan bawahan, ataupun sesama rekan kerja. Sehingga pengendalian manajemen dapat dikendalikan dengan baik.. 2. Karena adanya hubungan antara bentuk organisasi dan pengendalian manjemen. Semakin besar suatu organisasi, semakin besar pula sumber daya yang harus dikendalikan, baik sumberdaya manusianya, sumber dana, dan sumber daya alamnya (Bahan baku) yang harus dikendalikan secara baik oleh perusahaan, untuk itu perusahaan perlu menjalankan ketiga tipe pegendalian yaitu, pengendalian preventive, Pengendalian operational, dan pengendalian kinerja. Begitu juga dengan hubungan antara komunikasi dengan pengendalian manajemen. Komunikasi merupakan alat untuk melaksanakan pengendalian manajemen. Untuk itu perusahaan perlu menjaga komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan maupun sesama rekan kerja. 3. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pengendalian manajemen adalah komunikasi. Untuk itu perusahaan perlu menciptakan suatu rasa kekeluargaan dalam lingkungan perusahaan, agar timbul loyalitas karyawan sehingga akan tercipta suatu komunikasi yang baik dilingkungan perusahan. I. Daftar Pustaka 1. Arni, Muhammad, 2005, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta. 2. Arief S Sadiman, dkk. 2006. Media Pendidikan.: PT Raja Grafindo. Persada Jakarta 3. Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. 39 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 4. Daft, Richard L. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.: Penerbit. Erlangga. Jakarta 5. Effendy,Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 6. Grimsey, D. & Lewis, M. K. (2004), Public Private Partnerships : The Worldwide Revolution in Infrastructure Provision and Project Finance, Edward Elgar, Inc., UK 7. Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. 8. Harianja, Marihot Tua Effendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, Dan Peningkatan Produktivitas Karyawan. 9. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi. (2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES. 10. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan Cetakan Ke-8. Bandung: Remaja Rosdakarya. 11. M. Manullang. 2004. Dasar – Dasar Manajemen. Gajah Mada University Perss, Yogyakarta 12. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Rosda ,Bandung: 13. Plunkett, Warren R., dkk. (2005). Management: Meeting and Exceeding Customer Expectations. 8edition. Thomson South-Western Co, USA. 14. Robbins, S dan Coulter, M. 2007. Manajemen, Edisi Kedelapan, Penerbit PT Indeks: Jakarta. 15. Simamora, Henry, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit YKPN Yogyakarta. 16. Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Granmedia Wirasarana Indonesia. Jakarta: 40 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 TINJAUAN SISTEM PENGUPAHAN BURUH DAN TENAGA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL KAB. INDRAGIRI HULU oleh : YENNY ISKANDAR, SE. MKOM., MM. Abstrak Salah satu tugas yang cukup sulit bagi bagian personalia adalah menentukan upah yang dapat diterima oleh semua pihak, baik karyawan maupun perusahaan. Hal ini terjadi karena dalam upah melekat dua kepentingan yang dapat saling bertentangan. Bagi karyawan upah adalah sumber penghasilan, oleh karena ada kecenderungan karyawan menuntut upah yang semakin tinggi, sementara bagi perusahaan upah adalah salah satu komponen biaya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi profit. Oleh karena itu ada kecenderungan bagi menejemen untuk selalu menekan upah karyawan agar profit dapat ditingkatkan. Apabila menejemen mampu menentukan upah yang adil dan layak selain dapat mengurangi konflik antara menejemen dengan karyawan juga dapat menumbuhkan motivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Kata Kunci : Sistem Pengupahan, Tenaga Kerja 41 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Masalah Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh departemen personalia untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi (upah). Kompensasi atau upah adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa atas kerja yang telah dilakukan. Kompensasi yang diterima oleh karyawan bisa dalam bentuk natura (uang) maupun innatura, seperti perumahan, makan, bahan makanan, pakaian, kendaraan dan berbagai fasilitas serta berbagai kemudahan lainnya sepanjang diberikan secara gratis atau cuma - cuma sebagai ganti atas pekerjaan yang ia lakukan. Masalah kompensasi merupakan fungsi personalia yang sulit dan kompleks. Bukan merupakan tugas yang mudah bagi bagian personalia untuk menentukan struktur upah yang dapat diterima dan memuaskan semua pihak, karena dalam upah melekat berbagai kepentingan yang kadang-kadang justru saling berlawanan satu dengan yang lain. Bagi perusahaan, upah merupakah salah satu komponen biaya produksi. Untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dapat ditempuh dengan menekan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, di mana salah satunya adalah biaya tenaga kerja. Oleh karena itu ada kecenderungan bagi setiap perusahaan untuk menekan upah karyawan, sebaliknya bagi karyawan, upah merupakan salah satu sumber pendapatan,sehingga kecenderungan karyawan adalah menuntut upah yang tinggi agar dapat digunakan untuk menutup segala keperluan hidup dan kehidupannya. Dengan demikian tingkat ataupun besarnya upah yang diterima karyawan akan menentukan skala kehidupannya. Sebetulnya cukup sulit bagi bagian personalia untuk dapat menentukan upah yang pasti untuk setiap jabatan. Bahkan hal ini bisa dikatakan tidak mungkin. Tidak ada suatu cara yang pasti, eksak, dan lengkap serta akurat untuk menentukan upah yang tepat. Berbagai cara yang dikembangkan sebenarnya hanya suatu cara yang sistematis di dalam penilaian. Besarnya upah bagi karyawan mencerminkan nilai karya mereka di antara karyawan-karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, bila para karyawan memandang upah mereka tidak memadai, prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja mereka bisa turun secara drastis. Dilandasi oleh berbagai alas an tersebut, maka dalam menyusun proposal/skripsi ini peneliti tertarik untuk manganalisa dan memilih judul sebagai berikut : TINJAUAN SISTEM PENGUPAHAN BURUH DAN TENAGA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL KAB. INDRAGIRI HULU. B. RUMUSAN MASALAH Mengacu pada latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : bagaimanakah system pengupahan buruh dan tenaga kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Indragiri Hulu. 42 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana system pengupahan buruh dan tenaga kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Indragiri Hulu. 2. Manfaat Penelitian a. Sebagai pengembangan bahan ajar b. Sebagai referensi bagi peneliti lain D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tujuan Sistem Kompensasi Secara umum tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalui sistem kompensasi atau pengupahan (Handoko, Hani. 2001 : 157) adalah : 1. Memperoleh karyawan yang qualified Karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai dan permintaan tenaga kerja. Kadangkadang tingkat gaji yang relatif tinggi diperlukan untuk menarik para pelamar yang cakap atau qualified maupun yang sudah berpengalaman. 2. Mempertahankan karyawan yang ada Bila tingkat upah tidak kompetitif , niscaya banyak karyawan yang baik akan keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan harus dijaga agar tetap kompetitif dengan perusahaan-perusahaan atau organisasi-organisasi lain. 3. Menghargai perilaku yang diinginkan Upah hendaknya mendorong perilaku-perilaku karyawan yang diinginkan. Prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan perilaku- perilaku lain dapat dihargai melalui sistem pengupahan. 4. Mengendalikan biaya-biaya Suatu program pengupahan yang rasional membantu organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya yang layak. Tanpa struktur pengupahan yang sistematis organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada para karyawannya. B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Upah Penentuan besarnya upah karyawan dipengaruhi berbagai faktor. Implikasi ketergantungan ini membuat bagian personalia untuk melakukan penyesuaian- penyesuaian lebih lanjut terhadap kebijakan-kebijakan kompensasi perusahaan. Menurut Heidjrachman R dan Suad Husnan (2002: 139 – 140) di antara berbagai faktor tersebut adalah : 43 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 1. Permintaan dan Penawaran tenaga kerja Meskipun hukum ekonomi tidaklah bisa diterapkan secara mutlak dalam masalah tenaga kerja, tetapi tidak dapat diingkari bahwa hukum permintaan dan penawaran tetap mempengaruhinya. Untuk jabatan yang membutuhkan keterampilan (skill) tinggi, dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi. Sedangkan untuk jabatanjabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upah cenderung rendah. 2. Serikat Karyawan Ada atau tidaknya serikat karyawan, serta lemah atau kuatnya serikat karyawan akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Apabila karyawan memiliki serikat atau organisasi yang kuat maka kekuatan tersebut dapat digunakan untuk mempengaruhi tingkat upah yang ditetapkan perusahaan. Semakin kuat serikat karyawan berarti semakin kuat posisi perundingan karyawan dalam penetapan tingkat upah mereka, begitu juga sebaliknya. 3. Produktivitas Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima, begitu juga sebaliknya. Prestasi ini biasanya dinyatakan sebagai produktivitas. Hanya yang menjadi masalah adalah belum adanya kesepakatan dalam menghitung produktivitas. 4. Kemampuan untuk membayar Meskipun mungkin serikat karyawan menuntut upah yang tinggi, tetapi pada akhirnya realisasi pemberian upah akan tergantung pada kemampuan membayar dari perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi. Tingginya upah akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, dan akhirnya akan mengurangi keuntungan. Kalau tingginya biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan tidak akan mampu memenuhi fasilitas karyawan. 5. Biaya hidup Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tingkat upah adalah biaya hidup. Di kota-kota besar, di mana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi, begitu juga sebaliknya. Bagaimanapun nampaknya biaya hidup merupakan”batas penerimaan upah” para karyawan. 6. Pemerintah Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi atau rendahnya upah tenaga kerja. Peraturan upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah yang akan dibayarkan. 44 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 C. Syara-syarat Kompensasi Di dalam pemberian kompensi agar dapat memenuhi harapan berbagai fihak perlu memperhatikan adanya dua syarat atau dua prinsip, yaitu syarat keadilan dan syarat kelayakan (Heidjrachman R dan Suad Husnan 2002: 140). Dengan kata lain upah yang dibayarkan kepada karyawan harus memenuhi syarat adil dan layak. 1. Syarat keadilan ( Internal consistency ) Syarat keadilan ini berarti bahwa besarnya kompensasi harus dikaitkan dengan nilai relatif suatu pekerjaan atau jabatan. Dengan kata lain keadilan ini harus dihubungkan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Semakin tinggi pengorbanan semakin tinggi penghasilan yang diharapkan. Oleh karena itu pertama yang harus dinilai adalah pengorbanan (input) yang diperlukan oleh suatu jabatan tertentu. Input dari suatu jabatan ditunjukkan dari persyaratan jabatan (job spesification). Semakin tinggi persyaratan yang diperlukan, semakin tinggi pula penghasilan (output) yang diharapkan. Output ini ditunjukkan dari upah yang diterima. Syarat keadilan ini sangat diperhatikan oleh karyawan. Mereka tidak hanya memperhatikan besarnya uang yang dibawa pulang, tetapi juga membandingkan dengan penghasilan rekan yang lain. Kalau A dan B sama-sama memperoleh upah per bulan Rp.2.500.000,- tetapi A merasa beban kerjanya lebih berat dari B, ia tentu akan merasa tidak adil mengenai upah yang diterima. Karena keadilan ini merupakan hasil perbandingan antara jabatan yang satu dengan jabatan yang lain dalam perusahaan yang sama, maka disebut juga dengan internal consistency. 2. Syarat Kelayakan ( External consistency ) Selain masalah keadilan, maka dalam kompensasi perlu juga memperhatikan syarat kelayakan. Dalam arti upah yang diterima karyawan selain adil juga harus layak. Kelayakan ini bisa membandingkan upah jabatan yang sama pada perusahaan-perusahaan lain. Atau bisa juga dengan menggunakan peraturan pemerintah tentang upah minimum, atau juga dengan menggunakan perbandingan kebutuhan pokok minimum. Apabila upah pada perusahaan lain lebih tinggi, maka bisa mengakibatkan kesulitan bagi perusahaan untuk memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan. Karena untuk mengukur kelayakan suatu upah ini merupakan hasil perbandingan dengan upah di luar perusahaan, maka syarat kelayakan ini lebih dikenal dengan istilah external consistency. Cara menyusun struktur upah yang adil dan layak atau memenuhi persyaratan “internal” dan “external consistency” adalah dengan menggunakan evaluasi jabatan (job evaluation). Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan nilai suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan-jabatan yang lain yang ada dalam suatu organisasi. Untuk dapat mengadakan evaluasi jabatan dalam suatu perusahaan atau organisasi, maka perusahaan harus mengadakan analisa jabatan untuk menentukan deskripsi jabatan. Dari deskripsi jabatan yang ada bisa disusun suatu spesifikasi jabatannya. 45 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Berdasarkan spesifikasi jabatan tersebut kemudian baru diadakan evaluasi jabatan berdasarkan berat atau ringannya spesifikasi masing- masing jabatan. Dari hasil evaluasi jabatan bisa disusun urutan jabatan (job ranking) sebagai dasar dalam menentukan upah karyawan. D. Metode-metode Evaluasi Jabatan dalam Sistim Kompensasi Pada dasarnya ada 4 macam metode evaluasi jabatan sebagai dasar dalam penyusunan upah karyawan (Heidjrachman R dan Suad Husnan (2002: 146 – 147). Tetapi dalam praktek banyak istilah yang dipergunakan untuk kempat metode tersebut. Keempat metode tersebut adalah : 1. The ordering method atau the ranking method, sering juga disebut dengan The Simple ranking method atau job ranking 2. The classification method, the grade method atau job grading 3. The factor comparison method 4. The point method Metode 1 dan 2 biasa dinamakan metode yang tidak analitis atau metode non kuantitatif. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang masih kecil yang biasanya memiliki proses produksi dan proses administrasi yang sederhana. Sedangkan metode 2 dan 4 biasa disebut dengan metode analitis atau metode kuantitatif karena menggunakan pendekaan yang lebih terinci. Metode ini lebih banyak digunakan pada perusahan-perusahaan besar. 1. The Ordering/ranking method atau Job ranking Metode ini merupakan evaluasi jabatan yang paling sederhana tetapi paling kecil juga ketepatan/keakuratannya. Oleh karena itu disebut juga dengan the simple ranking method. Adapun proses evaluasinya adalah sebagai berikut : a. Spesifikasi jabatan yang ada dipisah-pisahkan mana yang berada di tingkat atas dan mana yang berada di tingkat bawah atau mana yang paling sukar dan mana yang paling mudah. b. Jabatan-jabatan tersebut kemudian diperbandingkan satu dengan yang lain dan dinilai oleh team (komite) guna menentukan hasil perbandingan tersebut. c. Dari hasil perbandingan tersebut kemudian disusunlah suatu urut-urutan jabatan (job ranking) guna menentukan besarnya upah masing-masing jabatan tersebut. Contoh penerapannya : Dalam suatu departemen, memiliki 4 jabatan dengan beberapa kode, yaitu jabatan A, B, C, dan D. Spesifikasi masing-masing jabatan tersebut saling diperbandingkan satu sama lain. Jadi perbandingannya adalah : A:B A:D B:D A:C B:C C:D Dari hasil perbandingan disusunlah suatu ranking yang kemudian disusun struktur upahnya setelah mengadakan survey upah (wage surveys). 46 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Ranking 1 2 3 4 Kode Jabatan B C A D Nama Jabatan Penjaga Keamanan Sekretaris Operator Komputer Pengantar Surat Upah Jabatan Rp. 1.000.000,Rp. 800.000,Rp. 600.000,Rp. 400.000,- 2. The Classification method atau Job grading Metode ini merupakan perbaikan dari metode ranking jabatan, yaitu dengan menyusun suatu kelompok jabatan yang akan digunakan sebagai standar pengukur untuk jabatan-jabatan yang akan dinilai. Proses evaluasinya berjalan sebagai sebagai berikut : a. Menyusun kelas-kelas jabatan dengan spesifikasi jabatan yang bersifat umum b. Mencocokkan spesifikasi jabatan yang akan dinilai dengan spesifikasi jabatan dalam kelas jabatan c. Dari hasil pencocokan tersebut akan diketahui jabatan yang dinilai tersebut termasuk kelas jabatan yang mana, sehingga upahnya adalah sama dengan upah dalam kelas jabatan. Contoh penerapannya : Susunan kelas jabatan beserta spesifikasi dan upah jabatan Kelas Jabatan Kecerdasan TM/PA Cerdas MM/PM Agak cerdas LM/PB Kurang cerdas Spesifikasi Jabatan Pengalaman Pendidikan > 10 Thn S1/S2 > 5 < 10 Thn SM/D3 < 5 Tahun SLTA/P Gaji T. Jawab Besar Sedang Ringan Rp. 4 juta Rp. 2,5 Juta Rp. 1,3 juta Setelah disusun kelas jabatan, kemudian membaca spesifikasi jabatan tertentu dan dicocokkan masuk kelas jabatan yang mana. Sebagai misal : Nama jabatan : Pengawas produksi Spesifikai jabatan : Kecerdasan : kurang Pengalaman : 3 tahun Pendidikan : SLTA Tanggung jawab : ringan Dengan melihat spesifikasi jabatan pengawas produksi tersebut di atas apabila dicocokan dengan kelas jabatan, maka termasuk dalam kelas pimpinan bawah (low manager) sehingga upahnya juga setingkat dengan low manager,yaitu Rp. 1,3 juta 47 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 3. The Factor comparison method Metode ini lebih kompleks dan lebih baik dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Proses evaluasinya adalah sebagai berikut : a. Memilih dan menentukan faktor-faktor jabatan yang akan dinilai. Misalnya penilaian jabatan adakan didasarkan pada faktor kecakapan/keahlian (skill), syarat fisik (physical requirements), syarat mental (mental requirements), tanggung jawab (responsibility) dan kondisi kerja (working conditions). b. Memilih dan menentukan jabatan-jabatan kunci. Jabatan yang akan dijadikan sebagai jabatan kunci hendaknya memenuhi syarat-syarat : Memiliki deskripsi yang cukup jelas Merupakan jabatan yang dipandang penting Mencakup jabatan pada tingkatan gaji yang terendah sampai yang tertinggi Misalnya dalam perusahan penerbitan: Jabatan kunci Skill S. Mental S. Fisik T. Jawab K. Kerja Editor 1 2 3 1 1 Ilustrator 2 1 2 3 2 Juru cetak 3 3 1 2 3 c. Menentukan alokasi uang tiap-tiap ranking faktor jabatan guna menentukan besanya upah. Contoh : Ranking Nilai Faktor Jabatan dalam Rp. 1 Skill 600.000 S. Mental 500.000 S. Fisik 400.000 T. Jawab 350.000 K. Kerja 300.000 2 450.000 400.000 300.000 250.000 200.000 3 300.000 300.000 200.000 150.000 100.000 Dengan menggunakan tabel di atas dapat disusun struktur upah jabatan-jabatan kunci sebagai berikut : Jabatan kunci Total upah Skill Ra Rp. nk 1 600 S. Mental Ra Rp. nk 2 400 S. Fisik Ra Rp. nk 3 200 T. Jawab Ra Rp. nk 1 350 K. Kerja Ra Rp. nk 1 300 Editor 1.850 Ilustrator 1.600 2 450 1 500 2 300 3 150 2 200 Juru Cetak 1.350 3 300 3 300 1 400 2 250 3 100 (upah dalam jumlah ribuan ) 48 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 d. Mengadakan penilaian terhadap jabatan-jabatan lain dengan cara membandingkan faktor jabatannya dengan faktor jabatan kunci,sebagai contoh jabatan Tukang Jilid. Apabila dicari persamaanya dengan faktor jabatan kunci hasilnya akan nampak sebagai berikut: Faktor jabatan Faktor jabatan kunci Rank. Nilai Rp. Skill/Kecakapan Sama dengan Juru cetak 3 300.000 Syarat Mental Sama dengan Editor 2 400.000 Syarat Fisik Sama dengan Juru cetak 1 400.000 Tanggung Jawab Sama dengan Ilustrator 3 150.000 Kondisi Kerja Sama dengan Juru cetak 3 100.000 Jumlah upah Tukang Jilid 1.350.000 Dengan cara tersebut di atas setiap jabatan yang ada dalam perusahaan dapat dinilai dan ditentukan besarnya upah untuk masing-masing jabatan tersebut. 4. The Point method Metode ini paling banyak digunakan dalam praktek. Hal ini disebabkan karena sifat dari metode ini yang dianggap lebih teliti dalam menentukan nilai suatu jabatan sehingga lebih mendekati rasa keadilan. Adapun proses evaluasi jabatan dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut : a. Menentukan faktor jabatan yang akan dinilai. Faktor jabatan adalah nilai-nilai untuk mana manajemen membayarkan uangnya kepada karyawan. Contoh faktor jabatan beserta sub faktornya adalah sebagai berikut : 1) Faktor ketrampilan (skill), dengan sub faktornya : Pendidikan Pengalaman 2) Faktor usaha, dengan sub faktornya : Usaha fisik Usaha mental 3) Faktor tanggung jawab, dengan sub faktornya : Keamanan orang lain Pekerjaan orang lain 4) Faktor kondisi kerja, dengan sub faktornya : Lingkungan kerja Resiko kerja b. Menentukan degree (tingkat-tingkat) faktor jabatan beserta definisinya.Degree dan definisi untuk faktor dan sub faktor perlu dibuat guna dijadikan sebagai standar penilaian bagi jabatan-jabatan yang akan dinilai.Contohnya sebagi berikut : 49 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Faktor dan sub. faktor Degree dan definisi 2 SM/D3 > 5 < 10 Tahun Sedang Sedang 1 3 Ketrampilan : Pendidikan S1 / S2 SLTP/SLTA Pengalaman > 10 Tahun < 5 Tahun Usaha : Fisik Berat Ringan Mental Berat Ringan Tanggung Jawab: Besar Sedang Kecil Keamanan orang lain Besar Sedang Kecil Pekerjaan orang lain Kondisi Kerja: Lingkungan Tidak nyaman Cukup nyaman Nyaman Resiko Besar Sedang Kecil c. Menentukan nilai point untuk setiap tingkat dari setiap faktor jabatan sehingga dapat dihitung berapa jumlah point untuk suatu jabatan tertentu. Faktor dan sub. faktor Ketrampilan : Pendidikan Pengalaman Usaha : Fisik Mental Tanggung Jawab: Keamanan orang lain Pekerjaan orang lain Kondisi Kerja: Lingkungan Resiko Jumlah point Point untuk masing-masing degree 1 2 3 50 40 30 60 45 30 40 30 20 35 25 15 35 35 30 25 310 25 25 20 15 225 15 15 10 5 140 Apabila point untuk masing-masing degree faktor jabatan sudah tersusun, maka penilaian terhadap jabatan-jabatan yang ada dalam perusahaan dapat dimulai. Spesifikasi jabatan untuk masing-masing jabatan yang akan dinilai dibaca dan dicocokkan masuk degree yang mana. Dengan cara ini dapat diperoleh jumlah point untuk setiap jabatan yang ada. Kalau jumlah point sudah diperoleh maka tinggal menterjemahkan point-point tersebut ke dalam nilai rupiyah dengan menentukan berapa rupiyah untuk tiap-tiap point. Nilai rupiyah untuk setiap point dapat diperoleh dengan mengadakan survei upah maupun berdasarkan anggaran yang tersedia. Struktur upahnya akan segera dibentuk apabila jumlah point untuk setiap jabatan telah diterjemahkan kedalam nilai uang (Rp.) Contoh penerapan : Jabatan Sekretaris Direksi memiliki spesifikasi/faktor jabatan sebagai berikut : 50 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Spesifikasi /faktor Jabatan Definisi Skill : Pendidikan D3 Pengalaman 7 Tahun Usaha : Fisik Sedang Mental Sedang T. Jawab : Keamanan orang lain Kecil Pekerjaan orang lain Besar Kondisi : Lingkungan kerja Nyaman Resiko kerja Sedang Jumlah point Rank Point 2 2 2 2 3 1 3 2 40 45 30 25 15 35 10 15 215 Jadi jumlah point untuk jabatan sekretaris direksi tersebut adalah = 215. Apabila harga 1 point = Rp. 5000,- maka upah sekretaris direksi adalah 215 x Rp. 5000,= Rp. 1.075.000,Metode ini lebih teliti dan lebih obyektif di dalam mengukur jabatan-jabatan yang ada dalam perusahaan/organisasi. Metode ini juga lebih luwes karena dengan menggunakan point dan degree, sub-sub faktor jabatan setiap jabatan dapat dinilai. E. Upah Insentif (Incentive Compensation) Upah insentif adalah upah yang besarnya berbeda karena prestasi kerja yang berbeda. Jadi dua orang karyawan yang mempunyai jabatan yang sama bisa menerima upah yang berbeda karena prestasi kerjanya berbeda. Upah dasar mereka sama, tetapi karena prestasi yang berbeda, misalnya yang satu bekerja di atas standar produksi, maka ia akan menerima tambahan upah (bonus) karena prestasi kerjanya. Upah insentif ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas karyawan, dan mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk tetap berada dalam perusahaan. Dengan demikian upah insentive sebenarnya merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Bagi mayoritas karyawan, uang masih tetap merupakan motivasi kuat, atau bahkan motivasi paling kuat untuk bekerja Selama dekade tahun 1990-an di Amerika Serikat penggunaan sistem insentif dengan berbasis individual menjadi trend yang besar. Termasuk insentif berbasis individual ini antara lain termask merit pay, piecework plans, time savings bonuses dan commissions (komisi). Berbagai bentuk upah insentif individual dapat dibedakan antara insentif individual untuk karyawan operasional dan insentif untuk tenaga pimpinan (Heidjrachman R dan Suad Husnan (2002: 163 – 173). 1. Upah insentif karyawan operasional Karyawan operasional masih dibedakan antara karyawan produksi (blue collar workes) dan karyawan penjualan (sales personnel) yang termasuk “white collar worker”. Untuk karyawan produksi meliputi upah perpotong (piece rates) dan time saving bonuses. Upah perpotong masih dibedakan lagi antara upah perpotong proporsional dan upah perpotong Taylor. 51 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 a. Upah per potong proporsional Metode ini paling banyak digunakan. Dalam hal ini upah dibayarkan berdasarkan seluruh produk yang dihasilkan dikalikan tariff upah per potong didasarkan atas penelitian waktu (time studi) untuk menentukan waktu standarnya. Misalnya dalam keadaan normal seorang karyawan dalam perusahaan rokok mampu menghasilkan 200 batang rokok selama 8 jam kerja. Ini dipakai sebagai standar untuk penentuan tariff upah. Jadi kalau upah karyawan yang umum per harinya adalah Rp 10.000,-, maka tarif per potong/batang adalah Rp 10.000 : 200 =Rp 50,-Jadi kalau ada seorang karyawan/i yang mampu menghasilkan 240 batang dalam satu hari, maka ia akan menerima upah sebesar 240 x Rp 50,- = Rp 12.000,-. Tetapi kalau ada seorang karyawan dalam satu hari kerjanya menghasilkan kurang dari 200 batang, ia tetap menerima upah minimal Rp 10.000,-. Cara semacam ini dimaksudkan untuk melindungi karyawan yang kurang mampu berprestasi. b. Upah per potong Taylor Cara ini dikemukakan oleh seorang yang bernama Taylor, dengan mengatur tarif yang berbeda untuk karyawan yang bekerja di atas dan di bawah standar. Karyawan yang berhasil mencapai output rata-rata (standar) atau melebihinya akan menerima upah per potong yang lebih besar dari pada mereka yang bekerja di bawah standar. Contoh : Standar produksi = 200 batang selama 8 jam kerja. Untuk mereka yang bisa mencapai standar atau melabihinya akan menerima upah Rp 50,- per batang. Sedangkan yang di bawah standar hanya akan menerima upah Rp 40,- per batang. Jadi kalau A menghasilkan 240 batang, ia akan menerima upah 240 x Rp 50,- = Rp 12 .000,-. Sedangkan B kalau hanya menghasilkan 180 batang, ia akan hanya menerima upah sebesar 180 x Rp 40,- = Rp 7.200,Selisih sebesar ini dimaksudkan untuk memacu karyawan agar mereka bisa bekerja maksimal sesuai dengan standar. c. Time saving bonuses (bonus berdasarkan waktu yang dihemat) Dalam metode ini insentif yang diberikan didasarkan pada waktu yang bisa dihemat oleh karyawan dalam menghasilkan suatu produk. Sebagai contoh : Upah standar satu hari dengan 8 jam kerja dan dengan standar produksi 200 batang sebesar Rp 10.000,-. Upah per batang sebesar Rp 10.000,- : 200 = Rp 50,-. Upah waktu sebesar Rp 10.000,- : 8 = Rp 1.250,-. Apabila A selama 8 jam sehari bisa menghasilkan 300 batang berarti ia waktu yang bisa dihemat adalah (300-200)/200 x 8 jam = 4 jam. Untuk menghitung besarnya bonus ada tiga cara, yaitu menurut 100 percent premium plan, Halsey plan dan Bedaux plan. Perbedaan dari ketiganya adalah dalam menghitung prosentase bonus dari waktu yang dihemat, sedangkan upah dasarnya adalah sama. 52 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Halsey menghitung 50% dari waktu yang dihemat, sedangkan Bedaux 75%, sehingga hasilnya sebagai berikut : 100 percent premium plan Upah dasar = 8 jam x Rp 1.250,= Rp 10.000,Bonus = (4 jam x Rp 1.250,-) x 100 % = Rp 5.000,- Upah yang diterima = Rp 15.000,- Halsey plan Upah dasar = 8 jam x Rp 1.250,= Rp 10.000,Bonus = (4 jam x Rp 1.250,-) x 50 % = Rp 2.500,- Upah yang diterima = Rp 12.500,- Bedaux plan Upah dasar = 8 jam x Rp 1.250,= Rp 10.000,Bonus = (4 jam x Rp 1.250,-) x 75 % = Rp 3.750,- Upah yang diterima = Rp 13.750,- Upah insentif untuk karyawan penjualan (salesmen) adalah cukup sulit karena prestasi mereka sering dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern yang berada di luar kekuasaan mereka. Kondisi ekonomi dan keadaan musiman, persaingan dan perubahan di dalam selera konsumen, merupakan faktor-faktor di luar kekuasaan mereka tetapi mempengaruhi penjualan yang bisa mereka realisir. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menentukan upah karyawan penjualan, yaitu : a. Gaji tetap ( gaji bulanan ) b. Gaji variabel yang berupa komisi langsung (straight commission) c. Kombinasi antar gaji tetap dengan gaji variabel Pada umumnya cara yang ketiga banyak digunakan, karena dengan cara yang pertama kurang memotivasi karyawan untuk berprestasi yang lebih baik. Sedangkan cara yang kedua banyak yang keberatan dengan berbagai alasaan : Lebih menekankan pada volume penjualan daripada laba (kecuali kalau penghasilan dihubungan dengan laba) Servis kepada konsumen sering diabaikan Penghasilan salesman sering meningkat sangat tinggi dalam periode makmur, namun dapat menurut drastis dalam periode-periode tertentu Menurut Martocchio (Jusuf Irianto. 2003 : 236) program kompensasi yang tepat bagi tenaga penjualan akan mamu memberi kontribusi yang sangat berarti bagi perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya. 53 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 2. Upah insentif tenaga pimpinan Upah insentif tenaga pimpinan dapat diujudkan dalam bentuk : a. Bonus payment (pembayaran premi) Yaitu bonus yang diberikan kepada pimpinan setelah pimpinan/ perusahaan bisa merealisir suatu tujuan tertentu (misal mencapai target laba tertentu). Bonus ini diberikan kepada pimpinan setelah akhir tahun, ditambahkan pada gaji pokoknya. Pembayaran ini mungkin tunai, mungkin juga ditunda penyerahannya sampai pimpinan mencapai usia pensiun. b. Stock options Stock optinon adalah hak untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu pada suatu periode tertentu. Harga saham biasanya ditawarkan di bawah harga pasar. Selisih harga ini merupakan bonus (premi) yang diterima oleh pimpinan. c. Phantom stock plans Dengan cara ini pimpinan tidak benar-benar merima saham, tetapi hanya dicatat dalam rekeningnya nilai saham perusahaan pada harga pasar. Setelah beberapa waktu tertentu, biasanya 3 s/d 5 tahun para pimpinan akan menerima/dibayarkan premi sebesar kenaikan saham (sesuai kenaikan menurut harga pasar). Premi ini dibayar tunai, ataupun ditunda pembayarannya sampai masa pensiun. 54 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 3. Upah insentif untuk seluruh karyawan Upah insentif untuk seluruh karyawan dapat diberikan dalam bentuk (lihat juga De Cenzo and Robins. 1999 : 246 ): a. Stock ownership plan (pemilikan saham bersama) Pada cara ini para karyawan diberi kesempatan untuk memiliki saham perusahaan, sehingga kemajuan perusahaan akan menjadi kemajuan pula bagi mereka. Dengan demikian diharapkan mereka akan lebih semangat dalam bekerja, sebab mereka akan bisa menikmati pula keuntungan kalau deviden nanti dibagikan. Besarnya deviden yang akan diterima dipengaruhi oleh keuntungan yang diperoleh perusahaan. b. Profit sharing (pembagian laba) Dengan cara ini karyawan akan menerima bagian keuntungan dari keuntungan perusahaan. Bonus yang berupa pembagian keuntungan bisa dibayarkan tunai pada akhir tahun, atau bisa juga ditunda pembayarannya sampai dengan karyawan pensiun. Yang menjadi masalah dalam cara ini adalah penentuan besarnya keuntungan yang akan dibagi, dan berapa besarnya bagian (share) dari karyawan. Apakah karyawan akan menerima dalam jumlah yang sama, ataukah diberikan perlakuan yang berbeda-beda untuk kelompok karyawan tertentu. F. Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan tanggapan responden terhadap system pengupahan buruh dan tenaga kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Indragiri Hulu dapat dikategorikan baik G. Simpulan Upah insentif untuk karyawan penjualan (salesmen) adalah cukup sulit karena prestasi mereka sering dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern yang berada di luar kekuasaan mereka. Kondisi ekonomi dan keadaan musiman, persaingan dan perubahan di dalam selera konsumen, merupakan faktor-faktor di luar kekuasaan mereka tetapi mempengaruhi penjualan yang bisa mereka realisir H. Saran Upah insentif ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas karyawan, dan mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk tetap berada dalam perusahaan. Dengan demikian upah insentive sebenarnya merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Bagi mayoritas karyawan, uang masih tetap merupakan motivasi kuat, atau bahkan motivasi paling kuat untuk bekerja I. Daftar pustaka : 1. De Cenzo and Robins. (1999). Human Resource Management. New York : John Wiley & Sons, Inc. 2. Handoko, Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya 55 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 manusia. Yogyakarta : BPFE 3. Heidjrachman R & Suad Husnan. (2002). Manajamen Personalia. Yogyakarta : BPFE 4. Irianto, Jusuf. (2003). “Kompensasi untuk Sales Force” dalam Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Amara Books 56 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 KAJIAN TECHNOPRENEUR CONCEPT SEBAGAI KONSEP DUA KEUNGGULAN DALAM SATU KOMPETENSI PADA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI (STIE-I) RENGAT Oleh : Puspa Dewi Abstrak Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat yang beralamat di Jl. R. Sopeprapto No. 14 Rengat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidak konsep ini diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dengan menggunakan skala pengukuran likert. Peneliti melakukan penarikan data primer dengan melakukan penyebaran questioner dan interview. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Technopreneur concept merupakan sebuah konsep yang menjadi penyempurna konsep yang telah ada pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, bukan menggantikan konsep yang telah menjadi system dan telah dijalankan selama ini.Technopreneur concept telah layak untuk diterapkan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, ini sesuai pula dengan tanggapan responden terhadap kesetujuan penerapan konsep ini, dimana sebanyak 82 tanggapan responden dengan jumlah bobot 410 yang menyatakan bahwa technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat adalah sangat setuju diterapkan, dan 12 orang responden dengan jumlah bobot 48 menyatakan setuju technopreneur concept diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, tidak ada responden yang menjawab kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju, Berdasarkan tanggapan responden terhadap kesetujuan penerapan technopreneur concept tersebut dapat dikategorikan Sangat Setuju, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 4.87 dan dibulatkan menjadi 5, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 5 adalah sangat setuju. Kata Kunci : Technopreneur, keunggulan, kompetensi. 57 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Pendahuluan Perguruan tinggi didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan, mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), (2) mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan budaya, serta (3) meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perguruan tinggi sebagai lembaga melaksanakan fungsi tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengelola ipteks. Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut, perguruan tinggi harus mampu mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus menerus, baik masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, perguruan tinggi harus secara aktif membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk membuktikan bahwa sistem penjaminan mutu internal telah dilaksanakan dengan baik dan benar, perguruan tinggi harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan mutu yang baik dan benar, perguruan tinggi akan mampu meningkatkan mutu, menegakkan otonomi, dan mengembangkan diri sebagai institusi akademik dan kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan. Secara teoritis hidup dan kehidupan seluruh perguruan tinggi sangat bergantung kepada jumlah mahasiswa yang terserap dan berbanding lurus dengan output yang dihasilkan pada setiap periode semesternya. Jumlah input mahasiswa yang besar belum dapat mencerminkan kualitas yang dimiliki sebuah perguruan tinggi, bila tidak ditopang dengan kemampuan akademik mahasiswanya. Untuk dapat menyelaraskan kemampuan akademik mahasiswa diperlukan perjuangan dan kerja keras dari semua elemen yang menjadi bahagian dari sebuah perguruan tinggi tersebut, karena mahasiswa yang terjaring dalam sebuah proses recruitment berasal dari tingkat intelegensia yang berbeda – beda. Jika mahasiswa yang menjadi penopang hidup dan kehidupan perguruan tinggi memiliki rata – rata intelegensia yang baik, dan terbentuk dalam proses pra recruitment, maka dapat dipastikan ini dapat menjadi daya Tarik tersendiri bagi masyarakat untuk meneruskan pendidikan putra dan putri mereka ke perguruan tinggi dimaksud, bahkan mungkin akan menjadi sebuah penelitian pencapaian hasil yang fantastis yang dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi yang lainnya. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti tentang respon mahasiswa dalam sebuah proses pembelajaran diperguruan tinggi, didapatkan kesimpulan bahwa rata – rata cara belajar mahasiswa amat bergantung kepada seberapa jauh mereka dapat mengatasi kebosanan akibat menerima sesuatu yang terjadi berulang – ulang dengan cara yang sama dan disampaikan dengan bahasa monoton yang berakibat terjadi kejenuhan belajar mereka. Bisa jadi kita menganggap bahwa mahasiswa telah gagal menerima transformasi ilmu dari kita tanpa melakukan koreksi terhadap cara atau proses pembelajaran yang kita laksanakan, sebenarnya konsep baku tentang monitoring perkuliahan oleh tim yang ditunjuk khusus oleh sebuah perguruan 58 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 tinggi bisa menjawab hal ini dalam jangka pendek, namun lagi – lagi fokus dari tanggung jawab inipun diemban atau diberikan kepada unsur akademik yang tidak memiliki kompetensi dalam bidang monitoring tersebut. Sekarang perguruan tinggi dihadapkan kepada sebuah tantangan untuk mampu membangun tatanan kehidupan akademik yang dapat bertahan dalam jangka panjang, tentu saja setiap proses pencapaiannya akan dilakukan pengkajian dalam beberapa dekade jangka pendek. Sekarang kita akan mencoba menelaah dan mengerucutkan permasalahan tersebut kepada objek utama yang menjadi penentu seperti yang telah kita bahas sebelumnya yaitu Mahasiswa. Pada konsep sebelumnya sebuah perguruan tinggi dituntut dapat membentuk kompetensi mahasiswa yang mampu menjadi sebuah pencitraan baik dimata masyarakat, sebab jika hal ini tidak terjadi, seiring tingkat persaingan yang semakin tinggi, maka tidak ada seorangpun yang akan dapat menjamin kelangsungan perguruan tinggi yang kita kelola dalam jangka panjang. Jika mahasiswa yang kita jadikan barometer, sekarang kita batasi dahulu pembahasan kepada mahasiswa terlebih dahulu tanpa mengaitkan dengan unsur pendukung yang lain. Mahasiswa yang ada pada perguruan tinggi kita merupakan hasil seleksi (belum pasti terbaik) yang akan menjadi bagian dari kehidupan akademik dan non akademik diperguruan tinggi kita, menjadi tanda Tanya besar, apakah kita mampu merubah paradigma dan sudut pandang yang telah mereka dapat dengan konsep yang belum tepat pada proses pendidikan sebelumnya, walaupun bisa kita katakan tidak semua proses pendidikan sebelumnya mereka serap dengan cara yang belum tepat, ternyata banyak diantara mahasiswa yang kita miliki memiliki paradigma sesuai dengan yang kita harapkan. Artinya tantangan kita hanya merubah paradigma yang berbeda dari yang kita harapkan. Namun apakah proses pembelajaran yang kita laksanakan dapat merubah hal tersebut, tentu kita bisa langsung mengatakan “belum tentu”. Menciptakan mahasiswa yang berwawasan serta memiliki kemampuan intelegensia yang sama baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi secara konsep juga tidak seberat membalikkan sebuah gunung. Tentu terlebih dahulu kita harus mampu menyelami sebuah konsep yang tepat untuk pencapaian kompetensi utama mahasiswa selama mereka masih menjadi bahagian dari kehidupan akademik diperguruan tinggi kita. Sebagai langkah awal tentu saja kita harus mengembangkan kerangka acuan objek kita yaitu mahasiswa, keberbagai hal yang akan mampu menjadi penopang konsep yang akan kita laksanakan, baik dalam kurun waktu tertentu ataupun dalam jangka waktu pencapaian yang lebih panjang. Berikut akan penulis paparkan jumlah mahasiswa dan jumlah lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir : 59 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Tabel 1. Jumlah Mahasiswa dan Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat tahun 2011 - 2016 Jumlah Mahasiswa Jumlah Lulusan No Tahun (Orang) (Orang) 1 2011 1095 117 2 2012 1273 164 3 2013 1490 288 4 2014 1714 250 5 2015 1568 299 6 2016 1560 367 Sumber : Program Studi Manajemen & TU STIE Indragiri Tabel 1 (satu) diatas menggambarkan tentang jumlah mahasiswa dan lulusan yang terus berfluktuasi pada tiap tahunnya, berikut dengan persentase perbandingan antara jumlah kelulusan dan mahasiswa aktif pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, sebagai berikut : pada tahun 2011, jumlah mahasiswa adalah 1095 Orang dan jumlah lulusan 117 Orang. Tahun 2012, jumlah mahasiswa adalah 1273 Orang dan jumlah lulusan 164 Orang. Tahun 2013, jumlah mahasiswa adalah 1490 Orang dan jumlah lulusan 288 Orang. Tahun 2014, jumlah mahasiswa adalah 1714 Orang dan jumlah lulusan 250 Orang dan pada tahun 2015, jumlah mahasiswa adalah 1568 Orang dan jumlah lulusan 299 Orang, dan pada tahun 2016, jumlah mahasiswa sebanyak 1560 dengan lulusan sebanyak 367 orang. Dengan membandingkan jumlah lulusan yang tidak berimbang dengan jumlah mahasiswa pada tiap tahunnya dengan pembahasan sebelumnya diatas, maka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, sedianya mencari cara ataupun sebuah konsep yang harus dibangun agar perimbangan antara jumlah mahasiswa aktif dan lulusan dapat berimbang. Ini juga yang menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk mengkaji sebuah konsep perubahan system dan tata kelola manajemen dalam judul penelitian : KAJIAN TECHNOPRENEUR CONCEPT SEBAGAI KONSEP DUA KEUNGGULAN DALAM SATU KOMPETENSI PADA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI (STIE-I) RENGAT. B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah technopreneur concept dapat diterapkan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat ?” 60 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : Mengkaji penerapan technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat b. Kegunaan Peneitian 1. Sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya pada tata kelola manajemen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat. 2. Untuk mengapikasikan ilmu pengetahuan yang peneliti telah dapatkan. 3. Untuk memberikan masukan – masukan yang berguna bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat dalam penerapan technopreneur concept. D. Tinjauan Pustaka Beberapa aspek kajian kepustakaan yang perlu dipelajari dalam memberi argumentasi teoritik dari dilakukannya penelitian ini. Pertama, dilihat dari tempat penelitian, suatu organisasi/ lembaga pendidikan yang merupakan penyedia jasa pendidikan setingkat perguruan tinggi, berarti lembaga ini dikaji dari teori keorganisasian. Kedua, variabel kompetensi dalam penelitian ini salah satu telaah dalam kajian manajemen sumber daya manusia dalam organisasi yang cakupannya melibatkan seluruh aspek dari organisasi tersebut. Pada variabel keunggulan mahasiswa penulis mengambil beberapa dimensi pokok yang akan dijadikan satuan pemusatan pengukuran keunggulan mahasiswa individu dan secara keseluruhan, serta kajian kelayakan terhadap penerapan technopreneur konsep berfokus kepada kajian manajemen secara luas, teknologi/ teknik dan studi kelayakan. 1. Definisi Organisasi Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi. Kumpulan Orang Jelas, tidak mungkin jika organisasi hanya terdiri dari satu orang yang ingin mencapai tujuannya sendiri. Dari definisi dijelaskan bahwa organisasi setidaknya terdiri dari kumpulan orang, berarti minimal dua, yang memiliki tujuan bersama. Struktur Struktur dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun kewajibannya. Struktur dibentuk agar organisasi berjalan rapi, karena terdapat struktur komando, siapa yang berwenang dan siapa yang diberi wewenang. Sistem dan Prosedur Karakteristik yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh 61 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini ialah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut, dan birokrasi. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap eksistansi suatu organisasi. Organisasi cenderung memainkan peran menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, entah itu demografi, ekonomi, politik, budaya, juga alam sekitar. Jadi, kemajuan organisasi harus selaras dengan perubahan lingkungan. Beberapa manfaat organisasi yaitu: 1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik. 2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria. 3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi. 4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan. Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon – alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis). Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan) , sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarkat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus.Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur. 62 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 “Inti organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis proses yang akan menyempurnakan organisasi” (Nancy & Dixon, 2004) “Organisasi di mana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan di mana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama” (Siregar, 2000) ”Organisasi belajar adalah organisasi yang mampu melaksanakan proses transformasi pengetahuan secara siklikal-berkelanjutan, dari pengetahuan pekerja sebagai hasil belajar mandiri menjadi pengetahuan organisasi sebagai hasil belajar organisasional, untuk menumbuh kembangkan modal organisasi”. (Siregar, 2000) Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.” Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.” Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. James D Mooney berpendapat bahwa “Organization is the form of every human, association for the assignment of common purpose” atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama. Chester L Bernard mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama. Paul Preston dan Thomas Zimmerer mengatakan bahwa “Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.” (Organization is a collection people, arranged into groups, working together to achieve some common objectives). (Hasibuan, 2006 : 76) Sebuah kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang bertindak secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burky dan Perry, 2008). Menurut Dimock, organisasi adalah : “Organization is the systematic bringing together of interdependent part to form a unified whole through which authority, coordination and control may be exercised to achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan). 63 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Menurut Kochler, organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasikan usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi lewat hirarki otoritas dan tanggungjawab (Schein). Karakterisitik organisasi menurut Schein meliputi : memiliki struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain untuk mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya. Menurut W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. Definisi Organisasi (Kart & Rosenzweig, 2011 : 1) : 1. Suatu subsistem dari lingkungannya yang lebih luas. 2. Terdiri dari orang-orang yang berorientasi pada tujuan. 3. Suatu subsistem teknik, yaitu orang-orang yang menggunakan pengetahuan, teknik, peralatan & fasilitas. 4. Suatu subsistem struktural, yaitu orang-orang yang bekerja bersama dalam berbagai kegiatan yang terpadu. 5. Suatu subsistem psikososial, yaitu orang-orang yang terlibat dalam hubungan sosial 6. Suatu subsistem manajerial yang merencanakan & mengendalikan semua usaha. Organisasi Belajar adalah organisasi dimana sekumpulan orang secara berkelanjutan mengembangkan kapasitas mereka untuk membuat hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola pikir yang baru dan telah diperluas kemudian dipelihara, dimana aspirasi kolektif dibebaskan, dan dimana semua orang secara berkelanjutan belajar untuk melihat secara keseluruhan bersama-sama. Organisasi adalah seluruh orang-orang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda tetapi saling berhubungan dengan yang dikoordinasikan agar sebuah tugas dapat diselesaikan. Dengan demikian diantara ketiga macam pandangan tentang pengertian organisasi, pandangan yang tepat adalah yang menganggap organisasi sebagai suatu sistem kerjasama, sistem hubungan, sistem sosial. Guna memudahkan penangkapan pengertian, dapatlah kiranya disusun suatu definisi organisasi secara sederhana dan dapat diterapkan dalam praktek sebagai berikut : “ Organisasi adalah suatu sistem yang saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu “. Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen, Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumbersumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi. Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut 64 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan. 2. Konsep Kompetensi dalam proses pembelajaran Mengikuti perubahan dan kemajuan jaman adalah juga hal yang harus terjadi dalam dunia Perguruan Tinggi. Perubahan era dimana dituntut daya kreativitas dan kematangan serta daya tahan dalam menghadapi tuntutan jaman membutuhkan perubahan dalam sistem pembelajaran di Perguruan Tinggi. Secara khusus di era teknologi informasi dimana arus informasi yang dapat diakses oleh setiap orang seakan tak berbatas dan setiap orang dengan amat mudah dapat terhubung dengan orang lain. Metode pembelajaran yang dahulu lebih banyak berpusat pada dosen (Teacher Centre Learning) sudah tidak sesuai lagi. Mahasiswa diharapkan lebih dapat bersikap proaktif dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya, guna mendukung dihasilkannya lulusan yang kompeten dan mempunyai daya kreativitas bagi generasi digital maka perlu dilakukan perubahan kurikulum yang seimbang. Kurikulum dimaksud adalah yang dapat mendukung terciptanya iklim belajar yang supportif dan memfasilitasi mahasiswa untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pribadi dan mengembangkan kemampuan bekerja dalam team. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini sebetulnya sudah diluncurkan semenjak tahun 2004. KBK merupakan implikasi dalam bidang pendidikan dari disyahkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah diikuti oleh PP No. 25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Kewenangan Daerah. Dalam KBK, dosen tidak hanya mengajar tetapi juga berperan sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator. Secara tertulis, peran sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator ini seakan memberikan tugas baru bagi dosen. Namun, peran ini juga memberikan pengalaman yang berbeda yang berujung bagi kesadaran baru mengenai hakekat profesi seorang dosen. Dosen bukan satusatunya sumber pengetahuan bagi mahasiswa. Dengan sistem KBK dosen mendapat peluang yang lebih besar dalam memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai materi keilmuan yang lebih sesuai dengan pengalaman masing-masing dosen. Ibaratnya mengarahkan mahasiswa yang bisa berbelanja sayur namun belum bisa memasaknya. (Syafrizal, 2013 http://riyan17.wordpress.com) 3. Membangun dan menguatkan system Manajemen Sumber Daya Manusia Organisasi Sebuah konsep tidak akan pernah dapat menjadi hal yang nyata jika hanya menjadi sebuah kajian dan bahan rujukan saja. Ini berarti sebelum kita mampu membangun gagasan sebuah konsep, kita harus mampu terlebih dahulu memperkokoh system yang telah ada menjadi sebuah system yang lebih baik. Memperkokoh system yang telah ada menjadi sebuah system yang lebih baik bukanlah sebuah hal yang mudah, karena ini sangat bergantung dari semua sumber daya manusia yang menciptakan dan menjalankan system tersebut, jika sebuah system hanya mampu 65 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 diciptakan tanpa ada keinginan menjalankannya, maka rasanya konsep yang akan saya paparkan berikutnya hanya akan menjadi pencapaian mimpi perguruan tinggi kita berikutnya. Menguatkan system adalah memegang amanah dan tanggung jawab, membangun koordinasi, menciptakan komunikasi antar lini, bersama saling melengkapi, meghargai suatu pencapaian/ prestasi dan sebaliknya, menciptakan rasa kebersamaan dan rasa memiliki, dan banyak aspek lain yang bisa menjadi bahan kajian pada perguruan tinggi kita. Semua hal diatas harus kita bangun dan kokohkan terlebih dahulu sebelum kita melangkah kepada konsep berikutnya, karena jika salah satu saja tidak menghendaki konsep ini dijalankan, maka konsep ini kembali hanya menjadi mimpi kita berikutnya. (Syafrizal, 2013 : 5- 6) 4. Technopreneur Concept dan potensi atau keunggulan Technopreneur concept merupakan sebuah konsep yang mengedepankan dua keunggulan dalam satu kompetensi yang diharapkan dan tertuang kedalam visi dan misi perguruan tinggi, pencapaiannya tentu harus selaras dan seiring dengan pencapaian visi dan misi perguruan tinggi terutama visi dan misi program studi. Dua keunggulan dalam satu kompetensi merupakan penjabaran dari kata – kata techno dan preneur, dimana techno mengandung arti teknologi dan preneur berarti potensi atau keunggulan. Artinya konsep ini akan memadukan antara potensi atau keunggulan dengan teknologi. Secara sederhana semua mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda, jika si A kurang tertarik pada materi statistic mungkin Si A tertarik untuk memperdalam materi Manajemen dan seterusnya, atau bahkan ada mahasiswa yang sama sekali terlihat tidak pernah tertarik terhadap satu materi ajarpun, hal ini merupakan kekeliruan besar yang sepatutnya menjadi kajian ulang kita semua, sebenarnya jika kita menjalankan konsep proses pembelajaran yang sesungguhnya, didalam konsep tersebut adakalanya kita dituntut menggali apa sebenarnya yang menjadi minat utama mahasiswa, yang dapat kita jadikan bahan rujukan pembinaan dan pembimbingan untuk menciptakan keunggulan atau potensi kepada sang mahasiswa. Jika ada sebuah pertanyaan sederhana muncul, sudahkan kita melakukan hal tersebut ?, mudah saja kita menjawab dengan satu kata “belum”. Sekarang, mari kita uraikan satu persatu kedua unsur kata dalam konsep technopreneur. Techno berarti teknologi, yang mengandung arti bahwa input kita yaitu mahasiswa wajib mampu menguasai teknologi untuk menambah wawasan supaya tidak berfikir monoton yang menjadikan semua konsep menjadi monoton juga, tentu perlombaan penguasaan teknologi ini harus berbanding lurus dengan para tenaga pengajarnya. Preneur yang berarti potensi atau keunggulan mengandung arti bahwa mahasiswa pada hakikatnya harus memiliki keunggulan tertentu sebagai bekal penyelesaian studi, tanpa keunggulan, mustahil sang mahasiswa mampu bersaing untuk memperebutkan kesempatan bekerja, menciptakan lapangan pekerjaan atau memperbaiki status sosial mereka. Dua konsep diatas harus berjalan seiring, tidak dapat dipisahkan antara satu konsep dengan konsep yang kedua, untuk menggali potensi yang belum tergali pada diri 66 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 mahasiswa yang dapat menjadi keunggulannya, maka sang mahasiswa harus memiliki wawasan tentang keunggulannya itu dengan menguasai teknologi dan hal ini harus berbanding lurus dengan para penggali potensi mahasiswa itu sendiri yaitu para pengajar, dengan tambahan wawasan bisa saja dapat merubah cara ataupun pola pengajaran yang dipakai, jika selama ini melakukan proses transformasi ilmu dengan cara yang monoton atau membosankan sehingga yang menerima juga cepat menjadi jenuh, maka dengan menguasai teknologi dapat meberikan jawaban bagaimana cara merubah proses tersebut menjadi menarik dan menyenangkan. Sebenarnya masih banyak cara pencapaian konsep ini dengan berbagai contoh yang lebih real atau nyata, tapi hal tersebut merupakan sebuah tantangan bagi perguruan tinggi kita untuk mampu memberikan jawabannya pada tiap pencapaian yang kita telah laksanakan dan agendakan. Konsep sederhana diatas masih dapat dijadikan sebuah konsep yang lebih komplit lagi dengan sebuah pengembangan dari hanya menyangkut internal organisasi ke hal – hal yang berkaitan dengan eksternal organisasi. Perguruan tinggi kita, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat yang memiliki basis kompetensi manajemen dibawah naungan Yayasan Pendidikan Indragiri dapat bekerjasama mewujudkan konsep yang kita bahas sebelumnya dengan perguruan tinggi lain dibawah naungan yayasan yang sama dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan konsep yang telah kita paparkan sebelumnya. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat dalam hal ini dapat melakukan kerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Indragiri (STTI) Rengat untuk memadukan konsep techno preneur tersebut kedalam konsep pembelajaran silang. Hal ini dapat diwujudkan dengan memadukan kedua kurikulum yang berbeda kedalam satu persamaan konsep sederhana sebelumnya menjadi konsep inti pengembangan kurikulum, dosen dan bahan ajar, bisa saja konsep Community College yang hanya mengedepankan kekhususan bidang tertentu dapat diganti dengan konsep baru ini. (Syafrizal, 2013 : 7-10) 67 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 E. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat, yang terletak di Jalan R. Soeprapto No. 14 Telp (0769) 21019 – Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Peneliti memilih objek ini karena memiliki alasan bahwa objek tersebut merupakan tempat peneliti bekerja dan pertimbangan kemudahan dalam mencari informasi dan mendapatkan data penunjang dalam penelitian. 2. Jenis Penelitian Didalam penelitian ini, penulis mengunkan analisis data dengan metode deskriftif, yakni dengan mengumpulkan data yang telah diperoleh dalam penelitian dengan penggabungannya dengan landasan teori yang telah dimuat dalam telaah pustaka dan kemudian diambil kesimpulan. Dengan menggunakan metode ini peneliti berharap dapat memberikan saran dan masukan pada pihak manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri dalam mencari solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi. 3. Populasi dan Sampel Didalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi penelitian adalah mahasiswa dengan jumlah 1568 orang , Dosen tetap 11 orang, karyawan 14 orang dan manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat sebanyak 10 orang, dan total populasi dalam penelitian ini menjadi 1603 orang. Mengingat jumlah populasi dalam penelitian ini banyak, maka sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus slovin (Iskandar, 2008 : 70) n= N 1+Ne2 Dimana : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Presisi, akibat kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir n= N 1+Ne2 = = 1603 1 + 1603 (10%)2 1603 1 + 1603 (0,01) = 94,13 Responden Dibulatkan menjadi 94 Responden 68 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 4. Penyebaran Sampel Adapun iterasi proporsional penyebaran sampel yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut : Jenis Responden Jumlah 1. Mahasiswa 71 Responden 2. Karyawan 14 Responden 3. Dosen 8 Responden 4. Manajemen 1 Responden Total 94 Responden 5. Teknik Penarikan Sampel Adapun teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Insidental Sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana dalam hal ini yang akan menjadi responden pada penelitian ini adalah yang kebetulan dapat penulis temui saja. 6. Jenis dan Sumber Data Adapun jenis sumber data yang penulis didalam penelitian ini terdiri dari: 1. Data Primer, yakni data yang diperoleh dari responden, didalam penelitian ini adalah manajemen, dosen, karyawan dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat. 2. Data Sekunder, yakni data yang tersedia pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat serta data dari pihak lain yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Jenis data ini berupa sejarah singkat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri Rengat, struktur organisasi dan data-data penunjang lainnya yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. 7. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data dan keterangan yang diperlukan didalam penelitian ini penulis mengunakan metode pengumpulan data dengan teknik : 1. Dafar pertanyaan (Angket) atau Kuisioner Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang identitas dan potensi diri responden yang relevan dengan variabel penelitian. Disamping itu juga dipergunakan untuk mendapatkan penilaian langsung berdasar kenyataan yang diperoleh dilokasi penelitian. 2. Wawancara Yakni melakukan Tanya jawab langsung kepada pihak yang terkait yang tidak memungkinkan untuk disajikan dalam daftar kuisioner, yang diwawancarai terdiri 69 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 dari : Manajemen, Dosen, Karyawan, Mahasiswa yang sebelumnya telah diberikan daftar pertanyaan berupa angket penelitian. 3. Observasi Kegiatan pengamatan langsung secara terbatas terhadap satu sejumlah aspek perilaku objek penelitian dalam melaksanakan kegiatannya.teknik ini digunakan terutama untuk mengetahui secara langsung data, momen, dan kasus yang menggambarkan kondisi tingkat kinerja responden pada hari dan jam kerjanya. 8. Teknik Analisa Data Analisis data menggunakan statistik deskriptif, dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Langkah pertama, menetapkan jumlah kategori ukuran untuk tiap item pertanyaan, untuk setiap indikator yang menjadi bagian yang diteliti, dalam hal ini peneliti menetapkan 5 (lima) kategori ukuran. (Skala Likert) 2. Langkah kedua, menentukan nilai skor untuk setiap alternatif jawaban responden pada tiap item pertanyaan. Pada penelitian ini peneliti menetapkan nilai skor 5,4,3,2 dan 1 untuk pilihan jawaban yang dinilai sangat baik, baik, cukup baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. 3. Langkah ketiga, mengkalkulasikan jumlah skor serta menentukan kategori skor yang menjadi acuan pengukuran. Dimana jumlah seluruh item pertanyaan berjumlah 5 pertanyaan. 4. Langkah keempat, setelah kategori skor didapat maka peneliti akan menghubungkan dengan nilai skor dan hasil penilaian untuk membuat sebuah pembahasan penelitian ini. 5. Pembahasan dan penarikan kesimpulan disamping menggunakan deskriptif juga menggunakan wawancara. F. Hasil Dan Pembahasan 1. Objek dan struktur organisasi Penelitian Peneliti mengambil objek penelitian pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIEI) Rengat, yang beralamat di Jl. R. Soeprapto No.14 kelurahan Sekip Hilir Rengat. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat adalah sebuah perguruan tinggi swasta (PTS) yang bernaung dibawah Yayasan Pendidikan Indragiri Kabupaten Indragiri Hulu, semenjak berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat telah melakukan 3 (tiga) kali pergantian pimpinan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat telah terakreditasi B dengan nomor : 1262/BAN-PT/Ared/S/XII/2015. Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat : Ketua Yayasan : H. Sunardi Ibrahim, S.Sos,MM Ketua : Ivalaina Astarina, SE,MM Puket I : Puspa Dewi, SE, MM Puket II : Kurnia Dewi, SE, MM 70 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Puket III Ketua Prodi Kepala Labor Kepala TU Ketua LPPM Kepala Riset Ka. Perpustakaan : Angga Hapsila, SE, MM : Syafrizal, SE,M.Si : Yenny Iskandar, SE, M.Kom : Warnadi, SE, M.Si : Yusnedi, SH,M.Hum : Agus Supriyadi, SE,M.Si : Aris Triyono, SE 2. Kajian Kelayakan Technopreneur Concept Technopreneur concept seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya dalam telaah pustaka merupakan sebuah konsep baru penerapan dua keunggulan dalam satu kompetensi utama pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat. Konsep ini bukan sebuah konsep yang merubah tatanan baku yang telah ada dan berjalan menjadi sebuah system, namun menyempurnakan konsep yang telah ada seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan peningkatan kualitas lulusan dari para stakeholder (pengguna) lulusan. Berikut akan penulis paparkan hasil penyebaran questioner penelitian tentang tanggapan responden terhadap tingkat kesetujuan terhadap penerapan technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri dalam tabel 2 (dua) berikut : Tabel 2. Tanggapan Responden terhadap Kesetujuan Penerapan technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat No 1 2 3 4 5 Tanggapan Responden Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah Bobot Nilai 5 4 3 2 1 Jumlah Responden 82 12 94 Jumlah Bobot 410 48 458 Sumber : Data Olahan Tahun 2015 Keterangan : Total Bobot Jumlah responden = Kategori 458 = 4.87 94 Dari data olahan pada tabel 4.8 diatas tentang Tanggapan Responden Tentang Tanggapan Responden Tentang Kesetujuan penerapan technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat terlihat bahwa sebanyak 82 tanggapan responden dengan jumlah bobot 410 yang menyatakan bahwa technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat adalah sangat setuju diterapkan, dan 12 orang responden dengan jumlah bobot 48 menyatakan setuju technopreneur concept diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, tidak ada responden yang menjawab kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. 71 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Berdasarkan tanggapan responden terhadap kesetujuan penerapan technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri dapat dikategorikan Sangat Setuju, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 4.87 dan dibulatkan menjadi 5, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 5 adalah sangat setuju. Dari keseluruhan tanggapan responden dari hasil penyebaran questioner oleh peneliti, tidak ada satu alasanpun yang menjadikan konsep ini tidak layak untuk segera diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri Rengat, sudah sepatutnya pihak terkait menyikapi dan segera membentuk tim khusus guna perwujudan konsep ini dan menuangkannnya kedalam suatu pencapaian besar pada Visi dan Misi Organisasi. Dengan bersinerginya semua komponen organisasi, maka tidak mustahil jika konsep ini dapat berjalan dengan baik dan dicapai dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. “konsep ini sangat penting untuk segera kita terapkan, namun sebelumnya kita akan memperkuat system yang ada serta memperbaiki kelemahan yang masih Nampak didepan mata kita, semoga konsep ini dapat menjawab tantangan persaingan global yang sangat berguna bagi lulusan kita dan STIE Indragiri khususnya” (hasil wawancara dengan Ivalaina Astarina, Tanggal 23 Agustus 2015) Dalam teori Malayu S.P. Hasibuan (2003) dikatakan, untuk menciptakan dan membina integrasi yang baik dalam organisasi dapat diusahakan dengan human relations, motivasi, kepemimpinan, kesepakatan kerja bersama (KKB), dan collective bargaining melalui komunikasi dua arah. Apabila tercipta dan terbina integrasi yang baik dalam organisasi, semangat kerja, loyalitas dan partisipasi karyawan akan meningkat sehingga tujuan optimal dan kepuasan semua pihak tercapai. G. Simpulan Dari uraian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Technopreneur concept merupakan sebuah konsep yang menjadi penyempurna konsep yang telah ada pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, bukan menggantikan konsep yang telah menjadi system dan telah dijalankan selama ini. 2. Technopreneur concept telah layak untuk diterapkan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, ini sesuai pula dengan tanggapan responden terhadap kesetujuan penerapan konsep ini, dimana sebanyak 82 tanggapan responden dengan jumlah bobot 410 yang menyatakan bahwa technopreneur concept pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat adalah sangat setuju diterapkan, dan 12 orang responden dengan jumlah bobot 48 menyatakan setuju technopreneur concept diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat, tidak ada responden yang menjawab kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju, Berdasarkan tanggapan responden terhadap kesetujuan penerapan technopreneur concept tersebut dapat dikategorikan Sangat Setuju, ini dapat dilihat dari hasil bagi antara jumlah bobot dan jumlah responden yaitu 4.87 dan dibulatkan menjadi 5, dan kategori jawaban untuk bobot nilai 5 adalah sangat setuju. 72 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 H. Saran Dari kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan masukan dan saran terhadap objek penelitian sebagai berikut : 1. Karena technopreneur concept merupakan penyempurnaan dari konsep yang telah ada dan telah berjalan sebelum konsep ini hadir, maka konsep ini sangat perlu untuk segera diterapkan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat. 2. Sebelum konsep ini diterapkan perlu disusun tim perumus kebijakan konsep ini, sebenarnya system yang telah ada jika dijlankan pasti akan membawa dampak positif, namun jika suatu konsep dilakukan sebuah penyempurnaan, maka perlu dilakukan pengkajian berikutnya tentang seberapa jauh kesiapan sumber daya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indragiri (STIE-I) Rengat mendukung penerapan konsep ini. 3. Untuk menciptakan dan membina integrasi yang baik dalam organisasi dapat diusahakan dengan human relations, motivasi, kepemimpinan, kesepakatan kerja bersama (KKB), dan collective bargaining melalui komunikasi dua arah. Apabila tercipta dan terbina integrasi yang baik dalam organisasi, semangat kerja, loyalitas dan partisipasi karyawan akan meningkat sehingga tujuan optimal dan kepuasan semua pihak tercapai. I. DAFTAR PUSTAKA 1. Burky., & perry. 2009, A tale of two organization : Academy of management executive. February 2008, 93 -105 2. Hasibuan, Malayu, SP. 2006, Organisasi dan motivasi : Jakarta. PT, Bumi Aksara 3. Kart., & Ronzweight. 2011, Hostile environments : Human resources executive, December 2010, 65 – 76 at www.riyan17.com 4. Nancy., & Dixon. 2004, Flexible scheduling works best if it serves both boss and workers : The wall street journal, 17 Januari 2002, (9) 81 5. Perry. 1990, Kebijakan organisasi dalam pengukuran kinerja : Jakarta. Salemba Empat 6. Siregar. 2000, Memimpin perubahan dalam organisasi : Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama 7. Syafrizal, 2013, Blue print of Tecnopreneur concept : Rengat, Pusat Penjaminan Mutu STIE Indragiri Rengat 8. Syafrizal, 2013, Kurikulum berbasis kompetensi upaya peningkatan kualaitas lulusan, diakses pada tanggal 12 Desember 2012 http://riyan17.wordpress.com/2012/06/05/kurikulum-berbasis-kompetensi-upayameningkatkan-kualitas-lulusan-bagian-1/ 73 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP LABOUR TURN OVER PADA PT. SUMBER MAHTERA KENCANA – RENGAT. Oleh : Hj. Irawati, SE, MM Abstrak Penelitian ini dilakukan pada PT Sumber Mahtera Kencana Rengat. Objek penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan kompensasi terhadap Labour Turn Over yang ada di PT Sumber Mahtera Kencana Rengat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara simultan kepemimpinan dan kompensasi terhadap Labour Turn Over yang ada di PT Sumber Mahtera Kencana Rengat, untuk Mengetahui apakah ada pengaruh secara parsial kepemimpinan terhadap Labour Turn Over yang ada di PT Sumber Mahtera Kencana Rengat serta untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara parsial kompensasi terhadap Labour Turn Over yang ada di PT Sumber Mahtera Kencana Rengat. Di dalam penelitian ini jenis data yang dipergunakan adalah data skunder.dan Primer Dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai F hitung 6,295 lebih besar dari F tabel sehingga secara simultan ada pengaruh secara signifikan. Sedang nilai t hitung untuk kepemimpinn sebesar 1,666 atau lebih kecil dari t tabel 1,9977 sehingga secara parsial tidak ada pengaruh secara signifikan dan nilai t hitung untuk kompensasi sebesar -0,007 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 1,9977 sehingga secara parsial tidak ada pengaruh secara signifikan Kata Kunci : Kepemimpinan, Kompensasi dan Labour Turn Over 74 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan, seorang pimpinan harus dapat memperhatikan dan menyemangati karyawannya agar dapat bekerja dengan lebih baik dan bergairah. Tanpa adanya peran serta dari pimpinan dalam membina karyawan, sangat mustahil untuk dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja karyawan. Pimpinan harus mengetahui dengan tepat apa yang menjadi kebutuhan mereka. Apabila pimpinan dapat memenuhinya maka akan menimbulkan semangat kerja yang akan dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Dewasa ini karyawan mempunyai relevansi besar untuk berpikir tentang berhenti bekerja, karena hal ini manejer dihadapkan pada kurangnya kontiniutas, dan tingginya beban yang dilibatkan dalam industri serta training staf baru, dan juga penurunan produktifitas perusahaan. Di dalam era globalisasi menuntut pekerja agar lebih mudah tanggap dan cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan dan pengetahuan yang luas mengenai pekerjaannya merupakan sesuatu hal yang wajar, perusahaan akan menuntut yang lebih dari pada itu semua guna dapat terus bertahan dalam persaingan bisnis. Tanpa adanya pekerja tidak akan mungkin perusahaan itu berjalan dan berpartisipasi dalam pembangunan. Menyadari akan pentingnya pekerja bagi- perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Dengan demikian perlu diusahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaannya dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan itu tatap terjamin. Pemikiran-pemikiran ini merupakan program perlindungan pekerja, yang dalam praktek sehari-hari berguna untuk dapat mempertahankan produktivitas dan kestabilan perusahaan. Mengenaimkonsep perlindungan tenaga kerja perempuan menurut UndangUndang Perburuhan adalah bahwa seorang tenaga kerja atau buruh harus dilindungi dan diberikan haknya sebagai seorang tenaga kerja baik itu mereka yang bekerja di Dalam Negeri maupun mereka yang bekerja di Luar Negeri, sebab mereka adalah merupakan aset terbesar bagi Negara. Begitu cepatnya arus persaingan dan globalisasi menuntut pekerja untuk lebih mudah tanggap dan cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Tuntutan kerja yang tinggi, tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan dan pengetehuan yang luas mengenai pekerjaannya merupakan suatu hal yang wajar, perusahaan akan menuntut yang lebih dari pada itu semua guna dapat terus bertahan dalam persaingan bisnis. Sumber 75 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Daya Manusia yang berkualitas sangat menentukan maju mundurnya bisnis perusahaan dimasa mendatang. Mengingat pentingnya peranan Sumber Daya Manusia dalam perusahaan agar tetap dapat Survive dalam iklim persaingan bebas tanpa batas, maka peranan Manajemen Sumber Daya Manusia tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab pimpinan perusahaan. Sumber Daya Manusia perlu dikelola secara baik dan profesional agar dapat tercipta keseimbangan antara kebutuhan Sumber Daya Manusia dengan tuntutan serta kemajuan bisnis perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci sukses utama bagi perusahaan agar dapat berkembang dan tumbuh secara produktif dan wajar. Tabel 1 : Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah dan tingkat Labour Turn Over pada PT. Sumber Mahtera Kencana Rengat Tahun 2009 – 2013 Jumlah Labour Turn Over (Orang) Kywn Kywn Kywn Keluar Awal Thn Akhir Thn 81 69 118 130 111 95 130 146 116 112 146 150 78 83 150 145 164 118 145 191 Kywn Masuk Tingkat Labour Turn Over (%) 53,077 65,068 74,667 57,241 61,780 Sumber : PT. Sumber Mahtera Kencana Rengat. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah dan tingkat Labour Turn Over pada PT. Sumber Mahtera Kencana Rengat, dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Pada tahun 2009 jumlah karyawan yang masuk 81 orang, karyawan yang keluar 69 orang, kayawan pada awal tahun 118 orang dan karyawan pada akhir tahun 130 orang dengan tingkat Labour Turn Over 53,077 %. Pada tahun 2010 jumlah karyawan yang masuk 111 orang, karyawan yang keluar 95 orang, kayawan pada awal tahun 130 orang dan karyawan pada akhir tahun 146 orang dengan tingkat Labour Turn Over 65,068 %. Pada tahun 2011 jumlah karyawan yang masuk 116 orang, karyawan yang keluar 112 orang, kayawan pada awal tahun 146 orang dan karyawan pada akhir tahun 150 orang dengan tingkat Labour Turn Over 74,667 %. Pada tahun 2012 jumlah karyawan yang masuk 78 orang, karyawan yang keluar 83 orang, kayawan pada awal tahun 150 orang dan karyawan pada akhir tahun 145 orang dengan tingkat Labour Turn Over 57,241 %. Pada tahun 2013 jumlah karyawan yang masuk 164 orang, karyawan yang keluar 118 orang, kayawan pada awal tahun 145 orang dan karyawan pada akhir tahun 191 orang dengan tingkat Labour Turn Over 61,780 %. Melihat uraian tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat Labour Turn Over pada PT. Sumber Mahtera Kencana Rengat cukup tinggi diatas 53 % dan juga berfluktuasi dimana pada 76 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 tahun 2009 mengalami kenaikan sampai tahun 2011 kemudian tahun 2012 mengalami penurunan lagi dan naik lagi pada tahun 2013. Adapun yang menjadi penyebab terjadinya hal ini adalah karena pengaruh kepemimpinan dan kompensasi. 77 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 B. Telaah Pustaka dan Hipotesis 1. Pengertian Labour Turn Over Labour Turn Over adalah berhentinya seseorang karyawan dari tempatnya bekerja secara sukarela menurut pilihannya sendiri (Kurniasari; 2004 : 20) Turn Over merupakan suatu kontrol individu , dimana dapat memberikan hasil penelitian yang lebih cepat dan relatif mudah diprediksi dibanding perilaku intentionnya. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya turn over, diantaranya adalah faktor eksternal, yakni pasar tenaga kerja, sedangkan faktor institusi yakni kondisi ruang kerja, upah, ketrampilan kerja, dan supervisi, karakteristik personal dari karyawan seperti intelegensi, sikap, masa lalu, jenis kelamin, minat, umur, dan lama bekerja serta reaksi individu terhadap pekerjaan. Employee turn over, merupakan hubungan antara kepuasan kerja dan berhenti bekerja. Hubungan itu dimulai dari adanya pikiran untuk berhenti bekerja, usahausaha untuk mencari pekerjaan baru, berinteraksi untuk berhenti bekerja atau tetap bertahan dan yang terakhir adalah memutuskan untuk berhenti bekerja. Menurut Mobley, perasaan tidak puas akan memicu rencana untuk berhenti bekerja, yang kemudian akan mengarahkan pada usaha mencari pekerjaan baru (Cameli; 2004 : 21). Industri yang memiliki angka turn over intention yang tinggi mengindikasikan bahwa karyawan tidak betah bekerja di industri tersebut. Jika dilihat dari segi ekonomi tentu industri akan mengeluarka cost yang cukup besar karena industri sering malakukan rekruitmen yang biayanya sangat tinggi, pelatihan dan menguras tenaga serta biaya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi suasana kerja menjad kurang menyenangkan. Selain itu, adanya turn over intention (Widhiastuti ; 2002: 4-5). Berbagai studi telah menunjukkan bahwa berpindah merupakan variabel yang paling berhubungan dan lebih banyak menerangkan varians perilaku turn over intention. Tingkat Intention adalah kriteria yang cukup baik untuk mengukur stabilitas yang terjadi di organisasi tersebut, dan juga bisa mencerminkan kinerja dari organisasi (Muchinsky ; 2004 : 35) Turn over intention mengarah pada kenyataan akhir yang dihadapi organisasi berupa jumlah karyawan yang meninggalkan organisasi pada periode tertentu, sedangkan keinginan untuk berpindah mengacu pada hasil evaluasi individu mengenai kelanjutan hubungan dengan organisasi dan belum diwujudkan dalam tindakan pasti meninggalkan organisasi. Peralatan produksi yang tidak dapat difungsikan secara penuh selama proses perekrutan dan masa training. Tingkat kerusakan dan waktu yang terbuang cendrung lebih tinggi pada pekerjaan baru. Kerja lembur yang disebabkan oleh banyaknya pekerja yang keluar mengakibatkan masalah dalam memenuhi jadwal pengiriman yang keluar mengakibatkan masalah dalam memenuhi jadwal pengiriman yang telah disepakati. Bahwa dampak negatif yang ditimbulkan oleh turn over tidak hanya 78 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 dihubungkan dengan faktor biaya tetapi juga faktor bukan biaya, sehingga perlu dipertimbangkan karena mempengaruhi efektifitas organisasi secara keseluruhan. 2. Kepemimpinan Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yakni para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggung jawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (comfidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi (Kartono ; 2005 : 64) Kepemimpinan sering kali disamakan dengan manajemen. Padahal keduanya berbeda. Menurut Bennis, pemimpin berfokus mengerjakan yang benar, memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat (Katono ; 2005 : 65) Agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai tentunya harus mempunyai visi dan misi. Untuk pencapainya harus menggunakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengawasan dan juga strategi yang tepat. Oleh karenanya dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa mengkoordinasikan semua yang terlibat dalam suatu perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan mnjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Hersey ; 2008 : 473) : 1). Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari diri pemimpin. Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin.. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu, ada kompentensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan. 2). Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan dan situasi. Termasuk di didalamnya situasi organisasi dan sosial. Faktor bawahan adalah faktor yang disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan status sosial, pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dan lain-lain. Faktor 79 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 eksternal lain adalah faktorsituasi. Situasi ini berkaitan dengan aspek waktu, tempat, tujuan, karakteristik organisasi dan lain-lain. Bertalian dengan waktu, perkembangan ilmu dan pengetahuan mempengaruhi cara pandang dan budaya manusia. Perkembangan itu berdampak pula pada perubahan konsep kepemimpinan. b. Model-Model Kepemimpinan 1). Model watak kepemimpinan (Traits Model of Leadership) Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti kecerdasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain. 2). Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership) Model ini merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situaasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan Situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang embuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga moodel ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin. Menurut gaya kepemimpinan situasional, ada tiga hal yang saling berhubungan yaitu : a). Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan. b). Jumlah dukungan sosio emosional yang diberikan oleh pimpinan. c). Tingkat kematangan dan kesiapan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksankan tugas kasus, fungsi atau tujuan tertentu. 3). Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders). Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviors) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) da konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefenisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorgnisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti 80 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. 4). Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model) Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan atara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin. 5). Model Kepemimpinan Transformasional (Model Transformational Leader) . Model ini merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Burns merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefenisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. a. Tipe-tipe Kepemimpinan Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal ini sebagaimana pendapat yang membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu : (Terry ; 2005 : 423) 1). Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk ini dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan. 2). Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan. 3). Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotion leadership). 81 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan intruksiintruksinya harus ditaati. 4). Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan. 5). Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya. 6). Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klikklik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung. Karyawan yang tidak merasa puas terhadap pekerjaannya, cendrung akan melakukan penarikan atau penghindaran diri dari situasi-situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Bila seseorang termotivasi, ia akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Namun belum tentu upaya yang keras itu akan menghasilkan produktivitas yang diharapkan, apabila tidak disalurkan dalam arah yang dikehendaki organisasi. Oleh karena itu upaya harus diarahkan dan lebih konsisten dengan tujuan ke dalam sasaran organisasi. 3. Kompensasi Suatu cara bagian personalia meningkatkan produktifitas tenaga kerja adalah melalui pemberian kompensasi. Pada hakekatnya dalam manajemen personalia seperti yang kita ketahui penetapan kompensasi adalah satu dari antara fungsi operasional yang sangat penting, apabila kompensasi diberikan dengan cara benar, tenaga kerja akan lebih terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai sasaran organisasi. Kompensasi berperan penting bagi tenaga kerja sebagai individu, karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai tenaga kerja mereka diantara para tenaga kerja itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu fungsi pemberian kompensasi adalah merupakan suatu tugas yang sangat sulit bagi manajemen karena fungsi ini juga berhubungan sebagai penghargaan yang diberikan secara layak dan adil terhadap para tenaga kerja sesuai 82 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 dengan kontribusi mereka atas jasa yang diberikan secara layak dan adil terhadap para tenaga kerja sesuai dengan kontribusi mereka atas jasa yang diberikan untuk memajukan aktivitas perusahaan. Adapun pendapat para ahli tentang pengertian kompensasi adalah : 1. Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Umar ; 2005 : 16). 2. Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang maupun tidak diterima karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan ; 2004 : 133). 3. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima pekerja sebagai balas jasa atas kerja mereka (Handoko; 2008 : 155). 4. Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya, yang dapat dinilai dengan uang dan cendrung diberikan secara tetap (Alaidin ; 2005 : 90). 5. Kompensasi adalah merupakan imbalan atau balas jasa yang diberika oleh perusahaan kepada karyawannya (Alma ; 2007 : 162). Dari beberapa pendapat tentang pengertian kompensasi yang telah dikemukakan di atas meskipun berbeda-beda namun mempunyai maksud yang sama, yakni kompensasi tersebut adalah merupakan keseluruhan pengeluaran perusahaan untuk bayaran atas jasa yang telah diberikan kepada karyawan baik secara finansial maupun non finansial (Mangkuprawira; 2006 : 196). 1. Finansial adalah suatu yang diterima karyawan dalam bentuk gaji atau upah, bonus, premi, pengobatan, asuransi dan lain-lain yang sejenis yang dibayar oleh perusahaan. 2. Nonfinansial adalah yang dimaksud untuk mempertahankan karyawan dalam jangka panjang berupa penyelenggaraan program-program pelayanan bagi karyawan yang berupaya menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang menyenangkan berupa program rekreasi, cafetaria dan tempat-tempat beribadat. Sehubungan dengan itu, kompensasi untuk membatasi jurang antara tujuan perusahaan dan harapan serta aspirasi individu perlu disediakan, agar efektif sistem penghargaan perusahaan hendaknya menyediakan empat hal : 1). Tingkat penghargaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar 2). Keadilan dengan kerja eksternal 3). Keadilan dalam perusahaan 4). Perlakuan individu perilaku perusahaan yang terkait dengan kebutuhan mereka. 83 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Dalam prakteknya sehari-hari seringkali kita menggunakan istilah tentang kompensasi, upah, dan gaji. Walaupun ada kesamaan namun tetap berbeda diberbagai segi. Upah dan gaji adalah merupakan satu bentuk dari kompensasi, sebab kompensasi mencakup semua penghasilan yang diterima oleh seorang karyawan baik material maupun non material. Upah dan gaji mempunyai pengertian yang berbeda, walaupun keduanya sama-sama diberikan dalam bentuk uang. Perbedaan antara upah dan gaji adalah sebagai berikut : 1). Upah adalah merupakan basis bayaran uang, yang sering digunakan bagi pekerjapekerja produksi dan pemeliharaan, pekerja-pekerja kerah biru (Simamora ; 2008 : 544). 2). Upah adalah suatu ukuran untuk menilai kesejahteraan tenaga kerja dan besarnya pendapatan. Sedangkan dari sudut analisa ekonomi, upah adalah harga atau nilai sumber daya manusia dan berfungsi dalam alokasi tenaga kerja (Manulang ; 2005 : 18). 3). Gaji adalah bayaran yang diterima karyawan manajemen staf profesional klasikal, “pekerja-pekerja kerah putih” untuk suatu masa tertentu dan bukan berdasarkan jam kerja atau output (keluaran) yang dihasilkan. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Yang menjadi objek penelitian dalam pembahasan ini adalah PT. Sumber Mahtera Kencana Rengat yang beralamat dijalan Jend. Sudirman No. 32 Rengat. 2. Jenis dan Sumber Data - Dalam penelitian ini penulis menggunakan data-data sebagai berikut : Data Primer yaitu data yang diperoleh dari perusahaan melalui penelitian pada responden atau sampel yang terpilih.. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain di luar responden, yang sudah ada seperti organisasi perusahaan, aktivitas perusahaan atau laporanlaporan yang berhubungan dengan perusahaan. 3. Teknik Pengumpulan data Agar penelitian ini dapat dilaksanakan, maka dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu : 1. Penelitian lapangan (Field Research) Yaitu melakukan penelitian secara langsung kelapangan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bersangkutan baik secara Quisioner maupun dengan cara wawancara langsung serta pihak lain yang dirasa perlu ada relevansi 84 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 dengan penulisan karya ilmiah ini. 2. Penelitian kepustakaan (Library Research) Yaitu penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan bahan dan teoriteori yang dapat digunakan sebagai sarana pembahasan yang diambil dari buku-buku atau karangan ilmiah serta sumber-sumber lain yang dapat membantu penulisan ini. 4. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di PT. Sumber Mahtera Kencana Rengat, yaitu sebanyak 191 orang pada tahun ke lima penelitian. Jadi untuk mempermudah dalam memperoleh data, peneliti hanya mengambil sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling, sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan oleh penulis dengan menggunakan rumus Slovin yang diangkat sebagai bahan sampel pada penelitian ini. Rumus Slovin (Hasan ; 2002 : 61) N n = ------------1 + Ne2 Dimana : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi e = Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 1 = Konstanta N n = 1 + Ne2 191 n 191 = 191 = = = 65,6 = 66 1 + 191 (0,1)2 1 + 191 (0,01) 2,91 Jadi sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 orang responden. 85 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 5. Analisis Data Dalam penelitian ini setelah data penulis kumpulkan, kemudian penulis kelompokkan atau spesifikasikan data-data tersebut, selanjutnya dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan Analisa Regresi Linier Berganda. Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan : Y = Labour Turn Over X1 = Kepemimpinan X2 = Kompensasi a = Konstanta b1b2 = Koefisien Regresi Metode skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, dimana dengan skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Untuk keperluan analisa kuantitatif, maka jawaban diberi nilai 1 sampai 5 yaitu : a. b. c. d. e. Sangat Setuju = 5 Setuju = 4 Ragu-ragu = 3 Tidak Setuju = 2 Sangat Tidak Setuju = 1 Untuk membantu dalam pengolahan data tersebut digunakan program SPSS (Statistic for Product and Service Soloution). Sedangkan alat uji yang digunakan adalah : 1). Uji Regresi Secara Parsial Guna membuktikan kebenaran dari Hipotesis untuk mengetahui apakah secara individu, variabel bebas mempunyai pengaruh nyata atau tidak nyata terhadap variabel terikat. Untuk ini digunakan uji t, yaitu membandingkan t hitung dengan t tabel, apabila t hitung lebih besar dari t tabel berarti variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Dan jika t hitung lebih kecil dari t tabel berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap ariabel terikat. 2). Uji Regresi Simultan (Serentak) a. Membandingkan F hitung dengan F tabel, apabila F hitung lebih besar dari F tabel berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, tetapi apabila F hitung lebih kecil dari F tabel berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. 86 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 b. Besarnya koefisien determinasi (r2). Syarat koefisien determinaasi dikatakan kuat atau lemah yaitu apabila r2 mendekati angka 1 (satu), maka berarti pengaruh variabel bebas secara serentak dianggap kuat, dan apabila r2 mendekati 0 (nol) maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serentak adalah lemah. F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengamati Dua variabel independent yaitu kepemimpinan dan kompensasi yang mempengaruhi Labour Turn Over pada PT Sumber Mahtera Kencana dependennya. a. Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variable predictor (variable bebas) terhadap Variabel terikat. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut : Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Kepemimpinan Kompensasi a. Dependent Variable: LTO Standardized Coefficients Std. Error 85.210 31.453 .614 .369 -.004 .633 Beta t Sig. 2.709 .114 .932 1.666 .238 -.004 -.007 .995 Berdasarkan hasil pada tabel tersebut, dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 85,210 + 0,614X1 – 0,004 X2 Uji t (parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai t hitung dan taraf signifikansinya dalam penelitian ini: 1. Berdasarkan analisis data di atas, maka tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel kepemimpinan adalah sebesar 1,666. Nilai tersebut di bawah nilai t tabel untuk N = 66 yaitu sebesar 1,9977 sehingga diinterpretasikan bahwa variabel kepemimpinan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Labour Turn Over. 2. Berdasarkan analisis data di atas, maka tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel kompensasi adalah sebesar -0,007. Nilai tersebut di bawah nilai t tabel untuk N = 66 yaitu sebesar 1,9977 sehingga diinterpretasikan bahwa variabel kompensasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Labour Turn Over. b. Uji Regresi Simultan 87 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Berdasarkan Tabel dibawah ini maka : ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square 1806.254 2 903.127 286.946 2 143.473 2093.200 4 F 6.295 Sig. .137a a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Kepemimpinan b. Dependent Variable: LTO Tampak bahwa nilai F hitung pada model penelitian adalah sebesar 6,295 lebih besar dari 3,143, berarti kepemimpinan dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap Labour Turn Over. Model Summary Model 1 R .929a R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .863 .726 11.97803 a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Kepemimpinan Berdasarkan pada model summary di atas SPSS merekomendasikan model yang dipergunakan dalam persamaan ini adalah kepemimpinan (X1) kompensasi (X2) dan Labour Turn Over (Y). Nilai R2 pada model ini adalah 0,863 atau sebesar 86,3% tingkat Labour Turn Over dipengaruhi kepemimpinan dan kompensasi dan sebesar 13,7% (100 – 86,3) dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Dari perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa hubungan antara kepemimpinan dan kompensasi terhadap labour turn over dimana diperoleh sebesar 0,929 atau 92,9% yang berarti bahwa kepemimpinan dan kompensasi memiliki hubungan terhadap labour turn over. 88 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 G. Simpulan Dari hasil pembahasan yang ada maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Variabel kepemimpinan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Labour Turn Over, ini dilihat dari t hitung yang lebih kecil dari t tabel (1,666 < 1,9977) dan Variabel kompensasi juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Labour Turn Over, ini dilihat dari t hitung yang lebih kecil dari t tabel (0,007 < 1,9977). Secara simultan nilai F hitung pada model penelitian adalah sebesar 6,295 lebih besar dari 3,143, berarti kepemimpinan dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap Labour Turn Over 2. Nilai R2 pada model ini adalah 0,863 atau sebesar 86,3% tingkat Labour Turn Over dipengaruhi kepemimpinan dan kompensasi dan sebesar 13,7% (100 – 86,3) dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Dari perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa hubungan antara kepemimpinan dan kompensasi terhadap labour turn over dimana diperoleh sebesar 0,929 atau 92,9% yang berarti bahwa kepemimpinan dan kompensasi memiliki hubungan terhadap labour turn over H. Saran 1. Kepemimpinan yang diterapkan hendaknya dapat memotivasi tenaga kerja agar lebih loyal dan mampu memberikan yang terbaik bagi perusahaan dan kompensasi harus dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi agar turn over dapat dikendalikan. 2. Kepemimpinan dan kompensasi memiliki hubungan yang erat, artinya kepemimpinan harus terus dapat menjaga tenaga kerja atau karyawan agar tidak keluar masuk sehingga dapat mengurangi biaya rekruitmen. I. DAFTAR PUSTAKA 1. Alaidin, 2005. Pengaruh Kompensasi Terhadap Produktivitas . Universitas Islam Riau, Pekanbaru. 2. Alma, Bukhari, 2007. Pengantar Bisnis, Pabelan, Bandung. 3. Cameli Abraham, 2004, The Relationship Between Work Commitment Models And Employee Withdrawal Intention, Journal of Business Management (Oktober) pp 6384. 4. Handoko, Hani T, 2008, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, BPFE, Yogyakarta. 5. Hasibuan, Melayu S.P, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia, CV. Mas Agung, Jakarta. 6. Kurniasari Luvi, 2004, Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Job Insecurity Karyawan Terhadap Intensi Turnover, Universitas Airlangga, Surabaya. 7. Mangkuprawira Sjafri,, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik, Ghalia Indonesia, Jakarta. 8. Manulang, M, 2005, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Liberty, Yogyakarta. 89 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 9. Simamora, Hendry, 2008, Manajemen Sumberdaya Manusia. Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta. 10. Terry, R. George., 2005., Prinsip-Prinsip Manajemen., Bumi Aksara, Jakarta. 11. Umar, Husein, 2005, Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 12. Widhiastuti, Hardiani, 2002, Upaya Menekan Turnover Karyawan Dengan Menganalisa Faktor-faktor Kepuasan Kerja, Jurnal Dinamika Sosial dan Budaya, Volume 4. 90 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK PEMILIH DI INHU ABSTRAK OLEH : YUSNEDI Berdasarkan kemajemukan budaya, etnisitas, ras dan agama di Indonesia melatarbelakangi penulis dalam menggambarkan pola pikir mengenai partisipasi politik. Hal ini merupakan indikator implementasi penyelenggaraan kekuasaan tertinggi yang absah oleh rakyat, diukur dari keterlibatan mereka pada pesta demokrasi (Pemilu). Maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian yakni ingin melihat korelasi mengenai tingkat sosial ekonomi terhadap partisipasi politik dalam pemilihan Bupati Indragiri Hulu tahun 2015. Metodelogi penelitian yang digunakan penulis disini adalah dengan menggunakan penelitian diskriptif kuantitatif, dengan format penelitian eksplanasi yakni penelitian yang ingin melihat hubungan antar variabel. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner sesuai jumlah sampel yang telah diperhitungkan. Hasil data tersebut memberikan gambaran umum sebagai hasil kesimpulan secara keseluruhan mengenai gambaran umum antara tingkat sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi politik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan status sosial telah mempengaruhi pola pikir mereka untuk terlibat dalam kegiatan politik. Kecenderungan masyarakat memilih untuk berpartisipasi politik secara tertutup, tidak mengikuti kegiatan politik secara terbuka. Mereka hanya berpartisipasi dengan melihat dan melaksanakan system yang telah ditentukan oleh Elit Politik. Hal tersebut didukung dari alasan penghasilan mereka yang berada dikategori rendah, sehingga masyarakat lebih mengutamakan perihal pekerjaan bukan pada kegiatan politik atau kenegaraan. Kata Kunci : Pemilu, Partisipasi Politik, Sosial dan Ekonomi 91 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebelum diamandemen pada Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa : “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR)”, Kemudian setelah diamandemen maka Pasal 1 ayat (2) ini berbunyi : “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undung-Undang Dasar”. Hal ini mengandung makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya berada ditangan MPR tetapi kedaulatan berada ditangan rakayat dan dilaksanakan menurut Undung-Undang Dasar (UUD) 1945. Dengan amandemen bunyi Pasal 1 ayat (2) tersebut maka bangsa Indonesia memasuki era baru dalam penyelenggaraan pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah yang sebelumnya dipilih langsung oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sejak bulan Juni 2005 dipilih secara demokratis langsung oleh rakyat melalui proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pemilihan kepala daerah pada awalnya merupakan bagaian dari otonomi daerah yang menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang dikenal dengan istilah Pilkada. Kemudian sekarang berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelengaraan Pemilihan Umum, Pemilihan kepala daerah bukan lagi bagian dari otonomi daerah melainkan bagian dari Pemilu. Oleh karena itu penyelenggaaannya secara langsung dibawah koordinasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) nasional. Pemilihan umum kepala daerah secara langsung merupakan sarana demokrasi bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dalam menentukan wakil-wakilnya di daerah, pilkada juga merupakan sarana untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seperti halnya negara Indonesia yang merupakam negara demokrasi yang mengalami perubahan signifikan pasca runtuhnya orde baru. Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti sebuah judul penelitian yang penulus beri judul : HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK PEMILIH DI INHU B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakan bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup Indragiri Hulu 2015? 2. Faktor-faktor apa yang menentukan partisipasi politik pada pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup Indragiri Hulu 2015? 3. Bagaimana rasionalisasi penggunaan hak pilih pemilih pemula saat pilbup Indragiri Hulu 2015? 92 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 C. Tinjauan Kepustakaan 1. Partisipasi Politik Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good government, sehingga banyak kalangan menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawali reformasi 1998. Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara. Apabila digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa Inggris, partisipate atau participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara (Suharno, 2004:102-103). Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Oleh karena itu yang dimaksud dengan partisipasi politik menurut Hutington dan Nelson yang dikutip oleh Cholisin (2007: 151) adalah : “Kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah” Selanjutnya Ramlan Surbakti sebagaimana yang dikutip oleh Cholisin (2007:150) memberikan definisi singkat mengenai partisipasi adalah : “Politik sebagai bentuk keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya” Menurut Miriam Budiarjo, (dalam Cholisin 2007:150) menyatakan bahwa : Partisipasi politik secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin Negara dan langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, mengahadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya. Oleh sebab itu, di negaranegara demokrasi pada umumnya dianggap bahwa partisipasi masyarakatnya lebih banyak, maka akan lebih baik. Dalam implementasinya tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga negara mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatankegiatan itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan (Miriam Budiardjo, 2008: 369). 93 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Paige dalam Cholisin (2007:153) merujuk pada tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan pemerintah (sistem politik menjadi empat tipe yaitu partisipasi aktif, partisipasi pasif tertekan (apatis), partisipasi militan radikal , dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi. Sebaliknya jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif-tertekan (apatis). Partisipasi militan radikal terjadi apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Dan apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan terhadap pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif). Berbagai bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi di berbagai Negara dapat dibedakan dalam kegiatan politik yang berbentuk konvensional dan nonkonvensional termasuk yang mungkin legal (petisi) maupun ilegal (cara kekerasan atau revolusi). Bentuk- bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik, kepuasan atau ketidak puasan warga negara. 5. Pemilihan Kepala Daerah 1. Arti Pilkada Langsung Di era orde baru sebelum bergulirnya reformasi dalam UUD 1945 sebelum diamandemen pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR” namun setelah era reformasi, UUD 1945 diamandemen sehingga pada pasal 1 ayat (2) ini menjadi “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal ini mengandung makna bahwa kedaulatan tidak lagi sepenuhnya berada ditangan MPR tetapi kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut maka kepala daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum kepala daerah sehingga pemerintahan yang terbentuk merupakan cerminan dari kehendak rakyat dan kedaulatan rakyat. Pemilihan umum kepala daerah secara langsung merupakan sarana demokrasi bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dalam menentukan wakil-wakilnya di daerah, pilkada juga merupakan sarana untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seperti halnya negara Indonesia yang merupakan negara demokrasi yang mengalami perubahan signifikan pasca runtuhnya orde baru 2. Asas-Asas dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Asas adalah suatu pangkal tolak ukur pikiran untuk suatu kasus atau suatu jalan dan sarana untuk menciptakan hubungan atau kondisi yang kita hendaki. Asas pilkada berarti pangkal tolak pikiran untuk melaksanakan pilkada. Suatu pilkada yang demokratis dapat tercapai jika berjalannya asas-asas yang medasari pilkada tersebut. 94 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Pada dasarnya asas yang dipakai dalam pilkada langsung sama dengan asas dalam pemilu, khususnya pemilu 2004. Pemilu 2004 yang disebut KPU sebagai penyelenggara pemilu 2004 banyak mengusung hal baru guna rekuitmen politik agar kualitas wakil rakyat semakin baik. (mohammad Najib dalam Suparman Marzuki, dkk, 2005:pengantar ix). Prinsip-prinsip pilkada sama seperti prinsip umum pemilu yang di uraikan sebagai berikut: 1) Langsung Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nurani tanpa perantara. 2) Umum Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan yang sesuai dengan undang-undang ini berhak mengikuti Pemilu. Pemilihan yang bersifat umum mengangandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan , jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial. 3) Bebas Setiap warga negara berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapu. Di dalam melakasanakan haknya, setiap warga negara diajami keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani. 4) Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada suarat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya diberikan. 5) Jujur Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6) Adil Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun (Hestu Cipto Handoyo, 2003:217-219) 95 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Penggunaan asas luber dan jurdil sebagai asas pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah secara demokratis. Sehingga jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya, maka hal tersebut merupakan pelanggaran dan harus dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Tujuan Diadakannya Pemilihan Umum Kepada Daerah Salah satu tujuan dari dilakukannya pemilihan umum kepala daerah secara langsung adalah mewujudkan otonomi daerah yang sejak tahun1999 memang carut marut, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah. Ini merupakan proses demokrasi yang menunjukan orientasinya yang jelas, yaitu penempatan posisi dan kepentingan rakyat diatas berbagai kekuatan elite politik. Elite yang selama ini dinilai terlampau mendominasi dan bahkan terkesan menhegemoni (Ahmad Nadir, 2005:1) Pilkada langsung sesungguhnya merupakan respon kritik konstruktif atas pelaksanaan mekanisme demokrasi tak langsung yang sering disebut dengan demokrasi perwakilan. Artinya bahwa rakyat tidak secara langsung mengartikulasi berbagai kepentingannya kepada agenda kebijakan publik, melainkan mewakilkannya pada sejumlah kecil orang tertentu. Ide pilkada langsung dinilai sebagai wujud demokrasi langsung (Ahmad Nadir 2005:15-17). Pilkada langsung bertujuan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung sebagai solusi dari demokrasi perwkilan yang selama ini telah berjalan cukup lama. Rakyat disuatu daerah dapat memilih sendiri pemimpinnya dengan berdasarkan asas yang berlaku. Pemimpin tersebut diharapkan dapat menyalurkan aspirasi rakyat dan benar-benar menjadi pemimpin yang mengerti agenda otonomi daerah sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya yang diharapkan rakyat. 3. Pemilih Pemula Menurut Pahmi Sy (2010:54) pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilihpemula terdiri dari dua kata, yakni pemilih dan pemula. Pemilih adalah orang yang memilih. Sedangkan pemula adalah orang yang mulai atau mula-mula melakukan sesuatu (KBBI online). Pemilih pemula merupakan pemilih yang berusia antara 17-21 tahun atau baru pertama kali ikut dalam pemilu (Maesur zaky, 2009: 14). Menurut pasal 1 ayat (2) UU No.10 Tahun 2008, Pemilih adalah warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) atau lebih sudah/pernah kawin. Kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No.10 Tahun 2008 merangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga Negara Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara pemilih genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pengetahuan mereka dengan pemilih lainnya tidak jauh berbeda hanya saja antusiasme dan preferensi. 96 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Pemilih pemula secara umum mereka para pelajar, mahasiswi serta pekerja yang berusia muda. Dalam pesta demokrasi pemilih pemula selama ini menjadi sebuah objek kegiatan politik. Yaitu mereka yang memerlukan bimbingan kearah pertumbuhan potensi dan kemampuan tingkat yang optimal agar dapat berperan baik dalm bidang kegiatan politik. Perlu adanya pendidikan politk agar pemilih pemula berkembang menjadi warga Negara yang baik, yang menghayati nilai-nilai luhur dari bangsanyadan sadar akan kewajibannya dalam kerangka nilai-nilai yang membingkainya. Ciri-ciri pemilh pemula sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia dari pemungutan suara sudah berusia 17 tahun atau lebih atau sudah kawin/pernah kawin. b. Baru mengikuti pemilu, memberikan hak pilihnya pertama kali sejak peilu yang diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun. c. Mempunyai hak memilih dalam penylenggaraan pilkada E. Metode Penelitian 1. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kabupaten Indragiri Hulu. Dan waktu perencanaan dalam penelitian ini lebih kurang 3 ( tiga ) bulan. 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer yang diperoleh dari dokumentasi dan wawancara dan pengamatan langsung dilokasi penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara digunakan sebagai cara utama untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2013: 186). Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi dan penjelasan dari subjek penelitian terkait dengan partisipasi politik pemilih pemula. 2. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 326). Alasan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dimaksudkan untuk memperkuat data-data yang sudah diperoleh dari teknik pengumpulan data wawancara dan observasi. Dokumen yang dimaksud dalam penulisan ini adalah semua jenis rekaman atau 97 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 catatan sekunder misalnya surat-menyurat, memo, berita koran, dan hasil-hasil yang terkait dengan masalah penelitian. F. Hasil dan Pembahasan Masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu mempunyai pekerjaan yang beragam. Mayoritas penduduknya memiliki pekerjaan petani dan peternak hal ini dapat dari data statistik mata pencaharian masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu. Selain petani masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu ada yag bekerja sebagai buruh indusri, buruh bangunan, pengusaha, pedagang, pegawai, TNI/POLRI dan lainlain Dilihat dari jenis pekerjaan masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu mayoritas bekerja dalam bidang petanian dan peternakan, maka masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu dapat dikatakan golongon menengah ke bawah dan dari tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu tergolong rendah. Tingkat pendidikan dan ekonomi berpengaruh terhadap pola pikir mereka dalam lingkungan. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi masyarakat cenderung dapat menerima informasi-informasi politik yang sedang berlangsung secara baik. Dengan tingginya pendidikan dan ekonomi maka banyak yang berpartisipasi politik. Terkait dengan hal ini, Ramlan Surbakti (1992: 144-145) mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya partisipasi politik dipengarui oleh faktor-faktor seperti struktur sosial dan ekonomi, afilasi politik orang tua dan pengalaman berorganisasi. Status sosial adalah kedudukan dalam masyarakat berupa keturunan, pendidikan dan pekerjaan. sedangkan status ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat berdasarkan pemilik kekayaan. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan dengan wawancara kepada responden akan dideskripisikan sebagai berikut. Selanjutnya peneliti akan mendiskripsikan hasil wawancara mengenai bentuk partisipasi politik pemilih dengan sejumlah responden, yaitu: a. Nur Rohman dalam wawancara mengemukakan bahwa dirinya mempunyai banyak teman sebaya yang merupakan pemilih pemula. Partisipasi mereka bagus, banyak yang memberikan hak pilih serta datang ke TPS lebih antusias dibanding dengan masyarakat yang bukan pemula. Dirinya dan sesama pemilih sering berdiskusi tentang calon bupati yang kompeten menjelang pilbup. Ini merupakan kali pertama bagi mereka untuk mengikuti pilbup, sehingga mereka cukup penasaran. Sebagai warga negara yang baik mereka berkeinginan untuk mengikuti aturan yang ada. b. Abizar Almadira dalam wawancara mengatakan dirinya penasaran dengan kegiatan tersebut dan senang bisa berpartisipasi dalam pilbup ini, senang bisa ikut pilihan bupati. Sebagai seorang pemilih dirinya juga antusis untuk mencari info dan profil tentang mereka. Kedua wawancara tersebut menggambarkan antusiasme para pemilih untuk mengikuti pilbup karena hal ini merupakan pengalaman pertama mereka. c. Rangga dalam wawancara mengatakan bahwa kebanyakan pemilih di Kabupaten Indragiri Hulu tidak aktif dalam kampanye. Rangga menuturkan bahwa dirinya juga merasa takut dengan kampanye berupa konvoi-konvoi di jalan. Orang tuanya juga melarang dirinya mengikuti kegiatan tersebut. Hanya saja Rangga pernah mengikuti kampanye yang tidak disertai kovoi di salah satu rumah tim sukses yang dekat rumahnya. 98 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 d. Doly Febri S. dalam wawancara mengatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukannya berupa pemberian suara serta menghadiri pertemuan tim sukses salah satu kandidat. Pertemuan tim sukses tersebut merupakan kampanye tapi kecil-kecilan yang dilakukan malam hari dan dihadiri oleh beberpa warga sekitar yang tertarik untuk mengikuti. Tujuan dirinya mengikuti pertemuan tersebut hanya ingin tahu program dan membandingkan dengan kandidat lain. Doly dalam wawancaranya dengan peneliti juga mengatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukannya berupa pemberian suara serta menghadiri pertemuan tim sukses salah satu kandidat. Pertemuan tim sukses tersebut merupakan kampanye tapi kecil-kecilan yang dilakukan malam hari dan dihadiri oleh beberpa warga sekitar yang tertarik untuk mengikuti. G. Simpulan Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan mengenai partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup. Adapun kesimpulannya Jika melihat teori mengenai bentuk partisipasi politik, maka bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pilbup termasuk ke dalam partisipasi konvensional. Partisipasi konvensional adalah bentuk partisipasi yang normal dalam era modern ini. Hal ini dapat diindikasikan dari antusiasme mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk, seperti pemberian hak pilih, mengikuti kegiatan kampanye, diskusi politik dan soasialisasi. H. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis jabarkan di atas maka penulis memberikan sedikit saran-saran yang diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan. Perlu adanya sosialisasi secara lebih luas kepada para pemilih pemula, khususnya bagi para pemilih yang tinggal jauh dari kota dan sulit mengakses informasi tentang pilbup. Diharapkan agar KPU mempertimbangkan berbagai solusi untuk mengatasi tingginya angka ketidakhadiran pemilih dalam pilbup I. DAFTAR PUSTAKA 1. Ahamd Nadir, 2005. Pilkada Langsung dan Masa Depan Demokrasi. Malang: Averroes Press. 2. Affan Gaffar. 2006. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 3. Muhammad Asfar. 2006, Pemilu dan Perilaku Memilih. Surabaya: Pustaka Eureka. Bambang Purwoko, 2005, Isu-Isu Strategis Pilkada Langsung; Ekspresi KedaulatanUntuk Kesejahteraan Rakyat, di dalam Jurnal Ilmu Politik dan Pembangunan, Volome 6 No. 1 April 2005, Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 4. Bambang Kuncoro, 1998, (Tesis) Perilaku Politik Warga Pinggiran: Studi Tentang Perubahan Perilaku Memilih Warga Desa Pada Pemilu Tahun 1971-1997 Di Desa Sunyalangu, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Universitas Airlangga, Surabaya. 5. Budiarjo, Miriam. 1996. Demokrasi di Indonesia (demokrasi Parlemen dan Demokrasi Pancasila). Jakarta: PT Gramedia pustaka utama. 99 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 6. 7. 8. 9. Budiarjo, Miriam. 2008/1981. Partisipasi Politik dan Partai Politik. Jakarta: Gramedia. Budiardjo, Miriam. 1977. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Cholisin,dkk. 2007. Dasar Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press. Darussalam, 2004, (Tesis) Media Televisi dan Perilaku Memilih Masyarakat:Perolehan Suara Partai Amanat Nasional pada Pemilu Legislatif dan Amien Rais pada Pemilu Presiden Pertama Tahun 2004, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 10. Doiglas J. Goodman & George Ritzer. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Predana Media Group. 11. Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 12. Harrop, Martin dan William Miller, 1987, Election and Voters (A Comparative Introduction), The Macmillan Press Ltd, London. 13. Hungtinton, Samuel P, & Joan Nelson. 1944. Partisipasi Politik di Negara perkembang. Jakarta: Rineka Cipta. 14. PP No 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan 16. Umum. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 17. ndang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Penyelenggaraan Pemilihan umum. 100 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBELIAN KAPAL TONGKANG CV. SURYA SAMUDRA SENTOSA Tomy Fitrio, SE, MM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rengat Jl R. Suprapto No 14 Rengat Email : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan Finansial Investasi Tongkang baru pada CV. Surya Samudra Sentosa. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Studi Kelayakan Aspek Keuangan yaitu dengan metode Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Kesimpulan hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil analisis didapatkan NPV sebesar Rp. 2.434.504.000,yang berarti pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan karena NPV menunjukkan angka Positif. Analisis menggunakan Benefit Cost Ratio (B/C), diperoleh nilai Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar 1,39 > 1, artinya pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan. Dengan menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR) didapatkan hasil sebesar 25,86% yang berarti lebih besar dari tingkat suku bunga saat ini yaitu 17 % pertahun, maka pembuatan Tongkang di CV. Surya Samudra Sentosa layak dilaksanakan. Kata Kunci : Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). 101 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha di Dunia diantaranya Indonesia saat ini sangat banyak dan berkembang, hal ini ditandai dengan banyaknya usaha yang bermunculan. Provinsi Riau adalah salah satu Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera dengan lokasi yang strategis dengan Ibukota Pekanbaru yang memilih visi sebagai ibu kota metropolitan berbasis industri dan perdagangan mengalami kemajuan. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, sektor transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis untuk memperlancar roda perekonomian untuk menunjang kelancaran arus barang dagang dalam perdagangan nasional baik di darat maupun di laut (perairan). Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pelayaran di Provinsi Riau adalah CV. Surya Samudra Sentosa. Perusahaan yang memulai operasinya tahun 2008. Perusahaan ini bergerak dibidang industri kapal tepatnya untuk mengangkut kayu milik PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) Kerinci dan pengangkutan kayu milik perusahaan lain dan diolah di PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) Kerinci. Dengan jumlah karyawan 15 orang yang terdiri dari 4 orang karyawan operasional kantor (administrasi) dan 11 orang anak buah kapal. Oleh karena itu, ini merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para investor untuk menginvestasikan dana mereka pada perusahaan ini yang bergerak dibidang pelayaran ini untuk mengangkut kayu ini. Menurut Sugiharto (2002), dalam melakukan investasi tersebut setiap perusahaan umumnya akan berusaha agar perluasannya dapat berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga seberapa lama pengembalian dana, yang ditanam di proyek tersebut menjadi sangat penting. Artinya, sebelum perusahaan menanamkan investasi untuk perluasan usaha baru, maka terlebih dahulu perlu diketahui apakah proyek atau investasi yang akan dilakukan dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut, dengan jangka waktu tertentu. Selain itu agar dapat melihat apakah investasi yang dijalankan dapat memberikan keuntungan finansial lainnya seperti yang diharapkan. Untuk mendanai suatu kegitan insvestasi biasanya diperlukan dana yang relatif besar. Perolehan dana dapat dicari dari sumber dana yang ada, misalnya modal sendiri dan modal asing. Namun dalam menjalankan investasi tersebut perusahaan CV. Surya Samudra Sentosa mengunakan modal sendiri dan modal asing. Untuk itu, penilaian kelayakan investasi dari aspek keuangan ini sangat berguna baik bagi internal maupun pihak luar. Penilaian investasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan analisis pada berbagai aspek. Namun dalam hal ini, penulis hanya akan mengambil aspek keuangan saja. Pada aspek keuangan dapat digunakan kriteria penilaian investasi seperti metode penilaian investasi yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari investasi. Payback Period; yaitu tehnik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Net Present Value; analisis keuangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan. Profitability Index; yaitu untuk menghitung perbandingan antara present value dari penerimaan dengan value dari investasi. Internal Rate Of Return; metode yang menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. 102 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 B. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang diangkat adalah: Apakah investasi pembelian kapal tongkang pada CV. Surya Samudra Sentosa layak dari aspek keuangan ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menganalisis investasi pembelian kapal tongkang pada CV. Surya Samudra Sentosa layak dari aspek keuangan. D. Kajian Kepustakaan 1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Umar (2005: 8) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga pada saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan pendapat Yacob Ibrahim (2009:1), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek. Lebih lanjut menurut Kasmir dan Jakfar (2012:7), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. 2. Aspek-aspek Dalam Studi Kelayakan 1). Aspek Pasar dan Pemasaran. Dalam melakukan penelitian terhadap aspek pasar dan pemasaran menurut Subagyo (2008: 65) perlu diadakan penelitian terhadap beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu Permintaan, Penawaran, Proyeksi permintaan dan penawaran, Proyeksi penjualan, Produk (barang/jasa), Segmentasi pasar, Strategi dan implementasi pemasaran. 2). Aspek Teknis Produksi dan Teknologis. Tujuan aspek teknis ialah (a) agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat, (b) agar perusahaan bisa menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi, (c) agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya, (d) agar perusahaan dapat menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya, (e) agar perusahaan bisa menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 20012: 146). 3). Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia . Aspek manajemen dan sumber daya manusia terdiri dari tiga kegiatan dan hubungan ketiga aspek tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut: 103 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Kegiatan dilakukan sebelum kegiatan Bisnis di mulai. Manajemen Studi Kelayakan Kegiatan dilakukan untuk menyiapkan infrastruktur bisnis. Manajemen Proyek Kegiatan dilakuakn setelah infrastruktur Tersedia. Manajemen Bisnis Gambar 1 : Hubungan Aspek Manajemen 4). Aspek Hukum dan Legalitas. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Suatu usaha dikatakan legal jika telah mendapatkan izin usaha dari pemerintah daerah setempat melalui instansi atau lembaga atau departemen atau dinas terkait. Kegiatan usaha dimana pun selalu memerlukan dokumen penunjang usaha beserta izin-izin yang diperlukan sebelum menjalankan usahanya. 5). Aspek Keuangan dan Ekonomi . Menurut Kasmir dan Jakfar (2012: 97), dalam aspek keuangan dan ekonomi terdapat enam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau investasi, yaitu Payback period (PP), Net Present Value (NPV), Average Rate of Return (ARR), Internal Rate of Return (IRR), Profibility Index (PI), serta berbagai rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas. 3. Definisi Investasi Secara umum, investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu perusahaan. Menurut Halim (2005: 4) investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menurut William F.S yang dikutip oleh Kasmir dan Jakftar (2012:5), investasi adalah mengorbankan uang sekarang untuk uang di masa yang akan datang. Dari pengertian ini terkandung dua atribut penting di dalam investasi, yaitu adanya resiko dan tenggang waktu. Mengorbankan uang artinya menanamkan sejumlah dana(uang) dalam suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Widjajanta (2007:130), investasi merupakan pengeluaran modal untuk pembelian aset fisik seperti pabrik, peralatan dan persediaan. 104 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 4. Tujuan Investasi a. Menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. b. Untuk menghindari resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. 5. Kriteria Investasi a. Metode Payback Period Metode payback periode merupakan metode penghitungan investasi dalam jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan kas (cash in flows) secara komulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Atau metode payback periode merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Menurut Riyanto (2001:125), payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas neto (neto cash flows). b. Metode Net Present Value Salah satu metode untuk menilai investasi yang memperhatikan time value of money adalah net present value (NPV). Menurut Alexandri (2008:170), Net Prensent Value adalah selisih Present Value dari keseluruhan Proceed dengan Present Value dari keseluruhan investasi. Sedangkan menurut Husnan (2000:209), metode net present value ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) dimasa yang akan datang. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengertian net present value atau nilai sekarang bersih adalah analisis keuangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. c. Metode Profitability Index Metode Profitability Index (PI) yaitu metode yang menghitung perbandingan antara present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. (Sutrisno,2009:128). Menurut Husnan (2000:211), Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang dengan nilai investasi sekarang. Menurut Kuswadi (2007:46), Profitability Index atau indeks tingkat laba disebut juga sebagai Benefit Cost Ratio (BCR) adalah rasio yang menggambarkan perbandingan setiap satu unit yang di investasikan. d. Metode Internal Rate of Return Pengertian internal rate of return adalah besarnya tingkat pengembalian modal sendiri yang dipergunakan menjalankan usaha. Jadi internal rate of return ini mengukur kemanfaatan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Menurut Kuswadi (2007:41), IRR adalah suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan proyek dimana nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi proyek, jumlahnya sama dengan biaya investasi. Pendapat lain menurut Sutrisno (2009:127), Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan PV of cashflow dengan PV of investment. 105 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 6. Pengertian Aliran Kas Setiap usulan pengeluaran modal selalu mengandung dua macam aliran kas yaitu aliran kas keluar netto (net outflow of cash) yaitu yang diperlukan untuk investasi baru dan aliran kas masuk netto tahunan (net annual inflow of cash) yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, sering pula disebut “net cash procceds” atau “procceds”. Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukkan tersebut. Selain itu cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari yang berhubungan langsung dengan usaha yang sedang dijalankan. Uang masuk dapat pula berasal dari pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama. Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung 39 berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha utama (Kasmir dan Jakfar, 2012:95). Kerangka Konseptual Dalam menjalankan suatu usaha sebaiknya direncanakan dengan matang dari berbagai aspek yang mempengaruhi yaitu salah satunya keuangan. Seorang investor yang baik tentunya tidak akan tergesa-gesa dalam melaksanakan gagasannya, sebelum yakin tentang untung ruginya usaha yang direncanakan. Tindakan yang dilakukannya adalah dengan mengadakan analisis kelayakan usaha atau proyek dengan menggunakan Studi Kelayakan Bisnis (SKB) untuk meneliti apakah usaha yang direncanakan secara teknis, ekonomis dan komersial cukup menguntungkan? dan layak atau tidak untuk dilaksanakan. Secara singkat dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut: Aspek Keuangan Net Present Value (NPV) Benefit Cost Ratio (B/C) Internal Rate of Return (IRR) Analisis Kelayakan Investasi Layak Tidak Layak Gambar 2 : Kerangka Pemikiran 106 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 E. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat menguji, dimana peneliti mencoba untuk mengadakan penelitian ilmiah yang sistematis, menggambarkan fakta-fakta dari hasil penelitian dalam bentuk data berupa angka hasil perhitungan atau pengukuran. Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diambil adalah data sekunder dan primer berupa: 1). 2). 3). 4). Gambaran umum CV. Surya Samudra Sentosa. Data-data dari CV. Surya Samudra Sentosa, seperti: Dokumentasi lokasi proyek dan sekitarnya Serta data lain yang menunjang penelitian ini Adapun teknik pengumpulan data yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah: 1). Penelitian Lapangan dengan cara interview (wawancara) yaitu dengan wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan yang berhubungan dengan masalah yang di teliti. Dan observasi yaitu dengan mengadakan penelitian langsung untuk mendapatkan data yang sesungguhnya. 2). Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengambil datadata berupa foto lokasi proyek dan sekitarnya. Yaitu mempelajari teori dan informasi yang erat hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, yang berasal dari kumpulan kuliah dan literature-literatur yang ada kaitannya dengan penulisan ini. Dalam menilai profabilitas suatu investasi dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut: 1). Net Present Value (NPV) 2). Benefit Cost Ratio (B/C) 3). Internal Rate of Return 107 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 F. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis KRITERIA INVESTASI CV. SURYA SAMUDERA SENTOSA KETERANGAN Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Gaji dan Upah Laba Kotor Biaya SGA & Operasional Sewa & Sewa beli Biaya Ope.lainnya Keuntungan Operasional Penghapusan + Amortisasi Bunga Pendapatan lainnya Laba sebelum pajak Pajak Pendapatan Bersih Deviden GOFG/GOCG PROCEED PROYEK LAMA 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 120,000 0 0 2,009,700 375,000 81,482 81,482 1,553,219 388,305 1,164,914 0 1,539,914 1,621,395 Tahun Ke 0 1 2 3 Nilai Sisa 30/11/2017 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 122,175 0 0 2,007,525 675,000 250,000 0 1,082,525 270,631 811,894 0 1,486,894 1,736,894 Cash Outflow / Cash Inflow 6,250,000 1,841,976 1,800,309 1,758,643 6,250,000 31/05/2018 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 122,175 0 0 2,007,525 675,000 208,333 0 1,124,192 281,048 843,144 0 1,518,144 1,726,477 DF 12.50% 1.0000 0.8889 0.7901 0.7023 0.7023 PV Outflow PV Inflow 1 NPV 2.B/C 3.IRR 30/11/2018 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 122,175 0 0 2,007,525 675,000 166,667 0 1,165,858 291,465 874,394 0 1,549,394 1,716,060 PV Cashflow 6,250,000 1,637,312 1,422,467 1,235,151 4,389,575 6,250,000 8,684,504 2,434,504 31/05/2019 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 122,175 0 0 2,007,525 675,000 125,000 0 1,207,525 301,881 905,644 0 1,580,644 1,705,644 DF 15% 1.0000 0.8696 0.7561 0.6575 0.6575 30/11/2019 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 122,175 0 0 2,007,525 675,000 83,333 0 1,249,192 312,298 936,894 0 1,611,894 1,695,227 PV Cashflow 6,250,000 1,601,718 1,361,292 1,156,336 4,109,476 6,250,000 8,228,823 1,978,823 31/05/2020 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 122,175 0 0 2,007,525 675,000 41,667 0 1,290,858 322,715 968,144 0 1,643,144 1,684,810 1.39 25.86% DITERIMA 4.KESIMPULAN SENSITIVITY ANALYSIS 1. PENJUALAN TURUN 5% KETERANGAN Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Gaji dan Upah Laba Kotor Biaya SGA & Operasional Sewa & Sewa beli Biaya Ope.lainnya Keuntungan Operasional Penghapusan & Amortisasi Bunga Pendapatan lainnya Laba sebelum pajak Pajak Pendapatan Bersih Deviden GOFG PROCEED PROYEK LAMA 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 120,000 0 0 2,009,700 375,000 81,482 81,482 1,553,219 388,305 1,164,914 0 1,539,914 1,621,395 Tahun Ke 0 1 2 3 Nilai Sisa 30/11/2017 3,868,875 1,942,800 0 1,926,075 122,175 0 0 1,803,900 675,000 250,000 0 878,900 429,186 449,714 0 1,124,714 1,374,714 Cash Outflow / Cash Inflow 6,250,000 1,268,770 1,332,008 1,273,675 6,250,000 31/05/2018 3,868,875 1,942,800 0 1,926,075 122,175 0 0 1,803,900 675,000 208,333 0 920,567 288,448 632,118 0 1,307,118 1,515,452 DF 12.50% 1.0000 0.8889 0.7901 0.7023 0.7023 PV Outflow 108 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 30/11/2018 3,868,875 1,942,800 0 1,926,075 122,175 0 0 1,803,900 675,000 166,667 0 962,233 336,782 625,452 0 1,300,452 1,467,118 PV Cashflow 6,250,000 1,127,796 1,052,451 894,543 4,389,575 6,250,000 31/05/2019 3,868,875 1,942,800 0 1,926,075 122,175 0 0 1,803,900 675,000 125,000 0 1,003,900 317,615 686,285 0 1,361,285 1,486,285 DF 15% 1.0000 0.8696 0.7561 0.6575 0.6575 30/11/2019 3,868,875 1,942,800 0 1,926,075 122,175 0 0 1,803,900 675,000 83,333 0 1,045,567 365,948 679,618 0 1,354,618 1,437,952 PV Cashflow 6,250,000 1,103,278 1,007,190 837,462 4,109,476 6,250,000 31/05/2020 3,868,875 1,942,800 0 1,926,075 122,175 0 0 1,803,900 675,000 41,667 0 1,087,233 346,782 740,452 0 1,415,452 1,457,118 PV Inflow 1.NPV 2.B/C 3.IRR 7,464,364 1,214,364 7,057,407 807,407 1.19 19.96% DITERIMA 4.KESIMPULAN 2. SGA NAIK 10 % KETERANGAN Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Gaji dan Upah Laba Kotor Biaya SGA & Operasional Sewa & Sewa beli Biaya Ope.lainnya Keuntungan Operasional Penghapusan Bunga Pendapatan lainnya Laba sebelum pajak Pajak Pendapatan Bersih Deviden GOFG PROCEED PROYEK LAMA 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 120,000 0 0 2,009,700 375,000 81,482 81,482 1,471,737 388,305 1,083,432 0 1,539,914 1,621,395 Tahun Ke 0 1 2 3 Nilai Sisa 30/11/2017 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 134,393 0 0 1,995,308 675,000 250,000 0 1,070,308 467,661 602,647 0 1,277,647 1,527,647 Cash Outflow / Cash Inflow 6,250,000 1,546,118 1,580,838 1,522,505 6,250,000 31/05/2018 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 134,393 0 0 1,995,308 675,000 208,333 0 1,111,974 355,441 756,533 0 1,431,533 1,639,867 DF 12.50% 1.0000 0.8889 0.7901 0.7023 0.7023 PV Outflow PV Inflow 1.NPV 30/11/2018 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 134,393 0 0 1,995,308 675,000 166,667 0 1,153,641 403,774 749,866 0 1,424,866 1,591,533 PV Cashflow 6,250,000 1,374,328 1,249,057 1,069,304 4,389,575 6,250,000 8,082,263 1,832,263 2.B/C 1.29 3.IRR 23.11% 4.KESIMPULAN 31/05/2019 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 134,393 0 0 1,995,308 675,000 125,000 0 1,195,307 384,608 810,700 0 1,485,700 1,610,700 DF 15% 1.0000 0.8696 0.7561 0.6575 0.6575 30/11/2019 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 134,393 0 0 1,995,308 675,000 83,333 0 1,236,974 432,941 804,033 0 1,479,033 1,562,367 PV Cashflow 6,250,000 1,344,451 1,195,341 1,001,072 4,109,476 6,250,000 7,650,340 1,400,340 31/05/2020 4,072,500 1,942,800 0 2,129,700 134,393 0 0 1,995,308 675,000 41,667 0 1,278,641 413,774 864,866 0 1,539,866 1,581,533 DITERIMA B. Pembahasan Studi kelayakan merupakan penelitian terhadap rencana bisnis atau rencana suati investasi. Studi kelayakan tidak hanya menganalisis layak atau tidak bisnis dan investasi yang akan dijalankan, tetapi juga saat dijalankan bisa menghasilkan keuntungan bagi investor, dalam hal ini adalah pihak bagi CV. Surya Samudra Sentosa. Analisis dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV), yaitu dengan mengurangkan antara Present Value Inflow dengan Present Value Outflow. Dari hasil analisis didapatkan NPV sebesar Rp. 2.434.504.000,- yang berarti pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan karena NPV menunjukkan angka Positif. Analisis menggunakan Benefit Cost Ratio (B/C) yaitu perbandingan antara jumlah PV net benefit yang positif dengan jumlah PV net benefit yang negatif. Jumlah Present value positif sebagai pembilang dan jumlah present value negatif sebagai penyebut. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio merupakan manfaat bersih tambahan yg diterima proyek dari setiap 1 satuan biaya yg dikeluarkan. 109 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 Diperoleh Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar 1,39 > 1, artinya pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan Dengan menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR) yaitu dengan cara menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi, berdasarkan hasil perhitungan dengan metode IRR dengan tingkat discount factor 10% - 16% didapatkan hasil sebesar 25,86% yang berarti lebih besar dari tingkat suku bunga saat ini yaitu 17 % pertahun, maka pembuatan Tongkang di CV. Surya Samudra Sentosa layak dilaksanakan. G. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan : Dari hasil analisis didapatkan NPV sebesar Rp. 2.434.504 yang berarti pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan karena NPV menunjukkan angka Positif. Analisis menggunakan Benefit Cost Ratio (B/C), Diperoleh Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar 1,39 > 1, artinya pembuatan Tongkang baru di CV. Surya Samudra Sentosa layak dijalankan. Dengan menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR) didapatkan hasil sebesar 25,86% yang berarti lebih besar dari tingkat suku bunga saat ini yaitu 17 % pertahun, maka pembuatan Tongkang di CV. Surya Samudra Sentosa layak dilaksanakan. H. Saran Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, pihak-pihak pemilik minimarket di kota Rengat harus mengetahui segmentasi mana yang aka mereka bidik. Berdasarkan demographi yang mana difokuskan pada karakteristik dan keputusan konsumen yang hendak berbelanja diminimarketnya. Faktor demographi merupakan faktor yang perlu diperhatikan seperti pekerjaan, pendapatan, keadaan ekonomi, tingkat pendidikan, usia, gaya hidup serta kepribadian konsumen yang akan dijadikan pasar sasaran dan diharapkan meningkatkan keinginan konsumen berbelanja pada minimarket di kota Rengat. Caranya dengan meningkatkan promosi baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain promosi ruangan, merchandise dan kebersihan, fasilitas, faktor lokasi, budaya dan karyawan juga perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi keputusan konsumen berbelanja pada minimarket di kota Rengat. Konsumen minimarket juga perlu memperhatikan barang-barang yan ditawarkan oleh minimarket, dimana kondisi barang-barang yang tersedia, lokasi, harga, promosi yang minimarket lakukan, rungan toko dan pelayan yang diberikan akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk berbelanja pada minimarket di kota Rengat. I. DAFTAR PUSTAKA 1. Afandi. 2015. Analisis Studi Kelayakan Investasi Pengembangan Usaha Distribusi PT. Aneka Andalan Karya. eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2016, 4 (3): 854-867 2. Ahmad, Subagyo. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 3. Alexandri, Moh. Benny. 2008. Manajemen Keuangan Bisnis. Alfabeta, Bandung. 4. Alfida, Pipit. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Investasi Tugboat Baru pada PT. Muara Kembang Di Samarinda. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. 5. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat. 6. Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipta, Jakarta. 7. Kasmir & Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan ke Delapan. Kencana, Jakarta. 110 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017 8. Kuswadi. 2007. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. 9. Suad, Husnan. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. 10. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta. 11. Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 12. Widjajanta, Bambang dan Widyaningsih, Aristanti. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Citra Praya, Bandung. 111 Jurnal Konsentrasi Manajemen Vol. 01 No. 01April 2017