Hubungan Anemia dengan Kekuatan Otot Genggaman Tangan

advertisement
Original Article
Volume 2 Nomor 1: 22-27
Februari 2017
Hubungan Anemia dengan Kekuatan Otot Genggaman Tangan
pada Pasien Hemodialisis Kronik di RSUDZA Banda Aceh
Relationship of Anemia with Hand Grip Muscle Strength in Chronic Hemodialysis
Patients at RSUDZA Banda Aceh
Randy Yemigoe*, Maimun Syukri, Sitti Hajar
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh- Indonesia
*E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penyakit ginjal kronik/PGK merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan fungsi ginjal secara progresif yang
ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus yang berakhir pada gagal ginjal ireversibel. Terapi yang
paling banyak diberikan kepada pasien PGK dengan stadium akhir adalah hemodialisis, namun ada beberapa
masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien hemodialisis tersebut yaitu kelelahan dan kelemahan otot.
Kelelahan merupakan gejala dari anemia dan dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot. Kekuatan otot
genggaman tangan adalah metode yang umum digunakan sebagai tes fungsi otot rangka pada pasien rawat
inap rumah sakit dan telah digunakan secara sukses untuk memperkirakan komplikasi dari suatu penyakit.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan pada
pasien hemodialisis kronik. Penelitian ini merupakan penelitian analytic observational dengan pendekatan cross
sectional. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling dengan jumlah responden 66
pasien hemodialisis kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapatkan 56,1%
responden memiliki anemia ringan dan 43,9% responden memiliki anemia sedang. Hasil analisis dengan uji
kolerasi spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot
genggaman tangan (p=0,001, r=-0,748) pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. Kesimpulan
penelitian ini responden dengan anemia sedang memiliki kekuatan otot genggaman tangan yang lebih lemah
dibanding responden dengan anemia ringan.
Kata Kunci : Penyakit ginjal kronis, Hemodialisis, Anemia, Kekuatan Otot Genggaman Tangan
ABSTRACT
Chronic kidney disease/CKD is a situation where there is a progressive deterioration in kidney function is
characterized by decrease in glomerular filtration rate which ended in irreversible renal failure. Therapy is the
most widely given to patients with end-stage CKD is hemodialysis, however there are some problems that are
often complained by the hemodialysis patients is fatigue and muscle weakness. Fatigue is a symptom of anemia
and can cause decreased muscle strength. The hand grip muscle strength is a method commonly used as
skeletal muscle function tests in patients were hospitalized and have been used successfully to predict
complications of a disease. The purpose of this study to determine the relationship of anemia with hand grip
muscle strength in chronic hemodialysis patients. This research was analytic observational with cross sectional
approach. Selection of the sample was conducted with a total sampling technique with a number of respondents
66 chronic hemodialysis patients who meet the inclusion and exclusion criteria. In this study, 56.1% of
respondents have mild anemia and 43.9% of respondents have moderate anemia. The results of the analysis
with Spearman Correlation test showed a significant relationship between anemia and hand grip muscle
strength (p=0.001, r=-0.748) in chronic hemodialysis patients in RSUDZA Banda Aceh. Conclusion of this
research respondents that have moderate anemia have weaker hand grip muscle strength than respondents
that have mild anemia.
Keywords : CKD, Hemodialysis, Anemia, Hand Grip Muscle Strength
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
22
Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik/PGK atau gagal ginjal kronik/GGK merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan
fungsi ginjal secara progresif yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus/LFG dan peningkatan
kadar kreatinin dalam darah, yang umumnya berakhir pada gagal ginjal ireversibel. (1) Penyakit ginjal kronik
disebut juga sebagai penyakit ginjal tahap akhir/End Stage Renal Disease (ESRD) yang merupakan penyakit
dengan jumlah penderita yang terus meningkat serta berpotensi mengalami komplikasi hingga dapat berakhir
pada kematian dini.(2)
Berdasrakan data National Chronic Kidney Disease Fact Sheet tahun 2014 didapatkan lebih dari 10%
orang dewasa di Amerika Serikat atau lebih dari 20 juta orang menderita penyakit ginjal kronik dengan derajat
keparahan yang berbeda.(3) Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
penyakit ginjal kronik di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,2%, dengan prevalensi tertinggi di
Sulawesi Tengah sebesar 0,5% sedangkan Aceh di urutan kedua tertinggi dengan prevalensi sebesar 0,4%. (4)
Anemia pada pasien PGK didefinisikan sebagai kadar hemoglobin/Hb <12 g/dL (hematokrit <37%) pada
pria dewasa dan wanita pasca-menopause atau kadar Hb <11 g/dL (hematokrit <33%) pada wanita premenopause dan anak pre-pubertas (umur <14 tahun). Anemia dapat menyebabkan peningkatan morbiditas
dan mortalitas pasien PGK. Penderita anemia memiliki gejala berupa pucat, rasa lelah, kekurangan energi
untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, gangguan konsentrasi berfikir, kepala terasa pening,
sesak nafas, depresi dan berkurangnya nafsu makan.(5)
Salah satu permasalahan yang sering dikeluhkan oleh pasien PGK yang menjalani hemodialisis/HD adalah
kelemahan otot. Pasien PGK yang menjalani HD mempunyai kekuatan otot yang lebih lemah dibandingkan
dengan pasien PGK yang tidak menjalani HD. Kelemahan otot tersebut diduga karena adanya pengurangan
aktivitas fisik, atrofi otot, miopati otot, neuropati atau kombinasi diantaranya. (6) Beberapa faktor yang mungkin
berhubungan dengan kelemahan otot pada pasien HD antara lain yaitu usia, jenis kelamin perempuan, faktor
fisiologis, depresi, akumulasi sampah metabolik, kehilangan nafsu makan, inaktifitas fisik, durasi dialisis dan
anemia.(7, 8)
Kekuatan otot genggaman tangan adalah metode yang umum digunakan untuk memperkirakan kekuatan
otot ekstremitas atas karena kekuatan otot genggaman tangan memerlukan kombinasi aksi dari sejumlah otot
tangan dan otot lengan bawah. Kekuatan otot genggaman tangan juga sering digunakan sebagai tes fungsi otot
rangka pada pasien rawat inap rumah sakit. Penilaian kekuatan otot genggaman tangan ini telah digunakan
secara sukses untuk memperkirakan komplikasi dari suatu penyakit atau tindakan operasi terhadap pasien. (9)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manisha Jhamb et al tentang penilaian efektifitas terapi
anemia serta kelemahan otot pada pasien HD menunjukkan bahwa pasien HD dengan anemia ringan memiliki
efektifitas yang lebih baik dalam peningkatan kekuatan otot.(10) Penelitian yang dilakukan oleh Sodikin dan Sri
Suparti membuktikan bahwa pasien HD dengan anemia berat memiliki kelemahan otot yang ekstrim serta
penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik.(8) Penelitian yang dilakukan oleh Ji Hyun Moon et al juga
membuktikan bahwa anemia pada orang dewasa dapat mempengaruhi kekuatan otot, sedangkan massa otot
yang rendah pada lansia berisiko terhadap terjadinya anemia.(11)
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti masalah anemia dan kekuatan otot
pasien penyakit ginjal kronik dalam bentuk suatu penelitian dengan judul “Hubungan Anemia dengan Kekuatan
Otot Genggaman Tangan pada Pasien Hemodialisis Kronik di RSUDZA Banda Aceh”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui anemia yang paling banyak pada pasien hemodialisis kronik
di RSUDZA Banda Aceh. (2) Untuk mengetahui tingkatan kekuatan otot genggaman tangan yang paling banyak
pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. (3) Untuk mengetahui hubungan antara anemia
dengan kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analytic observational dengan pendekatan rancangan penelitian
potong lintang / cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Dialisis RSUDZA Banda Aceh. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien PGK yang menajalani terapi HD di Instalasi Dialisis RSUDZA Banda
Aceh. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi dengan jumlah responden 66 orang. Kritera inklusi penelitian ini adalah pasien PGK yang
menjalani HD minimal selama tiga bulan dan berusia 19-60 tahun, pasien PGK yang mempunyai hasil
laboratorium pemeriksaan Hb di bawah normal, dan pasien PGK yang bersedia menjadi subjek penelitian dan
menandatangani inform consent. Kritera eksklusi penelitian ini adalah pasien yang mengalami perdarahan akut
atau kronik, pasien dengan penyakit stroke atau sedang menderita penyakit berat, pasien dengan malnutrisi
yang diketahui dari pemeriksaan laboratorium, pasien dengan gangguan kesadaran, dan pasien dengan fistula
cimino pada kedua tangan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung
dari hasil pengukuran kekuatan otot genggaman tangan oleh responden, dan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari rekam medik hasil pemeriksaan laboratorium responden. Pada penelitian ini peneliti hanya
mencatat kadar Hb dalam satuan g/dL dari data rekam medik/hasil laboratorium subjek penelitian sebelum
subjek penelitian menjalani HD, kemudian dilakukan pengelompokkan berdasarkan derajat keparahan anemia.
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
23
Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27
Kekuatan otot genggaman tangan diukur menggunakan sphygmomanometer dalam satuan mmHg ketika
subjek penelitian menjalani hemodialisis. Kekuatan otot genggaman tangan diukur pada tangan subjek
penelitian yang tidak memiliki kelainan seperti fistula cimino dan dilakukan dalam posisi duduk atau semifowler
dengan tangan rileks. Manset sphygmomanometer digulung kemudian diletakkan pada genggaman tangan
subjek penelitian. Manset sphygmomanometer dipompa sekitar 20 mmHg, selanjutnya subjek penelitian
diminta menggenggam manset sphygmomanometer sekuat yang bisa dilakukan sekitar 3 detik kemudian
dilepaskan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, dan nilai pencapaian tertinggi yang akan digunakan
dalam analisis.
Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel independen dan dependen. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi, frekuensi dan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan anemia
terhadap kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik dengan skala ordinal dan ordinal
menggunakan uji statistik Spearman’s correlation. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang signifikan
jika diperoleh p-value ≤ 0,05.
HASIL
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Dialisis RSUDZA Banda Aceh pada bulan September 2016. Jumlah
sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 66 sampel pasien hemodialisis kronik yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi dari seluruh pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh.
Karakteristik sampel penelitian akan dibagi pada dua tabel, yakni tabel karakteristik demografi (Tabel 1)
dan tabel karakteristik klinis (Tabel 2). Tabel karakteristik demografi meliputi jenis kelamin, alamat, dan
pekerjaan, sedangkan tabel karakteristik klinis meliputi usia, lama HD, dan kadar hemoglobin (Hb).
Tabel 1. Karakteristik demografi sampel penelitian
Karakteristik
n
%
Laki-laki
40
60,6
Perempuan
26
39,4
Banda Aceh
39
59,1
Luar Banda Aceh
27
40,9
Tidak bekerja
38
57,6
Wiraswasta
15
22,7
PNS
13
19,7
Jenis kelamin (n=66)
Alamat (n=66)
Pekerjaan (n=66)
Berdasarkan Tabel 1 di atas, secara demografi menunjukkan bahwa sampel penelitian terbanyak memiliki
jenis kelamin laki-laki sebesar 60,6%. Sampel penelitian terbanyak berasal dari Banda Aceh sebesar 59,1%.
Jumlah sampel penelitian yang tidak bekerja lagi lebih banyak daripada yang bekerja sebesar 57,6%
Tabel 2. Karakteristik klinis sampel penelitian
Karakteristik
n
%
19-25 tahun
5
7,5
26-35 tahun
9
13,7
36-45 tahun
19
28,8
46-55 tahun
20
30,3
56-60 tahun
13
19,7
< 1 tahun
26
39,4
> 1 tahun
40
60,6
8 - 9,9 gr/dL
37
56,1
6 - 7,9 gr/dL
29
43,9
Usia (n=66)
Lama HD (n=66)
Kadar Hb (n=66)
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
24
Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa kelompok usia terbanyak dari sampel penelitian adalah 46-55
tahun sebesar 30,3%. Lama HD sampel penelitian terbanyak adalah > 1 tahun sebesar 60,6%. Kadar Hb
sampel penelitian terbanyak berada pada rentang 8-9,9 gr/dL yang dikategorikan kepada anemia ringan
sebesar 56,1%.
Tabel 3. Frekuensi anemia dan kekuatan otot genggaman tangan
Variabel
Kategori
Anemia
Kekuatan Otot
Genggaman Tangan
n
%
Ringan
Sedang
37
29
56,1
43,9
Total
66
100
Sangat Lemah
36
54,5
Lemah
30
45,5
Total
66
100
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 66 sampel penelitian untuk variabel anemia
dan variabel kekuatan otot genggaman tangan. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa 56,1% sampel
penelitian yang diteliti memiliki anemia ringan dan 43,9% sampel penelitian memiliki anemia sedang. Selain
itu, juga dapat diketahui bahwa terdapat 54,5% sampel penelitian memiliki kekuatan otot genggaman tangan
sangat lemah, sedangkan sisanya memiliki kekuatan otot genggaman tangan lemah.
Tabel 4. Hubungan anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan
Kekuatan Otot
Genggaman Tangan
Lemah
Sangat lemah
Total
Anemia
Ringan
Sedang
n
%
n
29
78,38
1
3,45
8
21,62
28
96,55
37
100
29
100
r
p
-0,747
0,001
%
Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa 78,38% sampel penelitian yang memiliki anemia
ringan memiliki kekuatan otot genggaman tangan lemah, sedangkan 21,62% sisanya memiliki kekuatan otot
genggaman tangan sangat lemah. Kemudian 96,55% sampel penelitian yang memiliki anemia sedang memiliki
kekuatan otot genggaman tangan sangat lemah, sedangkan 3,45% sisanya memiliki kekuatan otot genggaman
tangan lemah.
Berdasarkan Tabel 4 di atas, juga diketahui bahwa nilai p-value=0,001. Nilai p-value yang kecil dari α
(α=0,05) menandakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot
genggaman tangan dengan nilai korelasi sebesar -0,747. Nilai korelasi ini menandakan bahwa terdapat
hubungan negatif kuat antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan.
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
25
Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap 66 sampel pasien hemodialisis kronik yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi dari seluruh pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian ini
diketahui bahwa terdapat 56,1% sampel penelitian yang memiliki anemia ringan dan 43,9% sampel penelitian
yang memiliki anemia sedang. Sedangkan 54,5% sampel penelitian memiliki kekuatan otot genggaman tangan
sangat lemah dan 45,5% sampel penelitian memiliki kekuatan otot genggaman tangan lemah. Setelah
dilakukan analisis secara statistik didapatkan nilai p-value kecil dari nilai α(α=0,05) seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 4 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman
tangan dengan nilai korelasi sebesar -0,747. Nilai korelasi ini menandakan bahwa terdapat hubungan negatif
kuat antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan, artinya semakin berat anemia maka semakin
lemah kekuatan otot genggaman tangan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sodikin dan Sri
Suparti tentang kelelahan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, dilaporkan bahwa
dari 103 responden pasien hemodialisis yang diteliti cenderung mengalami anemia dengan derajat yang
berbeda. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa responden dengan anemia berat memiliki kekuatan otot
yang lebih lemah dan mengalami penurunan terhadap aktivitas fisik dibanding dengan responden dengan
anemia ringan ataupun sedang. Faktor yang diduga berpengaruh dalam penelitian adalah riwayat olah raga
responden (p=0,02), sedangkan faktor lain seperti usia, pekerjaan, kadar Hb, IMT dan lamanya HD tidak
berhubungan dengan hasil penelitian.(8)
Hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan yang dilakukan oleh
peneliti kemungkinan disebabkan karena faktor anemia. Pasien hemodialisis memiliki kekuatan otot yang lebih
lemah dan pergerakan yang lebih lambat dibanding individu dengan fungsi ginjal yang normal. Kondisi ini
terjadi karena kerusakan ginjal yang dialami oleh pasien hemodialisis kronik menyebabkan penurunan laju
eritropoiesis sehingga jumlah eritrosit dalam darah menurun dan berdampak terhadap anemia. Anemia
tersebut akan mengakibatkan penurunan signifikan jumlah O2 dalam tubuh. Penurunan jumlah O2 dalam tubuh
pada akhirnya berdampak terhadap penurunan jumlah ATP dari proses refosforilasi ADP sebagai bahan baku
kontraksi otot sehingga kontraksi otot menurun dan kekuatan otot semakin lemah.(12)
Penelitian oleh Juan Carrero et al membuktikan bahwa pada pasien penyakit ginjal kronik yang
mendapatkan terapi hemodialisis terdapat pengecilan dan disfungsi otot. Pengecilan massa otot dan disfungsi
otot tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang melekat pada pasien hemodialisis. Massa dan fungsi otot
juga berfungsi sebagai indikator status gizi pasien hemodialisis. Penelitian selama beberapa tahun terakhir
telah membuktikan bahwa kerusakan ginjal pada pasien hemodialisis dapat mengakibatkan hilangnya massa
otot rangka dan disfungsi otot. Otot genggaman tangan merupakan salah satu otot rangka yang menggunakan
energi paling banyak dalam tubuh sehingga jika massa otot genggaman tangan berkurang maka kekuatan
ototnya juga akan berkurang.(13)
Penelitian yang dilakukan oleh Izzati Hayu Andari et al tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan genggaman tangan juga diteliti pada 97 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis rutin di RSUP Sardjito Yogyakarta. Berdasarkan penelitian tersebut ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik yaitu jenis kelamin,
usia, lama hemodialisis, status gizi (IMT, LLA), asupan energi dan protein, serta penyakit penyerta. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian tersebut adalah purposive sampling dan menggunakan uji statistik Chisquare dan Spearman. Hasil penelitian berdasarkan uji Chi-square didapatkan hasil bahwa tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin (p=1,786) dan penyakit penyerta (p=0,990) dengan kekuatan genggaman
tangan. Berdasarkan uji Spearman didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia (p=0,001), LLA
(p<0,0001), asupan energi (p=0,005), dan asupan protein (p=0,01) dengan kekuatan genggaman tangan,
namun tidak terdapat hubungan antara lama hemodialisis (p=0,283) dan IMT (p=0,202) dengan kekuatan
genggaman tangan.(14)
Penelitian Ji Hyun Moon et al tentang hubungan antara massa otot yang rendah dengan anemia, diteliti
pada kelompok usia muda. Penelitian tersebut melibatkan seluruh partisipan laki-laki berusia 20-39 tahun.
Hasil dari penelitian didapatkan bahwa partisipan dengan usia 20-39 tahun yang menderita anemia memiliki
kekuatan otot yang lebih lemah dibanding dengan partisipan yang tidak menderita anemia. Faktor yang diduga
berhubungan dengan hasil penelitian adalah asupan energi dan zat besi, riwayat merokok, konsumsi alkohol,
dan frekuensi latihan fisik. Namun pada penelitian tersebut tidak melibatkan partisipan yang menderita
penyakit kronik seperti penyakit hati kronik atau penyakit ginjal kronik.(11)
Penelitian Brenda W.J.H. Penninx et al tentang apakah anemia berhubungan dengan kecacatan, penurunan
kinerja fisik dan kekuatan otot pada lansia, menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Hasil dari
penelitian tersebut didapatkan bahwa 114 dari 1.008 partisipan dengan usia 65 tahun menderita anemia dan
mengalami penurunan kinerja fisik yang signifikan. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa subjek penelitian
yang menderita anemia memiliki IMT yang rendah, skor MMSE yang rendah, dan riwayat penyakit kronik
seperti penyakit infark miokard, gagal jantung kongestif, serta gagal ginjal. Subjek penelitian yang menderita
anemia tersebut juga mengalami penurunan performa fisik serta penurunan kekuatan otot kaki dan kekuatan
otot genggaman tangan.(15)
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
26
Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa anemia yang
paling banyak pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh adalah anemia ringan sebesar 56,1%
dari 66 sampel penelitian. Tingkatan kekuatan otot genggaman tangan yang paling banyak pada pasien
hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh adalah sangat lemah sebesar 54,5% dari 66 sampel penelitian.
Terdapat hubungan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik di
RSUDZA Banda Aceh, semakin berat anemia maka semakin lemah kekuatan otot genggaman tangan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2014. 2159-91 p.
Naysilla AM, Partiningrum DL. Faktor Risiko Hipertensi Intradialitik Pasien Penyakit Ginjal Kronik: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012.
Centers for Disease Control Prevention. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet, 2014. May; 2014.
Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
National Kidney Foundation. Anemia and Chronic Kidney Disease. Available from:
https://www.kidney.org/atoz/content/what_anemia_ckd.
Sulistyaningsih DR, editor Efektivitas Latihan Fisik Selama Hemodialisis terhadap Peningkatan Kekuatan
Otot Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Prosiding Seminar
Nasional; 2014.
Horigan A, Rocchiccioli J, Trimm D. Dialysis and Fatigue: Implications for Nurses – a Case Study Analysis.
Medsurg Nursing: Official Journal of The Academy of Medical-Surgical Nurses. 2012;21(3):158.
Sodikin S, Suparti S, editors. Fatigue pada Pasien Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang Menjalani
Hemodialisis Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Proceeding Seminar LPPM UMP; 2015.
Putrawan I, Kuswardhani R. Faktor-Faktor yang Menentukan Kekuatan Genggaman Tangan pada Pasien
Lanjut Usia di Panti Wredha Tangtu dan Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah-Denpasar. Journal of Internal
Medicine. 2011;12(2).
Jhamb M, Weisbord SD, Steel JL, Unruh M. Fatigue in Patients Receiving Maintenance Dialysis: a Review
of Definitions, Measures, and Contributing Factors. American Journal of Kidney Diseases.
2008;52(2):353-65.
Moon J-H, Kong M-H, Kim H-J. Relationship Between Low Muscle Mass and Anemia in Korean Elderly
Men: Using the Korea National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES IV–V). Journal of
Clinical Gerontology and Geriatrics. 2015;6(4):115-9.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed. Jakarta: EGC; 2012. 74-86, 447-9, 1111-23 p.
Carrero JJ, Johansen KL, Lindholm B, Stenvinkel P, Cuppari L, Avesani CM. Screening for Muscle Wasting
and Dysfunction in Patients with Chronic Kidney Disease. Kidney International. 2016.
Andari IH, Susetyowati D, Kes M, Prasanto RH. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Genggam
Tangan pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis Rutin di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2016.
Penninx BW, Pahor M, Cesari M, Corsi AM, Woodman RC, Bandinelli S, et al. Anemia is Associated with
Disability and Decreased Physical Performance and Muscle Strength in the Elderly. Journal of the
American Geriatrics Society. 2004;52(5):719-24.
http://jim.unsyiah.ac/medisia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia
27
Download