Original Article Volume 2 Nomor 1: 22-27 Februari 2017 Hubungan Anemia dengan Kekuatan Otot Genggaman Tangan pada Pasien Hemodialisis Kronik di RSUDZA Banda Aceh Relationship of Anemia with Hand Grip Muscle Strength in Chronic Hemodialysis Patients at RSUDZA Banda Aceh Randy Yemigoe*, Maimun Syukri, Sitti Hajar Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh- Indonesia *E-mail : [email protected] ABSTRAK Penyakit ginjal kronik/PGK merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan fungsi ginjal secara progresif yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus yang berakhir pada gagal ginjal ireversibel. Terapi yang paling banyak diberikan kepada pasien PGK dengan stadium akhir adalah hemodialisis, namun ada beberapa masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien hemodialisis tersebut yaitu kelelahan dan kelemahan otot. Kelelahan merupakan gejala dari anemia dan dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot. Kekuatan otot genggaman tangan adalah metode yang umum digunakan sebagai tes fungsi otot rangka pada pasien rawat inap rumah sakit dan telah digunakan secara sukses untuk memperkirakan komplikasi dari suatu penyakit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik. Penelitian ini merupakan penelitian analytic observational dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling dengan jumlah responden 66 pasien hemodialisis kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapatkan 56,1% responden memiliki anemia ringan dan 43,9% responden memiliki anemia sedang. Hasil analisis dengan uji kolerasi spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan (p=0,001, r=-0,748) pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. Kesimpulan penelitian ini responden dengan anemia sedang memiliki kekuatan otot genggaman tangan yang lebih lemah dibanding responden dengan anemia ringan. Kata Kunci : Penyakit ginjal kronis, Hemodialisis, Anemia, Kekuatan Otot Genggaman Tangan ABSTRACT Chronic kidney disease/CKD is a situation where there is a progressive deterioration in kidney function is characterized by decrease in glomerular filtration rate which ended in irreversible renal failure. Therapy is the most widely given to patients with end-stage CKD is hemodialysis, however there are some problems that are often complained by the hemodialysis patients is fatigue and muscle weakness. Fatigue is a symptom of anemia and can cause decreased muscle strength. The hand grip muscle strength is a method commonly used as skeletal muscle function tests in patients were hospitalized and have been used successfully to predict complications of a disease. The purpose of this study to determine the relationship of anemia with hand grip muscle strength in chronic hemodialysis patients. This research was analytic observational with cross sectional approach. Selection of the sample was conducted with a total sampling technique with a number of respondents 66 chronic hemodialysis patients who meet the inclusion and exclusion criteria. In this study, 56.1% of respondents have mild anemia and 43.9% of respondents have moderate anemia. The results of the analysis with Spearman Correlation test showed a significant relationship between anemia and hand grip muscle strength (p=0.001, r=-0.748) in chronic hemodialysis patients in RSUDZA Banda Aceh. Conclusion of this research respondents that have moderate anemia have weaker hand grip muscle strength than respondents that have mild anemia. Keywords : CKD, Hemodialysis, Anemia, Hand Grip Muscle Strength http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 22 Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27 PENDAHULUAN Penyakit ginjal kronik/PGK atau gagal ginjal kronik/GGK merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan fungsi ginjal secara progresif yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus/LFG dan peningkatan kadar kreatinin dalam darah, yang umumnya berakhir pada gagal ginjal ireversibel. (1) Penyakit ginjal kronik disebut juga sebagai penyakit ginjal tahap akhir/End Stage Renal Disease (ESRD) yang merupakan penyakit dengan jumlah penderita yang terus meningkat serta berpotensi mengalami komplikasi hingga dapat berakhir pada kematian dini.(2) Berdasrakan data National Chronic Kidney Disease Fact Sheet tahun 2014 didapatkan lebih dari 10% orang dewasa di Amerika Serikat atau lebih dari 20 juta orang menderita penyakit ginjal kronik dengan derajat keparahan yang berbeda.(3) Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,2%, dengan prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5% sedangkan Aceh di urutan kedua tertinggi dengan prevalensi sebesar 0,4%. (4) Anemia pada pasien PGK didefinisikan sebagai kadar hemoglobin/Hb <12 g/dL (hematokrit <37%) pada pria dewasa dan wanita pasca-menopause atau kadar Hb <11 g/dL (hematokrit <33%) pada wanita premenopause dan anak pre-pubertas (umur <14 tahun). Anemia dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien PGK. Penderita anemia memiliki gejala berupa pucat, rasa lelah, kekurangan energi untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, gangguan konsentrasi berfikir, kepala terasa pening, sesak nafas, depresi dan berkurangnya nafsu makan.(5) Salah satu permasalahan yang sering dikeluhkan oleh pasien PGK yang menjalani hemodialisis/HD adalah kelemahan otot. Pasien PGK yang menjalani HD mempunyai kekuatan otot yang lebih lemah dibandingkan dengan pasien PGK yang tidak menjalani HD. Kelemahan otot tersebut diduga karena adanya pengurangan aktivitas fisik, atrofi otot, miopati otot, neuropati atau kombinasi diantaranya. (6) Beberapa faktor yang mungkin berhubungan dengan kelemahan otot pada pasien HD antara lain yaitu usia, jenis kelamin perempuan, faktor fisiologis, depresi, akumulasi sampah metabolik, kehilangan nafsu makan, inaktifitas fisik, durasi dialisis dan anemia.(7, 8) Kekuatan otot genggaman tangan adalah metode yang umum digunakan untuk memperkirakan kekuatan otot ekstremitas atas karena kekuatan otot genggaman tangan memerlukan kombinasi aksi dari sejumlah otot tangan dan otot lengan bawah. Kekuatan otot genggaman tangan juga sering digunakan sebagai tes fungsi otot rangka pada pasien rawat inap rumah sakit. Penilaian kekuatan otot genggaman tangan ini telah digunakan secara sukses untuk memperkirakan komplikasi dari suatu penyakit atau tindakan operasi terhadap pasien. (9) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manisha Jhamb et al tentang penilaian efektifitas terapi anemia serta kelemahan otot pada pasien HD menunjukkan bahwa pasien HD dengan anemia ringan memiliki efektifitas yang lebih baik dalam peningkatan kekuatan otot.(10) Penelitian yang dilakukan oleh Sodikin dan Sri Suparti membuktikan bahwa pasien HD dengan anemia berat memiliki kelemahan otot yang ekstrim serta penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik.(8) Penelitian yang dilakukan oleh Ji Hyun Moon et al juga membuktikan bahwa anemia pada orang dewasa dapat mempengaruhi kekuatan otot, sedangkan massa otot yang rendah pada lansia berisiko terhadap terjadinya anemia.(11) Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti masalah anemia dan kekuatan otot pasien penyakit ginjal kronik dalam bentuk suatu penelitian dengan judul “Hubungan Anemia dengan Kekuatan Otot Genggaman Tangan pada Pasien Hemodialisis Kronik di RSUDZA Banda Aceh”. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui anemia yang paling banyak pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. (2) Untuk mengetahui tingkatan kekuatan otot genggaman tangan yang paling banyak pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. (3) Untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian analytic observational dengan pendekatan rancangan penelitian potong lintang / cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Dialisis RSUDZA Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien PGK yang menajalani terapi HD di Instalasi Dialisis RSUDZA Banda Aceh. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah responden 66 orang. Kritera inklusi penelitian ini adalah pasien PGK yang menjalani HD minimal selama tiga bulan dan berusia 19-60 tahun, pasien PGK yang mempunyai hasil laboratorium pemeriksaan Hb di bawah normal, dan pasien PGK yang bersedia menjadi subjek penelitian dan menandatangani inform consent. Kritera eksklusi penelitian ini adalah pasien yang mengalami perdarahan akut atau kronik, pasien dengan penyakit stroke atau sedang menderita penyakit berat, pasien dengan malnutrisi yang diketahui dari pemeriksaan laboratorium, pasien dengan gangguan kesadaran, dan pasien dengan fistula cimino pada kedua tangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil pengukuran kekuatan otot genggaman tangan oleh responden, dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medik hasil pemeriksaan laboratorium responden. Pada penelitian ini peneliti hanya mencatat kadar Hb dalam satuan g/dL dari data rekam medik/hasil laboratorium subjek penelitian sebelum subjek penelitian menjalani HD, kemudian dilakukan pengelompokkan berdasarkan derajat keparahan anemia. http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 23 Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27 Kekuatan otot genggaman tangan diukur menggunakan sphygmomanometer dalam satuan mmHg ketika subjek penelitian menjalani hemodialisis. Kekuatan otot genggaman tangan diukur pada tangan subjek penelitian yang tidak memiliki kelainan seperti fistula cimino dan dilakukan dalam posisi duduk atau semifowler dengan tangan rileks. Manset sphygmomanometer digulung kemudian diletakkan pada genggaman tangan subjek penelitian. Manset sphygmomanometer dipompa sekitar 20 mmHg, selanjutnya subjek penelitian diminta menggenggam manset sphygmomanometer sekuat yang bisa dilakukan sekitar 3 detik kemudian dilepaskan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, dan nilai pencapaian tertinggi yang akan digunakan dalam analisis. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel independen dan dependen. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan anemia terhadap kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik dengan skala ordinal dan ordinal menggunakan uji statistik Spearman’s correlation. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang signifikan jika diperoleh p-value ≤ 0,05. HASIL Penelitian ini dilakukan di Instalasi Dialisis RSUDZA Banda Aceh pada bulan September 2016. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 66 sampel pasien hemodialisis kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari seluruh pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. Karakteristik sampel penelitian akan dibagi pada dua tabel, yakni tabel karakteristik demografi (Tabel 1) dan tabel karakteristik klinis (Tabel 2). Tabel karakteristik demografi meliputi jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan, sedangkan tabel karakteristik klinis meliputi usia, lama HD, dan kadar hemoglobin (Hb). Tabel 1. Karakteristik demografi sampel penelitian Karakteristik n % Laki-laki 40 60,6 Perempuan 26 39,4 Banda Aceh 39 59,1 Luar Banda Aceh 27 40,9 Tidak bekerja 38 57,6 Wiraswasta 15 22,7 PNS 13 19,7 Jenis kelamin (n=66) Alamat (n=66) Pekerjaan (n=66) Berdasarkan Tabel 1 di atas, secara demografi menunjukkan bahwa sampel penelitian terbanyak memiliki jenis kelamin laki-laki sebesar 60,6%. Sampel penelitian terbanyak berasal dari Banda Aceh sebesar 59,1%. Jumlah sampel penelitian yang tidak bekerja lagi lebih banyak daripada yang bekerja sebesar 57,6% Tabel 2. Karakteristik klinis sampel penelitian Karakteristik n % 19-25 tahun 5 7,5 26-35 tahun 9 13,7 36-45 tahun 19 28,8 46-55 tahun 20 30,3 56-60 tahun 13 19,7 < 1 tahun 26 39,4 > 1 tahun 40 60,6 8 - 9,9 gr/dL 37 56,1 6 - 7,9 gr/dL 29 43,9 Usia (n=66) Lama HD (n=66) Kadar Hb (n=66) http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 24 Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27 Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa kelompok usia terbanyak dari sampel penelitian adalah 46-55 tahun sebesar 30,3%. Lama HD sampel penelitian terbanyak adalah > 1 tahun sebesar 60,6%. Kadar Hb sampel penelitian terbanyak berada pada rentang 8-9,9 gr/dL yang dikategorikan kepada anemia ringan sebesar 56,1%. Tabel 3. Frekuensi anemia dan kekuatan otot genggaman tangan Variabel Kategori Anemia Kekuatan Otot Genggaman Tangan n % Ringan Sedang 37 29 56,1 43,9 Total 66 100 Sangat Lemah 36 54,5 Lemah 30 45,5 Total 66 100 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 66 sampel penelitian untuk variabel anemia dan variabel kekuatan otot genggaman tangan. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa 56,1% sampel penelitian yang diteliti memiliki anemia ringan dan 43,9% sampel penelitian memiliki anemia sedang. Selain itu, juga dapat diketahui bahwa terdapat 54,5% sampel penelitian memiliki kekuatan otot genggaman tangan sangat lemah, sedangkan sisanya memiliki kekuatan otot genggaman tangan lemah. Tabel 4. Hubungan anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan Kekuatan Otot Genggaman Tangan Lemah Sangat lemah Total Anemia Ringan Sedang n % n 29 78,38 1 3,45 8 21,62 28 96,55 37 100 29 100 r p -0,747 0,001 % Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa 78,38% sampel penelitian yang memiliki anemia ringan memiliki kekuatan otot genggaman tangan lemah, sedangkan 21,62% sisanya memiliki kekuatan otot genggaman tangan sangat lemah. Kemudian 96,55% sampel penelitian yang memiliki anemia sedang memiliki kekuatan otot genggaman tangan sangat lemah, sedangkan 3,45% sisanya memiliki kekuatan otot genggaman tangan lemah. Berdasarkan Tabel 4 di atas, juga diketahui bahwa nilai p-value=0,001. Nilai p-value yang kecil dari α (α=0,05) menandakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan dengan nilai korelasi sebesar -0,747. Nilai korelasi ini menandakan bahwa terdapat hubungan negatif kuat antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan. http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 25 Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27 PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan terhadap 66 sampel pasien hemodialisis kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari seluruh pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 56,1% sampel penelitian yang memiliki anemia ringan dan 43,9% sampel penelitian yang memiliki anemia sedang. Sedangkan 54,5% sampel penelitian memiliki kekuatan otot genggaman tangan sangat lemah dan 45,5% sampel penelitian memiliki kekuatan otot genggaman tangan lemah. Setelah dilakukan analisis secara statistik didapatkan nilai p-value kecil dari nilai α(α=0,05) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan dengan nilai korelasi sebesar -0,747. Nilai korelasi ini menandakan bahwa terdapat hubungan negatif kuat antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan, artinya semakin berat anemia maka semakin lemah kekuatan otot genggaman tangan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sodikin dan Sri Suparti tentang kelelahan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, dilaporkan bahwa dari 103 responden pasien hemodialisis yang diteliti cenderung mengalami anemia dengan derajat yang berbeda. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa responden dengan anemia berat memiliki kekuatan otot yang lebih lemah dan mengalami penurunan terhadap aktivitas fisik dibanding dengan responden dengan anemia ringan ataupun sedang. Faktor yang diduga berpengaruh dalam penelitian adalah riwayat olah raga responden (p=0,02), sedangkan faktor lain seperti usia, pekerjaan, kadar Hb, IMT dan lamanya HD tidak berhubungan dengan hasil penelitian.(8) Hubungan yang signifikan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan yang dilakukan oleh peneliti kemungkinan disebabkan karena faktor anemia. Pasien hemodialisis memiliki kekuatan otot yang lebih lemah dan pergerakan yang lebih lambat dibanding individu dengan fungsi ginjal yang normal. Kondisi ini terjadi karena kerusakan ginjal yang dialami oleh pasien hemodialisis kronik menyebabkan penurunan laju eritropoiesis sehingga jumlah eritrosit dalam darah menurun dan berdampak terhadap anemia. Anemia tersebut akan mengakibatkan penurunan signifikan jumlah O2 dalam tubuh. Penurunan jumlah O2 dalam tubuh pada akhirnya berdampak terhadap penurunan jumlah ATP dari proses refosforilasi ADP sebagai bahan baku kontraksi otot sehingga kontraksi otot menurun dan kekuatan otot semakin lemah.(12) Penelitian oleh Juan Carrero et al membuktikan bahwa pada pasien penyakit ginjal kronik yang mendapatkan terapi hemodialisis terdapat pengecilan dan disfungsi otot. Pengecilan massa otot dan disfungsi otot tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang melekat pada pasien hemodialisis. Massa dan fungsi otot juga berfungsi sebagai indikator status gizi pasien hemodialisis. Penelitian selama beberapa tahun terakhir telah membuktikan bahwa kerusakan ginjal pada pasien hemodialisis dapat mengakibatkan hilangnya massa otot rangka dan disfungsi otot. Otot genggaman tangan merupakan salah satu otot rangka yang menggunakan energi paling banyak dalam tubuh sehingga jika massa otot genggaman tangan berkurang maka kekuatan ototnya juga akan berkurang.(13) Penelitian yang dilakukan oleh Izzati Hayu Andari et al tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan genggaman tangan juga diteliti pada 97 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis rutin di RSUP Sardjito Yogyakarta. Berdasarkan penelitian tersebut ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik yaitu jenis kelamin, usia, lama hemodialisis, status gizi (IMT, LLA), asupan energi dan protein, serta penyakit penyerta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian tersebut adalah purposive sampling dan menggunakan uji statistik Chisquare dan Spearman. Hasil penelitian berdasarkan uji Chi-square didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p=1,786) dan penyakit penyerta (p=0,990) dengan kekuatan genggaman tangan. Berdasarkan uji Spearman didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia (p=0,001), LLA (p<0,0001), asupan energi (p=0,005), dan asupan protein (p=0,01) dengan kekuatan genggaman tangan, namun tidak terdapat hubungan antara lama hemodialisis (p=0,283) dan IMT (p=0,202) dengan kekuatan genggaman tangan.(14) Penelitian Ji Hyun Moon et al tentang hubungan antara massa otot yang rendah dengan anemia, diteliti pada kelompok usia muda. Penelitian tersebut melibatkan seluruh partisipan laki-laki berusia 20-39 tahun. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa partisipan dengan usia 20-39 tahun yang menderita anemia memiliki kekuatan otot yang lebih lemah dibanding dengan partisipan yang tidak menderita anemia. Faktor yang diduga berhubungan dengan hasil penelitian adalah asupan energi dan zat besi, riwayat merokok, konsumsi alkohol, dan frekuensi latihan fisik. Namun pada penelitian tersebut tidak melibatkan partisipan yang menderita penyakit kronik seperti penyakit hati kronik atau penyakit ginjal kronik.(11) Penelitian Brenda W.J.H. Penninx et al tentang apakah anemia berhubungan dengan kecacatan, penurunan kinerja fisik dan kekuatan otot pada lansia, menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa 114 dari 1.008 partisipan dengan usia 65 tahun menderita anemia dan mengalami penurunan kinerja fisik yang signifikan. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa subjek penelitian yang menderita anemia memiliki IMT yang rendah, skor MMSE yang rendah, dan riwayat penyakit kronik seperti penyakit infark miokard, gagal jantung kongestif, serta gagal ginjal. Subjek penelitian yang menderita anemia tersebut juga mengalami penurunan performa fisik serta penurunan kekuatan otot kaki dan kekuatan otot genggaman tangan.(15) http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 26 Yemigoe et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1: 22-27 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa anemia yang paling banyak pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh adalah anemia ringan sebesar 56,1% dari 66 sampel penelitian. Tingkatan kekuatan otot genggaman tangan yang paling banyak pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh adalah sangat lemah sebesar 54,5% dari 66 sampel penelitian. Terdapat hubungan antara anemia dengan kekuatan otot genggaman tangan pada pasien hemodialisis kronik di RSUDZA Banda Aceh, semakin berat anemia maka semakin lemah kekuatan otot genggaman tangan. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 2159-91 p. Naysilla AM, Partiningrum DL. Faktor Risiko Hipertensi Intradialitik Pasien Penyakit Ginjal Kronik: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. Centers for Disease Control Prevention. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet, 2014. May; 2014. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. National Kidney Foundation. Anemia and Chronic Kidney Disease. Available from: https://www.kidney.org/atoz/content/what_anemia_ckd. Sulistyaningsih DR, editor Efektivitas Latihan Fisik Selama Hemodialisis terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional; 2014. Horigan A, Rocchiccioli J, Trimm D. Dialysis and Fatigue: Implications for Nurses – a Case Study Analysis. Medsurg Nursing: Official Journal of The Academy of Medical-Surgical Nurses. 2012;21(3):158. Sodikin S, Suparti S, editors. Fatigue pada Pasien Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Proceeding Seminar LPPM UMP; 2015. Putrawan I, Kuswardhani R. Faktor-Faktor yang Menentukan Kekuatan Genggaman Tangan pada Pasien Lanjut Usia di Panti Wredha Tangtu dan Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah-Denpasar. Journal of Internal Medicine. 2011;12(2). Jhamb M, Weisbord SD, Steel JL, Unruh M. Fatigue in Patients Receiving Maintenance Dialysis: a Review of Definitions, Measures, and Contributing Factors. American Journal of Kidney Diseases. 2008;52(2):353-65. Moon J-H, Kong M-H, Kim H-J. Relationship Between Low Muscle Mass and Anemia in Korean Elderly Men: Using the Korea National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES IV–V). Journal of Clinical Gerontology and Geriatrics. 2015;6(4):115-9. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed. Jakarta: EGC; 2012. 74-86, 447-9, 1111-23 p. Carrero JJ, Johansen KL, Lindholm B, Stenvinkel P, Cuppari L, Avesani CM. Screening for Muscle Wasting and Dysfunction in Patients with Chronic Kidney Disease. Kidney International. 2016. Andari IH, Susetyowati D, Kes M, Prasanto RH. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Genggam Tangan pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis Rutin di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2016. Penninx BW, Pahor M, Cesari M, Corsi AM, Woodman RC, Bandinelli S, et al. Anemia is Associated with Disability and Decreased Physical Performance and Muscle Strength in the Elderly. Journal of the American Geriatrics Society. 2004;52(5):719-24. http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 27