PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI HIMPUNAN KONTEKS LASKAR PELANGI DENGAN PENDEKATAN PENDIDKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Jonny Simanulang SMP Negeri 4 Pangkal Pinang E-mail: [email protected] Abstrak Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Dalam pembelajaran matematika sering kita temui adanya siswa yang kesulitan dalam menerima materi yang diajarkan, untuk mengantisipasi hal itu pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Salah satu pendekatan yang sesuai untuk menunjang guru sebagai guru profesional adalah pendekatan PMRI, sehingga siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan bahan ajar yang valid dan praktis yang dikembangkan dengan pendekatan PMRI, dan bagaimana efek potensial bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan PMRI terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development research) yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang valid, praktis dan efektif untuk pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 4 Pangkal Pinang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.D sebanyak 36 siswa. Dengan kesimpulan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dikategorikan valid, praktis dan memiliki potential effect terhadap hasil belajar siswa di kelas VII.D SMP Negeri 4 Pangkal Pinang. Kata kunci : himpunan, pendekatan PMRI menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai PENDAHULUAN dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru Pembelajaran pada hakekatnya adalah harus dapat mengambil keputusan atas dasar proses interaksi antara peserta didik dengan penilaian yang tepat ketika peserta didik belum lingkungannya, dapat membentuk kompetensi dasar, apakah sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Pembelajaran kegiatan merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran keaktifan yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip guru dalam menciptakan dan pembelajaran dihentikan, diubah Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Salah satu pendekatan yang sesuai untuk menunjang guru sebagai guru profesional Matematika sebagai ilmu dasar maupun tujuan dari Kurikulum Tingkat Satuan memegang peranan yang sangat penting dalam Pendidikan mengembangkan sains dan teknologi, karena pendekatan Pendidikan Matematika Realistik matematika merupakan salah satu sarana berfikir Indonesia (PMRI). Pembelajaran matematika ilmiah dengan pendekatan PMRI memberikan peluang yang sangat dibutuhkan untuk adalah logis, sistematis dan kritis. Dalam pembelajaran pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan matematika sering kita temui adanya siswa yang suatu masalah yang dimulai dari masalah- kesulitan yang masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, diajarkan. Kesulitan ini dapat disebabkan antara siswa diberi kebebasan menemukan strategi lain faktor internal yaitu : motivasi, intelegensi, sendiri, dan secara perlahan-perlahan guru minat dan keadaan psikologis siswa. Sering kita membimbing siswa menyelesaikan masalah temui siswa yang kurang tertarik mengikuti tersebut secara matematis formal, baik melalui pelajaran matematika bahkan ada pula siswa matematisasi yang takut dan benci pada pelajaran matematika. Pembelajaran dengan model PMRI cocok atau Mungkin hal ini merupakan gejala yang mendukung, terutama dengan tujuan mata disebabkan pelajaran oleh materi materi matematika yang aktif sendiri pada menerima untuk itu menumbuhkembangkan daya nalar, cara berfikir dalam siswa (KTSP) horizontal matematika mengkonstruksi dan dan vertikal. penekanan dipelajari dan cara penyajiannya kurang sesuai pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan kematangan siswa, sehingga kegiatan (Supinah, 2007 : 20). belajar-mengajar tidak bermakna dan hasilnya pun kurang memuaskan. dilaksanakan baik pada tingkat sekolah dasar Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika Beberapa penelitian tentang PMRI telah dengan antara lain Giri Haryono (2011), Fuadiah (2009), pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi dan Zulkardi (2002). Penelitian yang dilakukan (contextual mengajukan oleh Giri Haryono (2011) terhadap siswa SMP 1 masalah kontekstual, peserta didik secara Sungaiselan Bangka Belitung ditemukan hasil bertahap dibimbing untuk menguasai konsep positif dalam penggunaan materi PMRI dalam matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran matematika. Siswa menjadi lebih pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan termotivasi, aktif dan kreatif dalam proses teknologi informasi dan komunikasi seperti belajar mengajar disebabkan oleh materi yang komputer, alat peraga atau media lainnya menarik karena dilengkapi dengan gambar- (Depdiknas, 2006 : 416). gambar yang berhubungan dengan Bangka 26 hendaknya problem). dimulai ataupun menengah. Beberapa penelitian tersebut Dengan JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Belitung. Penelitian Fuadiah (2009) yang Pendidikan Matematika Realistik yang mengembangkan perangkat pembelajaran pada diterjemahkan materi dengan Education (RME) merupakan salah satu teori pendekatan PMRI di SD Negeri 179 Palembang pembelajaran dalam pendidikan matematika. menyimpulkan bahwa siswa suka dan aktif Teori ini mengacu pada pendapat Freudhental mengikuti pelajaran menggunakan pendekatan yang mengungkapkan bahwa matematika harus PMRI. Hasil analisis observasi aktivitas dan dikaitkan dengan realita dan matematika adalah hasil belajar siswa termasuk dalam kategori aktivitas manusia. sangat matematika harus dekat dengan anak dan relevan geometri baik. dan pengukuran Penelitian Zulkardi (2002) dari Mathematics Hal ini berarti bahwa menunjukkan bahwa terjadi perubahan sikap dengan yang positif terhadap matematika, hal ini matematika sebagai aktivitas manusia dipandang sebagai permulaan yang baik dalam manusia harus diberikan kesempatan untuk pengembangan di menemukan kembali ide dan konsep matematika Indonesia. Oleh karena itu, peneliti akan dengan bimbingan orang dewasa atau guru. menerapkan suatu pembelajaran yang mampu Rute belajar dalam pendidikan matematika membuat peserta didik berpikir kritis dan kreatif realistik dimana siswa mampu menemukan sehingga mampu memahami konsep matematika sendiri ide dan konsep matematika tersebut yaitu haruslah dipetakan, sebagai konsekuensinya dengan pendidikan matematika menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). kehidupan Realistic sehari-hari, maka guru harus mampu sedangkan berarti mengembangkan pengajaran yang interaktif dan dan memberikan Rumusan Masalah kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar mereka Bagaimana mengembangkan bahan ajar Himpunan dengan konteks Bangka Belitung yang valid dan praktis berdasarkan Pendekatan PMRI? (Gravemeijer: 1994 dalam Hadi 2005: 37). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan permasalahanpermasalahan realistik yang dimaksudkan Bagaimana efek potensial dari bahan ajar tidaklah mengacu pada realitas namun kepada dengan konteks Bangka Belitung yang sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa dikembangkan Pendekatan (Slettenhaar,2000). Prinsip penemuan kembali PMRI terhadap hasil belajar siswa kelas VII diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan SMP N 4 Pangkal Pinang? informal, sedangkan proses penemuan kembali berdasarkan menggunakan konsep matematisasi. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Terdapat dua jenis matematisasi yang dirumuskan oleh (PMRI) 27 Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi Treffers, 1991 dalam I Gusti Putu Suharta; 2 sangat miskin Belitung. Anak orang-orang yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. ‘kecil’ ini mencoba memperbaiki masa depan Menurut Zulkardi (2003), Pendidikan dengan menempuh pendidikan dasar dan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu menengah di sebuah lembaga pendidikan yang pendekatan dalam pembelajaran matematika puritan. Bersebelahan dengan sebuah lembaga yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi pendidikan yang dikelola dan difasilitasi begitu siswa, menekankan keterampilan ‘process of modern pada masanya, SD Muhammadiyah- doing mathematic’ berdiskusi dan berkolaborasi, sekolah penulis ini, tampak begitu papa berargumentasi dengan teman sekelas sehingga dibandingkan mereka dapat menemukan sendiri dan pada Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka, akhirnya menggunakan matematika itu untuk para native Belitung ini tersudut dalam ironi menyelesaikan masalah baik secara individu yang sangat besar karena kemiskinannya justru maupun secara kelompok. berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan Pembelajaran matematika dengan model RME / PMRI memberikan peluang pada siswa untuk aktif matematika. mengkonstruksi Dalam sekolah-sekolah PN PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka. pengetahuan menyelesaikan dengan Banyak hal-hal inspiratif yang suatu dimunculkan buku ini. Buku ini memberikan masalah yang di mulai dari masalah-masalah contoh dan membesarkan hati. Buku ini yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kebebasan menemukan strategi sendiri, dan kemiskinan dapat diubah menjadi kekuatan, secara perlahan-lahan guru membimbing siswa keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan menyelesaikan pendidikan bermutu memiliki definisi dan masalah tersebut secara matematis formal (Supinah, 2007 : 5). dimensi yang sangat luas. Paling tidak laskar pelangi dan sekolah miskin Muhamaddiyah Laskar Pelangi menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri ( Laskar Pelangi, Mizan Media Utama), buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang 28 sama sekali tak berhubungan dengan fasilitas. Terakhir cerita laskar pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Berikut tokoh-tokoh yang terdapat di Laskar Pelangi: JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Pak Harfan Ibu Muslimh Lintang Mahar Sahara Ikal Kucai Syahdn AKiong Borek Trapani Harun Pak Zulkarnaen Pak Mahmud A ling dan Flo soal-soal matematika dalam bentuk teks. Kedua, konteks orde dua yang pada dasarnya menyajikan kesempatan bagi terciptanya proses matematisasi. Ketiga, konteks orde tiga merupakan konteks yang memberi peluang bagi siswa untuk menemukan konsep baru dalam matematika melalui proses matematisasi masalah. Gambar 2.1. Tokoh-tokoh Laskar Pelangi Prinsip PMRI Penggunaan Konteks dalam PMRI Menurut Freudenthal dalam Zulkardi Masalah problem) kontekstual dimaksudkan untuk (contextual (2002 : 29-31 ) ada tiga prisip utama menopang pembelajaran matematika realistik, yaitu : terlaksananya suatu proses penemuan kembali 1. Penemuan kembali secara terbimbing dan (reinvention) yang memberikan peluang bagi matematisasi progresif (Guided reinvention siswa and progressive mathematizing). untuk secara formal memahami Karena matematika dalam belajar RME matematika (Gravenmeijer, 1994). Menurut Traffers dan Gofree (1985), konteks memainkan adalah peranan utama dalam semua aspek pembelajaran penemuan terbimbing dapat diartikan bahwa dengan pendekatan RME. Misalnya dalam siswa hendaknya dalam belajar matematika pembentukan konsep, pembentukan model, harus diberikan kesempatan untuk mengalami aplikasi mempraktekkan sendiri proses yang sama saat matematika keterampilan-keterampilan tertentu. Selain dari ditemukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan kenyataan bahwa konteks membentuk backbone dengan menggunakan prosedur secara informal. dari kurikulum, konteks juga mempunyai fungsi Dalam hal ini dua macam matematisasi haruslah penting dari suatu assesment. Artinya berbagai dijadikan dasar untuk berangkat dari tingkat soal kontekstual harus disiapkan sejak awal belajar matematika secara informal ke tingkat dalam belajar matematika secara formal. dan kurikulum mengawali suatu dalam dan tentu saja pembelajaran dalam dengan pendekatan RME (Gravenmeijer, 1994). sebagai 2. Fenomena aktivitas yang manusia bersifat maka mendidik (Didactical Phenomenology) De Lange (1987), membagi konteks Situasi yang berisikan fenomena kedalam tiga jenis yaitu konteks orde satu, mendidik yang dijadikan bahan dan area aplikasi konteks orde dua, dan konteks orde tiga. dalam Konteks orde satu berbentuk terjemahan dari berangkat dari keadaan yang nyata terhadap pengajaran matematika haruslah 29 Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi siswa sebelum mencapai tingkatan matematika Pendidikan Matematika Realistik adalah secara formal. Upaya ini akan tercapai jika pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi sebagai berikut: yang Menggunakan masalah kontekstual, yaitu berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika dan nyata matematika dipandang terhadap kehidupan sehari-hari siswa. Topik- sehari-hari manusia, sehingga memecahkan topik dasar masalah kehidupan yang dihadapi atau bagi dialami oleh manusia (masalah kontekstual perkembangan matematika, masalah dijadikan yang realistik bagi siswa ) merupakan bagian sebagai yang sangat penting. matematika aplikasinya dan sarana disajikan atas kontribusinya utama untuk mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa Menggunakan dengan caranya sendiri untuk memecahkannya. matematika Dalam memecahkan masalah tersebut, siswa matematika diharapkan matematisasi horizontal). dapat melangkah ke arah sebagai model, kegiatan yaitu belajar berarti bekerja dengan (alat matematis hasil matematisasi Menggunakan hasil dan kontruksi siswa vertikal. Proses matematisasi horizontal-vertikal sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk inilah menemukan konsep-konsep matematis, di matematisasi yang horizontal diharapkan dan dapat memberi kemungkinan siswa lebih mudah memahami bawah bimbingan guru. matematika. Pembelajaran terfokus pada siswa. 3. Pengembangan model sendiri (Self-develoved Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu models) Peran pengembangan model sendiri aktivitas belajar memecahkan masalah meliputi kegiatan kontekstual mengorganisasikan yang merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real realistik, pengalaman ke situasi konkret atau dari informal matematika matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil ke formal matematika. Artinya siswa membuat pemecahan masalah tersebut. model sendiri dalam menyelesaikan masalah melalui pengarahan dari guru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, mulai dari model pemecahan yang informal (model-of) menuju model yang formal (modelfor) dalam bentuk model matematika maupun rumus-rumus dalam matematika. Ciri-ciri Pendidikan Matematika Realistik Indonesia 30 Marpaung merumuskan karakteristik PMRI sebagai berikut : Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktifitas manusia). Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual / realistik. JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Guru memberikan kesempatan pada siswa himpunan dengan pendekatan Pendidikan menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. Matematika Realistik Indonesia. Penelitian ini Guru menciptakan suasana pembelajaran terdiri dari dua tahap yaitu preliminary study yang menyenangkan. (tahap persiapan, tahap pengembangan model) dan formatif study (tahap evaluasi dan revisi) Siswa dapat menyelasaikan masalah dalam yang kelompok (kecil atau besar). pengembangan. merupakan dua tahapan dari riset Berikut ini langkah-langkah pengembangan materi yang disajikan dalam bentuk diagram alir (Zulkardi, 2006). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini pengembangan merupakan atau development penelitian research (Akker, 1999), yaitu pengembangan materi Low resistance to revision High resistance to revision Expert Reviews Reviews Priliminary Self Evaluation Revise Revise Small Group Revise Field Test Group Evaluation One-toone Test Gambar 3.1. Diagram Alir Pengembangan Bahan Ajar 31 Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi anak-anak di Provinsi Kepulauan Bangka PEMBAHASANN Belitung merupakan konteks nyata yang bisa Proses pengembangan yang sudah dilalui mereka temui. terdiri dari tiga tahap, yaitu self evaluation, prototyping (expert reviews, one-to-one dan Penggunaan konteks ini bertujuan untuk memotivasi siswa dan membantu siswa small group) dan field test serta revisi pada memahami konsep himpunan. Pembelajaran masing-masing tahap maka diperoleh bahan ajar mengenai konsep himpunan dimulai dengan yang dikategorikan valid dan praktis. Valid masalah realistik dan selanjutnya melalui tergambar dari hasil penilaian validator, dimana aktivitas siswa menjawab beberapa pertanyaan. hampir semua validator menyatakan baik Hal ini sesuai dengan prinsip PMRI yang berdasarkan konten, konstruks, dan bahasa. pertama yaitu guided reinvention (penemuan Setelah soal dinyatakan valid secara kualitatif kembali secara seimbang) melalui progressive berdasarkan, soal diujicobakan terhadap siswa mathematizing (matematisasi progresif). kelas VII.B SMP 4 Pangkal Pinang sebanyak 35 Berdasarkan tes hasil belajar siswa untuk menganalisis butir soal dan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah realibilitas soal. mencapai hasil dengan kategori yang baik hal ini Dari berdasarkan menunjukkan bahwa penggunaan Laskar Pelangi komentar/saran dan lembar jawaban siswa pada dapat menambah motivasi siswa untuk belajar One-to-one dan small group menunjukkan soal dengan lebih baik. Dengan Laskar Pelangin yang dikembangkan praktis. Soal tersebut sebagai starter untuk pembelajaran pokok dikategorikan praktis tergambar dari hasil bahasan Himpunan membuat pengamatan pada ujicoba small group, dimana semangat dan lebih cepat dalam memahami hampir semua siswa dapat menggunakan bahan konsep-konsep ajar dengan baik. Soal yang dikembangkan juga dimungkinkan bahwa cerita Laskar Pelangi sesuai dengan alur pikiran siswa, konteks yang sudah mereka pahami diberikan diketahui oleh siswa, mudah dibaca waktu belajar himpunan dengan konteks Laskar dan Pelangi, para siswa lebih cepat untuk memahami tidak hasil revisi menimbulkan penafsiran yang beragam. siswa lebih Himpunan. Hal ini sebelumnya, sehingga Satu siswa yang masih kurang dalam Pada uji field test siswa dikelompokkan memahami konsep himpunan yaitu siswa PAR. dengan jumlah setiap kelompok 7-8 orang. Dari Hasil kerja siswa PAR kebanyak salah dalam 36 siswa terdapat 5 kelompok, masing-masing 7 pemahaman siswa dan hanya satu kelompok 8 siswa. Pada disebabkan siswa ini termasuk berkemampuan materi himpunan ini peneliti menggunakan lemah. konteks Laskar Pelangi. Laskar Pelangi bagi 32 konsep himpunan, hal ini JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Pada aktivitas dua siswa diberikan konteks karnaval. Hari yang sangat mendebarkan, Mahar merancang pakaian untuk menyajikan operasi himpunan. Di akhir kegiatan dilakukan diskusi kelas dalam menarik kesimpulan. Cheetah dengan bahan semacam terval yang Pada aktivitas tiga siswa diberikan dicat kuning-kuning bertutul-tutul sehingga konteks Bu Muslimah dan Pak Harfan yang mirip macan tutul. Pembelajaran diawali dengan sedang pemberian gambar penampilan anak-anak SD Muhammadiyah. Mereka mengamati huruf- Muhammadiyah ketika tampil dalam karnaval huruf yang sama yang sama yang terdapat pada 17 Agustus, siswa menentukan masing-masing nama kedua anak tersebut, lalu menjawab siswa yang tutut andil dalam karnaval tersebut. pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar Pemberian kerja. konteks ini diberikan sebagai bercerita dengan latar belakang SD Tiap kelompok juga menentukan jembatan siswa untuk memahami himpunan penggabungan dari huruf-huruf tersebut. Dalam bagian dari suatu himpunan, kemudian siswa pembelajaran ini terjadi interaktivitas yang menentukan himpunan bagian yang memiliki cukup satu anggota, dua anggota, tiga anggota dan himpunan. Di akhir kegiatan dilakukan diskusi seterusnya. Pada tahap ini siswa sudah terbiasa kelas dalam menarik kesimpulan. tinggi dalam menyajikan operasi dan tampak antusias. Siswa juga menentukan Pada aktivitas empat, siswa masih banyaknya anggota himpunan yang didapat. Di diberikan konteks Lomba Cerdas Tangkas yang akhir pertemuan dilakukan diskusi kelas untuk diikuti oleh Mahar, Lintang dan Ikal. Dalam membuat kesimpulan. aktivitas ini peneliti menunjuk ketua kelompok Pada aktivitas tiga siswa diberikan untuk mendata anggotanya yang menyukai konteks Mahar dan Ikal yang sedang berpelukan tokoh Mahar dan menyukai tokoh Ikal. berjalan di sebuah jembatan desa Gantong. Kemudian data tersebut dimasukkan dalam tabel Siswa tampak senang belajar dengan gambar- sehingga gambar ini, dalam hal ini Mahar dan Ikal adalah keseluruhan. Kemudian mereka menjawab tiap tokoh sentral dari Laskar Pelangi dan ada juga pertanyaan yang ada dalam lembar kerja seperti yang mengidolakan kedua tokoh ini. Mereka ditunjukkan pada mengamati huruf-huruf yang sama yang sama menggunakan konsep yang terdapat pada nama kedua anak tersebut, pemecahan masalah. Di akhir aktivitas dilakukan lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada diskusi kelas dalam membuat kesimpulan. didapat jumlah siswa Gambar. secara Mereka himpunan dalam pada lembar kerja. Tiap kelompok juga menentukan penggabungan dari huruf-huruf tersebut. Dalam interaktivitas pembelajaran yang cukup ini terjadi tinggi dalam 33 Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP KESIMPULAN Jenjang Penelitian ini telah menghasilkan suatu produk bahan ajar himpunan yang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Darmadi, H. 2009. Kemampuan Mengajar Guru dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan :Landasan Konsep dan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Proses Implementasinya. Bandung : Alfabeta. pengembangan bahan ajar ini terdiri dari tahap De Lange, J. (1987). Mathematics Insight and analisis, desain, evaluasi dan revisi. Berdasarkan Meaning. Utrecht : OW & OC hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan kesimpulan : Pendidikan Standar Kompetensi SMP 1. Penelitian ini telah menghasilkan produk dan MTs. Jakarta : Depdiknas. bahan ajar berupa LKS materi himpunan --------------.2004. Pedoman konteks Laskar Pelangi yang dikembangkan Bahan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Jakarta:Dirjen Realistik Indonesia dengan dikategori valid Depdiknas. dan praktis. Ajar Pengembangan Sekolah Menengah. Mendikdasmen, Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta 2. Berdasarkan proses pengembangan diperoleh bahwa bahan ajar yang dikembangkan : Rineka Cipta. Fauzan, A. 2001. Pendekatan Matematika memiliki efek potensial terhadap hasil belajar Realistic Suatu Tantangan dan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Pangkal Harapan. Makalah disampaikan pada Pinang Bangka Belitung seminar nasional tentang Pendidikan Matematika Realistic tanggal 14-15 November 2001. Yogyakarta : Tidak Diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA Figueiredo, NJC. 1999. Ethnic Minority Students Akker, J.V. 1999. Principle and Methods of Solving Contextual Problems. The Development Research. In : J.Van den Akker, R. Branch, K. Gustafson, N. Fuadiah. 2009. Pengembangan perangkat Nieveen & Tj. Plomp (Eds), Design pembelajaran pada materi geometri methodology dan pengukuran dengan pendekatan and developmental research. Dordrecht : Kluwer Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 34 Netherlands : Freudenthal Institude. PMRI di SD Negeri 179 Palembang. Palembang JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 7 No.2 Juli 2013 Gravemeijer, Koeno. 1994. Developing Realistic tanggal 4 April 2001. Bandung : Tidak Mathematics Education. Netherlands : Utreccht University. Diterbitkan Sidharta, A. 2004. Pembelajaran Kooperatif. Haryono, Giri. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Himpunan dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Indonesia (PMRI) Bandung : Depdikbud. Sobel & Maletsky. 2004. Mengajar Matematika Realistik : Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, menggunakan Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru SD, Konteks Bangka Belitung Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. SMP, SMA. Jakarta : Erlangga. Supinah. Hudoyo, H. 1998. Pembelajaran Matematika Nasional Pendidikan Pembelajaran Matematika dengan Model PMRI. Yogyakarta : Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah disajikan dalam Seminar 2007. PPPG matematika. Suryanto & Sugiman. 2003. Pendidikan Matematika, Matematika Realistik (Disampaikan Program Pascasarjana IKIP Malang, pada seminar Pendekatan Realistik Malang 4 April 1998. dalam Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Matematika Sanata dharma. Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Tentang Standar Isi untuk Satuan Realistik Pendidikan Dasar dan Menengah. Banjarmasin : Tulip. Jakarta: Departemen Pendidikan Trianto. 2007. Nasional. dan Implementasinya. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik : Nasution, M.A. 2005. Berbagai pendekatan dalam di Indonesia). Yogyakarta : Universitas Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 Pendidikan Proses Pembelajaran Konsep, Landasan Teoritis_Praktis dan dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Ruseffendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern. Bandung : Tarsito Pustaka Publisher. Zulkardi. 2001. Realistic Education (RME). Sabandar, J. 2001. Aspek kontekstual dalam soal Mathematics Teori, contoh pembelajaran, dan teman belajar di matematika dalam realistic internet. Makalah disajikan dalam mathematics education. Makalah seminar sehari tentang Realistic disajikan dalam seminar sehari tentang Mathematics Education tanggal 4 April Realistic 2001. Bandung : Tidak Diterbitkan.. Mathematics Education 35 Simanulang, Pengembangan Bahan Ajar Materi Himpunan Konteks Laskar Pelangi 36