PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Boks 2 KAJIAN KEMUNGKINAN PENJAMINAN KREDIT BAGI UMKM DENGAN DANA PEMERINTAH Latar Belakang Di tengah kondisi dimana indikator ekonomi menunjukkan arah yang positif, perlu dicermati lebih jauh tentang kualitas dari perekonomian Indonesia. Saat perekonomian dikatakan pada kondisi yang membaik, di sisi lain muncul permasalahan yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat, tingkat kemiskinan, atau bahkan masalah yang berhubungan dengan pengangguran. Penduduk NTT yang termasuk dalam kategori miskin sejumlah 1,24 juta jiwa atau sekitar 29% dari total penduduk pada tahun 2005. Dari jumlah tersebut 94,5% berada di daerah pedesaan, sehingga memberikan indikasi ketimpangan dalam pemerataan kesejahteraan. Dari sisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran yang tercatat pada Agustus 2007 sebesar 3,72%, meningkat bila melihat data agustus 2006 sebesar 3,65%. Dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) mempunyai peranan yang penting mengingat UMKM lebih bersifat padat karya. Pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh sektor padat karya memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap pengurangan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja. Pengembangan UMKM akan menciptakan lapangan kerja baru dimana hanya membutuhkan modal yang relatif lebih kecil. Namun demikian keterbatasan yang dimiliki UMKM baik secara internal maupun eksternal menyebabkan UMKM memiliki kesempatan yang lebih sempit untuk melakukan pengembangan. Dari sisi internal, secara umum UMKM masih menghadapi rendahnya kualitas SDM seperti kurang terampilnya SDM, rendahnya penguasaan teknologi serta manajemen dan informasi pasar. Sedangkan dari sisi eksternal UMKM masih menghadapi permasalahan terkait masih terbatasnya penyediaan produk jasa lembaga keuangan, khususnya kredit investasi; dan keterbatasan akses pendanaan ke lembaga keuangan. Keterbatasan akses pendanaan ke lembaga keuangan ini salah satunya disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki oleh UMKM untuk dijadikan jaminan kredit bank. Dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) diperoleh informasi bahwa kendala dalam memperoleh akses kredit dari lembaga perbankan sebagian besar disebabkan oleh masalah jaminan dan prosedur pengajuan. Pembahasan Secara umum program penjaminan ditujukan untuk mempermudah akses UMKM dalam memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan yang pada umumnya terkendala dari segi anggunan. Terdapat tiga alternatif bentuk kerjasama penjaminan kredit, diantaranya : 62 BANK INDONESIA KUPANG PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 1. Cash collateral Program Cash Collateral merupakan kerja sama antara bank dengan pemerintah dalam proses penjaminan kredit. Pemerintah dalam hal ini menempatkan dananya secara langsung di bank sebagai jaminan bagi kredit yang disalurkan khusus untuk UMKM. Dana Pemda yang dijadikan jaminan terlebih dahulu melalui persetujuan DPRD. Pemerintah akan menerima fee ataupun bunga sebagai imbal hasil ikut serta menjamin kredit. Apabila terjadi default, maka akan ditanggung bersama oleh pemda dan bank yang besarnya dapat ditentukan melalui MoU. 2. Kerjasama Bank, LPKD dan Pemda NTT Model kerja sama seperti tergambar pada skema dibawah melibatkan bank, LPKD dengan Pemda. Pemda terlebih dahulu merancang pembentukan LPKD. Setelah LPKD terbentuk Pemda menyediakan sebagian dana APBD untuk menjamin kredit dengan persetujuan DPRD. Dana pemda tersebut akan ditempatkan pada rekening milik LPKD yang ada di bank ataupun dialokasikan sebagai penyertaan modal. LPKD akan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemda sebagai bukti kerja sama. Selanjutnya LPKD juga akan melakukan MoU dengan bank sebagai pihak yang menyalurkan kredit. Untuk meningkatkan kapasitasnya dalam rangka melakukan penjaminan, LPKD akan melakukan kerja sama dengan lembaga asuransi. Asuransi tersebut akan ikut menjamin kredit yang disalurkan kepada UMKM. 3. Kerjasama Bank, Asuransi-LPK dan Pemda (Model yang Direkomendasikan) BANK INDONESIA Sebagai fasilitator DPRD PERSETUJUAN DANA PEMDA MOU*) BANK DINAS TERKAIT Perum SaranaAsuransi KREDIT PENJAMINAN *) RISK SHARING MOU*) NASABAH UMKM PENDAMPINGAN Model kerja sama seperti tergambar pada skema diatas melibatkan bank, asuransi dengan Pemda. Dalam hal ini pemda menyediakan sebagian dana APBD untuk menjamin kredit sebagai anggunan di bank. Namun untuk pengalokasian dana tersebut akan sangat 63 BANK INDONESIA KUPANG PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH bergantung pada persetujuan DPRD setempat. Dana pemda tersebut akan ditempatkan pada rekening milik pemerintah daerah yang ada di bank. Komitmen Pemda dan perbankan tersebut dapat disepakati melalui penadatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Dengan demikian maka perbankan akan dapat menyalurkan kredit kepada UMKM sebesar dana yang diagunkan oleh pemerintah. Dipilihnya perbankan untuk program kerja sama ini dikarenakan dari sisi pengalaman perbankan cukup lama berkecimpung terkait masalah pembiayaan. Selain itu dengan kantor-kantor cabang yang dimiliki oleh perbankan akan membuat program penjaminan ini akan lebih mudah untuk menjangkau masyarakat. Keunggulan program kerja sama ini : 1. Apabila dibandingkan dengan metode cash collateral bentuk kerja sama ini akan membuat risiko bagi pihak yang terlibat menjadi relatif lebih kecil, karena pihak yang terlibat tidak hanya perbankan dan pemda saja, namun ditambah asuransi. 2. Dengan keterlibatan asuransi, maka tidak diperlukan pembentukan lembaga penjamin kredit daerah (LPKD). Pembentukan LPKD akan cenderung membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang relatif lebih besar. Mengacu pada Keputusan Bersama Menteri Negara Koperasi dan UMK dan Menteri Dalam Negeri No. 04/KEP/M/V/2001 dan No. 518-162 tanggal 29 Mei 2001 2001 untuk pendirian LPK bagi koperasi dan usaha mikro harus memiliki modal awal minimal Rp 10 miliar. 3. Diberlakukanya SK Menkeu No.479/KMK.06/2003 tanggal 23 Oktober 2003 menyebabkan peluang LPKD untuk mendapatkan izin operasional semakin sempit, akibatnya LPKD baru harus melakukan kerjasama operasional dengan perusahaan penjaminan yang telah memiliki izin operasional. Implikasinya ruang gerak LPKD akan terbatas dan penerimaan pendapatan dari fee penjaminan menjadi relatif kecil. Simpulan Dari hasil pembahasan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa diperlukan penjaminan kredit bagi UMKM yang bersumber dari anggaran pemerintah (APBD) dengan kerja sama pihak bank dan asuransi. Hal ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah UMKM dalam melakukan pengembangan dikarenakan keterbatasan modal. Pengembangan UMKM akan mendorong terciptanya lapangan kerja baru sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan. Bagi pemerintah usaha ini dapat menjadi salah satu cara untuk membantu percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Adapun beberapa alternatif kerja sama dapat dilakukan dengan cara kerjasama bank, asuransi dan Pemda sebagai pemberi dana. Sumber dana yang digunakan untuk melaukan penjaminan bersumber dari APBD. Target penjaminan kredit bisa individu, perusahaan, atau, asosiasi UMKM di NTT yang mempunyai usaha yang potensial namun terkendala akses kredit dari bank. 64 BANK INDONESIA KUPANG PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Saran 1. Perlu strategi yang jelas dalam jangka panjang untuk pengembangan UMKM, mengingat UMKM telah terbukti cukup tangguh dalam melewati masa-masa disaat krisis ekonomi melanda, sehingga dengan demikian pengentasan kemiskinan di NTT secara perlahan bisa diminimalisasi. 2. Diadakan semacam focus group discussion untuk membahas langkah-langkah konkrit selanjutnya. 3. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam tentang teknis pelaksanaan kerja sama. Hal ini akan sangat membantu saat aplikasi yang sesungguhnya. 65 BANK INDONESIA KUPANG