plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK POLAR
DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)
TERHADAP Bacillus subtilis ATCC 6633
DAN Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Christina Dewi Nelawati
NIM : 038114023
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Diantara letih masih ada bahagia
Diantara sedih masih ada tawa
Diantara semua… ada banyak cahaya
yang akan menerangi perjalanan panjang yang telah terlewati
hingga aku tertawa dalam bahagia
Aku yakin…….
Langkah adalah kenyataan
Tangis adalah luapan
Bahagia adalah bentuk….
Dan bentuk luapan kenyataan adalah sebuah keberhasilan
By. Me
Kupersembahkan karya kecil ini untuk
Tuhan dan Bunda Maria
Bapak dan Ibu tercinta
Mas Aru
My dearest one Yulius
Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Bapa di surga atas segala rahmat, kekuatan, dan
kasih yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK POLAR DAUN BINAHONG
(Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Bacillus subtilis ATCC
6633 DAN Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program
Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan bebagai pihak dalam bentuk doa, tenaga, waktu, semangat, kritik, saran,
serta bimbingan dan pengarahan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1.
Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar, menguji,
dan memberikan banyak masukan kepada penulis.
3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen penguji yang bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran
kepada penulis.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran
kepada penulis.
5. Adek, sahabat, dan teman seperjuanganku Tina, terima kasih atas
kebersamaan, pengalaman, kerjasama, dukungan, doa, dan semangat yang kita
bangun sampai selesainya skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku di Farmasi, Wati, Ratih, Totok, Bambang, Bangun, terima
kasih atas segala bantuan, kebersamaan, kerjasama, dan dukunganya.
7. Sahabat-sahabatku Curut, Rosa pi, Linda, dan Emitha, terimakasih kita pernah
saling berbagi rasa, canda, semangat, dan pengalaman bersama.
8. Teman-teman seperjuanganku di lantai 3, Rosa, Vian, Yohana, dan Dita,
terima kasih untuk masukan dan sarannya.
9. Semua teman-teman farmasi ’03 kelas A especially kelompok B, terima kasih
atas pengalaman, kebersamaan, kekeluargaan dan canda tawa yang selalu
menyertai kebersamaan kita.
10. Untuk teman-teman seperjuangan di Januari 2007, Priska, Rindu, Eliz, Lusi,
Tatik, Agung, Adi, Toto, terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman
yang tak kan pernah aku lupakan.
11. Seluruh laboran dari lantai 1 sampai 4 terutama Mas Sarwanto, Mas Wagiran,
Mas Sigit, Mas Otok, Pak Mukmin yang telah banyak membantu sampai
terselesaikannya skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dari awal sampai
akhir skripsi ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang berguna demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Yogyakarta,
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) merupakan tanaman
familia Basellaceae. Secara empiris, daun binahong dapat digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit seperti infeksi. Salah satu contohnya adalah infeksi
kulit yang biasa disebabkan oleh bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas
aeruginosa. Maka dilakukan penelitian mengenai uji potensi antibakteri ekstrak
polar daun binahong terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa
untuk mengetahui potensi daun binahong sebagai antibakteri. Senyawa kimia
yang terkandung dalam daun binahong belum diketahui secara pasti maka dalam
penelitian ini dilakukan uji tabung dan KLT untuk mengidentifikasi senyawa
kimia yang mungkin terkandung dalam daun binahong.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri ekstrak polar daun
binahong terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa dilakukan
dengan metode difusi paper disk. Uji kandungan kimia terhadap serbuk daun
binahong dilakukan dengan uji tabung dan uji kandungan kimia ekstrak polar
daun binahong dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Analisis hasil KLT dilakukan secara deskriptif komparatif.
Hasil uji potensi antibakteri dengan metode difusi paper disk
menunjukkan bahwa ekstrak polar daun binahong tidak memiliki potensi
antibakteri. Berdasarkan uji tabung, serbuk daun binahong diketahui mengandung
flavonoid, alkaloid, polifenol, dan tanin. Untuk uji KLT, diketahui bahwa ekstrak
polar daun binahong mengandung flavonoid, alkaloid, dan tanin.
Kata kunci : potensi antibakteri, daun binahong, Bacillus subtilis, Pseudomonas
aeruginosa, metode difusi, uji tabung, KLT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant of Basellaceae.
Binahong is often traditionally used to treat some illness as infection. One
example is skin infection disease which is caused by Bacillus subtilis and
Pseudomonas aeruginosa. Based on that phenomena, the writer would like to
conduct a research about antibacterial potential test from polar extract of binahong
leaf to Bacillus subtilis and Pseudomonas aeruginosa to know the potential of
binahong leaf as an antibacterial. The chemical compounds of binahong leaf have
not been known. So, the writer conducted tube test and TLC.
This research was a pure experimental research with the one way pattern
of complete-random research design. Antibacterial potency test from polar extract
of binahong leaf against Bacillus subtilis and Pseudomonas aeruginosa conducted
by paper disk diffusion method and the result was analyzed by one way ANOVA.
The test to chemical material compounds performed with tube test and thin layer
chromatography (TLC). The TLC result was analysed using comparativedescriptive analysis method.
The result of this research showed that polar extract of binahong leaf have
not antibacterial activity against Bacillus subtilis and Pseudomonas aeruginosa.
Based on tube test, the powder of binahong leaf related to flavonoid, alkaloid,
polyphenol, and tannin. The TLC result showed that polar extract of binahong
leaf contain of flavonoid, alkaloid, and tannin.
Keywords : antibacterial potency, binahong leaf, Bacillus subtilis, Pseudomonas
aeruginosa, diffusion method, tube test, TLC
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii
INTISARI......................................................................................................... ix
ABSTRACT....................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1. Permasalahan ....................................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian............................................................................... 3
3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 5
A. Binahong .................................................................................................... 5
1. Deskripsi .............................................................................................. 5
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kandungan Kimia ................................................................................ 6
3. Khasiat dan Kegunaan ......................................................................... 6
B. Penyarian.................................................................................................... 6
C. Ekstrak Etanol ............................................................................................ 9
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............................................................... 9
E. Uraian Kandungan Kimia Tumbuhan ........................................................ 11
1. Alkaloid................................................................................................ 11
2. Flavonoid ............................................................................................. 13
3. Fenolik ................................................................................................. 13
4. Tanin .................................................................................................. 14
F. Media ......................................................................................................... 15
G. Sterilisasi .................................................................................................... 16
H. Metode Pengujian Potensi Antibakteri....................................................... 18
I. Bakteri Uji.................................................................................................. 20
J. Antibakteri ................................................................................................. 21
K. Keterangan Empiris.................................................................................... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 23
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 23
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 23
1. Variabel Penelitian ............................................................................... 23
2. Definisi Operasional ............................................................................ 23
C. Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................... 25
1. Bahan .................................................................................................. 25
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Alat
.................................................................................................. 25
D. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 26
1. Identifikasi Tanaman............................................................................ 26
2. Pengumpulan Bahan dan Pengeringan................................................. 26
3. Pembuatan Serbuk................................................................................ 26
4. Uji Tabung ........................................................................................... 26
5. Pembuatan Ekstrak Polar Daun Binahong ........................................... 28
6. Pembuatan Sampel untuk KLT ............................................................ 29
7. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Polar Daun Binahong
dengan metode KLT............................................................................. 29
8. Uji potensi ekstrak polar daun binahong terhadap B. subtilis
dan P. aeruginosa dengan metode difusi paper disk ......................... 30
E. Analisis Hasil ............................................................................................. 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33
A. Identifikasi Tanaman.................................................................................. 33
B. Pengumpulan Bahan, Pengeringan, dan Pembuatan Serbuk...................... 33
C. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Ekstrak Polar Daun
Binahong dengan Uji Tabung ................................................................... 35
D. Pembuatan Ekstrak Polar ........................................................................... 40
E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Polar Daun Binahong
dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)..................................... 42
F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
Terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan Metode Difusi paper disk .............................................................. 49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 53
A. Kesimpulan ................................................................................................ 53
B. Saran........................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN..................................................................................................... 57
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 72
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak polar daun binahong ........ 30
Tabel II.
Hasil pengamatan uji tabung terhadap serbuk daun binahong....... 35
Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong
untuk pemeriksaan alkaloid secara KLT dengan fase diam
silika gel GF 254 dan fase gerak etil asetat: metanol: air
(70:20:10)....................................................................................... 44
Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong
untuk pemeriksaan fenolik secara KLT dengan fase diam silika
gel GF 254 dan fase gerak toluen: etil asetat: metanol
(70:20:10)……………………………………………….............. 45
Tabel V.
Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan flavonoid secara KLT dengan fase diam selulosa
dan fase gerak butanol: asam asetat: air (4:1:5) ............................. 47
Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan tanin secara KLT dengan fase diam silika gel
GF 254 dan fase gerak etil asetat: metanol: air (100:13,5:10) ....... 48
Tabel VII. Rata-rata diameter zona hambat amoksisilin terhadap Bacillus
subtilis dengan metode difusi paper disk ....................................... 50
Tabel VIII.Rata-rata diameter zona hambat ekstrak polar daun binahong
terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi
paper disk ....................................................................................... 51
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3………………
39
Gambar 2. Reaksi antara NaCl dengan senyawa fenolik………………
39
Gambar 3. Reaksi antara flavonoid dengan NH3………………………
46
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat pengesahan determinasi .............................................. 57
Lampiran 2.
Foto tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore)
Steen) .................................................................................... 58
Lampiran 3.
Foto serbuk daun binahong……………………………... .... 59
Lampiran 4.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Pendahuluan……………. .... 60
Lampiran 5.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Antrakinon………………… 60
Lampiran 6.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Alkaloid ………………....... 61
Lampiran 7.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Senyawa
Fenolik………………… ...................................................... 62
Lampiran 8.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Tanin…………………… .... 63
Lampiran 9.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Saponin………………… .... 63
Lampiran 10.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Alkaloid dengan
Deteksi UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi semprot
Dragendorff………… ........................................................... 64
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik
dengan Deteksi UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi
semprot FeCl3 ............................................................................................................ 65
Lampiran 12.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Flavonoid dengan
Deteksi UV 254 nm, 365 nm, dan Uap Amonia ................... 66
Lampiran 13.
Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Tanin dengan deteksi
UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi semprot FeCl3 ................ 67
Lampiran 14.
Kontrol konatminasi media dan kontrol pertumbuhan
bakteri Bacillus subtilis ........................................................ 68
Lampiran 15.
Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
terhadap Bacillus subtilis dengan Metode Difusi
paper disk………… .............................................................. 69
Lampiran 16.
Kontrol kontaminasi media dan kontrol pertumbuhan
Bakteri Pseudomonas aeruginosa......................................... 70
Lampiran 17.
Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan Metode Difusi
paper disk .............................................................................. 71
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Daun tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) secara
tradisional telah dikenal oleh masyarakat sebagai obat alami, diantaranya
berkhasiat sebagai obat gatal-gatal pada kulit, obat infeksi pada luka, mengobati
luka setelah operasi, mengobati luka bakar, dan disentri. Selain itu, daun, umbi,
dan herba tanaman binahong juga dapat digunakan untuk memulihkan stamina
yang loyo, typus, maag, radang usus dan ambeien. Dapat pula mengatasi
pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah setelah sakit,
rematik, luka memar terpukul, asam urat, dan mencegah stroke (Anonim, 2006).
Meskipun dalam masyarakat binahong telah digunakan sebagai obat,
penelitian pendukung mengenai kandungan kimia yang terdapat pada tanaman
belum diketahui dengan pasti. Penelitian mengenai kegunaan binahong juga masih
terbatas. Dari penelitian yang pernah dilakukan mengemukakan bahwa ekstrak
kloroform herba (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) dapat menghambat
pertumbuhan beberapa bakteri (Meyer, 2004).
Di masyarakat, binahong biasa digunakan dalam bentuk rebusan atau
seduhan. Selain itu, ada juga yang dimakan secara langsung atau ditumbuk
kemudian dioleskan secara langsung pada daerah yang akan diobati. Untuk
pemakaian dalam, umbi atau daun binahong direbus atau diseduh kemudian
diminum. Cara ini misalnya digunakan untuk mengobati luka bekas operasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
maag, typus, disentri, mencegah stroke, asam urat, dan sakit pinggang. Untuk
pemakaian luar, daun dan batang ditumbuk halus kemudian dioleskan pada bagian
yang sakit. Misalnya untuk menyembuhkan memar karena terpukul, terkena api,
rheumatik, pegal linu, nyeri urat, gatal-gatal dan menghaluskan kulit (Anonim,
2006).
Penyari yang digunakan pada seduhan maupun rebusan adalah air. Air
digunakan sebagai penyari karena mudah didapat, murah, stabil, tidak mudah
menguap, tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan alamiah. Namun, sebagai
penyari air juga mempunyai beberapa kerugian yaitu tidak selektif, sari dapat
ditumbuhi kapang dan kuman, serta cepat rusak dan untuk pengeringan
dibutuhkan waktu lama. Oleh karena itu, sediaan dalam penelitian ini dibuat
dalam bentuk ekstrak polar dengan penyari etanol. Etanol dipilih sebagai penyari
karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas,
tidak beracun, netral, serta dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
(Anonim, 1986). Sebelum dimaserasi dengan etanol, dilakukan penyarian dengan
kloroform untuk menghilangkan senyawa kurang polar seperti lemak dan klorofil
yang dapat mengganggu penyarian (Mursyidi, 1990).
Pseudomonas aeruginosa dipilih sebagai bakteri uji karena merupakan
bakteri patogen utama pada manusia. P. aeruginosa
bersifat invasif dan
toksigenik, menimbulkan infeksi pada penderita bila fungsi pertahanan inang
abnormal (Jawetz, Melnick dan Adelbergs, 1996). Sedangkan Bacillus subtilis
adalah bakteri Gram positif yang mempunyai spora. Dalam jumlah banyak dapat
memproduksi enterotoksin yang dapat meracuni makanan (Jawetz et al, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berdasarkan manfaat daun binahong dalam bidang pengobatan, khususnya
sebagai antibakteri, maka perlu adanya penelitian mengenai potensi antibakteri
ekstrak polar daun binahong terhadap P. aeruginosa dan B. subtilis yang
ditunjukkan dengan diameter zona hambat, Kadar Hambat Minimum (KHM), dan
Kadar Bunuh Minimum (KBM). Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui
kandungan kimia yang mungkin terdapat dalam daun binahong yang memiliki
potensi antibakteri terhadap P. aeruginosa dan B. subtilis.
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak polar daun binahong memiliki potensi antibakteri terhadap
P. aeruginosa dan B. subtilis ?
b. Berapa KHM dan KBM ekstrak polar daun binahong yang mampu
membunuh atau menghambat pertumbuhan P. aeruginosa dan B. subtilis?
c. Apa senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk dan ekstrak polar daun
binahong yang diduga memiliki potensi antibakteri terhadap P.
aeruginosa dan B. subtilis?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, pernah dilakukan penelitian tentang aktivitas
antimikrobia ekstrak kloroform herba Anredera cordifolia (Tenore) Steen
terhadap Bacillus cereus, Bacillus pulmilus, Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus,
Enterobacter
cloacae,
Escherichia
coli,
Klebsiella
pnemoniae,
Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens, dan Enterobacter aerogenes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
(Meyer, 2004). Sedangkan penelitian tentang potensi antibakteri ekstrak polar
daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap P. aeruginosa dan
B. subtilis belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
Penelitian mengenai potensi antibakteri ekstrak polar daun binahong
diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain:
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang potensi
antibakteri ekstrak polar daun binahong sebagai antibakteri pada pengobatan
tradisional.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi alternatif penggunaan daun
binahong sebagai obat yang berkhasiat antibakteri.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui ada atau tidak potensi antibakteri ekstrak polar daun binahong
terhadap P. aeruginosa dan B. subtilis.
2. Mengetahui KHM dan KBM ekstrak polar daun binahong yang mampu
membunuh atau menghambat pertumbuhan P. aeruginosa dan B. subtilis.
3. Mengetahui senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk dan ekstrak polar
daun binahong yang diduga memiliki potensi antibakteri terhadap P.
aeruginosa dan B. subtilis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)
1. Deskripsi
Binahong merupakan tumbuhan yang termasuk dalam familia Basellaceae
dengan genus Anredera dan spesies Anredera cordifolia (Tenore) Steen.
Sinonim
tanaman
binahong
yaitu
Boussingaultia
cordifolia,
Boussingaultia gracilis, dan Boussingaultia pseudobasselloides. Nama lain
tanaman binahong yaitu ‘uala hupe, anredera, enredadera del mosquito
(Spanish), filikafa, gulf madeiravine, heartleaf madeiravine, lamb’s tails, madeira
vine, mignonette vine, parra de madeira (Spanish), dan tapau (Vivian, 2005).
Tanaman binahong merupakan tanaman menjalar dengan batang kecil,
lunak, warna merah tua kehijauan, permukaan halus dan licin. Daun tunggal, tata
letak daun tersebar, permukaan halus dan licin, daging daun tebal, warna hijau
muda, pertulangan daun menyirip, helaian daun bentuk jantung, ujung runcing,
tepi rata-bergelombang, pangkal berbelah, panjang helaian daun 2-10 cm, lebar 17 cm, panjang tangkai daun kurang lebih 1 cm. Bunga merupakan bunga
majemuk, bertandan atau malai bercabang, panjang perbungaan 10-35 cm,
kelopak daun pada bagian basal berdekatan dengan daun mahkota, warna putihkrem, bentuk oval-memanjang, panjang 1-2 mm, lebar 1 mm, ujung membulat;
daun mahkota pada bagian basal berlekatan, warna putih krem, bentuk ovalmembulat, panjang 2-3 mm, lebar 1-2 mm. Benang sari berdaging, tangkai sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pada bagian basal berlekatan, panjang 2-4 mm, putik satu dengan panjang 1-2
mm. Akar merupakan akar tunggang (Webb et al., 1988).
2. Kandungan Kimia
Anredera cordifolia (Tenore) Steen mengandung asam askorbat dan fenol
dalam jumlah kecil (Sato, Nagata, dan Engle, 2005). Basellaceae lainnya yaitu
Anredera diffusa mengandung asam oleanolik yang berperan dalam proses wound
healing (Moura-Letts dan Marcalo, 2006).
3. Khasiat dan Kegunaan
Bagian dari tanaman ini yang berkhasiat sebagai obat yaitu umbi, daun,
dan akarnya (Anonim, 1994). Tanaman ini memiliki khasiat sebagai antiinflamasi,
anti ulcer, dan perlindungan terhadap hati (hepatic) (Anonim, 2005). Selain itu,
tanaman binahong secara empiris digunakan untuk mengobati gatal-gatal pada
kulit, mengobati infeksi pada luka, mengobati luka setelah operasi, mengobati
luka bakar, memulihkan stamina yang loyo, typus, maag, radang usus, disentri,
dan ambeien. Dapat pula mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah,
memulihkan kondisi lemah setelah sakit, rematik, luka memar terpukul, asam urat
dan mencegah stroke (Anonim, 2006).
B. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas
antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida,
glikosida, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan
mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan
diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
cairan
penyari
dan
cara
penyarian
yang
tepat.
Penyarian
disamping
memperhatikan sifat fisik simplisia dan zat aktifnya, harus juga memperhatikan
zat-zat yang sering terdapat dalam simplisia seperti protein, karbohidrat, lemak
dan gula. Dalam pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak
faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, serta
diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986).
Cara penyarian dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dilakukan dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90˚C selama
15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Maserasi dilakukan
untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain- lain. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugiannya yaitu pengerjaan lama
dan penyariannya kurang sempurna. Maserasi umumnya dilakukan dengan cara
10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam
bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari (Anonim, 1986).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
4. Penyarian Berkesinambungan
Prinsip kerjanya yaitu, cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia
diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang- lubang dari
gelas baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan
hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap
penyari mengembun karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun
melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu.
Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas (Anonim, 1986).
C. Ekstrak Etanol
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk
(Anonim, 1993).
Etanol meskipun harganya mahal, tetap dipertimbangkan sebagai penyari
karena lebih selektif; kapang, khamir dan kuman lebih sulit tumbuh dalam etanol
20% keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan; pengeringan
diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid, glikosida, flavonoid,
damar, klorofil, lemak, tanin dan saponin (Anonim, 1986).
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan
yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal).
Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (pengembangan) (Stahl, 1985). Macam-macam fase diam
antara lain: (Sastrohamidjojo, 1991)
1). Silika, untuk memisahkan asam-asam amino, alkaloid, gula, asam lemak,
minyak atsiri, terpenoid, anion dan kation organik.
2). Alumina, untuk memisahkan alkaloid, zat warna, steroid, vitamin, asam
amino.
3). Kieselguhr, untuk memisahkan gula, asam-asam dibasa, asam lemak, asam
amino, steroid.
4). Selulosa, untuk memisahkan asam amino, alkaloid.
5). Sephadex, untuk memisahkan asam amino.
Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel. Fase diam terikat dan
melekat pada pelat kaca karena adanya pengikat, misalnya kalsium sulfat hidrat
(CaSO. n H2O), pati atau silikat berbobot molekul rendah. Untuk membentuk
penampakan bercak, sering ditambahkan indikator fluoresensi, yaitu senyawa
yang memancarkan sinar tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang
lain, contoh: sulfida anorganik (memancarkan cahaya jika disinari pada 254 nm).
Jika senyawa pada bercak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin
aromatik jenis apa saja, sinar UV juga mengeksitasi tidak dapat mencapai
indikator fluoresensi (Gritter, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa
pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena
adanya gaya kapiler. Yang digunakan adalah pelarut yang bertingkat mutu analitik
dan bila diperlukan sistem pelarut multi komponen maka harus berupa suatu
campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen
(Stahl, 1985).
Deteksi senyawa yang dipisah dapat dilakukan dengan lampu UV untuk
eksitasi fluoresensi, pereaksi semprot yang dilanjutkan dengan pemanasan agar
memperoleh warna yang optimum, dan deteksi biologi (Stahl, 1985).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf dinyatakan sebagai perbandingan antara
jarak titik pusat bercak dari titik awal dengan jarak garis depan dari titik awal.
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal.
hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0
sampai 100 (Stahl, 1985).
E. Uraian tentang Kandungan Kimia Tumbuhan
1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat dalam
tumbuhan, akan tetapi beberapa alkaloid (misalnya ergometrina, fisostigmina,
kafeina) mempunyai lebih dari satu nitrogen dalam molekulnya. Atom nitrogen
dapat sebagai amin primer (RNH2), amin sekunder (RN+X-) (Mursyidi, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktifitas fisiologis tertentu. Alkaloid
seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi
yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne,
1987).
Alkaloid biasanya tanwarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan
berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada
suhu kamar (Harborne, 1987).
Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Ia berkisar
dari senyawa sederhana seperti koniina, yaitu alkaloid utama Conium maculatum,
sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina, yaitu racun kulit stychnos
(Harborne, 1987).
Identifikasi alkaloid dengan KLT dapat dilakukan menggunakan fase diam
silika gel, alumina, serbuk selulosa atau Kieselguhr (Stahl, 1969). Sedangkan
untuk fase geraknya dapat menggunakan toluen: etil asetat: dietilamin (70:20:10).
Deteksi dapat dilakukan dengan mengamati di bawah lampu UV 254 nm dan 365
nm. Kebanyakan alkaloid menunjukkan pemadaman fluoresensi yang jelas pada
UV 254 nm (misalnya striknin, brusin, purin). Beberapa alkaloid berfluoresensi
biru atau kuning pada UV 365 nm. Selain itu, deteksi dapat juga dilakukan dengan
reagen semprot Dragendorff dan iodoplatinat. Dengan penyemprotan reagen
Dragendorff, menunjukkan warna cokelat atau orange (visibel) yang tidak stabil.
Dengan reagen iodoplatinat, setelah penyemprotan alkaloid nampak berwarna
cokelat, biru atau agak putih (visibel) (Wagner, 1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua
tumbuhan dari bangsa Algae hingga Gymnospermae. Pada tumbuhan tinggi,
flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Sebagai
pigmen bunga, flavonoid berperan jelas dalam menarik burung dan serangga
penyerbuk bunga (Robinson, 1991). Flavonoid menunjukkan aktivitas sebagai anti
alergi, antiinflamasi, antimikroba, dan antikanker (Anonim, 2007).
KLT untuk analisis senyawa flavonoid dapat dilakuakan dengan fase diam
selulosa (sangat cocok untuk isolasi flavonoid), silika, dan poliamid. Butanol:
asam asetat: air (4:1:5) fase atas, merupakan fase gerak yang sering digunakan
(Mursyidi, 1990).
Pada UV 254 nm, semua flavonoid menyebabkan pemadaman fluoresensi,
dimana terlihat sebagai warna biru gelap pada lempeng KLT. Pada UV 365 nm,
tergantung pada strukturnya, flavonoid berfluoresensi kuning, biru, atau hijau
(Wagner, 1984).
3. Fenolik
Beberapa senyawa fenolik bersifat racun terhadap hewan pemangsa
tumbuhan dan beberapa bersifat racun serangga. Senyawa fenolik lain mempunyai
aktivitas antiinflamasi, karena dapat menghambat sintesis prostaglandin
(Robinson, 1991).
Pemisahan secara KLT dapat dilakukan dengan fase diam silika gel. Untuk
fase gerak antara lain dapat dilakukan dengan campuran toluen: kloroform: aseton
(40:25:35) atau toluen: etil format: asam format (50:40:10) dan beberapa pilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
fase gerak lain tergantung jenis polifenol yang terdapat dalam tanaman. Deteksi
dapat dilakukan dengan Besi (III) klorida yang akan menghasilkan warna kuning
tua sampai violet yang intensif. Bercak biru atau kehijauan juga dihasilkan (Stahl,
1969).
Hanya antosianin dan beberapa derivat quinon yang dapat dideteksi secara
langsung dengan sinar tampak pada lempeng silika gel. Senyawa fenolik lainnya,
merupakan senyawa yang tidak berwarna dan harus diwarnai (Stahl, 1969).
4. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin,
yaitu tanin terkondensasi dan terhidrolisis (Harborne, 1987).
Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim seperti tanase.
Tanin jenis ini terbentuk dari beberapa molekul asam fenolik seperti asam galat
dan asam heksahidroksidipenik yang disatukan oleh ikatan ester dengan molekul
glukosa. Sedangkan tanin terkondensasi tidak terhidrolisis menjadi molekul yang
lebih sederhana dan tidak mengandung gugus gula (Trease dan Evans, 2002).
Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air, dan makin
mudah diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin larut pula, setidak-tidaknya sampai
batas tetentu dalam pelarut organik yang polar, tetapi tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti benzena atau kloroform. Larutan tanin dalam air dapat
diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam (Robinson, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
F. Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikrobia. Selain untuk menumbuhkan mikrobia, medium
dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat- sifat fisiologi
dan perhitungan jumlah mikrobia (Jutono, 1980).
Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai
sumber karbon, nitrogen, sulfur, phosphat, oksigen, hidrogen, serta trace
elements. Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat
dalam bentuk padat ( padat datar, padat miring, dan padat tegak) , semi padat, dan
cair. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari
ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan
mikroorganisme. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah
1,5-2% (Lay, 1994).
Secara kimiawi, media biakan dipilahkan menjadi media sintetik dan
media non sintetik. Pada media sintetik, kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Media sintetik sering digunakan untuk
mempelajari sifat faali dan genetika mikroba. Senyawa inorganik dan organik
yang ditambahkan dalam media sintetik harus murni sehingga harganya seringkali
mahal. Media non sintetik menggunakan bahan yang terdapat di alam; bahanbahan ini biasanya tidak diketahui kandungan kimiawinya secara rinci. Sebagai
contoh, bahan yang sering digunakan dalam media non sintetik adalah ekstrak
daging, pepton, ekstrak ragi, dan kaldu daging. Media non-sintetik sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi karena mudah disiapkan dan
harganya lebih murah dibandingkan media sintetik (Lay, 1994).
G. Sterilisasi
Sterilisasi ialah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahanbahan dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikrobia. Cara sterilisasi
yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan yang disterilkan
(ketahanan terhadap panas, bentuk bahan yang disterilkan: padat, cair atau
berbentuk gas) (Jutono, 1980).
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobiologis,
sterilitas sangat diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya.
Terdapat berbagai cara sterilisasi yang dikenal: (Anonim, 1993)
1. Pemanasan
Tujuan dari sterilisasi dengan pemanasan yaitu untuk merusak atau
membunuh mikroba. Sterilisasi dengan pemanasan dapat dilakukan dengan panas
kering dan panas basah.
a. Panas Kering
- Dengan membakar: cara ini digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang berupa
logam seperti ose, pinset dan alat gelas seperti ujung pipet, bibir tabung, bibir
atau mulut erlenmeyer pada penuangan media. Alat yang digunakan yaitu lampu
spiritus atau bunsen.
- Dengan menggunakan udara panas (hot air oven): cara ini digunakan untuk
sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya petri, tabung gelas, botol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pipet, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder, misalnya talk. Sterilisasi
dikerjakan dengan panas 175˚C selama 1,5- 2 jam.
b. Panas Basah
- Dengan merebus: digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang berupa gunting,
pinset, scalpel, jarum, spuit injeksi dengan cara direbus dalam suasana mendidih
selama 30-60 menit.
- Dengan uap air panas: digunakan terutama untuk mensterilkan media-media
yang akan mengalami kerusakan bila dikerjakan sterilisasi uap panas dengan
tekanan, ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara ini dilakukan dengan pemanasan
100˚C selama 1 jam.
- Dengan uap air bertekanan (autoclave): cara ini dipakai untuk sterilisasi media
yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi dijalankan dengan
menggunakan panas 121˚C selama 10-30 menit tergantung kebutuhan.
Sterilisasi basah lebih cepat dibanding sterilisasi kering.
- Pasteurisasi: digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas
yang digunakan 61,7˚C selama 30 menit.
2. Filtrasi
Cara sterilisasi ini digunakan untuk media yang tidak tahan terhadap pemanasan
misalnya urea broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, dan vitamin.
Kelemahannya golongan virus mampu menembus filter sterilisasi.
3. Penyinaran atau radiasi
Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi ini termasuk bagian dari spektrum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
elektromagnetik, misalnya sinar ultra violet, sinar gamma, sinar X, dan juga
sinar katoda (elektron kecepatan tinggi).
4. Khemis
Sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia yang disebut desinfektan.
Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak
jaringan. Prosesnya disebut disinfeksi.
H. Metode Pengujian Potensi Antibakteri
Metode pengukuran potensi antibakteri dapat dilakukan dengan :
1. Metode Difusi
Metode ini mengukur aktivitas mikroba berdasarkan pengamatan luas
daerah hambat pertumbuhan mikroba karena obat berdifusi dari titik awal
pemberian ke daerah difusi. Mikroba ditanam pada media yang sesuai dan di
atasnya diletakkan kertas cakram yang mengandung bahan obat atau dibuat
sumuran dengan diameter tertentu yang diisi larutan bahan obat dengan obat
dengan kadar tertentu (Hugo dan Russel, 1987).
a. Cara Kirby Bauer
Metode ini dilakukan dengan mengoleskan suspensi bakteri dengan
konsentrasi tertentu, umumnya 108 Colony Forming Unit (CFU)/ml permukaan
media hingga rata. Kertas yang mengandung antibiotika diletakkan di atas media
lalu diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam, kemudian dibaca hasilnya.
Potensi antibakteri ditentukan dengan mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk. Pada zona hambat akan terlihat pertumbuhan yang kurang subur jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dibandingkan daerah di luar pengaruh antibiotik tersebut (Hugo dan Russel,
1987).
b. Cara sumuran
Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bauer. Pada agar yang telah
diolesi bakteri uji dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu dan tegak lurus
terhadap permukaan media. Kemudian ke dalam sumuran ini diberi larutan uji dan
diinkubasi pada 37ºC selama 24-28 jam, hasilnya dibaca seperti cara Kirby Bauer
(Hugo dan Russel, 1987).
c. Cara Pour Plate
Mula-mula satu mata ose suspensi bakteri dicampur dengan 4 ml agar
1,5% pada temperatur 50ºC. Setelah suspensi mikrobia homogen, tuangkan di atas
Mueller Hinton Agar dan dibiarkan membeku, kemudian di atasnya diletakan disk
dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam, hasilnya dibaca dengan
mengukur diameter hambat (Hugo dan Russel, 1987).
Hasil metode difusi adalah: (Anonim, 1992)
a. Zona irradikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang
menunjukkan pertumbuhan bakteri yang kurang subur atau jarang karena
bakteri hanya dihambat, tidak dimatikan.
b. Zona radikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang sama
sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
2. Metode Dilusi
Prinsip metode ini adalah larutan uji diencerkan sehingga diperoleh
beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dibuat tersebut ditambahkan suspensi bakteri uji ke dalam media, sedangkan pada
dilusi padat masing-masing konsentrasi obat yang telah dibuat dicampurkan ke
dalam media agar dan setelah menjadi padat baru ditanami bakteri uji dan
diinkubasi (Hugo dan Russel, 1987). Keuntungan metode ini dibandingkan
dengan metode difusi adalah dapat menentukan KHM dan KBM dari larutan uji
tersebut (Anonim, 1992).
I. Bakteri Uji
1. Bacillus subtilis
Bacillus subtilis termasuk dalam familia Bacillaceae, merupakan bakteri
Gram positif, berbentuk batang silinder, berdiameter 1µm dengan panjang 3-4
µm, lurus atau sedikit lengkung dengan ujung bulat, tunggal atau rantai.
Organisme ini bergerak aktif dengan peritritik flagella. Spora berbentuk oval dan
terletak di tengah (Salle, 1961).
Basil saprofit menggunakan sumber-sumber nitrogen dan karbon untuk
energi dan pertumbuhan. Spora resisten terhadap panas, kering, dan desinfektan
kimia tertentu selama waktu yang cukup lama dan tetap ada selama bertahuntahun dalam tanah kering (Jawetz et al, 1996).
B. subtilis adalah organisme spesifik yang lazim terdapat dalam tanah, air,
udara dan tumbuh-tumbuhan. Bakteri ini jarang menimbulkan penyakit. Tetapi
pada umumnya golongan B. subtilis dapat menimbulkan keracunan makanan
karena kemampuan mereka menghasilkan enterotoksin bila berada dalam
makanan dalam jumlah besar (Salle, 1961).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam familia Pseudomonadaceae,
merupakan bakteri berbentuk batang, Gram-negatif, bergerak, aerob, berukuran
sekitar 0,6 x 2 µm dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, kadangkadang membentuk rantai yang pendek, dan membentuk koloni halus bulat
dengan warna fluoresensi kehijauan (Jawetz et al, 1996).
P. aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar,
menimbulkan nanah hijau kebiruan; meningitis, bila masuk bersama punksi
lumbal; dan infeksi saluran kemih, bila masuk bersama kateter dan instrumen lain
atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran napas, terutama dari
respirator yang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
Bakteri ini dapat menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna) pada penderita
diabetes ( Jawetz et al, 1996).
J. Antibakteri
Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang
merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri, ditentukan
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut
haruslah bersifat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes
(Anonim, 1995).
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan beta laktam derivat penisilin
dengan spektrum luas. Amoksisilin mempunyai aktivitas bekterisida terhadap
bakteri Gram positif maupun Gram negatif dengan mekanisme menghambat
sintesis dinding sel mikroba (Surini, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Amoksisilin mempunyai aktivitas yang sama dengan ampisilin. Bedanya,
di Gastro Intestinal amoksisilin diserap lebih efektif dibanding ampisilin (Harvey
et all, 2003).
Penisilin dan ampisilin diketahui memiliki aktivitas yang tinggi terhadap
B. subtilis ( Weber, Saviteer, Rutala, dan Thomann, 1988). Luas wilayah jernih
merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap antibiotik. Wilayah
penghambatan ampisilin terhadap P. aeruginosa dikatakan susceptible/peka jika
lebih dari 14 mm, intermediet 12-13 mm, dan resisten pada wilayah kurang dari
11 mm (Lay, 1994).
K. Keterangan Empiris
P. aeruginosa merupakan bakteri patogen utama pada manusia. P.
aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik, menimbulkan infeksi pada penderita
bila fungsi pertahanan inang abnormal. Sedangkan B. subtilis adalah bakteri Gram
positif yang mempunyai spora. Bakteri ini dapat menyebabkan iridociclitis,
penopthalmitis dan memproduksi septicima. Dalam jumlah banyak dapat
memproduksi enterotoksin yang dapat meracuni makanan.
Penelitian ini bersifat eksploratif, belum ada informasi yang menyatakan
secara langsung mengenai manfaat daun binahong sebagai obat, khususnya
sebagai antibakteri. Maka dari itu, penelitian dilakukan berdasarkan penggunaan
tanaman binahong secara empiris di dalam masyarakat. Ekstrak polar daun
binahong diperkirakan memiliki potensi antibakteri terhadap B. subtilis dan P.
aeruginosa dengan melakukan pengujian potensi antibakteri menggunakan
metode difusi dan dilusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 100%, 75%,
50%, dan 25% b/v.
b. Variabel tergantung : diameter zona hambat
c. Variabel pengacau terkendali : media pertumbuhan mikroba uji, waktu
inkubasi 24 jam, suhu inkubasi 37ºC, kepadatan suspensi bakteri uji setara
dengan larutan standar Mc. Farland II (6x 108 CFU/ml), umur tanaman,
tempat tumbuh, diameter paper disk (6 mm), jenis bakteri uji, volume suspensi
bakteri uji yang diinokulasikan dalam media (0,2 ml), volume larutan uji yang
diinokulasikan dalam paper disk (20µl)
d. Variabel tak terkendali : suhu pengeringan bahan dengan sinar matahari
2. Definisi Operasional
a. Potensi antibakteri adalah kemampuan ekstrak polar daun binahong yang
dapat menghambat atau membunuh bakteri uji B. subtilis dan P. Aeruginosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang dapat dilihat dari zona jernih yang menggambarkan zona hambat
pertumbuhan bakteri, dibandingkan dengan CMC 1% sebagai pelarut.
b. Ekstrak polar daun binahong adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi 150 g serbuk daun binahong secara maserasi dengan pelarut
kloroform, ampas hasil penyarian diangin-anginkan, kemudian ampas
dimaserasi lagi dengan etanol etanol 70% sebanyak 3500 ml dan
menghasilkan ekstrak kental sebanyak 22,24 g.
c. Metode difusi paper disk merupakan metode difusi dengan menggunakan
paper disk yang diletakkan pada media yang telah ditanami bakteri. Ke dalam
paper disk diberi larutan uji dan diinkubasi pada suhu 37º C selama 24 jam.
d. Zona hambat adalah zona jernih yang tidak dijumpai pertumbuhan bakteri uji
B. subtilis dan P. aeruginosa dan zona yang masih terdapat bakteri uji B.
subtilis dan P. aeruginosa dalam jumlah yang sedikit.
e. Daun binahong diambil dari tanaman binahong yang diperoleh dari kebun obat
Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu.
f. Kultur murni Bacillus subtilis ATCC 6633 merupakan bakteri Gram positif
berbentuk batang silinder, berdiameter 1µm dengan panjang 3-4 µm, lurus
atau sedikit lengkung dengan ujung bulat, tunggal atau rantai dan diperoleh
dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta.
g. Kultur murni Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 merupakan bakteri
batang Gram-negatif, bergerak, aerob, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm dan
terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan diperoleh dari Dinas
Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
a. Daun tanaman binahong yang berupa simplisia kering diperoleh dari kebun
obat Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu.
b. Kultur murni B. subtilis ATCC 6633 merupakan bakteri Gram positif
berbentuk batang dan diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I
Yogyakarta.
c. Kultur murni P. aeruginosa ATCC 27853 merupakan bakteri Gram negatif,
berbentuk batang dan diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I
Yogyakarta.
d. Medium Nutrient Agar (NA), larutan Mc. Farland II (6x 108 CFU/ml), paper
disk, amoksisilin injeksi kering (Danoxilin® 1000 mg), CMC 1%, aquadest
steril, Silika gel GF 254 (E. Merck), toluen, etil asetat, metanol, air, butanol,
asam asetat glasial, pereaksi semprot Dragendorff, pereaksi semprot FeCl3,
uap amonia, skopolamin, eugenol, rutin, asam tanat.
2. Alat
Maserator, Beaker glass, cawan petri, tabung reaksi, Erlenmeyer, flakon, pipet
volume (Pyrex), jarum ose, spreader, mikropipet (Ependrof-Netler-Hinz),
autoklaf (Model KT-40, ALP Co, Ltd, Hamurashi Tokyo, Japan), inkubator
(Memmert, type BE 400, GmbH + CoKG- D91126, Swahaban FRG,
Germany), plat KLT, neraca analitik (Nagata), lampu UV, penyerbuk ( Retsch
bv), oven (Memmert, Germany), rotary evaporator ( Janke & Kunkel, Ikalabotechnik, RVO5-ST).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
D. Tata Cara Penelitian
1. Identifikasi tanaman
Identifikasi tanaman binahong dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman
Obat (BPTO) Tawangmangu.
2. Pengumpulan bahan dan pengeringan
Daun binahong yang diperoleh dari kebun Balai Penelitian Tanaman Obat
(BPTO) Tawangmangu berupa simplisia kering.
3. Pembuatan serbuk
Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan blender kering sampai
diperoleh serbuk halus. Kemudian dilakukan pengayakan dengan menggunakan
pengayak berukuran 12/50 sampai semua serbuk dapat melewati ayakan.
4. Uji tabung
a. Uji pendahuluan
Dua gram serbuk daun binahong dipanaskan dengan 10 ml air selama 30
menit di atas air mendidih. Larutan yang diperoleh disaring melalui kapas. Jika
larutan menjadi berwarna kuning sampai merah dan bila pada saat penambahan
kalium hidroksida warna larutan menjadi lebih intensif berarti menunjukkan
adanya senyawa yang mengandung kromofor dengan gugus hidrofilik.
b. Uji alkaloid
Dua gram serbuk daun binahong dipanaskan dalam tabung reaksi dengan
10 ml asam klorida 1% selama 30 menit. Suspensi disaring dengan kapas ke
dalam tabung reaksi A dan B sama banyak, larutan A dibagi dua sama banyak,
lalu ke dalam larutan A1 ditambah 3 tetes pereaksi Dragendroff dan larutan A2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
ditambah 3 tetes pereaksi Mayer. Bila terbentuk endapan dengan kedua pereaksi
alkaloid berarti menunjukkan adanya alkaloid. Adanya alkaloid dari basa tertier
dan kuartener ditunjukkan dengan penambahan serbuk natrium karbonat sampai
pH 8-9, dicampur dengan 4 ml kloroform dan diaduk pelan. Setelah kloroform
memisah, diambil dengan pipet Pasteur, ditambahkan asam cuka 5% hingga pH 5.
diaduk lalu dipisahkan lapisan atasnya, tambah 5 tetes pereaksi Dragendroff pada
lapisan atas, bila terbentuk endapan menunjukkan alkaloid dari basa kuartener.
Lapisan bawah ditambah 10 tetes asam klorida 1% diaduk dan dipisahkan lapisan
atas serta ditambah 2 tetes pereaksi Dragendroff. Bila didapatkan endapan berarti
menunjukkan alkaloid dari basa tertier.
c. Uji antrakinon
Tiga ratus miligram serbuk daun binahong dididihkan 2 menit dengan 10
ml kalium hidroksida 0,5 N dan 1 ml larutan hidrogen peroksida, setelah dingin
suspensi disaring melalui kapas. Lima ml filtrat ditambah 10 tetes asam asetat
sampai pH 5, ditambahkan 10 ml toluen. Lima ml lapisan atas dipisahkan dengan
dipipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Ditambah kalium hidroksida 0,5 N,
bila didapatkan warna merah pada lapisan air berarti menunjukkan adanya
senyawa antrakinon.
d. Uji polifenol
Dua gram serbuk daun binahong dipanaskan dengan 10 ml air selama 10
menit dalam pengangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin
ditambah 3 tetes pereaksi besi (III) klorida. Bila didapatkan warna hijau-biru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menunjukkan adanya polifenol. Uji diulang dengan filtrat hasil pendidihan 2 g
serbuk dengan 9-10 ml etanol 80% selama 10 menit dalam pengangas air.
e. Uji tanin
Dua gram serbuk daun binahong dipanaskan dengan 10 ml air selama 30
menit di atas penangas air. Disaring 5 ml filtrat ditambah 1 ml larutan NaCl 2%,
bila terjadi suspensi atau endapan disaring melalui kertas saring. Filtrat ditambah
5 ml larutan gelatin 1%. Bila terbentuk endapan menunjukkan adanya tanin.
f. Uji saponin
1) Tambahkan 10 ml air suling ke dalam tabung reaksi yang berisi 100 mg
serbuk daun binahong, ditutup dan dikocok kuat-kuat selama 30 detik.
Tabung dibiarkan dalam posisi tegak selama 30 menit. Apabila terbentuk
buih setinggi kurang lebih 3 cm dari permukaan cairan, menunjukkan
adanya saponin.
2) Uji lain dilakukan dengan pipa kapiler (diameter 1 mm, panjang 12,5 cm).
Larutan hasil pemanasan 2 g serbuk daun binahong dengan 10 ml air
dipanaskan selama 30 menit di atas penangas air. Setelah disaring, filtrat
dimasukkan ke dalam pipa kapiler penuh-penuh. Kapiler diletakkan dalam
posisi tegak, lalu cairan dibiarkan mengalir bebas. Tinggi air suling yang
diperlakukan sama. Bila didapatkan tinggi cairan yang diuji setengah atau
kurang dari tinggi air suling maka menunjukkan adanya saponin.
5. Pembuatan ekstrak polar daun binahong
Sebanyak 150 g serbuk daun binahong dimaserasi dengan 1125 ml
kloroform selama 24 jam dalam Erlenmeyer ditutup alumunium foil dan dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dengan platform shaker. Hasil penyarian disaring dengan corong dan ampas dari
hasil penyarian ini dikeringkan dengan diangin-anginkan agar sisa kloroform
menguap. Ampas kemudian dimaserasi dengan 3500 ml etanol 70% selama 3 x 24
jam dalam Erlenmeyer ditutup aluminium foil. Setelah disaring, maserat diuapkan
dengan rotaevaporator hingga pekat. Maserat pekat kemudian diuapkan lagi di
oven hingga diperoleh ekstrak kental.
6. Pembuatan sampel untuk KLT
Pembuatan sampel untuk KLT dengan konsentrasi 10% dilakukan dengan
melarutkan 0,5 g serbuk daun binahong dalam 5 ml etanol 70%.
7. Identifikasi kualitatif senyawa ekstrak polar daun binahong dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
a. Uji KLT alkaloid
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak etil
asetat: metanol: air (70:20:10). Sebagai pembanding digunakan skopolamin.
Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-sama pada lempeng KLT, kemudian
dielusi dengan jarak 10 cm. Setelah itu dideteksi di bawah sinar UV 254 dan 365
nm, kemudian dideteksi dengan pereaksi semprot Dragendorff.
b. Uji KLT senyawa fenolik
Fase diam yang digunakan yaitu silika gel GF 254 dengan fase gerak
toluen: etil asetat: metanol (70:20:10). Pembanding yang digunakan yaitu
eugenol. Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-sama kemudian dielusi
dengan jarak 10 cm. Deteksi dilakukan di bawah sinar UV 254 nm dan pereaksi
semprot besi (III) klorida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Uji KLT flavonoid
Fase diam yang digunakan yaitu selulosa dengan fase gerak butanol: asam
asetat glasial: air (4:1:5). Pembanding yang digunakan yaitu rutin. Sampel dan
pembanding ditotolkan pada lempeng KLT dengan jarak elusi 10 cm. Setelah itu
dideteksi dengan sinar UV 254 nm, UV 365 nm dan uap amonia.
e. Uji KLT tanin
Fase diam yang digunakan yaitu silika gel GF 254 dengan fase gerak etil
asetat: metanol: air (100: 13,5: 10). Pembanding yang digunakan yaitu asam tanat
1%. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT dengan jarak elusi 10
cm. Setelah itu dideteksi dengan sinar UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi semprot
besi (III) klorida.
8. Uji potensi ekstrak polar daun binahong terhadap B. subtilis dan P.
aeruginosa dengan metode difusi paper disk
a. Pembuatan konsentrasi larutan uji
Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 75%, 50%, dan 25%
dibuat dengan mengencerkan ekstrak konsentrasi 100%, sampai kadar yang
diinginkan dalam volume 5 ml. Pembuatan konsentrasi 100% dilakukan dengan
menimbang 10 g ekstrak kental kemudian dilarutkan dalam 10 ml CMC 1%.
Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak polar daun binahong
Konsentrasi
(%)
100%
75%
50%
25%
Volume larutan uji
yang diambil dari
ekstrak 100% (ml)
5,00
3,75
3,33
2,50
Volume CMC
1% (ml)
Volume
pengenceran (ml)
1,25
1,67
2,50
5
5
5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Sebagai kontrol negatif digunakan larutan CMC 1% dan kontrol positif
amoksisilin (0,03 g/1ml).
b. Persiapan stok bakteri uji
Diambil 1 ose bakteri dari biakan murni B. subtilis dan P. aeruginosa,
kemudian masing-masing ditanam pada media nutrien agar miring, lalu diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37˚C.
c. Pembuatan suspensi bakteri uji B. subtilis dan P. aeruginosa
Beberapa ose bakteri uji dari stok bakteri, kemudian diinokulasikan pada 2
ml media nutrien broth steril yang telah diinkubasi selama 24 jam suhu 37˚C,
homogenkan dengan vortex, kemudian disesuaikan kekeruhannya dengan standar
Mc. Farland II (6x 108 CFU/ml). Suspensi bakteri yang diperoleh telah siap
diinokulasikan ke dalam media nutrien agar yang steril.
d. Pembiakan suspensi B. subtilis dan P. aeruginosa secara spread plate
Diambil 0,2 ml bakteri dari suspensi bakteri uji yang telah setara dengan
larutan standar Mc. Farland II (6 x 108 CFU/ml), kemudian diinokulasikan secara
spread plate ke dalam cawan petri yang berisi 20 ml media nutrien agar steril
yang telah memadat.
e. Pengujian potensi antibakteri
Pengujian potensi antibakteri ekstrak polar daun binahong dilakukan
dengan metode difusi paper disk. Ke dalam media padat yang telah berisi bakteri
diberi paper disk. Setelah itu, kedalam paper disk ditetesi dengan seri konsentrasi
senyawa uji sebanyak 20µl, sebagai kontrol positif digunakan amoksisilin dan
kontrol negatif digunakan CMC 1% masing- masing sebanyak 20 µl, lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Diukur diameter zona hambatnya
menggunakan penggaris.
f. Pengujian potensi antibakteri dengan metode dilusi padat
Pada Erlenmeyer yang berisi 20 ml media nutrien agar steril dimasukkan
0,2 ml suspensi bakteri uji, kemudian tambahkan pula 1 ml larutan uji, campur
dengan vortex. Masukkan campuran tersebut dalam cawan petri steril secara pour
plate. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Diamati pertumbuhan bakteri yang
terjadi dengan melihat kekeruhan yang dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan
bakteri. Pada hasil inkubasi yang jernih diambil satu ose dan ditanam secara
streak plate pada media padat steril dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37º
C kemudian diamati pertumbuhan bakteri sampai didapatkan nilai KHM dan
KBM.
E. Analisis Hasil
Analisis uji potensi antibakteri ditunjukkan dengan data diameter zona
hambat yang diperoleh dengan metode pengujian menggunakan difusi paper disk
pada empat variasi konsentrasi larutan uji dengan tiga kali replikasi. Analisis hasil
KLT dilakukan dengan menghitung harga Rf dan mengamati bercak yang timbul
dari ekstrak polar daun binahong dan membandingkan dengan standar yang
sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Tanaman
Daun binahong yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari kebun
obat Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, Karanganyar,
Surakarta, Jawa Tengah. Diidentifikasi di BPTO menurut Backer (1968). Tujuan
identifikasi tanaman ini untuk mencegah kesalahan tanaman yang akan digunakan
dalam penelitian sehingga dapat dipastikan tanaman yang digunakan adalah
binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen). Dari hasil identifikasi yang
dilakukan berdasarkan acuan tersebut, tanaman binahong yang digunakan dalam
penelitian adalah Anredera cordifolia (Tenore) Steen (Lampiran 1).
B. Pengumpulan Bahan, Pengeringan, dan Pembuatan Serbuk
Daun binahong yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tanaman
binahong yang diperoleh dari kebun obat BPTO. Daun yang diperoleh berupa
daun yang sudah dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan di bawah sinar
matahari dengan ditutup kain hitam atau dengan oven. Pengeringan dilakukan
sampai keadaan daun mudah dipatahkan menggunakan tangan. Pengeringan
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air simpleks sehingga tidak
ditumbuhi fungi atau bakteri. Selain itu, pengeringan dilakukan untuk
menghentikan reaksi enzimatis yang dapat merusak senyawa aktif tanaman,
sehingga penurunan mutu simplisia dapat dicegah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Daun yang sudah kering kemudian diserbuk. Penyerbukan dilakukan
dengan tujuan untuk memperkecil ukuran sehingga luas permukaan partikel yang
kontak dengan pelarut semakin luas. Semakin luas permukaan partikel yang
kontak dengan pelarut, kandungan kimia yang terlarut dalam proses ekstraksi
semakin banyak. Setelah diserbuk, bahan diayak dengan ayakan. Ayakan yang
digunakan adalah ayakan dengan nomor mesh 12/50. Derajat halus serbuk daun
binahong mengikuti derajat halus umum serbuk simplisia yaitu 4/18. Derajat halus
serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak, sedangkan dalam penelitian ini
pengayak yang digunakan dalam bentuk nomor mesh. Nomor mesh menunjukkan
jumlah lubang tiap 2,54 cm, sedangkan nomor pengayak menunjukkan jumlah
lubang tiap 1 cm dihitung searah dengan panjang kawat, oleh karena itu derajat
halus simplisia 4/18 dikonversikan ke nomor mesh dengan mengalikan 2,54 cm,
sehingga hasilnya 10/45. Namun karena keterbatasan alat yang ada di
laboratorium maka digunakan ayakan dengan nomor mesh 12/50. Tujuan dari
pengayakan yaitu untuk memperoleh derajat kehalusan serbuk yang optimal.
Penyarian akan bertambah baik jika permukaan serbuk yang bersentuhan dengan
cairan penyari semakin luas. Maka semakin halus serbuk, semakin baik
penyariannya. Namun, serbuk tidak boleh terlalu halus karena dapat mempersulit
proses penyaringan. Menurut Anonim (1985), butir-butir serbuk yang terlalu halus
akan membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil penyarian. Dengan
demikian hasil penyarian tidak murni lagi, tetapi tercampur dengan partikelpartikel halus serbuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
C. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Ekstrak polar Daun Binahong
dengan Uji Tabung
Untuk mengetahui senyawa bioaktif dalam ekstrak polar daun binahong
dapat dilakukan analisis kualitatif dengan uji tabung dan KLT. Uji tabung
didahului dengan ekstraksi kemudian diidentifikasi dengan penambahan reagen
yang akan memberikan warna dan endapan. Uji tabung dilakukan dalam tabung
reaksi karena bahan yang diekstraksi dan diidentifikasi hanya sedikit sehingga
cukup dilakukan dalam tabung reaksi. Karena pengerjaannya dilakukan di tabung
reaksi maka disebut uji tabung. Tujuan dilakukan uji tabung yaitu untuk
identifikasi kandungan utama daun binahong, kemudian dipertegas dengan uji
KLT. Uji tabung yang dilakukan meliputi uji pendahuluan, alkaloid, antrakinon,
polifenol, tanin, dan uji saponin. Uji tabung didasarkan oleh reaksi dan perubahan
warna yang terjadi. Reaksi warna maupun pengendapan dapat terjadi karena
dalam serbuk daun binahong mengandung senyawa metabolit dengan gugus
fungsional atau kromofor yang bereaksi dengan reagensia yang ditambahkan.
Tabel II. Hasil pengamatan uji tabung terhadap serbuk daun binahong
No
1
2
Pengujian
Pengamatan
Hasil
Uji pendahuluan
Larutan hasil penyaringan
Kuning orange
+
Filtrat + larutan KOH
Orange kemerahan ( lebih intensif)
+
Filtrat A1+ Dragendorff
Terbentuk endapan ungu
+
Filtrat A1+ Mayer
Terbentuk endapan keunguan
+
Uji alkaloid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3
Lapisan atas + Dragendorff
Terbentuk endapan merah
+
Lapisan bawah + Mayer
Tidak terbentuk endapan
-
Uji antrakinon
Filtrat + KOH 0,5 N
4
5
Tidak terbentuk warna merah
Uji polifenol
Filtrat + FeCl3
Hijau biru
+
Filtrat + etanol 80%
Hijau biru
+
Uji tanin
Filtrat+NaCl 2%+ gelatin Terbentuk sedikit endapan putih
+
1%
6
Uji saponin
Terbentuk
Pembentukan buih
hilang
Fltrat
dimasukkan
kapiler
buih
namun
cepat
-
pipa Tinggi cairan uji hampir sama
-
dengan tinggi air
a. Uji pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa yang
mengandung gugus kromofor seperti flavonoida, antrakinon, dan sebagainya,
dengan gugus hidrofilik (gugus gula, asam fenolat, dan sebagainya). Uji
dinyatakan positif jika larutan hasil pendidihan serbuk daun binahong dengan air
berwarna kuning sampai merah. Dari uji yang dilakukan diperoleh larutan
berwarna kuning orange. Pada penambahan larutan kalium hidroksida, warna
larutan menjadi lebih intensif. Ini berarti di dalam serbuk daun binahong terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
senyawa yang mengandung gugus kromofor seperti flavonoida, antrakinon, dan
sebagainya, dengan gugus hidrofilik (gugus gula, asam fenolat, dan sebagainya).
b. Uji alkaloid
Pemeriksaan terhadap alkaloida dilakukan dengan menambahkan asam
klorida 1% pada serbuk daun binahong (simplisia). Hal ini bertujuan untuk
menggaramkan alkaloida yang terdapat dalam bentuk basa. Adanya alkaloida
dipertegas dengan reaksi pengendapan, yaitu dengan penambahan pereaksi
Dragendorff dan pereaksi Mayer. Dari hasil uji, terbentuk endapan pada larutan
dengan penambahan kedua pereaksi tersebut. Adanya akaloid dari basa tertier dan
basa kuartener dapat ditunjukkan dengan penambahan serbuk natrium karbonat
sampai pH 8-9, kemudian dicampur dengan kloroform untuk melarutkan basa
kuartenernya. Setelah terjadi pemisahan, fase kloroform diambil dan ditambah
asam cuka 5% sampai pH 5 agar basa kuartener tidak ikut larut dalam basa tertier.
Lapisan atas dipisahkan dan ditambah pereaksi Dragendorff. Terbentuknya
endapan menunjukkan adanya alkaloid dari basa kuartener. Lapisan bawah
ditambah asam klorida 1%, lapisan atas dipisahkan dan ditambah pereaksi
Dragendorff, terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloida dari basa
tertier. Dari uji yang dilakukan terbukti adanya alkaloid dari basa kuartener. Hal
ini ditunjukkan dengan terbentuknya endapan pada penambahan pereaksi
Dragendorff.
c. Uji antrakinon
Uji antrakinon dilakukan dengan menggunakan larutan kalium hidroksida
0,5 N, hidrogen peroksida, asam asetat, dan toluen. Serbuk daun binahong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dipanaskan dengan larutan kalium hidroksida 0,5 N dan hidrogen peroksida
selama 2 menit. Pemanasan dengan kalium hidroksida bertujuan untuk
menghidrolisis glikosida antrakinon menjadi aglikonnya, yaitu antrakinon.
Sedangkan larutan hidrogen peroksida berfungsi untuk mengoksidasi bentuk
tereduksi dari antrakinon yaitu antron, oksantron, dan diantron menjadi
antrakinon. Penambahan asam asetat sampai pH 5 dan toluen bertujuan untuk
memisahkan lapisan air (basa) dengan fase pelarut organik. Reaksi dinyatakan
positif bila pada lapisan air (basa) berwarna merah setelah ditambahkan kalium
hidroksida 0,5 N. Dari hasil uji yang dilakukan, diperoleh hasil negatif. Pada
penambahan kalium hidroksida 0,5 N lapisan air (basa) berwarna jernih yang
berarti di dalam serbuk daun binahong tidak terdapat antrakinon.
d. Uji polifenol
Uji terhadap senyawa polifenol dilakukan dengan menambahkan pereaksi
besi (III) klorida pada ekstrak air. Penambahan besi (III) klorida dimaksudkan
untuk menguji adanya gugus fenol sehingga terbentuk warna hijau-biru yang
menunjukkan adanya polifenol. Sebagai cairan penyari digunakan air karena
senyawa polifenol cenderung mudah larut dalam air. Dari uji yang dilakukan
diperoleh larutan berwarna hijau-biru yang menunjukkan reaksi positif terhadap
adanya senyawa polifenol. Uji diulang dengan filtrat hasil pendidihan serbuk daun
binahong dalam etanol 80%. Uji kedua juga menghasilkan reaksi positif yaitu
larutan hijau-biru. Warna hijau-biru yang terbentuk terjadi karena reaksi antara
senyawa polifenol dengan FeCl3 yang membentuk warna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Reaksinya adalah sebagai berikut:
HOOC
COOH
OH HO
COOH
OH
OH
O
6
FeCl3
HO
HOOC
Fe 3+
O
OH
OH
OH
HO
HO
HO
HO
COOH
OH
3 HCl
OH
HO
O
OH
OHHO
: ikatan van der wals
: ikatan kovalen
HOOC
COOH
Gambar 1. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3
e. Uji tanin
Uji ini dilakukan dengan memanaskan serbuk daun binahong dengan air.
Penambahan natrium klorida 2% dimaksudkan untuk membentuk endapan garam
Na asam dari tanin.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
O
C
OH
O
C
O
Na
NaCl
HCl
OH
HO
HO
OH
OH
OH
Gambar 2. Reaksi antara NaCl dengan senyawa fenolik
Pemeriksaan tanin dilakukan dengan menambahkan gelatin 1%. Adanya tanin
dapat diketahui jika pada larutan percobaan terbentuk endapan. Dari uji yang
dilakukan terbentuk endapan putih pada larutan. Hal ini menunjukkan reaksi
positif yang artinya serbuk mengandung tanin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
f. Uji saponin
Pemeriksaan saponin dilakukan dengan mengocok serbuk yang telah
diberi air. Hasil dinyatakan positif apabila terbentuk buih yang stabil pada
permukaan cairan. Dari uji yang dilakukan terbentuk buih yang tidak stabil
(hilang dalam beberapa saat). Uji lain dapat dilakukan dengan menggunakan pipa
kapiler. Filtrat dimasukkan kedalam pipa kapiler kemudian ketinggiannya
dibandingkan dengan tinggi air dalam pipa kapiler yang lain. Bila tinggi filtrat
separuh atau kurang dari tinggi air suling, menunjukkan adanya saponin. Dari uji
yang dilakukan, tinggi cairan yang diuji hampir sama dengan tinggi air suling,
sehingga dapat disimpulkan bahwa serbuk daun binahong tidak mengandung
saponin.
D. Pembuatan Ekstrak Polar Daun Binahong
Serbuk daun binahong yang telah diperoleh kemudian diekstraksi dengan
pelarut etanol. Proses ekstraksi daun binahong dilakukan dengan metode maserasi
kinetik. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi
digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang
dalam cairan penyari, serta tidak mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Anonim, 1985). Selain itu, maserasi
memiliki kelebihan yaitu tidak menggunakan pemanasan sehingga tidak merusak
senyawa-senyawa yang tidak tahan pemanasan yang mungkin terdapat dalam
serbuk daun binahong seperti flavonoid. Dalam penelitian ini, maserasi dilakukan
secara kinetik dengan alat shaker sehingga terjadi proses penggojogan terus
menerus yang dapat meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia
sehingga tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sebesarbesarnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel (Anonim, 1985).
Serbuk daun binahong sebanyak 150 g dibagi dalam 6 Erlenmeyer
kemudian masing-masing direndam dalam 187,5 ml kloroform, kemudian digojog
dengan shaker selama 24 jam. Penyarian dengan kloroform ini dimaksudkan
untuk menghilangkan senyawa-senyawa kurang polar yang dapat mengganggu
penyarian seperti lemak, klorofil dan pengotor-pengotor lain yang dapat larut
dalam kloroform. Hasil penyarian dengan kloroform tidak digunakan. Ampas
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan agar sisa kloroform menguap. Setelah
itu, ampas dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 3500
ml. Serbuk dibagi dalam 6 Erlenmeyer. Pada masing-masing Erlenmeyer yang
telah berisi 25 g serbuk dituangi pelarut etanol sebanyak 187,5 ml. Pembagian
dengan perbandingan antara serbuk dan pelarut sebesar 10:75 ini dimaksudkan
agar penyarian semakin optimal. Kemudian Erlenmeyer tersebut diletakkan di atas
shaker dengan kecepatan putaran 170 rpm dan disaring setiap 24 jam. Maserasi
dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh maserat yang encer. Hal ini ditandai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dengan memudarnya warna maserat yang diperoleh. Tujuan dari proses penyarian
yang berulang ini untuk memperoleh hasil yang lebih baik daripada penyarian
yang dilakukan sekali. Pada penelitian ini dilakukan sebanyak 3x24 jam karena
setelah proses maserasi yang ketiga telah diperoleh maserat yang encer. Untuk
menghindari terjadinya penjenuhan cairan penyari, pelarut etanol diganti setiap 24
jam sehingga cairan penyari selalu baru dan dapat menyari dengan efektif. Setelah
itu hasil maserasi (maserat) dipekatkan menggunakan vacuum evaporator. Agar
diperoleh ekstrak kental, maserat disimpan dalam oven dengan suhu tidak lebih
dari 50˚C sampai cairan penyari menguap seluruhnya. Suhu berpengaruh pada
kecepatan penguapan, makin tinggi suhu, makin cepat penguapan. Disamping
mempengaruhi kecepatan penguapan, suhu juga berperanan terhadap kerusakan
bahan yang diuapkan. Oleh karena itu pengaturan suhu sangat penting agar
penguapan berjalan cepat dan kemungkinan terjadinya peruraian dapat ditekan
sekecil mungkin. Karena kandungan kimia daun binahong belum diketahui
dengan pasti maka dipilih suhu tidak lebih dari 50˚C agar kerusakan senyawa
kimia daun binahong yang tidak tahan panas seperti flavonoid dapat dihindari.
Dari hasil maserasi ini didapatkan ekstrak kental sebanyak 22,24 gram.
E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Polar Daun Binahong dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
a. Uji KLT alkaloid
Pada pemeriksaan senyawa alkaloid digunakan fase diam silika gel GF
254 yang bersifat polar dan fase gerak etil asetat: metanol: air (70:20:10) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
bersifat non polar. Pembanding yang digunakan yaitu skopolamin dalam etanol
70%. Deteksi di bawah sinar UV 254 nm menunjukkan adanya pemadaman
bercak pada sampel maupun pembanding. Pada sinar UV 365 nm terjadi
fluoresensi hijau kekuningan pada sampel, namun tidak terjadi fluoresensi pada
pembanding. Setelah disemprot dengan pereaksi Dragendorff diperoleh warna
bercak orange pada pembanding, namun pada sampel tidak terdapat warna.
Alkaloida dapat dideteksi dengan sinar UV 254 nm, UV 365 nm, dan
pereaksi Dragendorff. Sebagian besar alkaloida menunjukkan peredaman pada
UV 254 nm dan beberapa alkaloida berfluoresensi biru atau kuning pada UV 365
nm. Alkaloida akan berwarna coklat atau orange setelah disemprot dengan
Dragendorff, tetapi warna yang terjadi tidak stabil (Wagner, 1984).
Dari hasil uji KLT ekstrak polar daun binahong diperoleh 3 bercak sampel.
Bercak pertama dan kedua (Rf 0,68) meredam ungu kecoklatan pada UV 254 nm
dan berfluoresensi ungu pada UV 365 nm. Setelah disemprot dengan Dragendorff
tidak terdapat bercak. Bercak ketiga (Rf 0,62) meredam ungu kecoklatan pada
UV 254 nm dan berfluoresensi ungu pada UV 365 nm. Setelah disemprot dengan
Dragendorff menghasilkan bercak kuning kecoklatan yang tidak stabil.
Ketiga bercak sampel memiliki nilai Rf mendekati nilai Rf pembanding
(Rf 0,60 dan 0,69) sehingga diduga ekstrak polar daun binahong mengandung
alkaloid. Hal ini diperkuat dengan hasil uji tabung yang juga memberikan hasil
positif terhadap adanya alkaloid. Namun pada penyemprotan dengan pereaksi
Dragendorff, tidak menghasilkan bercak yang sama dengan skopolamin sehingga
diduga senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun binahong bukan skopolamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
namun golongan alkaloid yang lain.
Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan alkaloid secara KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan
fase gerak etil asetat: metanol: air (70:20:10)
Bercak
No
Deteksi
UV 254
Rf
Warna
UV 365
Rf
bercak
Sampel
1
0,68
Meredam
Warna
Dragendorff
Rf
bercak
0,68
ungu
Fluoresensi
Warna
bercak
0,68
-
0,68
-
0,62
Kuning
Ungu
kecoklatan
2
0,68
Meredam
0,68
ungu
Fluoresensi
Ungu
kecoklatan
3
0,62
Meredam
0,62
Fluoresensi
Ungu
ungu
kecoklatan
kecoklatan
Pembanding
1
0,58
Skopolamin
Meredam
-
-
0,58
Orange
-
-
0,60
Orange
-
-
0,69
Orange
ungu
2
0,60
Meredam
ungu
3
0,69
Meredam
ungu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
b. Uji KLT senyawa fenolik
Pemeriksaan fenolik ekstrak polar daun binahong secara KLT dilakukan
dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak toluen: etil asetat: metanol
(70:20:10). Deteksi dilakukan dengan UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi semprot
besi (III) klorida. Dari hasil uji KLT diperoleh dua bercak sampel. Bercak pertama
(Rf 0,15) meredam kecoklatan pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV
365 nm, namun tidak terjadi bercak dengan pereaksi semprot besi (III) klorida.
Bercak kedua (Rf 0,2) meredam kecoklatan pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu
pada UV 365 nm, dan tidak terjadi bercak pada penyemprotan besi (III) klorida.
Dari kedua bercak sampel tidak ada yang sama dengan pembanding, baik
Rf (Rf 0,75) maupun warna bercaknya. Dari hasil ini, kemungkinan sampel tidak
mengandung senyawa fenolik.
Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan fenolik secara KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase
gerak toluen: etil asetat: metanol (70:20:10)
Bercak
No
Deteksi
UV 254
Rf
Warna
UV 365
Rf
Warna bercak
FeCl3
Rf
bercak
Sampel
Pembanding
Warna
bercak
1
0,15 Kecoklatan 0,15 Fluoresensi ungu
-
-
2
0,2
Fluoresensi ungu
-
-
1
0,75 Meredam
-
-
0,75
Ungu
-
-
0,75
Ungu
Eugenol
Kecoklatan 0,2
Ungu
2
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
c. Uji KLT flavonoid
Pemeriksaan flavonoid ekstrak polar daun binahong secara KLT dilakukan
dengan menggunakan fase diam selulosa dan fase gerak butanol: asam asetat
glasial: air (4:1:5). Deteksi bercak dilakukan dengan sinar UV 254 nm, 365 nm,
dan uap amonia.
Deteksi senyawa flavonoid pada UV 254 nm ditandai dengan terjadinya
peredaman yang tampak sebagai zona biru gelap dengan latar belakang kuning
pada lempeng KLT, sedangkan pada UV 365 nm tergantung dari masing-masing
struktur flavonoid (dapat berfluoresensi kuning, biru, atau hijau). Setelah diuap
amonia, flavonoid akan berwarna kuning pada sinar tampak, UV 254 nm dan 365
nm (Wagner, 1984).
Dengan penguapan amonia, akan terjadi deprotonisasi H, akibatnya terjadi
auksokrom pada 3 pasang elektron bebas yang menghasilkan warna:
OH
HO
OH
O
HO
O
OH
OH
NH4+
NH3
O
OH
O
gula
O
O
gula
O
Gambar 3. Reaksi antara flavonoid dengan NH3
Dari hasil uji KLT diperoleh tiga bercak sampel. Pada bercak pertama
diperoleh bercak dengan Rf 0,6 meredam kuning pada UV 254 nm, berfluoresensi
ungu pada UV 365 nm, dan berwarna kuning setelah diuapi amonia. Pada bercak
kedua diperoleh Rf 0,65 yang meredam kuning pada UV 254 nm, berfluoresensi
ungu pada UV 365 nm, dan berwarna kuning setelah diuapi amonia. Pada bercak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
ketiga diperoleh Rf 0,7 yang meredam kuning kehijauan pada UV 254 nm,
berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, dan berwarna kuning setelah diuapi
amonia.
Tabel V. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan flavonoid secara KLT dengan fase diam selulosa dan fase gerak
butanol: asam Asetat: air (4:1:5)
Bercak
No
Deteksi
UV 254
Rf
Warna Bercak
UV 365
Rf
Warna
Uap Amonia
Rf
bercak
Sampel
1
0,6
Meredam
0,6
kuning
2
0,65
Meredam
0,7
Meredam
0,65
1
0,75
Rutin
Meredam hijau
0,65
-
-
Kuning
Fluoresensi
0,65
Kuning
Fluoresensi
0,7
Kuning
0,75
Kuning
0,6
Kuning
0,6
Kuning
ungu
0,75
kekuningan
2
0,6
ungu
kuning
Pembanding
bercak
ungu
kuning
3
Fuoresensi
Warna
Fluoresensi
ungu
0,6
Fluoresensi
ungu
3
0,6
Meredam
kuning
0,6
Fluoresensi
ungu
Dari ketiga sampel tersebut yang mempunyai warna dan nilai Rf yang
sama dengan pembanding (standar rutin) adalah bercak pertama, yaitu meredam
kuning pada UV 254 nm, berfluoresensi ungu pada UV 365 nm, dan berwarna
kuning setelah diuapi amonia, dengan nilai Rf 0,6. Sedangkan bercak kedua dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ketiga memiliki Rf berbeda dengan rutin namun memiliki warna yang sama. Dari
hasil tersebut diduga ekstrak polar daun binahong mengandung rutin dan
golongan flavonoid lain.
d. Uji tanin
Senyawa tanin dapat dideteksi dengan pereaksi besi (III) klorida (FeCl3).
Setelah disemprot, senyawa tanin akan memberikan warna biru tua yang
menunjukkan adanya tanin galat (Anonim, 1987).
Pemeriksaan tanin dari ekstrak polar daun binahong dilakukan dengan
fase diam silika gel GF 254 dengan fase gerak etil asetat: metanol: air
(100:13,5:10). Pembanding yang digunakan yaitu larutan asam tanat 1% dalam
etanol 70%.
Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan tanin secara KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase
gerak etil asetat: metanol: air (100:13,5:10)
Bercak
No
Deteksi
UV 254 nm
Rf
Warna
UV 365 nm
Rf
FeCl3.
Warna
Rf
Warna
0,48 Meredam 0,48
Fluoresensi
0,48
Kecoklatan
ungu
ungu
0,50
Ungu
Bercak
Sampel
Pembanding
Asam Tanat
1
1
0,50
-
0,50
Ungu gelap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Dari sampel tersebut diperoleh bercak dengan harga Rf 0,48 meredam
ungu pada UV 254 nm dan berfluoresensi ungu gelap pada UV 365 nm. Setelah
disemprot dengan FeCl3., warnanya menjadi kecoklatan. Pada pembanding
diperoleh bercak meredam ungu pada UV 254 nm dan berfluoresensi ungu pada
UV 365 nm. Dari sampel tersebut ternyata Rf-nya mendekati Rf pembanding
yaitu 0,50 dan menunjukkan warna bercak yang sama. Namun pada penyemprotan
dengan FeCl3, warna yang dihasilkan berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel mengandung senyawa tanin namun berbeda jenis dengan pembanding
asam tanat.
F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong terhadap
Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa
dengan Metode Difusi paper disk
Pengujian potensi antibakteri dilakukan terhadap dua jenis bakteri yaitu
bakteri Gram positif Bacillus subtilis dan Gram negatif Pseudomonas aeruginosa.
Metode yang digunakan adalah metode difusi paper disk berdiameter 6 mm.
Konsentrasi ekstrak polar daun binahong yang digunakan yaitu 100, 75, 50, 25%.
Kontrol negatif yang digunakan yaitu CMC 1% yang digunakan sebagai pelarut
ekstrak polar. Dipilih CMC 1% sebagai pelarut karena CMC merupakan senyawa
anionik yang dapat melarutkan ekstrak polar daun binahong yang sukar larut
dalam pelarut non polar seperti DMSO. Selain itu, karena CMC 1% tidak
mempunyai daya hambat terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Sebagai kontrol positif digunakan amoksisilin (0,03 g/ml). Amoksisilin
digunakan sebagai kontrol positif karena merupakan suatu antibiotik golongan
beta laktam derivat ampisilin dengan spektrum luas. Amoksisilin mempunyai
aktivitas bekterisida terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif dengan
mekanisme menghambat pembentukan atau sintesis dinding sel mikroba (Surini,
2006). amoksisilin sebagai derivat ampisilin juga diketahui memiliki aktivitas
yang tinggi terhadap B. subtilis. Volume bahan uji yang dijenuhkan dalam paper
disk untuk tiap perlakuan sama yaitu 20 µl.
Metode difusi dipilih karena metode ini sederhana dan praktis dengan
prinsip yaitu senyawa uji ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasi
bakteri uji. Pada penelitian ini dipilih metode difusi paper disk dengan
pertimbangan senyawa uji yang digunakan tidak mudah menguap sehingga saat
diangin-anginkan setelah pemberian senyawa uji pada paper disk, senyawa tidak
akan habis. Setelah diinkubasi selama 24 jam, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel VII. Rata-rata diameter zona hambat amoksisilin terhadap Bacillus
subtilis dengan metode difusi paper disk
Senyawa
Diameter zona hambat (cm)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
2,6
2,7
2,9
CMC 1%
-
-
-
Konsentrasi 100%
-
-
-
Konsentrasi 75%
-
-
-
Konsentrasi 50%
-
-
-
Konsentrasi 25%
-
-
-
Amoksisilin
Kontrol + = amoksisilin 0,03 g/ml
Kontrol - = CMC 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada kontrol negatif CMC 1% tidak menunjukkan zona hambat, kontrol
positif amoksisilin menunjukkan adanya zona jernih di sekitar paper disk dengan
rata-rata diameter 2,7 cm. B. subtilis susceptible (peka) terhadap amoksisilin
karena amoksisilin memiliki aktivitas yang tinggi terhadap B. subtilis (Weber,
Saviteer, Rutala, dan Thomann, 1988).
Pada semua variasi konsentrasi ekstrak tidak menunjukkan adanya zona
hambat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak polar daun binahong tidak
memiliki potensi antibakteri terhadap B.subtilis. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena golongan kandungan senyawa kimia flavonoid, alkaloid, dan tanin yang
terdapat dalam daun binahong bukan golongan yang memiliki aktivitas antibakteri
sehingga tidak memberikan daya hambat terhadap B.subtilis. Selain itu, ukuran
partikel dari ekstrak terlalu kasar untuk dapat menembus dinding sel bakteri.
Pada pengujian potensi antibakteri ekstrak polar daun binahong terhadap
bakteri P. aeruginosa diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel VIII. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak polar daun binahong
terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi paper disk
Senyawa
Diameter zona hambat (cm)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
2,3
2,1
2,0
CMC 1%
-
-
-
Konsentrasi 100%
-
-
-
Konsentrasi 75%
-
-
-
Konsentrasi 50%
-
-
-
Konsentrasi 25%
-
-
-
Amoksisilin
Kontrol + = amoksisilin 0,03 g/ml
Kontrol - = CMC 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Berdasarkan hasil uji tersebut, hanya ditemukan adanya zona jernih pada
kontrol positif amoksisilin dengan rata-rata 2,1 cm (21 mm). Berdasarkan data
diameter zona hambat tersebut, dapat disimpulkan bahwa P. aeruginosa
susceptible (peka) terhadap amoksisilin (Lay, 1994).
Pada kontrol negatif CMC 1% dan semua konsentrasi larutan uji tidak
ditemukan adanya zona jernih. Dari hasil uji tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa ekstrak polar daun binahong tidak memiliki potensi antibakteri terhadap P.
aeruginosa. Hal ini kemungkinan disebabkan golongan kandungan senyawa kimia
flavonoid, alkaloid, dan tanin yang terdapat dalam daun binahong bukan golongan
yang memiliki aktivitas antibakteri sehingga tidak memberikan potensi antibakteri
terhadap P. aeruginosa. Selain itu, sama seperti pada uji potensi antibakteri
terhadap B. subtilis, ukuran partikel ekstrak yang kasar menyebabkan ekstrak
tidak dapat menembus dinding sel bakteri. Diduga karena hal inilah ekstrak polar
daun binahong tidak memberikan daya hambat terhadap bakteri P. aeruginosa.
Pada proses penyarian, serbuk dimaserasi dulu dengan kloroform. Ada
kemungkinan senyawa yang mempuyai aktivitas antimikroba ikut tersari dalam
kloroform sehingga mengakibatkan ekstrak polar yang diperoleh dalam penyarian
dengan penyari etanol tidak memiliki potensi antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak polar daun binahong tidak memiliki potensi antibakteri terhadap
Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa.
2. Senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk daun binahong yaitu
flavonoid, alkaloid, polifenol, dan tanin. Sedangkan senyawa kimia yang
terdapat dalam ekstrak polar daun binahong yaitu flavonoid, alkaloid, dan
tanin.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang potensi antibakteri pada organ batang
tanaman binahong.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang potensi antibakteri ekstrak kloroform
daun binahong.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1, 5-6, 8, 10-11, 16-17, 25-26, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1992, Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, Edisi II, 100-114,
Fakultas Kedokteran Umum, UGM, Yogyakarta.
Anonim, 1993, Dasar- dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 6-9, 115-116, Bagian
Mikrobiologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anonim, 1994, Flora of China, http://www.efloras.org/florataxon.aspx?flora_id
=242303491, diakses pada 20 Desember 2006.
Anonim, 1995, Farmakologi dan terapi, 571, Bagian Farmakologi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, Plants for A Future: Edible, medicinal, and useful Plants for A
Healthier World, http://www.pfaf.org/database/plants.php?Anredera+
cordifolia, diakses 20 Desember 2006.
Anonim, 2006, Koran Merapi: Topik Klinik Alternatif
http://www.koranmerapi.com/article.php?sid=8027.
Binahong
Anonim, 2007, Flavonoid, Wikipedia Foundation Inc., http://en.wikipedia.org/
wiki/Flavonoid , diakses pada 23 Juli 2007.
Gritter, R.J., Bobbit, M. J., Schwarting, A. E., 1991, Pengantar Kromatografi
Edisi II, 110-111, Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J. B., 1987, Phytochemical Method, 110, 115, 245-249, diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Terbitan II, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Harvey, B., Simon, M.D., 2003, Scientific American Medicine Volume 2. Edisi
2003. Hal 1397-1405, Web MD Inc : New York, USA.
Hugo, W.B dan Russel, A.D. 1987, Pharmaceutical Microbiology, 285-286.
Blakwell Sientific Publication, Oxford
Jawetz, A. J., Melnick dan Adelbergs, E. A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran,
249-250, Diterjemahkan oleh Nugroho, E, R. F., Edisi XX, EGC, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Jutono, 1980, Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum (Untuk Perguruan
Tinggi), 6, 61, Departemen Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lay, Bibiana W.,1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, 31-32, 71-72, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Meyer, J. J. M, 2004, Antimicrobial activity, toxicity and the isolation of a
bioactive compound from plants used to treat sexually transmitted disease.
http://www.elsevier.com/locate/jethpharm, diakses pada 27 Februari 2007.
Moura-Letts, G., Marcalo,A., 2006, In vivo Wound Healing Activity of Oleanolic
Acid Derived from the Acid Hydrolysis of Anredera diffusa. Journal of
Natural Products, 2006, vol. 69, No. 6, hal 978-979. Kentucky.
Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, Cetakan I, 63, 171, 175, 179,
PAU Bioteknologi UGM, Yogyakarta.
Robinson, T., 1991, The Organic Constituen of Higher Plants, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Edisi VI, Institut Teknologi
Bandung, Bandung,
Salle, A.J., 1961, Fundamentals Principles of Bacteriology, Fifth Edition, 404418, Mc Graw-Hill Book Company, Inc, New York.
Sastrohamidjojo, H., 1991, Kromatografi, edisi ke-2, Cetakan ke-1, 27-28,
Liberty, Yogyakarta.
Stahl, E., 1969, Thin Layer Chromatogrphy A Laboratory H\ndbook, 245-247,
421-425, Translate By M. R. F Asworth, Toppan Printing, Singapore.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi Lapis Tipis dan Mikroskopi
(terjemahan), 3-4, 6, 13-17, Penerbit ITB, Bandung.
Surini,
silvia, 2006. Antibiotik si “Peluru ajaib” (bagian pertama)
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-10-antibiotik, si’
peluruajaib(bagianpertama).shtml, diakses pada 22 April 2007.
Trease and Evans, 2002, Pharmacognosy, 15th edition, Hal 214-227, University of
Nothingham, UK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Vivian, Gabrielle., Fletcher, Alan, 2005, Anredera cordifolia (vine,climber).
http://issg.appfa.aucklan.ac.nz/database/species/distribution.asp?si=776&f
r=1&sts=, diakses pada 6 Maret 2006.
Wagner, H. Bladt S., and Zgainski, C. M., 1984, Plant Drug Analysis : a Thin
Layer Chromatography Atlas, Springer-Verlag, Tokyo.
Webb, C. J./Sykes, W. R./Garnock-Jones, P. J., 1988, Flora of New Zealand,
Volume IV: Naturalised pteridophytes, gymnosperms, dicotyledons,
Botany Division, DSIR, Christchurch, http://www.esc.nsw.gov.au/Weeds/
Sheets/vines/V%20Madeira%20vine.htm, diakses 20 Desember 2006.
Weber, Saviteer, Rutala, dan Thomann, 1988, Animicrobial Agents and
Chemotherapy, 644, Division of Infectious Diseases University of North
Carolina, AMS, http://www.pubmedcentral.nih.gov/pagerender.fcgi?artid=
172245&pageindex=3#page , diakses pada 23 Juli 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 2. Foto Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 3. Foto Serbuk Daun Binahong
Serbuk Daun Binahong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 4. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Pendahuluan
Lampiran 5. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Antrakinon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 6. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Alkaloid
1A
1B
Keterangan : 1A. Pereaksi Dragendorff
1B. Pereaksi Mayer
2.
Pereaksi Dragendorff
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 7. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik
1
Keterangan : 1. Pereaksi FeCl3
2. Pereaksi etanol 80%
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 8. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Tanin
Lampiran 9. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Saponin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 10. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Alkaloid dengan Deteksi UV 254
nm, 365 nm, dan Pereaksi Semprot Dragendorff
A
B
A
1
B
A
2
Keterangan : Fase Diam : silika gel GF 254
Fase Gerak : Etil Asetat: Metanol: Air (70: 20: 10)
Jarak Rambat : 10 cm
Deteksi 1 : UV 254 nm
Deteksi 2: UV 365 nm
Deteksi 3 : Dragendorff
A : ekstrak polar daun binahong (sampel)
B : skopolamin (pembanding)
B
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 11. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik dengan Deteksi
UV 254 nm, 365 nm, dan Pereaksi Semprot FeCl3
A B
A B
1
2
A
B
3
Keterangan : Fase Diam : silika gel GF 254
Fase Gerak : Toluen: Etil Asetat: Metanol (70: 20: 10)
Jarak Rambat : 10 cm
Deteksi 1 : UV 254 nm
Deteksi 2: UV 365 nm
Deteksi 3 : FeCl3
A : ekstrak polar daun binahong (sampel)
B : eugenol (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 12. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Flavonoid dengan Deteksi UV
254 nm, 365 nm, dan Uap Amonia
A B
A B
A B
1
2
3
Keterangan : Fase Diam : selulosa
Fase Gerak : Butanol: Asam Asetat Glasial: Air (4: 1: 5)
Jarak Rambat : 10 cm
Deteksi 1 : UV 254 nm
Deteksi 2: UV 365 nm
Deteksi 3 : uap amonia
A : ekstrak polar daun binahong (sampel)
B : rutin (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 13. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Tanin dengan Deteksi UV 254
nm, 365 nm, dan Pereaaksi Semprot FeCl3
A B
A B
A B
1
2
3
Keterangan : Fase Diam : silika gel GF 254
Fase Gerak : Etil Asetat: Metanol: air (100: 13.5: 10)
Jarak Rambat : 10 cm
Deteksi 1 : UV 254 nm
Deteksi 2: UV 365 nm
Deteksi 3 : FeCl3
A : ekstrak polar daun binahong (sampel)
B : asam tanat (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 14. Foto Kontrol Kontaminasi Media dan Kontrol Pertumbuhan
Bacillus subtilis
Kontrol kontaminasi media
Kontrol pertumbuhan Bacilus subtilis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 15. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
terhadap Bacillus subtilis Dengan Metode Difusi Paper disk
Keterangan :
A= Kontrol positif Amoksisilin
B= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 100%
C= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 75%
D= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 50%
E= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 25%
F= Kontrol negatif CMC 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 16. Foto Kontrol Kontaminasi Media dan Kontrol Pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa
Kontrol kontaminasi media
Kontrol pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 17. Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
Terhadap Pseudomonas aeruginosa Dengan Metode Difusi
Paper disk
Keterangan :
A= Kontrol positif Amoksisilin
B= Kontrol negatif CMC 1%
C= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 100%
D= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 75%
E= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 50%
F= Ekstrak polar daun binahong dengan konsentrasi 25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Uji Potensi Antibakteri
Ekstrak Polar Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steen) Terhadap Bacillus subtilis ATCC
6633 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853”
bernama lengkap Christina Dewi Nelawati, biasa
dipanggil Nella. Lahir di Sleman pada tanggal 30
Desember 1984, putri bungsu dari dua bersaudara pasangan Petrus Canisius
Ruslan Joko G. dan Sisilia Sutami. Penulis telah menempuh pendidikan di TK
Indriyasana Turi pada tahun 1990-1991. Pada tahun 1991-1997 penulis
menempuh pendidikan SD di SDN. Giriharjo Pakem. Kemudian melanjutkan di
SLTP Kanisius Pakem pada tahun 1997-2000. Setelah itu menempuh pendidikan
di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta pada tahun 2000-2003. Pada tahun 2003
penulis menempuh pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Download