PENDIDIKAN KRISTEN: KESEIMBANGAN ANTARA INTELEKTUALITAS DAN SPIRITUALITAS Sarah Andrianti1 Abstrak Pendidikan Kristen pada dewasa ini tidak hanya dituntut dapat memberikan dampak intelektualitas atau kemampuan kognitif semata, melainkan juga mampu memberikan implikasi pada domain moralitas, bahkan spiritualitas peserta didik. Mengacu kepada wacana pendidikan nasional yang berdimensi pendidikan karakteristik, pendidikan Kristen dituntut mampu menumbuhkan kemampuan manusia peserta didik secara holistik; kognisi, afeksi, serta psikomotor. Pendidikan Kristen yang diajarkan di lembagalembaga pendidikan, dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, dari bentuk yang formal, informal dan non-formal, diharapkan mampu memberikanoutcome yang menjawab kebutuhan dan persoalan moral bangsa. Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah tidak sekadar disampaikan sebagai tuntutan formalisme belaka, namun memperjuangkan visi dan misi yang jelas dan tepat, untuk membangun manusia yang holistik, seimbang antara intelektualitas dan spiritualitasnya. Tulisan ini memaparkan secara eksposisif hakikat pendidikan Kristen yang harus mampu mencetak kualitas anak didik yang seimbang. Christian Education: An Intelectuality and Spirituality Balanced Abstract Christian Education at present time is not only required to give an intelectual impact or cognitive skill, but also capable to give an implication to morality even spirituality domain of learners. Refer to the insight of national education with characteristic dimension, Christian Education is required to be able to build learner’s skill wholly; cognition, affection, and psycho-motoric. Christian Education which is taught in institutions, from elementary to highest level, from formal, informal to non-formal shape, required to produce responsive outcome to the need and nation’s moral problem. Christian Education at schools is not only conveyed as mere formal requirement, yet striving a clear and proper vision and mission of education, that is to build human wholly, which 1 STT “Intheos” Surakarta ([email protected]) 1 intellectuality and spirituality are balanced. This article would explain as expoundedly an assence of Christian Education, which have to be able to produce learning outcome whise balanced quality; both intellectuality and spirituality. Keywords: pendidikan Kristen, intelektual, spiritual, seimbang mereka lebih mengharapkan lulusan PENDAHULUAN Sebuah laporan yang yang cakap pada kemampuan didasarkan atas temuan lapangan di kepemimpinan dan manajerial, dan Amerika Utara yang disampaikan kerohanian bukan menjadi hal yang pada Institute for Excellence of utama. Namun, anggota jemaat Overseas Council International di justru Singapura pada September 2009 pertanyaan yang sama tersebut. tentang jawaban atas pertanyaan Mereka beranggapan bahwa mutu mengenai hal yang diharapkan dari kerohanian lulusan Sekolah Teologi seorang alumni Sekolah Teologi atau Sekolah Alkitab sebagai calon atau Sekolah Alkitab sama sekali gembala adalah tuntutan utama. tidak masalah Dari laporan ini ternyata ditemukan kerohanian atau spiritualitas.2 Saat pendidikan Kristen yang belum menjawab menyinggung Sekolah Sekolah Alkitab menyeimbangkan antara intelektual Teologi atau dan spiritual menyinggung kerohanian didiknya, Teologi atau Sekolah Alkitab. Dalam pendidikan Kristen tidak penulis yakin bahwa pembinaan mutu kehidupan spiritual atau kerohanian spiritualitas. sangat penting. Demikian pula jika sekali pentingnya atau peserta bahkan hal itu terjadi di Sekolah menegaskan lulusan sebagai hal yang utama, sama atas para tentang kualitas akademis dari para bahkan lain itu pertanyaan pendidik menanggapi dikaitkan Demikian juga dengan para majelis, dengan pembinaan intelektual, keberadaan keduanya 2 Purnawan Tenibemas, “Spiritualitas di Sekolah Teologi”. Jurnal Teologi Pengarah (Bandung STT Tiranus. Juli 2010). Hlm. 3-5. tidaklah untuk dipertentangkan. Spiritualitas dan intelektualitasharus 2 dilakukan secara simultan. Tetapi Pendidikan Kristen adalah : mengingat kehidupan spiritualitas “Pendidikan yang bersumber dan orang Kristen saat ini semakin berpusat pada Firman Allah yang menurun, maka penekanan pada tertulis dalam Perjanjian Lama dan spiritual yang bersumber pada Allah Perjanjian perlu ditingkatkan.Maka dari itu, Pancasila , berwawasan nasional penulis hendak menelaah perlunya dan global serta menekankan pada keseimbangan antara intelektualitas terwujudnya tinggi iman, tinggi dan pengabdian, tinggi disiplin, dan spiritualitas dalam proses Baru, berasakan tinggi ilmu/teknologi dari peserta pendidikan Kristen. didik sebagai pribadi yang uruh dan PENDIDIKAN KRISTEN dinamis.4 Hakikat Pendidikan Kristen Homrighousen memaknai Kristen” di yang atau Pendidikan Agama Kristen dalam “Pendidikan pengertian ini tidak hanya berlaku istilah yang pada lembaga-lembaga Pendidikan untuk Kristen, tetapi di dalam keseluruhan sekolah-sekolah dunia pendidikan . Pendidikan dijalankan Kristen bukan pendidikan yang organisasi ditujukan kepada orang kristen atau perhimpunan Kristen, yaitu istilah pendidikan yang diselenggarakan yang menunjuk kepada pengajaran hanya oleh orang-orang kristen. biasa yang diberikan dalam suasana Hakekat pendidikan Kristen terletak gereja masih Kristen Enklaar dipergunakan pengajaran Kristen istilah sebagai biasanya dan Pendidikan maupun 3 Kristen. Namun, pendidikan Kristen pada pendidikan kristen itu sendiri yang dalam yakni pendidikan yang bersumber pembahasan ini adalah pengajaran dan berpusat pada firman Allah dan yang Alkitab. dimaksud menekankan penulis pokok-pokok iman Kristen yang berpusat pada Alkitab serta membawa kepada 4 pengalaman rohani bersama Kristus. W. Gulo. “Penampakan Indentitas dan ciri khas dalam penyelenggaraan Sekolah Kristen”,Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia, peny. Weinata Sairin(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.), hlm. 85. 3 E.G. Homrighousen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hlm. 19. 3 Salah satu tujuan pendidikan pendidikan Kristen, sebagai salah nasional yang tertuang dalam UU RI satu alat untuk mencapai tujuan No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional Indonesia pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun Visi dan Misi Pendidikan Kristen Visi manusia pendidikan Kristen bahwa merupakan idealisme atau keadaan pendidikan nasional menyangkut ideal yang dicita-citakan atau yang seluruh unsur pertumbuhan dan ingin perkembangan manusia, yaitu aspek pendidikan fisik, psikologis, intelektual, sosial, Kristen merupakan pengakuan dan serta Demikian pernyataan iman Kristen. Adapun pula pendidikan Kristen, sebagai visi pendidikan Kristen adalah: salah satu alat untuk mencapai Terwujudnya tujuan Nasional Indonesia yang cerdas berdasarkan menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang seutuhnya, yang berarti mental-spiritual. Pendidikan Indonesia, harus dicapai dilandasi seluruh unsur pertumbuhan dan oleh Kristen. lembaga Pendidikan kehidupan kasih dan bangsa pelayanan 5 perkembangan manusia, yaitu aspek Kristiani. fisik, psikologis, intelektual, sosial, Misi pendidikan Kristen serta mental-spiritual, dan lain-lain; merupakan serta pengamalan visi Kristiani tentang menyangkut iman kepada Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. Jadi pendidikan dilaksanakan disamping perwujudan dan bagaimana cara untuk mencapai Kristen idea-idea yang dicita-citakan yang sebagai termaktub dalam rumusan visi menekankan pendidikan Kristen di atas. Adapun pokok-pokok iman Kristen yang misi pendidikan Kristen dirumuskan berpusat sebagai berikut: pengajaran yang pada membawa Alkitab kepada serta pengalaman Mewujudkan pendidikan rohani bersama Kristus sehingga Kristen peserta mampu membangun manusia yang didik bertumbuh secara yang berkualitas yang fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual; disamping itu 5 http://mpkindonesia.webs.com/visipe ndidikankristen.htm 4 mempunyai kecerdasan intelektual, dibedakan atas : sekolah Kristen dan emosional, sosial dan spiritual yang sekolah bukan Kristen. Demikian tinggi yang dilandasi iman, kasih pula jalur luar sekolah dibedakan dan pelayanan Kristiani. atas lembaga kristen dan lembaga Mewujudkan Kristen yang bukan Kristen. 7 pendidikan bermutu, Disamping itu, Secara khusus berdaya saing, relevan dengan kebutuhan Sekolah masyarakat berwawasan Alkitab adalah salah satu bentuk kebangsaan dan universal yang kehadiran pendidikan kristen yaitu berbasis pengetahuan dan teknologi pendidikan yang dilandasi oleh 4(empat) pilar mengkhususkan pelayanannya pada pendidikan: know, pembinaan atau pembekalan bagi learning to do, learning to be, dan anak-anak Tuhan yang terpanggil learning to live together melalui secara pendidikan Kristen yang terstandar, melaksanakan misi Tuhan di dunia. serta learning pengelolaan to pendidikan Teologi sekolah kristen khusus yang untuk diutus yang Tujuan Pedidikan Kristen efisien, akuntabel dan menerapkan prinsip good governance.6 Menurut Majelis Pendidikan di Indonesia, Bentuk Pendidikan Kristen Pendidikan atau tujuan pendidikan Kristen dirumuskan sebagai berikut: Kristen 1. Mengembangkan segala potensi berbagai peserta didik (mental, spiritual, jalur pendidikan yang dapat dibagi sosial, intelektual, dan fisik) dalam dua jalur, yaitu: a). Didalam agar menjadi manusia yang gereja Katekisasi, beriman yang dilandasi kasih penelaahan Alkitab, Khotbah. b). di dan pelayanan sebagai mana luar gereja: Jalur luar gereja ini yang dapat dibedakan menjadi : Jalur Yesus Kristus dan Alkitab diselenggarakan dalam seperti diajarkan oleh Tuhan sekolah dan jalur luar sekolah. Penyelenggaraan Kristen 6 pada pendidikan jalur sekolah 7 Weinata Sairin. Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 86-87. Ibid. 5 bernegara 2. Meningkatkan etika dan estetika serat penguasaan pengetahuan dalam rangka teknologi Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen meningkatkan kedamaian kesejahteraan dan keadilan dan Dalam rangka memantapkan kesejahteraan pelaksanaan identitas dan ciri khas masyarakat Indonesia pendidikan Kristen secara kontinyu 3. Meningkatkan mutu dan akses pendidikan Kristen di semua dan jenjang gereja jalur dengan kehendak Tuhan Allah.8 ilmu dan sesuai dan jenis konsisiten maka dan konfrensi masyarakat teologis9. pendidikan dan memiliki daya mengeluarkan saing serta berstandar nasional Pesan teologis yang diterbitkan oleh maupun internasional. konfrensi gereja dan masyarakat sistem pada tanggal 29 September sampai 3 pengelolaan Oktober 1998 yang berhubungan 4. Meningkatkan pengaturan dan pendidikan semakin Kristen efisien, dengan identitas dan ciri khas yang pendidikan produktif, prinsip good 1. Visi dan governance. 5. Membentuk kristen calon pemimpin beriman kurikuler berwawasan oikumenis serta berkarakter dan seluruh sasaran dan praktek pendidikan sehari-hari. bagi 2. Pendidikan Kristen hendaklah pendidikan kemanusiaan dengan menekankan daya restoratif membawa damai sejahtera, peka dari angerah Allah kepada dan pelayanan hendaklah diterjemahkan secara jelas di dalam dan era misi Pendidikan Kristen yang cakap dan profesional, bervisi dalam reformasi yaitu: demokratis, akuntabel dengan menerapkan pesan mampu menanggapi 8 http://mpkindonesia.webs.com/visipe ndidikankristen.htm 9 Sularso Sopater, “Memantapkan Pelaksanaan Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen secara Kontinyu dan Konsisten”, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia, peny. Weinata Sairin (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 19-22. kebutuhan manusia dan dunia dalam rangka hidup bermasyarakat berbangsa dan 6 7. Pendidikan kristen memberi kehidupan pribadi di tengah masyarakat dan perhatian komunitas dan mengakui tingkat perkembangan setiap global. peserta didik. 3. Pendidikan Kristen hendaklah 8. Kurikulum pendidikan Kristen menjadi (salah satu) tempat berlatih yang memungkinkan hendaklah peserta kebhinekaan didik memiliki kecakapan dan dalam dunia atau emosi-emosi 9. Lembaga pendidikan Kristen merupakan suatu komunitas dalam pengertian Alkitabiah. 4. Semua yang terlibat dalam dalam kekayaan realitas yang diciptakan Allah. pemberian Allah secara utuh. kegiatan kompleksitas, dan mengungkapkan membagikan mencerminkan belajar pendidikan 10. Kurikulum mengajar Kristen kristen pendidikan memungkinkan hendaklah memnadang masa kelebihan dan keterampilan depan secara serius dengan artistik cara dimanfaatkan sepenuhnya, menghadapi realitas lingkungan kehidupan yang para 11. Komunitas akan mereka hadapi dalam Kristen hidup mereka. menerus pengajar pendidikan hendaknya terus- mencari dan 5. Kurikulum dalam pendidikan mengupayakan cara-cara yang Kristen hendaklah dirancang lebih unggul melalui planning untuk menjawab persoalan- dan structuring for chance. persoalan nyata dan peserta didik dipersiapkan 12. Karena menyakini untuk bimbingan Roh Kudus dalam menghasilkan produk-produk hidup peserta didik, usaha nyata. pendidikan 6. Di dalam pendidikan Kristen peserta didik Kristen menyediakan peluang serta mempelajari mendorong tanggung jawab suatu core knowledge base peserta dan mempraktekkan mengembangkan life skills yang esensial. keputusan 7 didik secara untuk peambilan cermat pilihan-pilihan yang dilakukan 5. Iman Kristen adalah proses berdasarkan pengenala yang perkembangan memadai atas firman Tuhan. berlangsung yang sepanjang kehidupan yang mencakup Pendapat yang lain, Thomas manusia yang utuh. Groome menyatakan bahwa tujuan pendidikan Kristen adalah untuk INTELEKTUALITAS DALAM PENDIDIKAN KRISTEN mendorong orang ke arah iman kristen yang dewasa sebagai realitas Pengertian Intelektualitas yang hidup. Adapun aspek-aspek Intelektual, adalah sebutan bagi yang penting dalam pendidikan Kristen10: 1. Iman orang-orang yang menguasai ilmu kristen pemberian Allah anugerahnya batiniah tertentu ataupun orang-orang yang adalah cerdas yang cerdas,berakal, dan berpikiran jernih dan membimbing seseorang ke berdasarkan arah hubungan hidup dengan mempunyai Allah cendekiawan, di dalam cendekiawan). Dalam KBBI, intelektual berarti menyentuh seseorang (macam Yesus pengetahuan, kecerdasan tinggi, serta totalitas pengertian atau kesadaran, terutama Kristus. yg 2. Ada dimensi iman Kristen menyangkut pemikiran dan pemahaman. yang bersifat kognitif, yakni Nahapiet, S. and S. Ghoshal kegiatan percaya. 3. Ada dimensi iman Kristen mengatakan kompetensi intelektual yang bersifat afektif, yakni adalah karakter sikap dan perilaku kegiatan mempercayakan. atau kemauan dan kemampuan intelektual individu (dapat berupa 4. Ada dimensi Iman Kristen yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, yakni kegiatan pemahaman melakukan. pemahaman kontekstual, dan lain- profesional, lain) yang bersifat relatif stabil 10 Thomas Groome, Christian Religious Educations - Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita, dit. Daniel Stefanus (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), hlm. 107-113. ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja, yang dibentuk dari 8 sinergi antara watak, konsep diri, Contoh motivasi internal, serta kapasitas ilmuwan,seniman, para filsuf, dsb. 11 dari mereka adalah pengetahuan kontekstual. Robbins Intelektual kedua menurut Gramsci & Judge juga mengatakan bahwa adalah intelektual organik, sosok kompetensi personifikasi intelektual adalah yang gigih dalam reflektif atas kemampuan yang diperlukan untuk perenungannya, menjalankan kegiatan mental.12 konteks historisnya dan revolusioner Antonio Gramsci, memperjuangkan dalam manifest bukunya Selections from Prison perenungannya Notebooks, ia membagi intelektual Intelektual menjadi sebutan bagi intelektual-akademisi dua, yaitu intelektual bagi organik kaumnya. merupakan tradisional dan intelektual organik.13 yang Setiap orang menurut Gramsci, pembelajarannya memiliki membuka ruang atas terjadinya gap potensi menggunakan untuk mendedikasikan antara kemampuan proses sebagai teori dan tidak upaya praktik. Bagi inteleknya, tetapi tidak semuanya mereka, dapat disebut sebagai intelektual intelektual jika hanya diapresiasikan (dalam artian sebagai salah satu lewat buku semata. Sebaliknya, elemen fungsi sosial). lebih dari cukup itu, peran perannya bagi berati pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang secara terus menerus satu kewajiban yang mutlak.Ada melakukan hal yang sama dari beberapa generasi ke generasi. Mereka adalah organik, yaitu sigap dan tanggap penyebar ide dan mediator antara dan massa rakyat dengan kelas atas. perubahan, mempunyai kesadaran Intelektual tradisional ciri senang kritis dari intelektual berkutat (bukan dengan kesadaran naif), bergerak dari grassroad (dari akar 11 Nahapiet & Ghoshal, Social Capital, Intellectual Capital, and The Organizational Advantage. Academy of Management Review. Vol. 23. 1998, p. 245 12 Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. Organizational Behavior (New Jersey : Pearson International Edition, 2007), p. 42. rumput), mandiri, tidak mudah dikooptasi oleh kekuasaan. Inti intelektualitas kepedulian 13 permasalahan http://adhamaskipangeran.blogspot.com/20 10/06/intelektual.html 9 seseorang adalah terhadap masyarakat. Kemampuan untuk merumuskan merupakan kemampuan seseorang persoalan zaman, keandalan untuk untuk melakukan dan zaman, keandalan untuk melakukan kecerdikannya untuk memberikan analisis dan kecerdikannya untuk analisis 14 pemecahan masalah. merumuskan persoalan memberikan pemecahan masalah. Intelektualitas merupakan Tahap Perkembangan Intelektual sebuah pemahaman tentang ilmu Auguste pengetahuan yang jika dimiliki oleh Comte, seorang seseorang maka orang tersebut akan pelopor ilmu sosiologi (1798-1857) membawa dirinya ke arah yang dalam lebih Philosophie maju. sedemikian Dan orang disebut yang “orang intelek”15 Jadi intelektualitas menyampaikan tiga tahap perkembangan intelektual, yang 1. Tahap menyangkut dari tahap teologis; pemikiran sikap dan perilaku atau kemauan semua dan mempunyai berupa merupakan sebelumya: pemikiran dan pemahaman karakter individu, De Positive" perkembangan dengan totalitas pengertian atau kemampuan "Cours masing-masing adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang kesadaranyang bukunya intelektual tingkat manusia benda bahwa di jiwa dunia dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan pengetahuan, keterampilan, pemahaman yang berada di atas manusia. profesional, pemahaman 2. Tahap metafisis; tahap manusia kontekstual, dan lain-lain, yang menganggap bahwa di dalam bersifat ketika setiap gejala terdapat kekuatan- di kekuatan atau inti tertentu yang relatif menghadapi sekitarnya. stabil permasalahan pada Intelektualitas akhirnya diungkapkan. adanya 14 http://www.waspada.co.id/index.php ?opinion=com_content&view=article&id=5 1002:-kontemplasi-intelektualitaskampus&catid=25:artikel&Itemid=44 15 http://altatra23.blokspot.com/2012/0 8/pentingnya keseimbangan relegiusitas intelektualitas akan dapat Oleh karena kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha 10 untuk menemukan hukum-hukum alam yang perdagangan bebas, baik tingkat seragam. ASEAN, Asia Pasifik, maupun 3. Tahap positif: tahap dimana dunia. Kondisi tersebut memerlukan manusia mulai berpirkir secara kesiapan daya manusia yang andal ilmiah. 16 dan unggul yang siap bersaing dengan Pendidikan Kristen pun perlu mengetahui dapat diterpakan lain di dunia.17 tahap-tahap perkembangan intelektual tersebut untuk bangsa-bangsa Tantangan dalam tentunya juga tersebut diatas melanda dunia pembinaan intelektual peserta didik pendidikan dengan mengenai peran pendidikan kristen tetap dengan menyelaraskannya tujuan pembelajaran Kristen. Berbicara dalam pembinaan intelektual maka pendidikan Kristen itu sendiri. jika diingat kembali apa yang menjadi misi dari pendidikan Peran Pendidikan Kristen dalam Pembinaan Intelektual Tantangan pendidikan di pendidikan Kristen yang berkualitas Indonesia yang mampu membangun manusia saat ini Kristen semakin yaitu kompleks. Kunandar menyatakan yang beberapa globalisasi intelektual, emosional, sosial dan adalah sebagai berikut: Pertama, spiritual yang tinggi yang dilandasi perkembangan ilmu pengetahuan iman, kasih dan pelayanan Kristiani. tantangan Serta dan teknologi yang begitu cepat dan Kristen mendasar; Kedua, krisis moral yang melanda bangsa dan yang masyarakat pendidikan bermutu, berdaya serta berwawasan kebangsaan dan universal yang dan globalisasi; Ketiga, krisis sosial, kriminalitas, mewujudkan kecerdasan saing, relevan dengan kebutuhan negara Indonesia akibat pengaruh IPTEK seperti mempunyai mewujudkan berbasis pengetahuan dan teknologi. kekerasan, Demikian juga, salah satu tujuan pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat; Keempat, 17 Kunandar,Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.), hlm.37-40. krisis identitas. Dan kelima, adanya 16 http://id.wikipedia.org/wiki/Cend ekiawan 11 dari pendidikan mengembangkan peserta Kristen segala yaitu 5. Manajemen potensi pendidikan efektif, yang termasuk 18 didik (mental, spiritual, pengawasannya. sosial, intelektual, dan fisik) agar Kelima faktor itu menjadi menjadi manusia yang beriman kunci dalam mencapai keberhasilan yang dilandasi kasih dan pelayanan pendidikan sebagai mana yang diajarkan oleh realisasinya Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab. menyesuaikan Demi pendidikan Kristen, menunjang peran perkembangan Kristen dalam masyarakat. dan dalam harus tetap dengan dan Dengan kebutuhan demikian, pembinaan intelektual harus ada sewajarnya pendidikan Kristen baik faktor-faktor mampu yang berbentuk pendidikan umum, keberhasilan maupun khusus seperti Sekolah yang mempengaruhi pembinaan intelektual Teologi tersebut. atau Sekolah Alkitab Keberhasilan disini berarti bahwa hendaknya tampil sebagai lembaga keluaran sebagai hasil pendidikan pendidikan mempunyai kualitas dan relevansi mengahadapi yang glabalisasi ini, yakni Pendidikan sesuai dengan kebutuhan tantangan mampu di Kristen O. Simbolon faktor-faktor tersebut mampu membangun manusia yang antara lain: mempunyai kecerdasan intelektual, cukup berkualitas era masyarakat. Sebagaimana disebut 1. Tersedia yang yang yang emosional, sosial dan spiritual yang tenaga tinggi yang dilandasi iman, kasih pendidikan yang bermutu, dan pelayanan Kristiani. 2. Adanya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, 3. Tersedia biaya pendidikan yang memadai, 4. Sarana pendidikan yang mendukung kurikulum, dan 18 O. Simbolon, “Strategi Pengembangan Sekolah Kristen pada Era Tinggal Landas”,Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia, peny. Weinata Sairin (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 54. 12 spiritualitas, SPIRITUALITAS DALAM PENDIDIKAN KRISTEN membuat spiritualitas diri bermaksud dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat Pengertian Spiritualitas Kata manusia cita-cita Allah. 20 menurut John Sidjabat, berasal dari akar kata memberikan spiritus (Latin) atau spirit (Inggris), M. Nainggolan definisi spiritualitas sebagai “kekuatan atau roh yang menunjuk kepada substansi non material atau makhluk (being) yang memberikan daya tahan kepada substansinya seseorang atau sekelompok orang tidak material. Substansi tidak berwujud material untuk adalah Tuhan Allah. Allah itu Roh memperkembangkan mewujudkan (Yoh.4:24).19Istilah adanya mempertahankan, dan kehidupannya. Spiritualitas sering dikaitkan dengan spiritualitas berkaitan dengan halhal yang berasal atau bersumber dari perkara kerohanian yang menunjuk Tuhan yang menjadi bagian hidup pada dari manusia. Sebab manusia juga mmperoleh makhluk keselamatan pribadi yang bersifat material (fisik), yang kesucian Menurut non-material yakni roh atau jiwa, spiritualitas pikiran dan hati nurani. M. manusia dalam atau rohani.”21 sekaligus padanya terdapat substansi Agus aktifitas seseorang Hardjana Nainggolan, adalah sebagai gaya hasil hidup dari mendefinisikan spiritualitas berarti kedalaman pemahamannya tentang hidup berdasarkan atau menurut Allah secara utuh. Allah dipahami Roh. hubungan sebagai yang transenden sekaligus dengan Yang Transenden, roh itu sebagai yang imanen.22 Pengertian adalah di atas menjelaskan bahwa pola Dalam konteks Roh Spiritualitas Allah adalah didasarkan pada bimbingan Roh sendiri. hidup pengaruh Allah. yang 20 Agus M. Hardjana, Religiusitas, Agama dan Spiritualitas(Yogyakarta: Kanius, 2005), 65. 21 John M. Nainggolan, Strategi pendidikan Warga Gereja(Bandung: Generasi Info Media, 2008), 31-32. 22 John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media 2007), 2. dan Dengan 19 B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1996), hlm,138. 13 hidup seseorang dalam dunia bagaimana seseorang mendapatkan kehidupansehari-harinyamerupakan pertolongan dan daya tahan dan buah dari hubungannya dengan semangat hidup untuk mencapai Yesus. Kedekatan atau keakraban kesempurnaan sesuai 24 dengan hubungan manusia dengan Yesus kebenaran Alkitab. secara transenden tampak dalam spiritual berkaitan dengan iman sikap hidup terhadap orang-orang seseorang yang dengan dorongan yang Roh Kudus melakukan dan menjadi adalah imanensi/wujud kehadiran Yesus. Bagi McGrath sesuai dengan kehendak-Nya. Rahmiati Tanujaya memberi Pengertian yang praktis tentang difinisi Spiritualitas menurut firman spiritualitas Tuhan adalah keberadaan seseorang bahwa spiritualitas adalah sikap yang tahu bagaimana ia harus hidup berelasi dengan Tuhan, sesama, kebaikan Allah yang adalah Roh dirinya sendiri dan ciptaan lain dan pencipta hidup dan sejarah dalam hidup berdasarkan apa yang ia tahu kehidupan tersebut. Pengetahuan itu sendiri Spiritualitas Kristen adalah sikap tidak bersumber dari pola pikir hidup manusia melainkan harus besumber damai pada pola pikir Allah yang telah kemurahan, dinyatakan melalui firmanNya. 23 kelemahlembutan dan penguasaan oleh yang Victor memberlakukan sehari-hari berbuah Tanya kasih, sejahtera, kebaikan, manusia. sukacita, kesabaran, kesetiaan, diri. Ungkapan sikap hidup yang Sementara, Alister E. McGrath spiritualitas selalu berkarya karena itulah hidup berasal dari kata ruach yang berarti kita menghidupkan orang lain serta roh, Roh membawa kebaikan bagi semua memberikan hidup dan dorongan orang yang pada dasarnya adalah kepada seseorang untuk bertindak. sesama ciptaan Tuhan.25Pernyataan Spiritualitas Kristen berhubungan Tanya memberikan nafas dengan definisi atau hidup angin. beriman mengandung pengertian yang 24 Alister E. McGrath, Christian Spirituality (UK: Blackwell Publishing Ltd, 2003), p. 2. 25 Victor Tanya, Spiritual, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), hlm. 89. mendorong atau memotivasi dan 23 Rahmiati Tanujaya. Jurnal Veritas 3/2 (oktober 2002) 171-182, 14 bahwa spiritualitas Kristen harus Berdasarkan juga mewujud dalam sikap dan diterima dan tinggal di dalam hidup memberi orang-orang dampak bagi orang disekitarnya. Jadi Roh percaya, kehidupan berdasarkan karunia mereka yang maka yang lama diperbarui, menjadi manusia baru beberapa definisi di atas, maka peneliti dapat (Ef.4:17-32). menyimpulkan bahwa spiritualitas hidup yang baru yang berada di adalahgaya hidup seseorang sebagai dalam kasih Allah (1Kor. 13). hasil Braden dari kedalaman Mereka memiliki sebagaimana dikutip pemahamannya tentang Allah dan Sidjabat mengatakan, : “spiritualitas akibat dari relasi yang benar dengan tidaklah sama dengan spiritisme, Allah yakni yang merupakan suatu suatu pemahaman akan dorongan Roh Kudus yang timbul adanya komunikasi di antara roh- dari dalam hatinya yang mempunyai roh dalam dunia roh dengan mereka kerinduan untuk seperti Yesus dan yang masih hidup (an attempt on the memberi parts dampak bagi orang of the spirit world to communicate with the living).”26 disekitarnya. Maka Dasar dan Tujuan Spiritualitas harus dibedakan antara spiritualitas dan spiritisme, karena Spiritualitas Kristen merupakan spiritualitas merupakan relasi orang relasi secara pribadi dengan Tuhan percaya dengan Tuhan melalui Roh melalui Roh Kudus. Kehidupan Kudus spiritualitas bukanlah merupakan paham yang orang-orang percaya sedangkan spiritisme diakui dalam iman Kristen. didasari oleh iman yang tertuju Dengan Justo Gonzalez, sebagaimana percaya dan beriman kepada Yesus dikutip Pazmino,menyatakan : “that Kristus dan the basis for Christian spirituality is Juruselamat yang telah menebus the Third Person of the Trinity. One dosa-dosa dunia dan yang telah is spiritual because of the presence bangkit, maka mereka menerima and indwelling of the Holy Spirit. A karunia Roh, yaitu Roh Kudus spiritual person, a spiritual teacher, kepada Yesus Kristus. sebagai Tuhan tinggal di dalam kehidupan mereka. 26 15 Sidjabat, hlm. 139. mungkin untuk bertahan hidup selama satu minggu, demikian kerohanian kita tidak dapat bertahan bila kita hanya satu kali saja membaca Firman Tuhan. Kita memerlukan makanan rohani dari Tuhan setiap hari.”28 is one in whom the Spirit of the Lord dwells.”27Gonzalez menunjukkan bahwa dasar spiritualitas Kristen adalah Pribadi Ketiga dari Trinitas. Salah satunya adalah spiritual karena kehadiran dan berdiamnya Roh Kudus. Spiritual seseorang Selanjutnya Sidjabat adalah satu dalam siapa Roh Tuhan menambahkan tinggal. Allah memberikan prinsip nilai dan Kekuatan akan spiritualitas berkembang kehidupannya apabila ia bahwa, “Firman orang tatanan hidup dalam bagaimana kita hidup secara terus bijaksana, mengahadapi situasi sehari-hari, berakar dalam Firman Allah (bdk. mujur atau malang.”29 Alkitab tidak Mazmur 119; 2 Timotius 3:16-17; berisi istilah spiritualitas, tetapi di Yohanes dalamnya 8:31-32), ini adalah berbicara mengenai landasan spiritualitas. Yesus sendiri perkara-perkara menegaskan bahwa Firman Allah Kristiani yang merupakan cakupan itu dari dari spiritualitas itu sendiri. Bahkan kuasa dosa, dan kebebasan dari menurut John R.W. Stott Alkitab kebodohan atau kepicikan iman, memiliki karena Firman itu menuntun kebada diterima oleh setiap orang Kristen, kebenaran sejati berkaitan dengan “Menerima otoritas Alkitab adalah asal dan tujuan serta panggilan suatu kewajiban Kristen. Ini bukan hidup di dunia (Yoh 17:17; 2 Tim suatu sikap agama yang aneh, bukan 3:16,17). John Blanchard dengan juga mengutip D.L. Moody mengatakan, melain memberi kemerdekaan hidup otoritas gejala justru yang rohani harus ketidakmengertian, merupakan tanda “Seperti halnya seseorang tidak dapat makan sekali saja untuk bertahan hidup selama enam bulan atau menghirup udara sekali saja walau sebanyak 28 John Blanchard, How to Enjoy Your Bible(Colchester: Evangelical Press, 1984), p. 104. 29 Sidjabat, hlm. 140. 27 Robert W. Pazmino, God Our Teacher (Grand Rapids: Baker Academy, 2001), p. 100. 16 adanya iman dan kerendahan hati mendoakan (Mzm. 19:15). Kristen yang sehat.”30 Spiritualitas merupakan pengenalan akan Allah secara lebih dalam dan Jadi dasar Spiritualitas orang percaya adalah iman kepada Yesus bermakna Kristus, oleh Maka spiritualitas merupakan usaha kehadiran dan kerja Roh-Nya yang hidup rohani yang berpangkal dari kudus di dalam kehidupannya yang hati dan melibatkan seluruh segi terus berakar dalam Firman Allah. kemanusiaan orang itu: pikiran, yang dinyatakan dalam kehidupannya. perasaan, imajinasi, jiwa, akal budi, Dasar Alkitabiah Spiritualitas sikap, hati dan sebagainya. Menurut Lama pendapat orang “perjalananmu akan berhasil dan dalam kedalaman dirinya mencari- engkau akan beruntung” (Yos 1:8) cari kebenaran, merenung-renung mengandung keberadaannya “yang Tuhan katakan disini adalah Dalam spiritual Perjanjian adalah keadaan dalam konteks Whitney janji pengertian bahwa, mencari kebenaran, mencari Tuhan, keberhasilan hidup saleh, hidup berkenan di menurut hadapan Allah; memandang jauh harus menurut pandangan dunia. sambil Dari perjanjian baru, kita tahu berharap-harap; merenungkan atau bahwa menyimpan dan Tuhan keberuntungan pandangan-Nya, janji keberhasilan tidak dan dalam hati (Yos. 1:8); mengingat keberuntungan ini menunjuk kepada atau memikirkan berulang-ulang, keberhasilan rohani.”31 memperhatikan untuk mengerti Kitab Yesaya menyatakan (Mzm. 1:1; 49:4; 77:6). Spiritulitas bahwa keterlibatan dalam Alkitab tidak hanya kegiatan dengan berbagai yang dilakukan kepentingan diri aktivitas keagamaan tidak menjamin sendiri, bahwa tetapi hasilnya dapat dirasakan oleh orang lain dengan orang seseorang upacara tersebut dan sudah memiliki relasi yang benar dengan mengucap, menyuarakan berulang, 31 Donald S. Whitney, 10 Pilar Penopang Kehidupan Kristen (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1994), hlm. 5051. 30 John R.W. Stott, Memahami Isi Alkitab, Dit. Oleh Paul Hidayat (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000), hlm. 166. 17 Allah. Kebenaran ajaran tersebut Nya dengan mengadakan relasi jelas dalam Yesaya 29:13: dengan Bapa-Nya untuk mengalami dan “Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, ..” Yehezkiel adalah seorang menikmati kedekatan-Nya dengan Bapa-Nya. Ia berdoa tanpa henti, bergumul sendirian sebelum mengambil keputusan. Para murid sering melihat Yesus berdoa – kadang-kadang tidak jauh dari mereka (Mat. 26:36; Luk. 22:41; 11:1). Menyempatkan diri untuk imam yang menerima panggilan menyendiri dan berdoa. ”Bangun Tuhan sebagai nabi ketika berada di pagi waktu masih gelap” (Mrk. 1: pengasingan Babel (Yeh. 1:1-3),. Ia 35). Berdoa secara tetap (Luk. mempunyai keprihatianan sangat 5:16). Berdoa sepanjang malam besar pada bait suci, keimaman, (Luk. 6:12). Tutup pintu ketika korban, Allah. berdoa (Mat. 6: 5-6). Hingga umur Panggilan Yehezkiel atas pelayanan 30-an Yesus belajar, merenung, kenabiannya datang melalui visi berdoa. kemuliaan untuk berdoa (Luk. 3: 21-22). Dalam mengadakan pemulihan yang total Matius 4:1-11, Markus 1: 12-13, kepada Israel dari segala macam selama 40 hari di padang gurun penyakit dosa yang telah lama tempat bergumul, Ia dicobai dengan menyerang untuk makanan (roti), dengan kedudukan mengembalikan kemuliaan Allah tinggi (terjun dari bubungan Bait kepada mereka yang telah lama Suci), dan dengan harta kekayaan tidak mereka alami oleh karena (sembah sujud). Yesus bertumbuh keberdosaan mereka. dalam dan kemuliaan Allah, yaitu mereka serta Pada masa Yesus hidup di dunia, selain sibuk menyembuhkan, pelayanan yang mengajar, dibaptis spiritualitas-Nya semakin dikasihi manusia. ”Dan Yesus sehingga Allah Yesus dan makin bertambah besar dan bertambah berkhotbah, lain, Ketika hikmat-Nya dan besar-Nya, dan Yesus menunjukkan hidup spiritualitas- 18 makin dikasihi oleh Allah dan lewat firman-Nya, seperti dalam manusia” (Luk. 2: 52). Markus 10:17-22, Lukas 9:51-56, Pada Yesus masa tidak Lukas 22:24-30, atau Yohanes 8:11. pelayanan-Nya, pernah bermaksud Selain menerapkan beberapa mengajarkan secara khusus tentang metode disiplin spiritualitas dalam spiritualitas kepada murid-murid- pengajaran-Nya, Nya. Ia membiarkan mereka berada merupakan sosok yang memiliki dalam spiritualitas tinggi sehingga hidup sebuah penderitaan atau Yesus sendiri masalah. Setiap kali ada sebuah rohani-Nya masalah, Dia memakai kesempatan diteladani. Dia tidak pernah lari dari itu untuk menegur murid-murid- firman Allah setiap kali menghadapi Nya. Spiritualitas yang Dia berikan guncangan-guncangan pada murid-murid-Nya pelayanan. Disiplin spiritual-Nya menghadapi masalah-masalah yang amat terlihat dalam hal hubungan- berupa teguran, nasihat, maupun Nya dengan Bapa. Dalam Firman pengajaran, untuk membawa murid- Tuhan, dapat disebut doa-doa yang murid-Nya semakin mengenal Dia dipanjatkan-Nya kepada Bapa-Nya dan untuk memperlengkapi mereka di surga. Sejak kecil Dia sudah dalam pelayanan mereka kelak. disiplin untuk bergaul dengan Firman Tuhan. Contoh terbaik saat Yesus menerapkan metode benar-benar dapat dalam disiplin spiritualitas melalui firman- tentang hal itu dapat dilihat dari Nya murid-murid-Nya. peristiwa Yesus ketika dicobai Iblis Sebagai contoh adalah saat Petrus di padang gurun (Mat 4:1-11). diintimidasi oleh Iblis (Mat 16:22- Setiap kali Iblis mencobai Yesus, 23). Juga sewaktu Tuhan Yesus maka Yesus menangkisnya dengan beserta Firman Allah. Dengan demikian Dia kepada murid-murid-Nya ketika bisa menguasai diri-Nya terhadap murid-murid tidak percaya, kuatir, hal-hal duniawi untuk memenuhi dan takut, Tuhan Yesus menegur kehendak mereka (Mrk 4:40). Dan masih menyarankan, banyak lagi yang Kristus paparkan mengalami tentang kemenangan menghadapi angin kedisiplinan ribut, spiritualitas 19 Bapa-Nya. “Bila lebih dalam Whitney kita mau banyak lagi kehidupan Kristen kita, haruslah kita bertindak metafora yang menunjuk arti hal-hal seperti Yesus, kita harus yang spiritual (1Kor 10:3-4; 15:44- ayat-ayat Alkitab 46; bd 1Ptr 2:5,9). Ketiga arti itu dapat dikaitkan pemahamannya dengan membantu kita mengingat ayat-ayat karya Allah di dalam diri Yesus itu Kristus dan melalui Roh Kudus. menghafalkan sehingga Roh Kudus pada saat kita membutuhkannya.”32 Rasul Paulus di dalam surat 1 Korintus Spiritualitas Yesus menunjuk menggunakan pada kehidupan yang terarah kepada pneumatikos Bapa-Nya kedekatan golongan tertentu di dalam jemaat menjadi Korintus yang menganggap diri dengan (keintiman, Bapa) semangat yang pokok menjalani mereka dan untuk kata ‘spiritual menegur atau rohani’ memaknai seluruh aspek kehidupan- dibandingkan yang lainnya. Hal ini Nya: dikarenakan hubungan dengan sesama mereka merasa terhadap memiliki karunia-karunia istimewa, dunia/alam semesta, bahkan dengan yaitu karunia nubuat dan bahasa diri sendiri. Seluruh perbuatan-Nya roh. Rasul Paulus menegur jemaat merupakan Korintus (mengasihi), bersikap kesatuan kasih dan secara keseluruhan, kebenaran-Nya. Spiritualitas Yesus termasuk golongan tertentu tersebut, merupakan hidup yang walaupun mereka menganggap orang-orang percaya (spiritualitas dirinya dipenuhi dengan karunia- Kristen). karunia tetapi mereka masih hidup contoh gaya Spiritualitas dalam Perjanjian di dalam pertengkaran, percabulan, Baru, terutama di dalam tulisan penyembahan berhala, ajaran sesat Rasul Paulus, mempunyai tiga arti dan semacamnya. Oleh yaitu tentang orang rohani (1Kor sebab itu Paulus 2:13,15; 3:1; bdk Gal 6:1); tentang menyebut orang-orang di Korintus hal-hal rohani (1Kor 2:13; 9:11; sebagai manusia duniawi yang tidak bdk Rm 15:27; Ef 1:3); dan tentang dapat menerima hal-hal spiritual benda-benda yang merupakan rohani suatu yang berasal Roh Allah. Manusia duniawi adalah manusia gambaran psukhikos 32 dari Ibid., hlm. 44. 20 yang bersifat jiwa, alamiah (1Kor. 2:13-15; 15:44-46); dipadamkan (1Tes. 5:19). dan sarkikos yang berarti bersifat Spiritualitas Kristen adalah daging (1Kor. 3:1; 9:11). Manusia kesadaran persekutuan dengan Roh duniawi hidup tanpa Roh Allah dan Kristus yang tidak terputus oleh oleh karena itu mereka tidak dapat kedagingan dan dosa. Karena itu, mengerti hal-hal yang spiritual. spiritualitas Kristen yang unggul Sebaliknya manusia spiritual adalah adalah orang percaya yang sudah manusia yang dapat menilai segala pasti sesuatu karena memutuskan secara konsisten dan hidupnya dipimpin oleh Roh Allah terus menerus untuk berserah pada dan memiliki pikiran Yesus Kristus pelayanan Roh Kudus. (1Kor. 2:15) (1Kor. 2:16). dilahirkan Jadi Spiritualitas kristiani adalah baik kembali dalam yang Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, pilihan yang harus diambil untuk Alkitab mengenal dan bertumbuh dalam mengenai hubungan sehari-hari dengan Tuhan spiritualitas itu dan bagaimana para Yesus Kristus dengan menaklukkan tokoh diri kepada pelayanan Roh Kudus spiritualitas di dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mereka. secara jelas apa dan Alkitab berbicara bagaimana menerapkan berarti orang-orang percaya harus menjaga komunikasinya Spiritualitas dalam Pendidikan Kristen dengan Roh Kudus (1 Yoh. 1:9). Ketika Pembentukan orang percaya mendukakan Roh Kudus dengan melakukan dosa (Ef. Spiritualitas 4:30; 1Yoh. 1:5-8), maka dosa yang Kristen tentunya harus menjadi dilakukan tersebut tekanan tembok penghalang merupakan bagi pendidikan dalam dalam Spiritual Pendidikan semua Kristen. pemerhati Penekanan orang-orang kepada spiritulitas yang bersumber percaya dan Allah. Ketika orang- kepada Allah melalui keteladanan orang kepada Yesus Kristus, adalah hal yang Kudus, sangat penting. Hal ini disebabkan hubungan antara percaya pelayanan hubungannya tunduk Roh tidak juga akan 21 karena semakin banyak ditemukan “Spiritualitas tanpa God Our Teacher mengusulkan senada hahwa Yesus adalah guru agung diungkapkan oleh Dallas Willard: yakni sebagai teladan dan model “spiritual dimana hidup dan pelayanannya kekristenan.”33 Hal formation for the Christian basically refers to the yang Spirit-driven process of forming the mengatakan, “For Christians, Jesus inner world of the human self in alone stands as the Master Teacher, such a way that it becomes like the as the exemplar or model for inner being of Christ himself.”34 teaching whose life and ministry are Willard worthy of passionate consideration menekankan bahwa berharga. Pazmino emulation.”35Yesus kehidupan spiritual Kristen adalah and kehidupan spiritual yang merujuk berdiri sebagai Guru, sebagai contoh pada Roh atau model untuk mengajar yang sedemikian rupa sehingga menjadi hidup dan pelayanan yang patut seperti hati Kristus sendiri. dipertimbangkan.36 proses di dalam Alasan mengapa meneladani Lebih jauh sendiri Pazmino Yesus karena perintah Yesus dalam mengusulkan bahwa Yesus adalah Yohanes berkata contoh pengajar dalam hal konteks, “sebab Aku telah memberikan suatu isi dan manusia. Yesus sebagai teladan kepada kamu, supaya kamu Anak juga berbuat sama seperti yang telah dipenuhi Kuperbuat kepadamu.” Ayat ini memberikan model ahli kepada guru menunjukkan bahwa Yesus tidak Kristen di setiap zaman dan situasi. hanya sekedar mengajar murid- Dengan mempelajari isi, konteks, murid-Nya dan 13:15 Yesus tetapi juga menjadi teladan bagi mereka. Allah yang dengan pengajaran Kristen dikasihi-Nya Roh Yesus, memiliki standar Kudus orang yang Sesuai dengan hal tersebut digunakan untuk mempersiapkan, Robert W. Pazmino dalam buku melaksanakan, dan mengevaluasi 33 Tim Penyusun Buku dan Redaksi BPK Gunung Mulia. Memperlengkapi bagi Pelayanan dan Pertumbuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hlm. 279. 34 Dallas Willard, Renovation of the Heart: Putting on the Character of Christ (Colorado Springs: Navpress, 2002), p. 22. 35 36 22 Pazmino, hlm. 59. Ibid, hlm. 60 pendidikan Kristen dalam berbagai tentang bentuknya.37 menyatakan Dalam pembinaan pendidikan atau kehidupan penggenapan nubuat Yesaya Kristen, Kristus dari tersebut, bahwa Kristus terus menerus dipenuhi Roh pembentukan Kudus.38 spiritualitas (Spiritual Formation) Hidup di dalam karya Roh merupakan unsur yang penting. Dalam hal ini penulis memaparkan Kudus pembentukan spiritual berdasarkan meliputi : Pertama, diurapi Roh keteladanan Yesus secara khusus Kudus, yang termuat dalam Injil Lukas. menceritakan terlibat dalam kehidupan Lukas Yesus 3: 21-22 bagaimana Yesus diurapi oleh Roh Kudus dalam Dari hidup Yesus, orang-orang yang dalam peristiwa pendidikan pembaptisan yang Kristen dapat meneladani empat dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dimensi kehidupan Yesus: di sungai Yordan. Ketika Yesus dibaptis dan sedang berdoa, langit 1. Hidup di dalam karya Roh Kudus terbuka dan Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Yesus hidup dalam karya Roh Kemudian Kudus sudah dinubuatkan oleh Nabi terdengar suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Yesaya dalam Yesaya 11:2, “Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat Kukasihi, kepada-Mulah berkenan." (Luk. 3: 21-22). dan keperkasaan, roh pengenalan Pernyataan dan takut akan TUHAN;” dan di menunjukkan dalam Yesaya 42:1 yang berbunyi ditugaskan tidak hanya sebagai nabi, “Lihat, yang tetapi Ia adalah Mesias. Pengurapan Kupegang, orang pilihan-Ku, yang Yesus oleh Roh Kudus merupakan kepadanya Aku berkenan. Aku telah awal untuk melaksanakan tugas- itu hamba-Ku dalam Aku bahwa ayat ini Yesus Nya. menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya kepada Kedua, dipimpin Roh Kudus bangsa-bangsa”. Enns menyatakan dan diberi kuasa Roh Kudus. Di ia menyatakan bahwa 37 catatan hukum Perjanjian Baru 38 Paul Enns, The Moddy Hand Book Of Theology: Buku pegangan Teologi (Malang: Literatur Saat, 2004), hlm. 324. Ibid. 23 dalam kitab Lukas kisah mengenai Nya. Roh Kudus yang memimpin baptisan dan pencobaan diselingi seluruh aspek kehidupan-Nya. dengan silsilah Sementara Matius merangkaikan setelah (Luk.3:21-4:1). dan pencobaan baptisanNya, 2. Tekun di dalam doa. Markus Barclay menyebut Injil Lukas Yesus adalah “Segera Injil doa, Lukas sesudah itu Roh memimpin Dia ke memperlihat-kan padang gurun (Mrk 1:12) dan di pembacanya dalam Matius 4:1 dituliskan “Maka dalam menghadapi saat-saat penting Yesus dibawa oleh Roh ke padang dalam gurun untuk dicobai Iblis.” Dalam Lukas memperlihatkan bagaimana pencobaan Yesus dalam menghadapi saat-saat ini Roh kudus kepada bagaimana hidup-Nya, Ia Yesus berdoa.39 memimpin Yesus sekalipun Roh penting dalam Kudus dengan kuat membawa ke Lukas mencatat beberapa doa padang gurun untuk dicobai. Roh Yesus. Biasanya doa-doa yang kudus terus memimpin Dia dan dilakukan Yesus terkait dengan dapat bertahan tidak makan selama peristiwa-peristiwa empat ini diantaranya: Ia berdoa pada saat dengan dibaptis (3:21). Ia berdoa sebelum kekuatan dan pimpinan Roh Kudus bertentangan dengan orang-orang setelah Yesus ditahbiskan sebagai Farisi setelah mengadakan mujizat- Mesiasdengan urapan Roh kudus mujizat (5:16). Ia berdoa sebelum maka pencobaan dipadang gurun memilih murid-murid-Nya (6:16), yang dialami Yesus merupakan sebelum bukti bahwa Yesus dipimpin Roh sekali tentang akan penderitaan-Nya Kudus, dan sebagai Mesias Ia (9:18-22). Ia berdoa pada saat mampu dimuliakan puluh menunjukkan hari. bahwa menghadapi Hal pencobaan- pemberitahuan (9:29). pertama Kembalinya Hanya Lukas yang menceritakan Pimpinan Roh Kudus yang terus-menerus penting, ketujuh puluh murid (10:17-21). pencobaan yang menimpa diri-Nya. berlangsung pelayanan-Nya. mengenai doa dalam perumpamaan ini tentunya berlaku juga dalam setiap 39 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009), hlm. 5. pelayanan dan setiap pekerjaan- 24 sahabat pada tengah malam (11:5- dan memiliki waktu doa dalam 13). Ia juga berbicara tentang situasi apapun. berdoa pada perumpamaan hakim yang tidak adil (18:1-8). 3. Hidup berpadankan Firman Tuhan Ia juga mengajarkan tentang perumpamaan Hidup tentang doa yang dilakukan oleh berpadankan firman orang Faris dan pemungut cukai di Tuhan adalah hidup yang sesuai bait Allah (18:9-14).Ia berdoa di dengan firman Tuhan. Injil Lukas Getsemani juga menggambarkan bagaimana Yesus mendorong murid-murid-Nya untuk dalam keadaan yang paling sulit berdoa di Getsemani (22:40). Ia menangkal semua godaan setan berdoa di atas kayu salib (23:46). dengan firman Allah (Luk 4:1-13). Hanya Lukas yang menceritakan Dari Lukas 4:14 seterusnya Lukas bahwa Yesus berdoa bagi Petrus menunjukkan pada saat mengalami pencobaan melalui sabda dan perbuatan makin (22:23). Dari sini sangat terlihat menyatakan bagaimana Allah dan juruselamat yang maha ketekunan (22:39-46), Ia Yesus memiliki di dalam bagaimana Diri sebagai Yesus Anak kuasa.41 doa yang Yesus di dalam kehidupan-Nya menunjang kehidupan spiritual-Nya. peranan berpadankan Firman Tuhan. Di penting dalam kehidupan spiritual dalam bagian ini akan dijelaskan seseorang. bukti Doa mengambil Billy dan Keating yang menyatakan bahwa mengatakan bahwa hidup spiritual Yesus berpadankan dengan firman Kristen yang autentik membutuhkan Allah yang mencakup dua aspek komitmen doa.40 Tekun di dalam yaitu: hidup berdasarkan Firman doa dalam Tuhan dan Yesus menggunakan doa firman Allah sebagai dasar ajaran- dapat indikator: diwujudkan memiliki waktu Nya. pribadi, memiliki sasaran doa yang spesifik, berdoa di waktu khusus 40 Dennis J Billy C & James F. Keating, Suara Hati dan Doa Belajar Terbuka pada Kebenaran(Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 8. 41 Duglas, D.J (Pen Um), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,Jilid Satu. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992), hlm. 653. 25 Bagi orang percaya, Firman bertanggung jawab membawa Allah bukan saja pelita dan terang peserta didik memiliki sikap dan bagi jalannya, tetapi juga menjadi tingkah laku yang sesuai dengan senjata rohani, yaitu pedang Roh (Ef firman 6: 17), meskipun ada banyak juga mempertahankan spiritualitas. sebutan lainnya juga Firman Allah. berkarya Hal untuk untuk 4. Setia dalam beribadah. menggambarkan Firman Allah. Roh Kudus Tuhan ini Selama Yesus ada di dunia melalui berkali-kali senada Lukas dengan yang diungkapkan Gene bahwa Edward Veith (Dengan Segenap ibadah. Akal Budi), mengatakan kepada bapak-ibu-nya menemui-Nya Kristen pernah di rumah-rumah ibadah. Masuk ke rumah dalam ibadah sudah menjadi kebiasaanNya. Ibadah adalah persembahan seluruh totalitas kehidupan kepada Allah yang tidak terbatas. Dalam ibadah ada suatu perjumpaan antara Allah dengan umat serta sesama umat yang bersama-sama berjumpa dengan Allah.43 Yesus sendiri dalam kehidupannya tidak pernah lepas hidup hubungan dengan firman Tuhan. Sehingga pendidikan sendiri rumah masa dewasa-Nya banyak orang Tuhan adalah adanya kesesuaian perbuatan Yesus ke Bapa-Nya (Luk 2:49) dan pada Jadi hidup berpadankan firman dan pergi bahwa Ia harus berada di rumah Senjata orang Kristen adalah “Pedang Roh yaitu Firman Allah” (Ef 6: 17). Firman Allah adalah alat yang melaluinya Roh Kudus berkarya di dalam hati dan pikiran para pendengarnya ketika seseorang membaca Alkitab atau mendengar kebenarannya dari sebuah khotbah, diskusi pribadi, atau bahkan artikel akademis. Roh Kudus bekerja dengan penuh kuasa menghancurkan bentengbenteng Rasionalisasi dan dosa yang didirikan manusia untuk menghalangi Allah.42 perkataan Yesus menuliskan dengan Allah, maka sedapat mungkin Ia selalu mencari juga 42 Gene Edward Veith, Dengan Segenap Akal Budi: Sukses di Perguruan Tinggi(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 76. 43 Duncan Forester. B. et al. Encounter with God An Introduction To Christian Worship and Practice (Edinburg: T &T, 1996). 26 kesempatan dimana Ia dapat KESEIMBANGAN ANTARA INTELEKTUALITAS DAN SPIRITUALITAS berhubungan dengan Allah baik dalam persekutuan ibadah yang Orang melibatkan orang banyak maupun persekutuan-Nya dengan proses dalam Kristen melahirkan aspek artikel karena Tuhan berkenan hadir dalam religius “Pendidikan Membentuk persekutuan tersebut. di Kristen: Intelektual Kristen” menyampaikan, Pendidikan Kristen spiritualitas dalam tidak pendidikan Kristen harus berpegang Yesus, boleh menjadi suatu pendidikan tanpa Allah (Godless pada prinsip spiritulitas yang telah Education) yaitu dalam pengertian pendidikan tidak dilandaskan akan berada pada pimpinan dan kuasa Kudus, yang dalamnya. Nikson Sinaga dalam panggilan-Nya, serta bersifat kudus Roh seseorang memiliki ungkapan syukur dan memenuhi oleh melahirkan berintelektual, tetapi juga harus pertemuan umat sebagai bentuk diteladankan dalam Kristen seharusnya tidak hanya dan memberitakan Firman-Nya dalam Jadi, pun sangat penting. Namun, pendidikan percaya yang dinyatakan dengan Allah yang seorang intelektual Kristen menjadi dan dipegang teguh oleh orang melayani pembelajaran membentuknya. Peran pendidikan beribadah merupakan satu sifat yang dimiliki aktivitas memiliki intelektual lahir dari adanya suatu Allah secara pribadi. Setia yang motivasi untuk mempermuliakan dikomunikasikan Allah.44 Begitu pula pada bagian dengan Allah di dalam doa, selaras prakata dari buku Dasar Pendidikan dengan kebenaran firman Tuhan, Kristen yang ditulis Louis Berkhof serta mampu membawa ke dalam & Cornelius Van Till menyatakan: suasana ibadah sebagai bentuk rasa Alkitab syukur. mengungkapkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang harus memuliakan Allah, sehingga pendidikan tidak hanya berbicara 44 http://www.persekutuanstudireform ed.org/artikel44.html 27 tentang ilmu pengetahuan, tetapi “The Call” yang juga dikutip oleh juga moralitas hidup yang sesuai Sire dalam prakata buku “Habit of dengan The Mind” mengatakan: panggilan dan tututan 45 moralitas Allah. Pendidikan Kristen Calling is the truth that God call us to himself so decisively that everything we are, everything we do, and everything we have is invested with a special devotion, dynamism, and direction lived out as a response to his summons and service. (Panggilan adalah kebenaran bahwa Allah memanggil kita bagi diri-Nya sendiri dengan cara yang sedemikian menentukan sehingga segenap diri kita, segenap hal yang kita lakukan, dan segenap milik kita dipenuhi dengan devosi, dinamisme, dan arah yang khusus, yang dijalankan sebagai suatu tanggapan terhadap seruan-Nya dan sebagai pelayanan bagi-Nya.)47 perlu berusaha menjawab tantangan untuk melahirkan intelektual-intelektual Kristen yang memiliki spiritualitas Kristen. Dalam mewujudkan citacita ini Pendidikan Kristen hendaknya memperhatikan hal-hal yang dianggap dapat mendukung mencapai cita-cita tersebut. Nikson Sinaga memberikan saran bagi pendidikan Kristen bahwa pertama, pendidikan Kristen perlu melihat kehidupan intelektual juga sebagai panggilan Kristen. Kedua, Pendidikan Kristen harus mampu Berpikir yang merupakan bagian memperlengkapi seseorang dengan pengetahuan dan iman. dari Ketiga, kehidupan intelektual juga merupakan bagian yang tidak dapat pembelajaran pendidikan Kristen dilepaskan dengan panggilan kita harus tetap berpegang pada motivasi sebagai untuk mempelajari kebenaran.46 anak Tuhan untuk mengasihi Allah dengan segenap Dari pendapat tersebut dapat akal budi kita (Lukas 10: 27). dipahami bahwa Pendidikan Kristen Sebagai memang harus melihat kehidupan bagian dari tugas pendidikan, Pedidikan Kristen harus intelektual sebagai suatu panggilan mampu Kristen. Os Guinness di dalam buku mempersiapkan dan memperlengkapi seseorang dengan 45 Louis Berkhof &Cornelius Van Till, Foundation of Christian Education (Surabaya, Penerbit Momentum, 2007). 46 http://www.persekutuanstudireform ed.org/artikel44.html pengetahuan dan iman. Tujuannya 47 James W. Sire, Habits of The Mind (Surabaya: Penerbit Momentum, 2007). 28 ialah supaya seseorang yang telah yang masih menekankan pembinaan diperlengkapi itu dapat memberikan spiritual bagi para peserta didiknya daya kritisi yang tajam atas ide-ide selain akademis kognitif. Hal ini maupun pemikiran-pemikiran yang disadari karena seorang rohaniawan tidak tidak cukup hanya pandai tetapi juga sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Tidak cukup sampai haruslah disini tetapi mereka juga mampu Saleh dalam pemahaman bahwa untuk mengarahkan ide-ide maupun kehidupan pemikiran-pemikiran tersebut pada menjadi teladan bagi siapapun. 48 arah dan tempat yang sebenarnya. saleh dan berkarakter. spiritualitasnya bisa Sidjabat mengingatkan bahwa Berkaca dari pendapat Sinaga, dalam pendidikan Kristen, “Kualitas hal yang perlu menjadi perhatian seorang pekerja tidak boleh hanya lagi ialah mengenai motivasi atau diukur dari segi ketangkasannya tujuan itu dalam melayani, apalagi dari segi sendiri. Pendidikan Kristen harus pengetahuan akademis semata.”49 mampu mengarahkan bahwa setiap Orang yang dipakai Allah adalah pembelajaran yang dikerjakan tidak orang boleh lepas dari suatu motivasi atau terbuka untuk dibentuk dan dipakai tujuan oleh-Nya. pendidikan untuk Kristen mempelajari kebenaran. yang sepenuh hidupnya Spiritualitas seharusnya bersifat Pada kenyataannya , pada masa dinamis, karena setiap individu kini umumnya Sekolah Teologi manusia selalu berkembang. Begitu menaruh banyak perhatian pada pula pengajaran yang bersifat doktrinal orang Kristen senantiasa bersifat atau mutu akademis. Hal tersebut dinamis, yaitu berkembang sesuai terlihat yang dengan hakikat mereka sendiri. diberikan juga pada akhir studi Daya spiritualitas akan semakin peserta didik dituntut mcenderung berkembang mengerjakan menghadapi krisis-krisis psikologis dari ujian-ujian karya akhir yang berkaitan dengan pengetahuan akademis kognitif. Walaupun dengan 48 kadar spiritualitas sementara orang Purnawan Tenibemas, “Spiritualitas di Sekolah Teologi”. Jurnal Teologi Pengarah. Juli 2010, Bandung: STT Tiranus,hlm. 3-5. 49 Sidjabat, hlm. 137. demikian tetap ada Sekolah Teologi 29 mencapai seseorang untuk memiliki suatu tujuan akhirnya (destiny of life). kehidupan yang selaras dengan Pertumbuhan spiritualitas seseorang tujuan Allahbagi dirinya dan dunia sendiri ini.50 dan sosiologis, guna merupakan hasil Pada dasarnya kehidupan hubungannya dengan Allah, dalam spiritualitas seseorang tidak boleh wadah persekutuan orang percaya. dilepaskan dari realitas kehidupan Semakin baik spiritualitas orang tersebut. aspek seseorang, semakin KESIMPULAN efektif mendukung aspek kehidupan yang lainnya. spiritualitas akan Semakin seseorang Kesimpulan tinggi pembahasan misalnya, mendorong ini dari semua adalah bahwa pendidikan adalah salah satu hal kualitas tindakannya sesuai dengan nilai- terpenting nilai spiritualitas yang diyakininya. manusia. Salah satu perannya dari Berbagai tindakan dalam kehidupan pendidikan dan aktivitas sosial, akan senantiasa profil dilandasi oleh nilai-nilai spiritualitas intelektual tinggi. Demikian juga dalam dirinyaDidalam 1 Korintus pendidikan Kristen, tidak hanya 2:14-3:3, menekan akan pola pikir berperan rohani yang dikontraskan dengan intelektual manusia memiliki pengetahuan yang tinggi duniawi menggabungkan Pentakosta yaitu dengan salib dan dalam bergantung pada tetapi dalam kehidupan adalah manusia membentuk yang dalam memiliki membentuk seseorang yang terpenting dalam adalah bagaimana mengarahkan intelektual bentuk seseorang kemenangan tersebut dipergunakan Roh bagi kemuliaan Allah atau dengan Kudus.Inilah jalan keseimbangan kata lain pendidikan kristen harus yang dapat membawa manusia ke mampu membentuk intelektualitas dalam kristen yang memiliki spiritulitas Kristus dan kehadiran kebahagiaan dan yang kesejahteraan hidup. Irish V Cully, tinggi sebagaimana yang seorang pendidik Protestan percaya bahwa 50 Iris Cully. A Practikal Theology of Spirituality. (Grand Rapids: Zondervan, 1987),p. 13 hidup dihadapan Allah menolong 30 Yesus sudah teladankan selama ia ada di dunia ini. DAFTAR PUSTAKA Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009. Berkhof, Louis. & Till, Cornelius Van. “Foundation of Christian Education”, Surabaya, Penerbit Momentum, 2007. Billy C, Dennis J. & Keating, James F. Suara Hati dan Doa Belajar Terbuka pada Kebenaran. Yogyakarta: Kanisius, 2009. Blanchard, John. How to Enjoy Your Bible. Colchester: Evangelical Press, 1984. Cully, Iris. A Practikal Theology of Spirituality. Grand Rapids: Zondervan, 1987. Dijk, John van. Christian Presence in Christian Highet Educatian. Salatiga: Bina Darma-BKPTKI. 1992. Duglas, D.J. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,Jilid Satu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992. Enns, Paul. The Moddy Hand Book Of Theology: Buku pegangan Teologi. Malang: Literatur Saat, 2004. Forester B, Duncan. et al. Encounter with God An Introduction To Christian Worship and Practice. Edinburg: T &T, 1996. Groome, Thomas. Christian Religious Educations - Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita, dit. Daniel Stefanus. Jakarta: Gunung Mulia, 2010. Hardjana, Agus M. Religiusitas, agama dan spiritualitas.Yogyakarta: Kanius, 2005. Homrighousen, E.G. & Enklaar, I.H. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Gunung Mulia, 2008.. Kunandar,Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. McGrath, Alister E. Christian Spirituality. UK: Blackwell Publishing Ltd, 2003. Nahapiet & Ghoshal, “Social Capital, Intellectual Capital, and The Organizational Advantage”. Academy of Management Review. Vol. 23. 1998, p. 245 Nainggolan, John M. Menjadi Guru Agama Kristen. Bandung: Generasi Info Media, 2007. Nainggolan, John M. Strategi pendidikan Warga Gereja. Bandung: Generasi Info Media, 2008. Pazmino, Robert W. God Our Teacher. Grand Rapids: Baker Academy, 2001. Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. Organizational Behavior. New Jersey : Pearson International Edition, 2007. 31 Sadono, Sentot. Pengembangan Kompetensi Profesional. Semarang: Program Pascasarjana STTBI, 2005. Sairin, Weinata. Identitas Dan Ciri Khas Pendidikan Kristen Di Indonesia antara konseptual dan operasional. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. Sidjabat, B. Samuel. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1996. Sire, James W. Habits of The Mind. Surabaya: Penerbit Momentum, 2007. Stott, John R.W. Memahami Isi Alkitab. Dit. Oleh Paul Hidayat. Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000. Tanujaya, Rahmiati. Jurnal Veritas 3/2, Oktober 2002. Tanya, Victor. Spiritual, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. Tenibemas, Purnawan. “Spiritualitas di Sekolah Teologi”. Jurnal Teologi Tim Penyusun Buku dan Redaksi BPK Gunung Mulia. Memperlengkapi bagi Pelayanan dan Pertumbuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Veith, Gene Edward. Dengan Segenap Akal Budi: Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. Whitney, Donald S. 10 Pilar Penopang Kehidupan Kristen. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1994. Willard, Dallas. Renovation of the Heart: Putting on the Character of Christ. Colorado Springs: Navpress, 2002. http://mpkindonesia.webs.com/visipendidikankristen.htm http://adhamaskipangeran.blogspot.com/2010/06/intelektual.html http://www.waspada.co.id/index.php?opinion=com_content&view= article&id=51002:-kontemplasi-intelektualitaskampus&catid=25:artikel&Itemid=44 http://altatra23.blokspot.com/2012/08/pentingnya keseimbangan relegiusitas intelektualitas http://id.wikipedia.org/wiki/Cendekiawan http://www.persekutuanstudireformed.org/artikel44.html 32