BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan

advertisement
27
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
a. Lokasi
Lokasi merupakan prasarana yang menunjang terlaksananya penelitian ini
dengan lancar. Maka dengan itu penulis memilih lokasi di Lab Kebugaran
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, yang penulis anggap sangat
menunjang dan juga dekat dengan tempat dimana penulis dan sampel menetap.
b. Populasi
Populasi merupakan kumpulan individu yang memiliki sifat-sifat umum. Dari
populasi dapat diambil data-data yang diperlukan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Menurut Arikunto (2010:173)
“populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Fathoni
(2005:103) mengatakan bahwa “populasi ialah keseluruhan unit elementer yang
parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan
terhadap sampel penelitian”.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka ditetapkan populasi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa UPI Bandung yang mengikuti UKM (unit Kegiatan
Mahasiswa) Dayung.
c. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber data.
Menurut Fathoni (2005:101) menyatakan bahwa: “Sampel artinya contoh terpilih
untuk dihadapi sebagai objek sasaran penelitian yang hasil atau kesimpulannya
dapat mewakili seluruh populasi sasaran representative”. Sedangkan menurut
Arikunto (2010:174) menyatakan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti”.
Dalam penelitian ini penulis mempergunakan teknik purposive sampling
dalam menentukan sampel. Menurut Arikunto (2010:183) menyatakan bahwa:
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
“sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan
atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”.
Adapun prosedur pengambilan sampelnya dilakukan dengan langsung memilih
Mahasiswa UPI yang masih aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Dayung dan mereka tergabung dalam nomor cabang rowing sebanyak 10 orang.
Untuk menentukan kelompok yang akan diberikan latihan sistem skewed pyramid
dan flat pyramid. Terlebih dahulu dilakukan tes awal, setelah diperoleh data,
kemudian dilakukan ranking untuk membagi dua kelompok dengan menggunakan
teknik mencocokkan (Matching). Dengan tujuan membentuk sampel yang lebih
homogen secara kualitas dan kuantitas. Seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Pengelompokkan Sampel Menggunakan Teknik Mencocokkan (Matching)
Kelompok A (Skewed Pyramid)
Kelompok B (Flat Pyramid)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rancangan penelitian yang diperlukan.
Desain Penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
Kelompok A
O1
P1
X1
O2
P2
Kelompok B
Keterangan:
O1
P1
X2
O2
P2
Kelompok A
Kelompok B
O1
O2
P1
P2
X1
X2
: Latihan menggunakan sistem skewed pyramid
: Latihan menggunakan sistem flat pyramid
: Tes awal kekuatan maksimal
: Tes akhir kekuatan maksimal
: Pengukuran massa otot awal
: Pengukuran massa otot akhir
: Kelompok eksperimen 1
: Kelompok eksperimen 2
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan populasi.
2. Memilih dan menetapkan sampel.
3. Mengadakan pengukuran massa otot awal.
4. Mengadakan tes awal.
5. Membagi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B.
6. Melaksanakan latihan.
7. Melakukan pengukuran akhir massa otot.
8. Melakukan tes akhir.
9. Mengolah data.
10. Melakukan pengujian hipotesis/analisis data
11. Mengambil kesimpulan.
Langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
Populasi
Menggunakan purposive sampling
Sampel
Pengukuran Awal Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds
Tes Awal 1 RM
Menggunakan matching
Menggunakan matching
Sampel A
Sampel B
Skewed Pyramid
Flat Pyramid
Pengukuran Akhir Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds
Tes Akhir1 RM
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Gambar Bagan Desain Penelitian
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
C. Metode Penelitian
Dalam proses penelitian hendaknya dibutuhkan suatu metode penelitian yang
tepat dan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Metode penelitian
harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk
kepentingan perolehan dan analisis data. Adapun metode yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen, Fathoni (2005:99) mengungkapkan
bahwa: “Eksperimen artinya percobaan. Metode eksperimen berarti metode
percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel
yang lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan”.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode
eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk
menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Cukup jelas bahwa
metode eksperimen menekankan adanya akibat dari suatu variabel. Adapun yang
dimaksud variabel dari penelitian ini yaitu terdiri dari variabel bebas (independent
variabel), yaitu bentuk latihan sistem skewed pyramid dan bentuk latihan flat
pyramid, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) yaitu peningkatan
kekuatan dan peningkatan massa otot.
D. Definisi Oprasional
Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda, sehingga bisa
menimbulkan suatu kekeliruan dan kesalahan pengertian penafsiran istilah-istilah
dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis menjelaskan istilah-istilah sebagai
berikut:
1. Latihan adalah “proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah
beban latihan atau pekerjaannya” (Harsono, 1988:101).
2. Weight training adalah “latihan-latihan yang sistematis di mana beban hanya
dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai
tujuan tertentu” (Harsono, 1998:185)
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
3. Kekuatan Maksimal adalah “mengacu kepada kemampuan untuk mengangkat
suatu beban (100%) yang hanya bisa diangkat dalam satu kali angkatan (1
RM)” (Harsono, 2001:27)
4. Dalam kamus bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, (2008) “Piramida adalah 1bangunan dari batu, berbentuk limas
tempat menyimpan mumi raja-raja Mesir dahulu; 2bentuk yang menyerupai
segitiga sama kaki dengan sudut terbentuk oleh dua kaki itu berada di atas;
limas”. Sedangkan dalam dunia olahraga sistem Piramida adalah suatu konsep
pengembangan menyeluruh untuk membantu mencapai prestasi atlet ke arah
spesialisi. (Dikdik, 2008:35) mengatakan “sistem piramida adalah bentuk
latihan yang dimulai dari intensitas rendah dengan banyak repetisi dan diakhiri
dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi”.
5. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the skewed pyramidis proposed as an
improved variant of the double pyramid. The load is constanly increased
throughout the session, except during the last set, when it is lowered (80-8590-95-80 percent)”.
6. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the flat pyramid represents the best
loading pattern for achieving maximum MxS benefits.this type of loading
pattern starts with a warm-up lift of, say, 60 percent, followed by an
intermediary set at 80 percent, then stabilizing the load at 90 percent for the
entire workout. If the instructor wishes to add variety at the end of training, a
set of lower load may be used”.
E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data
a. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis melakukan 4 tahap, yaitu:
1. Tahap pertama mengukur massa otot awal subjek penelitian sebelum
diberikan perlakuan penelitian. Adapun yang diukurnya itu adalah massa otot
dengan menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds.
2. Tahap kedua adapun kemampuan yang diukur dalam penelitian ini adalah
kekuatan maksimal dengan metode 1 RM. Pengelompokkan subjek penelitian
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
dan penentuan model latihan untuk kelompok A dan B menggunakan
purposive sampling yang memiliki tujuan agar sampel homogen dengan
merangking data hasil tes.
3. Tahap ketiga mengukur massa otot sebjek penelitian setelah diberikan
perlakuan penelitian, yaitu pengukuran anthropometric measures of girth and
skinfolds.
4. Tahap keempat mengukur kemampuan subjek penelitian setelah diberikan
perlakuan penelitian, dengan mengukur kekuatan maksimal subjek penelitian
menggunakan metode 1 RM.
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dilakuakn penulis dalam penelitian ini adalah
menggunakan eksperimen yang terdiri dari:
1. Pengukuran Awal dan Tes Awal (Pre-Test)
a. Pengukuran Awal
Sebelum
pengukuran
awal
dilaksanakan,
terlebih
dahulu
penulis
mempersiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan
pengukuran berjalan dengan lancar. Pengukuran dilaksanakan pada hari senin
tanggal 23 September 2013, pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai
sistematika pelaksanaan pengukuran awal, penulis memberikan penjelasan secara
detail terhadap subjek penelitian tentang petunjuk pelaksanaan pengukuran awal
menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds. Menurut
(Martin et al, 1990) mengenai Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds,
sebagai berikut:
Aim: to calculate body muscle mass using the simply attained girth and
skinfold measurements.
Equipment required: skinfold calipers, girth measurement tape measure,
marker pen, calculator.
Procedure: The formula for calculating muscle mass requires six
anthropometric measurements. Follow the links for detailed procedures for
recording each of these measurements. Height and girths are measured in cm,
skinfolds in mm. See the procedures for: height, mid-thigh girth, calf girth,
forearm girth, mid-thigh skinfold and calf skinfold. The girth measurements
include subcutaneous fat, which is corrected for using the skinfold measures.
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
Results: The equations to use is as follows, where: H = height, FG =
forearm girth, CG = calf girth, CCG = corrected calf girth, TG = mid-thigh
girth, CTG = corrected mid-thigh girth.
CTG = TG - π(mid-thigh skinfold/10)
CCG = CG - π(calf skinfold/10)
Muscle mass (g) = H(0.0553CTG² + 0.0987FG² + 0.0331CCG²) - 2445
Advantages: This calculation of muscle mass requires equipment that is
available in most gyms, compared to many other muscle mass assessment
techniques that require expensive and had to find equipment.
Maksud kutipan diatas adalah tujuannya untuk menghitung massa otot tubuh
menggunakan ketebalan hanya dicapai dengan pengukuran lipatan kulit. Peralatan
yang dibutuhkan: skinfold calipers, lingkar pengukuran meteran, spidol,
kalkulator dan alat tulis.
Dengan prosedurnya rumus untuk menghitung massa otot membutuhkan
enam pengukuran antropometri. Ikuti langkah-langkah untuk prosedur rinci untuk
mencatat setiap pengukuran ini. Tinggi dan girths diukur dalam cm, lipatan kulit
di mm. Lihat prosedur untuk tinggi, pertengahan paha lingkar, betis lingkar,
lengan lingkar, pertengahan paha dan betis lipatan kulit lipatan kulit. Pengukuran
ketebalan termasuk lemak subkuat, yang dikoreksi untuk menggunakan langkahlangkah ketat.
Hasil: Persamaan untuk digunakan adalah sebagai berikut, di mana: H =
tinggi, FG = lengan lingkar, CG = betis lingkar, CCG = dikoreksi betis lingkar,
TG = pertengahan paha lingkar, CTG = dikoreksi ketebalan pertengahan paha.
CTG = TG - π (pertengahan paha skinfold/10)
CCG = CG - π (betis skinfold/10)
Massa otot (g) = H (0.0553CTG ² + 0.0987FG ² + 0.0331CCG ²) – 2445
Keuntungan dari metode ini adalah perhitungan massa otot memerlukan
peralatan yang tersedia di sebagian besar gedung dan tidak mengeluarkan biaya
yang besar, dibandingkan dengan banyak teknik penilaian massa otot lain yang
memerlukan biaya mahal dan harus menemukan peralatan yang jarang dimiliki
oleh suatu organisasi.
Petunjuk pelaksanaan pengukuran massa otot tersebut adalah seperti yang
tertera pada halaman 34:
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34

Mengukur tinggi badan subjek penelitian menggunakan meteran dalam
satuan cm.

Mengukur lipatan kulit pada pertengahan lingkaran paha dan betis dengan
menggunakan skinfold calipers

Mengukur lingkaran betis, lingkaran paha dan lingkaran lengan dengan
menggunakan meteran
b. Tes Awal (Pre-Test)
Sebelum tes awal dilaksanakan, terlebih dahulu penulis mempersiapkan dan
mengecek semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan tes berjalan
dengan lancar. tes dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 September 2013, pukul
16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai sistematika pelaksanaan tes awal,
penulis memberikan penjelasan secara detail terhadap subjek penelitian tentang
petunjuk pelaksanaan tes. Kemudian sebelum tes dilakukan seluruh subjek
penelitian untuk melakuakn pemanasan.
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tes 1 RM adalah sebagai
berikut: a) alat tulis, b) alat beban (Squat dan Bench Press), c) calculator.
Adapun prediksi tes 1 RM menurut Sidik (2008:34) yang digambarkan
dengan piramida di bawah ini:
Gambar 3.2
Hubungan antara Intensitas Latihan – Jumlah Ulangan (Repetisi) Set Latihan dan
Istirahat antar Set Latihan Pada Latihan Kekuatan
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Rumus yang digunakan untuk menentukan 1RM menurut gambar 3.2 yaitu:
100
x berat beban = 1RM => 95%
berapa%(melihat jumlah rep)
100% = 100 x 1RM
95
2. Proses Latihan
Pelaksanaan eksperimen berlangsung selama 6 minggu. Dalam 1 minggu
dilakukan 3 kali latihan, sehingga jumlah latihannya sebanyak 18 kali. Lamanya
eksperimen tersebut, ditentukan atas pertimbangan jarak waktu yang memadai
untuk dapat mengukur pengaruh suatu latihan. Pelaksanaan latihan ini
berpedoman pada pendapat Harsono (1988:194) menyatakan bahwa: “weight
training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu
hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan
mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut”.
3. Pengukuran Akhir dan Tes Akhir (Post-Test)
a. Pengukuran Akhir
Setelah massa latihan berakhir, maka dilaksanakan pengukuran massa otot
akhir yang bertujuan untuk memperoleh data yang akan dibandingkan hasilnya
dengan data pengukuran awal, sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh dari
latihan yang telah diberikan. Prosedur pelaksanaan pengukuran akhir ini sama
pada prinsipnya dengan pelaksanaan pengukuran awal, pelaksanaan pengukuran
akhir dilaksanakan pada hari rabu tanggal 6 november 2013, pukul 16.00 sampai
dengan selesai.
b. Tes Akhir (Post-Test)
Pelaksanaan tes akhir dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 november
2013, pukul 16.00 sampai dengan selesai. Dimana tes akhir ini dilaksanakan
setelah masa latihan berakhir. Tujuan dari tes akhir yaitu sebagai upaya untuk
mengetahui pengaruh dari latihan yang telah diberikan. Data yang diperoleh pada
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
tes akhir ini dibandingkan hasilnya dengan tes awal. Dalam pelaksanaan tes akhir
menggunakan prosedur yang sama dengan pelaksanaan tes awal.
F. Sistematika Pelaksanaan dan Program Latihan
a. Sistematika Pelaksanaan Latihan
Dalam pelaksanaan latihan terdiri dari tiga kegiatan, antara lain:
1. Warming-up (pemanasan)
Sebelum memasuki latihan inti, subyek diintruksikan untuk melakukan
pemanasan, yaitu melakukan peregangan statis, jogging dan peregangan dinamis
yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Latihan
pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis, jogging dan dinamis.
Peregangan statis yaitu meregangkan seluruh anggota tubuh secara sistematis
yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai kaki. Sedangkan peregangan
dinamis yaitu suatu bentuk latihan yang meliputi gerakan memantul-mantulkan
anggota tubuh secara berulang-ulang. Penekanan yang diberikan pada seluruh
anggota tubuh karena untuk mempersiapkan tubuh menerima beban latihan yang
akan diberikan.
2. Latihan inti
Sebelum melasanakan latihan inti subjek diukur denyut nadinya untuk
memastikan bahwa ia siap melakukan latihan. Setelah mengetahui denyut nadi
subjek berada pada kondisi latihan yaitu denyut nadinya telah berada pada daerah
latihan, maka latihan dimulai. Mengenai pelaksanaan dapat dilihat pada program
latihan yang terdapat pada lampiran.
3. Cooling-down (penenangan)
Setelah melaksanakan latihan inti, subjek melakukan pendinginan dengan
melakukan pendinginan secara PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation)
yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Pendinginan
metode PNF, yaitu subjek melakukan gerakan pendinginan dengan dibantu oleh
orang lain saat kontraksi dan relaksasi. Cara melakukannya adalah subjek
melakukan gerakkan kontraksi isometric yang ditahan oleh orang yang membantu
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
beberapa saat ( bisa 6, 8, atau n hitungan), kjemudian dilanjutkan dengan
gerakkan reklaksasi (orang yang membantu mendorong ke arah yang berlawanan
saat kontraksi) dan ditahan beberapa saat ( bisa 8, 10, 12, 15, atau n hitungan)
tergantung kebutuhan dari peregangan yang disesuaikan dengan waktu yang
tersedia.
b. Sarana dan Prasarana Latihan
Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Sarana olahraga yang digunakan adalah alat weight training, yaitu :
1.
Bench Press
2.
Sit Up
3.
Leg Press
4.
Rowing
5.
Back Up
6.
Tricep Extension
7.
Squat
Bentuk latihan yang diukurnya adalah Bench press dan Squat. Secara rinci
bentuk latihan yang akan digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini
yaitu:
1) Bench Press
a. Bentuk Latihan
: Bench Press
b. Tujuan
: untuk mengetahui kekuatan otot
c. Otot yang terlatih : triceps brachii, pectoralis mayor, deltoideus anterior part,
serratus anterior, coracobrachialis.
Pelaksanaan
:

Subjek tidur terlentang dengan posisi kaki lurus atau di tekuk,

Tangan memegang besi dengan jarak pegangan selebar pundak, angkat bar dari
penahan, dorong kesisi siku lurus di atas dada.

Tarik nafas, pergelangan tangan lurus dan tepat di atas siku, bar
menyentuh dada
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38

Dorong bar ke atas secara terkendali, kedua siku melurus teratur dan kedua pergelangan
tangan langsung di atas siku. Keluarkan nafas.

Ulangi gerakan di atas,bila selesai, bar dibawa oleh penahan jaga
Gambar 3.2
Bench Press dalam Strength Training Anatomy (Frederic Delavier, 42)
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
2) Squat
a. Bentuk Latihan
: Squat
b. Tujuan
: untuk mengetahui kekuatan otot
c. Otot yang terlatih :Gluteus maximus ,Gluteus medius, M. Quadricepas
Femoris.
Gambar 3.3
Squat dalam Strength Training Anatomy (Frederic Delavier, 80)
Pelaksanaan

:
Overhand grip, kedua tangan sedikit lebih lebar daripada pundak; bar diletakkan di
atas pundak di dasar leher;

posisi berdiri tegak, kaki lebih lebar dari pundak.
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40

Jongkok pelan-pelan sampai bagian paha sejajar lantai (sudut lutut maks30o) tarik
nafas saat bergerak ke bawah.
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Prasarana
olahraga yang digunakan adalah Lab Kebugaran FPOK.
G. Prosedur Pengolahan Data
Data variabel yang diperoleh dari hasil pengukuran awal dan pengukuran
akhir massa otot dengan menggunakan anthropometric measures of girth and
skinfolds, serta hasil tes awal dan tes akhir melalui tes 1 RM. Merupakan data
yang diambil untuk diolah melalui analisis statistik. Sesuai dengan taraf nyata dan
hasil pengolahan data analisis melalui penghitungan statistika akan diperoleh
jawaban mengenai hipotesis yang diajukan, sehingga akan dapat menjawab
pernyataan-pernyataan yang telah diajukan dalam masalah penelitian.
Langkah-langkah pengolahan data yang peneliti tempuh disesuaikan dengan
rumus-rumus yang digunakan dalam statistika, yaitu sebagai berikut:
1. Menghitung data hasil pengukuran dan tes
2. Menghitung nilai rata-rata
dengan rumus:
Keterangan:
= nilai rata-rata yang dicari
 = jumlah dari
X = nilai data mentah
n = jumlah sampel
3. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data, dengan menggunakan
rumus:
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Keterangan:
S = simpangan baku yang dicari
 = jumlah dari
Xi = nilai data mentah
= nilai rata-rata
n = jumlah sampel
4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:
Kriteria pengujian: tolak Ho hanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari
distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 =
(n2 – 1). Kedua kelompok homogen Fhitung< Ftabel.
5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …,
Zn dengan menggunakan rumus:
(
dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok
butir tes).
b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:
d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo).
f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo
ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji
liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05).
Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis
nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari
data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam
hal lain hipotesis nol diterima”.
6. Menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan analisis varians dua
jalan dan uji lanjut.
a. Perhitungan analisis varians dua jalan

Jumlah kuadrat total (SSt)
Dengan rumus :

Jumlah kuadrat variabel A (SSc) antar kolom
Dengan rumus :

Jumlah kuadrat variabel B (SSr) antar baris
Dengan rumus :

Jumlah kuadrat antar sel (SSb)
Dengan rumus :
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43

Jumlah kuadrat interaksi A dan B (SSc x r)
Dengan rumus :
SSx c r = SSb - SSc - SSt

Jumlah kuadrat dalam (SSe)
Dengan Rumus :
SSe = SSt – SSc – SSr – SSc x r
b. Perhitungan Uji lanjut menggunakan Uji Tuckey
Dengan menggunakan rumus:
Gilang Ramadhan, 2014
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid Dan Flat Pyramid Terhadap Peningkatan
Kekuatan Maksimal Dan Massa Otot
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download