kementerian keuangan republik indonesia

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Strategi Penguatan Fiskal Daerah dan
Ruang Optimalisasi Pengelolaan Dana Perimbangan
dalam Mendorong Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Bambang P.S. Brodjonegoro
Wakil Menteri Keuangan II
Rapat Koordinasi Bank Indonesia, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah
Manado, 11 Agustus 2014
1
POKOK BAHASAN
3
1
2
3
22
3
23
3
24
UPDATE KONDISI PEREKONOMIAN DOMESTIK
ARAH KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH
DUKUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM
MENDORONG PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH
SKEMA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERBASIS
KERJA SAMA PEMERINTAH – SWASTA (KPS)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
2
1.
.
.
.
.
.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
UPDATE KONDISI PEREKONOMIAN
DOMESTIK
3
UPDATE PEREKONOMIAN DOMESTIK
Indikator
Kinerja
Nilai Tukar
•
•
•
•
Per 31 Desember 2013 : Rp12.171/USD depresiasi 19,54%(ytd)
Per 2 Januari 2014: Rp12.160 depresiasi 0,09% (ytd)
Per 04 Agustus 2014: Rp11.761 apresiasi 3,49% (ytd)
Periode 2 Jan – 04 Agustus 2014à Terkuat Rp11.293/USD -- Terlemah Rp12.240/USD
IHSG
•
•
•
•
Per 31 Desember 2013 : 4.274,18 melemah 0,98% (ytd)
Per 2 Januari 2014: 4.327,27 menguat 15,5% (ytd)
Per 04 Agustus 2014: 5.119,25 menguat 19,77% (ytd)
Periode 2 Jan –04 Agustus 2014à Tertinggi 5.119,25 – Terendah 4.175,81
Inflasi
• Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata
2012: 4,28% (SBH 2007)
• Inflasi Juli 2014 : 0,93% (mtm) , 2,94% (ytd) atau 4,53% (yoy)
Harga Minyak Mentah
Indonesia
• Per Juni 2014 ICP mencapai US$108,95 per barel
• Per Januari 2014 ICP mencapai US$105,8 per barel
• Rata-rata tahun 2013 sebesar US$105,9 per barel
• Total capital inflow 2013 sebesar Rp36,0T. Saham = net outflow 20,6T; SUN net inflow 53,3T; SBI = net inflow 3,3T.
Arus Modal Masuk
Yield SUN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
• Selama Juli 2014: Sahamàinflow Rp13,07 triliun, SUNà Inflow Rp51,31 triliun (s.d 27 Juli)
• Selama 2014 (ytd) : Saham (s.d 4 Agt ) àinflow Rp55,25 triliun; SUNà inflow Rp88,38 triliun (s.d.4 Agst)
• Di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 4 Agst 2014 adalah sebesarRp 412,03 T
•
•
•
•
Per 31 Des 2013: Yield SUN 10Yà 8,47%, Yield SUN 5Y à 8,07%.
Per 2 Jan 2014: Yield SUN 10Y à 8,57%, Yield SUN 5Y à 8,09%
Per 04 Agst 2014: Yield SUN 10Y à 8,12%, Yield SUN 5Y à 7,94%
Periode 1 Jan – 04 Agst 2014 : Yield SUN 10Yà Tertinggi 9,18% -- Terendah 7,83%
Yield SUN 5Y à Tertinggi 8,67% -- Terendah 7,56%
4
4
LANJUTAN ….
Indikator
Pertumbuhan PDB
Kinerja
• Pada Semester I-2014 PDB tumbuh sebesar 5,17% (yoy).
• Sepanjang 2013 : 5,78% (yoy). PDB nonmigas 6,3%, PDB migas -2,8%.
• Sepanjang 2012 : 6,23% (yoy). PDB nonmigas 6,8%, PDB migas -3.3%
• Realisasi PMA/PMDN Q2 2014 mencapai Rp116,2T atau naik 16,34% (yoy)
ü PMA : Rp 78,0T naik 16,9%(yoy)
ü PMDN : Rp 38,2T naik 15,4%(yoy)
• Realisasi PMA/PMDN semester I 2014 mencapai Rp222,8T atau naik 15,56% (yoy)
ü PMA : Rp 150,0T naik 13,5%(yoy)
ü PMDN : Rp 72,8T naik 20,2%(yoy)
Investasi Langsung
Perdagangan
Internasional
• Jan – Des 2013: Ekspor tumbuh -3.93% (yoy). Impor tumbuh -2,64% (yoy)
• Juni 2014 : Ekspor naik 4,45% (yoy) menjadi US$15,42 miliar, sementara impor naik 0,54%
(yoy) menjadi US$15,72 miliar. Defisit neraca perdagangan sebesar US$305,1 juta
• Semester 1 2014 : ekspor turun 2,46% (yoy) menjadi US$88,83 miliar, sementara impor
turun 4,7% (yoy) menjadi 89,98 miliar. Defisit perdagangan sebesar US$1,15 miliar.
•
Neraca Pembayaran
•
•
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Pada Q1-2014 Defisit transaksi berjalan kembali menyempit menjadi US$4.2 miliar (2.0%
PDB) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$4.3 miliar (2.1% PDB).
Surplus transaksi modal dan finansial turun menjadi US$7.8 miliar yang berasal dari
defisit investasi lainnya.
BoP Q-1 2014 masih surplus US$3.6 miliar.
5
5
.
2.
.
.
.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
.
ARAH KEBIJAKAN FISKAL
JANGKA MENENGAH :
REFORMASI FISKAL DALAM RANGKA PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
6
TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN APBN
Fiscal
space
terbatas
(22-24%)
Diefisienkan
Porsi
subsidi
yang
besar
(27,5%)
Dioptimalkan &
proporsional tiap
kuartal
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Quality
spending
Penyerapan
kurang optimal
& pola
menumpuk Q4
Diperlebar
Mandatory
spending.
Anggaran
pendidikan
20% & TKD
30%)
Tambahan
mandatory
spending
dikendalikan
7
ARAH KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH
Tema Kebijakan Fiskal
Penguatan Ketahanan dan Produktifitas APBN untuk Menjaga Kesinambungan
Fiskal dalam rangka Peningkatan Kapasitas Produksi dan Daya Saing
Perekonomian Nasional
Strategi
Produktivitas & Daya Saing
Ketahanan & Keberlanjutan
1. Fiscal buffer (SAL, Cadangan
Risiko Fiskal);
2. Flexibility (memperlebar
fiscal space, respon
kebijakan, crisis
preparedness);
3. Fiscal risks management
(Defisit, debt ratio, primary
balance, debt service ratio)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
1. Quality of spending
§ Efficiency à sinergis (minimalisir
overlapping), flat policy , pembatasan
kegiatan kurang produktif,
Meningkatkan ketepatan sasaran
(subsidi dan bansos);
§ Productivityà belanja modal
infrastruktur (MP3EI);
§ Effectivenessà penyederhanaan
mekanisme (pengadaan, revisi dan
pencairan);
2.
Pembiayaan untuk percepatan
infrastruktur (utang untuk produktif,
penjaminan infrastruktur);
3.
Insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi
strategis..
Kesejahteraan
1. Sinergisitas dan efektivitas
program pro poor (MP3KI);
2. Perimbangan keuangan pusat
dan daerah serta antar
daerah (kesenjangan
ekonomi).
8
KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA JANGKA MENENGAH
Arah Kebijakan:
Iklim
Investasi
Optimalisasi
pendapatan
Konservasi
lingkungan
§ Optimalisasi pendapatan;
§ Iklim investasi dan
keberlanjutan dunia usaha
terjaga;
§ Konservasi lingkungan terjaga.
Strategi untuk optimalisasi Pendapatan:
1. Pemberian insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi strategis untuk mendukung iklim investasi;
2. Penguatan sistem dan administrasi dalam rangka peningkatan kepatuhan setiap WP;
3. Memperluas tax base dengan Penggalian potensi sektor unggulan;
4. Menyederhanakan golongan dan struktur tarif CHT;
5. Intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan perpajakan ;
6. Penggalian WP orang pribadi;
7. Pemanfaatan data pihak ketiga sebagai pembanding dengan memanfaatkan SIN;
8. Mendorong meningkatan PNBP SDA melalui efisiensi cost recovery dan peningkatan lifting dengan tetap menjaga
konservasi lingkungan;
9. Review skema perpajakan & royalty dari penerimaan SDA;
10.Perbaikan tata kelola migas dalam rangka penguatan manfaat jangka panjang;
11.Review jenis dan tarif PNBP KL dengan tetap menjaga peningkatan kualitas pelayanan publik;
12.Mendorong peningkatan kinerja BUMN;
13.Peningkatan lifting minyak dengan mendukung pengembangan sumur baru melalui pemberian insentif fiskal ;
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
9
KEBIJAKAN BELANJA NEGARA JANGKA MENENGAH
Arah kebijakan:
Short term spending
•
Flexible spending
Long term spending
Target
Welfare
1. Mendorong
efisiensi;
2. Meningkatkan
produktifitas;
3. Meningkatkan
fleksibilitas
Strategi untuk peningkatan quality spending:
1. Short term strategy : Mengarahkan belanja untuk menjaga daya beli, kelancaran
kegiatan operasional, efisiensi birokrasi & pemeliharaan aset ;
2. Long term strategy : di fokuskan untuk meningkatan daya saing, menjaga keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi, stabilisasi perekonomian, keamanan dan politik & peningkatan
kapasitas perekonomian serta pengurangan kesenjangan & kemiskinan (MP3KI)à
pembangunan infrastruktur (MP3EI), ketahanan energi, ketahanan pangan, kualitas dan
akses pendidikan,kesehatan dan pengembangan iptek dan SDM, .
3. Penguatan fleksibilitas belanja untuk mengantisipasi ketidakpastian perekonomian melalui
penyediaan fiscal buffer (SAL, Cadangan risiko fiskal)yang memadai dan meningkatkan
fleksibilitas pengelolaan keuanggan negara à pelebaran fiscal space à efisiensi belanja
barang (flat policy), efisiensi subsidi dan bansos, .
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
10
3.
.
.
.
.
.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DUKUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
DALAM MENDORONG PERCEPATAN
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
11
3.1. Insentif Fiskal APBN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
12
INSENTIF FISKAL PERPAJAKAN
PP NOMOR 52 TAHUN 2011
Diberikan fasilitas pajak penghasilan bagi industri yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau
daerah-daerah tertentu berupa:
1. pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (selama 6 thn)
2. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat
3. pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan kepada SPLN sebesar 10%, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B yang berlaku
4. kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 thn tetapi tidak lebih dari 10 thn
PP NOMOR 94 TAHUN 2010
Fasilitas perpajakan (TAX HOLIDAY) bagi industri sumberdaya terbarukan berupa:
1. Pembebasan pajak 5 s.d 10 tahun sejak produksi komersial;
2. Pengurangan pajak sebesar 50% dari PPh terutang selama 2 thn.
Pelaksanaan PP tersebut diatur dalam PMK No.130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan.
FASILITAS PPN
PP NOMOR 31 TAHUN 2007
Impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari
pengenaan pajak pertambahan nilai.
Ø
Barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis :
§
barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk
suku cadang.
FASILITAS BEA MASUK
PMK NOMOR 76/PMK.011/2012
Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam Rangka
Penanaman Modal
PMK NOMOR 11/PMK.011/2014
Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang Dan Bahan Untuk Memproduksi Barang Dan/Atau Jasa Guna Kepentingan Umum Dan
KEMENTERIAN
KEUANGAN
RI Industri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2014 .
Peningkatan
Daya Saing
13
INSENTIF BEA KELUAR ATAS EKSPOR PRODUK MINERAL YANG
MEMBANGUN SMELTER ( PMK 153/2014)
Tarif Bea Keluar (%)
No
Tingkat Kemajuan Pembangunan
2015
2014
2016-2017
Sejak berlaku Sejak 1 Jan s/d Sejak 1 Juli s/d Sejak 1 jan 2016 Sejak 1 Juli 2016 s/d
s/d 31 Des 30 Juni
31 Des s/d 30 Juni 2016 12 Jan 2017
1 Tahap I (Tingkat kemajuan s/d 7,5%)
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
2 Tahap I (Tingkat kemajuan 7,5% s/d 30%)
5
5
5
5
5
3 Tahap I I (Tingkat kemajuan lebih dari 30%)
0
0
0
0
0
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
14
3.2 Anggaran Belanja Infrastruktur dan Program
Prioritas untuk Pengentasan Kemiskinan
Pemerintah Pusat
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
15
PERKEMBANGAN ANGGARAN INFRASTRUKTUR
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
16
PROGRAM PRIORITAS UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN
DALAM TRILIUN RUPIAH….
Pendidikan
(BOS)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
17
3.3. Penguatan Fiskal Pemerintah Daerah
18
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
18
ALUR PENGELUARAN DANA APBN KE DAERAH
Pemerintah Pusat
PENDAPATAN
Pemerintah Daerah
Mendanai kewenangan
6 Urusan
Melalui
Anggaran K/L
Mendanai kewenangan
di luar 6 Urusan
Belanja
Pemerintah
Pusat
Melalui
Anggaran Non K/L
APBN
BELANJA
Dana Vertikal di Daerah
Dana Dekon
Dana Tgs Pembantuan
PNPM, Jamkesmas
Subsidi dan Bantuan
APBD
Hibah
Transfer
ke
Daerah
PEMBIAYAAN
Cat: 6 urusan pusat meliputi: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal, dan agama.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
• Dana Perimbangan
• Dana Otsus dan
Penyesuaian
Pinjaman
19
BESARAN DANA APBN YANG TELAH DISERAHKAN KE DAERAH
MELALUI TRANSFER KE DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
700
Triliun Rupiah
600
500
400
300
200
100
0
2001
DAU
DAK
Komponen
PAD
DAU
DAK
DBH
Dana Otsus dan DIY
Dana Penyesuaian
Total Transfer ke Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
2004
DBH
2009
Dana Otsus dan DIY
2001
15,2
60,3
20,7
81,1
2004
32,3
82,1
2,8
37,9
1,6
5,2
129,7
2013
2014
Dana Penyesuaian
2009
67,6
186
24,7
76,1
9,5
11,8
308,5
2013
140,3
311
31,7
103
13,4
70,4
529,3
PAD
2014
180,1
341
33
117,7
16,7
87,9
596,5
Selisih
‘14 – ‘01
164,9
280,7
33,0
97,0
16,7
87,9
515,4
20
RINGKASAN APBD KONSOLIDASI NASIONAL
TAHUN 2013 - 2014
Uraian
Pendapatan
PAD
Dana Perimbangan
Lain-lain Pend. Daerah yang Sah
Belanja
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan jasa
Belanja Modal
Belanja Lain-lain
Surplus/defisit
Pembiayaan Netto
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA TA sebelumnya
Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Daerah
Pembayaran Pokok Utang
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
2013
2014
Rp Miliar % Total Rp Miliar % Total
653.512 100,0% 759.476 116,2%
140.328
21,5% 180.347 27,6%
433.213
66,3% 482.221 73,8%
79.971
12,2%
96.908 14,8%
707.890 100,0% 817.674 115,5%
296.818
41,9% 326.737 46,2%
148.171
20,9% 182.523 25,8%
175.808
24,8% 213.670 30,2%
87.093
12,3%
94.745 13,4%
(54.378)
54.814
66.819
61.373
2.864
12.005
1.065
8.002
1.971
91,8%
4,7%
8,9%
66,7%
16,4%
(58198)
59.197
74.617
70.687 94,7%
2.192
3,1%
15.420
0,1%
583
4,9%
12.137 101,1%
2.297 19,1%
21
TANTANGAN DALAM PERJALANAN
KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL
Yang Akan
Datang
2005-sekarang
Revisi UU 33/2004
20012004
UU 33/2004
UU 25/1999
Jumlah Pemda:
367 Daerah
Transfer: Rp81 T
PAD: Rp15 T
Volume APBD:
Rp100 T
Jumlah Daerah (2014) : 539
Daerah
Transfer (2014): Rp596 T
PAD (2014): Rp180 T
Volume APBD (2014):
Rp759 T
Jumlah Daerah : 548 dan
terus bertambah
Transfer/PAD/Vol APBD
terus meningkat
ü Demand on good
governance
ü Demand on
improvement in the
quality of spending
Kompleksitas dan tantangan yg terus meningkat memerlukan perbaikan terus menerus pada aspek
“elemen desfis” maupun “management”
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
22
TANTANGAN SAAT INI:
1. POTENSI PAD YANG KURANG MERATA
Rasio Pajak terhadap PDRB per Wilayah
%
Sumber: APBD 2013 (Diolah), *) Tidak termasuk DKI Jakarta
• Secara rata-rata rasio pajak per wilayah sebesar 1,57%. Rasio pajak di
wilayah Sulawesi merupakan yang paling tinggi dibandingkan 4 wilayah
lainnya, yaitu sebesar 1,92% dan rasio pajak yang terendah terdapat di
wilayah Nusa Tenggara Maluku Papua yaitu sebesar 1,13%.
• Hal ini menunjukkan belum meratanya kemampuan pemerintah daerah dalam
menggali potensi PAD-nya.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
23
TANTANGAN SAAT INI:
2. STRUKTUR BELANJA APBD YANG KURANG OPTIMAL
Trend Belanja Daerah
50.00%
45.00%
46.52%
46.25%
44.12%
43.46%
41.94%
40.00%
35.00%
27.60%
30.00%
25.00%
22.53%
19.21%
19.17%
20.00%
15.00%
9.78%
10.00%
11.74%
22.92%
21.04%
24.83%
23.22%
20.65%
20.93%
12.30%
12.01%
9.78%
5.00%
0.00%
2009
Jenis Belanja Daerah
(dalam miliar rupiah)
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Belanja Lain-Lain
Total
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
180,439
198,562
229,081
79,600
82,007
114,598
§ Proporsi terbesar
belanja daerah adalah
39.5%
belanja pegawai,
dengan proporsi diatas
40% (untuk provinsi di
26.1%
22.3%
kisaran 20% dan untuk
Kab/Kota di kisaran
12.1%
50%) namun
kecenderungannya
menurun.
2014
2013
2014
261,153
296,540
322,627
104,221
122,225
148,012
181,929
96,179
113,523
137,438
175,578
212,676
40,594
50,110
48,449
71,071
86,953
98,675
415,232
426,857
495,274
591,887
707,083
815,907
§ Proporsi belanja modal
relatif kecil, meskipun
mengalami peningkatan
di tahun 2012, 2013
dan 2014.
24
TANTANGAN SAAT INI:
3. PENYERAPAN BELANJA APBD RELATIF LAMBAT
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
Belanja Modal
20.00
0.00
tw1
Tot Belanja
B. Pegawai
B. Barang&Jasa
B. Modal
B. Lainnya
Total Belanja
• Penyerapan Belanja
Modal di Tw I-III
sangat rendah,
namun melonjak
tinggi di akhir
November-Desember.
• Ada beberapa belanja
yang termasuk
tw2
tw3
tw4
belanja lainnya yang
B. Pegawai
B.Lainnya
B. Barang jasa
B. Modal
tidak dianggarkan di
APBD murni,
(Tahun 2013 Dalam %)
sehingga mempunyai
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4*
10.61
28.92
55.33
99.00 reliasasi diatas 100%.
16.13
6.78
1.69
16.29
* Triwulan IV
menggunakan
data tahun 2012
KEMENTERIAN
KEUANGAN
RI
38.27
26.68
11.88
35.25
66.12
49.53
31.10
77.35
99.97
98.60
94.91
107.09
25
TANTANGAN SAAT INI:
4. BESARAN DANA PEMDA DI PERBANKAN
§ Bulan Desember merupakan titik terendah
besaran simpanan pemda di Bank umum
dan BPR, sehingga besaran teresebut
menunjukkan dana benar-benar tidak
tergunakan pada tahun berkenaan
§ Desember tahun 2013 posisi Dana Idle
adalah Rp 94,31 T lebih rendah dari tahun
2012 sebesar Rp 99,24 T, dimana salah
satu penyebabnya adalah transfer
pemerintah pusat yang lebih rendah dari
alokasi awal.
• Bentuk dana pemda di Perbankan
terdiri dari simpanan berjangka, Giro
dan Tabungan.
• Giro lebih banyak digunakan untuk
transaksi sehari-hari Pemda (bagian
terbesar dana Pemda di Bank)
193,0
206.4
169,6
99,9
100,7
127,8
117,0
102,5
• Besaran dana dalam bentuk
simpanan berjangka mengalami tren
yg meningkat secara signifikan
Data update: Mei 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
26
STRATEGI PENGUATAN FISKAL DAERAH
• Perbaikan formulasi kebijakan di bidang pendapatan daerah melalui pengembangan
pajak dan retribusi daerah yang harmonis dengan pajak pusat agar menjadi signifikan
untuk dijadikan andalan pendapatan daerah.
• Perbaikan formulasi kebijakan di bidang belanja daerah:
• meningkatkan kualitas belanja daerah, antara lain melalui penyusunan
pedoman pengelolaan dana transfer dan percepatan penyampaian informasi
alokasi Dana Transfer.
• menerapkan sanksi terhadap K/L dan Daerah yang mendanai kegiatan yang
bukan urusannya.
• mengembangkan keleluasaan belanja daerah yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik dasar.
• Perbaikan formulasi kebijakan di bidang pembiayaan daerah antara lain dengan
membuka terobosan untuk pembiayaan melalui Regional Infrastructure Development
Fund (RIDF), penerbitan Obligasi Daerah, dan pengembangan instrumen pembiayaan
daerah lainnya seperti: pinjaman antar daerah, pinjaman lunak, penerusan pinjaman,
Public Private Partnership (PPP), Viability Gap Funding (VGF) dan SUN/SUKUK-based
on regional project
• Revisi UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
27
ARAH PERBAIKAN KEBIJAKAN MELALUI
REVISI UU NOMOR 33/2004
Ø Pengendalian pemekaran daerah
o Pengalokasian Dana Perimbangan kepada daerah otonom baru, dilakukan pada tahun
kedua.
Ø Pengendalian belanja daerah dan perbaikan pengelolaan keuangan
o Kontrol terhadap dana idle daerah, terutama pembatasan terhadap simpanan Pemda di
Bank dalam bentuk simpanan berjangka., agar daerah lebih fokus pada belanja untuk
peningkatan public service delivery, dan mengurangi fokus pada investasi financial;
Ø Surveillance serta reward and pubishment:
o surveillance dilakukan secara berkala, sebagai salah satu alat untuk memberikan reward
and punishment kepada daerah yang didasarkan pada kinerja keuangannya.
Ø Reformulasi Sumber Pendanaan APBD
o Menghapus alokasi dasar (belanja pegawai daerah) formula DAU, sehingga formula
DAU hanya didasarkan pada Fiscal Gap, yaitu selisih antara Fiscal Needs dan Fiscal
Capacity daerah.
o Reformulasi DAK agar lebih fokus pada pencapaian SPM di sektor kesehatan,
pendidikan dan infrastruktur ke-PU-an (jalan, jembatan, air minum dan irigasi).
o Penerapan kerangka pendanaan jangka menengah pada DAK untuk mengurangi
komplikasi penyusunan APBD sebagai akibat sempitnya jarak waktu antara penetapan
DAK dengan tenggat waktu penetapan APBD.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
28
3.4. Optimalisasi Pemanfaatan APBD
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
29
OVERVIEW PEREKONOMIAN DAERAH KTI:
PDRB
Proporsi Perekonomian Per Wilayah 2009 - 2012
58.58
60.0
57.62
2009
50.0
Persen
PDRB daerah-daerah
di kawasan timur
Indonesia
menyumbang
sekitar 18,72%
(2009) à 18,61%
(2014), dari total
PDRB seluruh
daerah.
2010
2011
2012
40.0
30.0
Kawasan Timur Indonesia
23.77
22.69
20.0
9.21
10.0
2.76
9.30
2.51
4.74
4.46
2.29
2.06
Sumatera
Jawa
Bali dan Nusa
Tenggara
Sumber: BPS, diolah
Persen
18.0
Kalimantan
Sulawesi
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012
Maluku dan
Papua
15.85
Kawasan Timur Indonesia
16.0
14.0
12.0
10.41
9.26
10.0
8.21
8.0
6.0
5.21
7.44
6.22 6.35
6.60 6.48 6.53 6.21 6.15 6.34
6.01 5.72
5.32
7.86 7.74
7.27
5.84
6.68
7.81
6.65
5.73
6.66
5.43
6.23
3.98
3.55
4.0
8.37
9.00
1.08
2.0
0.0
PAPUA BARAT
PAPUA
MALUT
MALUKU
SULTRA
SULBAR
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
Nasional
SULUT
-1.13
NTT
NTB
BALI
KALTIM
KALSEL
Pertumbuhan Ekonomi
KALTENG
KALBAR
JATIM
DIY
JATENG
BANTEN
JABAR
DKI
LAMPUNG
BENGKULU
BABEL
SUMSEL
JAMBI
KEPRI
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
RIAU
SUMBAR
SUMUT
NAD
-2.0
30
OVERVIEW PEREKONOMIAN DAERAH KTI:
IPM
Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi Tahun 2012
80.0
Kawasan Timur Indonesia
78.33
76.90
76.20
75.1374.70
76.0
76.75
75.46
73.99
73.93
73.78
72.45
73.78
72.51
76.95
76.71
73.36
73.11
71.49
72.0
73.29
73.49
72.83
72.70
72.42
72.14
71.31
70.7371.05
69.98
71.08
70.31
70.22
68.28
68.0
66.89
65.86
64.0
PAPUA BARAT
PAPUA
MALUT
MALUKU
SULTRA
SULBAR
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
NTT
NTB
BALI
KALTIM
KALSEL
KALTENG
KALBAR
JATIM
IPM
DIY
JATENG
BANTEN
JABAR
DKI
LAMPUNG
BENGKULU
BABEL
SUMSEL
JAMBI
KEPRI
RIAU
SUMBAR
SUMUT
NAD
Sumber: BPS, diolah
Nasional
• Sebagian besar daerah di kawasan timur Indonesia memiliki IPM di bawah angka
IPM nasional.
• Peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar sangat
diperlukan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di kawasan timur Indonesia.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
31
OVERVIEW PEREKONOMIAN DAERAH KTI:
PENGANGGURAN & KEMISKINAN
Pengangguran Terbuka per Wilayah 2009 - 2013
5.7
6.00
4.8
Juta Jiwa
5.00
4.00
Kawasan Timur Indonesia
3.00
2.00
1.8
1.5
0.4
1.00
0.2
0.4
0.3
0.5
0.4
0.2
0.2
Sumatera
Jawa
Sumber: BPS, diolah
Bali dan Nusa
Tenggara
2010
2009
Kalimantan
2011
Sulawesi
2012
Maluku dan Papua
2013
Penduduk Miskin per Wilayah 2010 - 2014
20.0
17.3
15.5
Juta Jiwa
15.0
10.0
6.7
Kawasan Timur Indonesia
6.1
5.0
2.2
2.0
1.0
1.0
2.3
2.2
1.5
1.6
Sumatera
Jawa
2010
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Bali dan Nusa
Tenggara
2011
Kalimantan
2012
2013
Sulawesi
Maluku dan Papua
2014
32
PENDAPATAN APBD PEMDA DI KTI*
• Pendapatan pemda-pemda di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terus meningkat,
dari Rp164,6 triliun (2010) à Rp270,3 triliun (2014).
• Kontribusi PAD dalam APBD di daerah KTI masih relatif rendah à 11,1% (2010)
dan 14,2% (2014).
• Masih terbuka potensi besar untuk meningkatkan PAD.
* pemda di KTI meliputi pemda-pemda di Pulau Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
33
BELANJA APBD PEMDA DI KTI*
Ø Belanja pemda-pemda di Kawasan Timur Indonesia terus meningkat, dari Rp160,8
triliun (2010) à Rp294,4 triliun (2014).
Ø Belanja pegawai PNSD masih dominan dalam APBD Pemerintah Daerah Kawasan Timur
Indonesia tahun 2010 – 2014 à 40,23% (2010) dan 36,31% (2014).
Ø Pemda perlu terus meningkatkan kualitas belanja APBD diantaranya melalui alokasi
belanja modal infrastruktur yang lebih besar, serta mengurangi alokasi belanja pegawai
dan belanja yang tidak prioritas.
* pemda di kawasan timur Indonesia meliputi pemda-pemda di Pulau Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, dan Papua.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
34
4.
.
.
.
.
.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
SKEMA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR BERBASIS KERJA
SAMA PEMERINTAH – SWASTA (KPS)
35
TANTANGAN DALAM PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
DI INDONESIA
(PERSPEKTIF LEMBAGA2 KEUANGAN)
Tantangan :
n Asset liability mismatch – kebutuhan dana jangka panjang vs periode waktu
pinjaman
n Diperlukan sumber daya dengan skala besar dalam satu proyek yang padat
modal
n Risiko yang tinggi dalam kerjasama penyediaan infrastruktur
n Efektivitas penegakan kontrak (Contract Enforcement)
Risiko-Risiko:
n Political risk & Implementation risks
n Risiko Kegagalan Pembayaran Pinjaman
n Risiko Suku Bunga
n Risiko Nilai Tukar dan Fluktuasinya
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
36
Peran Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur
} Pihak Swasta dapat berperan dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia melalui
skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha/Public Private Partnership (PPP)
} Pengalaman Internasional:
1. PPP adalah pola pengadaan proyek infrastruktur yang didasarkan pada kontrak
tertulis antara Pemerintah sebagai pemilik proyek Kerjasama dengan pihak
sponsor/investor dari swasta yang berdasarkan pada:
§ Skema pembagian risiko dan return yang fair;
§ Spesifikasi layanan infrastruktur yang dibutuhkan.
2. Ciri-ciri dari proyek-proyek PPP internasional:
§ Nilai investasi yang besar/sangat besar;
§ Punya dampak nasional;
§ Transformatif (hanya pemerintah yang baik yang bisa menyediakan
layanan infrastruktur).
} Dasar Hukum Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha di Indonesia:
Perpres 67/2005 j.o. Perpres 13/2010 jo. Perpres 56/2011: Proyek Kerjasama
adalah Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama
atau pemberian Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dengan Badan Usaha.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
37
Peran Kementerian Keuangan dalam
Proyek KPS
Bappenas
BKPM
Kementerian Keuangan
Fasilitasi Pelaksanaan Proyek KPS
• Kebijakan- kebijakan
perencanaan KPS;
• Penetapan PPP Book
PIP
PT PII
PT SMI
Dana talangan
Dukungan
Pemerintah
Penjaminan Risiko
Infrastruktur
Pelaksanaan
Penyiapan
Proyek
• Promosi dan
Investor
Relationship
• Clearing house
Agent
Peran Kementerian Keuangan:
1. Memfasilitasi pelaksanaan Proyek KPS terkait dukungan dan jaminan pemerintah melalui
kegiatan:
§ Penyediaan Dana Talangan Dukungan Pemerintah melalui Pusat Investasi Pemerintah
§ Penjaminan Risiko Infrastruktur melalui PT Penjaminan Infastruktur Indonesia
(Persero)
§ Pelaksanaan Penyiapan Proyek KPS melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
2. Mengoordinasi keseluruhan instrumen penjaminan dan pembiayaan infrastruktur dengan
skema KPS yang dilaksanakan oleh BKF Kementerian Keuangan
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
38
PENGATURAN TERKAIT KPS
•
Penetapan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2011 yang merupakan revisi kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 67/ Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
– Pemerintah dapat memberikan Dukungan dan Jaminan Pemerintah.
– Dukungan Pemerintah harus dicantumkan dalam dokumen pelelangan umum.
– Jaminan Pemerintah diberikan dengan memerhatikan prinsip pengelolaan dan
pengendalian risiko keuangan dalam APBN.
Dukungan Pemerintah:
Jaminan Pemerintah :
§ Karakteristik Proyek KPS layak secara ekonomi namun
memiliki kelayakan finansial yang marjinal
§ Political risks dalam proyek yang tidak
bisa dikendalikan oleh swasta
§ Dukungan diberikan untuk meningkatkan kelayakan
finansial proyek
§ Kekhawatiran swasta dalam
bertransaksi dengan
kementerian/lembaga sebagai
pemilik/penanggung jawab proyek
§ Dukungan dapat diberikan dalam bentuk perizinan,
pengadaan tanah, dukungan sebagian konstruksi, insentif
perpajakan dan/atau kontribusi fiskal dalam bentuk
finansial sesuai aturan
§ Menteri Keuangan dapat menyetujui pemberian Dukungan
Pemerintah dalam bentuk insentif perpajakan dan/atau
kontribusi fiskal dalam bentuk finansial berdasarkan usulan
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
(sovereign risk).
Jaminan dalam bentuk kompensasi
finansial diberikan Pemerintah melalui
Menteri Keuangan dan diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 78/2010
39
TERIMA KASIH
40
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Perkembangan perekonomian global 2014 diperkirakan akan tumbuh
lebih baik dibandingkan 2013, namun masih terdapat Downside Risk…
WEO-IMF
GDP
Trade Vol.
2013
World
US
Europe
Tiongkok
India
ASEAN-5
Indonesia
3,0
1,9
-0,5
7,7
4,4
5,2
5,8
Oct'13
3,6
2,6
1,0
7,3
5,1
5,4
5,5
World
3,0
4,9
2014
Jan'14
3,7
2,8
1,0
7,5
5,4
5,1
n.a
Apr'14
3,6
2,8
1,2
7,5
5,4
4,9
5,4
4,5
4,3
Oct'13
4,0
3,3
1,3
7,0
6,3
5,5
6,0
Apr'14
3,9
3,0
1,5
7,3
6,4
5,4
5,8
5,4
5,2
5,3
Ket: update IMF per Juni 2014, perkiraan pertumbuhan AS 2014 sebesar 2,0%,
sementara perkiraan pertumbuhan Eropa 2014 direvisi menjadi 1%.
2012
World
Memo item: World (2010 PPP weights)
High income
Euro Area
Japan
United States
Developing countries
China
Indonesia
India
6,7
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
2,5
3,2
1,5
-0,6
1,4
2,8
4,8
7,7
6,3
4,5
2013e
Jan-14 Jun-14
2,4
2,4
2,9
3,1
1,3
1,3
-0,4
-0,4
1,7
1,5
1,8
1,9
4,8
4,8
7,7
7,7
5,6
5,8
4,8
4,7
Consensus forecast June 2014
2015
Jan'14
3,9
3,0
1,4
7,3
6,4
5,6
n.a
Source: WEO-IMF
2014f
Jan-14 Jun-14
3,2
2,8
3,7
3,4
2,2
1,9
1,1
1,1
1,4
1,3
2,8
2,1
5,3
4,8
7,7
7,6
5,3
5,3
6,2
5,5
41
2015f
Jan-14 Jun-14
3,4
3,4
3,9
4,0
2,4
2,4
1,4
1,8
1,2
1,3
2,9
3,0
5,5
5,4
7,5
7,5
5,5
5,6
6,6
6,3
41
OUTLOOK ASUMSI MAKRO 2014
2012
realisasi
Pertumbuhan Ekonomi
6.3
%, yoy
Inflasi %, yoy
%, ytd
Nilai Tukar
2013
realisasi
5.8
2014
APBN
APBN-P OUTLOOK
2015
6.0
5.5
5.5
5.5 - 6.0
4.3
8.4
5.5
5.3
5.3
3.0 - 5.0
9384
10452
10500
11600
11700
11500 - 12100
3.2
4.5
5.5
6.0
6.0
6.0 - 6.5
• Rata-rata nilai tukar
diperkirakan akan mencapai
kisaran Rp11700/USD
112.7
105.7
105
105
105
95 - 110
ü pola musiman di akhir tahun
Rupiah per
dolar AS, rata
rata
Suku Bunga SPN 3
Bulan
(% rata rata)
ICP
(USD per
barel)
Lifting
Minyak Mentah
(ribu barel
per hari)
Gas
• Masih terdapat potensi
pertumbuhan <5,5%.
Menunggu release PDB Q2
2014
860
1260
825
1215
870
1240
818
1224
804*
1224
830 - 900
1235 - 1260
• Inflasi masih bergerak pada
perkiraan sebelumnya
• Lifting minyak diperkirakan
hanya sanggup mencapai 804
ribu barel/hari.
ü SKK Migas : Rapat Interdep 8 Juli
2014
(rb brl.
setara
minyak/hari)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
42
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN JANGKA MENENGAH
Defisit terkendali dalam batas aman
Produktifitas
Risiko
Debt Ratio turun dan mengarahkan kegiatan produktif
Strategi efisiensi Pembiayaan
Arah Kebijakan:
1. Fokus kegiatan
produktif
2. Dikelola secara
prudent
3. Penguatan daya
tahan
(resilience)
1. Kebijakan defisit untuk menstimulasi perekonomian dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal;
2. Pengendalian penambahan utang : pertumbuhan stock utang disesuaikan dengan proyeksi
pertumbuhan ekonomi untuk meminimalisir risiko;
3. Mempertimbangkan kemampuan membayar (solvabilitas) dan kemampuan menyerap;
4. Mengarahkan agar pemanfaatan utang benar –benar untuk kegiatan produktif ;
5. Diarahkan agar memberi manfaat optimal bagi perekonomian domestik;
6. Secara bertahap menurunkan stock utang (penurunan debt ratio, net negative flow)
7. Bersumber dari pembiayaan yg cost of borrowing-nya relatif murah dan berisiko rendah;
8. Dapat mengoptimalkan peran pembiayaan sebagai instrumen untuk percepatan infrastruktur,
peningkatan kinerja BUMN ;
9. Menjaga ketersediaan fiscal buffer yang memadai untuk memperkuat daya tahan dengan
mempertimbangkan aspek efisiensi alokasi
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
43
INSENTIF FISKAL UNTUK ENERGI TERBARUKAN
Eksplorasi
Konstruksi
Operasi
1
Fasilitas Bea Masuk
✔
✔
✔
2
Fasilitas PPh
✔
✔
✔
3
Fasilitas PPN
✔
✔
✔
4
Pendanaan Eksplorasi untuk PLTP
Melalui Fasilitas Dana Geothermal (FDG)
✔
--
--
5
Jaminan Pemerintah
a. Fast-Track Program II (FTP II) :
Off-take Guarantee (Surat Jaminan
Kelayakan Usaha PLN )
--
--
✔
b. Proyek KPS (melalui PT PII)
--
✔
✔
Dasar Hukum:
• 1,2, dan 3 : PMK 21 tahun 2010;
•4
: PMK 03 tahun 2012;
• 5.a.
: PMK 139 tahun 2011;
• 5.b.
: Perpres 78 tahun 2010 dan PMK 260 tahun 2010.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
44
BEBERAPA BIDANG USAHA YANG MENDAPAT INSENTIF PPH
SESUAI PP 52 TAHUN 2011
No.
Bidang Usaha
Cakupan Produk
1
Industri Kapal dan Perahu
2
Industri Pengolahan dan
Semua jenis ikan (pisces) kecuali hiu
Pengawetan Ikan dan Biota
Air (Bukan Udang) dalam
Kaleng
Persyaratan
Kegiatan pembuatan dan perakitan macam-macam kapal dan Investasi > Rp. 50 M, Tng Kerja > 100
perahu komersil
orang, Kapal diatas 500 DWT
Ikan kaleng dan cooked loin (tuna atau cakalang kaleng)
Kapasitas produksi minimal 30
ton/ha
3
Jasa Reparasi Kapal, Perahu Jasa reparasi dan perawatan kapal, perahu, kapal pesiar,kapal Investasi > Rp. 50 M Tenaga Kerja >
dan Bangunan Terapung
atau perahu untuk keperluan rekreasi dan olahraga dan
300 orang Kapal diatas 50.000 DWT
sejenisnya. Termasuk usaha jasa reparasi dan perawatan dan
modifikasi bangunan lepas pantai.
4
Industri Kimia Dasar
Organik yang Bersumber
dari Hasil Pertanian
Industri oleokimia (fatty acids, fatty esters, fatty alcohol, fatty Investasi ≥ Rp. 300 M Tng kerja ≥ 100
nitrogen compound, glycerine, methyl ester dan/atau
orang Industri yang terintegrasi
turunannya)
dalam satu wilayah dengan industri
yang berbahan
baku CPO, CPKO, dan minyak nabati
lainnya
Industri Bioenergi (Industri Biodiesel, Biooil, dan Bioetanol
Anhidrat)
Industri Biolube
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
45
DISTRIBUSI REALISASI TRANSFER KE DAERAH PER KAPITA
Rp Juta/Kapita
16.00
Distribusi Realisasi TKD Per Kapita
Menurut Provinsi Tahun 2013
14.00
12.00
13.95
KTI
10.00
8.00
6.00
4.86
4.00
2.06
2.00
-
7.66
6.0
6.0
5.0
4.14
4.0
3.0
2.0
2.23
1.9
1.19
0.8
1.0
KTI
2011
2012
2.1
1.5
2010
3.01
3.0
2.71
PAPUA BARAT
Distribusi Realisasi TKD Per Kapita
Menurut PulauTahun 2013
PAPUA
Rata-Rata/Kapita
MALUT
MALUKU
SULTRA
SULBAR
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
NTT
NTB
7.0
BALI
Juta Rp
8.0
KALTIM
KALSEL
KALTENG
KALBAR
JATIM
DIY
JATENG
BANTEN
JABAR
DKI
LAMPUNG
BENGKULU
BABEL
SUMSEL
JAMBI
KEPRI
RIAU
SUMBAR
SUMUT
NAD
TKD/Kapita Se-Provinsi
2013
0.0
Sumatera
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Jawa
Bali dan
Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku dan Papua
46
PENGUATAN FISKAL DAERAH :
PAJAK & RETRIBUSI DAERAH
Closed – List Pajak Daerah
PROVINSI
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2.
3.
4.
5.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan
Pajak Rokok
KABUPATEN/KOTA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Parkir
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
PBB Perdesaan & Perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Closed -list system :
• Daerah tidak boleh memungut pajak daerah selain yang ditetapkan dalam UU 28/2009.
• Daerah tidak boleh memungut retribusi daerah selain yang tercantum dalam UU dan PP.
• Sistem closed list diberlakukan untuk menghindari banyaknya jenis pungutan pajak daerah
yang dapat mendistorsi perekonomian daerah.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
47
KARAKTERISTIK INFRASTRUKTUR
• Merupakan proyek padat
modal (capital-intensive)
dengan jangka waktu
pengembalian yang panjang
(10 - 30 tahun);
• Diperlukan investasi terusmenerus pada aset tetap
untuk menjaga kinerja
pelayanannya;
• Struktur permodalan
sebagian besar berasal dari
porsi pinjaman (debt);
• Investasi awal bagi
pembangunan proyek
sangat besar (high front-end
capital outlays).
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Infrastruktur
rusak
Tingkat
Pelayanan
Rendah
Investasi
Rendah
Lingkaran
Keseimbangan
Di Tingkat Dasar
Tingkat
Pemeliharaan
Pengembalian
Rendah
Rendah
Kapasitas
Rendah
48
JENIS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
• Pengadaan oleh Pemerintah
v Sumber pembiayaan utama untuk infrastruktur publik;
v Dilakukan oleh Kementerian Teknis;
v Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk infrastruktur Pemerintah Daerah.
• Penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Mulik Daerah (BUMD)
v Penugasan kepada PT PLN untuk Percepatan Pembangunan
Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan batubara dan energi
terbarukan (Proyek 10.000 MW Tahap I dan II).
• Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) / Public Private
Partnership (PPP)
v Untuk menggeser paradigma pembangunan infrastruktur dari
"pasokan bangunan fisik" menjadi "penyediaan layanan
infrastruktur“.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
49
FASILITAS-FASILITAS PENDUKUNG PROYEK KPS
1. Dana Tanah (Land Fund)
Dialokasikan untuk membantu investor dalam pembiayaan pengadaan tanah
di muka dan mengatasi masalah ketidakpastian harga tanah
2. Dana Infrastruktur (Infrastructure Fund)
Bertujuan untuk membantu investor memperoleh pembiayaan domestik baik
dalam bentuk pinjaman maupun penyertaan modal
3. Dana Penjaminan (Guarantee Fund)
Untuk memberikan penjaminan atas risiko-risiko infrastruktur yang dihadapi
dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
Fasilitas-fasilitas pendukung dimaksud telah berdiri dan beroperasi
secara penuh untuk mendukung percepatan pembangunan
infrastruktur.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
50
LAND FUND
q Land Capping
Ø Dukungan atas kenaikan harga tanah pada 28 proyek jalan tol
Ø Dukungan Pemerintah dalam bentuk land capping dialokasikan sebesar
Rp4,89 triliun sejak TA 2008 sampai dengan TA 2013
q Land Revolving Fund
Ø Pertama, Pemerintah akan membiayai pengadaan tanah kemudian
pemenang lelang akan membayar kembali kepada Pemerintah
Ø Didanai dari APBN (sekitar Rp2,3 triliun)
Ø Tambahan pendanaan dari APBN 2011 (Rp3,85 trilliun) dan APBN 2012
(Rp900 miliar)
q Land Acquisition Fund
Ø Untuk mendukung pengadaan tanah untuk beberapa Proyek KPS yang
unviable.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
51
PROJECT DEVELOPMENT SERVICES (PDF)
• Pemerintah telah mendirikan Infrastructure Fund dalam
bentuk BUMN, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT
SMI) dan PT Indonesia Infrastructure Finance (PT IIF).
• Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
No.126/KMK.01/2011 tanggal 2 Mei 2011, PT SMI ditugasi
untuk memberikan fasilitasi penyiapan dua proyek KPS
showcases, yaitu Kereta Api Bandara Soekarni HattaManggarai dan SPAM Umbulan.
• Dalam penugasan tersebut, PT SMI wajib untuk memenuhi
aktivitas berikut:
– Memberikan konsultasi kepada Penangggung Jawab Proyek
Kerjasama;
– Menyiapkan pre-feasibility study;
– Kegiatan Market Sounding;
– Menyiapkan dokumen lelang;
– Memberikan asistensi selama proses lelang; dan
– Memberikan dukungan sampai dengan tercapainya financial close.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
52
FASILITAS DANA GEOTHERMAL (FDG)
• Dimaksudkan untuk mendanai eksplorasi panas bumi (geothermal).
Pengertian
Tujuan
Eligibility
Besaran
• Meningkatkan kontribusi sumberdaya energi terbarukan, khususnya energi panas
bumi.
• Membuat proyek panas bumi menjadi financially viable dan bankable dengan
memberikan data eksplorasi yang diverifikasi oleh institusi internasional yang
bereputasi.
• Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kecukupan data pada WKP Panas Bumi
sebelum pelelangan.
• Pengembang panas bumi untuk melakukan eksplorasi .
• Rp 3 Trilliun (kumulatif di tahun 2013), direncanakan akan ditambahkan setiap
tahun.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
53
JAMINAN PEMERINTAH
• Jaminan Pemerintah diberikan oleh Menteri Keuangan melalui PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII).
• PT PII sebagai “single window” dalam pemberian jaminan.
• PT PII didirikan untuk memenuhi tujuan berikut:
– Untuk memberikan jaminan atas political risk pada proyek
infrastruktur dengan skema KPS
– Untuk meningkatkan creditworthiness dan kualitas proyek
infrastruktur dengan skema KPS melalui pemberian jaminan
yang kredible atas political risk
– Untuk meningkatkan governance dan transparansi pemberian
jaminan
– Untuk melindungi Pemerintah dari kewajiban kontijensi atas
pemberian jaminan (ring-fencing eksposur kewajiban kontijensi
terhadap APBN)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
54
Alokasi APBN untuk Dukungan dan
Jaminan Pemerintah pada Pembangunan Infrastruktur
Alokasi APBN untuk Dukungan dan Jaminan Pemerintah pada Pembangunan Infrastruktur,
2008-2013 (Rp miliar)
2008
Keterangan
2010
APBNP
APBN
-
1.000,0
2.000,0 1.000,0
-
-
-
-
-
-
-
323,1
APBN
Land Capping
2009
APBNP
2011
APBN
2012
APBN-P
APBN
2013
APBNP
APBN
APBN-P
APBN
1.200,0
1.000,0
890,2
610,0
500,0
500,0
500,0
-
-
2.300,0
-
3.850,0
900.0
900,0
-
-
-
-
1.126,5
1.126,5
876,5
876,5
1 .126,5
1.000,0 1.000,0
1.000,0
1.000,0
889,0
889,0
623,3
623,3
611,2
50,0
50,0
147,0
15,0
10,0
10,0
35,0
Non debt Financing
Land Revolving Fund
Fasilitas Dana
Geothermal (FDG)
Kewajiban
Penjaminan
Pemerintah untuk
Fast Track Project
Phase I
Kewajiban
Penjaminan
Pemerintah untuk
Percepatan
Penyediaan Air
Minum
Kewajiban
Penjaminan
Pemerintah pada
Central Java Power
Plant
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
-
-
-
-
59,8
55
Moving Forward
q
q
q
Viability Gap Fund (Dukungan Kelayakan Proyek Kerjasama)
Ø Definisi: Dukungan Pemerintah berupa kontribusi fiskal dalam bentuk tunai atas sebagian
Biaya Pembangunan Proyek yang dilaksanakan melalui skema KPS.
Ø Tujuan: meningkatkan kelayakan finansial Proyek KPS.
Ø Untuk APBN 2013 telah dialokasikan dana VGF sebesar Rp.341 miliar untuk proyek
infrastruktur air minum Umbulan dan Lampung.
Project Development Facility (PDF) / Fasilitas Penyiapan Proyek
Fasilitas ini dimaksudkan untuk:
Ø menghasilkan kemasan proyek yang menarik minat investor
Ø mewujudkan proses pengadaan badan usaha yang kompetitif, transparan dan akuntabel
Ø Alokasi dana PDF dari tahun 2011 s.d 2013 masing-masing sebesar Rp. 132,65 miliar,
Rp.397,36 miliar dan Rp.211,7 miliar
Peningkatan Kapasitas Penjaminan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII), melalui:
Ø Peningkatan permodalan PT PII yang hingga saat ini telah memiliki Penyertaan Modal
Pemerintah sebesar Rp. 4,5 triliun; dan
Ø Kerjasama PT PII dengan lembaga keuangan multilateral atau pihak lain yang memiliki
maksud dan tujuan sejenis.
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
56
PETA SMELTER TEMBAGA DAN POTENSI KAWASAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI TEMBAGA
PT. Nusantara Smelting
Corporation
PT. Batutua Tembaga
Raya
PT. Indosmelt
PT. Freeport
Indonesia
PT. Newmont Nusa
Tenggara
PT. Indovasi
PT. Smelting
Gresik
Mining
Processing & Refining
Potensi lokasi kawasan industri
Downstream Industry
On Progress
investment
Diolah dari berbagai sumber
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PETA SMELTER NIKEL DAN POTENSI KAWASAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI NIKEL
PT. Wedabay
Nickel
PT. Feni Haltim
PT. Antam
PT. Vale Indonesia
PT. Sulawesi Mining
Investment
PT. Ibrish Mining
PT. Putra Dermawan Pratama
PT. Bintang Fajar
Sejahtera
PT. Multi Baja Industri
Lokasi kawasan industri yang sedang
dikembangkan
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Mining
Processing &
Refining
Downstream
Industry
On Progress
investment
Diolah dari berbagai sumber
Download