KARAKTER FISIOLOGIS DAN ANATOMIS BATANG TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 HASIL INDUKSI MEDAN MAGNET YANG DIINFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Skripsi) Oleh Nungki Nuari Dewi FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK KARAKTER FISIOLOGIS DAN ANATOMIS BATANG TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 HASIL INDUKSI MEDAN MAGNET YANG DIINFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici Oleh Nungki Nuari Dewi Buah tomat mengandung nutrisi tinggi yang bermanfaat bagi tubuh manusia sebagai sumber protein, gula, histamin, zat besi (Fe), potassium, mineral, vitamin A, B1, B2, B6, B9, E, dan vitamin C, sehingga banyak dibudidayakan di Indonesia. Proses pembudidayaan tanaman tomat cenderung mengalami banyak kendala, salah satunya adalah serangan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) yang dapat menyebabkan tanaman layu hingga kematian apabila tingkat infeksi tinggi. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan perbaikan kualitas benih dan penggunaan benih yang tahan terhadap serangan patogen jamur. Salah satunya dengan pemaparan medan magnet pada benih. Medan magnet diduga mampu meningkatkan perkecambahan, aktivitas enzim, diameter sel parenkim, dan kandungan vitamin C. Tujuan penelitian ini untuk melihat ketahanan tanaman tomat F1 berdasarkan diameter sel parenkim, ketebalan lignin pada pembuluh xilem, aktivitas peroksidase, dan kandungan vitamin C. Penelitian disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah benih F1 yang diperoleh dari tanaman tomat yang benihnya diinduksi medan magnet 0,2 mT dan diinfeksi Fusarium oxysporum (Fox). Faktor kedua adalah penginfeksian Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol). Berdasarkan analisis ragam dan uji Fisher α=5% menunjukkan diameter sel parenkim tertinggi pada perlakuan infeksi Fol 143,98 µm; ketebalan lignin tidak berbeda nyata, tetapi pada perlakuan infeksi Fol relatif lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa infeksi sebesar 10,719 µm; aktivitas enzim peroksidase tertinggi pada perlakuan interaksi benih dan infeksi Fol (BxF), yaitu M0F60A sebesar 1,2340 U/mg/min; dan kandungan vitamin C tertinggi pada perlakuan interaksi benih dan infeksi Fol (BxF), yaitu M15F0B sebesar 0,8140 gr/mg. Kata kunci: Lycopersicum esculentum Mill., Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, medan magnet, karakter fisiologis, karakter anatomis KARAKTER FISIOLOGIS DAN ANATOMIS BATANG TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 HASIL INDUKSI MEDAN MAGNET YANG DIINFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici Oleh Nungki Nuari Dewi Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 RIWAYAT HIDUP Nungki Nuari Dewi, putri pertama dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak Sujoko dan Ibu Lisah yang lahir di Purwodadi Dalam pada 20 Juli 1996. Penulis mengawali pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Purwodadi Dalam pada tahun 2001 – 2007. Penulis melanjutkan penidikannya di Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Sari pada tahun 2007 – 2010 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tanjung Bintang pada tahun 2010 – 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten praktikum Embriologi Tumbuhan, Biologi Umum, Genetika, dan Fisiologi Tumbuhan. Penulis juga menjadi anggota Bidang Ekspedisi di HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi) FMIPA UNILA. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kampung Warga Makmur Jaya, Banjar Agung, Tulang Bawang selama 60 hari. Pada tahun yang sama, penulis juga melaksaakan Kerja Praktik di Great Giant Pineapple Company selama 40 hari dengan judul “EFEKTIVITAS KADAR AIR TERHADAP RESPIRASI MIKROORGANISME PADA KOMPOS PROSES H – 15 DI COMPOST PLANT PT. GREAT GIANT PINEAPPLE”. PERSEMBAHAN Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan, kesabaran dan keikhlasan untukku dalam menyelesaikan skripsi ini. Kupersembahkan karya kecilku ini kepada: Ayahandaku tercinta Sujoko dan Ibundaku tersayang Lisah yang tidak pernah berhenti mendukungku dan selalu mendoakan di setiap sujudnya untuk keberhasilanku. Adindaku tersayang Novear Anjali yang selalu menebarkan kebahagiaan sebagai penyemagat di setiap langkah menyelesaikan studiku. Kamu _________ satu nama yang selalu aku semogakan, terimakasih atas semua doa dan waktunya. Bapak dan Ibu dosen dan terutama pembimbingku yang senantiasa sabar memberikan bimbingan dan ilmunya dengan ikhlas hingga penulis menyelesaikan tulisan ini. Sahabat – sahabatku yang selalu mendukung dan menemaniku saat suka maupun duka. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung MOTTO Jika kamu tidak suka dengan hidupmu sekarang, perbaikilah. Ubah hidup dan duniamu sendiri, berusaha hingga peluhmu tak dapat mengalir lagi. Iringi semua perjalanan dan usahamu dengan doa. Karena kamu diciptakan sebagai manusia berakal dan bukan sebatang pohon yang hanya diam menunggu nasibnya (Penulis) Words build bridges into unexplored regions (Adolf hitler) Bermimpilah seakan kau akan hidup selamanya. Hiduplah seakan kau akan mati hari ini.(James Dean) Keberanian terbesarmu adalah rasa takutmu, maka lawanlah tuk dapatkan! (Penulis) “Man Jadda Wa Jadda” Barang siapa yang bersungguh - sungguh akan mendapatkannya Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia maka haruslah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah dengan ilmu” (HR. ibn Asakir) SANWACANA Bismillahirrohmanirrohim.... Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Hidayah serta Ridho yang telah dilimpahkan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “KARAKTER FISIOLOGIS DAN ANATOMIS BATANG TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 HASIL INDUKSI MEDAN MAGNET YANG DIINFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici” Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dengan teriring salam dan doa penulis mengucapkan rasa terimakasih banyak kepada: 1. Ayahanda (Sujoko) dan Ibundaku (Lisah), adikku (Novear Anjali) tercinta yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, kesabaran, dukungan dan semangat kepada penulis untuk menggapai cita – cita. Semoga selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang. 2. Ibu Rochmah Agustrina, Ph. D. selaku pembimbing 1 sekaligus pembimbing akademik yang telah bersabar memberi arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. 3. Dr. Bambang Irawan, M. Sc. selaku pembimbing 2 yang telah bersabar memberi saran, membagi ilmu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M. Si. selaku pembahas yang telah memberikan kritik dan koreksi kepada penulis. 5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M. Sc. selaku ketua jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 6. Bapak. Prof. Warsito, S.Si, DEA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung 7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila, terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama masa studi. Karyawan dan staff serta laboran di Jurusan Biologi yang telah membantu dalam penelitian hingga terselesaikan skripsi ini. 8. Lukman Hakim atas doa, semangat, dan solusi kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi. 9. Teman – teman team penelitian, Ade, Mas Aji, Teh Nasyia, dan Siti terimakasih atas motivasi dan kebersamaannya dalam melaksanakan penelitian. 10. Sahabat lelah, partner bisnis dan juga teman curhat yang menjadi keluarga. Sarah Niati terimakasih atas kebersamaan dan keceriaannya. 11. Dewi Setyawati, Muna Sari, Siti Nurhayati, Neria Vicha Ekstiani, Ayu selvyany, Sally Khoirunisa (CACAHABAT), Ade Safitri, Dea Putri Andeska, Lina Linda Wati, dan Winda Jayanti yang tidak pernah bosan bersama sampai semester ini. x 12. Sahabat-sahabat Biologi angkatan 2013 kelas b: Iffa, Silvia, Siska, Okta, Yaya, Icil, Dame, Yopi, Aini, Nunur, mas Verry, Imeh, Carina, Eva, Teta, Venny, Vozza, Sari, Upy, Anis, Benny, Nyoman, Sabti, mb Retno, Fhora, Ellia, Sita dan seluruh keluarga besar kelas a. 13. Seluruh keluarga besar HIMBIO, khususnya bidang Ekspedisi yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran yang sanga5t bermanfaat. 14. Teman – teman KWI 2014, KKN Warga Makmur Jaya kecamatan Banjar Agung, Tulang Bawang (Adam, bang Yakub, Ria, Ulfah, mbak Wulan dan Intan) serta satu, dan teman – teman kerja praktik (Widya, Dicky, Tartila, dan Iif). 15. Mantan penghuni Wisma Aditya: Windara Insan Mayora, Siti Nur Rohmah, Keke, Laili, Dian, mb S. Nur Asia, dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 16. Almamater tercinta, Universitas Lampung. Semoga Allah SWT membalas dengan sebaik-baik balasan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi penulis berharap skripsi ini mampu memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Bandar Lampung, 21 Agustus 2017 Penulis Nungki Nuari Dewi xi DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN ............................................................................................. i ABSTRAK ......................................................................................................... ii HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii MOTTO ............................................................................................................. viii SANWACANA .................................................................................................. ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang ...................................................................................... Tujuan Penelitian .................................................................................. Manfaat Penelitian ................................................................................ Kerangka Pikir ...................................................................................... Hipotesis Penelitian .............................................................................. 1 3 4 4 5 II. TINJAUAN PUSTKA ................................................................................ 6 2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) .............................. 6 2.2 2.3 2.4 2.5 2.1.1 Biologi Tanaman Tomat ........................................................... 2.1.2 Budidaya Tanaman Tomat ........................................................ 2.1.3 Tanaman Tomat F1 ................................................................... Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) ......................................... 2.2.1 Biologi Fol ................................................................................ 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fol ............. 2.2.3 Layu Fusarium pada Tanaman Tomat ...................................... Medan Magnet ...................................................................................... 2.3.1 Pengaruh Medan Magnet terhadap Pertumbuhan Tanaman ..... Vitamin C (Asam Askorbat) ................................................................. Enzim Peroksidase ................................................................................ 6 9 10 11 12 14 14 16 18 20 22 III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 25 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 3.2.1 Alat – Alat Penelitian ................................................................ 3.2.2 Bahan – Bahan Penelitian ......................................................... 3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................ 3.4 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 3.4.1 Peremajaan Isolat Jamur Fol ..................................................... 3.4.2 Penanaman Tanaman Tomat ..................................................... 3.4.3 Pemeliharaan Tanaman Tomat .................................................. 3.4.4 Analisis Parameter .................................................................... 3.5 Analisis Data ......................................................................................... 25 25 25 26 27 27 28 31 35 36 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 39 4.1 4.2 4.3 4.4 Diameter Sel Parenkim ......................................................................... Ketebalan Lignin ................................................................................... Aktivitas Enzim Peroksidase ................................................................ Kandungan Vitamin C .......................................................................... 39 42 44 47 V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 51 5.1 Simpulan ............................................................................................... 51 5.2 Saran ..................................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52 LAMPIRAN ....................................................................................................... 59 xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Pengaruh perlakuan interaksi benih dan infeksi Fol (BxF) terhadap aktivitas enzim peroksidase tanaman tomat F1 ..................................... 45 Tabel 2. Pengaruh perlakuan benih (B) (a); infeksi Fol (F) (b); dan interaksi benih dan infeksi Fol (BxF) (c) terhadap kandungan vitamin C tanaman tomat F1 .................................................................................. 47 Tabel 3. Unit percobaan yang digunakan dalam penelitian ................................ 59 Tabel 4. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan benih (B), infeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) (F), dan interaksi antara perlakuan benih dan infeksi Fol (BxF) terhadap diameter sel parenkim batang tanaman tomat F1 .................................................................................. 59 Tabel 5. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan benih (B), infeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) (F), dan interaksi antara perlakuan benih dan infeksi Fol (BxF) terhadap ketebalan lignin pembuluh xilem tanaman tomat F1 ........................................................................ 60 Tabel 6. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan benih (B), infeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) (F), dan interaksi antara perlakuan benih dan infeksi Fol (BxF) terhadap aktivitas enzim peroksidase tanaman tomat F1 ................................................................................. 60 Tabel 7. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan benih (B), infeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) (F), dan interaksi antara perlakuan benih dan infeksi Fol (BxF) terhadap kandungan vitamin C tomat F1 ............................................................................... 60 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tanaman tomat .................................................................................. 6 Gambar 2 Isolat Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici ..................................... 12 Gambar 3. (a) Gejala serang Fol; (b) Jaringan pembuluh yang mati .................. 15 Gambar 4. Arah garis medan magnet .................................................................. 17 Gambar 5. Kaidah tangan kanan ......................................................................... 17 Gambar 6. Struktur asam askorbat (vitamin C) .................................................. 21 Gambar 7. Bagan alir penelitian .......................................................................... 28 Gambar 8. Isolat murni Fol (a) dan isolat Fol yang telah diremajakan (b) ......... 30 Gambar 9. Kerapatan spora Fol pada pengenceran 10-2 ..................................... 31 Gambar 10. Perendaman benih dengan akuades dan suspensi Fol ..................... 31 Gambar 11. Perkecambahan biji dengan media kapas dan kertas germinasi ...... 32 Gambar 12. Penyemaian benih dalam plastik ukuran 5x8 cm ............................ 33 Gambar 13. Penanaman benih dalam polybag .................................................... 33 Gambar 14. Tata letak sampel polybag di lahan ................................................. 34 Gambar 15. Rata – rata diameter sel parenkim batang tanaman tomat F1 akibat pengaruh infeksi Fol (F) ....................................................... 40 Gambar 16. Perbandingan diameter sel parenkim tanaman tomat F1 yang tidak diinfeksi (A) dan yang diinfeksi (B) F. oxysporum f.sp lycopersici perbesaran 100x ............................................................................... 40 Gambar 17. Rata – rata tebal lignin pembuluh xilem akibat perlakuan infeksi F. oxysporum f.sp. lycopersici (F) ................................................... 42 Gambar 18. Perbandingan tebal lignin pembuluh xilem yang tidak diinfeksi (A) dan yang diinfeksi (B) F. oxysporum f.sp. lycopersici perbesaran 200x................................................................................ 44 Gambar 19. Rata – rata aktivitas enzim peroksidase akibat perlakuan interaksi benih dan infeksi F. oxysporum f.sp. lycopersici (BxF) ................. 45 Gambar 20. Rata –rata kandungan vitamin C akibat pengaruh benih (B) (a); infeksi Fol (F) (b); dan interaksi benih dan infeksi Fol (BxF) ........ 48 Gambar 21. Biji tomat yang digunakan dalam penelitian ................................... 61 Gambar 22. Isolat Fol berumur 14 hari yang digunakan .................................... 61 Gambar 23. Alat dan bahan analisis diameter sel parenkim dan tebal lignin ..... 61 Gambar 24. Pembuatan sayatan melintang batang tomat dan pengamatan ........ 62 Gambar 25. Preparat melintang dan hasil pengamatan perbesaran 100x (a) diameter sel parenkim dan (b) tebal lignin pembuluh xilem ........... 62 Gambar 26. Penggerusan daun tomat dan penyaringan ekstrak untuk analisis enzim peroksidase ........................................................................... 62 Gambar 27. Penambahan pirogaol dan H2O2 (a) dan sentrifuge larutan (b) ....... 63 Gambar 28. Ekstrak daun tomat yang sudah ditambah pirogaol dan H2O2 (a) dan ekstrak yang siap dianalisis aktivitas eszim peroksidase (b) .... 63 Gambar 29. Titrasi dan hasil titrasi ..................................................................... 63 xvi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman tomat merupakan tanaman asli Benua Amerika yaitu dari daerah sekitar Meksiko sampai Peru. Tomat menyebar ke seluruh wilayah tropik Amerika sebagai gulma melalui kotoran burung pemakan biji. Penyebaran di Indonesia sendiri dibawa oleh orang Belanda (Pracaya, 2012). Tomat merupakan jenis sayuran yang banyak digunakan pada masakan atau dikonsumsi sebagai buah. Buah tomat mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh manusia (Rugayah et al., 2004), sehingga tomat menjadi tanaman komoditas penting dan bernilai ekonomi tinggi. Namun produksi tomat di Indonesia relatif rendah. Data Statistik Departement Pertanian tahun 2011 menunjukkan bahwa produksi tomat baru mencapai 642.020 ton per tahun sedangkan permintaan pasar mencapai 1.230.000 ton per tahun (Sutini, 2011). Salah satu masalah yang menyebabkan rendahnya produksi tomat adalah infeksi jamur patogen, antara lain Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol). Fol menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui tanah dan masuk ke dalam jaringan tanaman tomat melalui akar atau pangkal batang tanaman. Fol akan membentuk polipeptida likomarasmin yang menghambat permeabilitas 2 membran plasma pada jaringan tanaman yang dapat mengganggu proses penyerapan air dan unsur hara (Pitojo, 2005), sehingga menurunkan daya tumbuh dan produksi tanaman tomat. Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan di sekitarnya termasuk medan magnet. Medan magnet diketahui dapat memberikan efek pada metabolisme tanaman (Cakmak et al., 2010). Reitz et al. (1994) menyatakan bahwa semua benda di bumi dipengaruhi oleh medan magnet termasuk unsur-unsur yang menyusun jaringan tumbuhan. Begitu pula pergerakannya dalam tumbuhan (De Souza et al., 1999). Bilalis et al. (2013), membuktikan bahwa medan magnet dapat meningkatkan muatan negatif sel tumbuhan, sehingga menginduksi akar lebih mudah menyerap ion bermuatan positif, seperti K, P, N, Ca, dan Mg. Unsur tersebut berperan dalam sintesis protein, pembentuk struktur sel, aktivator enzim, dan penyusun klorofil sehingga tanaman dapat tumbuh lebih tinggi. Morejon et al. (2007) menyatakan bahwa medan magnet mampu merubah sifat fisika dan kimia air. Perubahan sifat air menyebabkan air menjadi lebih mudah diserap oleh sel – sel biji. Peningkatan air dalam biji memacu aktivitas enzim-enzim perkecambahan seperti enzim α – amilase sehingga metabolisme germinasi dalam biji menjadi lebih cepat (Anggraini, 2012 ; Rohma et al., 2013). Akibatnya terjadi peningkatan perkecambahan. Penelitian Pertiwi (2011) membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik dapat meningkatkan produktivitas pada tanaman tomat. Serta 3 penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2013) menunjukkan diameter sel parenkim yang lebih baik dari kontrol. Pada penelitian sebelumnya diuji pengaruh infeksi Fusarium oxysporum (Fox) terhadap benih tomat yang sebelumnya dipapar medan magnet. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan kandungan vitamin C (Listiana, 2016 dan Nastiti, 2017). Tanaman yang tahan terhadap infeksi mikroorganise akan menunjukkan adanya peningkatan aktivitas enzim peroksidase, sedangkan pada tanaman yang rentan infeksi akan menunjukkan penurunan aktivitas enzim peroksidase (Agrios, 1996). Enzim peroksidase juga berperan sebagai katalisator dalam proses pembentukan lignin (Bouizgarne et al., 2006). Dengan adanya lignin maka dinding sel tumbuhan menjadi lebih tebal sehingga sulit dipenetrasi patogen (Hopkins et al., 2001). Berdasarkan ulasan di atas maka dilakukan penelitian lanjutan mengenai karakter fisiologis dan anatomis batang tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 hasil induksi medan magnet yang diinfeksi F. oxysporum f.sp. lycopersici (Fol). Penelitian ini dilakukan untuk megetahui apakah ketahanan tanaman tomat F1 (Filial pertama) masih menunjukkan respon yang baik. 1.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan tanaman tomat F1 hasil induksi nmedan magnet dan Fox yang diinfeksi kembali dengan Fol berdasarkan: 4 1. diameter sel parenkim 2. ketebalan lignin 3. aktivitas enzim peroksidase, dan 4. kandungan vitamin C 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada petani tomat tentang cara mendapatkan benih yang tahan terhadap serangan jamur Fol. Secara ilmiah hasil penelitian ini juga dapat memberikan konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pertanian dan budidaya tanaman. 1.4 Kerangka Pikir Penelitian Tomat merupakan tanaman hortikultura dan bernilai ekonomi tinggi. Selain itu tomat juga memiliki banyak manfaat, diantaranya: sebagai bumbu, buah dan sayuran yang dapat di konsumsi secara langsung. Tomat mengandung banyak zat penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu permintaan buah tomat selalu tinggi, sehingga banyak dibudidayakan di Indonesia. Salah satu masalah yang dihadapi dalam budidaya tanaman tomat adalah serangan jamur patogen Fol. Jamur ini menyebabkan penyakit layu fusarium yang menyerang tomat melalui akar atau pangkal batang, menyebabkan daun tanaman layu hingga kematian apabila tingkat infeksi tinggi. 5 Solusi terhadap permasalahan budidaya tomat adalah dengan pemakaian benih yang tahan serangan jamur patogen, dengan memanfaatkan medan magnet. Hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih tomat yang diinfeksi Fox meningkatkan kandungan vitamin C dan aktivitas enzim peroksidase. Tanaman yang tahan terhadap infeksi mikroorganise menunjukkan adanya peningkatan aktivitas enzim peroksidase, sebaliknya pada tanaman yang rentan infeksi menunjukkan penurunan aktivitas enzim peroksidase. Enzim peroksidase juga berperan sebagai katalisator dalam proses pembentukan lignin. Lignin membuat dinding sel menjadi lebih tebal, sehingga sulit dipenetrasi patogen. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian mengenai “karakter fisiologis dan anatomis batang tanaman tomat (L. esculentum Mill.) F1 hasil induksi medan magnet yang diinfeksi F. oxysporum f.sp. lycopersici”. 1.5 Hipotesis Penelitian Dari kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah tanaman tomat F1 hasil induksi medan magnet dan Fox yang diinfeksi kembali dengan Fol memiliki daya tahan yang baik, ditunjukkan dengan karakter fisiologis dan anatomis yang memiliki: 1. Diameter sel parenkim lebih besar dari benih tanaman yang tidak diinfeksi 2. Lignin yang tebal dari benih tanaman yang tidak diinfeksi 3. Aktivitas enzim peroksidase yang tinggi dari benih tanaman yang tidak diinfeksi 4. Kandungan vitamin C yang tinggi dari benih tanaman yang tidak diinfeksi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Tanaman tomat berasal dari Amerika yaitu dari daerah sekitar Meksiko sampai Peru. Kata tomat berasal dari Bahasa Aztek, dari suku indian yaitu xitomate atau xitotomate. pada awalnya tanaman tomat menyebar sebagai gulma di seluruh wilayah tropik Amerika melalui kotoran burung pemakan biji. Penyebaran tanaman tomat ke Eropa dan Asia dibawa oleh orang Spanyol. Di Indonesia sendiri tanaman tomat menyebar setelah kedatangan orang Belanda. Saat ini tanaman tomat sudah tersebar di wilayah tropik dan subtropik (Pracaya, 2012). 2.1.1 Biologi Tanaman Tomat Gambar 1. Tanaman tomat (Dokumentasi Pribadi) 7 Klasifikasi tanaman tomat menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Tubiflorae Suku : Solanaceae Marga : Lycopersicum Jenis : Lycopersicum esculentum Mill. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim atau annual yang dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (Pitojo, 2005). Sebagai perdu, tinggi tanaman tomat dapat mencapai 0,5 – 2,0 meter. Tanaman tomat memiliki sistem perakaran tunggang yang menembus ke dalam tanah dan memiliki akar serabut yang tumbuh dangkal ke arah samping (Tugiyono, 2005). Batang tanaman tomat muda berbentuk bulat dengan tekstur lunak. Setelah tua cenderung membentuk sudut dengan tekstur keras berkayu. Batang berwarna hijau dan terdapat bulu – bulu halus (Wiryanta, 2004) diantaranya membentuk rambut kelenjar. Batang tomat juga beruas – ruas. Pada ruas batang bagian atas terjadi penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar – akar pendek (Tugiyono, 2005). Daun tanaman tomat berwarna hijau, berbentuk oval dengan panjang sekitar 20 – 30 cm dan lebar 10 – 20 cm (Wiryanta, 2004) serta panjang tangkai 8 sekitar 3 – 6 cm. Tepi daun bergerigi membentuk celah – celah menyirip serta sedikit melengkung ke dalam. Daun tanaman tomat merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah 5 – 7 buah dan tumbuh berselang – seling. Pada celah daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1 – 2 daun – daun kecil (Tugiyono, 2005). Bunga tanaman tomat termasuk bunga sempurna, benang sari dan putik terdapat pada bunga yang sama. Sehingga mampu melakukan penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga. Bunga tanaman tomat memiliki diameter ± 2 cm, tersusun dalam satu rangkaian dengan jumlah 5 sampai 10 kuntum bunga. Setiap kuntum terdiri dari 5 helai kelopak berwarna hijau yang terdapat di pangkal bunga dan 5 helai mahkota berwarna kuning. Bunga tomat muncul menggantung pada ujung batang tanaman yang masih muda (Tugiyono, 2005). Bentuk buah tomat bervariasi tergantung pada jenisnya, ada buah yang berbentuk bulat, sedikit bulat, lonjong, oval, dan bulat persegi. Warna buah tomat hijau muda lalu berubah menjadi kuning kemerahan apabila sudah masak. Biji terlindungi daging buah, memiliki bentuk seperti ginjal, pipih, berbulu, dan berwarna coklat. Ukuran biji kecil dengan lebar 2 – 4 mm dan panjang 3 – 5 mm (Pracaya, 2012). Buah tomat memiliki rasa getir dan bau yang tidak enak ketika masih muda karna kandungan zat lycopersicin. Bau yang dimiliki buah tomat muda perlahan akan hilang apabila buah sudah mencapai kemasakannya. Rasa buah tomat perlahan akan berubah menjadi manis keasamaan (Tugiyono, 9 2005). Sebagai salah satu komoditas pertanian yang penting buah tomat juga memiliki kandungan zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia antara lain vitamin C untuk kekebalan tubuh dan mengobatai berbagai penyakit seperti sariawan. Vitamin A untuk mengobati xeropthalmia pada mata. Sebagai sumber mineral, dan zat besi (Fe) yang berperan dalam pembentukan sel darah merah atau hemoglobin (Tugiyono, 2005). 2.1.2 Budidaya Tanaman Tomat Pertumbuhan tanaman tomat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembapan udara, air, unsur hara dan kemasaman tanah (pH) (Subhan et al, 2009). Tanaman tomat membutuhkan sinar matahari penuh sepanjang hari untuk pembentukan klorofil, vitamin C dan karoten (provitamin A), tetapi sinar matahari terik tidak disukainya. Angin kering dan udara panas kurang baik bagi pertumbuhan tanaman tomat karena menyebabkan kerontokan bunga. Suhu ideal untuk perkecembahan benih tomat adalah 25 – 30oC. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat 24 – 28oC pada siang hari dan sekitar 15 – 20°C pada malam hari (Wiryanta, 2004) Kelembapan udara 95% mampu merangsang pertumbuhan tanaman tomat muda. Curah hujan bukan faktor pembatas utama dalam pertumbuhan tanaman tomat apabila kebutuhan air dapat tercukupi dari irigrasi (Pitojo, 2005). Saragih (2010) menyatakan bahwa pada fase vegetatif tanaman tomat memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, sedangkan pada fase 10 generatif tanaman tomat membutuhkah curah hujan yang rendah. Curah hujan ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750 – 1.250 mm per tahun (Pitojo, 2005). Tanaman tomat mampu tumbuh pada hampir semua jenis tanah, baik tanah berpasir hingga tanah pasir gembur yang memiliki kandungan hara tinggi atau tanah humus (Tugiyono, 2005). Sifat kimia tanah seperti kemasaman tanah (pH) juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat. Umumnya tanaman tomat tumbuh optimal pada kondisi asam, yaitu kisaran pH 5 – 6. pH tanah, selain mempengaruhi pertumbuhan dapat juga mempengaruhi kegiatan mikroorganisme tanah. Terutama dalam proses penguraian bahan organik dan ketersedian zat – zat hara yang mampu diserap oleh tanaman tomat, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat (Tugiyono, 2005). 2.1.3 Tanaman Tomat F1 Tanaman tomat mampu melakukan penyerbukan silang maupun sendiri. Perkawinan atau persilangan dua varietas galur murni ini disebut hibridisasi. Induk galur murni disebut sebagai generasi P (Parental generation). Sedangkan keturunan yang bersifat hibrid disebut generasi filial pertama (F1). Kata filial berasal dari Bahasa Latin yang berarti putra. Secara alami hibrid F1 menyerbuk sendiri menghasilkan generasi F2 (Campbell et al., 2010). 11 Perbanyakan pada tanaman tomat adalah melalui biji. Dengan demikian salah satu pendukung keberhasilan produksi tomat adalah dari benih yang digunakan (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Pada penelitian yang akan dilakukan, benih yang akan digunakan adalah benih dari generasi filial pertama (F1) tanaman tomat yang berasal dari benih parental (P) yang diberi perlakuan medan magnet 0,2 mT dan diinfeksi F. oxysporum selama 0’ dan 60’. Perlakuan medan magnet pada benih tomat menunjukkan bahwa energi medan magnet dengan kuat energi dan cara perlakuan yang tepat dapat meningkatkan vigor dan produksi tanaman tomat generasi (El – Yaziedl et al., 2011 dan De Souza et al., 2005). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nastiti (2017) dan Listiana (2016), menunjukkan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih tomat dapat mempertahankan daya tumbuh dan produksinya meskipun benih tomat diinfeksi F. oxysporum. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, meskipun F. oxysporum dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi tomat. Adanya perlakuan medan magnet 0,2 mT menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan produksi tanaman tomat tersebut tidak berbeda nyata dengan kontrol, bahkan pada beberapa perlakuan masih lebih tinggi dari kontrol. 2.2 Fusarium oxysporum F.oxysporum adalah jamur patogen dengan kisaran inang sangat luas. F. oxysporum masuk ke dalam genus Fusarium merupakan jamur patogenik yang menyebabkan penyakit layu pada berbagai tanaman dan sangat penting 12 secara ekonomi. Banyak spesies fusarium berada di dalam tanah dalam bentuk klamidospora atau sebagai hifa pada sisa tanaman dan bahan organik lain (Saragih dan Silalahi, 2006). 2.2.1 Biologi Fusarium oxysporum Klasifikasi fusarium menurut Semangun (2001) adalah sebagai berikut: Kerajaan: Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Sordariomycetes Bangsa : Hypocreales Suku : Netriaceae Marga : Fusarium Jenis : Fusarium oxysporum Gambar 2. Fusarium oxysporum (Juniawan, 2015) F. oxysporum tumbuh dengan cepat pada suhu 25oC, dalam kondisi tersebut koloni F. oxysporum mencapai diameter 4,5 – 6,5 cm. F. oxysporum 13 memiliki miselium permukaan yang jarang hingga melimpah, berwarna putih – ungu dan tumbuh kuat pada permukaan agar stroma. Beberapa isolat F. oxysporum mengeluarkan aroma seperti bunga bungur, dan menghasilkan sporodokium dengan lendir oranye dari makrokonidiumnya (Soesanto, 2008). F. oxysporum mengalami 2 fase dalam daur hidupnya, yaitu fase patogenesis dan saprogenesis. Pada fase patogenesis, F. oxysporum hidup sebagai parasit pada tanaman inang. Apabila tidak ada tanaman inang, F. oxysporum hidup di dalam tanah sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman dan memasuki fase saprogenesis. Pada fase ini F. oxysporum menjadi sumber inokulum penyebab penyakit pada tanaman lain. Penyebaran propagul terjadi melalui angin, air tanah, serta tanah terinfeksi yang terbawa alat pertanian dan manusia (Djaenuddin, 2011). F. oxysporum menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tomat, kentang dan tanaman hias seperti lili, tulip, krisan, gladiol, dan anyelir (Nelson et al., 1981). F. oxysporum mempunyai banyak bentuk khusus yang disebut dengan formae speciales (f. sp.), yang masing – masing mempunyai kisaran inang terbatas dan seringkali memiliki sejumlah ras patogen (Shivas dan Beasley, 2005). Salah satunya yang menyerang tanaman tomat yaitu F. oxysporum f.sp. lycopersici. F. oxysporum menyerang tanaman melalui ujung akar lateral, kemudian menyebar secara interseluler atau intraseluler dalam jaringan parenkim (Lestari et al., 2006). 14 2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fusarium oxysporum F. oxysporum merupakan jamur patogenik yang menyerang berbagai tanaman tomat. F. oxysporum mampu tumbuh dan berkembang dengan baik dalam kondisi lingkungan tertentu. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan F. oxysporum meliputi suhu, keasaman (pH), air dan sumber karbon (C). Suhu optimum untuk pertumbuhan jamur F. oxysporum antara 25 – 30oC, dengan suhu maksimum 37o C dan minimum 5o C. Titik kematian jamur ini pada suhu 57,5 – 60o C dalam tanah. Pertumbuhan spora optimum terjadi pada suhu 20 – 25o C selama 24 jam (Soesanto, 2008). F. oxysporum bertahan hidup dalam tanah pada kisaran pH 4,5 – 6,0. Tumbuh dengan baik sebagai biakan murni pada pH 3,6 – 8,4 (Djaenuddin, 2011) dengan pH optimum 7,7 (Soesanto, 2008). Sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan spora sekitar 5,0 (Djaenuddin, 2011). Sumber C yang bagus untuk penumbuhan spora termasuk pati dan manitol. Pembentukan makrokonidium dipacu oleh lampu merkuri dan medium mengandung sukrosa. (Soesanto, 2008). 2.2.3 Layu Fusarium pada Tanaman Tomat Salah satu penyakit utama pada tanaman tomat adalah layu fusarium yang disebabkan oleh jamur F. oxysporum f.sp lycopersici (Fol) yang ditularkan melalui tanah dan menyebabkan kerugian besar dalam budidaya 15 tanaman tomat. Jamur Sebagai penyakit yang ditularkan oleh tanah maka Fol ini tersebar luas di dalam tanah berbentuk klamidospora (Sujatmiko et al., 2012). Fol masuk ke dalam jaringan tanaman tomat melalui akar atau pangkal batang tanaman. Fol akan membentuk polipeptida likomarasmin yang menghambat permeabilitas membran plasma pada jaringan tanaman sehingga mengganggu proses penyerapan air dan zat hara (Pitojo, 2005). (a) (b) Gambar 3. (a) Gejala Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada daun (b) Jaringan pembuluh berwarna coklat (Srinivasan, 2010) Gejala awal yang ditimbulkan oleh Fol bemacam-macam, yakni terjadi perubahan warna daun yang paling tua menjadi kekuningan dan berlanjut ke bagian daun yang lebih muda. Perubahan warna ini terjadi pada satu sisi tanaman atau pada daun yang sejajar dengan tangkai daun (Cahyono, 1998). Pertulangan daun sebelah atas menjadi pucat meskipun dapat terjadi juga 16 pada pertulangan daun bagian bawah. Gejala lainnya tanaman kerdil dengan tangkai merunduk dan akhirnya layu. Apabila gejala terlihat di dekat pangkal batang, ketika batang dipotong melintang akan terlihat cincin cokelat pada berkas pembuluh (Semangun, 2004) dan menyebabkan kelayuan hingga kematian pada tanaman tomat jika tingkat serangan tinggi. 2.3 Medan Magnet Berdasarkan ilmu fisika medan magnet adalah ruangan di sekitar kutub magnet, yang dibentuk dengan menggerakkan muatan listrik yang menyebabkan timbulnya gaya di muatan listrik lain yang bergerak. Medan magnet digambarkan dengan garis – garis yang bergerak dari kutub utara ke kutub selatan dan tidak pernah saling memotong. Berbeda dengan medan listrik, muatan negatif dan positifnya dapat dipisahkan (Ishaq, 2007). Semakin besar garis – garis medan magnet menunjukkan bahwa kekuatan medan magnet suatu magnet semakin besar pula (Soedojo, 2000). Berdasarkan sumbernya, medan magnet dapat diperoleh secara alami dan buatan. Medan magnet alami berasal dari batu magnet alam dalam bentuk besi oksida (Fe3O4). Sedangkan, medan magnet buatan diperoleh dari arus listrik yang dihasilkan melalui kumparan yang disebut solenoida (Giancoli, 1998). Solenoida adalah kumparan yang terbentuk dari lilitan kawat tembaga. Solenoida dialiri arus listrik akan menghasilkan medan magnet (Giancoli, 1998) dengan pola garis medan magnet seperti ditimbulkan magnet batang 17 (Soedojo, 2000). Garis – garis medan magnet adalah lingkaran – lingkaran yang sesumbu dengan kawat pada solenoida. Garis – garis ini sesuai dengan kaidah tangan kanan. Medan paling kuat terletak di pusat solenoida. Kuat medan magnet di ujung – ujung setengah dari kuat medan magnet pusat, sehingga besarnya menurun (Young dan Freedman, 2003). Oleh karena itu, solenoida dapat digunakan sebagai medan magnet dengan salah satu ujungnya sebagai kutub selatan dan ujung lainnya sebagai kutub utara (Supiyanto, 2002). Gambar 4. Arah garis medan magnet (Supiyanto, 2002) Gambar 5. Kaidah tangan kanan (Supiyanto, 2002) 18 2.3.1 Pengaruh Medan Magnet terhadap Pertumbuhan Tanaman Pada tahun 1600, William Gilbert menemukan bahwa bumi merupakan magnet alami dengan kutub magnetnya berada dekat kutub utara dan kutub selatan (Tipler, 2001). Dengan demikian semua benda di bumi dipengaruhi oleh medan magnet termasuk unsur – unsur pada tanaman seperti senyawa organik dalam sitoplasma dan unsur hara penyusun jaringan tumbuhan (Reitz et al., 1994). Materi – materi biologi menunjukkan sifat kemagnetannya yang menyebabkan pergerakan molekul atau unsur dalam tumbuhan dipengaruhi oleh keberadaan medan magnet (De Souza et al., 1999). Berdasarkan sifat kemagnetannya, unsur di bumi digolongkan ke dalam feromagnetik, paramegnetik, dan diamagnetik. Unsur feromagnetik dan paramagnetik akan mengalami magnetisasi searah dengan medan magnet serta memiliki sifat dapat dipengaruhi medan magnet. Sedangkan unsur yang bersifat diamagnetik sangat sulit dipengaruhi oleh medan magnet dan akan mengalami magnetisasi ke arah berlawanan dengan medan magnet. Keberadaan medan magnet mempengaruhi sifat polarisasi magnetisasi unsur hara penyusun jaringan tumbuhan dan senyawa kimia dalam sitoplasma (Reitz et al.,1994). Unsur yang bersifat feromagnetik adalah Fe. Al dan Pt merupakan unsur yang bersifat paramagnetik. Sedangkan unsur yang bersifat diamagnetik adalah Cu dan Au (Soedojo, 2000). Medan magnet merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Anggraini, 2012). Pengaruh 19 medan magnet telah banyak diujikan pada beberapa tanaman yang berbeda seperti jagung, cocor bebek, dan tomat. Saragih dan Silaban (2010) membuktikan bahwa kuat medan magnet sebesar 20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit meningkatkan laju perkecambahan dan laju pertumbuhan kecambah kacang kedelai (Glycine max). Hasil penelitian Alfredo et al. (2013) membuktikan paparan medan magnet 100 mT, 150 mT, dan 200 mT dapat memengaruhi penyerapan air oleh jaringan embrio sehingga menyebabkan turgor pada sel radikula kecambah kacang kedelai. Medan magnet dapat meningkatkan muatan negatif sel tumbuhan, sehingga menginduksi akar lebih mudah menyerap ion bermuatan positif, seperti K, P, N, Ca, dan Mg. Ion – ion tersebut berperan dalam sintesis protein, pembentuk struktur sel, aktivator enzim, dan penyusun klorofil sehingga tumbuhan memiliki pertumbuhan lebih tinggi (Bilalis et al., 2013). Pada proses perkecambahan, medan magnet mampu merubah sifat fisika dan kimia air (Morejon et al., 2007). Perubahan sifat air menyebabkan air mudah diserap oleh sel – sel biji. Peningkatan air dalam sel biji memacu aktivitas enzim – enzim perkecambahan pada biji seperti enzim α – amilase sehingga metabolisme pada biji menjadi lebih cepat (Anggraini, 2012 ; Rohma et al., 2013). Peningkatan metabolisme tersebut mengakibatkan peningkatan perkecambahan pada biji. Penelitian Winandari (2011) membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 20 detik mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman tomat (L. esculentum Mill.), serta luas daun dan kandungan klorofil b pada daun menjadi lebih baik. Sedangkan penelitian Pertiwi (2011) membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik dapat meningkatkan produktivitas tanaman tomat. 2.4 Vitamin C (Asam Askorbat) Tomat adalah salah satu tanaman hortikultura penting di Indonesia. Buahnya memiliki rasa yang enak dan dapat dikonsumsi dengan berbagai cara, antara lain dimakan secara langsung, diolah menjadi jus buah, sebagai pelengkap bumbu dapur dan sebagainya. Selain memiliki rasa yang enak, buah tomat juga memiliki kandungan zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia antara lain protein, gula, histamin (Rugayah et al., 2004), zat besi (Fe), potassium, mineral, vitamin A, dan vitamin C (Tugiyono, 2005). Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terkandung dalam suatu makanan dengan jumlah yang sedikit dan dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi metabolisme normal dalam jumlah yang besar. Tergantung pada jenis vitaminnya, ada yang larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin C termasuk ke dalam vitamin yang larut dalam air. Vitamin C atau asam askorbat adalah senyawa dengan atom karbon 6 (heksosa) dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan gliserol dan tidak dapat larut dalam pelarut non polar seperti eter, benzene, klorofom dan lain-lain. Vitamin C berbentuk kristal putih, tidak 21 berbau, bersifat asam dan stabil dalam bentuk kering. Dan sifatnya mudah teroksidasi secara reversible membentuk asam L – dehidroaskorbat (asam askorbat yang kehilangan dua atom H) yang lebih mudah masuk ke dalam sel sebelum digunakan (Muchtadi, 2000). Karena sifatnya yang mudah dioksidasi vitamin C merupakan reduktor yang kuat (Thurnham et al., 2000). Gambar 6. Struktur kimia Asam Askorbat (vitamin C) Levine et al., 1996 Vitamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Vitamin C atau asam askorbat disebut juga sebagai senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan. Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah atau mengurangi pencoklatan – penghitaman eksplan, untuk meningkatkan toleransi garam dan sebagai kofaktor pada reaksi hidroksilasi (Wattimena et al., 1992). Penelitian yang dilakukan Arab et al. (2006) pada biji alfafa (Medicago sativa) menunjukan bahwa penambahan asam askorbat ke medium MS yang mengandung NaCl meningkatkan perkecambahan biji, aktifitas asam fosfat, 22 kandungan klorofil, dan bahan kering. Penelitian yang dilakukan Behairy et al. (2012) menunjukan fenomena yang sama. Perendaman biji Fenugreek (Trigonella foenum-graecum) dalam larutan asam askorbat dapat meningkatkan perkecambahan, panjang tunas (shoot), dan klorofil total pada kondisi stress garam. Dengan demikian adanya peningkatan kandungan vitamin C sebagai akibat perlakuan medan magnet dapat membantu tanaman dalam melawan serangan patogen. 2.5 Enzim Peroksidase Enzim merupakan protein biokatalisator untuk proses – proses fisiologi tanaman yang pengadaan dan pengaturannya dikontrol secara genetik. Menurut Gaman dan Sherrington (1992), enzim memiliki sifat – sifat sebagai berikut: 1. Aktivitas enzim sangat spesifik Pada umumnya satu enzim mengkatalis satu reaksi. Contoh enzim tersebut adalah enzim laktase menghidrolisis gula laktosa tetapi tidak mempengaruhi disakarida lain. 2. Pengaruh suhu Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Enzim membutuhkan suhu 35 – 40oC untuk bekerja optimal, pada suhu rendah enzim inaktif dan pada suhu tinggi (>50oC) enzim terdenaturasi. 3. Pengaruh pH pH optimal kerja enzim 7 (netral). Pada pH sangat asam dan basa enzim akan inaktif. Akan tetapi beberapa enzim dapat bekerja dalam kondisi 23 asam atau alkalis. 4. Koenzim dan Aktifator Enzim memerlukan substansi lain agar berfungsi secara efektif. Misalnya substansi koenzim bukan protein yang mengaktifkan enzim. Beberapa vitamin berfungsi sebagai enzim. Beberapa ion anorganik, misalnya ion kalsium dan ion klorida dapat meningkatkan aktivitas beberapa enzim. Senyawa ini dikenal sebagai kofaktor. 5. Konsentrasi substrat Kompleks enzim dan substrat terjadi karena adanya kontak. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan meningkatkan laju reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Pada konsentrasi substrat rendah, sisi aktif enzim hanya menampung sedikit substrat. Enzim peroksidase secara alami disintesis tumbuhan dan termasuk kelompok PR – protein (pathogenesis related protein) dari golongan 13 (Vidyasekaran, 1997). PR – protein merupakan protein spesifik pada tanaman, berfungsi untuk mempertahankan diri. Enzim ini aktif apabila terjadi serangan patogen, hama atau virus (Zhou et al., 1992) dengan tujuan untuk menghambat serangan. Tanaman menghasilkan senyawa peroksida (H2O2) yang mampu meningkatkan enzim peroksidase (Bouizgarne et al,. 2006). Hersanti (2005) membuktikan bahwa terjadi peningkatan enzim peroksidase pada tanaman 24 cabai merah yang diinduksi ketahanannya terhadap Cucumber Mosaic Virus (CMV) oleh ekstrak daun nanangkaan (Euphorbia hirta). Penelitian Umamaheswari et al. (2009) bahwa inokulasi Bacillus subtilis pada tanaman semangka menunjukkan peningkatan enzim peroksidase 280% dibandingkan dengan kontrol. Tanaman yang tahan dari infeksi ataupun inokulasi mikroorganise akan terjadi peningkatan aktivitas enzim peroksidase, sedangkan tanaman yang tidak tahan dari infeksi ataupun inokulasi mikroorganisme akan mengalami penurunan aktivitas enzim peroksidase dibandingkan tanaman yang sehat (Agrios, 1996). Enzim peroksidase mampu menghasilkan H2O2 yang bersifat toksik bagi patogen dengan mengkatalis senyawa fenolik menjadi senyawa kuinon. Enzim peroksidase juga berperan sebagai katalisator dalam proses pembentukan lignin (Bouizgarne et al., 2006) dari r – kumaril alkohol, koniferil alkohol dan sinapsisi alkohol (Hopkins et al., 2001). Dengan adanya lignin maka dinding sel tumbuhan menjadi lebih tebal sehingga sulit dipenetrasi patogen (Hopkins et al., 2001). Lignin merupakan sistem ketahanan struktur tanaman yang memiliki sifat sukar terdegradasi oleh mikroorganisme. Berfungsi untuk menghambat patogen masuk dan berkembang pada jaringan tanaman (Sticher et al., 1997; Goddman et al., 1986; Lea and Leegood, 1999). III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai April 2017 di Laboratorium Botani 1 Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat – Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan untuk isolasi F. oxysporum f.sp. lycopersici (Fol), perkecambahan, penyemaian benih tanaman, dan pengukuran diameter sel parenkim, tebal lignin, aktivitas enzim peroksidase, dan kandungan vitamin C. Peralatan yang digunakan untuk isolasi antara lain: cawan petri, batang pengaduk, beaker glass 1000 ml, erlenmeyer 250 ml, tabung reaksi, rak tabung reaksi, jarum ose, lampu spritus, inkubator, laminar air flow, oven, autoklaf, hotplate, haemocytometer, alumunium foil, wrapping cling dan sumbat. Peralatan yang digunakan untuk perkecambahan, penyemaian dan 26 penamanam antara lain: cawan petri, labu ukur 10 ml dan 100 ml, lighting grow chamber, plastik ukuran 5 x 8 cm, polybag, tong, dan lainnya Peralatan yang digunakan untuk analisis diameter sel parenkim, ketebalan lignin pada pembuluh xilem, aktivitas enzim peroksidase, dan kandungan vitamin C antara lain: timbangan digital, alu dan mortar, gelas beaker 50 ml, sentrifuge, kuvet, spektrofotometer, pipet tetes, buret, statif + klem, erlenmeyer 125 ml, mikroskop, gelas preparat, gelas penutup, mikrometer okuler dan objektif, cutter atau silet, dan kamera. 3.2.2 Bahan – Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan untuk pembuatan isolat, perkecambahan, penyemaian dan penanaman serta bahan untuk analisis aktivitas enzim peroksidase, kandungan vitamin C dan tebal dinding sel. Bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan media isolasi antara lain, alkohol 70 %, akuades, kentang, agar dan sukrosa serta isolat F. oxysporum f.sp. lycopersici. Bahan – bahan yang digunakan untuk perkecambahan, penyemaian dan penanaman antara lain: benih tomat F1 yang diperoleh dari parental yang benihnya diinduksi medan magnet 0,2 mT dan diinfeksi F. oxysporum (Fox), kertas germinasi, kapas, akuades, air, pupuk kompos, tanah dan ajir dari bambu. , 27 Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis aktivitas enzim peroksidase, kandungan vitamin C dan tebal dinding sel antara lain: tanaman tomat, pirogaol, H2O2 larutan H2SO4 1 %, larutan iodium 0,01 N, indikator amilumvitamin C, safranin 1%, FAA, alkohol 70%, akuades, kertas label, dan tisu. 3.3 Rancangan Penelitian Penelitian disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah benih F1 yang diperoleh dari parental yang benihnya diinduksi medan magnet 0,2 mT dan diinfeksi Fox. Variasi benih diberi nama dengan M0F0, M0F60, M7F0, M7F60, M11F0, M11F60, M15F0, dan M15F60. Faktor kedua perlakuan infeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) selama 0’ (A) dan 60’ (B). Setiap unit percobaan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang diuji yaitu, diameter sel parenkim, ketebalan lignin, aktivitas enzim peroksidase, dan kandungan vitamin C. 3.4 Pelaksanaan Penelitian Secara singkat pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada bagan alir penelitian (Gambar 7). 28 Peremajaan isolat Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) dalam media PDA untuk mendapatkan monospora Perendaman benih F1 dalam suspensi monospora konidia Fol dengan kerapatan 107 konidia sel/ml selama 60 menit Perkecambahan benih di cawan petri Penyemaian dalam plastik ukuran 5x8 dan penanaman di lahan pertanian Pemeliharaan tanaman tomat Pengambilan Data: diameter sel parenkim ketebalan lignin aktivitas enzim peroksidase kandungan vitamin C Analisis data Kesimpulan Gambar 7. Bagan alir penelitian Berikut ini uraian tahapan penelitian yang disajikan pada bagan alir Gambar 7 3.4.1 Peremajaan Isolat Jamur Fol 1. Pembuatan Medium ( Potato Dextrose Agar) PDA Media PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan sebagai media isolasi dan peremajaan jamur Fol. Media PDA dibuat menggunakan kentang 29 yang telah dibersihkan kulitnya dan dipotong dadu berukuran kecil sebanyak 500 gram. Selanjutnya kentang direbus dalam 500 ml aquades selama 2 jam. Air rebusan disaring untuk menghilangkan kotoran atau sisa potongan kentang. Air rebusan yang telah disaring kemudian dipanaskan dengan menambahkan 20 gram dekstrosa, 15 gram agar – agar dan aquades hingga volume mencapai 1000 ml. Larutan diaduk hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml dan ditutup dengan sumbat kapas dan aluminium foil apabila suhu mulai menurun. Larutan yang ada dalam erlenmeyer disterilkan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121° C dan tekanan 1 atm. Setelah itu larutan dapat langsung digunakan sebagai media (Malloch, 1981). 2. Peremajaan Isolat Jamur Fol Peremajaan isolat jamur secara aseptis untuk mencegah kontaminasi. Koloni jamur Fol diambil dari isolat menggunakan jarum ose dan diinokulasikan ke cawan petri berisi medium PDA kemudian diinkubasi selama ± 5 hari pada suhu 28 – 30° C. Koloni jamur yang menunjukkan Fol berwarna putih keunguan dan mengeluarkan aroma seperti bunga bungur (Soesanto, 2008). Koloni jamur yang sudah tumbuh dipindahkan ke medium PDA lain untuk memperoleh biakan isolat monospora. 30 (a) (b) Gambar 8. (a) isolat murni Fol; dan (b) isolat Fol yang telah diremajakan 3. Pembuatan Suspensi Isolat Jamur Fol Isolat murni Fol yang berwarna putih diambil dan ditambahkan akuades 10 ml ke dalam cawan petri. Isolat dikeruk dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dihomogenkan. Isolat yang telah dihomogenkan merupakan isolat pengenceran 10-1. Pengenceran isolat dilakukan kembali dengan mengambil 1 ml isolat dari pengenceran 10-1 dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi berisi akuades 9 ml untuk mendapatkan isolat pengenceran 10-2. Masing-masing pengenceran dihitung kerapatan monospora konidia menggunakan haemocytometer untuk mendapatkan kerapatan 107 konidia sel/ml (Prescott, 2002). Kerapatan spora yang sesuai untuk perlakuan dalam penelitian ini diperoleh pada pengenceran 10-2 . 31 Gambar 9. Kerapatan spora Fol pada pengenceran 10-2 3.4.2 Penanaman Benih F1 1. Perendaman Benih Gambar 10. Perendaman benih dengan akuades dan suspensi Fol Meyiapkan cawan petri yang sudah diberi label dan memilih biji yang bagus. Biji tomat direndam akuades selama 24 jam kemudian direndam suspensi Fol 107 konidia sel/ml selama 60 menit untuk perlakuan yang diinfeksi (B) dan tetap direndam akuades untuk yang tidak diinfeksi (A). 32 2. Penyiapan Media Media yang digunakan adalah tanah dan campuran pupuk organik kompos yang sudah disterilkan di Laboratorium Lapang Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dengan perbandingan 3:1 (3 untuk tanah dan 1 untuk kompos). Media tanam dimasukkan ke dalam plastik kecil berukuran 5 x 8 cm untuk penyemaian, polybag berukuran 10 x 10 cm dan berukuran 40 x 40 cm untuk penanaman. 3. Perkecambahan Biji Biji yang sudah direndam akuades 24 jam dan diberi perlakuan A (tidak diinfeksi Fol) dan B (diinfeksi Fol 60 menit) dikecambahkan dalam cawan petri berisi media kapas dan kertas germinasi dalam kondisi basah selama 24 jam. Gambar 11. Perkecambahan biji dengan media kapas dan kertas germinasi 33 4. Penyemaian Benih Tomat Biji tomat yang telah muncul tunas disemai dalam plastik kecil ukuran 5 x 8 yang berisi media tanam, masing – masing berisi 1 benih. Penyemaian dilakukan selama 14 hari. Gambar 12. Penyemaian benih dalam plastik ukuran 5x8 cm 5. Penanaman Benih Tomat Tanaman berumur 14 hari dipindahlan ke dalam polybag dengan kedalaman 1 cm. Polybag ukuran 10 x 10 diisi 2 tanaman tomat dan polybag ukuran 40 x 40 cm masing – masing diisi 4 tanaman tomat berusia 14 hari. Total polybag yang digunakan adalah 64 buah berukuran 40 x 40 cm dan 128 buah berukuran 10 x 10 cm. Setelah itu mengatur tata letak polybag di lahan. Tata letak polybag dapat di lihat pada Gambar 14. Gambar 13. Penanaman benih dalam polybag 34 M7F60A4 M11F0A2 M11F60B3 M15F0B2 M7F60B2 M11F60A3 M0F0B3 M11F0B3 M0F60A1 M0F0A3 M7F0B4 M15F60B3 M11F0B4 M0F60B2 M11F0A1 M0F60B4 M11F60B4 M15F60B4 M11F60A1 M7F0A4 M7F0B1 M0F0B4 M15F0A1 M7F60B1 M15F60A2 M11F60B2 M7F60A3 M0F0A1 M11F60A2 M15F60B2 M7F60B3 M15F0B1 M15F0A3 M0F0A2 M11F0B2 M0F0B1 M11F0B1 M11F0A3 M7F60B4 M0F60B1 M7F0A3 M15F0B4 M15F60A3 M11F60A4 M11F60B1 M7F60A2 M0F60A3 M7F0A2 M0F0B2 M11F0A4 M7F0B3 M15F0A4 M7F60A1 M0F0A4 M15F0B3 M0F60A2 M15F60A1 M7F0A1 M0F60B3 M15F60A4 M15F60B1 M7F0B2 M0F60A4 M15F0A2 Gambar 14. Tata letak sampel polybag di lahan Keterangan: A : infeksi Fol selama 0 menit B : infeksi Fol selama 60 menit M : induksi pada benih parental selama 0, 7, 11 dan 15 menit F : infeksi Fox pada benih parental selama 0 dan 60 menit 35 3.4.3 Pemeliharaan Tanaman Tomat 1. Penyiraman Tanaman tomat disiram 2 kali sehari untuk menjaga ketersediaan air dan mencegah tanah retak – retak kekeringan. 2. Penyulaman Penyulaman dilakukan dengan mengganti bibit yang mati dengan bibit yang baru dan diambil dari bibit terdahulu atau bibit yang ditanam dengan selang waktu 7 – 14 hari dari awal penyemaian. Jika dalam 3 minggu setelah tanam masih ditemukan bibit yang mati tidak perlu lagi dilakukan penyulaman. 3. Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila telah tumbuh gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman tomat. 4. Pemupukan Pupuk diberikan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang atau kompos. Pupuk susulan berupa pupuk NPK yang diberikan 3 kali selama pertumbuhan tanaman tomat. 5. Pemasangan ajir Ajir terbuat dari bambu berukuran panjang 2 x 100 cm di tancapkan 10 cm dari pohon, ditanamkan ke dalam tanah sedalam 20-30 cm dengan posisi miring keluar. Pemasangan ajir bertujuan agar tanaman tomat 36 tidak roboh. Ajir dipasang dengan tinggi 1 – 1,75 meter. Pemasangan ajir dilakukan setelah tinggi tanaman berkisar 10 sampai 15 cm, dengan mengikatkan tanaman tomat pada ajir dengan tali plastik. Model ikatan berbentuk angka 8 agar batang tomat tidak terluka karena bergesekan dengan tiang ajir. Ikatan tidak terlalu kuat agar tidak menghambat pembesaran batang. 3.4.4 Analisis Parameter 1. Diameter Sel Parenkim Batang tanaman tomat berumur 4 minggu disayat melintang. Sayatan yang telah diperoleh diletakkan di atas gelas objek kemudian ditetesi safranin dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah itu, preparat ditetesi glyserin dan ditutup dengan cover glass. Preparat yang telah siap diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x 10. Sel parenkim yang diukur pada masing – masing perlakuan. Pengukuran diameter sel parenkim menggunakan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan mikrometer objektif (Anggraeni, 2013). 2. Lignin Pengamatana lignifikasi pada irisan batang tanaman tomat F1 hasil induksi medan magnet yang diinfeksi Fol menggunakan metode Ruzin (1999) dalam Andari (2016) dalam pembuatan preparatnya. Tanaman tomat yang sudah tidak produksi lagi dicabut lalu batang dibersihkan dari daun – daun. Batang yang sudah bersih direndam dalam FAA selama 24 jam. Selanjutnya batang dijepit dan diiris melintang. 37 Irisan melintang direndam dalam safranin encer (1% w/v) selama 1,5 jam, kemudian dibilas dengan akuades. Irisan yang telah dibilas direndam selama 2 – 5 menit dalam larutan alkohol 70 %. Kemudian direndam kembali dalam larutan safranin dan dikering anginkan. Sesudah kering irisan diletakkan diatas gelas preparat dan ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan sampai jaringan pada batang tampak. 3. Analisis Aktivitas Enzim Peroksidase Analisis aktivitas enzim peroksidase dilakukan dengan metode Saravanan et al., (2004). Daun tomat segar ditimbang sebanyak 0,5 gram dan digerus dalam aquades lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat ditambahkan 1,5 mL 0,05 M pirogaol dan 0,5 mL 1% H2O2. Larutan disentrifuge dengan kecepatan 5,000 rpm pada suhu 4oC selama 10 menit. Larutan diendapkan dalam suhu kamar dan dimasukkan ke dalam kuvet berukuran 0,5 mL. Pada tahap awal kuvet yang berisi larutan sampel ditambahkan 100 µL H2O2 1% dan dibaca dari nol selama 5 menit menggunakan sprektofotometer dengan panjang gelombang 420 nm. Aktivitas enzim peroksidase dihitung dalam U/mg/min. Satu unit adalah aktivitas berubahnya OD 420 nm pada sprektofotometer per menit. 4. Kandungan Vitamin C Analisis kandungan vitamin C pada tomat dilakukan saat buah tomat memasuki usia pematangan menggunakan metode kimia, yaitu titrasi iodimetri (Jacobs, 1958). Buah tomat sebanyak 200 – 300 gram 38 dihancurkan dengan menggunakan blender hingga menghasilkan pasta. Pasta tomat sebanyak 10 – 30 gram dimasukkan ke labu takar 100 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas kemudian dikocok homogen. Larutan disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtratnya. Filtrat diambil dengan pipet volume sebanyak 5 – 25 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml, kemudian ditambahkan 2 ml larutan amilum (stratch) 1%. Filtrat kemudian dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N. Kadar vitamin C ditentukan dengan cara mengkonversi jumlah larutan penitrat terhadap kadar asam askorbat yang terlarut di dalamnya. 1 ml iodium 0,01 N setara dengan 0,88 mg asam askorbat. 3.5 Analisis Data Data yang didapatkan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif komparatif dan didukung dengan foto. Data kuantitatif dari setiap parameter dianalisis menggunakan Analisis Ragam (Analysis of Variance) dan uji lanjut dengan Fisher Pairwaise α=5%. V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Benih tanaman tomat F1 hasil induksi medan magnet dan F. oxysporum (Fox) yang diinfeksi kembali dengan F. oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) menunjukkan ketahanan yang dapat dilihat dari: 1. Diameter sel parenkim tertinggi pada perlakuan infeksi Fol yaitu 143,98 µm. 2. Tidak ada perbedaan nyata ketebalan lignin pada pembuluh xilem, tetapi pada perlakuan infeksi Fol ketebalan lignin pada pembuluh xilem relatif lebih tinggi, yaitu 10,719 µm. 3. Aktivitas enzim peroksidase tertinggi pada perlakuan interaksi benih dan infeksi Fol (BxF), yaitu pada M0F60A sebesar 1,2340 U/mg/min. 4. Kandungan vitamin C tertinggi pada perlakuan interaksi benih dan infeksi Fol (BxF) yaitu pada M15F0B sebesar 0,8140 gr/mg. 5.2 Saran Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai respon ketahanan tanaman dari infeksi patogen terhadap fisiologis dan anatomis dengan parameter yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Busnia. UGM-Press. Yogyakarta. Andari G. 2016. Karakterisasi Planlet Anggrek Tanah (Spathoglottis Plicata Bl) Hasil Induced Resistance Dengan Asam Fusarat Terhadap Fusarium Oxysporum Secara In Vitro. Skripsi. FMIPA UNILA. Bandar Lampung. Arab., Laila., Eshaupaur., Ali Akbar. 2006. The Effect of Ascorbic Acid on Salt Incuded Alfafa (Medicago sativa L.) In Vitro Culture. An International Journal Published By The Nigerian Seciety for Experimental Biology 18 (2): 63 – 69. Alfredo, S.G., Fransisco G.R., Yulexis P.F., dan Danilo D.P. 2013. Stimulation of Germination and Growth in Soybean Seeds by Stationary Magnetic Field Treatment. Cuba: Departement of Plant Physiology and post – Haverst. Institute of Fundamental Reserches on Tropical Agriculture Alexander Von Humboldt. Asian J Agri Biol, 1(2):85 – 90. Anggraeni K. D, Rochmah Agustrina, dan Tundjung Tripeni H. 2013 Anatomi Batang dan Stomata Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang Dikecambahkan di Bawah Pengaruh Medan Magnet 0,2 mT. Seminar Nasional Sains & Teknologi V. Lembaga Penelitian Universitas Lampung Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung. Anggraini, W. 2012. Isolasi dan karakterisasi Aktivitas Enzim Amilase pada Kecambah Kedelai Putih (Glycine max (L). Merill) dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) di Bawah Pengaruh Medan Magnet. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Bacon, C.W, Porter, J.K, Norred W.P, and Leslie, J.F. 1996. Production of Fusaric Acid by Fusarium sp. Applied and Enviromental Microbiologi. 62 (11): 4039-4043. Behairy, R.T., El-Dannasaury., Mohamed., and Cracker, Lyle. 2012. Impact of Ascorbic Acid on Seed Germination, Seedling Growth, and Enzyme Activity of Salt Stress Fenugreek. Journal of Medicinally Active Plants. . 53 Bilalis, Dimitrios J., et al. 2013. Magnetic Field Pre-sowing Treatment as an Organis Friendly Tecnique to Promote Plant Growth and Chemical Element Accumulation in Early Stages of Cotton. Australian Journal of Cop Science. Bouizgarne B, Bouteau H.E.M, Frankart C, Reboutier D, Madiona K, Pennarun A.M, Monestiez M, Trouverie J, Amiar Z, Briand J, Brault M, Rona J.P, Ouhdouch Y, and Hadramu E.I. 2006. Early Physiological Responses of Arabidopsis thaliana Cells to Fusaric Acid: Toxic and Signalling Effect. New Phytologist 169: 209 – 218. Cahyono, B.1998. Tomat. Penerbit Kanisus. Yokyakarta.134 Hlm. Cakmak, T., Dumlupinar, R., and Erdal, S. 2010. Acceleration of Germination and Early Growth of Wheat and Bean Seedlings Grown Under Various Magnetic Field and Osmotic Conditions. Bioelectromagnetics. Hal. 120 – 129. Turkey. Campbell, N.A., Reece, J.B dan Mitchell, L.G. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Erlangga. Jakarta Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press. New York. Deacon, J. W. 1997. Modern Mycology 3hd ed. Blackwell Science. New York. De Souza, A.; L.E. Porras and F.R. Casate. 1999. Effect of magnetic treatment of tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) seeds on germination and seedling growth. Invest. Agr. Prod. Prot. Veg. 14 (3): 437-444. De Souza, A.; D. García; L. Sueiro; L. Licea and E. Porras. 2005. Pre – sowing magnetic treatment of tomato seeds: effects on the growth and yield of plants cultivated late in the season. Spanish Journal of Agricultural Research 3(1), 113-122. Djaenuddin,N. 2011. Bioekologi Dan Pengelolaan Penyakit Layu Fusarium oxysporum. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI. 67 – 71. El-Yazied, A., Shalaby, O. A., A.M. El-Gizawy, S.M. Khalf and A. El-Satar. 2011. Effect of Magnetic Field on Seed Germination and Transplant Growth of Tomato. Journal of American Science.7 (12). Gaman, P.M. dan Sherrington, K.B. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika. Edition Empat. Erlangga. Jakarta. 54 Goodman, R.N, Zoltan K., and Milton Z. 1986. The Biochemistry and Physiology of Plant Disease. D. Van Nostrand Company, Inc. New Jersey, Toronto, London, Melbourne. Hadi, H. 2003. Analisis Genetik Sifat Ketahanan Tanaman Karet Terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Hersanti. 2005. Analisis Aktivitas Enzim Peroksidase dan Kandungan Asam Salisilat dalam Tanaman Cabai Merah yang Diinduksi Ketahanannya terhadap Cucumber Mosaic Virus Oleh Ekstrak Daun Nanangkaan (Euphorbia hirta). SKIM IX. UNPAD – UKM. Hopkins DW, Webster EA, Chudek JA, & Halpin C. 2001. Decomposition in soil of tobacco plants with genetic modifications to lignin biosynthesis. Soil Biol. Biochem. 33: 1455–1462. Ishaq, M. 2007. Fisika Dasar: Elektrisitas dan Magnetisme. Graha Ilmu. Yogyakarta. Jacobs, M.B. 1958. The Chemistry and Technology of Food and Food Product. Interscience Publishers. New York. Juniawan, 2015. Fungitoksisitas Eugenol terhadap Jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense. Artikel tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya. Malang. Lea, PJ and Leegood, RC. 1999. Plant biochemistry and molecular biology. John Wiley. Chichester. Lestari, E.G., D. Sukmadjaja, dan Mariska, I. 2006. Perbaikan Ketahanan Tanaman Panili Terhadap Penyakit Layu Melalui Kultur In Vitro. Jurnal Litbang Pertanian, 25(4).pp 149-153. Levine, M., Rumsey S., Wang Y., Park J., Kwon O., Xu W., and Amano N. 1996b. Vitamin C. In : Ziegler EE, Filer Lj Jr, eds. Present Knowledge in Nutrition, 7th edition. Washington, DC : ILSI Press. Pp. 146-159. Listiana, I. 2016. Pengaruh Medan Magnet 0,2 mT Terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Yang Diinfeksi Fusarium oxysporum. Tesis. Universitas Lampung. Lampung. Lusiati. 2017. Uji Ketahanan Tomat F1 Dari Parental Terpapar Medan Magnet 0,2 mT Dan Diinfeksi Fusarium oxysporum Terhadap Serangan Penyakit Layu Fusarium. Tesis. Program Pascasarjana Magister Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Bandar Lampung. 55 Malloch, D. 1981. Moulds: Their Isolation, Cultivation, Identification. University of Toronto Press. Canada. Ma’rufiyanti. P., Sudarti, dan Gani. A. A. 2014. Pengaruh Pemaparan Medan Magnet ELF (Extremly low Frequency) 300 μTdan 500 μT Terhadap Perubahan Vitamin C dan Derajat keasaman (pH) pada Buah Tomat. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 3 No.3 Desember 2014, Hal 278-284. Morejon, LP., Palacio, JC. Castro., Abad, Valazquez., Govea, AP. 2007. Stimulation of Pinus tropicalis M. Seeds by Magnetically Treated Water. International Journal Agrophysics. 21:173-177 Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Sehat dan Antioksidan: Mencegah Penyakit Degeneratif. Dept. Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. 102 hal. Nastiti, E. 2016. Efektifitas Medan Magnet 0,2 mT Terhadap Resistensi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Yang Diinfeksi Fusarium sp. Tesis. Universitas Lampung. Lampung. Nelson, P.V, 1981. Greenhouse Operation and Management 2nd Edition. Reston Publishing Company, Inc. Virgina. Pertiwi, A. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet Terhadap Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung. Bandar Lampung. Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta. Pracaya. 2012. Bertanam Tomat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Prescott, L.M. 2002. Prescott-Harley-Klein’s: Microbiology, 5th ed., 553. The McGraw-Hill Companies,. New York. Reitz, J.R., Mildford, F.J., dan Cristy, R.W. 1994. Dasar-dasar Teori Listrik Magnit. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Rohma A., Sumardi, Eti Ernawiati dan Rochmah Agustrina. 2013. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Aktivitas Enzim α-amilase pada Kecambah Kacang Merah dan Kacang Buncis Hitam (Phaseolus vulgaris L.). Seminar Nasional Sains & Teknologi V. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Rugayah, E.A. Widjaja, dan Pratiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Bogor. Ruzin, S.E. 1999. Plant Microtechnique and Microscopy. Oxford University Press. New york. Dalam Andari G. 2016. Karakterisasi Planlet Anggrek Tanah (Spathoglottis Plicata Bl) Hasil Induced Resistance Dengan 56 Asam Fusarat Terhadap Fusarium Oxysporum Secara In Vitro. Skripsi. FMIPA UNILA. Bandar Lampung. Saragih, H., Tobing, J., dan Silaban, O. 2010. Meningkatkan Laju Pertumbuhan Kecambah Kedelai Dengan Berbantuan Medan Magnetik Statik. Prosiding Seminar Nasional Fisika. Universitas Advent Indonesia. Bandung. Saragih,Y.S dan F.H. Silalahi. 2006. Isolasi dan Identifikasi Spesies Fusarium Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Markisa Asam. Jurnal Hortikultura. 16 (4): 336-344. Saravanan, T, Bhaskaran R,dan Muthusamy M. 2004. Pseudomonas flourescens Induced Enzimological Change in Banana Roots (cv. Rasthali) against Fusarium Wilt Disease. Plant Pathology Journal. 3: 72 – 80. Sari, E. N. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang Berbeda Terhadap Indeks Mitosis dan Anatomi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung. Bandar Lampung. Semangun , H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal.247 – 251. Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University. Yogyakarta. Setiawan dan Trisnawati. 1993. Cara Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya. Jakarta. Shivas, R dan D. Beasley. 2005. Pengelolaan Koleksi Patogen Tanaman. Diterjemahkan oleh Kramadibrata,K., N. Wulijarni dan M. Machmud. Queensland Department of Primary Industries and Fisheries, Australia. Smirnoff, N. 2000. Ascorbic Acid: Metabolism and Functions of a Multi-Facetted Molecule. Elsevier science. Hal. 229-235. United Kingdom. Soedojo, Peter. 2000. Fisika Dasar. Penerbit Andi. Yogyakarta Soesanto, L., Rokhlani, dan N., Prihatiningsih, 2008. Penekanan beberapa Mikroorganisme Antagonis trehadap Penyakit Layu Fusarium Gladiol. Jurnal Agrivita.30(1). Hal.75-89. Srinivasan R (Ed.). 2010. Safer Tomato Production Methods: A Field Guide for Soil Fertility and Pest Management. AVRDC Publication No. 10-740. 97 p. Shanhua, Taiwan. Sticher L, Mauch – Mani B and Metraux JP. 1997. Systemic Acruired Resistance. Annual Review Phytopathology 35: 235 – 270. 57 Subhan, N. Nurtika, dan N. Gunadi. 2009. Respons Tanaman Tomat terhadap Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 15 – 15 – 15 pada Tanah Latosol pada Musim Kemarau. J. Hort. 19(1): 40 – 48. Suharti, T., N., Yuniarti, E., Rustam, E.R., Kartiana, A.R., Hidayat, dan E. Ismiati. 2009. Pengaruh Hama dan Penyakit Benih Selama Pengolahan dan Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih dan Vigor Bibit di Persemaian (Laporan Hasil Penelitian). Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan. Bogor. Sujatmiko,B., Sulistyaningsih E., dan Murti,H.R. 2012. Studi Ketahanan Melon (Cucumis melo L) Terhadap Layu Fusarium Secara In-sVitro dan Kaitannya Dengan Asam Salisilat. Ilmu Pertanian Vol. 15: 1 – 18. Sulistyoningsih, hariyani.,2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta. Supiyanto, 2002. Sains Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sutini. 2011. Analisis Stabilitas Tomat. Universitas Indonesia. Jakarta. Thurnham DI, Mc Gabe, Northrop-Clewes CA, Nestel P. 2003. Effect of subclinical infection on plasma retinol concentrations and assessment of prevalence of vitamin A deficiency: Meta Analysis. The Lancet 362: 2052 – 2058. Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 1, Penerbit Erlangga. Jakarta. Tugiyono. 2005. Tanaman Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta: 250 halaman. Umamaheshwari, R., G. Thirumaran, P. Anantharaman. 2009. Potential antibacterial activities of seagrasses from Vellar Estuary; Southeast Coast of India. Advances in Biological Research, 3: 140 – 143. Vidhyasekaran, P. 1997. Fungal Pathogenesis in Plants and Crops, Moleculer Biology and Host Defense Mechanism. Marcel Dekker. New York. 553 p. Wattimena G. A., Gunawan L. W., Mattjik N. A., Syamsudin E., Wiendi N. M. A., & Ernawati A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor (ID). IPB. 309 hlm. Winandari, Ofi P. 2011. Perkecambahan dan Pertumbuhan Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) di bawah pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang Berbeda. Skripsi. FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 Wiryanta,W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta. Young and Freedman. 2003. Fisika Universitas Jilid I. Erlangga. Jakarta. Zhou, B.W., s.Y. Liu, D.Y. Chen, Q. Yu, J. Yang, and C. Wang. 1992. Peroxidase in relation to varietal resistance to vius disease in rapeseed (Brassica napus). Abstract. Oil Crops of China 2 : 52-54.