PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP : Pengembangan Sumberdaya Informasi Iptek, Diseminasi dan Jaringan Umpan Balik 2. JENIS KEGIATAN : Diseminasi 3. 4. : LOKASI KEGIATAN TUJUAN Provinsi Bengkulu Menyebarluaskan teknologi budidaya tomat melalui peragaan dan demonstrasi budidaya tomat dengan melibatkan partisipasi petanidan mendapatkan umpan balik dari pelaksanaan Gelar Teknologi budidaya tomat. 5. TAHAPAN PELAKSANAAN 5.1. Penentuan Calon Petani Pelaksana Lapangan (demonstrator) : ¾ Pengurus Kelompok Tani atau Petani Maju ¾ Kooperatif ¾ Mempunyai usaha tani yang jelas dan mau mengadopsi teknologi dengan baik dan menyebarkan kepada petani lainnya. 5.2. Penentuan Lokasi ¾ Kemudahan akses kelokasi produksi, kondisi fisik lokasi ¾ Sebagai pusat kegiatan pertanian dan usaha tani lainnya. 5.3.Persyaratan Tumbuh ¾ Tomat dapat ditanam di dataran rendah ¾ Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 – 6 ¾ Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian. ¾ Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman 5.4. Pola Tanam ¾ Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan kacangkacangan. ¾ Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad pengganggu. 6. TAHAPAN PELAKSANAAN 6.1. Penyiapan Lahan ¾ Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang . ¾ Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua minggu. ¾ Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam. ¾ Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal. ¾ Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air. 6.2. Pemilihan Bibit ¾ Pilih varietas tahan dan jenis Hibrida ( F1 Hybryd ). ¾ Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke lapangan. ¾ Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab). 6.3. Fase Persemaian (0-30 HSS) ¾ Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 - 30 kg (1:1) ¾ Masukkan dalam polibag plastik ¾ Masukkan benih satu per satu dalam polibag atau disemai terlebih dahulu baru dipindahkan ke polibag ¾ Setelah benih berumur 8-10 hari di persemaian, pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam polibag ¾ Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah) 6.4. Fase Tanam ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam ) ¾ Bedengan sehari sebelumnya diairi dahulu ¾ Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6. ¾ Penanaman sore hari. ¾ Buka polibag plastik. ¾ Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di sekitarnya. ¾ Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru. ¾ Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal, hati-hati jangan sampai berlebihan karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsurunsur hara dan mudah terserang penyakit. ¾ Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada serangan semprot dengan pestisida yang dianjurkan atau dengan cara pengendalian lainnya. ¾ Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun, ¾ Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat. 6.5. Fase Vegetatif ( 15-30 HST) ¾ Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman. ¾ Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan air. ¾ Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air. ¾ Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm). ¾ Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan ¾ Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari. ¾ Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan, penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam. ¾ Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak. ¾ Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan luka. 6.7. Fase Generatif (30 - 80 HST) ¾ Jika tanpa mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari. ¾ Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas tunas tidak produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang utama/tanaman. ¾ Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting, sedangkan tanaman yang tingginya terbatas perempelan harus hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel sehingga tanaman tidak terlalu pendek. ¾ Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah. 6.8. Pemupukan ¾ Pupuk kandang dengan dosis 10-20 ton per hektar atau 0,5-1 kg per tanaman, yang diberikan seminggu sebelum tanam. ¾ Untuk pupuk SP36 dengan dosis 2,5 – 3 kwintal per hektar atau 10-15 gram pertanaman, yang diberikan seminggu sebelum tanam. ¾ Pupuk Urea diberikan bersamaan saat tanam dengan dosis 1 kwintal per hektar atau 4-5 gram per tanaman. Sedangkan pemupukan Urea untuk susulan dilakukan 4 minggu setelah pemupukan pertama dengan dosis sama seperti pemupukan pertama. ¾ Cara pemberian pupuk baik pupuk dasar maupun susulan, yaitu diletakkan melingkar di sekeliling tanaman dengan jarak 10-15 cm, kenudian ditutup dengan tanah. ¾ Pemupukan dilakukan pada saat awal atau akhir musim hujan dan juga disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah setempat. 6.9. Hama dan Penyakit ¾ Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan pemusnahan buah tomat terserang. ¾ Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur insektisida). ¾ Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes). ¾ Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata. ¾ Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit. 6.10. Fase Panen & Pasca Panen (80 - 130 HST) ¾ Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh. ¾ Interval pemetikan 2-3 hari sekali. ¾ Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang. ¾ Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting. ¾ Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan. ¾ Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi. 7. PENGESAHAN No. 1. Uraian Penjab Teknis Pelaksanaan Nama Ir. Siswani Dwi Daliani 2. Penanggung Jawab Kegiatan Ir. Siswani Dwi Daliani Tanda Tangan