EVALUASI DOSIS ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS DI KLINIK GRACIA PERIODE JANUARI-MARET 2017 ARTIKEL Disusun oleh: JUSMAN NIM. 050215A009 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS 2017 EVALUASI DOSIS ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS DI KLINIK GRACIA PERIODE JANUARI-MARET 2017 ARTIKEL diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Disusun oleh: JUSMAN NIM. 050215A009 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS 2017 2 3 Evaluasi Dosis Antibiotik Pada Pasien Anak Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas Di Klinik Gracia Periode Januari-Maret 2017 Jusman Program Studi Farmasi Universitas Ngudi waluyo Email : [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan. Berdasarkan KemenKes 2013 persentase dengan pasien anak balita rawat jalan berjenis kelamin laki-laki sebesar 51,89% (44.702 jiwa) dan berjenis kelamin perempuan sebesar 48,11% (41.448 jiwa). Tujuan : Untuk mengetahui ketidaktepatan dosis antibiotik pada pasien anak dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas. Metode : Rancangan penelitian adalah deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif, dengan sampel sebanyak 93 diambil secara total sampling. Analisis data yaitu univariat, dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil : Evaluasi dosis yang meliputi dosis antibiotik sudah tepat sebesar 89,25 %, dosis kurang sebesar 10,75 % dan dosis lebih tidak ditemui. Sedangkan frekuensi pemberian antibiotik sudah tepat sebesar 98,92 %, pengaturan dosis kurang sering tidak ditemui dan pengaturan dosis terlalu sering sebesar 1,08 %. Kesimpulan : Evaluasi dosis antibiotik pada pasien anak penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia berdasarkan dosis antibiotik tepat sebesar 89,25 % dan frekuensi pemberian antibiotik sudah tepat sebesar 98,92 %. Saran : Diperlukan membuat pedoman khusus (Clinical Pathway) untuk pengobatan ISPA bagian atas pada pasien rawat jalan. Kata Kunci : ISPA, antibiotik, evaluasi, dosis. Kepustakaan : 13 (2007-2016) 4 ABSTRACT Background : Acute respiratory infection (ARI) is a disease of the upper or lower respiratory tract, which is usually contagious, which can cause a spectrum of illnesses ranging from asymptomatic disease or mild infection to severe and fatal illness. Based on the 2013 Ministry of Health Empowerment, the percentage of outpatient under-five-year-olds was 51.89% (44,702 persons) and female (48.11%) (41,448). Objective : To determine the innacurate antibiotic dosage in pediatric patients with upper acute respiratory infection (ARI). Methods : The study design was descriptive and retrospective data collection, with the samples of 93 taken by total sampling. The data analysis was univariate, this analysis resulted the distribution and the percentage of each variable. Results : The evaluation of doses include innacurate doses of antibiotics as many as 89,25 %, under dose as many as 10,75 % and there was no over dose. While the accurate frequency of giving antibiotics was 98.92 %, there was no less frequent dose and the frequent dose was 1.08%. Conclusion : The evaluation of the dose of antibiotics in pediatric patients with upper acute respiratory infection (ARI) in Gracia clinic based on the accurate antibiotic treatment is 89,25 % and the innacurate frequency of administration of antibiotics is 98.92%. Suggestion : It can be a specific guidelines (Clinical Pathway) for the treatment of upper acute respiratory infection (ARI) in outpatients. Keywords : ARI, antibiotics, evaluation, dose. Literatures : 13 (2007-2016) 5 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anakanak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat jalan atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007). Berdasarkan Riskesdas 2013 karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun. Sedangkan menurut SIRS 2013 persentase pasien anak balita rawat inap berjenis kelamin laki-laki sebesar 54,18% (5.983 jiwa) dan berjenis kelamin perempuan sebesar 45,82% (5.060 jiwa) tidak jauh berbeda persentase dengan pasien anak balita rawat jalan berjenis kelamin laki-laki sebesar 51,89% (44.702 jiwa) dan berjenis kelamin perempuan sebesar 48,11% (41.448 jiwa) (KemenKes RI, 2015). Faktor resiko terjadinya Drug Related Problems (DRPs) pada anak-anak disebabkan adanya polifarmasi obat dalam peresepan di unit pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pentingnya pendidikan untuk dokter dan tenaga medis tentang farmakologi dan farmakokinentik pada anakanak harus diterapkan untuk peresepan obat (Rashed et al, 2012) Drug Related Problems (DRPs) memiliki empat domain masalah yaitu efektivitas terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki, biaya pengobatan, dan lain-lain. Delapan domain penyebab yaitu pemilihan obat, pemilihan bentuk sediaan, pemilihan dosis, penentuan lama pengobatan, proses penggunaan obat, logistik, pasien, dan lain-lain. Pemilihan dosis memiliki sub domain yaitu dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, pengaturan dosis kurang sering, pengaturan dosis terlalu sering (PCNE, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Istikomah (2013) yang berjudul Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Anak Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, ditemukan DRPs kategori interaksi obat sebanyak 51 kasus (43,59%), dosis kurang sebanyak 40 kasus (34,19%), dosis lebih sebanyak 26 kasus (22,22%), dan tidak ditemukannya DRPs kategori obat salah dari total obat yang dianalisis. Berdasarkan uraian, perlu dilakukan penelitian evaluasi dosis antibiotik pada pasien anak dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas. 6 2. Tujuan a) Tujuan Umum Untuk mengetahui ketidaktepatan dosis antibiotik pada pasien anak dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017. b) Tujuan Khusus Untuk mengetahui ketidaktepatan dosis antibiotik pada pasien anak dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia yang meliputi dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, pengaturan dosis kurang sering dan pengaturan dosis terlalu sering. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian secara deskriptif dan bersifat non eksperimental. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data retrospektif yaitu dengan menelusuri data rekam medik untuk pasien anak dengan diagnosis infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anak usia 2-12 tahun yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas dan tercatat pada rekam medis di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017 tercatat sebanyak 120 pasien. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebanyak 93 pasien. Kriteria dalam penelitian ini, antara lain: 1. Kriteria Inklusi a) Pasien anak yang berusia 2-12 tahun yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas (otitis media, sinusitis, dan faringitis) di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017. b) Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas yang mendapatkan terapi antibiotik. c) Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas yang memiliki data rekam medis lengkap dan memuat data penting (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, diagnosis, dosis, dan frekuensi pemberian). 2. Kriteria Eksklusi Pasien anak yang berusia 2-12 tahun yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas dengan komplikasi penyakit lain. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (sugiyono, 2007). Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis univariat. Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2010). Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran umum terhadap data hasil penelitian tentang evaluasi 7 dosis antibiotik pada anak penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas. Dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Pasien Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, umur dan diagnosa pasien anak dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017 terlihat pada tabel 1. Berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui bahwa frekuensi pasien ISPA bagian atas terbanyak adalah pasien anak perempuan yaitu 54,84 %. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa penderita ISPA bagian atas mempunyai perbedaan yang tidak terlalu jauh antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan jenis kelamin bukan merupakan faktor yang dapat menyebabkan penyakit tersebut. Berdasarkan umur, dapat diketahui bahwa frekuensi pasien ISPA bagian atas terbanyak adalah pada kelompok umur 7-12 tahun yaitu 58,07 %. Pada umur 2-6 tahun merupakan kelompok yang rentan terkena penyakit infeksi, terutama ISPA bagian atas, hal ini dikarenakan daya tahan tubuhnya lebih rendah, sedangkan pada umur 7-12 tahun dapat terjankit penkena ISPA diduga karena umur tersebut sudah memasuki masa sekolah dimana anak-anak mulai jajan yang kurang sehat (WHO, 2007). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas meliputi faringitis, sinusitis dan otis media akut. Berdasarkan diagnosa, dapat diketahui bahwa frekuensi diagnosa anak pasien ISPA bagian atas terbanyak adalah faringitis yaitu 98,92 %. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, malaise dan mual. Faringitis paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan Streptococcus Grup A (Dipiro, 2009), untuk menentukan penyebab faringitis yang paling akurat yaitu dengan menggunakan kultur apusan tenggorokan dan hasil dapat diperoleh dalam 1-2 hari (Aalbers, 2011). Otitis media akut memiliki persentase sebesar 1,08 %. Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun serta demam. Otitis media akut paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia (Wolf et al, 2007). Sinusitis akut paling sering disebabkan oleh bakteri yang sama yang diimplikasikan pada otitis media akut: S. pneumonia dan H. influenza. Sinusitis kronis dapat bersifat polymicro-bial, dengan peningkatan prevalensi anaerob serta pathogen yang kurang umum termasuk basil gram negatife dan jamur (Dipiro, 2009). 8 Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien Karakteristik Frekuensi (n=93) Persentase (%) Jenis kelamin : Laki-laki 42 45,16 Perempuan 51 54,84 Umur : 2-6 tahun 48 51,61 7-12 tahun 45 48,39 Diangnosa : Faringitis 92 98,92 Otitis media akut 1 1,08 Sinusitis 0 0 2. Gambaran Penggunaan Antibiotik Gambaran penggunaan antibiotik yang digunakan pasien anak penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017 terlihat pada tabel 2. Berdasarkan gambaran penggunaan antibiotik, dapat diketahui bahwa penggunaan antibiotik paling banyak menggunakan amoxicillin yaitu 68,82 %. Pada pasien dengan diagnosa faringitis mendapatkan terapi antibiotik amoxicillin dan cefadroxil, sedangkan pasien dengan diagnosa otitis media akut (OMA) mendapatkan terapi antibiotik cefadroxil. Pengunaan cefadroxil diduga karena pasien alergi dengan antibiotik golongan penicillin. Tabel 2. Distribusi Gambaran Penggunaan Dosis Antibiotik Antibiotik Amoxicillin Cefadroxil Frekuensi (n=93) Persentase (%) 64 68,82 29 31,18 3. Evaluasi dosis Evaluasi dosis meliputi dosis antibiotik dan frekuensi pemberian antibiotik pada pasien anak dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017 terlihat pada tabel 3. Berdasarkan dosis antibiotik, dapat diketahui bahwa penggunaan antibiotik yang tepat yaitu 89,25 %. Dosis yang didapatkan dari hasil penelitian dibandingkan dengan dosis standar yang terdapat pada buku acuan Drug Information Handbook, 24th Edition (2016). Penentuan dosis pada anak perlu diperhatikan karena penentuan dosis didasarkan pada berat badan anak tidak pada umur seperti orang dewasa, sehingga untuk hasil ketepatan dosis masih cukup banyak yang kurang tepat, hal itu dapat terjadi karena kondisi pasien yang berbeda-beda sehingga petugas medis 9 memberikan dosis yang sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien tersebut. Berdasarkan frekuensi permberian antibiotik yang tepat yaitu 98,92 %. Ketidaktepatan frekuensi pemberian antibiotik akan mempengaruhi kadar obat di dalam tubuh. Obat yang metabolismenya cepat dan t1/2 pendek, perlu diberikan sampai 3-6 kali sehari agar kadar plasmanya tetap tinggi, sedangkan obat dengan t1/2 panjang, pada umumnya cukup diberikan satu kali sehari dan tidak perlu sampai 2 atau 3 kali. Kecuali bila obat sangat terikat pada protein, sedangkan kadar plasma tinggi diperlukan untuk efek terapeutiknya (Waldon, 2008). Tabel 3. Distribusi Evaluasi Dosis Antibiotik Evaluasi Dosis Dosis antibiotik: Tepat Dosis kurang Dosis lebih Frekuensi pemberian: Tepat Kurang sering Terlalu sering Frekuensi (n=93) Persentase (%) 83 10 0 89,25 10,75 0 92 0 1 98,92 0 1,08 D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa evaluasi dosis antibiotik pada pasien anak penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas di klinik Gracia periode Januari-Maret 2017 yang meliputi: 1. Dosis antibiotik tepat sebesar 89,25 %, dosis kurang sebesar 10,75 % dan dosis lebih tidak ditemui. 2. Frekuensi pemberian antibiotik tepat sebesar 98,92 %, pengaturan dosis kurang sering tidak ditemui dan pengaturan dosis terlalu sering sebesar 1,08 %. 10 E. DAFTAR PUSTAKA 1. Aalbers, J., K. K. O’Brien., W. S. Chan., G. A. Falk., C. Telkeur., B. D. Dimitrov., and T. Fahey., 2011. Predicting Streptococcal Pharyngitis in Adults In Primary Care: A Systematic Review Of The Diagnostic Accuracy of Symptoms and Signs and Validation of the Centor Score. BioMed Central (BMC) Medicine. 2. Dipiro. JT., 2009. Pharmacotherapy Handbook 7th edition. Mc Graw Hill. New York. 3. Istikomah, 2013. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Anak Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta tahun 2012. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 4. KemenKes RI, 2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 5. Lacy, F., C., Amstrong, L., L., Goldman, P., M., and Lance, L., L., 2016, Drug Information Handbook, 24th Edition, Lexi-Comp, USA. 6. Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta. 7. Pharmaceutical Care Network Europe Fundation. 2010. Classification For Drug Related Problems V6.2, p. 1-9 8. Rashed, N, A., Neubert, A., and Tomlin S., 2012. Epidemiology and potential associatedrisk factors of drug-related problems in hospitalised children in the United Kingdom and Saudi Arabia, Volume 68, Issue 12, pp 1657-1666, Europen Journal. 9. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013. 10. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. 11. Waldon, D.J. 2008. Pharmacokinetics and Drug Metabolism. Cambridge: Amgen, Inc., One Kendall Square, Building 1000, USA. 12. WHO, 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jenewa, WHO Interim Guidline. 13. Wolf, J and Daley, A.J., 2007. Microbiological Aspects Of Bacterial Lower Respiratory Tract Illness In Children: Typical Phatogens. Paed. Resp. Rev. 8, 204-211. 11