BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat sehingga dapat memperkecil biaya dan memuaskan pelanggan (Nasruhin, 2014). Dengan menggunakan sistem rantai pasok diharapkan proses operasi menjadi lebih efektif dan efisien. Salah satu sistem pendukung manajemen logistik rantai pasok adalah traceability. Menurut ISO 22005 (2007) sistem traceability merupakan alat yang berfungsi dalam membantu suatu organisasi beroperasi dalam rantai pasok pangan atau pakan untuk mencapai sasaran hasil yang diidentifikasi dalam sistem manajeman. Food traceability adalah salah satu bagian dari supply chain management (manajemen logistik) yaitu kegiatan memperoleh, menyimpan, dan menyampaikan informasi yang memadai mengenai pangan atau pakan dimana dalam prosesnya produk aman dan telah memenuhi suatu standar tertentu, dan dapat ditelusur dari hulu ke hilir kapanpun informasi tersebut dibutuhkan (Bosona, 2013). Food traceability adalah elemen penting pada kontrol secara umum dari skema produksi dan distribusi dalam food supply chain (Dabbene, 2014). Selain itu salah satu manfaat food traceability adalah untuk memberikan kontribusi terhadap agricultural traceability salah satunya pada produk hortikultura. Hortikultura dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun diantaranya tanaman buah, bunga, sayuran, dan obat-obatan. Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang diperdagangkan secara luas. Permintaan komoditas tersebut tidak hanya untuk pasar domestik melainkan mencapai pasar I-1 internasional. Menurut Kementan (2012), potensi komoditas hortikultura sudah cukup bagus di Indonesia, ekspor produk hortikultura pada tahun 2011 mengalami peningkatan signifikan sebesar 26% dari tahun 2010, yaitu dari US$ 390.74 juta menjadi US$ 491.3 juta. Permintaan komoditas hortikultura yang cukup tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri pertanian khususnya eksportir produk hortikultura. Konsumen tentunya menginginkan produk dengan kualitas yang tinggi dan harga yang terjangkau sehingga eksportir-eksportir harus mampu bersaing. Pemerintah Indonesia dalam menjaga kualitas dari produk ekspor pertanian telah membuat kebijakan yaitu PERMENTAN RI NOMOR 04/ Permentan/ PP.340/ 2/ 2015 tentang pengawasan keamanan pangan terhadap pemasukan dan pengeluaran pangan segar asal tumbuhan. PERMENTAN RI Nomor: 20/ PERMENTAN/ OT.140/ 2/ 2010 tentang jaminan mutu pangan hasil pertanian, pasal 19 ayat 1 berisi tentang ketelusuran (traceability) produk yang menekankan bahwa dalam rantai pasok pangan segar hasil pertanian harus diterapkan sistem traceability sesuai kebutuhan. ISO (International Organization for Standardization) membuat FSMS (Food Safety Management System) ISO 22000:2005 yang memuat persyaratan-persyaratan wajib untuk dipenuhi oleh suatu organisasi dalam rantai pangan agar menghasilkan produk berkualitas mulai dari lahan hingga menjadi makanan atau minuman yang aman untuk dikonsumsi dimana salah satu persyaratannya yaitu sistem traceability. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sistem traceability perlu dibangun dalam rantai pasok ekspor hortikultura. Pemetaan aktivitas rantai pasok dapat dilakukan untuk mendukung terbentuknya sistem traceability. Untuk memetakan aktivitas rantai pasok perlu dilakukan kajian yang tepat, dengan menggunakan pendekatan SCOR (Supply Chain Operation Reference). Supply Chain Operation Reference (SCOR) yaitu suatu acuan pemodelan dari operasi supply chain yang mampu memetakan bagian dari supply chain, dan pada dasarnya merupakan model yang bebasis pada proses (Pujawan, 2005). SCOR membagi proses-proses rantai pasok menjadi lima proses inti, yaitu plan, source, make, deliver, dan return. SCOR memiliki tiga level proses dari umum hingga ke detail (Bol-stroff, 2003). Penentuan aktivitas yang I-2 terkait traceability untuk area proses bisnis disetiap pelaku dari rantai pasok dilakukan setelah mengetahui area proses bisnis untuk setiap pelaku dari rantai pasok. SCOR digunakan untuk menggolongkan aktivitas yang terjadi dari supplier sampai customer sesuai proses yang terdapat pada model SCOR dari tiap aktivitas pada identifikasi untuk membangun sistem traceability (Handayani, 2013). Penggunaan model SCOR dipilih karena pendekatan ini merancang sistem pengukuran kinerja rantai pasok berdasarkan proses, sehingga dapat mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok dan mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing, serta menentukan arah perbaikan bagi penciptaan keunggulan bersaing (Mutakin, 2011). Pendesainan traceability berkaitan erat dengan penggunaan teknologi. Pada bidang pertanian memerlukan sistem berbasis informasi untuk melakukan penelusuran produknya seperti yang diungkapkan Schiefer (2008) dan Sudibyo (2012). RFID (Radio Frequency Identification) sering digunakan dalam bidang traceability serta rantai pasok (Priyandari dkk., 2011). Regattieri dkk., (2007) dan Evizal dkk., (2014) memberikan usul secara spesifik mengenai penggunaan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) dalam ketelusuran pada produk pertanian. Barcode juga dapat digunakan dalam sistem traceability berdampingan dengan teknologi RFID (Dwiyitno, 2009). Salah satu eksportir produk hortikultura di Jawa Tengah yang berada di daerah Temanggung yaitu PT Bumi Sari Lestari memiliki jaringan rantai pasok yang luas. Eksportir tersebut memiliki beberapa rekanan mulai dari petani, pengepul, perusahaan jasa, hingga importir. Rekanan-rekanan tersebut memiliki informasi-informasi penting yang dibutuhkan oleh perusahaan. Pergerakan aliran informasi pada eksportir tersebut masih belum tertelusur dengan baik. Mengenai manajemen pencatatan dan aliran informasinya diperlukan peningkatan pada sistem traceability dari eksportir tersebut. Eksportir tersebut belum memiliki sistem traceability yang baik, dimana pencatatan mengenai informasi pergerakan produk tidak dikumpulkan dan diatur. Sistem traceability memberikan informasi- I-3 informasi mengenai pergerakan produk (Hartati dkk., 2012), sehingga diperlukan analisis traceability pada rantai pasok eksportir tersebut. Pada penelitian ini dilakukan pendesainan mengenai sistem traceability eksportir pada rantai pasok ekspor komoditas sayuran. Studi kasus penelitian ini dilakukan pada rantai pasok ekspor french bean perusahaan PT Bumi Sari Lestari. French bean dipilih karena merupakan produk andalan eksportir tersebut. Pemilihan french beans dilakukan karena perlakuan untuk ekspor komoditas sayuran melalui jalur udara relatif sama sehingga french beans dapat mewakili komoditas sayuran secara umum. Analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan SCOR (Supply Chain Operation Reference) dengan tahapan dua level. Pendekatan SCOR digunakan untuk menggolongkan aktivitas yang terjadi dari supplier sampai customer sesuai proses yang terdapat pada tahapan SCOR dari setiap aktivitas untuk membangun sistem traceability (Handayani, 2012). Oleh karena itu dilakukan pendesainan mengenai traceability pada rantai pasok ekspor french bean di PT Bumi Sari Lestari. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi dasar penelitian yaitu bagaimana membangun desain sistem traceability menggunakan pendekatan SCOR (Supply Chain Operation Reference) pada studi kasus ekspor french beans pada PT Sari Bumi Lestari. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi permasalahan traceability komoditas sayuran ekspor pada tiap entitas. 2. Membuat usulan model traceability sayuran ekspor. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Memperoleh kerangka traceability rantai pasok sayuran ekspor. 2. Mendapat aspek-aspek pada proses manajemen yang harus dibangun untuk traceability rantai pasok komoditas sayuran yang diekspor. I-4 3. Memberikan informasi untuk pemerintah dan pelaku rantai pasok ekspor sayuran tentang permasalahan yang terjadi pada ekspor sayur khususnya sistem traceability. 4. Memberikan masukan untuk pelaku rantai pasok khususnya eksportir dalam pembuatan sistem traceability. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan adalah 1. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada pengiriman produk sayur hortikultura yang diekspor melalui udara. 2. Pendekatan SCOR (Supply Chain Operation Reference) digunakan hanya sebagai pendekatan untuk memperjelas traceability dan pendekatan ini hanya menggunakan level 1 dan level 2. 1.6 Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. SDM yang ada sudah tersertifikasi. 2. Regulasi yang ada didukung pemerintah. 3. Biaya dari teknologi yang diimplementasikan dianggap layak. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan pada penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan yang digunakan dalam kerja praktik dan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian. I-5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tahapan yang dilalui secara umum dalam melakukan penelitian yang berupa gambaran terstuktur dalam bentuk diagram alir (flowchart) sesuai dengan permasalahan yang ada. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, yang kemudian diolah sesuai dengan metodologi penelitian. BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini menjelaskan mengenai uraian analisis dan intepretasi dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yang digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian. Selain itu bab ini berisi saran-saran yang bias dipergunakan untuk penelitian selanjutnya. I-6