ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN LELE (Clarias sp.) TERHADAP NILAI KECERNAAN SERAT KASAR DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBEDAHAN PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN Oleh : MOH. BAHTIAR YUSUF HABIBI TULUNGAGUNG – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a N I M Tempat, tanggal lahir Alamat : Moh. Bahtiar Yusuf Habibi : 141211133093 : Tulungagung, 10 November 1993 : Njigang, Pakisaji, Kalidawir, Tulungagung Telp./HP 085852436695 Judul Skripsi : potensi penambahan azolla sp. dalam formulasi pakan ikan lele (clarias sp.) terhadap nilai kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen menggunakan teknik pembedahan Pembimbing : 1. Prayogo, S.Pi., MP. 2. Agustono, Ir., M. Kes. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu). Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia : 1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga; 2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis sayaini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi; 3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa sayaternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya. SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN LELE (Clarias sp.) TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBEDAHAN Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Oleh : MOH. BAHTIAR YUSUF HABIBI NIM. 141211133093 Menyetujui, Komisi Pembimbing SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN LELE (Clarias sp.) TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBEDAHAN Oleh : MOH. BAHTIAR YUSUF HABIBI NIM. 141211133093 Telah diujikan pada Tanggal : 14 November 2016 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP. Sekretaris : Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. Anggota : Abdul Manan, S.Pi., M.Si. Prayogo, S.Pi., MP. Agustono, Ir., M.Kes. . Surabaya, 14 November 2016 SKRIPSI POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp... MOH. BAHTIAR Y.H ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RANGKUMAN Moh. Bahtiar Yusuf Habibi. Potensi Penambahan Azolla sp. Dalam Formulasi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) Terhadap Kecernaan Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Menggunakan Teknik Pembedahan. Dosen Pembimbing Prayogo S.Pi., M.P., dan Agustono, Ir., M.Kes Ikan lele tergolong spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan. Pakan merupakan komponen paling penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele. Sekitar dua per tiga biaya produksi ikan dibelanjakan untuk pakan. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan hijauan terutama yang berasal dari limbah pertanian yaitu azolla, Azolla sp. yang berasal alam. Azolla merupakan alternatif yang tepat sebagai bahan baku pencampur dalam pembuatan pellet karena mudah disediakan, murah dan banyak jenisnya. Kecernaan zat makanan didefinisikan sebagai jumlah zat makanan yang tidak dieksresikan melalui feses dengan asumsi bahwa zat makanan tersebut dicerna oleh hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan azolla dalam formulasi pakan ikan lele terhadap kecernaan serat kasar dan kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai bulan Agustus 2016 di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan azolla pada pakan dalam formulasi pakan ikan tidak mempengaruhi kecernaan serat kasar dan berpengaruh pada kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele. Rata-rata nilai kecernaan serat kasar ikan lele berkisar antara 93,232% - 94,542%. Rata-rata nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele berkisar antara 94,93% - 98,315%. iv ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SUMMARY Moh. Bahtiar Yusuf. Potential Addition of Azolla sp. In the Feed Formulation Catfish (Clarias sp.) Against digestibility Crude Fiber and Material Extracts Without Nitrogen Use Surgical technique. Academic Advisor Prayogo S.Pi., MP. and Agustono, Ir., M.Kes Catfish species belonging potential to be cultivated. Feed is the most important component in the cultivation of fish, including catfish. Around two thirds of production costs spent to feed the fish. One way to reduce the cost of feed is to utilize forages mainly derived from agricultural waste that Azolla, Azolla sp. which comes natural. Azolla is an appropriate alternative as a raw material in the manufacture of pellets for mixing easily available, cheap and of many kinds. Digestibility of nutrients is defined as the amount of nutrients that are not excreted through the feces on the assumption that the food substances ingested by animals. This study aimed to determine the effect of Azolla in catfish feed formulations to the crude fiber digestibility and digestibility extract materials without nitrogen. This research was conducted in July 2016 to August 2016 at the Faculty of Fisheries and Marine Airlangga University, Surabaya. The design used in this study is Completely Randomized Design with five treatments and four replications. The results showed that the addition of Azolla in the feed in the fish feed formulation did not affect the digestibility of crude fiber and the effect on digestibility extract materials without nitrogen catfish. The average value of crude fiber digestibility of catfish ranging from 93.232% - 94.542%. The average value of the extract materials without nitrogen digestibility catfish ranging between 94.93% 98.315%. v ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga Penelitian tentang Potensi Penambahan Azolla sp. Dalam Formulasi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) Terhadap Nilai Kecernaan Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Menggunakan Teknik Pembedahan yang dilaksanakan pada Juli 2016 sampai dengan Agustus 2016 dapat selesai. Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada: Bapak Prayogo S.Pi., MP., dan Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk, perhatian dan bimbingan sejak penyusunan Usulan hingga Laporan Penelitian ini, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian Penelitian ini. Penulis menyadari bahwa Laporan Penelitian ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak. Surabaya, 22 September 2016 Penulis vi ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan Laporan Penelitian ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari semua pihak. Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, serta kepada: 1. Ibu Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. 2. Bapak Prayogo S.Pi., MP., dan bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada penulis sejak awal pelaksanaan hingga laporan ini dapat terselesaikan. 3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes, selaku koordinator skripsi 4. Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku dosen wali. 5. Ibu Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. Dan bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si selaku dosen penguji. 6. Bapak H.Kusnan Thohari S.Ag., M.Si., dan Ibu Hj. Muawanah selaku Orang Tua yang telah memberikan semangat, do’a dan dukungan baik moril maupun materiil yang sangat berarti bagi penulis. 7. Teman-teman satu tim penelitian Ratna E, Gumelar P, Puji H, Dan Ayu M. yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian pada penulis. 8. Dendy MP, Ryan Dinda, OkkyAb, Yangyang MJ, Moch. Ali L, Dwi A, serta Barracuda FPK 2012 sebagai sahabat yang telah memberi dukungan semangat serta mendampingi penulis dalam suka dan duka. 9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. vii ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................. iv SUMMARY ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3 Tujuan ................................................................................................... 3 1.4 Manfaat ................................................................................................. 3 II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4 2.1 Ikan Lele (Clarias sp.)........................................................................... 4 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi .............................................................. 4 2.1.2 Kebiasaan Makan .......................................................................... 5 2.1.3 Kebutuhan Nutrisi .......................................................................... 5 2.2 Azolla .................................................................................................... 7 2.3 Pakan .................................................................................................... 9 2.3 Kecernaan ............................................................................................. 9 2.5.1 Kecernaan Serat Kasar ................................................................... 10 2.5.2 Kecernaan Bahan Ektrak Tanap Nitrogen .................................... 11 2.5 Pengukuran Kecernaan Teknik Pembedahan ....................................... 11 III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .................................... 13 viii ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3.1 Kerangka Penelitian .............................................................................. 13 3.2 Hipotesis ................................................................................................ 15 IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 16 4.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 16 4.2 Materi Penelitian ................................................................................... 16 4.2.1 Alat Penelitian ............................................................................... 16 4.2.2 Bahan Penelitian ............................................................................ 16 4.3 Metode Penelitian .................................................................................. 17 4.3.1 Rancangan Penelitian..................................................................... 17 4.3.2 Pakan Perlakuan............................................................................. 18 4.3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 18 4.3.4 Variabel Penelitian ........................................................................ 22 4.4 Parameter .............................................................................................. 22 4.4.1 Parameter Utama .......................................................................... 22 4.4.2 Parameter Penunjang .................................................................... 23 4.4.3 Analisis Data ................................................................................. 23 V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 25 5.1 Hasil....................................................................................................... 25 5.1.1 Kecernaan Serat Kasar ................................................................... 25 5.1.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.................................... 26 5.1.3 Kualitas Air .................................................................................... 26 5.2 Pembahasan ........................................................................................... 26 5.2.1 Kecernaan Serat Kasar ................................................................... 26 5.2.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.................................... 28 5.2.3 Kualitas Air .................................................................................... 29 VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 31 6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 31 6.2 Saran ...................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32 LAMPIRAN ..................................................................................................... 35 ix ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Lele ........................................................................ 7 2. Komposisi Nilai Kandungan Azolla ............................................................ 8 3. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan ................................................................ 19 4. Komposisi Pakan Penelitian ........................................................................ 20 5. Tabel Rata-rata nilai Kecernaan Serat kasar ............................................... 25 6. Tabel Rata-rata nilai Kecernaan BETN ...................................................... 26 x ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Morfologi Ikan Lele (Clarias sp.) ................................................................ 4 2. Azolla .......................................................................................................... 7 3. Bagan Kerangka Konseptual ....................................................................... 15 4. Denah Pengacakan Unit Penelitian .............................................................. 18 5. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 24 xi ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Hasil Uji Laboratorium Analisis Pakan ..................................................... 35 2. Hasil Uji Laboratorium Analisis Feses Ikan Lele .................................... 36 4. Data Pakan Pemberian dan Sisa Pakan .................................................... 38 5. Data Konsumsi Pakan dan Berat Feses Ikan Lele .................................... 39 8. Contoh Cara Menghitung Kecernaan Serat Kasar dan BETN ................. 40 9. Data Rata-rata Kualitas Air ..................................................................... 41 10. Nilai Kecernaan Serat Kasar (%) ............................................................. 42 11. Nilai Kecernaan BETN (%) ..................................................................... 43 12a. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar ............................................. 44 12b. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar Setelah Transformasi √y ....................................................................................... 44 13a. Data Hasil Statistik Kecernaan BETN ..................................................... 45 13b. Data Hasil Statistik Kecernaan BETN Setelah Transformasi √y ............. 45 14. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 48 xii ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Pertumbuhan produksi budidaya air tawar meningkat cukup signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sebesar 8,83%. Menurut data Biro Pusat Statistik dan lnformasi, tingkat konsumsi ikan, termasuk lele di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2004, konsumsi lele hanya terhitung 22,58 kg per kapita per tahun. Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 2007, meningkat menjadi 28,28 kg per kapita per tahun. Sementara itu, pada 2008 naik menjadi 29,98 kg per kapita per tahun. (Muhtadi, 2013). Ikan lele tergolong ikan omnivora serta mempunyai pertumbuhan yang cepat, memlikiki kemampuan toleransi terhadap pameter lingkungan dalam batas yang luas. Oleh karena itu ikan lele tergolong spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan (Hastuti, 2014). Pengembangan budidaya perikanan tersebut, tentunya diperlukan pakan berkualitas. Pakan merupakan komponen paling penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele. Sekitar dua per tiga biaya produksi ikan dibelanjakan untuk pakan. Pakan memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan selama budidaya dapat mencapai sekitar 60-70% dari biaya operasional budidaya (Hadadi dkk., 2009). Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan hijauan terutama yang berasal dari limbah pertanian yaitu azolla, Azolla sp. yang berasal alam (Cecep Hidayat dkk., 2011). Azolla merupakan alternatif yang tepat sebagai bahan baku pencampur dalam pembuatan pellet karena mudah disediakan, murah dan banyak jenisnya. Azolla potensial digunakan sebagai pakan karena ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2 banyak terdapat di perairan tenang seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan, serta pertumbuhannya dalam waktu 3-4 hari dapat memperbanyak diri menjadi dua kali lipat dari berat segar. Tanaman Azolla memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 28,12% berat kering (Handajani, 2000). Nilai gizi pakan tergantung kepada jumlah ketersediaan zat-zat makanan yang digunakan oleh ikan, yang ditunjukkan dari bagian yang hilang setelah pencernaan, penyerapan, dan metabolisme. Cara mengukur ketersediaan zat-zat makanan bagi tubuh tersebut adalah melalui penentuan kecernaan (Cho, et al. 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan meliputi faktor ukuran ikan, komposisi pakan, jumlah yang dikonsumsi, serta kondisi fisiologi ikan (Haetami dan Sukaya, 2005). Pengukuran kecernaan merupakan suatu usaha untuk menentukan jumlah zat pakan yang diserap dalam saluran pencernaan. Jumlah yang tertinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari zat pakan yang dicerna adalah selisih zat pakan yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi dan zat pakan dalam ekstrak. (Utama dkk, 2006). Serat kasar membantu dalam mempercepat ekskresi sisa-sisa pakan melalui saluran pencernaan, namun keberadaan serat kasar didalam pakan saja tidak cukup dalam menunjang kecernaan pakan, terdapat faktor faktor lain yang berpengaruh didalamnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya cerna pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan yang dapat menyebabkan perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna pakan Mudjiman (2002). ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 Bahan ekstrak tanpa nitrogen terdiri dari gula, pati, pentosa, dan bahanbahan penyusun yang lain. Berbeda dengan serat kasar gula dan pati bahan ekstrak tanpa nitrogen memiliki nilai kecernaan yang tinggi (Budiman dkk., 2006). Nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen dipengaruhi oleh daya konsumsi pakan dan jumlah feses yang dihasilkan (Prasetyo 2012 dalam Agustono 2014). 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah 1. Apakah tepung azolla dapat meningkatkan nilai kecernaan serat kasar pada ikan lele (Clarias sp.) ? 2. Apakah tepung azolla dapat meningkatkan nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen pada ikan lele (Clarias sp.) ? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang dapat diperoleh adalah 1. Mengetahui nilai kecernaan serat kasar dengan pemberian pakan menggunakan tepung azolla pada ikan lele (Clarias sp.) 2. Mengetahui nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen dengan pemberian pakan menggunakan tepung azolla pada ikan lele (Clarias sp.) 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi mahasiswa untuk mengetahui pengaruh kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada pakan menggunakan tepung Azolla terhadap ikan lele (Clarias sp.). II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin ( 1984 ) sebagai berikut: Kingdom : Animalia Sub-kingdom : Metazoa Phyllum : Chordata Sub-phyllum : Vertebrata Klas : Pisces Sub-klas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub-ordo : Siluroidea Familia : Clariidae Genus : Clarias Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp.) (Affandi et al., 1992) Ikan lele merupakan hewan nokturnal artinya ikan ini aktif pada malam hari dalam mencari mangsa. Ikan lele dicirikan dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5 spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar (Witjaksono, 2009). 2.1.2 Kebiasaan Makan dan Pakan Lele terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya pelet. Lele sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Lele juga dikenal sebagai pemakan bangkai atau scavenger. Di kolam budidaya, lele mau menerima segala jenis makanan yang diberikan (Santoso, 1994). Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, terdiri dari mulut, rongga mulut, esophagus, lambung usus dan anus. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang tubuhnya, sementara itu lambungnya relatif besar dan panjang (Mahyuddin 2008). Adapun posisi mulut lele tergolong kedalam terminal. Mulut pada ikan berfungsi untuk memasukkan makanan. Sehubungan dengan fungsi tersebut maka bukaan mulut ikan menentukan ukuran pakan yang diberikan. 2.1.3 Kebutuhan Nutrisi Aspek nutrisi pakan ikan lele yang baik tidak hanya sekedar ditinjau dari segi teknis semata, melainkan juga melibatkan segi ekonomis. Agar memperoleh produksi daging ikan sesuai dengan harapan dibutuhkan kualitas pakan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan ikan yang sekedar dipelihara untuk hobi. Pakan utama untuk ikan lele harus memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein sangat esensial bagi keperluan tubuh ikan berfungsi sebagai sumber energi utama, jenis ikan karnivora semacam lele membutuhkan ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6 protein tinggi yaitu lebih dari 35% dari berat ikan, zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin,mineral dan air (Sutikno, 2011). Protein merupakan nutrien yang harus ada atau esensial untuk pertumbuhan dan pertahanan hidup semua hewan. Terdapat sedikitnya 2 penentu nilai protein untuk ikan, pertama adalah kecernaannya, faktor lainnya adalah komposisi kimiawi dari protein tersebut. Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan/udang, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di darat (unggas, dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Kebutuhan protein benih ikan lele sebesar >30% dalam pakan (SNI, 2006). Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensilnya yaitu asam-asam lemak tak jenuh antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Kandungan lemak sangat dipengaruhi oleh factor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18% (Sutikno,2012). Karbohidrat terdiri dari senyawa serat kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Selain berfungsi sebagai nutrisi, karbohidrat juga bisa menjdi perekat dalam pembuatan pakan lele. Kandungan karbohidrat pada pakan lele sebaiknya ada pada kisaran 46%. Dan vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah kecil, namun perannya sangat vital yaitu untuk mempertahankan kondisi dan daya ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7 tahan tubuh ikan. Kebutuhan akan vitamin Sangat dipengaruhi ukuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air (Sutikno, 2012). Mineral adalah bahan an organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan jeringan tubuh, proses metabolisme dan mempertahankan keseimbangan osmosis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi (Sutikno, 2011). Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ikan lele. Ikan Lele Kebutuhan nutrisi Protein Lemak Karbohidrat mineral vitamin (%) (%) (%) (%) 30-40 9,5-10 20-30 30-40 30-40 Sumber : kordi, 2007 2.2 Azolla Tumbuhan Azolla dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Arifin, 1996): Kingdom Subkingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Tracheobionta : Pteridophyta : Leptosporangiopsida (heterosporous) : Salviniales : Salviniaceae : Azolla : Azolla sp. Gambar 2. Azolla sp. Sumber: feedipedia.org, 2016 ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8 Azolla merupakan tumbuhan dengan ukuran yang relative kecil, memiliki panjang 1,5–2,5 cm. Tipe akar yang dimiliki yaitu akar lateral dimana bentuk akar adalah runcing atau tajam terlihat seperti rambut atau bulu di atas air. Bentuk daun kecil dengan ukuran panjang sekitar 1–2 mm dengan posisi daun yang saling menindih. Permukaan atas daun berwarna hijau, coklat atau kemerah-merahan dan permukaan bawah berwarna coklat transparan. Daun sering menampakkan warna merah marun dan air tampak tertutup olehnya. Ketika tumbuh di bawah sinar matahari penuh, terutama di akhir musim panas dan musim semi, Azolla dapat memproduksi antosianin kemerahmerahan di dalam daunnya (Dewi, 2007). Azolla adalah sejenis tumbuhan paku air biasa ditemukan di perairan tenang seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan. Para petani biasanya menganggap azola sebagai gulma atau limbah pertanian. Menurut Cho, dkk. (1982), azola dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati penyusun ransum ikan, karena mengandung protein yang cukup tinggi tidak mengandung senyawa beracun. Tabel 2. Komposis nilai kandungan azolla Bahan pakan Azolla Sumber : Kandungan nutrisi Protein Lemak Serat Abu Kasar (%) Kasar (%) (%) (%) 21,58 2,22 17,86 23,94 Lab. Balitnak Bogor (2002) BETN Bahan (%) Kering 34,39 89,22 ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9 2.3 Pakan Pakan buatan adalah merupakan campuran dari bahan-bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi dan harga yang berbedabeda. Kesalahan penentuan bahan-bahan pakan dapat berdampak pada rendahnya kandungan nutrisi dan tingginya biaya penyediaan pakan buatan yang dihasilkan (Luh dkk, 2011 dalam Muliantara, 2012). Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Semakin tinggi kandungan protein dalam pakan maka dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan, dan sintasan ikan (Mudjiman, 2007). Pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan ikan. Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya (NRC, 1993). 2.4 Kecernaan Pakan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan meliputi faktor ukuran ikan, komposisi pakan, jumlah yang dikonsumsi, serta kondisi fisiologi ikan (Haetami dan Sukaya, 2005). Kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses (Affandi, et al., 1992). Nilai kecernaan menyatakan banyaknya komposisi nutrisi suatu bahan maupun energi yang dapat diserap dan digunakan oleh ikan (NRC, 1993). ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10 Kecernaan merupakan pencerminan dari kemampuan suatu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. Kecernaan dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menentukan nilai pakan dan selanjutnya dikatakan tinggi nilainya kecernaan suatu bahan pakan penting karena; Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan makin besar zat-zat makanan yang diserap, walaupun tinggi kandungan zat makanan, jika nilai kecernaannya rendah, maka tidak ada gunanya, untuk mengetahui seberapa besar zat-zat yang dikandung pakan yang dapat diserap untuk kehidupan pokok, pertumbuhan dan produksi. Kecernaan suatu bahan pakan dapat di ukur dari kecernaan protein kasar, serat kasar, lemak kasar, bahan kering, bahan organik, BETN, dan energi (Agustono, 2014). 2.4.1 Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat kasar adalah kemampuan untuk mencerna serat kasar dalam bahan pakan (Chuzaemi dan Hartutik, 1990). Serat kasar merupakan bahan organik, bagian dari zat gizi karbohidrat yang tidak mudah larut dalam air (Agustono, 2014). Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian besar tidak dapat dicerna dan bersifat sebagai pengganjal (Wahyu, 2004). Serat kasar membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan umtuk disekresikan keluar, tanpa bantuan serat kasar feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11 2.4.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan salah satu bagian dari karbohidrat setelah dikurangi serat kasar. Bahan ekstrak tanpa nitrogen terdiri dari gula, pati, pentosan dan bahan bahan penyusun yang lain. Berbeda dengan serat kasar, gula dan pati dalam bahan ekstrak tanpa nitrogen memiliki kecernaan yang tinggi (Budiman dkk., 2006). Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian karbohidrat yang mudah dicerna. Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian yang lebih mudah larut, yang dapat dipecah menjadi enam ikatan karbon terutama glukosa, untuk penyerapan di dinding usus kecil menuju aliran darah. Bagian utama dari pecahnya karbohidrat yang mudah larut atau bahan ekstrak tanpa nitrogen terjadi di usus kecil. Getah pankreas mengandung amilase, yaitu enzim pemecah pati yang bertanggung jawab menghidrolisis pati untuk maltosa. Sukrase, maltase dan laktase ditemukan dalam usus dan mampu menghidrolisis masing masing tiga sakarida dengan enam rantai karbon (Perry, 1984). Nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen dopengaruhi oleh daya konsumsi pakan dalam jumlah feses yang dihasilkan. Nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen tinggi bila daya konsumsi dan jumlah feses dalam keadaan seimbang (Diputro, 2008). 2.5 Pengukuran Kecernaan Teknik Pembedahan Pengukuran nilai kecernaan merupakan suatu usaha untuk menentukan jumlah zat yang dapat diserap oleh saluran pencernaan dengan mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi oleh jumalah makanan yang dikeluarkan melalui feses ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12 (Abum, 2007). Metode yang digunakan untuk koleksi feses adalah menggunakan teknik pembedahan. Pengumpulan feses yang terdapat di dalam air lebih sulit di bandingkan mengumpulkan feses di luar air, sehingga untuk mendapatkan nilai kecernaan pakan yang akurat feses harus bebas dari sisa pakan. Metode pengukuran daya cerna pada ikan dengan menggunakan teknik pembedahan akan mengurangi bias pada nilai kecernaan. Sampel feses diambil dengan teknik pembedahan ini adalah feses yang berasal dari usus besar ( Haetami dkk, 2008). Metode pengumpulan feses dari usus besar ini dilakukan dengan asumsi bahwa pencernaan dan penyerapan zat gizi terjadi pada usus halus dan bukan usus besar ( Haetami dan sastrawibawa, 2004). III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual Usaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung kualitas yang maksimal. Pakan pada suatu proses budidaya menghabiskan sekitar 60–70 % biaya produksi yang dikeluarkan (Hadadi dkk., 2009). Beberapa syarat bahan pakan yang baik untuk diberikan adalah memenuhi kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) yang tinggi, tidak beracun, mudah diperoleh, mudah diolah dan bukan sebagai makanan pokok manusia (Handajani,2011). Ada beberapa alternatif bahan pakan yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan pakan salah satunya adalah tepung Azolla. Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air. Hijauan terutama yang berasal dari limbah pertanian merupakan alternatif yang tepat sebagai bahan baku pencampur dalam pembuatan pellet karena mudah disediakan, murah dan banyak jenisnya. Menurut Cho, dkk. (1982), Azolla sp. dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati penyusun ransum ikan karena mengandung protein yang cukup tinggi. Azolla sp. mengandung protein kasar 24-30%, kalsium 0,4-1%, fosfor 2-4,5%, lemak 33,3%, serat kasar 9,1-12,7%, pati 6,5%, dan tidak mengandung senyawa beracun. Efisiensi pakan terhadap ikan dapat dilihat dari nilai kecernaan. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi daya cerna pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan yang dapat menyebabkan perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna pakan Mudjiman (2002), Kecernaan ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14 merupakan salah satu hal penting untuk menentukan nilai zat makanan suatu jenis pakan sehingga akan menentukan kelayakan sebagai pakan (Nurhaya, 2001) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen terhadap pemberian pakan buatan menggunakan tepung azolla pada ikan lele. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat diketahui pakan menggunakan tepung azolla memberikan pertumbuhan yang baik pada ikan lele. Bagan kerangka konseptual penelitian secara garis besar dapat dilihat pada gambar 3.1. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15 Budidaya ikan Lele Permintaan meningkat Salah satu aspek penting dalam budidaya adalah pakan Pakan komersil Biaya mahal Pakan Formulasi Penambahan Azolla sp. dalam formulasi pakan ikan lele Mudah didapatkan Protein >20% Tidak beracun Harga murah Penggunaan pakan pada ikan Lele Kecernaan Serat kasar Bahan ekstrak tanpa nitrogen Analisis data nilai kecernaan Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian 3.2 Hipotesis 1 : Penambahan tepung azolla pada formulasi pakan meningkatkan nilai kecernaan serat kasar pada ikan lele (Clarias sp.). 2 : Penambahan tepung azolla pada formulasi pakan meningkatkan nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen pada ikan lele (Clarias sp.). IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai bulan Agustus 2016 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Analisis proksimat bahan pakan dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. 4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium sebanyak 20 buah dengan ukuran 40x20x20 cm3, blower, aerasi, selang aerasi, batu aerasi, termometer, nampan, gunting bedah, penggilingan, alat pencetak pelet, loyang, timbangan digital, pH paper, DO meter, ammonia test-kit, seser, plastik, sendok, alat sipon dan saringan. 4.2.2 Bahan Penelitian A. Ikan lele Bahan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele (Clarias sp.) dengan ukuran 8-9cm. Ikan ini berasal dari pasar ikan gunung sari. Ikan lele yang digunakan sebanyak 200 ekor. B. Media Pemeliharaan Media pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air tawar sebanyak 10 liter. Air media penelitian berasal dari sumber air, agar tetap optimum setiap dua hari sekali dilakukan pergantian air sebanyak 50% dari total volume. Setiap satu minggu sekali dilakukan pergantian air secara keseluruhan. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17 C. Bahan Pakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung azolla, tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, dedak, tepung tapioka dan vitamin mix. 4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini mengunakan metode eksperimental dengan lima perlakuan dan 4 ulangan. Penelitian ini ingin mengetahui potensi penambahan azola dengan perlakuan P0,P1,P2,P3, dan P4 terhadap kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model matematika sebagai berikut: Yij = µ + τi + ɛij Keterangan : i = 1,2,3,...t j = 1,2,3,...t t = banyaknya perlakuan, n = banyaknya ulangan Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-I ulangan ke-j µ = nilai tengah umum τ = pengaruh perlakuan ke-i ɛ = pengaruh acak (kesalahan percobaan) pada perlakuan ke i ulangan ke-j ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18 Denah pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 P01 P32 P21 P12 P22 P33 P13 P43 P41 P04 P03 P23 P11 P14 P24 P34 P31 P42 P44 P02 Gambar 4.1 Denah Pengacakan penelitian 4.3.2 Pakan Perlakuan Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Po : pakan formulasi A. P1 : Pakan formulasi B. P2 : Pakan formulasi C. P3 : Pakan formulasi D. P4 : Pakan formulasi E. 4.3.3 Prosedur Kerja A. Persiapan Alat dan Bahan Aklimatisasi ikan lele terlebih dahulu selama satu hari. Menurut Rosadi (2012) aklimatisasi benih ikan adalah waktu yang diperlukan oleh ikan untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Kemudian dipuasakan selama satu hari untuk menghilangkan pengaruh pakan yang diberikan sebelumnya. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele (Clarias sp.) ukuran 8-9 yang sehat dan tidak terserang penyakit. Benih ikan ditebar saat suhu sedang rendah, yaitu pagi atau sore hari (Cahyono, 2000). Aklimatisasi ikan lele terlebih dahulu selama satu hari. Menurut Rosadi (2012) aklimatisasi benih ikan adalah waktu yang diperlukan oleh ikan untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Kantung plastik dibiarkan terapung diatas permukaan air selama 5-10 menit, kemudian tambahkan air media sedikit ke dalam kantong plastik sampai ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19 kondisi air yang ada didalamnya hampir sama dengan kondisi air yang ada di bak. Benih ikan lele yang digunakan sebanyak 10 ekor setiap akuarium (1/1L).. B. Persiapan Pembuatan Pakan Bahan pakan yang akan digunakan untuk pakan buatan, dianalisis proximat untuk mengetahui kandungan nutrisinya yang hasilnya terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan nutrisi bahan pakan percobaan Bahan Pakan Protein Lemak Serat Abu BETN Bahan Kasar (%) Kasar (%) (%) Kering (%) (%) Tepung Ikan* 43,75 8,174 19,548 17,105 1,978 90,5580 Tepung Azolla* 20,038 1,685 22,003 23,563 15,673 82,9641 Tepung BKK* 43,582 7,559 2,727 7,085 24,633 85,5876 Tepung Jagung** 9,802 4,291 8,486 4,061 73,359 89,104 Dedak Padi** 14,347 16,675 7,281 4,893 56,805 87,818 0,548 2,883 1,745 374,405 91,276 Tepung Tapioka** 1,223 Keterangan : * Hasil analisis proksimat Laboratorium Pakan Ternak FKH Universitas Airlangga ** Hasil analisis proksimat Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang Komposisi pakan uji antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Penentuan nilai nutrisi dalam pakan menggunakan metode uji coba. Tabel 4. Komposisi Pakan Penelitian Perlakuan Bahan 0 1 2 3 4 46 43 34,6 35,1 40 Tepung azolla 0 5 10 15 20 Tepung BKK 28,5 29 36,2 34,8 28,6 7,8 5 5 5 4 14,5 14,8 11 6,9 4,2 3 3 3 3 3 Tepung ikan Tepung jagung Dedak padi Tepung tapioka ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20 Mineral mix 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Total (%) 100 100 100 100 100 Hasil perhitungan pakan Abu (%) 10,966118 11,567514 11,63303 PK (%) 35,427446 35,103351 35,022979 35,045264 35,003451 LK (%) 8,683368 8,49007 SK (%) 11,573418 11,884998 11,262782 12,123973 13,731454 BETN (%) 24,697042 23,66088 23,893364 22,013037 19,099038 protein)* 10,7621 10,63702 10,4901 ME (Kcal/kg)** 3812,75228 3733,9503 3673,9551 3535,6578 3369,0027 Harga(Rp) 7011 7,798302 12,596902 14,001206 7,133921 6,65904 C/P (kal/g 6729 6530 10,0888 6476,5 9,62477 6433 Bahan pakan yang telah digiling dilakukan pengayakan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bahan yang halus sebelum dicampur. Bahan pakan yang telah diayak kemudian ditimbang sesuai dengan formulasi yang dikehendaki. Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan dilakukan pencampuran secara homogen. Bahan pakan yang telah tercampur merata dimasukkan ke dalam loyang Kemudian diangkat dan dicetak dengan menggunakan mesin pelet. Pelet yang sudah setengah jadi kemudian dikeringkan dengan suhu 60oC selama 24 jam dengan menggunakan oven, setelah di oven selama 24 jam pelet siap digunakan. Pakan yang sudah jadi kemudian dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan untuk melihat kandungan protein, lemak, BETN, serat kasar dan abu. C. Manajemen Kualitas Air Air media penelitian berasal dari sumber air, agar tetap optimum setiap hari pada pukul 07.00 WIB akuarium disipon. Dan setiap dua hari sekali dilakukan pergantian air sebanyak 50 % dari total volume, kemudian setiap satu minggu sekali dilakukan pergantian air secara keseluruhan. D. Pemeliharaan Ikan Lele ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21 Ikan lele dipelihara di dalam akuarium dengan ukuran 40x20x20 cm3. Satu akuarium diisi dengan 15 ekor ikan , ikan dipelihara selama 30 hari. Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan berbentuk pelet yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari dengan dosis 4% dari berat total ikan dalam setiap kali makan. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Andrianto (2005) bahwa pakan diberikan sebanyak 3-5 % bobot total ikan setiap hari yaitu pada saat pagi, siang dan sore. Selama pemeliharaan dilakukan penyiponan pada pagi hari untuk membersihkan pakan yang tersisa dan kotoran-kotoran yang ada. Penyiponan dilakukan agar kualitas air pada media pemeliharaan tetap baik dan tidak menimbulkan racun bagi ikan. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi oksigen, amonia, suhu dan pH yang diukur selama seminggu sekali. 4.3.4 Variabel Penelitian A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis tepung azolla dalam pakan yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%. 2. Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah ukuran ikan 8-9, suhu, pH, salinitas, DO, amoniak, ukuran akuarium, pakan komersial, tepung azolla. 3. Variabel tergantung dalam penelitian ini yaitu kecernaan serat kasar dan kecernaan bahan ektrak tanpa nitrogen. 4.4 Parameter 4.4.1 Parameter Utama Parameter utama yang diamati pada penelitian ini adalah kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen pada pakan ikan lele (Clarias sp.) metode yang dilakukan yaitu dengan pembedahan terhadap ikan uji dan diambil feses dari usus hingga anus kemudian di uji proksimat. Menurut Tilman dkk, (2005), perhitungan kecernaan adalah dapat dihitung dengan rumus : Kecernaan (%) = Konsumsi nutrisi – nutrisi dalam feses x 100% Konsumsi nutrisi ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22 Sehingg perhitungan kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen sebagai berikut : Kecernaan serat kasar (%) = konsumsi SK (g) – SK feses (g) x 100% Konsumsi SK (g) Keterangan : Konsumsi SK = jumlah pakan yang dikonsumsi (g) x % SK pakan x % BK pakan SK feses = jumlah feses (g) x % serat kasar feses x BK feses Kecernaan BETN (%) = konsumsi BETN (g) – BETN feses (g) x 100% Konsumsi BETN (g) Konsumsi BETN = jumlah pakan yang dikonsumsi (g) x % BETN pakan x % BK pakan BETN feses = jumlah feses (g) x % BETN feses x BK feses 4.4.2 Parameter Penunjang Parameter penunjang yang diamati pada penelitian ini adalah kualitas air, meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH dan amonia. 4.4.3 Analisis Data Data yang diperoleh diolah menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan, apabila hasil menunjukkan bahwa perlakuan penambahan asam amino esensial lisin dalam pakan komersial menunjukkan hasil signifikan maka perhitungan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test). Diagram alir penelitian ini dapat di lihat pada gambar 4.2. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23 Ikan Lele (Clarias sp.) Analisis Proksimat Bahan Pakan dan Pembuatan Formulasi pakan Mencampur Tepung Azolla dengan Bahan Pakan Lainnya dan Pembuatan Pellet Analisa Proksimat Pengukuran Berat Tubuh Awal Ikan Lele Ransum pakan dengan 0% T. Azolla Ransum pakan dengan 5 % T. Azolla Ransum pakan dengan 10% T. Azolla Ransum pakan dengan 15% T. Azolla Ransum pakan dengan 20% T. Azolla Perlakuan penelitian (30 hari ) Berat Badan Akhir Ikan Lele Parameter penunjang Pengamatan kualitas yaitu suhu, oksigen, pH Parameter utama : - Kecernaan Serat Kasar - Kecernaan BETN Analisa Data Simpulan Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2 air V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Parameter pada penelitian ini adalah pengukuran kecernaan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Pada penelitian ini ikan uji yang digunakan adalah ikan lele (Clarias sp.). Hasil penelitian dapat dilihat pada keterangan di bawah ini. 5.1.1 Kecernaan Serat Kasar Dari hasil penelitian didapatkan nilai kecernaan serat kasar ikan lele menunjukkan 93,232% – 94,542%. Data kecernaan serat kasar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Data rata-rata kecernaan serat kasar terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Nilai Kecernaan Serat Kasar Ikan Lele Nilai Kecernaan Serat Kasar Perlakuan Transformasi (√) ± SD (%) ± SD P0 (0% azolla) 93,362 ± 0,374 9,662 ± 0,019 P1 (5% azolla) 94,542 ± 1,827 9,840 ± 0,093 P2 (10% azolla) 94,082 ± 1,006 9,858 ± 0,052 P3 (15% azolla) 93,547 ± 1,610 9,893 ± 0,083 P4 (20% azolla) 93,232 ± 1,554 9,853 ± 0,063 Keterangan: P0 (penambahan tepung Azolla 0%), P1 (penambahan tepung Azolla 5%), P2 (penambahan tepung Azolla 10%), P3 (penambahan tepung Azolla 15%), P4 penambahan tepung Azolla 20%). SD = Standar Deviasi Hasil perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) nilai kecernaan serat kasar pada Lampiran 7 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (p>0,05) terhadap nilai kecernaan serat kasar ikan lele. 5.1.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Dari hasil penelitian didapatkan nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele menunjukkan 93,367% – 98,315%. Data kecernaan bahan ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26 ekstrak tanpa nitrogen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Data rata-rata kecernaan serat kasar terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Nilai Kecernaan BETN Ikan Lele Perlakuan Nilai Kecernaan BETN (%) ± SD Transformasi (√) ± SD P0 (0% azolla) 98,315a ± 1,091 9,915 ± 0,055 P1 (5% azolla) 93,367c ± 2,718 9,661 ± 0,14 P2 (10% azolla) 96,955ab ± 1,988 9,846 ± 0,101 P3 (15% azolla) 95,525abc ± 2,063 9,773 ± 0,105 P4 (20% azolla) 94,930bc ± 0,709 9,744 ± 0,036 Keterangan: P0 (penambahan tepung Azolla 0%), P1 (penambahan tepung Azolla 5%), P2 (penambahan tepung Azolla 10%), P3 (penambahan tepung Azolla 15%), P4 penambahan tepung Azolla 20%). SD = Standar Deviasi; Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan yang nyata (p>0,05). Hasil perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen pada Lampiran 10 menunjukkan nilai yang berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05) terhadap nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele. Hasil dari uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test ), diketahui bahwa perhitungan analisis duncan (Lampiran 12) perlakuan P0 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P3, sedangkan P0 berbeda nyata dengan P4 dan P1. 5.1.3 Kualitas Air Data nilai kisaran parameter kualitas air pada pemeliharaan ikan lele selama 28 hari dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Kisaran Parameter Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Lele No. Parameter Satuan Kisaran 1. Suhu o 28 – 30 2. Oksigen terlarut (DO) mg/l 4 3. pH - 7,5 – 8,0 C ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27 5.2 Pembahasan 5.2.1 Kecernaan Serat Kasar Kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses (Affandi, et al., 1992). Menurut Silva (1989), kecernaan merupakan suatu evaluasi kuantitatif dari pemanfaatan pakan maupun komponen nutrisi. Serat kasar merupakan bahan organik, bagian dari zat gizi karbohidrat yang tidak mudah larut dalam air (Agustono, 2014). Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian besar tidak dapat dicerna dan bersifat pengganjal (Wahyu, 2004). Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh bebrapa faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun serat kasar dan aktifitas mikroorganisme (maynard et al., 2005). Berdasarkan nilai kecernaan serat kasar pada Tabel 3, semua perlakuan memiliki rata-rata nilai kecernaan serat kasar di atas 90%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kecernaan serat kasar tergolong tinggi. Menurut Anggorodi (1995) dalam Yuniarti dkk. (2015) nilai kecernaan pada kisaran 50 – 60% adalah kualitas rendah, 60 – 70% kualitas sedang dan di atas 70% kualitas tinggi. Pada perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kelima pakan tersebut memiliki nilai serat kasar yang relatif berbeda, namun memberikan nilai kecernaan yang sama. Tingkat kecernaan terhadap suatu jenis pakan bergantung kepada kualitas pakan, bahan pakan, kandungan gizi pakan, jenis serta aktivitas enzim- enzim pencernaan pada sistem pecernaan ikan, ukuran dan umur ikan serta sifat fisik ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28 dan kimia perairan (NAS, 1983). Faktor ikan yang mencakup ukuran, jenis dan umur dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap nilai kecernaan serat kasar karena penelitian ini menggunakan ikan dari ukuran, jenis, umur dan keadaan kesehatan yang tidak berbeda. Nilai kecernaan serat kasar yang tidak menunjukkan adanya perbedaan dapat dikarenakan asal bahan dan penyusun yang sama dan memiliki kualitas bahan yang sama. 5.2.2 Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) merupakan bagian dari karbohidrat setelah dikurangi serat kasart. Komponen BETN terbesar adalah karbohidrat nonstruktural, seperti pati, monosakarida atau gula-gula (Budiman dkk., 2006). Berdasarkan hasil analisis ragam kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen menunjukkan bahwa pemberian pakan perlakuan memberikan perbedaan yang nyata terhadap kecernaan BETN (Lampiran 10) yang dapat dilihat Pada perhitungan Analysis of Varian (ANOVA) (P< 0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test ), diketahui bahwa kelima perlakuan pakan terdapat perbedaan pada nilai kecernaan. Berdasarkan perhitungan analisis duncan (Lampiran 10) perlakuan P0 tidak berbeda nyata pada P2 dan P3 diduga karena kandungan bahan pakan dalam kedua pakan tersebut tidak jauh berbeda, sedangkan P0 berbeda nyata dengan P4 dan P1 diduga karena tingkat konsumsi dari kedua perlakuan ini rendah, tingkat daya cerna suatu pakan ditentukan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi dan kandungan nutrient dari pakan yang dikonsumsi. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29 Daya cerna bahan ekstrak tanpa nitrogen tiap perlakuan secara statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan, artinya pakan yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya cerna bahan ekstrak tanpa nitrogen. Daya cerna bahan ekstrak tanpa nitrogen yang paling tinggi diperolah pada perlakuan P0 tanpa azolla dan yang terendah adalah perlakuan P1 dengan penambahan azolla 5%. Untuk pakan yang ditambah azolla diketahui bahwa P2 memiliki daya cerna yang tinggi setelah P0. Tingginya daya cerna bahan ekstrak tanpa nitrogen pada perlakuan P0 kemungkinan disebabkan tingginya konsumsi pelet pakan. Kecernaan suatu pakan menggambarkan berapa persen nutrien yang dapat diserap oleh saluran pencernaan tubuh ikan, semakin besar nilai kecernaan suatu pakan maka semakin banyak nutrien pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan tersebut (Pramitasari,2013). Nilai nutrien yang dapat diserap oleh tubuh dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kualitas pakan dan jumlah pakan yang dikonsumsi, bila kualitas suatu pakan baik dan dikonsumsi dalam jumlah banyak maka semakin banyak nutrien yang dapat diserap oleh saluran pencernaan ikan. 5.2.3 Kualitas Air Kualitas air pada penelitian ini merupakan data pendukung yang sangat penting karena air sebagai media untuk hidup yang dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Suhu air pemeliharaan ikan gurami berkisar antara 28 – 30oC dan keasaman pH berkisar antara 7,5-8,0. Kualitas air yang ideal untuk hidup lele yaitu bersuhu (28o – 32oC) dan pada keasaman ph 7–8 (Nasrudin, 2010). Suhu air sangat mempengaruhi pertumbuhan, ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30 laju metabolisme, dan nafsu makan pada ikan serta oksigen terlarut (Handoyo, 2008). Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan ikan lele adalah 4 mg/l. Sesuai dengan Soetomo, (1987) oksigen terlarut untuk budidaya ikan lele ideal > 4 mg/l. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi nafsu makan ikan (Djarijah 1995). Semakin rendah kandungan oksigen terlarut dalam air, maka nafsu makan ikan berkurang. Kurangnya nafsu makan ikan akan mengurangi jumlah kandungan pakan yang dikonsumsi sehingga nilai kecernaan juga lebih rendah. Berdasarkan data di atas, kualitas air tidak berpengaruh terhadap kecernaan serat kasar dan kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele karena telah sesuai dengan standar kualitas air dalam budidaya ikan. ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31 VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Azolla berpotensi sebagai campuran bahan formulasi pakan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kecernaan serat kasar pada ikan lele (Clarias sp.) tertingi yaitu P1 dengan penambahan azolla sebesar 5%. 2. Azolla berpotensi sebagai campuran bahan formulasi pakan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen pada ikan lele (Clarias sp.) tertingi yaitu P2 dengan penambahan azolla sebesar 10%. 6.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu digunakan penambahan azolla sehingga diharapkan dapat menekan biaya budidaya serta disarankan mengadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh penambahan azolla terhadap nilai kecernaan serat kasar dan kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen ikan lele (Clarias sp.). DAFTAR PUSTAKA Abun. 2007. Pengukuran Nilai Kecernaan Ransum Yang Mengandung Limbah Udang Windu Produk Fermentasi Pada Ayam Petelur. Makalah Ilmiah Universitas Padjajaran. Jatinagor Agustono. 2014. Pengukuran Kecernaan Protein Kasar, Serat Kasar, BETN, dan Energi pada Pakan Ikan (Osphronemus gouramy) dengan Menggunakan Teknik Pembedahan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014 Affandi, R., D. S. Sjafei, M.F. Raharjo, dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi. Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan daKebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institus Pertanian Bogor. Bogor Andrianto, T. T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Lele. Absolut.Yogyakarta. Anonim, 2013. Data Statistik Kelautan dan Perikanan: Statistik Perikanan Budidaya Kolam. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. Arifin, M.Z. 1996. Budidaya lele. Dohara Prize. Semarang. Arifin, 1996. Azolla Pembudidayaan dan Pemanfaatan pada Tanaman Padi. Penebar Swadaya, Jakarta. Balitnak. 2002. Potensi Hijauan Azolla Pinnata Sebagai Pakan Sumber Protein. P.O. Box 221, Bogor Budiman, A., Tidi, D., Budi, A. 2006. Uji Kecernaan Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dalam Ransum Lengkap Berbasis Hijauan Daun Pucuk Tebu (Saccharum officinarum). Jurnal Ilmu Ternak. UNPAD. Bandung. Vol 6 No 2, 132-135 Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta Cecep, H., A. Fanindi, S. Sopiyana, dan Komarudin. 2011. Peluang Pemanfaatan Tepung Azolla Sebagai Bahan Pakan Sumber Protein untuk Ternak Ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011. Balai Penelitian Ternak. Cho, C.Y.C.B. Cowey, and R. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition In Asia : Methodological Approaches Research Centre. Ottawa. 154 pp. Diputro, F. 2008. Efek Berbagai Pakan Komplit terhadap Daya Cerna Bahan Kering dan Protein Kasar pada sapi perah [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. Hal 16, 22. Jaja, Suryani, A., dan Sumatadinata, K., 2013. Usaha Pembesaran dan pemasaran Ikan Lele serta Strategi Pengembangannya di UD Sumber Rezeki Parung, Jawa Barat. Jurnal Magister Profesional Industri Kecil Menengah. 8(1):45-58. Haetami, K., dan S. Sukaya. 2005. Evaluasi Kecernaan Tepung Azola Dalam Ransum Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum, CUVIER 1818). ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33 Jurnal Bionatura, Vol 7, No 3, November 2005: 225-233. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor. Handajani, H. 2000. Peningkatan kadar protein tanaman Azolla microphylla dengan mikrosimbion Anabaena azollae dalam berbagai konsentrasi N dan P yang berbeda pada media tumbuh Handajani H. 2011. Optimalisasi Substitusi Tepung Azolla Terfementasi pada Pakan Ikan untuk Meningkatkan Produktifitas Ikan Nila Gift. Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011 Hadadi, A., Herry, K. T. Wibowo, E. Pramono, A. Surahman, dan E. Ridwan. 2009. Aplikasi Pemberian Maggot Sebagai Sumber Protein Dalam Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Laporan Tinjauan Hasil Tahun 2008. Balai Pusat Budidaya Air Tawar Sukabumi. hlm 175 – 181. Hadadi, A. 2007. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit untuk Bahan Pakan Ikan. No 1 mei 2007 Haetami, K., dan S. Sukaya. 2005. Evaluasi Kecernaan Tepung Azola Dalam Ransum Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum, CUVIER 1818). Jurnal Bionatura, Vol 7, No 3, November 2005: 225-233. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor. Hastuti, S., dan Subandiyono. 2014. Performa Produksi Lele Dumbo (Clarias gariepinus, Burch) Yang Dipelihara Dengan Teknologi Biofloc. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 10 No.1 : 37-42, Agustus 2014. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Diponegoro. Semarang Muhtadi. 2013. Ibm Peternak Lele. Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, No: 144/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/V Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 191 hal. Muliantara, A. 2012. Penentuan Komposisi Bahan Pakan Ikan Lele yang Optimal dengan Menggunakan Metode Iwo-Subtractive Clustering.Jurnal Ilmu Komputer - Volume 5 - No 2 – September 2012 [NAS] National Academy of Sciences. 1983. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes. National Academy Press: Washington Dc. p. 1-42. Nurhaya, A. 2001. Kecernaan bahan kering, serat kasar, selulosa, dan hemiselulosa kayambang (salvina molesta) pada itik lokal, [SKRIPSI] sarjana pada jurusan ilmu nutrisi dan makanan ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor NRC. 1993. Nutrient Requirenment of Fish. National Academy press. Washington, D.C Perry, T. W. 1984. Animal Life Cycle Feeding and Nutrition : a Series of Monograph. Academic Press. Florid. PP. 6-8 Rafli. 2007. Rancang Bangun Mesin Pencetak Pelet. Skripsi, Politeknik Negeri Medan ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34 Rosadi, T., A. Sadikin. 2012. Pengaruh Pembatasan Konsumsi Pakan Terhadap Bobot Ikan Nila (Oreochromis sp.) Siap Panen. Jurnal Perikanan Unram, (I) 1 : 8-13. Saniin H., 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 2.Binacipta.Bogor Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias geriepinus) dan Lokal. Kanisius. Yogyakarta. Silva D. 1989. Digestibility evaluations of natural and artificial diets, p. 36-45. In S.S. De Silva (ed.) Fish Nutrition Research in Asia. Proceedings of the Third Asian Fish Nutrition network Meeting. Asian Fish. Soc. Spec. Pubhl.4, 166 p. Asian Fisheris Society, Manila, Philippines. Sudana, S.N., Arga, I.W., dan Suparta, N. 2013.Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dan Pengaruhnya terhadapTingkat Pendapatan Petani Ikan Lele di Kabupaten Tabanan. Jurnal Manajemen Agribisnis, 1(1):2355-0759. Sutikno, E. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan bandeng. Pusat penyuluhan kelautan dan perikanan badan pengenmbangan SDM kelautan dan perikanan kementrian kelautan perikanan. Hal 3 Tilman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Utama, S., I. Estiningdriati, V. D. Yunianto dan W. Murningsih. 2006. Pengaruh Penambahan Aras Mineral pada Fermentasi Sorghum dengan Ragi Tempe terhadap Kecernaan Zat Pakan pada Ayam Petelur. Ejournal-UMM Yuniarti, M., F. Wahyono dan V. D. Yunianto.2015. Kecernaan Protein dan Energi Metabolis Akibat Pemberian Zat Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) pada Burung Puyuh Japonica Betina Umur 16-50 Hari. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan, 25(3): 49. Wahyu, J., 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke lima. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Laboratorium Analisis Pakan ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36 Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium Analisis Feses Ikan Lele Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium Analisis Feses Ikan Lele (Lanjutan) 37 38 Lampiran 3. Data Pakan Pemberian dan Sisa Pakan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Ulangan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pakan Pemberian (g) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Sisa Pakan (g) 1,44 1,73 1,6 1,32 2,13 1,19 1,59 0,8 1,26 1,85 1,66 1,02 0,98 2,02 1,58 1,99 1,62 1,14 2,26 1,43 39 Lampiran 4. Data Konsumsi Pakan dan Berat Feses Ikan Lele Perlakuan Ulangan Konsumsi Pakan (g) 1 2,56 2 2,49 P0 3 2,51 4 2,68 1 1,87 2 2,81 P1 3 2,41 4 3,2 1 2,74 2 2,15 P2 3 2,34 4 2,98 1 3,02 2 1,98 P3 3 2,42 4 2,01 1 2,38 2 2,86 P4 3 1,74 4 2,57 *) Keterangan: = Feses dalam keadaan basah Berat Feses (g)*) 2,91 2,27 2,4 2,75 1,99 2,45 2,22 1,94 2,42 1,97 2,01 1,96 1,47 2,58 2,6 1,86 1,82 1,92 2,02 1,67 40 Lampiran 5. Contoh Cara Menghitung Kecernaan Serat Kasar dan BETN A. Kecernaan serat kasar a) Konsumsi SK = ∑pakan yang dikonsumsi (g) × % SK pakan × % BK pakan = 2,56 x 12,33 x 90,88 100 100 = 0,28 g b) SK feses = Berat feses (g) × % SK feses × % BK feses = 2,91 × 3,5781 × 17,2131 100 100 = 0,018 g c) Kecernaan SK = (Konsumsi SK – SK feses) × 100% Konsumsi SK = 0,28 – 0,018 × 100% 0,28 = 93,57% B. Kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen a. Konsumsi BETN = ∑pakan yang dikonsumsi (g) × % BETN pakan × % BK pakan = 2,56 x 18,33 x 90,88 100 100 = 0,42 g a. BETN feses = Berat feses (g) × % BETN feses × % BK feses = 2,91 × 0,28 × 17,2131 100 100 = 0,0014 g b. Kecernaan BETN = (Konsumsi BETN – BETN feses) × 100% Konsumsi BETN = 0,42 – 0,0014 × 100% 0,42 = 99,66% 41 Lampiran 6. Data Rata-rata Kualitas Air Parameter Perlakuan Suhu (oC) DO (mg/l) pH P0 28 – 30 4 7,5 – 8,0 P1 28 – 30 4 7,5 – 8,0 P2 28 – 30 4 7,5 – 8,0 P3 28 – 30 4 7,5 – 8,0 P4 28 – 30 4 7,5 – 8,0 42 Lampiran 7. Nilai Kecernaan Serat Kasar (%) Ulangan Perlakuan P0 P1 1 93.57 93.15 94.8 95.2 91.25 2 93.7 95.86 93.68 93.12 94.21 3 92.85 92.8 92.85 91.5 92.77 4 93.33 96.36 95 94.37 94.7 373.45 378.17 376.33 374.19 372.93 Rata-rata 93.3625 94.5425 94.0825 93.5475 93.2325 SD 0.374 1.827 1.006 Total P2 P3 P4 1.61 1.554 P3 P4 Transformasi √y Ulangan P0 P1 P2 1 9.67 9.65 9.74 9.76 9.55 2 9.68 9.79 9.68 9.65 9.71 3 9.64 9.63 9.63 9.57 9.63 4 9.66 9.82 9.75 9.71 9.73 38.65 38.89 38.8 38.68 38.61 9.6624 9.7229 9.6995 9.6717 9.6554 Total Rata-rata SD Perlakuan 0.019 0.093 0.051 0.083 0.080 43 Lampiran 8. Nilai Kecernaan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 P4 1 99.66 92.5 94.44 98 93.96 2 97.8 96.66 98.4 93.33 95.31 3 97.14 90.2 96.29 96.33 94.87 4 98.66 94.11 98.69 94.44 95.58 Total 393.26 373.47 387.82 381.99 379.72 Rata-rata 98.315 93.3675 96.955 95.525 94.93 SD 1.091 2.718 1.988 2.063 0.709 P3 P4 Tranformasi √y Ulangan P0 P1 P2 1 9.98 9.62 9.72 9.9 9.69 2 9.89 9.83 9.92 9.66 9.76 3 9.86 9.5 9.81 9.81 9.74 4 9.93 9.7 9.93 9.72 9.78 39.66 38.65 39.37 39.09 38.98 9.9153 9.6619 9.8462 9.7733 9.7432 Total Rata-rata SD Perlakuan 0.055 0.14 0.101 0.105 0.036 44 Lampiran 9a. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar Descriptives kcSk N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum p0 4 93,3625 ,37447 ,18723 92,7666 93,9584 92,85 93,70 p1 4 94,5425 1,82706 ,91353 91,6352 97,4498 92,80 96,36 p2 4 94,0825 1,00626 ,50313 92,4813 95,6837 92,85 95,00 p3 4 93,5475 1,61062 ,80531 90,9846 96,1104 91,50 95,20 p4 4 93,2325 1,55491 ,77746 90,7583 95,7067 91,25 94,70 20 93,7535 1,32384 ,29602 93,1339 94,3731 91,25 96,36 Total ANOVA KcSK Sum of Squares Between Groups Df Mean Square 4,790 4 1,198 Within Groups 28,508 15 1,901 Total 33,298 19 F Sig. ,630 ,649 45 Lampiran 9b. Data Hasil Statistik Kecernaan Serat Kasar Setelah Transformasi √y Descriptives kcSK 95% Confidence Interval for Mean Std. N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum p0 4 9,6624 ,01939 ,00969 9,6316 9,6933 9,64 9,68 p1 4 9,7230 ,09395 ,04697 9,5735 9,8725 9,63 9,82 p2 4 9,6995 ,05191 ,02595 9,6169 9,7821 9,64 9,75 p3 4 9,6717 ,08337 ,04168 9,5391 9,8044 9,57 9,76 p4 4 9,6554 ,08063 ,04032 9,5271 9,7838 9,55 9,73 20 9,6824 ,06835 ,01528 9,6504 9,7144 9,55 9,82 Total ANOVA kcSK Sum of Squares Df Mean Square Between Groups ,013 4 ,003 Within Groups ,076 15 ,005 Total ,089 19 F Sig. ,627 ,651 46 Lampiran 10a. Data Hasil Statistik Kecernaan BETN Descriptives kcBETN 95% Confidence Interval for Mean Std. N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum p0 4 98,3150 1,09147 ,54573 96,5782 100,0518 97,14 99,66 p1 4 93,3675 2,71891 1,35946 89,0411 97,6939 90,20 96,66 p2 4 96,9550 1,98878 ,99439 93,7904 100,1196 94,44 98,69 p3 4 95,5250 2,06308 1,03154 92,2422 98,8078 93,33 98,00 p4 4 94,9300 ,70979 ,35489 93,8006 96,0594 93,96 95,58 20 95,8185 2,40094 ,53687 94,6948 96,9422 90,20 99,66 Total ANOVA kcBETN Sum of Squares df Mean Square Between Groups 57,628 4 14,407 Within Groups 51,897 15 3,460 109,526 19 Total Nilaikc a Duncan Subset for alpha = 0.05 perlakuan N 1 2 3 p1 4 93,3675 p4 4 94,9300 94,9300 p3 4 95,5250 95,5250 95,5250 p2 4 96,9550 96,9550 p0 4 Sig. 98,3150 ,140 ,164 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. ,061 F 4,164 Sig. ,018 47 Lampiran 10b. Data Hasil Statistik KecernaanBETN Setelah Transformasi √y Descriptives kcBETN 95% Confidence Interval for Mean Std. N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum p0 4 9,9153 ,05501 ,02751 9,8277 10,0028 9,86 9,98 p1 4 9,6619 ,14065 ,07033 9,4381 9,8857 9,50 9,83 p2 4 9,8462 ,10117 ,05058 9,6852 10,0072 9,72 9,93 p3 4 9,7733 ,10547 ,05273 9,6054 9,9411 9,66 9,90 p4 4 9,7432 ,03646 ,01823 9,6851 9,8012 9,69 9,78 20 9,7880 ,12297 ,02750 9,7304 9,8455 9,50 9,98 Total ANOVA kcBETN Sum of Squares Df Mean Square Between Groups ,151 4 ,038 Within Groups ,136 15 ,009 Total ,287 19 Nilaikc Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan N 1 2 3 p1 4 9,6619 p4 4 9,7432 9,7432 p3 4 9,7733 9,7733 9,7733 p2 4 9,8462 9,8462 p0 4 Sig. 9,9153 ,137 ,167 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. ,063 F 4,144 Sig. ,019 48 Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian Aklimatisasi Ikan Pengukuran suhu akuarium Penyiponan Akuarium Pengukuran DO 49 Pakan ikan sisa pakan Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian (Lanjutan) Pembedahan Ikan Feses yang Akan Dianalis Proksimat Pengambilan Feses Di Usus Besar