BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Dengan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Laar Belakang Masalah
Dengan berasumsi bahwa remaja adalah makhluk yang sangat perlu dipahami
oleh orang-orang di sekitarnya, maka timbul berbagai macam cara dari beberapa sumber
yang menjelaskan tentang bagaimana memahami remaja, pada hakekatnya stiap orang
pada tingkatannya masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk saling memahami,
akan tetapi remaja memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang-orang dewasa
ataupun anak-anak. Dengan didorong oleh vitalitas yang tinggi, semangat pemuda yang
tak terkendali, demikian pula kenakalan remaja yang mengkhawatirkan semua pihak
terutama para orang tua.
Tugas perkembangan remaja mulai dari fisik, inetelektual, kreativitas, emosi,
bakat khusus, perkembangan hubungan sosial, perkembangan kemandirian, bahasa, nilai,
moral, dan sikap. Dalam pemebuhan tugas-tugas perkembangannya remaja memerlukan
kesadaran yang tinggi termasuk dalam tugas perkembangan fisik beserta dengan
permasalahannya. .
Dalam pembahasan kali ini makalah ini akan menjelaskan tentang perkembangan
fisik dimana, problematika remaja pada umumnya yang memiliki masalah akan berat
badannya/ obesitas. Dalam tuntutan tugas perkembangan fisiknya remaja diarahakan
untuk dapat menerima kondisi fisiknya, jika dikaitkan dengan self estem atau upaya
untuk mengadakan penghargaan diri di lingkungan sekitarnya bersama dengan
masyarakat lainnya yang hidup berdampingan dengan remaja tersebut, misalnya teman
sebaya, orang tua dan lingkungan sosial masyarakat lainnya, maka remaja akan
berpikiran bahwa masa ini adalah masa yang sulit.
Setidaknya ada tiga kekuatan yang bekerja secara simultan dalam pelaksanaan
tugas-tugas perkembangan. Kekuatan itu adalah kematangan posisi, individu, berbagai
tekanan berupa harapan dan tuintutan budaya masyarakat, dan nilai-nilai seseorang. Tiga
kekuatan yang bekerja secara simultan itu mendorong manusia untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangan yang selaras dengan beragam usia di sekitarnya.
Kesuksesan dalam pelaksanaan tugas perkembangan dalam suatu masa kehidupan
akan membawa kesuksesan pula dalam pelaksanaan tugas perkembangan selanjutnya.
Tingginya intensitas masalah yang dihadapi remaja merupakan akibat banyaknya yang
tidak dilaksanakan dengan baik, selanjutnya demikian, remaja yang mengalami
kegagalan atau keterlambatan dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangannya, tidak
berarti tidak akan bahagia karena kesempatan layanan dan perawatan praktis bentuk
lainnya masih lebar.
B. Perumusan Masalah
Obesitas merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh remaja pada
umumnya. Fisik yang selalu dilihat dan menjadi pusat perhatian mungkin menjadi salah
satu latar bnelakang mengapa remaja selalu memperhatikan penampilannya. Dalam tugas
perkembangannya remaja dituntut untuk dapat menerima dirinya apa adanya tidak
menjadikan sebuah beban tapi bagaimana remaja itu memaknai perkembangan yang ada
pada dirinya menjadi sesuatu yang dapat dikembangkannya sebagai sumber kebahagiaan
dari seorang remaja yang masih memiliki kehidupan yang masih panjang kedepannya.
Oleh karena itu, dibahasnya makalah ini akan dapat mengupas permasalahan
remaja terutama fisik remaja (obesitas), dalam rumusan sebagai berikut :
1. Apa konsep dasar dari obeysitas?
2. Faktor penyebab obeysitas pada remaja?
3. Kaitannya obeysitas dengan self estem?
4. Obeysitas menurut teori Rasional Emotif Teraphy?
C. Pendekatan / Pemecahan Masalah
Pola pikir remaja yang selalu menjadikan fisik sebagai suatu daya tarik utama
bagi remaja dan kaumnya, telah mengungkap bahwa permasalahannya disini adalah pola
pikir atau terletak pada intelegensi remaja tersebut. Teknik yang digunakan dalam
pemecaha masalah tersebut adalah teori Rasional Emotif Teraphy (RET). Dimana
menurut Ellis (Shertzer&Stone, 1980,175-176) mengemukakan ada 12 pikiran tidak
rasional, dan yang ke-12 adalah “bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri
sebagai manusia dan penerimaan diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan
individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu”.
Maka ditinjau dari latar belakang masalah yang terletak pada ide irasional remaja,
direkomendasikan untuk masalah obesitas ini diselesaikan dengan menggunakan teknik
RET yang bertujuan untuk membatu konseli atau remaja memperbaiki cara berpikir,
merasa dan berperilaku, sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa
yang akan dating.
D. Sistematika Penulisan
I.
PENDAHULUAN
A. Laar Blakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Pendekatan / Pemecahan Masalah
D. Sistematika Masalah
II.
KAITAN OBESITAS DENGAN SELF ESTEM
A. Konsep dasar Obesitas
B. Faktor Penyebab Obesitas
C. Kaitan Obesitas dengan “Self Estem”
III.
PEMBAHASAN OBESITAS
A. OBESITAS
1. Identitas
2. Masalah
3. Penyebab
B. INTERVENSI Bbimbingan dan Konseling
1. Strategi atau Teknik
2. Langkah-langkah atau Simulaisi
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB III
PEMBAHASAN OBESITAS
A. INTERVENSI Bimbingan dan Konseling
1. Teknik Rasional Emotif Teraphy
a. Konsep Pokok
Pandangan Tentang Hakikat Manusia
Aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha memahami
manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subyek yang sadar akan dirinya dan sadar
akan objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan
merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti: manusia bebas, berpikir, bernafsu,
dan berkehendak. Ellis menolak pandangan aliran psikoanalisis yang memandang bahwa
peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional.
Menurut Ellis bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan
emosional akan tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa
atau pengalaman itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seseorang yang
bersifat irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
Ada beberapa pandangan tentang hakekat manusia yang mewarnai teorinya, baik
secara teoritis maupun secara praktis, yakni;
1)
manusia dipandang sebagai mahluk rasional dan juga irasional. Pada hakikatnya
manusia cenderung berpikir rasional atau logis disamping juga memiliki
kecenderungan berpikir tidak rasional atau toidak logis. Kecenderungan itu
termanifestasikan dalam tingkah lakunya.
2)
pikiran, perasaan, dan tindakan manusia merupakan proses yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan pikiran yang muncul pada setiap orang senantiasa
diikat dan diikuti oleh perasaan dan reaksi dan pandangan tertentu.
3)
setiap
individu
bersifat
unik
dan
memiliki
potensi
untuk
memahami
keterbatasannya serta kemampuan mengubah pandangan dasar dan nilai-nilai yang
diterimanya secara tak kritis.
Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional. Orang
berperilaku dalam cara-cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam
cara itu. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas
yang negatif. Masalah-masalah emosional terletak dalam berpikir yang tidak logis,
dengan mengoptimalkan kekuatan intelektualnya, seseorang dapat membebaskan dirinya
dari gangguan emosional. Setiap orang bertanggung jawab akan semua perilakunya.
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikiran dan emosi
bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal
yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya keduanya saling terkait. Emosi
disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan
diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikirn
seseorang dapat menjadi emosi dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu sehingga
dapat menjadi pemikiran seseorang. Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif
adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada
“selftalk” yang negatif. Adanya orang-orang yang seperti itu, menurut Ellis adalah
karena;
1) terlalu bodoh untuk berpikir secara jelas;
2) orangnya cerdas tapi tidak tahu bagaimana berpikir secara cerdas dan tidak tahu
bagaimana berpikir secara jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi;
3) orangnya cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlalu banyak neurotik untuk
menggunakan kecerdasan dan pengetahuan secara memadai.
Selanjutnya Ellis (Shertzer & Stone, 1980, 175-176) mengemukakan ada 12 pikiran
irasional yang dapat menimbulkan perilaku neurosis atau psikosis, diantaranya;
1) bahwa manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau dapat dicintai ataupun
ditolak oleh orang lain disekitarnya setiap saat.
2) bahwa seseorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara
kompeten, adekuat agar seseorang dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna
bagi masyarakat.
3) bahwa banya orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat
ataupun kejam dan oleh karena itu patut disalahkan, dihukum setimpal dengan
dosanya.
4) bahwa kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai kemungkinan
malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
5) bahwa ketidaksenangan atau penderitaan emosional dari seseorang yang muncul dari
tekanan ekternal (hal-hal dari luar) dan bahwa individu hanya mempunyai
kemampuan sedikit sekali untuk mengontrol perasaan-perasaannya atau untuk
menghilangkan perasaan-perasaan depresi atau yang bertentangan.
6) bila ada sesuatu hal atau peristiwa yang berbahaya atau menakutkan, maka individu
harus berusaha keras untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang
bertentangan.
7) bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dan tangggung
jawab diri dari pada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya hanya untuk
menghargai bentuk disiplin diri
8) bahwa sisa-sisa pengalaman masa lalu semuanya sangat penting, karena hal itu
berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan
perilaku individu yang ada sekarang.
9) bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri dari pada mengerjakan
sesuatu; dan bahwa sesuatu situasi atau peristiwa akan dipandang sebagai hal
membahayakan jika tidak secepatnya ditemukan pemecahan yang baik terhadap
kehidupan yang bertentangan.
10) bahwa individu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan diri sendiri.
11) bahwa individu akan mencapai suatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk
merasakan sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural
untuk mencapainya.
12) bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri sebagai manusia dan penerimaan
diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh
orang lain terhadap individu.
Berrdasarkan pandangan Ellis, ide-ide irasional yang telah dikemukakan di atas
selalu dipikirkan oleh para orang tua dan hal ini diabsorsikan dari pandangan-pandangan
masyarakat yang telah membantunya, dan menyebabkan sangat banyak individu dalam
masyarakat yang menderita gangguan emosional, meskipun anak selalu berhadapan
dengan pengalaman-pengalaman yang irasional –langsung atau tidak langsung dan setiap
hari secara kuat mempengaruhi proses berpikirnya, namun berpikir logis ini menurut Ellis
dapat dimanipulasikan ke arah berpikir rasional dan logis.
Teori utama mengenai kepribadian yang dikemukakan oleh Albert Ellis dan para
penganut Rational Emotive Therapi. Teori kepribadian A-B-C-D-E ini merupakan sentral
dari teori dan praktek RET. Secara umum teori A-B-C-D-E dapat dijelaskan sebagai
berikut:
A
Komponen
Proses
Activity, or Action, or Agent.
Eksternal event
Hal-hal,
situasi,
kegiatan
atau Kejadian diluar atau sekitar individu
peristiwa yang mendahului atau
menggerakan individu.
Ib
Irrational
beliefs,
yakni Self-verbalization : terjadi dalam diri
keyakinan-keyakinan irasional atau individu,
tidak
layak
terhadap
kejadian menerus
eksternal (A)
rb
Rational
yakni apa secara terus
berhubungan
Beliefs,
keyakinan-
individu
dengan
katakan
A
terhadap
dirinya
keyakinan yang rasional atau layak
secara
empirik
mendukung
kejadian eksternal (A)
ic
Irrational Consequences, yakni Rational Beliefs, yakni keyakinankonsekuensi-konsekuensi irasional keyakinan rasional atau layak dan
atau tidak layak yang berasal dari secara empiric mendukung kejadian-
(A)
rC
kejadian eksternal (A)
Rational or reasonable
Consequences,yakni konsekuensikonsekuensi rasional atau layak
yang dianggap berasal dari (rB =
keyakinan yang rasional)
D
Dispute irational beliefs, yakni Validate
keyakinan-keyakinan
dalam
diri
individu
or
invalidate
self-
irasional verbalazation : yakni suatu proses
saling self- verbalization dalam diri individu,
bertentangan
apakah valid atau tidak
CE Cognitive Effect of Disputing, Change self-verbalization, terjadinya
yakni efek kognitif yang terjadi perubahan dalam verbalisasi daripada
dari pertentangan dalam keyakinan- individu.
keyakinan irasonal
Behavioral Effect of Disputing,
BE
yakni efek dari perilaku yang
terjadi dari pertentangan dalam
keyakinan-keyakinan
irasional
Change Behavior, yakni terjadinya
perubahan
perilaku
dalam
diri
individu.
diatas
Konsep teoritik A-B-C-D-E merupakan konsep utama baik dalam teori maupun
praktek RET serta mempunyai kaitan yang erat dengan asumsi-asumsi filosofis tentang
hakekat manusia serta pandangan mengenai kepribadiannya.
Untuk memperjelas hubungan dari teori A-B-C-D-E di bawah ini diberikan contoh
sebagai berikut :
Made dan Ketut tinggal di daerah yang sama, rumah mereka berdekatan, di sekolah
pun mereka dalam satu kelas dan duduk berdekatan, pada suatu hari mereka bolos
sekolah dan pergi ke pantai Kuta, karena tidak mau mengikuti mata pelajaran
Matematika, dan mereka menganggap bahwa guru mereka killer. Keesokan
harinyakeduanya dipanggil oleh guru mereka dan dimarahi di depan teman-teman mereka
serta diancam: sekali berbuat demikian akan diskor dan langsung diberitahukan kepada
kepala sekolah dan orang tua masing-masing. Dua hari kemudian pada mata pelajaran
Matematika Ketut mengikuti mata pelajaran tersebut, tetapi di samping Ketut bangku
masih kosong setelah ditelusuri ternyata Made tidak masuk kelas. Menurut informasi
Made sakit, setelah beberapa hari kemudian Made harus dirawat di rumah sakit, dan
teman-teman satu kelasnya tidak ada yang menengoknya.
Berdasarkan teori A-B-C di atas kedua
siswa kelas I SMA itu, menghadapi
kejadian yang sama (A yang sama), yakni ketahuan bolos dalam mata pelajaran
Matematika, diperingatkan oleh guru dengan keras. Tetapi akibat emosional (C) adalah
berbeda antara Ketut dan Made. Ketut memandang bahwa membolos itu adalah
perbuatan yang biasa (B bagi Ketut). Made memandang (B) kejadian itu sangat
mendalam, Ia memandang dirinya tidak memiliki nilain sedikit pun di hati kawan-kawan
kelasnya, Made menganggap bahwa membolos adalah perbuatan dosa dan menjatuhkan
martabat orang tuanya(B bagi Made). Itulah sebabnya ia merasa malu , merasa bersalah,
dan berdosa kepada orang tuanya, dan merasa teman-teman sekelasnya menertawakan,
mengejek, dan menyindir dirinya. Disinilah nampak bahwa reaksi kedua emosional siswa
(C), dapat saja terjadi suatu perbedaan dan menghayati kejadian itu berbeda dengan yang
lainnya (B), walaupun kejadian atau peristiwa yang dihadapi sama (A).
Bila disimak lebih dalam dari teori tersebut maka sasaran utama yang harus diubah
adalah aspek B (belief system), yakni bagaimana cara orang memandang sesuatu yang
tidak rasional. Konseling itu akan bersifat didaktis, terarah, dan aktif, yang ditujukan
kepada sasaran perubahan nilai-nilai atau pandangan seseorang, prasangka buruk,
anggapan yang keliru dan sejenisnya adalah aspek yang harus diubah melalui hubangan
konseling.
Kepribadian menurut Ellis pada dasarnya terdiri atas kepercayaan, konstruk, atau
sikap.
Apabila seorang individu mempunyai suatu reaksi emosional pada titik C
(konsekuensi emosional), setelah terjadi kegiatan atau peristiwa atau pengalaman, hal itu
menyebabkan suatu sistem kepercayaan (pada titik B). Atidak menyebebkan C tetapi
sistem kepercayaan yang menjadi A menyebabkan C.
Teori kepribadian yang melandasi pendekatan terapi emotif rasional dikenal juga
sebagai teori A-B-C. Juhana Wijaja (1988)
A = activating experience, artinya pengalaman mengaktifkan suatu keadaan, suatu
perilaku faktpr peristiwayang dialami individu
B = Belief system, artinya cara individu memahami suatu hal, yaitu pandangan dan
penghayatan orang pada suatu hal.
C = conflict artinga akibat emosi atau reaksi individu, positif atau negative.
b. Teori Konseling Rational-Emotif
Tujuan Konseling
Inti masalah dalam RET adalah individu yang mengalami gangguan emosional yang
diakibatkan pikiran-pikiran irasionalnya. Maka tujuan konselingnya adalah sebagai berikut;
1) memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandanganpandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien
dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi dirinya seoptimal mungkin
melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif;
2) menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri seperti rasa takut,
rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, was-was dan marah.
Ellis secara lebih khusus menyebutkan bahwa dengan rasional-emotif akan
memcapai pribadi yang ditandai dengan : minat kepada diri sendiri , minat sosial
pengarahan diri, toleransi terhadap pihak lain, fleksibelitas, menerima ketidakpastian,
komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya, berpikir ilmiah, penerimaan diri, berani
mengambil resiko, ”non utopianism” yaitu menerima kenyataan. Konseling rasional-emotif
pada dasarnya merupakan proses terapeutik behaviorral yang aktif-direktif serta
mementingkan aspek kognitif, dengan intensitas hubungan antara konselor dan klien yang
agak kurang. Konseling rasional-emotif juga merupakan ”proses edukatif”, sehingga
peranan konselor yang utama ialah mengajar klien mengenai cara-cara memahami dan
merubah diri.
Albert Ellis (1973) memberikan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan oleh
seorang praktisi rasional-emotif yaitu;
a) mengajak, mendorong klien untuk menanggalkan ide-ide irrasional yang mendasari
gangguan emosional dan perilaku
b) menantang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional
c) manunjukan kepada klien azas ilogis dalam berfikirnya.
d) Menggynakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional klien
c. Teknik – teknik Terapi
Terapi rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif
dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien.
1. Teknik-teknik Emotif (afektif);
a.
Teknik Assertive Training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong
dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan
perilaku tertentu yang diinginkan
b.
Teknik sosiodarma, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis
perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang di
dramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan
dirinya sendiri secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
c.
Teknik ’self modeling” atau ”diri sebagai model”, yakni teknik yang digunakan
untuk meminta klien agar ”berjanji” atau perasaan atau perilaku tertentu
d.
Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan
secara terus menerus atau suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi
dan menghilangkan erilaku sendirinya yang negatif
2. Teknik-teknik Behavioristik
Konseling rasional-emotif banyak menggunakan teknik terapi behavioral terutama
dalam upaya memodifikasi perilaku-perilaku negatif dari klien dengan mengubah akar-akar
keyakinannya yang tak rasional dan tak logis.
Beberapa reknik yang tergolong behavioristik;
a. Teknik Reinfor cement (penguatan), yakni teknik yang digunakan untuk mendorong
klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun punishman (hukuman)
b. Teknik Social Modeling (pemodelan social), yakni teknik yang digunakan untuk
memberikan perilaku-perilaku baru pada kilen
c. Teknik Live Model (model dari kehidupan nyata), yang digunakan untuk
menggambarka perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang
kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalahmasalah.
3. Teknik-teknik Kognitif
Teknik pendekatan kognitif memegang peranan utama dalam konseling rasionalemotif. Teknik ini digunakan dengan maksud untuk mengubah sistem keyakinan yang
irasional klien serta perilaku-perilakunya yang negatif.
Beberapa teknik kognitif yang cukup dikenal;
a. Home Work Asseigments (pemberian tugas rumah). dalam teknik ini, klien diberikan
tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan system
nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Teknik ini dimaksudkan
untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk mengarahkan diri, pengelolaan diri klien serta
mengurangi ketergantungan kepada konselor atau terapis.
b. Teknik Assertive. Teknik ini digunakan untuk melatih keberanian klien dalam
mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui; role playing atau
berpain peran, rehearsal atau latihan, dan social modeling atau meniru model-model
sosial. John L. Shelton (1977) mengemukakan bahwa maksud utama teknik assertive
training adalah untuk (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan seluruh hal
yang berhubungan dengan emosinya, (b) membangkitkan kemampuan klien dalam
mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi oarng
lain, (c) mendorong kepercayaan pada kemampuan diri sendiri, (d) meningkatkan
kemampuan untuk memilih perilaku-perilaku assertive yang cocok untuk dirinya sendiri.
d. Penerapan Teori Konseling RET
Konseling Teori emotif rasional sangat tepat diterapkan disekolah oleh konselor atau
guru pembimbing yang berwibawa.guru pembimbing akan mampu membantu siswa yang
mengalami gangguan emosional melalui pengarahan-pengarahan. Ciri-ciri utama teori
emotif rasional adalah penekanan pada aspek kognitif. Melalui perubahan aspekkognitif
dapat dicapai perubahan efektif atau perkataan lain melalui pendekatan rasional dapat
disembuhkan yang bersifat emosional pada diri kliennya.
e. Peran Konselor
Tugas Konselor menurut Ellis ialah membantu individu yang tidak bahagia dan
menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa;
a. kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak
logis, dan
b. usaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, dan
perilaku yang tidak logis.
Peranan Konselor dalam proses konseling rasional-emotif cukup dominan dan akan
nampak dengan jelas dalam langkah-langkah konseling sebagai berikut.
a. Langkah Pertama: konselor berusaha menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang
dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional.
b. Langkah Kedua: Konselor menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang
dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri.
c. Langkah Ketiga: Konselor mengajak klien menghilangkan cara berpikir dan gagasan
yang tidak rasional
d. Langkah Keempat: konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis dan
menghindarkan diri dari keyakinan yang irasional.
2.
Langkah-langkah penyelesaina masalah
Proses konseling RET
a. Konselor berusaha menunjukkan konseli kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan
dengan keyaknan irasional, dan menunjukkan bagaimana konseli harus bersikap
rasional dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional.
b. Setelah konseli menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irasional,
amaka konselor menunjukkan pemikiran konseli yang irasional, serta konseli
berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.
c. Konselor berusaha agar konseli menghindari diri dari ide-ide irasionalnya, dan
konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan
perusakan diri.
d. Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha yang rasional, dan menolak
kehidupan yang irasional dan fiktif.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obesitas merupakan salah satu masalah remaja yang paling banyak dialami oleh
remaja itu sendiri terutama oleh remaja putrid. Mereka akan melakukan apapun yang
dapat menjadikan berat badan mereka menjadi lebih ideal lagi menurut mereka. Usia-usia
remaja seperti ini sangat mempengaruhi pola pikir mereka, terutama dala hal ini pola
pikir mereka terhadap diri mereka sendiri karena periode ini adalah periode dimana
mereka mencari jati diri.
Pola pikir rasional tentang dirinya sangat penting untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya. Dalam memenuhi tugas perkembangan remaja memerlukan banyak
bantuan baik internal maupun eksternal. Internal seperti kesadaran yang muncul pada
dirinya sendiri untuk melakukan tugas-tugas tersebut, selanjutnya eksternal yakni bantuan
dari orang-orang yang menurutnya penting dalam kehidupannya terutama dalam
memutuaskan suatu pilihan hidup di masa yang akan dating.
Kaitannya dengan bahasan kali ini adalah dengan tugas perkembangan fisik yaitu
berkenaan dengan obesitas. Remaja dengan masalah obesitasnya akan merasa sulit dalam
memenuhi atau menyelesaikan tugas perkembangan fisik ini. Mereka selalu berpikiran
bahwa obesitas adalah buruk dan harus diperbaiki lagi. Maka pemikiran yang irasional
seperti ini yang harus diubah.
Dalm penyelesaiannya obesitas kali ini karena berhubungan dengan kognitifnya,
sehingga memungkinkan untuk dilakukan pemecahan masalah dengan teknik Rasional
Emotif Teraphy (RET). Konselor disini bertugas untuk menakinkan konselinya untuk
meyakikni bahwa pikirannya itu salah, dan selanjutnya konseli harus berusaha sendiri
untuk melakukan perbaikan pada pikirannya sendiri.
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung. Refika
ADITAMA
Wilis, Sofyan S. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. ALFABETA
Al-Mighawar, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua.
Bandung. Pustaka setia
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. ROSDA
Ali, Mohammas dan Asroni, Mohammad. (2008). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Bandung. Bumi Aksara
Suherman. (2008). Konsep & Aplikasi Bimbingan & Konseling. Bandung. Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan UPI
Download