Penguatan Karakter Anak Melalui Proses Komunikasi Efektif Orang Tua Anak “Maaf, terimakasih, kami mencintaimu, kami percaya padamu,” kata sederhana yang sangat sulit untuk diucapkan oleh orang tua apabila tidak terbiasa mengatakannya serta mempunyai efek yang luar biasa pada banyak aspek dalam kehidupan anak, terutama pada sisi karakternya. Tidakkah kasus kekerasan terhadap anak sangat potensial oleh karena kualitas yang buruk dalam hak membangun etika komunikasi yang berkarakter antara orang tua dan anak? Hal ini penting karena sejumlah kasus kekerasan terhadap anak meningkat atau berada dalam kondisi kritis (membahayakan). Pada tanggal 20 November 2015 dalam memperingati hari anak sedunia UNICEF mengunggah berita tentang sifat dan jenis kekerasan terhadap anak Indonesia yaitu: sekitar 40% anak berusia 13-15 tahun melaporkan pernah diserang secara fisik sedikitnya satu kali dalam setahun, 26% melaporkan pernah mendapat hukuman fisik dari orang tua atau pengasuh dirumah, 50% melaporka di bully disekolah. Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 14 juni 2015 menyatakan bahwa kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahunnya. Pantauan data yang dilakukan KPAI dari tahun 2011 sampai 2014 menunjukkan peningkatan signifikan yaitu pada 2011 tercatat 2178, 2012 sebanyak 3512, tahun 2013 yaitu 4311 kasus, dan 2014 ada 5066 kasus. Dari data KPAI menunjukkan pula bahwa kasus anak paling rentan menjadi korban kekerasan lingkungan rumah dan sekolah. dan 78,3% anak yang menjadi pelaku kekerasan karena mereka telah menjadi korban kekerasan sebelumnya. Sejumlah kasus perilaku kekerasan yang dilakukan oleh orang tua, mereka menggunakan cara-cara komunikasi yang agresif dalam menyelesaikan masalah anak atau merespon bentuk-bentuk kondisi kontraproduktif pada anak. Tiga lingkungan paling rawan terjadinya kekerasan pada anak ialah keluarga, sekolah dan masyarakat. Bahkan hasil monitoring oleh KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91% anak menjadi korban kekerasan dilingkungan keluarga, 87,6% dilingkungan sekolah dan 17,9% dilingkungan masyarakat. Data tersebut semakin menguatkan tentang pentingnya komunikasi pada anak pada karakter yang akan dibangunnya nanti. Selain itu pendidikan karakter anak juga perlu melibatkan orang tua. Salah satu ketrampilan penting bagi orang tua dalam berkonstribusi terhadap pendidikan karakter anak adalah membangun ketrampilan komunikasi yang efektif pada anak. Kemampuan ini dapat direproduksi untuk membentuk karakter-karakteri positif melalui pengemasan bahasa positif ketika berkomuniasi antara orang tua dan anak.Untuk itu, pendidikan terbaik untuk menghindarkan anak dan mencegah anak untuk menjadi korban ataupun pelaku kekerasan dimulai dari rumah. Komunikasi yang baik dan efektif menjadi penting karena pada dasarnya komunikasi ialah sarana penghubung antara anak dan orang tua. Tentang bagaimana orang tua memahami dan mengenal dunia anak ialah dengan melalui komunikasi. Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id Komunikasi yang baik tidak bisa dibangun hanya dalam waktu yang singkat. Namun, komunikasi yang baik dibangun semenjak kecil hingga dewasa. Komunikasi yang baik bisa dilakukan melalui sharing pendapat, ide, atau bahkan dengan pujian jika anak mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Sikap demokratis sangatlah penting dalam hal ini karena dengan demikian akan lebih mudah menceritakan pikiran dan perasaan yang sedang terjadi. Selain itu orang tua juga dapat menyisipkan pendidikan, pengalam dan pengetahuan yang baik, serta orang tua dapat memantau perkembangan anak melalui hal tersebut. Komunikasi yang baik antara anak dan orang tua juga digunakan sebagai sarana peningkatan kemampuan komunikasi anak. Tentang keberanian mengutarakan pendapat, hingga kemampuan bersosialisasi yang baik akan sangat terpengaruh oleh adanya hal ini. Kemampuan bersosiali yang baik oleh anak sangatlah penting dalam perkembangan emosinya. Sebab, dimulai dari bangku sekolah anak akan dilatih untuk mulai berorganisasi atau hal yang paling sederhana ialah kemampuan dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diterima. Jika anak mampu untuk berkomunikasi secara baik, kemampuan lain untuk bertahan hidup dimasa yang akan datang akan mampu dilatih dengan baik seperti halnya kemampuan kepemimpinan, pengambilan keputusan, serta kontrol emosi. Kemampuan untuk mengontrol emosi bukan berarti tidak boleh marah atau mengeluarkan emosi negatif lainnya. Sebab, emosi yang ditahan dapat berakibat lebih fatal apabila dilampiaskan pada hal lain. Beberapa kasus kekerasan yang telah terjadi menunjukkan penyebab tidak tersalurkannya emosi-emosi anak. Contoh sederhana ialah ketika anak mendapat nilai rendah diantara teman sekelasnya, orang tua selayaknya mengerti bahwa pada diri anak terdapat kecewa yang disimpan anak pada dirinya sendiri. Disinilah kemampuan komunikasi menjadi penting. Komunikasi yang baik akan membuat orang tua mengerti mengapa sang anak mendapat nilai yang rendah, selain itu orang tua dapat membangun motivasi lebih bagi anak untuk melakukan yang lebih baik lagi, jika tidak orang tua akan mengerti bahwa ada kemungkinan sang anak mempunyai bakat dibidang yang lain. Ada banyak hal yang dapat dilakukan orang tua oleh orang tua untuk membantu sang anak dalam pendidikannya. Pendidikan anak yang berhasil tidak hanya melulu tentang nilai sempurna yang didapatkan oleh anak disekolah. Namun, perbuatan baik anak kepada orang lain, kemampuan empati yang tunjukkan kepada sesama yang membutuhkan, kemampuan anak dalam bermain musik, kemampuan anak untuk mengorganisasi juga merupakan suatu keberhasilan dalam pendidikan anak. Hal itu tidak akan dilakukan lebih baik selain orang tua. Sebab orang yang mengenal anak paling baik ialah orang tua, kehidupan anak paling banyak dihabiskan dirumah. Penulis: Fauzanin Nur Yakin Editor : Mohammad Mahpur Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id