upaya pnpm mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan

advertisement
UPAYA PNPM MANDIRI DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA
KEBUYUTAN KECAMATAN TIRTAYASA
KABUPATEN SERANG
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Eliyati
NIM: 108054000009
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
ABSTRAK
UPAYA PNPM MANDIRI DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA KEBUYUTAN
KECAMATAN TIRTAYSA
ELIYATI
Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang sudah ada sejak
lama dan hampir bisa dikatakan akan tetap menjadi “kenyataan abadi”
dalam kehidupan. Pengertian kemiskinan sendiri sebagai suatu konsep
ilmiah lahir sebagai dampak ikutan dari istilah pembangunan. Karena itu
dalam setiap pembahasan tentang pembangunan, maka pembahasan
kemiskinan mendapatkan tempat yang cukup penting. Kemiskinan
dipandang sebagai bagian dari masalah dalam pembangunan, yang
keberadaannya ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan,
yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.
Dalam hal ini, Studi ini bertujuan untuk melihat upaya PNPM
Mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Kebuyutan
Tirtayasa. Selain itu, studi ini juga memeriksa dampak PNPM Mandiri
perdesaan terhadap kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di Desa
Kebuyutan.
Secara metodologi, studi ini menggunakan metode kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif-analitis. Sedangkan pengumpulan data
dilakukan dengan tiga metode, yaitu wawancara mendalam, pengamatan
(observasi) terhadap proses atau hasil kegiatan PNPM Mandiri, serta
pengumpulan dokumen yang relevan.
Secara umum, studi ini menemukan bahwa program PNPM Mandiri
di desa Kebuyutan sudah dijalankan dengan baik. Program yang dijalankan
meliputi penyaluran dana burgulir. Program penyaluran dana hanya
sebagian kecil yang betul-betul bisa dimanfaatkan oleh warga miskin.
Terkait dengan PNPM Mandiri bagi kesejahteraan, kegiatan PNPM
Mandiri yang berbentuk penyaluran dana bergulir dirasa masih kurang
membantu perekonomian masyarakat, karena dana yang dikucurkan
berjumlah sedikit sementara kebutuhan masyarkat untuk modal usaha
berjumlah besar, sehingga belum mampu memberikan perubahan
kesejahteraan yang mendasar dalam masyarakat.
i
PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas
karunia dan anugrah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Upaya PNPM Mandiri
Dalam
Meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat
di
Desa
Kebuyutan
Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang ini dapat diselesaikan. Salam hangat
kepada kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW, semoga terus bertambah
kecintaanku padamu, langkahku selalu bertapak pada jejakmu.
Selain rasa syukur yang mendalam, dalam penyelesaian skripsi ini, banyak
pihak yang terlibat di dalamnya, baik itu sebagai nara sumber, mitra diskusi
ataupun motivator, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, namun
pada kesempatan ini beberapa pihak harus saya sebutkan:
1. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. Arief Subhan, MA, dan kepada Drs.
Wahidin Saputra, MA, Selaku dekan pembantu.
2. Dengan penuh kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih kepada
Wati Nilamsari M, SI, dan M Hudri M.A, serta seluruh dosen yang
telah mentransformasikan ilmu pengetahuannya dengan tulus ikhlas
dan penuh perhatian.
3. Dengan penuh rasa hormat, penulis sampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Syamsir Salam,
M, SI, selaku pembimbing. Penulis merasa berhutang budi kepada
beliau karena di tengah kesibukannya beliau masih sempat
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan atas berbagai
permasalahan yang penulis hadapi.
4. Penulis juga haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada ayah
bunda kami, H. Hamsin dan Hj. Halanah. Dan kakak-ku yang
senantiasa memberikan doa dan motivasi demi keberhasilan penulis,
ii
serta membantu penulis dalam pengambilan data untuk kelengkapan
skripsi ini.
5. Terima kasih kepada Jamaluddin Djunaid, Lc, MA, HK (Dosen
Hukum Islam PTIQ) yang banyak menginspirasi penulis dalam
mengambil tema ini dan yang tidak pernah bosan melayani konsultasi,
serta membaca ulang, mengedit dan memberikan masukan sejak
proposal sampai skripsi ini selesai.
6. Untuk teman seperjuangan: Erna Milana, Putri Nurullita, Hani
Nuraminah, Selli Oktaberti, Siti Inayah, Nuris Annisa dll, yang selalu
memberikan motivasi demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan
skripsi, semoga kebersamaan kita tidak pernah berhenti.
7. Seluruh crew kantor UPK PNPM Mandiri Kecamatan Tirtayasa serta
crew balai desa Kebuyutan atas dukungan dan masukannya terhadap
skripsi ini
Akhirnya, penulis memohon maaf bila ternyata dalam skripsi ini
ditemukan banyak kekeliruan dan kekurangan, penulis hanya berharap semoga
karya sederhana ini berguna dan bermanfaat bagi orang yang membacanya.
Jakarta, 04 Oktober 2012
Eliyati
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. II
DAFTAR ISI ................................................................................................. IV
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
E. Metode Penelitian......................................................................... 9
F. Study Pustaka ............................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan................................................................... 14
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ....................... 17
A. PNPM MANDIRI ....................................................................... 17
1. Pengertian PNPM Mandiri ..................................................... 17
2. Tujuan PNPM Mandiri........................................................... 18
3. Program dalam PNPM Mandiri ............................................. 20
B. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Kemiskinan .......................................................... 22
2. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan...................................... 24
3. Pengertian Kesejahteraan ....................................................... 26
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat .................................. 29
iv
2. Model-model Pemberdayaan Masyarakat .............................. 31
3. Tahapan-tahapan dalam Pemberdayaan Masyarakat ............. 34
BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................... 39
A. Letak Geografis Desa Kebuyutan ................................................ 39
B. Komposisi Penduduk ................................................................... 41
C. Agama ......................................................................................... 42
D. Pendidikan ................................................................................... 43
E. Pekerjaan ...................................................................................... 45
F. Struktur Pemerintah .................................................................... 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................. 49
A. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Kebuyutan Kecamatan
Tirtayasa ....................................................................................... 51
B. Upaya
PNPM
Mandiri
dalam
meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa................. 53
1. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP)............................. 54
C. Hasil dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Peminjam Dana
Bergulir PNPM Mandiri di Desa Kebuyu .................................... 69
BAB V. Dampak Kegiatan PNPM Mandiri Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Kebuyutan Kecamatan
Tirtayasa Kabupaten Serang ................................................... 74
A. Dampak terhadap Kesejahteraan Masyarakat .............................. 74
1. Terpenuhinya kebutuhan sosial dasar masyarakat ................. 78
2. Terbukanya lapangan pekerjaan baru..................................... 79
3. Tumbuhnya ekonomi masyarakat .......................................... 80
4. Terbangunnya jaringan sosial pekerjaan yang solid .............. 80
v
B. Mewujudkan Kemandirian Masyarakat ....................................... 82
1. Partisipasi Masyarakat ........................................................... 83
2. Terwujudnya Transparansi dan Akuntabilitas ....................... 84
3. Terealisasinya Kesetaraan Gender ......................................... 85
4. Mengembangkan Potensi Desa .............................................. 86
BAB VI. KESIMPILAN DAN SARAN ...................................................... 89
B. Kesimpulan .................................................................................. 89
C. Saran ............................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 92
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang sudah ada sejak
lama dan hampir bisa dikatakan akan tetap menjadi “kenyataan abadi”
dalam kehidupan. Pengertian kemiskinan sendiri sebagai suatu konsep
ilmiah lahir sebagai dampak ikutan dari istilah pembangunan. Karena itu
dalam setiap pembahasan tentang pembangunan, maka pembahasan
kemiskinan mendapatkan tempat yang cukup penting. Kemiskinan
dipandang sebagai bagian dari masalah dalam pembangunan, yang
keberadaannya ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan,
yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.
Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha
dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tertinggal jauh
dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi yang lebih tinggi.
Masalah
kemiskinan
muncul
karena
adanya
sekelompok
anggota
masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan
kemampuan yang memadai untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak.
Akibatnya
mereka
harus
mengakui
keunggulan
kelompok
masyarakat lainnya dalam persaingan mencari nafkah dan kepemilikan aset,
sehingga semakin lama semakin tertinggal. Dalam prosesnya, gejala tersebut
memunculkan
persoalan
ketimpangan
masyarakat.
1
distribusi
pendapatan
dalam
2
Masalah kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk
ditangani. Masalah kemiskinan di Indonesia tercermin dari kondisi fisik
masyarakat yang tidak memiliki akses sarana dan prasarana dasar
lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman
yang jauh dibawah standar kelayakan untuk ditempati, serta mata pencarian
yang tidak menentu.
Permasalahan kemiskinan ini telah menggugah pemerintah dan
berbagai lembaga internasional seperti bank dunia dan lain-lain untuk
berperan aktif mengentaskan kemiskinan melalui berbagai program.
Beberapa program cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Untuk itu,
diperlukan perubahan yang bersifat sistematis dan menyeluruh dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan metode yang cukup efektif
untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan atau paling tidak mencegah
munculnya masalah-masalah turunan dari kemiskinan seperti busung lapar,
kurang gizi, anak putus sekolah, bayi terlantar, anak jalanan, kondisi
lingkungan
pemukiman
yang
buruk,
kriminalitas
dan
prostitusi.1
Masalahnya, dibutuhan komitmen jangka panjang untuk memfasilitasi
kesinambungan dari upaya pengembangan masyarakat yang berjalan, agar
target jangka pangjang dalam mengurangi kemiskinan dapat menjadi
kenyataan.
Dalam upaya mengatasi kemiskinan tersebut, telah dilakukan
berbagai program, misalnya, program Inpres Desa Tertinggal (IDT), inpres
1
Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan
Strategi Pembangunan berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2011), h.187
3
ini dimaksudkan untuk meningkatkan penanganan masalah kemiskinan
secara berkelanjutan di desa-desa miskin. Pada saat terjadinya krisis
ekonomi yang kemudian berlanjut menjadi krisis multi dimensional, juga
diluncurkan program pengentasan kemiskinan yaitu Program Daerah dalam
Mengatasi Krisis Ekonomi (PDM-DKE) yang kemudian dilanjutkan dengan
program pengentasan kemiskinan perkotaan (P2KP), dan lain-lain.
Meskipun masyarakat miskin telah mendapatkan bantuan melalui
program pengentasan kemiskinan, tetapi hasilnya tidak seperti yang
diharapkan. Masyarakat miskin yang telah tersentuh program pengentasan
kemiskinan, tetap saja mereka tidak beranjak dari kondisi kemiskinannya.
Kesejahteraan yang mereka impikan, masih jauh dari kenyataan. Oleh
karena itu, mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia mencanangkan program
baru yang diharapkan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Program
tersebut adalah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM) Mandiri.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM
Mandiri)
merupakan
program
untuk
mempercepat
penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Program PNPM Mandiri ini
merupakan sistem dan pola dari proses perubuhan yang direncanakan untuk
memberdayakan masyarakat dari berbagai aspek kehidupannya. Program ini
pada hakikatnya memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat
untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan semua komponen masyarakat.
4
Adapun kegiatan pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh
PNPM Mandiri tersebut dapat berupa kegiatan dana bergulir, beasiswa,
santunan, dan pembuatan sarana dan prasarana maupun perbaikan jalan.
Dana PNPM Mandiri tersebut berasal dari bank dunia yang kemudian
disalurkan ke APBD yang penggunaannya dan penyalurannya harus
dipertanggung jawabkan oleh Negara.
PNPM Mandiri adalah salah satu bentuk kepedulian pemerintah
terhadap
masyarakat
dalam
mengentaskan
kemiskinan,
yang
menitikberatkan pada upaya penguatan BKM (badan keswadayaan
masyarakat) sebagai organisasi masyarakat yang mampu berperan sebagai
penggerak upaya penanggulangan kemiskinan berdasarkan pada kebutuhan
masyarakat.
Visi PNPM Mandiri perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian
masyarakat
miskin
pedesaan.
Kesejahteraan
berarti
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu
mengorganisir
diri
untuk
mobilisasi
sumber
daya
yang
ada
di
lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya,
serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Sedangkan Misi PNPM Mandiri perdesaan adalah: 1. Meningkatkan
kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2. Pelembagaan sistem
pembangunan partisipatif; 3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah
lokal; 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana sosial dasar
dan ekonomi masyarakat. 5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam
pembangunan.
5
Berdasarkan pada visi dan misi di atas, maka secara umum PNPM
Mandiri bertujuan untuk memperdayakan masyarakat yang lemah dan
miskin, sehingga kekayaan tidak hanya menjadi milik dan dinikmati oleh
segelintir orang saja. Tujuan yang mulia dari program PNPM Mandiri ini
mendapatkan legitimasi dari al-Qur’an surah al-Hasyr ayat 7 sebagai
berikut:

             
          
  
              
  
  
“ Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Mekkah adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat keras hukumannya”2.
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa pembangunan masyarakat
yang ideal adalah pembangunan yang merata, yang menciptakan kondisi di
mana semua orang merasakan dampak positif dari pembangunan tersebut.
PNPM Mandiri sebagai sebuah program yang memberikan kesempatan
kepada masyarakat yang lemah untuk berpartisipasi di dalamnya adalah
termasuk ke dalam kategori ini, sebab PNPM Mandiri adalah suatu gerakan
2
Tim Penyusun. .Al-Quran dan Tarjamahnya (Bandung: PT Syamil Cipta Media),
Al-Hasr ayat. 7
6
yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat
melalui partisipasi aktif dan inisiatif.
Program PNPM Mandiri ini sangat beragam dan dilaksanakan di
berbagai tempat, untuk membatasi lapangan kajian, maka penulis meneliti
pelaksanaan PNPM Mandiri di desa Kebuyutan. Desa Kebuyutan adalah
desa yang berada di sebelah timur desa Samparwadi dan sebelah barat desa
Kemanisan, sekitar 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan Tirtayasa,
dengan luas wilayah 208 Ha dan jumlah penduduk 2257 jiwa. Mayoritas
penduduknya merupakan kalangan menengah ke bawah, profesi yang
dijalani
beragam
mulai
dari
petani,
pedagang
kecil
sampai
pertukangan/buruh bangunan.
Minimnya modal baik ekonomi maupun sumber daya manusia yang
dimiliki
masyarakat
desa
Kebuyutan
berpengaruh
kepada
tingkat
kesejahteraan masyarakatnya. PNPM Mandiri adalah salah satu program
pengembangan masyarakat yang dilaksanakan di desa Kebuyutan. Di desa
ini program PNPM Mandiri sudah dilaksanakan sejak tahun 2008 sampai
sekarang. Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri di desa Kebuyutan
bertindak sebagai fasilitator dalam membangun desa, baik sebagai wadah
kegiatan musyawarah maupun penyandang dana bagi kegiatan-kegiatan
yang bertujuan membangun desa Kebuyutan.
Secara umum, kegiatan PNPM Mandiri di desa Kebuyutan berupa
kegiatan
pembangunan
infrastruktur
dan
pinjaman
dana
bergulir.
Pembagunan infrastruktur berupa pembanguanan jalan setapak menuju areal
7
persawahan yang warga sebut dengan jalan rabat beton, sedangkan
peminjaman dana bergulir berupa simpan pinjam perempuan (SPP).
Teori tentang PNPM Mandiri sebagai program pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat desa, tidak sepenuhnya benar. Fakta di
lapangan justru memperlihatkan pemandangan yang sebaliknya. Usaha
PNPM
Mandiri
mendapatkan
berbagai
macam
kendala
dalam
mensejahterakan masyarakat.
Berdasarkan temuan-temuan sementara di atas, penulis merasakan
urgennya mengangkat tema ini sebagai objek penelitian, karena dengan
mengetahui penyelesaian dari masalah ini akan membawa dampak yang
besar bagi program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Upaya PNPM Mandiri dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Kebuyutan Kecamatan
Tirtayasa”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Banyak
upaya
yang
dilakukan
PNPM
Mandiri
dalam
memperdayakan masyarakat lemah, berbagai program dicanangkan untuk
mengurangi tingkat kemiskinan. Dalam penelitian ini, penulis hanya
membatasi masalah pada kegiatan yang dilakukan PNPM Mandiri di Desa
Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.
Pembatasan masalah di atas, kemudian dapat dirumuskan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
8
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Penyalura Dana Bergulir
PNPM Mandiri di Desa Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa?
2. Bagaimana Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Kebuyutan
Kecamatan
Tirtayasa
Dalam
Kegiatan
Penyaluran
Dana
Bergulir?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Untuk mendeskripsikan kegiatan PNPM Mandiri dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Kebuyutan
Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.
2. Untuk menjelaskan tingkat keberhasilan masyarakat dalam
kegiatan penyaluran dana berguli PNPM Mandiri di Desa
Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan melahirkan hasil yang dapat memberi
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi civitas akademik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi mengenai upaya PNPM Mandiri dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Desa Kebuyutan Kecamatan
Tirtayasa Kabupaten Serang.
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan,
pengalaman serta meningkatkan kemampuan dalam menganalisa
9
berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah
secara umum, dan masyarakat miskin di Desa Kebuyutan
Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang secara khusus.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif.
Menurut Strauss dan Corbin (1997), yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai (diperoleh)
dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,
aktivitas sosial, dan lain-lain.3
Adapun
alasan
menggunakan
pendekatan
kualitatif
adalah
pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk
menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang
kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara
memuaskan.4 Serta penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
masyarakat desa Kebuyutan, yang mana menurut keterangan warga desa
tersebut sedikit tertinggal dilihat dari beberapa faktor yaitu pendidikan dan
kesejahteraan. Kemudian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang
3
Nur Syam’un, Metodologi Penelitian (Serang: Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, 1998), h.22
4
Lexy J Moeloeng,
RosydaKarya, 1993), h.3
MetodePenelitianKualitatif (Bandung: PT Remaja
10
diberikan
PNPM
Mandiri
dalam
mengentaskan
kemiskinan
dan
mensejahterakan masyarakat, dengan beberapa upaya yang antara lain
dilakukan di daerah peneliti ialah penyaluran dana bergulir dan
pembangunan infrastruktur.
2.
Menentukan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Desa Kebuyutan
Kecamatan Tirtayasa. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi
penelitian ialah metode purposive, yaitu metode penentuan lokasi penelitian
sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut metode ini, lokasi penelitian
hendaknya
didasarkan
pada
pertimbangan-pertimbangan
kemenarikan/ketertarikan, keunikan, kesesuaian dengan topik yang dipilih,
lokasi hendaknya diuraikan dengan jelas dan lengkap.
Pertimbangan yang mendasari peneliti memilih daerah tersebut di
atas sebagai tempat penelitian karena Desa Kebuyutan merupakan desa yang
melaksanakan program PNPM Mandiri berupa kegiatan penyaluran dana
bergulir dan pembangunan infrastruktur. Sedangkan objek dalam penelitian
ini adalah Warga Desa Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa.
3. Sumber Data Penelitian
Dalam hal
ini, peneliti
berupaya mengumpulkan data-data
menyangkut upaya PNPM Mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, baik itu dari sumber primer maupun sumber sekunder, sumber
primer yang dimaksud adalah berupa observasi lapangan dan wawancara
mendalam informan data primer ini antara lain: peminjam dana SPP PNPM
Mandiri dan masyarakat desa Kebuyutan yang terkait dengan pelaksanaan
11
kegiatan PNPM Mandiri di desa Kebuyutan, sedangkan sumber sekunder
adalah dokumen-dokumen lain yang terkait dan bersentuhan dengan tema
penelitian yang dimaksud.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif, maka teknik pengumpulan
data diperoleh dengan langkah sebagai berikut:
1. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan cara membaca,
mempelajari serta menganalisis teori-teori dan data tertulis
melalui literatur, buku-buku atau dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pembahasan.
2. Studi lapangan yaitu mengumpulkan, menyeleksi dan meneliti
data yang diperoleh dilokasi penelitian dengan teknik-teknik
sebagai berikut:
a. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah merupakan kegiatan pengamatan, peninjuan
secara cermat tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di
suatu tempat tertentu.5 Dalam pengertian lain dapat juga
5
dikatakan
bahwa
observasi
penelitian
yang
hanya
adalah
terfokus
merupakan
pada
suatu
sekelompok
Lin Tri Rahayu, dkk, Observasi dan wawancara (Malang: Bayumedia
Publishing, 2005), h.5
12
orang/pekerja tertentu di wilayah tertentu.6 Dalam observasi,
peneliti malakukan kunjungan langsung kepada pihak yang
bersangkutan adalah PNPM Mandiri dalam mensejahterakan
masyarakat melalui dua upaya yakni, penyaluran dana
bergulir serta pembangunan infrastruktur. Dengan tujuan
agar penulis memperoleh data akurat dan kongkrit tentang
masalah yang diteliti.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan
Tanya Jawab baik secara langsung maupun media tertentu.
Teknik pencatatan data menggunakan catatan lapangan yaitu
berupa hasil wawancara selama obervasi berlangsung dengan
menggunakan bahasa obyektif.7 Wawancara yang peneliti
lakukan yakni untuk melengkapi pengumpulan data yang
diperlukan, selain melakukan observasi langsung dan
dokumentasi penulis juga melakukan wawancara langsung
kepada kantor Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan, dan kepada kantor balai desa Kebuyutan, serta
kepada ketua dan anggota peminjam dana SPP, yang
dianggap dapat memberikan informasi kepada penulis
ataupun kepada pihak lain yang berhubungan dengan
masalah yang penulis teliti.
6
Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitaf untuk Ilmu-ilmu Sosial
(Depok: DIA Fisif UI, 2006), h.56
7
Rahayu, et.al, Observasi dan Wawancara (Malang: Bayumedia Publishing,
2004), h.63
13
c. Dokumentasi (pengumpulan data-data). Tentang pengumpulan
data ini penulis melakukan pengumpulan data yang mendukung
kelengkapan penulisan skripsi ini baik data yang berupa tulisan
maupun gambar. Data-data yang diperoleh adalah arsip lembaga,
kliping, media dll.
F. Studi Pustaka
Penulisan skripsi ini tentunya menggunakan studi pustaka yang terkait
dengan tema penelitian. Terdapat beberapa karya ilmiah yang berkaitan
dengan judul skripsi, antara lain:
1. Skripsi
saudara
Masyarakat
Islam
Lukman
Hakim
Jurusan
pada tahun 2009.
Pengembangan
Yang berjudul
“
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bantuan Pinjaman Dana
Bergulir Oleh Progrm Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Kelurahan Pondok Betung
Tangerang”.
2. Skripsi saudari Ayu Prima Ananda Jurusan Pengembangan
Masyarakat
Islam
pada tahun 2009.
Yang berjudul
“
Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Kecil Melalui Pinjaman
Makro Masjid Jami Bintaro Jaya Rawa Papan Kelurahan Bintaro
Jakarta Selatan”.
3. Skripsi
saudara
Ahmad
Parhan
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam pada tahun 2009. Yang berjudul “ Evaluasi
Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK)
14
Melalui Bina Ekonomi dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di
Kampung Tegal Parang”.
Adapun judul skripsi penulis yaitu ”Upaya PNPM Mandiri dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Kebuyutan Kecamatan
Tirtayasa Kabupaten Serang”. Penelitian ini berbeda dengan ketiga
penelitian di atas.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini akan diuraikan dengan
sistematika seperti dibawah ini:
BAB I: Dimulai dengan latar belakang yang merupakan argumen
yang menunjukkan adanya suatu kebutuhan untuk mengetahui dan
menganalisis tentang upaya PNPM Mandiri dalam mensejahterakan
masyarakat melalui program penyaluran dana bergulir dan pembangunan
infrastruktur. Dalam bab ini juga diuraikan tentang permasalahan yang
akan diteliti, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian yang digunakan, serta studi pustaka yang merupakan
temuan karya ilmiah yang menginspirasi pembuatan judul skripsi.
BAB II: Dimulai dari kajian pustaka, yang akan dibahas secara rinci
menjelaskan beberapa pengertian yang meliputi: Pertama, Pengertian PNPM
Mandiri, yang terdiri dari: Pengertian PNPM Mandiri, Tujuan PNPM
Mandiri, Program dalam PNPM Mandiri. Kedua, menjelaskan tentang
kesejahteraan masyarakat, yang mencakup: Pengertian kemiskinan, Faktorfaktor Penyebab Kemiskinan dan Pengertian Kesejahteraan. Ketiga,
15
dijelaskan mengenai pemberdayaan masyarakat, yang mencakup: Pengertian
Pemberdayaan Masyarakat, Model-model Pemberdayaan Masyarakat,
Tahapan-tahapan dalam Pemberdayaan Masyarakat.
BAB III: Gambaran umum lokasi penelitian yang mencakup letak
geografis desa Kebuyutan, agama, pendidikan pekerjaan, komposisi
penduduk, serta struktur pemerintahan.
BAB IV: Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian. Bab
ini dipecah ke dalam dua bagian. Bagian pertama akan membahas tentang
pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Desa Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.
Sedangkan bagian kedua akan menjelaskan mengenai
Hasil dan
Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Peminjam Dana Bergulir PNPM Mandiri
di Desa Kebuyutan.
BAB V: Penutup, bab ini berisi kesimpulan dari penelitian serta
saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PNPM MANDIRI
1. Pengertian PNPM Mandiri
PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan
terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung
mengenai PNPM Mandiri adalah1 :
1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka
kebijakan sebagai dasar dan
acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM
Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem
serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan
pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat
dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan
masyarakat
adalah
upaya
untuk
menciptakan/
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan
kualitas
hidup,
kemandirian
dan
kesejahteraannya.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari
perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan
kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
1
Panduan Teknis Operasional, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM
Mandiri Perdesaan), Republik Indonesia, h.2
16
17
2. Tujuan PNPM Mandiri
a. Tujuan Umum
PNPM Mandiri secara umumnya bertujuan
untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat
miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok
masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam
proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan;
2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif dan akuntabel;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,
program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin
(pro-poor);
4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat
dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan;
5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas
pemerintah
daerah
dan
kelompok
menanggulangi kemiskinan di wilayahnya;
perduli
setempat
dalam
18
6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai
dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan
lokal; dan
7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna,
informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
PNPM Mandiri melakukan pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam
mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:
1. Menggunakan
kecamatan
sebagai
fokus
program
untuk
mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
program;
2. Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan
pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal;
3. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses
pembangunan partisipatif;
4. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai
dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis; dan
5. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran,
kemandirian, dan keberlanjutan.
19
3. Program dan Ruang Lingkup PNPM Mandiri
a. Kategori Program
Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. PNPM-Inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat
berbasis kewilayahan, yang mencakup PPK, P2KP, PISEW, dan
P2DTK.
2. PNPM-Penguatan:
terdiri
dari
program-program
pemberdayaan
masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk
mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait
pencapaian target tertentu. Pelaksanaan programprogram ini di tingkat
komunitas mengacu pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri.
b. Komponen Program
Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen
program sebagai berikut:
1. Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasilhasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut,
disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan
20
relawan,
dan
operasional
pendampingan
masyarakat;
dan
fasilitator,
pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada
saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama
sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
2. Bantuan Langsung Masyarakat
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan
keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai
sebagian
kegiatan
yang
direncanakan
oleh
masyarakat
dalam
rangka
meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.
3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah
serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku
lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif
dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam
menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini
antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan
secara selektif, dan sebagainya.
4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi
kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli
lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,
pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.
21
c. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua
kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat
meliputi:
1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman,
sosial, dan ekonomi secara padat karya;
2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit
mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin.
Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam
memanfaatkan dana bergulir ini;
3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama
yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDG; dan
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui
penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi
dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.2
B. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan sesungguhnya merupakan masalah yang ada sudah sejak lama
dan hampir bisa dikatakan akan tetap menjadi “ kenyataan abadi” dalam keidupan.
2
Tulisan Hukum/Infokum/Tematik., “ Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)” diakses pada 5 April 2012 dari
http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Tulisan-hukum-PNPM-Mandiri2.pdf
22
Pengertian kemiskinan sendiri sebagai suatu konsep alamiah lahir sebagai dampak
ikutan dari istilah pembangunan. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan
multidimensional, mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Sehingga
secara umum “Masyarakat Miskin” sebagai suatu kondisi masyarakat yang berada
dalam situasi kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan
untuk menyampaikan aspirasinya. Situasi ini menyebabkan mereka tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya secara layak.
Adapun
dalam
istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang
dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Untuk
memahami pengertian tentang kemiskinan ada berbagai pendapat yang
dikemukakan3.
Menurut Suparlan, kemiskinan dapat didefenisikan sebagai suatu standar
tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang
rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan,
kehidupan moral, dan rasa harga diri mereka yang tergolong sebagai orang
miskin.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan kemiskinan
adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si
3
Gunawan Sumodiningrat, et.al., Kemiskinan Teori Fakta Dan Kebijakan (Jakarta: PT
Impac, 1999), h.1
23
miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada
padanya. Pendapat lain dikemukakan oleh setyawan yang menyatakan bahwa
kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang
diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara
layak.
Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan adalah suatu
keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental
maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah yang rumit baik di lihat dari segi faktor
penyebabnya maupun pengaruh yang ditimbulkannya.
Penyebab kemiskinan
ditafsirkan orang secara sangat berbeda-beda, sehingga sulit mendapatkan suatu
pandangan yang dapat disebut sebagai berlaku umum. Secara garis besar
pandangan-pandangan itu dapat dibedakan atas dua jenis. Yang pertama,
melibatkan kemiskinan itu sebagai akibat kekurangan yang “melekat pada diri”.
Yang kedua adalah faktor penyebabnya adalah pada system masyarakat,
sedangkan individu hanya menjadi korbannya.4
Ismawan mengutarakan bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan
adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan ketertiadaan akses maka
manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya,
kecuali menjalankan apa yang dapat dilakukan. Dengan demikian, manusia
4
Jalaludin Rahmat, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim
(Bandung: PT Mizan,1990), h.36
24
mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia
untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat5.
Menurut Kuncoro penyebab kemisikinan adalah6:
1. Secara mikro, kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia.
Kualitas
sumber
daya
manusia
yang
rendah
berarti
produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib
kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan.
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan
(vicious
circle
poverty).
Adanya
keterbelakangan,
ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahya
tabungan dan investasi yang barakibat pada keterbelakangan dan
seterusnya.
5
Paulus Tangdilinting, Masalah-Masalah Sosial suatu Pendekatan Analisis Sosiologis
(Jakarta: Pusat Penerbitan Univ Terbuka, 2000), h.51
6
Jalaludin Rahmat, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim
(Bandung: PT Mizan, 1990), h.5
25
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan ada beberpa faktor yang
menyebabkan keluarga masuk dalam kategori keluarga miskin, antara lain adalah:
1. Faktor internal
a. Kesakitan
b. Kebodohan
c. Ketidaktahuan
d. Katidaktrampilan
e. Ketertinggalan teknologi
f. Ketidakpunyaan modal
2. Faktor eksternal
a. Struktur sosial ekonomi yang menghambat peluang untuk berusaha
dan meningkatkan pendapatan.
b. Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang mendukung upaya
peningkatan kualitas keluarga.
c. Kurangnya
akses
untuk
dapat
memanfaatkan
fasilitas
pembangunan.7
3. Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang
luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran yang tertentu
tentang suatu hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan
bermula dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran kata an. Sejahtera
7
Muhammad Syukri, et.al., “Menuju Kebijakan Promasyarakat Miskin Melalui Penelitian
(Lembaga Penelitian SMERU)” diakses pada 7 April 2012 dari http://www.smeru.or.id/lembaga
penelitan smeru research institute
26
berarti aman sentosa makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam
gangguan dan kesukaran. Dalam artian yang luas kesejahteraan
juga bisa
dikatakan sebgai rasa aman dan tidak terganggu dari hal apapun. Kesejahteraan
merupakan impian semua orang dalam hidupnya. Kesejahteraan berarti suatu
tujuan manusia untuk kehidupan yang lebih baik. Kesejateraan erat kaitannya
dengan sosial, karena kesejahteraan merupakan tujuan makhluk sosial.8
Menurut Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan dalam artian yang sangat
luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai
kehidupan masyarakat yang lebih baik. Beberapa defenisi yang mendukung
penegertian ini antara lain dikemukakan oleh Gertrude Wilson, Walter
Freidlander, Elizabeth Wickenenden, ataupun hasil dari pra-konferensi kelompok
kerja konferensi international bidang kesejahteraan sosial XV (XV the
International Conference on Social Welfare).9
1. Gertrude Wilson, “Social welfare is an organized concern of all
people for all people” (kesejahteraan sosial merupakan perhatian yang
terorganisir dari semua orang untuk semua orang).
2. Walter Freidlander, “Social welfare is an organized system of social
services and institutions, designed to aid individuals and group to
attain satisfying standards of life and health”. (kesejahteraan sosial
merupakan system terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial, yang
8
Fadhil Nurdin, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial (Bandung: PT Angkasa, 1990),
h.27
9
Istiana Hermawati, dkk, Pengkajian Keswadayaan Desa dalam Pendayagunaan Sumber
Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial, ( Yogyakarta: Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 2006), h.306
27
dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat
mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan).10
3. Elizabeth Wickenenden, “social welfare includes those laws,
programs, benefits and services which assure of strengthen provisions
for meeting social needs recognized to the well being of the population
and the better functioning of the social order”. (kesejahteraan sosial
termasuk di dalamnya adalah peraturan perundangan, program,
tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat dari
masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat).
4. Pre-conference working committee for XVth International Conference
of Social Welfare: “Social welfare is all the organized social
arrangements which have as their direct and primary objective the
well-being of people in social context. It includes the board range of
policies and service which are concerned with various aspects of
people live their income, security, health, housing, education,
recreation, cultural tradition, etc”. (Kesejahteraan sosial adalah
keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan
utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan
konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula kebijakan dan pelayanan
yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti
10
Nurdin, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosia , h.29
28
pendapatan,
jaminan
sosial,
kesahatan,
perumahan,
pendidikan,rekreasi,tradisi budaya dan lain sebagainnya).
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan konsep paling sering kita gunakan dalam kurun
lima tahun terakhir ini. Namun demikian, kita sering kali tidak benar-benar
memahami maknanya, bahkan mempersalinggantikan kedua kata tersebut.
Memang tidak ada pemahaman yang benar secara absolut, tetapi upaya untuk
memahami suatu konsep dengan baik merupakan langkah awal sebuah perogram
pembangunan yang baik.
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata power yaitu kemampuan berbuat,
mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin
dan yunani, yang berari didalamnya, karena itu pemberdayaan merupakan suatu
dalam diri manusia, atau sumber kreatifitas.11
Pemberdayaan atau pengembangan juga menciptakan kondisi hingga
semua orang yang lemah dapat menyumbangkan kemampuannya secara maksimal
untuk mencapai tujuannya, kartasasmita mengatakan bahwa keberdayaan dalam
konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat
yang bersangkutan12.
11
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha ( Jakarta: Centre of Entrepereneuship
Development ), h.53
12
Ibid., h.54
29
Suatu
gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup
keseluruhan masyarakat melalui partisipatif aktif dan inisiatif dari masyarakat.13
Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat islam adalah
tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah dalam
bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam.14
Parson mengatakan pemberdayaan ialah
sebuah proses dengan mana
orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas,
dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
memepengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
memperoleh
kehidupannya
dan
kehidupan
orang
lain
yang
menjadi
perhatiannya.15
Masyarakat diperdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya. Suatu proses pemberdayaan akan menyediakan sebuah
pilihan-pilihan, sebab manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihanpilihan dan dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas.16
13
Viviyulaswati, PNPM Mandiri sebagai salah satu Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan” Seminar dan Workshop Comdev Talk (Universitas Indonesia, 28 November 2008)
14
Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah di Tengah Era Reformasi Menuju Indonesia
Baru Dalam Memasuki Abad Ke-21 M., makalah disampaikan dalam “ seminar nasional:
menggegas strategi dakwah menuju Indonesia baru,” yang diselenggarakan oleh SMF Dakwah,
IAIN Gunung Djati, Bandung, 21 April 1999, h.9
15
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat Bandung: PT Refika
Aditama), h.59
16
Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, h.29
30
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu
yang mangalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
sosial: yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau memepunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti kepercaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyi mata pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan
sosial, dan mandiri alam tugas hidupnya.17
2. Model Pemberdayaan Masyarakat
Jack Rothman dalam karya klasiknya yang terkenal, Three Models Of
Community Organization Practice (1968), mengembangkan tiga model yang
berguna dalam memahami konsepsi tentang PM: (1) pengembangan masyarakat
lokal. (2) Perencanaan sosial (3) Aksi sosial. Paradigm ini merupakan format ideal
yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan konseptualisasi. Dalam
praktiknya, ketiga model tersebut saling bersentuhan satu sama lain. Setiap
komponennya dapat digunakan secara kombinasi dan simultan18 sesuai dengan
kebutuhan dan situasi yang ada dan kedua lebih sejalan dengan persepktif
professional, sedangkan model disana model ketiga lebih dekat dengan perspektif
17
Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: model strategi
pembangunan berbasisi kerakyatan, h.103
18
Kata “Simultan” berarti suatu perbuatan yang terjadi atau berlaku pada waktu yang
bersamaan atau secara adjektiva ialah (secara serentak). Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.3104
31
radikal19. Dengan penyesuaian disana-sini, ketiga model tersebut akan dijelaskan
secara singkat20.
1. Pengembangan Masyarakat Lokal
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif secara inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat
dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai
masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum
sepenuhnya dikembangkan.21
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses
interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja
sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan
kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.
Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi pada ”tujuan proses’’
(Process goal).22
Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan
dan
memilih
strategi
yang
tepat
untuk
mencapai
tujuan
tersebut.
Pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan startegi kemandirian,
peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat
19
Kata “ Radikal” berarti secara mendasar (sampai kpd hal yg prinsip), Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h.3919
20
Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, h.42
21
Ibid., h.43
22
Ibid., h.44
32
merupakan inti dari proses pengembangan masyarakat lokal yang bernuansa
bottom-up ini.23
2. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk
menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah
sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran kenakalan remaja, kebodohan
(buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk (rendahnya usia harapan
hidup), tingginya kematian bayi, kekurangan gizi dll. Berbeda dengan
pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada
“tujuan tugas” (task goal). Sistem klien perencanaan sosial umumnya adalah
kelompok-kelompok yang kurang beruntung atau kelompok rawan sosial
ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, yatim piatu, wanita tuna sosial.
Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka
sebagai
“konsumen”
atau
sebagai
penerima
layanan
(beneficiaries).
Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan,
penentuan tujuan, keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial dilembagalembaga formal (LSM). Para perencana sosial dipandang sebagai ahli (expert)
dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat,
serta dalam mengindentifikasi, melaksanakan dan mengevaluasi programprogram pelayanan sosial.24
23
Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, h.45
24
Ibid., h.46
33
3. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan sturktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of
resources), dan pengembilan keputusan (distribution of decision making).
Pendekatan aksi sosial didasari pada pandangan bahwa masyarakat adalah
sistem klien yang sering kali menjadi ’korban’ ketidakadilan struktur. Mereka
miskin karena dimiskinkan, meraka lemah karena dilemahkan, dan tidak
berdaya karena tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang
menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial
berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir
melalui penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk
mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi,
kemerataan (equality) dan keadilan (quality).25
3. Tahapan-tahapan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah sebuah “ proses menjadi”, bukan sebuah “ proses
instan”. Sebagai proses, pemebrdayaan mempunyai tiga tahapan: penyadaran,
pengkapasitasan, dan pendayaan. Secara sederhana dapat digambarkan berikut:
25
Ibid., h.47
34
Pendayaan
penyadaran
Pengkapasitasan
Tahap pertama adalah penyadaran, yang mana pada tahap ini target hendak
diperdayakan diberi “ pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa
mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu. Tahap Kedua yaitu,
pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia baik dalam konteks
indiividu maupun kelompok. Dalam tahap ini dilakukan dalam bentuk daya atau
kapasitas tersebut, misalnya, sebelum diberikan peluang usaha, bagi kelompok
miskin dibuatkan Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR). Sedangkan pada tahap
berikutnya pendayaan adalah sebuah proses alamiah, dalam arti kita dalam
kehidupan wajar sehari-hari.26
Adapun tahapan Pemberdayaan bila kita lihat dari sudut pandangan siklus
pengembangan masyarakat ataupun pemberdayaan masyarakat terdiri dari
beberapa tahap, antara lain; Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan,
Pelembagaan Program dan Monitoring Dan Evaluasi. Program pemberdayaan itu
akan sukses dalam memandirikan masyarakat disegala bidangnya bila di dukung
oleh partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Partisipasi ini merupakan faktor
esensial dalam mendorong dan bergeraknya peran masyarakat tersebut. Partisipasi
26
Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan:
Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyaraka, ( Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2007), h.9
35
akan mewujud dengan baik bila masyarakat sebagai pelaku utama dalam
pelaksaan program tersebut memiliki peran dan kewenangan yang lebih baik.27
1. Tahap Perencanaan
Partisipasi masyarakat
dalam tahap
perencanaan dalam program
pengembangan masyarakat, indikatornya dapat dilihat pada keikutsertaan
anggota masyarakat dalam musyawarah penentuan program, identifikasi dan
masalah, ataupun pembuatan
formula kegiatan/program kemasyarakatan
tersebut.
Konteks
partisipasi
dalam
tahap
perencanaan
memang
anggota
masyarakatpun akan terbagi pada dua bagian: pertama mereka
menjadi
partisipasi pasif. Mereka yang hadir dan datang serta hanya menyetujui hasil
musyawarah tersebut. Kedua, mereka menjadi partisipan aktif. Mereka
hadirdan memberikan pendapat yang kritis serta konstruktif bagi pelaksanaan
suatu program.
Partisipasi dan perencanaan ini juga merupakan bagian dari proses belajar
sosial dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat untuk merencanakan,
mengambil keputusan, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya.
Partisipasi sebagai bagian dari proses belajar sosial adalah hal penting karena
menempatkan masyarakat sebagai actor utama dan fasilitator hanya sebagai
stimulator.
27
Tantan Hermansah, et.al., Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Dalam Islam, (
Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h.65
36
Pada tahap perencanaan ini masyarakat sebagai subjek utama dari
pengembangan masyarakat diharapkan menjadi perencana sosial yang memiliki
kapasitas untuk mengidentifikasi masalah dan potensi, membuat program serta
memprediksi tantangan dan hambatannya.
Pada tahap ini, ada beberapa metode perencanaan yang dirancang atau
didesain untuk mengkondisikan partisipasi warga masyarakat. Metodologi riset
partisipatif merupakan mekanisme untuk mengikat warga untuk berpertisipasi
secara maksimal dalam penyelenggaraan program tersebut.28
2. Tahap Pelaksanaan
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat adalah ikut sertadalam
pelaksanaan program telah direncanakan sebelumnya. Rangkaian kegiatan
dalam pelaksanaan diikuti secara seksama dan cermat. Warga masyarakat
aktifsebagai
pelaksana
maupun
pemanfaat
program.
Masyarakat
sebagaipelaksana mereka misalnya berpartisipasi dalam perumusan prosedur,
aturan main dan mekanisme pelaksanaan program serta aktif dalam
pelaksanaan itu sendiri. Masyarakat sebagai pemanfaat program, mereka
bertangung jawab penuh terhadap program yang diberikan oelh pemerintah
atau lembaga bagi kemanfatn dan kemandiriannya. Mereka betul-betul
melaksanaan program untuk memperdayakan dirinya dalam aspek yang lebih
luas.29
28
Tantan Hemansah, et.al., Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Dalam Islam, h. 69
29
Ibid., h.70
37
3. Tahap Pelembagaan Program
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat ikut serta merumuskan
keberlanjutan atau pelembagaan program.langkah pertisipasinya, masyarakat
ikut serta dalam merumuskan dan membuat model-model pendanaan program,
penguatan lembaga-lembaga pengelola program dan melakukan pengkaderan
anggota masyarakat sebagai penguatan SDM bagi program tersebut.
Partisipasi pada tahap ini memiliki makna penting, karena masyarakat
yang akan melanjutkan perlu dipersiapkan agar mereka dapat berbuat, berkayra
dan bekerja bagi kesinambungan program tersebut. Dengan demikian,
masyarakat dapat terbiasa dan sudah memiliki kapasitas serta jaringan dalam
melakukan operasionalisasinya.30
4.
Tahap Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap monitoring dan evaluasi masyarakat ikut serta mengawasi
pelaksanaan program. Pengawasan ini penting agar menjadi program
pemberdayaan tersebut dapat memiliki kinerja yang baik secara administrative
maupun subtantif. Kinerja administrative artinya tata pelaksanaan dapat di
pertanggung jawabkan dengan dokumen-dokumen pelaporan yang semestinya
berlaku atau sesuai dengan perundang-undangan. Kinerja subtantif berarti
program dapat memberikan perubahan nyata baik kemaslahatan publik.31
30
Hemansah, et.al., Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Dalam Islam, h.71
31
Ibid., h.71
38
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa Kebuyutan
Desa kebuyutan merupakan hasil pemekaran dari Desa Kemanisan. Desa
Kemanisan sendiri merupakan desa yang telah lama berdiri yaitu pada tahun
1960-an. Selanjutnya pada tahun 1982, desa Kemanisan dipecah menjadi dua
desa, yaitu desa Kemanisan dan desa Kebuyutan. Setelah diadakan pemekaran
wilayah, desa Kebuyutan mengalami banyak perubahan, perubahan tersebut dapat
dilihat dari adaministrasi desa, di mana desa ini menjadi mandiri dan dapat
mengatur sendiri kegiatan serta sistem administrasinya.
Desa Kebuyutan adalah desa yang berada di wilayah Kecamatan Tirtayasa,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Desa Kebuyutan adalah salah satu dari
beberapa desa yang ada di Kecamatan Tirtayasa. Desa Kebuyutan memiliki batasbatas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara
: Desa Kebon
b. Sebelah Selatan
: Sungai Ciujung Lama
c. Sebelah Timur
: Desa Samparwadi
d. Sebalah Barat
: Desa Kemanisan
Adapun posisi desa Kebuyutan dari pusat pemerintahan yaitu dari kantor
kecamatan berjarak 5 Km, dan dari pusat pemerintahan kota administrasi
bertempuh 25 Km, dari kabupaten Serang berjarak 25 Km, sedangkan dari ibu
kota propinsi Banten berjarak 25 Km, dan dari ibukota negara berjarak 100 Km.
38
39
Desa Kebuyutan merupakan dataran rendah dengan luas wilayah 208
Hektar, terdapat banyak areal persawahan dan sungai yang membentang
sepanjang jalan. Iklim desa Kebuyutan sama dengan daerah-daerah lain di
Indonesia yaitu iklim tropis dengan dua musim, musim kemarau dan musim
hujan, hujan terjadi selama empat bulan.
Berdasarkan iklim yang dimiliki, maka sumber daya alam desa Kebuyutan
adalah sektor pertanian karena mempunyai pengaruh langsung dengan aktivitas
pertanian dan pola tanam di desa tersebut. Di desa Kebuyutan dijumpai banyak
areal persawahan, karena daerah dan iklimnya lebih cocok dijadikan tempat
menanam padi.
Luas daerah Desa Kebuyutan adalah 208 Ha. Areal ini dimanfaatkan
sebaik mungkin oleh warga desa untuk kepentingan hidup mereka. Areal ini
memberikan banyak manfaat, sesuai dengan fungsi areal yang cocok untuk
digunakan. Pemanfaatan areal ini dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Pemanfaatan Areal Tanah Desa kebuyutan
No
Pemanfaatan Tanah
Luas (Ha)
Persentase
1
Pemukiman
31
14,9
2
Perkantoran
2
0,9
3
Pertanian
153
73,6
4
Fasilitas Umum
8
3,9
5
Fasilitas Sosial
7
3,4
6
Rawa
5
2,4
40
7
Lain-lain
Jumlah
2
0,9
208
100
Sumber : Dokumen RPJMDes Tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa wilayah desa Kebuyutan
sebagian besarnya adalah terdiri dari pertanian yaitu 153 Ha atau 73,6 % dari total
luas wilayah kebuyutan. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama
masyarakat desa Kebuyutan. Masyarakat desa Kebuyutan umumnya hidup dari
hasil pertanian yaitu persawahan.
B. Komposisi penduduk
Penduduk desa Kebuyutan sampai akhir bulan Februari 2012 tercatat
sekitar 2257 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 503 KK (Kepala Keluarga).
Penduduk laki-laki berjumlah 1153 jiwa, sedangkan perempuan berjumlah 1104
jiwa. Komposisi penduduk desa Kebuyutan berdasarkan jenis kelamin ini dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tebel 2
Komposisi Penduduk Desa Kebuyutan Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin
Jumlah
Persentase
1.
Laki-laki
1153
51 %
2.
Perempuan
1104
49 %
2257
100 %
Jumlah
Sumber : Dokumen RPJMDes Tahun 2010-2014
41
Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa penduduk desa Kebuyutan
berjumlah 2257 jiwa. Di mana jumlah penduduk laki-laki lebih besar
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dengan persentase 51 : 49 %.
Secara keseluruhan, penduduk desa Kebuyutan beretnis Jawa. Budaya dan tradisi
Jawa masih kental dipegangi oleh masyarakat desa Kebuyutan.
C. Agama
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai
suku, ras, budaya, adat istiadat dan agama. Agama-agama yang secara formal
diakui pemerintah Indonesia adalah Islam, Kristen Protestan, Kristen katholik,
Hindu dan Budha. Keberadaan agama-agama tersebut dijamin oleh UUD 1945
pasal 29 dan penjelasannya yang dengan tegas menjamin kemerdekaan penduduk
untuk memeluk agama dan kepercayaannya itu. Atas dasar konstitusional ini,
maka semua agama dapat hidup dan berkembang dibawah lindungan Negara.1
Adapun agama yang dianut oleh masyarakat desa Kebuyutan secara
keseluruhan adalah agama Islam. Komposisi penduduk desa Kebuyutan
berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat dalam tabel berikut:
1
Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008), h.95
42
Tabel 3
Komposisi Penduduk Desa Kebuyutan Berdasarkan Agama
No
1
Agama
Islam
Jumlah
Jumlah
Persentase
2257
100
2257
100
Sumber : Dokumen RPJMDes Tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan
masyarakat desa Kebuyutan beragama Islam dengan jumlah pemeluk sebanyak
2257 orang. Di desa ini terdapat 1 mesjid dan 3 mushalla. Kehidupan beragama
masyarakat desa Kebuyutan cukup baik, hal tersebut bisa terlihat dengan jumlah
jamaah yang menghadiri tempat ibadah pada tiap-tiap waktu shalat cukup banyak.
Di samping itu, terdapat beberapa majlis ta’lim ibu-ibu yang selalu aktif
mengadakan acara-acara keagamaan. Sedangkan untuk anak-anak, terdapat tempat
belajar mengaji yang diadakan di rumah guru-guru ngaji yang rutin mengadakan
belajar membaca al-Quran setiap hari.
D. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang pailng penting pada masa sekarang ini.
Pendidikan dijadikan faktor yang sangat penting bagi kehidupan di masa depan.
Berdasarkan pendidikan seseorang dapat menjadi sukses. Dulunya masyarakat
desa Kebuyutan tidak begitu mementingkan pendidikan, hal ini diakibatkan oleh
rendahnya tingkat penghasilan masyarakat sehingga mereka tidak mempunyai
43
cukup biaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Sekarang terlihat adanya
perkembangan dalam bidang pendidikan masyarakat Kebuyutan, mereka
berbondong-bondong menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Adapun komposisi penduduk desa Kebuyutan berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Komposisi Penduduk Desa Kebuyutan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
No Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
Tidak sekolah
971
43
2
Tidak tamat SD
200
8,8
2
Sekolah dasar
406
17,9
3
SLTP
363
16,1
4
SLTA
303
13,5
5
SARJANA
14
0,7
2257
100
Jumlah
Sumber : Dokumen RPJMDes Tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk desa
Kebuyutan tidak mengeyam pendidikan dengan persentase mencapai 43 %,
kelompok ini didominasi oleh orang tua-orang tua yang semasa muda tidak
mempunyai cukup biaya untuk bersekolah, mereka yang masuk dalam jumlah ini
44
adalah kebanyakan para orang tua yang berumur 46 tahun ke atas. Penyebab hal
ini adalah kerena pada saat itu biaya tidak memugkinkan untuk mendapat
pendidikan.
Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa persentase tingkat
pendidikan penduduk desa Kebuyutan terkecil adalah jenjang pendidikan sarjana,
di mana hanya terdapat 14 orang sarjana atau sebesar 0,7 % dari jumlah
keseluruhan penduduk.
Pada saat ini, seiring dengan pola pikir penduduk yang lebih maju, maka
kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan secara umum terus meningkat.
Kenyataan tersebut dapat dilihat dari semakin besarnya jumlah murid yang
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
E. Pekerjaan
Penduduk desa Kebuyutan mempunyai mata pencaharian yang beragam.
Sebagian besar sumber mata pencaharian penduduk desa Kebuyutan adalah dari
sektor pertanian. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian yang utama di
desa Kebuyutan. Penduduk desa tersebut ada juga yang bekerja sebagai pedagang,
pertukangan dan lain-lain. Sumber mata pencaharian penduduk desa Kebuyutan
akan dijelaskan secara terperinci pada tabel dibawah ini:
Tabel 5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pekerjaan
No
1
Pekerjaan
Karyawan/PNS
Jumlah
Persentase
9 orang
0,8
45
2
Wiraswasta/Pedagang
175 orang
14,6
3
Petani
636 orang
52,9
4
Pertukangan/Buruh
12 orang
1
Bangunan
5
Buru tani
365 orang
30,4
6
Pensiunan
4 orang
0,3
1201
100
Jumlah
Sumber : Dokumen RPJMDes Tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat
desa Kebuyutan bekerja sebagai petani dengan jumlah 636 orang atau 52,9 %,
disusul yang bekerja sebagai buru tani sebesar 365 orang atau 30,4 %, hal ini
disebabkan karena tersedianya lahan persawahan yang luas di daerah tersebut.
F. Struktur Pemerintahan
Desa Kebuyutan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Tirtayasa, Kabupaten Serang. Desa Kebuyutan diperintah oleh seorang kepala
desa yang merupakan hasil pemilihan secara langsung yaitu bapak kepala desa
Habuddin. Kepala desa mengurusi segala hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi desa. Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan, di desa
Kebuyutan terdapat sebuah kantor kepala desa. Dalam menjalankan roda
pemerintahan kepala desa dibantu oleh beberapa orang staf di kantor kepala desa.
46
Adapun struktur pemerintahan desa Kebuyutan dapat dilihat dalam bagan
berikut:
Struktur Pemerintahan Desa Kebuyutan
Kepala Desa
-- ----------------------
BPD
Drs. Dedi
Habuddin
Sekdes
Ahmad
Kaur Pemb
Samlawi
Kaur
Keuangan
Ihah Farihah
Kaur Kesra
H. M Hidayat
Kasi Trantib
Kasi Pertanian
Kasi Nelayan
Kasi
Pemerintahan
Bohari
M. Ali
Mahadi
Kaur Umum
M. Yunus
Kasi
Pendapatan
Bahtiar
Muslim
Sumber : Dokumen RPJMDes Tahun 2010-2014
Dari bagan di atas, terlihat bahwa penduduk desa Kebuyutan yang
berjumlah 2257 jiwa yang terdiri dari 503 kepala keluarga berada di bawah
pimpinan seorang kepala desa, yang dibantu oleh beberapa staf yaitu seorang
sekretaris desa (Sekdes), empat orang kepala urusan (Kaur) dan lima orang kepala
seksi (Kasi) serta mendapat pengawasan dari Badan Pengawas Desa (BPD).
Pemerintah desa ini bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan penduduk sebagai warga masyarakat, misalnya untuk mengurusi
47
Kartu Tanda Penduduk (KTP), akta kelahiran, organisasi-organisasi desa, surat
keterangan pindah, surat pengantar untuk berbagai keperluan dan lain-lain.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
PNPM Mandiri adalah sebuah akronim (singkatan) dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat. Bicara soal PNPM Mandiri, masyarakat tentu akan
dibingungkan dengan banyaknya istilah PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM
Mandiri Generasi, PNPM Mandiri RESPEK, PNPM Mandiri Pasca Bencana,
PNPM Mandiri R2PN, PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Pariwisata.
Kesemua program tersebut merupakan program-program yang mendukung dan
bernaung di bawah kordinasi PNPM Mandiri.
Ditinjau dari aspek historis, PNPM Mandiri diluncurkan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi
Tengah. Dan program ini merupakan scaling up (pengembangan yang lebih luas)
dari program-program penanggulangan kemiskinan pada era-era sebelumnya.
PNPM Mandiri digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program
penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang ada pada saat itu,
khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community
development) sebagai pendekatan operasionalnya.
Lahirnya PNPM Mandiri tidak secara spontan. Setelah Presiden mendapat
laporan dari berbagai pihak, mengirim utusan ke berbagai daerah, wawancara
langsung dengan pelaku program, bahkan sudah lebih dari 30 negara mengirimkan
dutanya untuk belajar tentang pemberdayaan masyarakat di Indonesia, maka
mulai awal tahun 2006 gagasan PNPM sudah menjadi wacana di Istana Negara.
48
49
Tepatnya pada bulan Agustus 2006, presiden memutuskan bahwa pemberdayaan
masyarakat harus menjadi program nasional. Kemudian lahirlah pada tahun itu
kebijakan tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Dua program
yang menjadi pilar utama PNPM Mandiri sebelum program-program lain
bergabung ialah: PPK (Program Pengembangan Kecamatan) dan P2KP (Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). Kemudian mulai bergabung pada
tahun-tahun berikutnya ke dalam PNPM Mandiri adalah P2DKT, PPIP, PUAP,
PISEW dan Pariwisata.
Sebagaimana diketahui, sebelum diluncurkan PNPM Mandiri pada tahun
2007, telah banyak program-program penanggulangan kemiskinan di Indonesia
yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community development)
sebagai pendekatan operasionalnya. Dimulai dari program yang paling terkenal di
masa Pemerintahan Orde Baru, adalah program IDT (Inpres Desa Tertinggal)
yang dimulai pada tahun 1993/1994, awal Repelita VI. Program ini merupakan
manivestasi dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993 tentang Peningkatan
Penanggulangan Kemiskinan. Program IDT dilaksanakan dengan memberikan
bantuan modal usaha berupa dana bergulir kepada lebih 20 ribu desa tertinggal
dengan dana sebesar Rp. 20 juta setiap tahun. Bantuan dana bergulir ini diberikan
selama 3 tahun anggaran. Sejalan dengan bantuan dana bergulir tersebut
pemerintah juga memberikan bantuan teknis pendampingan yang memberikan
bantuan teknis kepada masyarakat desa dalam rangka pemanfaatan dana bergulir
tersebut.
50
Belajar dari keberhasilan dan kegagalan IDT, kemudian lahir generasi
kedua program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
lainnya adalah: PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan
Departemen Dalam Negeri-1998, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan) yang dilaksanakan Departeman Pekerjaan Umum – 1999, PEMP
(Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Deperteman
Kelautan dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan
Depertemen Sosial, dan lain-lain. Program-program tersebut berjalan sendiri –
sendiri menurut kebijakan Depertemen yang bersangkutan, tidak terintegrasi,
parsial dan sektoral.1
A. KONDISI
EKONOMI
MASYARAKAT
DESA
KEBUYUTAN
KECAMATAN TIRTAYASA
Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai
macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, dan sebagainya.
Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun
diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan
pemerintah dalam menangani masalah ini.
Begitupun masalah kemiskinan merupakan masalah multidimensi;
sehingga peneliti menemukan beberapa faktor yang menjadi penyebabnya juga
bersifat multidimensi. Adapun faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di desa
Kebuyutan antara lain:
1
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Perpustakaan Pusat diakses dari
http://www.pnpm-perdesaan.or.id/?page=halaman&story id=1 pada 12 jan 2011
51
1. Lahan milik sempit atau tidak memiliki lahan
Di desa Kebuyutan sebagian besar warga masyarakat ekonominya
tergantung pada sektor pertanian, penyebab penting terjadinya kemiskinan adalah
tidak adannya kepemilikan lahan atau lahan yang dimiliki sangat sempit. Hal ini
membuat kelompok masyarakat yang tidak mempunyai lahan dan tidak
mempunyai keterampilan lain, cenderung akan menjadi buruh tani yang sifatnya
musiman.
Daftar Masyarakat Pada Tingkat Pekerjaan
No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
9 orang
0,8
1
Karyawan/PNS
2
Wiraswasta/Pedagang
175 orang
14,6
3
Petani
636 orang
52,9
4
Pertukangan/Buruh
12 orang
1
Bangunan
5
Buru tani
365 orang
30,4
6
Pensiunan
4 orang
0,3
1201
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa di dareah penelitian sebagian
besar masyarakat bekerja dibidang pertanian dengan jumlah 636 orang dan
persentase 52,9 %. Dapat dilihat bahwa, kondisi masyarakat desa kebuyutan
memang mempunyai keterbatasan dalam kepemilikan lahan atau lahan sempit.
52
Karena mayoritas masayarakat bekerja dalam bidang pertanian yang merupakan
lahan orang lain dengan sistem bagi hasil.
2. Lapangan pekerjaan terbatas
Keterbatasan lapangan kerja merupakan faktor dominan di daerah
penelitian ini, yang menyebabkan masyarakat setempat sangat sulit untuk keluar
dari kemiskinan. Hal ini mengakibatkan orang miskin yang umumnya bekerja
sebagai petani tidak mempunyai alternative pekerjaan lain yang
mampu
memberikan pendapatan yang lebih baik, dalam hal lapangan pekerjaan terbatas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Pemanfaatan Lahan Dalam Bidang Pekerjaan
No
Pamanfaatan lahan
Luas (Ha)
Persentase
1
Pemukiman
31
14,9
2
Perkantoran
2
0,9
3
Pertanian
153
73,6
4
Fasilitas Umum
8
3,9
5
Fasilitas Sosial
7
3,4
6
Rawa
5
2,4
7
Lain-lain
2
0,9
208
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam lapangan pekerjaan di desa
kebuyutan kecamatan tirtayasa terletak akan kurangnya pada lapangan pekerjaan
sosial dengan jumlah lapangan pekerjaan umum 8 dengan peresntase 3,9%,
53
sedangkan pada kagiatan sosial atau lapangan pekerjaan sosial berjumlah 7 Ha
untuk pemanfaatan lahannya dengan persentase 3,4 %. Dapat disimpulkan bahwa
dalam hal ini lapangan pekerjaan yang ada di desa kebuyutan kecamatan tirtayasa
memang kurang akan lapangan pekerjaan umum, dan sosial hanya terletak pada
lapangan pekerjaan dibidang sektor pertanian dengan jumlah 153 dengan
persentase 73,6 %.
3. Tingkat pendidikan rendah
Tingkat pendidiak formal yang rendah, umumnya tamat sampai SD, serta
tidak adanya keterampilan lain selain disektor pertanian, merupakan salah satu
penyebab kemiskinan yang terjadi diseluruh daerah. Ungkapan seperti “
masyarakat bodoh-bodoh, gak berpendidikan, jadi susah usaha”.2
Daftar Masyarakat Pada Tingkat Pendidikan
No Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
Tidak sekolah
971
43
2
Tidak tamat SD
200
8,8
2
Sekolah dasar
406
17,9
3
SLTP
363
16,1
4
SLTA
303
13,5
5
SARJANA
14
0,7
2257
100
Jumlah
2
Wawancara Pribadi dengan Ibu Kusniah (warga setempat) 6 Maret 15:30 Sore Hari
54
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa memang kondisi masyarakat di
daerah penelitian sebagian besar masyarakat pada tingkat pendidikan formal yang
rendah atau hanya tamatan SD dengan jumlah 406 dan persentase 17,9 %.
Sedangkan pada tingkat tidak sekolah berjumlah 971 dengan persentase 43 %.
Sehingga dalam hal ini bisa dilihat bahwasannya memang tingkat pendidikan
rendah merupakan salah atu faktor utama menjadikan masyarakat akan tetap
miskin.
4.
Keterbatasan modal
Peneliti menemukan di daerah sampel, hampir semua warga msyarakat
menyebutkan faktor ketiadaan modal yang membuat kebutuhan hidupnya tidak
terpenuhi. Serta dalam hasil wawancara mendalam warga menyebutkan faktor
ketiadaan modal tetap ( sawah, kebun, dll ) maupun modal lancar ( uang ) sebagai
faktor penting yang menyebabkan masyarakat miskin sulit keluar dari kemiskinan.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi
semua pihak secara bersama dan terkordinasi. Namun penangannya selama ini
cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat
pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan
masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan
akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan
yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penangsgulangan
kemiskinan.
55
B. UPAYA PNPM MANDIRI DI DESA KEBUYUTAN KACAMATAN
TIRTAYASA
Secara umum, kegiatan PNPM Mandiri yang dilaksanakan di wilayah
penelitian adalah program simpan pinjam perempuan (SPP). Pada dasarnya,
PNPM Mandiri Perdesaan memiliki dua program utama yaitu program SPP dan
progam open menu. Program SPP adalah program wajib yang harus ada dalam
setiap usulan desa, meskipun banyak juga desa yang tidak bisa memenuhi
persyaratannya.
Dalam program PNPM Mandiri masyarakat diberi ruang untuk
merumuskan sendiri kegiatan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Secara konseptual3, pendekatan pembangunan demikian diharapkan mampu
memberikan dampak positif yang lebih besar, karena mekanisme kerjanya
melibatkan masyarakat secara langsung, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi. Melalui proses
pembangunan partsipatif ini, kesadaran masyarakat, terutama masyarakat miskin
dapat ditumbuh kembangkan. Sehingga masyarakat tidak hanya diposisikan
sebagai objek, melainkan juga sebagai subjek dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.
Di daerah penelitian, secara garis besar Program PNPM-Perdesaan ialah
program bantuan permodalan yaitu penyaluran dana bergulir berupa Simpan
3
Kata “ Konseptual” berarti berhubungan dengan (berciri, seperti) konsep (adjektiva),
Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.2079
56
Pinjam Perempuan (SPP). Sesuai dengan bentuk programnya, program tersebut
tentu mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat.
1. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Kegiatan simpan pinjam perempuan merupakan kegiatan pemberian
permodalan untuk kelompok perempuan yang bertujuan untuk mempercepat
proses pemenuhan kebutuhan pendanaan ataupun sosial dasar. Program tersebut
memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga
melalui pendanaan modal usaha serta mendorong penguatan kelembagaan simpan
pinjam oleh kaum perempuan.
Sasaran program ini adalah rumah tangga miskin yang produktif yang
memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan social dasar melalui
kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat. Sedangkan
bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal
kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana
simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.
Program SPP ini telah banyak membantu mengembangkan ekonomi
masyarakat terutama kaum ibu. SPP telah mendorong tumbuhnya pelaku Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) baik secara pribadi maupun kelompok.
Perkembangan UMKM ini ditopang oleh perguliran kredit dana Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) dari PNPM Mandiri.
Dalam hal ini, kondisi masyarakat miskin atau jumlah masyarakat miskin
di Desa Kebuyutan ialah dapat dilihat pada tabel berikut:
57
Jumlah Keluarga Miskin di Desa Kebuyutan Tirtayasa
No
Keluarga Mskin
Jumlah
Persentase
1
Jumlah KK Miskin
166
69, 5
2
Jumlah KK Sangat Miskin
73
30,5
239
100
Jumlah
Sumber: Dokumen Akhir PNPM Mandiri Perdesaan (desa kebuyutan)Tahun 2009
Dalam hal ini jumlah keuarga miskin berjumlah 166 keluarga dengan
persentase 69,5 %, sedangkan dalam jumlah keluarga sangat miskin berjumlah 73
keluarga dengan persentase 30,5%. Dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat
miskin di daerah penelitian cukup banyak sehingga dalam hal ini PNPM Mandiri
menyalurkan dana bergulir untuk dimanfaatkan oleh warga miskin di daerah
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Salah satu daerah yang mendapatkan bantuan dana bergulir SPP adalah
desa Kebuyutan kecamatan Tirtayasa. Kredit SPP yang digulirkan pada tahun
2009-2010 berjumlah Rp. 35.000.000 yang dimanfaatkan oleh tiga kelompok
dengan jumlah pemanfaat 25 orang.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada kantor
Unit Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri di Kecamatan Tirtayasa, maka mekanisme pelaksanaan program Simpan
Pinjam Perempuan (SPP) dapat digambarkan sebagai berikut:
58
a. Proses cara peminjaman dana.
Pada tahapan ini, calon peminjam yang bergabung dengan Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) mengajukan permohonan pinjaman dana kepada
kantor Kepala Desa dan Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Adapun syarat-syarat
dalam mengajukan permohonan pinjaman dana bergulir ialah:
1. Warga desa Kebuyutan
2. Perempuan berusia minimal 20 tahun
3. Termasuk dalam kategori Rumah Tangga Miskin (RTM)
4. Memiliki usaha yang sudah berjalan maupun belum berjalan
5. Mempunyai KTP/ foto copy KTP
6. Mempunyai kartu keluarga KK
7. Mengajukan permohonan dengan melampirkan proposal
Hal ini seperti diungkapkan oleh salah seorang warga ”Dalam proses
peminjaman dana waktu itu saya melengkapi beberapa persyaratan antara lain:
saya fotocopy KK, fotocopy KTP, melampirkan proposal serta harus ditulis
berapa penghasilan dalam satu hari”. 4
Bagi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang telah memenuhi
persyaratan dan kriteria di atas akan mendapatkan pinjaman. Jumlah besaran
pinjaman yaitu peminjaman minimum sebesar Rp. 1.000.000.,- dan maksimum
sebesar Rp. 2.000.000.,-.
4
Wawancara Pribadi dengan Ibu Suriyah (warga setempat), Serang, 8 Maret 15:30
59
Setelah tahap peminjaman direalisasikan, mekanisme pengawasan pun
dilakukan. Pengawasan dilakukan dengan kunjungan ke rumah atau ke lokasi
usaha peminjam secara berkala sesuai dengan kebutuhan. Maksudnya apabila
peminjam telah mematuhi ketentuan pinjaman dana bergulir dengan baik, maka
kunjungan akan dilakukan tidak sesering mungkin/ jarang. Akan tetapi apabila
peminjam menunjukan gejala yang kurang baik/menyimpang maka frekuensi
kunjungan akan ditingkatkan.
Dalam rangka menjalin hubungan baik antar petugas UPK dengan
peminjam, minimal satu bulan setelah realisasi pinjaman, petugas UPK harus
mengunjungi anggota KSM peminjam. Kunjungan selanjutnya tergantung pada
kualitas pembayaran angsuran pinjaman yang dilakukan oleh peminjam.
b. Proses cara pengembalian dana
Adapun mekanisme pengembalian dana sebagai berikut:
1. Setelah menjelang satu bulan pinjaman, angoota KSM menyerahkan uang
angsurannya kepada ketua KSM untuk disetorkan pada UPK.
2. Pengurus dan anggota KSM wajib saling mengingatkan kepada ketua
KSM untuk melunasi angsuran pinjaman untuk disetorkan.
3. Setelah angsuran pinjaman (pokok dan jasa) serta tabungan terkumpul,
disetor oleh pengurus KSM kepada UPK dengan membawa kartu
pinjaman KSM dan kartu tabungan.
4. Tidak dianjurkan untuk melakukan pembayaran angsuran pinjaman di
luar kantor UPK dan di luar jam kerja.
60
5. Bilamana ketua KSM tidak menyetorkan angsuran kepada UPK maka
tidak digulirkan lagi dana tersebut.
6. Bagi anggota yang tidak bisa membayar angsurannya ketika sudah tiba
pada waktunya maka tidak ada jaminan apapun bagi si anggota.
c. Jumlah kelompok
Program kegiatan SPP di desa kebuyutan dilaksanakan dalam satu periode
yang telah ditentukan. Dalam realisasinya, program SPP dilaksanakan melalui
beberapa tahapan yaitu tahapan Musyawarah Antar Desa (MAD), Musyawarah
Desa (MUSDES), Musyawarah Khusus Perempuan (MKP), pengajuan proposal,
tahapan verifikasi, MAD prioritas usulan, MAD penetapan usulan kumudian
tahapan pencairan dan pengembalian dana pinjaman.
Dana tersebut dicairkan ke beberapa kelompok, kemudian dana yang telah
dicairkan oleh UPK tersebut wajib dikembalikan oleh masing-masing kelompok
SPP kepada UPK dalam waktu 10 bulan yang diangsur tiap bulan dengan bunga
sebesar 1,5 persen dari jumlah pinjaman. Uang yang dikembalikan oleh kelompok
SPP tersebut dikelola oleh pengurus UPK untuk digulirkan kembali kepada
kelompok-kelompok lain yang telah mengajukan proposal.
Di Desa kebuyutan terdapat 3 kelompok yang memperoleh pinjaman SPP,
masing-masing kelompok terdiri dari 5-10 anggota, tiap-tiap kelompok tersebut
dipimpin oleh seorang ketua. Adapun 3 ketua KSM yang menangani penyaluran
dana di desa Kebuyutan ini adalah: Ibu Munawaroh, Ibu Masitoh, serta Ibu Iha.
61
Adapun daftar anggota kelompok yang menerima manfaat SPP di desa Kebuyutan
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK I PENERIMA MANFAAT
SPP BLM 2009
Nama Kelompok
: Munawaroh
Alamat kelompok
: Kp Kebuyutan
No Nama
Jabatan
Alamat
Jenis Usaha
Jumlah Pinjaman
1
Munawaroh
Ketua
Kp Kbyt
Dagang
Rp 2.000.000
2
Hj. Aminah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 2.000.000
3
Suriyah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp.2.000.000
4
Mursih
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 2.000.000
5
Farikoh
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 2.000.000
6
Futihat
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
7
Sanah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
8
Maiya
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
9
Fatihah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
10
Jakiyah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
JUMLAH PINJAMAN
Rp.15.000.000
Sumber: Dokumen Akhir PNPM Mandiri Perdesaan (Desa Kebuyutan)Tahun 2009
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa
menerima
masyarakat yang
bantuan dana bergulir berjumlah 10 anggota. Dapat dilihat
62
bahwasannya di dalam kelompok 1 mayoritas penerima dana dimanfaatkan untuk
berdagang, seperti ibu Munawaroh dengan berdagang sayuran dengan penghasilan
setiap hari kurang lebih hanya Rp100.000. dan dengan ibu Hj. Aminah dengan
memanfatkan pinjaman dengan memilih berjualan jamu yang penghasilan setiap
hari Rp.50.000. dan seperti ibu Suriyah, Mursih, Farikoh, Futihat, Sanah, Maiya,
Fatihah, Jakiyah, yang memanfaatkan pinjamannya dengan berdagang kecilkecilan.
Di daerah peneliti, peneliti menemukan bahwasannya anggota kolompok
yang menerima bantuan dana bergulir masing-masing berjumlah dari mulai 1-2
juta pinjaman. Dalam besarnya pinjaman yang mereka pinjam, peneliti
menemukan bahwa jumlah dana
yang diterima tidak begitu banyak dan
bermanfaat untuk meningkatkan ekonominya, seperti ibu Munawaroh, yang
meminjam dana sebesar Rp 2.000.000-., yang digunakan untuk modal usaha
berdagang, dalam hal ini, ibu Munawaroh masih berkondisi berjualan Sayuran
tetapi bukan berarti ekonominya meningkat dan kebutuhan pokoknya terpenuhi
karena modal usaha yang mereka dapatkan dan mereka terima tidaklah cukup
untuk pemenuhan dasar mereka.
1. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa kelompok 1 penerima bantuan
dana bergulir belum mampu mencapai keluarga sejahtera.
2. Adapun indikator keluarga sejahtera ialah:
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
dirumah,bekerja/sekolah dan bepergian
c. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap,lantai dan
dinding yang baik
d. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan
63
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi
f. Semua anak umur 7 - 15 tahun dalam keluarga bersekolah
3. Penghasilan yang didapat oleh anggota kelompok 1, seperti ibu
Munawaroh Rp 100.000.,- setiap harinya, yang mana dalam hal ini
kelompok tersebut dilihat dari penghasilannya belum mencapai
keluarga sejahtera. Sedangkan dalam keluarga sejahtera penghasilan
yang didapat ialah kurang lebih diatas Rp 300.000.,- perharinya.
4. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat belum mencapai
keluarga sejahtera ialah, PNPM Mandiri yang berbentuk penyaluran
dana bergulir dirasa kurang membantu perekonomian masyarkat,
karena dana yang dikucurkan berjumlah sedikit sementara kebutuhan
masyarakat untuk modal usaha berjumlah besar, sehingga belum
mampu memberikan perubahan kesejahteraan yang mendasar dalam
masyarakat.
64
Tabel 2
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK II PENERIMA MANFAAT
SPP BLM 2009
Nama Kelompok
: Masitoh
Alamat kelompok
: Kp Kebuyutan
No Nama
Jabatan
Alamat
Jenis Usaha
Jumlah Pinjaman
1
Masitoh
Ketua
Kp Kbyt
Dagang
Rp 2.000.000
2
Sofiyah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 2.000.000
3
Hj. Solehah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp.2.000.000
4
Rohilah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 2.000.000
5
Aisah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 2.000.000
JUMLAH PINJAMAN
10.000.000
Sumber: Dokumen Akhir PNPM Mandiri Perdesaan (desa kebuyutan)Tahun 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwasaanya pada kelompok 2
mayoritas anggota peminjaman dana berjumlah Rp2000.000. yang rata-rata
dimanfaatkan oleh anggota dengan berdagang/berusaha menjadi pedagang, seperti
ibu Masitoh dengan meminjam dana sebesar dua juta dan dimanfaatkan untuk
berdagang sembako kecil-kecilan yang omset perbulannya rata-rata 1000.000.
adapun pada Sofiyah, meminjam dana sebesar dua juta dengan dimanfaatkan
untuk berusaha berdagang Nasi uduk dengan pendapatan Rata-rata tiap bulannya
Rp.100.000, dan ibu Hj Solehah dengan Jumlah peminjaman dua juta dengan
dimanfaatkan untuk berdagang, ibu Rohilah dengan usaha berdagang sembako
65
kecil-kecilan, dan begitu juga dengan ibu Aisah dengan jumlah dana pinjaman
sebesar 2 juta dimanfaatkan untuk berdagang Nasi Uduk.
Pada hal ini anggota kelompok 2 yang menerima bantuan dana bergulir
masing-masing setiap anggota mendapatkan pinjaman sebesar Rp. 2.000.000.
Seperti ibu Masitoh yang meminjam dana sebesar Rp. 2.000.000 yang digunakan
untuk berdagang sembako kecil-kecilan, sehingga dalam hal ini dapat dilihat pada
indikator konsumtif seperti: 1. Ibu masitoh udah tidak lagi memiliki modal usaha.
2. Ibu masitoh sudah berhenti berdagang. 3. Adapun pada saat ini Ibu Masitoh
sudah tidak berdagang semabako kecil-kecilan sehingga dalam hal ini kebutuhan
pokok ibu Masitoh belum bisa terpenuhi dari hasil berdagang sembako tersebut.
Seperti pada anggota-anggota yang lain seperti ibu Sofiyah, Hj, Solehah yang
pada saat ini sudah tidak lagi berjualan karena modal usaha mereka telah habis,
dan adapun dalam kelompok 2 ini pada ibu Rohilah yang masih berjualan.
1. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa kelompok 2 penerima
bantuan dana bergulir belum mampu mencapai keluarga sejahtera.
2. Adapun indikator keluarga sejahtera ialah:
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
dirumah,bekerja/sekolah dan bepergian
c. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap,lantai dan
dinding yang baik
66
d. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana
kesehatan
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi
f. Semua anak umur 7 - 15 tahun dalam keluarga bersekolah
3. Penghasilan yang didapat oleh anggota kelompok 1, seperti ibu
Sofiyah Rp 100.000.,- setiap harinya, yang mana dalam hal ini
kelompok tersebut dilihat dari penghasilannya belum mencapai
keluarga
sejahtera.
Sedangkan
dalam
keluarga
sejahtera
penghasilan yang didapat ialah kurang lebih diatas Rp 300.000.,perharinya.
4. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat belum
mencapai keluarga sejahtera ialah, PNPM Mandiri yang berbentuk
penyaluran dana bergulir dirasa kurang membantu perekonomian
masyarkat, karena dana yang dikucurkan berjumlah sedikit
sementara kebutuhan masyarakat untuk modal usaha berjumlah
besar,
sehingga
belum
mampu
memberikan
kesejahteraan yang mendasar dalam masyarakat.
perubahan
67
Tabel 3
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK III PENERIMA MANFAAT
SPP BLM 2009
Nama Kelompok
: Ihah F
Alamat kelompok
: Kp Kebuyutan
No Nama
Jabatan
Alamat
Jenis Usaha
Jumlah Pinjaman
1
Ihah f
Ketua
Kp Kbyt
Dagang
Rp 1.000.000
2
Salmah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
3
Mo’ah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp.1.000.000
4
Suntinah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
5
Hasanah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
6
Fatimah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
7
Supyanti
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
8
Kasum
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
9
Malihah
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
10
Enyati
Anggota
Kp Kbyt
Dagang
Rp. 1.000.000
JUMLAH PINJAMAN
Rp.10.000.000
Sumber: Dokumen Akhir PNPM Mandiri Perdesaan (Desa Kebuyutan)Tahun 2009
Berdasarkan tabel di atas mayoritas anggota penerima bantuan berjumlah 10
anggota dengan rata-rata peminjaman sebesar Rp 1.000.000, seeperti ibu Ihah F,
Salmah, Mo’ah, Suntinah, Hasanah, Fatimah, Supyanti, Kasum. Malihah, Enyati,
yang merupakan penerima pinjaman dana dengan bedagang kecil-kecilan.
68
Dalam hal ini dari beberapa tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dana
SPP yang dipinjamkan kepada tiap-tiap kelompok berbeda-beda. Kelompok 1
yang diketuai oleh ibu Munawaroh mendapat pinjaman dana sebanyak 15 juta
dengan jumlah anggota 10 orang. Sedangkan kelompok 2 yang diketuai oleh ibu
Masitoh mendapat pinjaman dana sebanyak 10 juta dengan jumlah anggota 5
orang. Kelompok 3 yang diketuai oleh ibu Ihah F mendapat pinjaman dana 10 juta
dengan jumlah kelompok 10 orang.
1. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa kelompok 3 penerima
bantuan dana bergulir belum mampu mencapai keluarga
sejahtera.
2. Adapun indikator keluarga sejahtera ialah:
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari
atau lebih
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
dirumah,bekerja/sekolah dan bepergian
c. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap,lantai dan
dinding yang baik
d. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana
kesehatan
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi
f. Semua anak umur 7 - 15 tahun dalam keluarga bersekolah
69
3. Penghasilan yang didapat oleh anggota kelompok 1, seperti ibu
Mo’ah Rp 50.000.,- setiap harinya, yang mana dalam hal ini
kelompok tersebut dilihat dari penghasilannya belum mencapai
keluarga sejahtera. Sedangkan dalam keluarga sejahtera
penghasilan yang didapat ialah kurang lebih diatas Rp
300.000.,- perharinya.
4. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat belum
mencapai keluarga sejahtera ialah, PNPM Mandiri yang berbentuk
penyaluran dana bergulir dirasa kurang membantu perekonomian
masyarkat, karena dana yang dikucurkan berjumlah sedikit
sementara kebutuhan masyarakat untuk modal usaha berjumlah
besar,
sehingga
belum
mampu
memberikan
perubahan
kesejahteraan yang mendasar dalam masyarakat.
Dana
yang dipinjamkan kepada anggota masing-masing kelompok
berfariasi mulai dari 1 juta sampai 2 juta tergantung kebutuhan anggota, jumlah
minimal pinjaman 1 juta sedangkan jumlah maksimal pinjaman sebesar 2 juta
dana tersebut digunakan oleh anggota kelompok untuk membuka usaha baru atau
menambah mengembangkan usaha yang sudah ada, menurut pengakuan sebagian
besar informan yang kami wawancari bantuan SPP tersebut sangat membantu
mereka dalam mengembangkan ekonomi masyarakat desa.
” Alhamdulillah setelah adanya program SPP ini sedikit membantu pada
ekonomi kehidupan saya”5
5
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fatihah (warga setempat), Serang, 10 Maret 09:30
70
Hal serupa dikatakan juga oleh salah satu warga masyarakat “ Setelah
adanya kegiatan ini saya jadi bisa punya usaha, walaupun usaha saya hanya
berjualan nasi uduk tapi bisa membantu sedikit dalam kekurangan ekonomi saya”6
Berkaca dari penuturan masyarakat diatas maka, pinjaman bantuan SPP
(simpan pinjam perempuan) ini dianggap berhasil dalam memberdayakan
masyarakat desa Kebuyutan hal tersebut, tergambar pada poin berikut:
1. Adanya lapangan kerja baru
2. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat
3. berkembangnya usaha masyarakat
Mengenai waktu pelaksanaan SPP di desa Kebuyutan, beberapa responden
menjelaskan sebagai berikut:
“Waktu itu saya mengetahui ada kegiatan dana begulir dari balai desa,
ketika itu kepala desa mengumumkan kepada masyarakat untuk berkumpul di
balai desa setelah itu kepala desa dan ketua UPK menjelaskan bahwa ada kegiatan
penyaluran dana atau simpan pinjam yang akan dilaksanakan di desa ini”.7
Hal serupa juga dibenarkan oleh salah seorang ibu yang meminjam dana
tersebut, dia mengatakan bahwa:
“Saya tau ada kegiatan simpan pinjam dari salah satu tetangga saya, waktu
itu saya mendatangi belai desa, dan kepala desa menjelaskan dengan rinci
menganai kegiatan SPP yang sedang berjalan di desa ini”.8
Sedangkan mengenai jumlah kelompok dan proses pelaksanaan program
SPP salah seorang informan menjelaskan, “Di desa kami terdapat 3 kelompok dan
memiliki anggota antara 5 sampai dengan 10 anggota, serta memiliki masingmasing ketua kelompok”.9
6
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti (warga setempat), Serang, 10 Maret 15:30
Wawancara Pribadi dengan Umiyah (warga setempat), Serang, 15 Maret 13:30
7
10:00
15:30
8
Wawancara Pribadi dengan Zakiyah ( anggota peminjam SPP ), Serang, 17 Maret
9
Wawancara Pribadi dengan Iha Farihah (Ketua Kelompok SPP), Serang, 18 Maret
71
Informan lain menjelaskan, “Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan
angsuran SPP yaitu 10 kali dalam waktu 12 bulan, dimana jika ada keterlambatan
pengembalian pinjaman maka akan diberikan sanksi sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya”.10
Dari beberapa hasil wawancara dengan beberapa informan, dapat
disimpulkan bahwa program SPP ini sudah berjalan dengan baik dan sedikit
banyak telah membantu mengembangkan perekonomian masyarakat desa
Kebuyutan. Hal ini juga diamini oleh bapak kepala desa dan Ketua UPK desa
Kebuyutan.
Pendapat dari Kepala Desa bahwa:
“Program SPP ini memberikan fasilitas bantuan pendanaan permodalan
kepada masyarakat miskin yang memiliki kelompok dan usaha serta memberikan
kemudahan akses dalam hal mendapatkan pendanaan kebutuhan tanpa syarat
agunan. Selain itu, kegiatan ini juga dapat mendorong penguatan kelembagaan
simpan pinjam oleh kaum perempuan untuk usaha ataupun untuk pemenuhan
kebutuhan sosial dasar”.11
Pendapat dari Ketua UPK bahwa:
“Adanya program SPP sangatlah membantu untuk masyarakat miskin
yang membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya, dan ini sudah sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam program SPP, yaitu dimana ibu-ibu atau
kaum perempuan yang ingin mendapatkan uang tambahan untuk memenuhi
kebutuhannya melalui kegiatan usahanya dapat diperoleh melalui pinjaman modal
program SPP yang diadakan oleh PNPM. Selain itu pula dengan adanya kegiatan
ini kaum perempuan dapat mandiri dalam menghasilkan pendapatan tanpa
mengharapkan dari pendapatan suami mereka, dan ini dapat mendorong pengutan
kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan”.12
10
11
12
Wawancara Pribadi dengan Masyitoh (Ketua Kelompok SPP), Serang, 19 Maret 13:30
Wawancara Pribadi dengan Habudin (kepala desa), Serang, 20 Maret 19:30
Wawancara Pribadi dengan Didik Darmadi (ketua UPK), Serang, 21 Maret 09:00
72
Dalam hal ini beberapa kelompok yang menerima dana bergulir bervariasi
dan begitupun dalam kelompoknya bervariasi jumlh dana yang digulirkan seperti
kelompok 1 dengan jumlah dana Rp 15.000.000 dan kelompok 2 Rp 10.000.000
serta kelompok 3 sebesar Rp 10.000.000.
Daftar Jumlah Kelompok Berdasarkan Jumlah Dana Yang digulirkan
No
Kelompok
Anggota
Jumlah Dana
Persentase
1
Kelompok 1
10
15 Juta
42, 8
2
Kelompok 2
5
10 Juta
28,6
3
Kelompok 3
10
10 Juta
28,6
Jumlah
35.000.000
100
Sumber: Diolah dari hasil penelitian
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah masing-masing
kelompok
yang menggurlirkan dana kepada warga desa masyarakat sangat
bervariasi. Kelompok 1 dengan jumlah 10 anggota dan dengan jumlah dana yang
dipinjamkan sebesar 15 juta dengan persentase 42,8 %. Dan pada kelompok 2
dengan jumlah anggota 5 anggota serta jumlah dana yang digulirkan sebesar 10
juta dengan persentase 28,6 %. Serta pada kelompok 3 dengan jumlah dana yang
digulirkan berjumlah 10 juta dan anggota berjumlah 10 anggota dengan persentase
28,6%.
73
C. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Peminjam Dana Bergulir
PNPM Mandiri di Desa Kebuyutan Tirtayasa
Pelaksanaan program dana berguli yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri
perdesaan di desa kebuyutan sudah bisa dikatakan membantu dalam
mensejahterakan masyarakat, seperti halnya dapat dilihat dari jumlah masyarakat
yang miskin dan sejahtera dalam tabel berikut:
Jumlah Masyarakat dalam Peningkatan Kesejahteraan
No
Tingkat kesejahteraan
Jumlah
Persentase
1
Yang mendapat bantuan dana
25
4,6
2
Yang tidak mendapatkam
93
17,3
100
18,9
78
14,5
239
44,6
535
100
bantuan dana
3
Masyarakat pada tingkat
ekonomi sedang
4
Masyarakat pada tingkat
ekonomi atas
5
Masyarakat pada tingkat
ekonomi miskin
Jumlah
Sumber: Diolah dari hasil penelitian
Dari tabel diatas dilihat bahwa kondisi masyarakat pada tingat
kesejahteraannya belum bisa dikatakan sejahtera karena mayoritas yang terdapat
74
di daerah penelitian, warga masyarakat desa Kebuyutan berkondisi pada warga
yang tingkat ekonominya miskin/keluarga miskin dengan jumlah 239 dengan
persentase 44,6 %, sedangkan dalam kondisi keluarga yang sejahtera atau apada
tingkat ekonomi atas berjumlah 78 dengan persentase 14,5 %. Sedangkan dalam
kondisi masyarakat pada tingkat ekonominya sedang berjumlah 100 dengan
pesentase 18,9 %, dan bagi warga masyarakat yang mendapatkan bantuan dana
untuk pengembangan pada tingkat ekonominya berjumlah 25 dengan persentase
4,6 %.
Dari pembahasan diatas dapat di lihat bahwa tingkat kesejahteran
masyarakat belum bisa dikatakan pada tingkat masyarakat yang sejahtera, karena
dalam hal ini kedaan masyarakat masih banyak yang tergolong keluarga miskin.
Begitu halnya dengan program PNPM Mandiri yang dilaksanakan di daerah
penelitian bahwasannya program yang dilakukan sudah berjalan dengan efektif
namun pada dasarnya PNPM Mandiri belum mampu mensejahterkan masyarakat,
dan belum mampu mengeluarkan masyarakat dari lingkaran kemiskinan, PNPM
Mandiri hanya membantu memenuhi kebutuhan dasar hidup yang sifatnya parsial
tidak berkelanjutan.
Dalam hal ini kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pada indikator
kesejahteraan masyrakat seperti dalam tabel:
INDIKATOR
KAYA
SEDANG
MISKIN
N
O
1
Rumah
Batu
Kayu
Bambu
2
a. Atap
Seng / Tegel
Seng
Seng bekas
75
3
b. dinding
Batu
Papan/tembok
Gamacca
4
c. lantai
Tegel
Papan/semen
Tanah
5
d. WC
Ada
Ada
Tidak ada
6
Fasilitas
Ada / lengkap
Kurang
Tidak ada
7
a. TV
TV warna
TV hitam putih
Tidak ada
8
b. radio
Radio Tape
Radio baterei
Tidak ada
9
c. Listrik
Ada
Ada
Tidak ada
10
Pendapatan(rp/bul
800.000 keatas
400.000-750.000
150.000-300.000
an)
11
Pendidikan
SMP/SMA keatas
SD/SMP
Tidak sekolah/SD
12
Kepemilikan lahan
1 Ha keatas
10 a – 1 ha
0-5 a
13
Kepemilikan ternak
5 ekor sapi
2-4 ekor sapi
Ayam / 1 ekor sapi
Mobil
Motor
Tidak ada
Rumah Sakit
Pustu/mantra
Sanro/dukun
keatas
14
Kepemilikan
kendaraan
15
Kesehatan
kesehatan
16
17
Pola makan
Status kepemilikan
3x
2x
2x
sehari/beras/dagi
sehari/beras/jagung/ik
sehari/beras/jagung/ik
ng
an bolu
an teri/daun singkong
Milik sendiri
Menumpang
Tidak ada
Sumber: http://aalmarusy.blogspot.com/2011/02/indikator-tingkat-kesejahteraan.html
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa standar kesejahteraan masyarakat
dapat di ukur pada indikator-indikator kesejahreraan yang mana dalam indikator
kesejahteraan masyarakat dijelaskan secara rinci beberapa poin yang terkandung
didalamnya, seperti masyarakat yang sejahtera memiliki rumah dengan beratapkan
seng baru dan berlantaikan keramik, sedangkan masyarakat yang tidak sejahtera
76
memiliki rumah yang berdinding gubuk dan beralaskan tanah dengan atap seng
bekas.
Adapun dalam pelaksanaan program dana bergulir yang dilaksanakan oleh
PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Kebuyutan. bantuan dana ini diprioritaskan
bagi masyarakat yang mempunyai usaha kecil dan memerluakan penambahan
modal usaha berdasarkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh
PNPM Mandiri Perdesaan.
Dengan adanya PNPM Mandiri yang membantu memberikan permodalan
pinjaman dana bergulir serta pendampingan kepada masyarakat yang memiliki
usaha kecil dengan tujuan pemberdayaan masyarakat atau KSM-KSM sangat
tertarik dan antusias delam meminjam dana bergulir tersebut.
Seperti halnya yang telah dikemukakan oleh Edi Suharto tentang aras
pemberdayaan, yakni aras mikro, aras mizzo, dan aras makro, peneliti melihat
pemberdayaan masyarakat melalui bantuan pinjaman dana bergulir ini bersinergi
pada Arras Mizzo adalah pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervensinya. Pendidikan dan pelatihan, dinamika
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar masyarakat memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Sedangkan Arras Makro adalah
pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena sasaran
perubahan diarahkan apada sistem lingkungannnya yang lebih luas. Perumusan
kebijakan,
perencanaan
sosial,
kampanye,
aksi
sosial,
pegorganisasian
masyarakat, manajeman konflik, adalah beberapa startaegi dalam pendekatan ini.
77
Apabila dilihat dar aras mizzo dan tujuan dana bergulir ini sangat
berkaitan, karena pada pinjaman dana bergulir yang menjdi intervensi medianya
adalah KSM, dana dengan meminjam dana bergulir pun masyarakat dapat
mengembangkan dana peningkatan usaha sehingga memperoleh keuntungan yang
lebih besar (pertambahan pendapatan) yang akhirnya berpengaruh kepada
peningkatan kesejahteraan anggota, kemudian pada aras makronya dan tujuan
dana bergulirnya ini juga berkaitan, karena pendekatan yang ada pada aras makro
ini. Pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri di Desa Kebuyutan ialah
penyaluran dana bergulir yang dilaksanakan dan hasilnya dapat dirasakan oleh
masyarakat banyak.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri di desa Kebuyutan ialah:
a. Kegiatan PNPM Mandiri di desa Kebuyutan diputuskan melalui
musyawarah desa. Hasil musyawarah desa memutuskan bahwa
program yang dilaksanakan di desa Kebuyutan adalah Simpan
Pinjam Perempuan (SPP).
b. Peminjaman dana bergulir merupakan kegiatan pemberian
permodalan untuk kelompok perempuan yang bertujuan untuk
mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan ataupun
sosial dasar.
2. Peran PNPM Mandiri dalam mensejahterakan masyarakat desa
Kebuyutan dapat dilihat dari pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir.
Kegiatan Peminjaman Dana Bergulir bisa membantu masyarakat
miskin
yang
mensejahterakan
membutuhkan
PNPM
modal
belum
usaha.
mampu
Namun
dalam
mensejahterakan
masyarakat, PNPM hanya bisa membantu dalam hal permodalan
masyarakat. Dana yang dikucurkan sedikit sedangkan yang
dibutuhkan masyarakat banyak.
78
79
B. Saran
1. Hendaknya penelitian tentang PNPM Mandiri lebih intensif
dilakukan oleh peneliti lain yang tentunya dari sudut pandang lain
pula, agar para akademisi dapat membantu mensukseskan program
pemerintah tersebut secara tidak langsung.
2. Bagi masyarakat secara umum, hendaknya lebih aktif berpartisipasi
dalam semua kegiatan PNPM Mandiri, sedangkan bagi Tim
Pelaksana Kegiatan. Hendaknya lebih meningkatkan pemahaman
dan sosialisasi tentang program-program PNPM Mandiri, sehingga
masyarakat mendapatkan informasi yang akurat tentang PNPM
Mandiri.
3. Bagi peneliti yang akan meneliti tentang PNPM Mandiri, hendaknya
lebih kritis dalam melihat kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri dan
dampaknya dalam mensejahterakan masyarakat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Astrid Phil S, Susanto. Pengantar Sosiologi dan Perubahan sosial, Bandung:
Binacipta, 1979
Bariadi, Lili, dkk. Zakat dan Wirausah,. Jakarta: Centre of Entrepereneuship
Development
Hermawati, Istiana, dkk. Pengkajian Keswadayaan Desa dalam Pendayagunaan
Sumber Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Departemen Sosial, (Balai
Besar Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial),
2006
Wrihatnolo, Randy R, Dwidjowijoto Riant Nugroho. Manajemen Pemberdayaan
(Sebuah Pengantar Dan Pandua Untuk Pemberdayaan Masyarakat),
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2007
Hermansah, Tantan, dkk. Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Dalam Islam,
Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,
2009
Huraerah Abu. Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat: model dan
strategi pembangunan berbasis kerakyatan, Bandung: humaniora, 2011
Irawan, Prasetya. Penelitian Kualitatif & kuantitaf untuk Ilmu-ilmu Sosial, Depok:
DIA Fisif UI, 2006
Moeloeng, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 1993
Mahfudh, Sahal. Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994
Machendrawaty Nanih, Agus Ahmad Syafei. Pengembangan Masyarakat Islam,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000
Nurdin, Fadhil. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Bandung: PT Angkasa,
1990
PNPM Mandiri Perdesaan. Pedoman Teknis Kegiatan Pinjaman Bergulir, Jakarta:
Depertemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2008
Panduan Teknis Operasional. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM Mandiri Perdesaan), Republik Indonesia
80
81
Tim Penyusun. Al-Quran dan Tarjamahnya, Bandung: PT Syamil Cipta Media
Qs., Al-Hasr: ayat.7
Rahayu, Tri Lin, dkk. Observasi dan wawancara, Malang: Bayumedia Publishing,
2005
Rahayu, dkk. Observasi dan Wawancara, Malang: Bayumedia Publishing, 2004
Rahmat, Jalaludin. Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim,
Bandung: PT Mizan, 1990
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, Bandung: PT
Refika Aditama
Sumodiningrat, Gunawan dkk. Kemiskinan Teori, Fakta Dan Kebijakan, Jakarta:
PT Impac, 1999
Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995
Syam’un, Nur. Metodologi Penelitian, Serang: Sultan Maulana Hasanuddin
Banten dan Institut Agama Islam Banten,1998
Tangdilinting, Paulus. Masalah-Masalah Sosial (suatu pendekatan analisis
sosiologis), Jakarta: Pusat Penerbitan Univ Terbuka, 2000
Viviyulaswati. PNPM Mandiri sebagai salah satu Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan, Jakarta: Seminar dan Workshop Comdev Talk, Universitas
Indonesia, 28 November, 2008
DAFTAR INTERNET
Tulisan
Hukum/Infokum/Tematik., “ Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)” http://jdih.bpk.go.id/wpcontent/uploads/2012/02/Tulisan-hukum-PNPM-Mandiri2.pdf
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Perpustakaan Pusat
http://www.pnpm-perdesaan.or.id/?page=halaman&story id=1 pada 12
jan 2011
82
DAFTAR INFORMAN
Wawancara Pribadi dengan Kusniah (warga Setempat), 6 Maret pukul 15:30
Wawancara Pribadi dengan Suriyah (warga setempat), 8 Maret pukul 15:30
Wawancara Pribadi dengan Fatihah (warga setempat), 10 Maret pukul 09:30
Wawancara Pribadi dengan Siti (peminjam dana SPP), 10 Maret pukul 15:30
Wawancara Pribadi dengan Umiyah (warga setempat), 15 Maret pukul 13:30
Wawancara Pribadi dengan Zakiyah (warga setempat) 17 Maret pukul 10:00
Wawancara Pribadi dengan Ihah Farihah (ketua kelompok SPP), 18 Maret pukul
15:30
Wawancara Pribadi dengan Masyitoh Fatihah (ketua kelompok SPP), 19 Maret
pukul 13:30
Wawancara Pribadi dengan Habudin (kepala desa), 20 Maret pukul 09:30
Wawancara Pribadi dengan Didik Darmadi (ketua UPK Kecmatan Tirtayasa), 21
Maret pukul 09:00
Wawancara Pribadi dengan Kasim (warga setempat), 23 Maret pukul 16:30
Wawancara Pribadi dengan Samlawi (kepala urusan pembangunan), 24 Maret
pukul 08:30
Wawancara Pribadi dengan Jasiman (warga setempat), 25 Maret pukul 15:30
Wawancara Pribadi dengan Rusdi (warga setempat), 30 Maret pukul 15:30
Wawancara Pibadi dengan Bahrudin (warga setempat), 6 April pukul 16:30
Wawancara Pibadi dengan Salim (warga setempat), 7 April pukul 14:00
Wawancara Pibadi dengan Santari (warga setempat), 7 April pukul 19:00
Wawancara Pibadi dengan Futihat (warga setempat), 14 April pukul 14:00
Wawancara Pibadi dengan Ibu Fatmah (warga setempat), 21 April pukul 15:30
Download