Hal. 196-l7l

advertisement
Hal. 196-l7l
SK Akreditasi Dirjen Dikti
J
U
No. 26TDIKTI/KEP/2005
RNAL
HUKUM
Vol. XVII, No. 2, Juni 2008
ISSN 1412-2723
UR.NAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN ACUNG
SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI PENELITIAN DAN ANALISIS HUKUM
Terbit Tlga Bulan Sekali
Penerbit :
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
Koordinator/Penyunting Penyelia :
Rakhnrat Bowo Suharto, S.H., M.H., (C.D.)
Mitrr Bestarl/Penyunting
Penelaah :
Dr. Muladl, S.H.; Prof. Dr. Satiipto Rrhardfo, S.H.; Prof. Dr. Sri Sunranivani, S.H., M.H.;
Prof. Dr. Esnri Wanaslh P., S.H. M.S.; Prof. Dr. Moempoeni Moelatingsih., S.H.;
Pr rf. Abdullah Kelib, S.H.; Prof. Dr. Yusriyadi, S.H. M.S.;
Prof. Dr. M. Ali Mansyur, S.H., Sp.N., M.Hunt.
Penyunting Pelaksana :
r Ma'ruf, 5.H. Sp.N, M.Hum. 1C.D.h Mahfudz Ali, S.H., M.Si. (C.D.), Dr. Musnglrfirin,
5.H., M.Hum.;"Siti hodhiyah Dwi lstlnah, S.H., M.H.; Faisol Azha;i, S.H., M.Hunr.;
Widayatb3H., M.Hum; Srl Endah Wahyuningslh, S.H., M. Hunr;
Arpangi, S.H., M.Hum.; Drs. Munsharif Abdul Chalim, S.H.,MH.
Tau Usaha:
Gunarso Unrung Sartono, 5.H.
Alamat Redaksi / Tata Usaha :
lf . Ral a Kaligawe Km. 4 Semarang spO | 2, PO BOX. t 054 / SM
Tefr.pon (02416583584, Pes. : 521. Ftx. (024) 6582455
E mall r lnformasigunisula.ac..id
per
ekemplar r Rp. 20.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Harga
DAFTAR ISI
Pengantar
Tanggungjawab Hukum pe
I.ng
Melanggar Etika Hukum (lGjian Kritis
Prinsip Gqod
Pemerintahan
uu
nedindunjan
Govem@@
Reorientasi Institusi D
Kebutuhan Profesionalisme
Pemaknaan U
yu.fpryguksi produk Ransin Aman
*lp:::F
lecil gfl:.
: Sudarsono,
Hidavatutt ah, He ny Sus/ounatj
Oleh
n
Globalisasi dan peran-Negara-Gtl6
Indona$et
fgyvelqqoan
Penad
Statuta ICC dalam Upaya Menangani Kejahatan
Pentingnya Keberadaan Le
??tgrn langka Mewujudkan Teg-aknya Hukum din
Keaditan- -.--:"
Pelembagaan Hak-UlaVat D
Hukum Nasional Bidang Kehutanan di tndonesia
Tinjauan Terhadap Upaya
Sebagai Konsumen
Budaya Hukum
Merup_
Vglgnormati Dan Menjunjung Tinggi Hif Rsasi Minusra
Oleh : Lis Febianda
Kompetensi Absolut
Kepailitran Dalam sistem Kekuasaan xenariman diMalaysia
Prospektif
H
Anglosaxon
Penegakan Perfindu
Juaf Barang-Barang lmport
Oleh: Wulanmas Frcderick
Senarai Penulis
156-171
//
TANGGUNGJAWAB HUKUM PELAKU USAHA
PERIKLANAN
ATAS PRODUK IKLAN YANG MELANGGAR ETIKA
PERIKLANAN
( Kajian Kritis UU pertindungan Konsumen
)
M. Svamsudin
Dosen FH Ull yogyakarta
Abstl.a'ct
purpose
The
of this paper is to answer the question about raw;
can he
advertisement busine,ss owner be re.sponsible by raw
to
his
advertisement that
violate to advertising ethics, and can
iu!ry pwe iim'punisnment for the violation of
the advettisement rcgulation in lndonesii? Section
subsection (1) f in Regutation
No' 8 1999 about consumer Protection defined that adveftisementbuslness
av{ner
prohibited to produce advertise that violate advertiseient
ethics. tr tii-ironnftlon is
violated, so the businessman witt_get a punishment as
witten
section t2
subsection (2) that is imprisonment fo1
years
2
or
fining for maximum fwe
ryaxinum
hundred million rupiah- This examination shor,vs'that regulation
for violation of
t e o o ri zed a s u i o r a t i c n o i C o n
e r L a w h a s co nfu sio
n.
+iy
: ry::
:.,t!:?,t^c-acaln not..apptied in piaciice"
prohibition regulation
This
judge
and
punishment aceording to the violatioi'for adveftisement
regulation "u'n"",ifir'#Xi
in lndonesia.
Advertisement Ethics is a. setf'regulation for
businessrnan to &
some action for any adveftisemen{ pnctice that violate
the ethics
Therefqe,
the one who has authoity to miintain advertisiient ethics
pnfession
the
organization itself, not the judge.
ti
in
r.
I ::::th:
"iiiii""rent
*i;.
is
Keyword: responsibility, advertisement businessman, advertisement
Consumer
Protection Law.
effiics,
Pendahuluan
Perkembangan dunia periktanan dewasa ini mengalami
kemajuan
yang sangat cepat dan luar biasa. Banyak sekali k"ry"-k;;;
p"l"Lu usaha
periklanan' baik di media elektronik maupun media
,fi; mernbuat
tercengang dengan kreativitas mereka. Akan tetapijika""t"r,
dicermatilenin
dari karya-karya tersebut, sebagian karangan yang berpendapat hnjut
bahwa
sebagian dari produk ikfan tersebut telah or=anggap helanggar
tata
kama
(kode etik) periklanan di Indonesia, baik yang oliengaya
maupun yang tidak
disengaja. Jelas terasa adanya pergulatan intara etitca
di satu pihak
kepentingan bisnis di pihak lain- Kondisi ini merupakan konsekuensi dan
dari
akibat rnasih awamnya para pelaku usaha periklanan r"rfun
masyararat.
sendiri dalam memandang iklan, dan diperparch lagi oleh
rnasih rendahnya
tingkat pengetahuan kode etik p*rikl"nan dari kebanyakan
pei-i klan.a ri,. se
h
ing
g
a sering ter-jadi pela ng g a ra n.
pi-akiisi
Ada dua gejaia umum dari bentuk pelanggaran kode etik periklanan
yang paling sering terjadi, yaitu yang merendarikun proJuf-pesaing,
cian
penggunaan atribut profesi atau "setting" tertentu yang
menyesatkan atau
Tanggung jawab Hukunt.... (M. Syamsudin)
t56
mengelabui khalayak. Beberapa iklan mengolah temuan-temuan riset tanpa
menyinggung sumber, metode dan waktunya, sehingga seolahdah
mengesankan suatu kebenaran. Dalam hal kategori produk, pelanggaran
paling banyak ditemui pada iklan-iklan obat-obatan dan makanan. Padahal,
beberapa produk seperti obat-obatan tradisional, makanan dan minuman
sudah mempunyai aturan baku dalam beriklan. Meskipun hal ini sering
dianggap menghambat kreativitas, namun sebenarnya di sinilah
tantangannya. Karena menciptakan sebuah iklan yang dapat diterima
semua kalangan tanpa dianggap menyesatkan atau membodohi
I
masyarakat, memang tidak mudah.
Deskripisi contoh dari sebagian bentuk pelanggaran kode etik
periklanan tersebut misalnya seperti yang ditunjukkan oleh temtan
Lembaga'Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) di Semarang,
antara lain menyimpulkan kuatnya pengaruh iklan terhadap perihku
konsumtif anak-anak. Ketua LP2K Novel Ali menyebutkan banyaknya ildan
yang masih mengeksploitasi anak-anak seperti Nescafe, Toyota Kijang dan
Baygon Glade Fresh. Pemyataan Novel Ali itu sesuai dengan etika
periklanan bahwa iklan tentang sebuah produk yang tak berkaitan langsung
dengan anak-anak, tidak boleh menampilkan figur anak-anak. Menurut
beberapa pihak, alasan Novel mudah dipahami, karena sekuat apapun
pendirian orangtua, biasanya lemah jika berhadapan dengan rergelcan
anak-anaknya. Mantan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI), Ny Zumrotin KS, menemukan sejumlah ildan
produk kecap dan brand sari pati ayam yang kandungan gizinya tidak
seperti standar yang ditetapkan. Lembaga yang menguji kandungan
tersebut di laboratorium milik pemerintah itu juga menemukan bahwa ildan
perumahan, kredit, perbankan, termasuk yang paling banyak menyimpang'
dari kode etik periklanan.'
Teriadinya berbagai pelanggara kode etik periklan tersebut secara
umum tidak terlepas dari paradigma penyusunan materi iklan yang
bersangkutan. Menurut Elvinaro Ardianto, paradigma komunikasi linear
iklan yang tergolong klasik adalah konsep AIDDA (aftention, interest, desrhe,
decision, action), yakni dengan membangkitkan perhatian, daya tarik,
minaUhasrat, keputusan dan tindakan, Konsep AIDDA ditinjau dari
perspektif komunikasi cenderung satu arah (linear), dengan pengertian
produsen atau pengiklan sebagai komunikator terlihat sangat perkasa dan
calon atau konsumen (komunikan) seolah tidak berdaya, dengan dicekoki
pesan-pesan iklan yan-g notabene untuk kepentingan produsen, bukan
kepentingan konsumen."
nttpr /Anmru.pppi.or.id.
I' Kompas,
Selasa, 7 Maret 1995
" Pikinn Rakyat, Senin, 23 Juni2003
r57
Jurnal Hukum, YaI.XJ/II, No.2, Juni 20A8
Menurut Efvinaro b?lrf
Fyangan ikran .yang seotah membodohi
konsumen, padahal di era kohpetisi
inimasyarakat
konsnrmen
sudah sangat kritis' Ambil saji contorr krah
obat r"Lii Lpala, s€*elah
diminum rupa tuh,jadi biramani sakit Lup"i"lly;itu-'o"i,
kok
ingatan"' Contoh lainnya, belum timi m5nit
r"f"n"n
hntai
masih terus dimakan karena lantai uerciii'r"hingga V"ri'}"ruh ke
'*ilupa
komunikator
ikfan
itu
mengajari manusia Indonesia
Irrse
sekali)
6oror
dan
rye.nlaqi
bila
cs{ihat
oreh anak-anak yang tahu konteki ,56.1"y3..sah-sah
saja bira makanan
yang sedang di makan jatuh ke lantai,
oi",i,tir lagi latu mlsur muht anak
kendati kenyataannya fantai tiJ;k sebersih
tayangan ikran di
_,:iffli,
;d;tau
Berum fagi tayangan ikr."l yang seorah_fofah
mengenakan baju
dokter, yang mana modet ini seotah rir"ni"r"nl;'
;;;nn'I'of.ru.,
sehtngga
dapat menggiring opini konsumen, inilah piouul
yang
terbaik
karena ada
modef doktemya. Tayangan rainnya
ketuaseorah daram tayangan it<tan lavm;l-il;iraf3t, "ro.i""i kesehatan
dengan pesanfesan
jangan lupa memakah makanan
berseiat, oitainoani"if u",'p ge*as,
i"ng
setelah iklan ketua asosiasi itu,'t"riy"t"-itlrn*r
iklan produk suflanren
yang mengandung serat s6uatai-p"ngg"nti
makanan befserat
;;;;;g
:;:lr?""
Menampirkan tokoh
profesi. y3ng
netral kepada produk
sejenis tidak menekankan seolatr
F*qbaik,
"t1y. prooutiini-paring
r""nya trdak fair
dan melanggar tata krama dan t"i"
nJir@n.
sepertin"inv.
seo,"ng
dokter, pengacara, sebuah rumah ,"i.it
,ntrr.
berikran
yang
bersifat
membujuk, kecuari iktan rumah sakit yang-oerrif"t
informatif, ylng
*i"
trend ikran rumah sakit dt sejumrih
perguruan tinggi negeri.
;rk;
agenda yang
menjadi
dikefuarkan
Berbagai tayangan ikfan dengan paradigma
komunikasi
(seperti model komunikJsijarum .
hipodJrmir 5t"u model teori peruru) rinear
sudah
merajai dari duru sampai slkarang
p",.. produsen aiau pengikran
;e.hingja
masih belum memperhilungkan tefah
o"ri6"r,nv a daya kritis masyarakat
;:il
Hil::[lfiil
ffi :l'il:
i
ni'
s e n in
;;il ; i ;;;;
i
i Jr]
di
l-,"
pa radism a
Kesan iktan yang mengedepankan keperkasaan
seorang
komunikator (peny"mp"i pJdn) o"n
kornuniL"n
(penerima
pesan) ikfan
qlanggap
pasil tejrmasuk paradigma rama
suo"n harus -Jtinggatkan
vang
n va dikotom i k;; u; ik-;i;;
;l*:# ;:" r.orn rn i["n1ai oerdaya.
Dalam kontetis sifit yang o"riri"n^rlng""r"[]n
dan abuse terhadap ko-nsumen. oleh L"run"- "r"t, bentuk ekspfoitasi
itu, datam konteks inilah
relevansi kajian
den sa n ada
inlmgnjadi penting diadakan seoagai upaya
mencari solusi
yang komprehensif untuk
mencipta--kan ikfim nirrl yang sehat
dan jujur.
Tanggung
j awab Hulcam. . .. (M. Syamsurrin)
158
Menurut siaran pers Badan Pengawas Periklanan, bentuk{entuk
pelanggaran ketentuan hukum positif dan etika periklanan Yang.,13a!* ini
b"nyif-ailanggar oleh pelaku usaha periklanan adalah sebagai berikut:
Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. B tahun 1999, Pasal 17
1.
Ayat (1) a yang berbunyi: "Pelaku usaha periklanan dilarang
rnemproiuksi lKan yang mengelabui konsumen mengenai kualitas,
kuaniitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta
ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa".
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan lndonesia Bab ll C No- 2 yang
2.
berbunyi: "Dokter, ahli farmasi, tenaga medis dan paramedis lain atau
atribut-itribut profesinya tidak boleh digunakan untuk mengiklankan
produk obat-obatan, alat kesehatan maupun kosmetika.
SK Menkes 368, Pedoman Periklanan Obat Bebas Bagian A No. 9
3.
yang berbunyi : "lktan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi
i<esehatan alau aktor yang berperan sebagai profesi kesehatan dan
atau menggunakan "setting" yang beratribut profesi kesehatan dan
'4.
laboratorium".
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan lndonesia Bab ll C No. 10 ayat
yang berbunyi: "tklan tidak boteh memanipulasi rasa takut
i"slorlng terhad-ap sesuatu penyakit karena tidak menggunakan obat
yang diiklankan".
Tata Krama dan tata Cara Periklanan Indonesia Bab ll B No. I Ayat a
yang berbunyi: "lklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan
meriUetifan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan
memberikan janji yang berlebihan".
SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman
Bagian A No. 8 yang berbunyi: "lklan tidak boleh dimuat dengan
ilus--trasi peragaan maupun kata-kata yang berlebihan, sehingga dapat
menyesatkan konsumen".
SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Obat Bebas, Bagian B No.
103 yang berbunyi: "lklan obat harus mencantumkan spot peringatan
penitiai seperti pada ketentuan umum" Contoh lklan-lklan yang
melanggar ketentuan adalah iklan-iklan TV Adem Sari, iklan W Segar
g
5.
6.
7.
8.
Dinginl-dan iklan TV Kuku Bima yanq melanggar butir I a dan b,
sedingkan iklan W Vegeta melanggar butir I a dan e- Di samping itu'
iklan f\/ Marem Salep Kulit dianggap melanggar butir I f, dan iklan W
Betadine Mouth Wash melanggar butir I a, c, d dan f'
Tata Krama dan tata cara Periklanan Indonesia Bab B ll B No. 3 Ayat
a yang berbunyi: "lklan tidak boleh mengunakan kata-kata "ted',
"piling-n, "nomoisatu" dan atau sejenisnya tanpa menjelaskan dalam
t
159
htto:/lwww. pppi.or. id/agustus/2003
Juni 2008
Jurnal Hukum, Val;XVil, No.2,
hal apa keunggurannya itu dan harus dapat
membuktikan surnber_
'
sumber
tersebut.
otentik pemyataan
sK Menkes No. 369, pedoman perikfanan obat Bebas
No. g yang
berbunyi "lkfan obat tidak boreh oituiJian ,niur
kharayak anak-anak
atau menampirkan anak-anak tanpa'aoany- iupervisi
orang dqnasa
9.
atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan
penggunaan obat. fklan tidak boleh menggambarkan
bbhwa
keputusan penggunaan obat diambir oreh
contoh rHanlkfan y?ng melanggar ketentuan-ketentuan"n"r-"n"k,,.
di atas adatah ikran TV
Lactamil dan lklan cetak Mobif Ford, i"dr"ry"
metanggar butir ll a,
dan iklan TV Betadine prester yang meranggaiuuti,
il a dan b.
10. Tata Krama dan tata cara periklanan Indonesia
Bab ll B No. 3 Ayat b
yang berbunyi: "lklan. harus dijiwai oreh.
p"oaingan v"ng Gn"r
Perbandingan tidak langsung harus didasarkan
"-."1
pada kriteria yang
tidak menyesatkan konsumen-".
11- Tata Krama dan Tata cara periklanan Indonesia Bab ll B
Ayat cyang
berbunyi "rkfan tidak bofeh.seca-ra rangrrng ataupun
tidak rangsung
merendahkan
produk_produk fain,'.
12. Di antara iklan-ikfan yang meranggar ini terdapat
iklan TV Motor
Honda yang meranggar
-sertabutir ili-b, kian- cltar Tantum Verde
pel31g_gar butir lll a,
ikfan W AOem San-: dan lklan TV Ellips
Facial creamy Foam yang meranggar butir ilf a Jan
b.
13.
tndonesia, bab
rr B No. 1 Ayat a
-ant;;;
T:I.:j.l",L?l1c^i?,fgriffnan
,*jl
yi;^llf1l
r,
n,
H; llin"*
trqr
lif
?_"1"h T gnyeT*a
y?Ls
u"'"i
menserabui
^::Pf
dan
:::P1,!11 , !:l*ng"?
_tidati
contoh
kran
;;ngsar
v;;iff33:*?:,
i11i,^I?ig_
ketentuan ini adarah
ikrin kl;?i["1,1
Tv "Jeruk Minum .1"ru[;;rrruirlr"'rt.
LTg
r
..
14.
y**::;Y11"39}";,1?lilrll_9eer
I
Paar 13 Ayat (1) b yans berbunyi:
;,[",,#""##,li:
::i#_-1.,?i":::1.dtl*e_lg,u"iikd;ffi ffi'rJt"ii,iJ"ffi;il;
Itaa
ra/fa^
l-^-t^|--[
perundangan
yang berlaku',.
15. Peraturan pemerintah No. 69 tahun
lggg pasal 59 Ayat 1 yang
berbunyi :"Setiap orang difarang mengikfankan minuman
beralkohol
dalam media massa manapun;. sebigai conion
v""g ,"r"nbg*,
tercatat iklan media cetak Bir Bintang.
16. Tata Krama dan Tata cara perikranan
Indonesia Bab il A Ayat 1 yang
berbunyi -"rkran
jujur,
pratanggung
v jawab dan tidak
bertentangan dengan farys
hukum iring berfaku,]17. Peringatan "Merokok dapat menyebabkan
kanker, serangan jantung,
impotensi dan gangguan kehamiran o"n janin;''harus
?ii"i""gk",
-- *
dengan durasi yang cukup, contohnya yaitu , itr"n w
LA Liglt
:
Tanggung
jawab Hukum.... (M. Syamsudin)
160
Pertanyaan Yuridis ?
Dari gambaran permasalahan periklanan yang telah dikemukkan di
atas dapat diajukan pertanyaan yuridis sebagai berikut:
1. Dapatkah pelaku usaha periklanan dipertanggungjawabkan secara
hukum atas produksi iklan yang dianggap telah melanggar etika
perikfanan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) huruf f UUPK ?
2. Dapatkah hakim menjatuhkan sanksi pidana yang terdapat pada Pasal
62 ayat (21 UUPK yang hukum materiilnya didasarkan pada
pelanggaran Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia ?
Dasar-Dasar Pengaturan Perlklanan di Indonesla
Sampai saat ini belum ada peraturan perundangan atau undang-
undang yang mengatur secara khusus tentang periklanan. Dasar
peraturan periklanan masih tersebar di berbagai perundangan seperti UU
Perlindungan Konsumen (UU N0.8/ 1999), KUHP, UU Pers dsb. Di
samping itu masalah periklanan juga diatur oleh Tata Krama dan Tata
Cara Periklanan Indonesia.
Dalam Asas-asas Umum Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia, ditentukan bahwa :
* lklan harus jujur, bertanggungjawab, dan tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku
lkfan tidak boleh menyinggung perasaan dan I atau merendahkan
martabat, agama, tata susila, adat, budaya, suku dan golongan
lklan harus dijiwai oleh asas-asas persaingan yang sehat
Asas-asas umum tersebut kemudian dijabarkan dalam penerapan
umum maupun penerapan khusus. Dalam Tata Krama dan dan Tata
Cara Periklanan Indonesia tesrsebut juga diatur tentang hubungan
antara unsur-unsur yang berkepentingan dalam periklanan, baik
hubungannya dengan konsumen, pengiklan sendiri (perusahaan
periklanan), pernerintah dan dengan media. Dalam hubungannya dengan
konsumen, maka apabila diminta oleh konsumen, maka baik perusahaan
periklanan, media maupun pengiklan harus bersedia memberikan
penjelasan mengenai suatu iklan tertentu. Hal ini terkait dengan hak-hak
konsumen.
Dalam UU Perlindungan Konsumen, masalah periklanan diatur
secara umum pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 16 dan secara khusus
pada Pasal 17 UUPK, yang mengafur perbuatan-perbuatan yang dilarang
bagi pelaku usaha
Pasal 17 UUPK menentukan bahwa pelaku usaha periklanan
dilarang memproduksi iklan yang :
l6l
Jtrrnal Hnlq,tm, Va\'XVTI; No'2, Juni 2008
a- Mengelabuhi
konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan,
/
dan harga .barang dan
atau tarif jasa serta ketepatan
waktu
penerimaan barang dan / atau jasa;
b. Mengelabuhijaminan /garansi terhadap barang dan I
atau jasa;
c. Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat
mengenai barang
dan / atau jasa;
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakian
barang dan / atau
jasa;
e.
Mengeksploitasi kejadian dan / atau seseorang tanpa seiizin yang
benrenang atau persetujuan yang bersangkutan;
t. Melanggar etika dan I atau ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai periklanan.
Larangan Yang terdapat_dalam pasal 17 tersebut disertai
sanksi
qilana yang terdapat daram pasar 62 uupK. oatani
tersebut
periktanan yang metanssai Fasar
pryl^?l"ly
.t
1r
r. srqf
ayai
i,il"L,.:Yi
l:"1..
pi-d" n" penj ara patins
j:"_Eg
densan
.v .sttq
rama 5
L,.l "::
I2),dipldana
de1{a
patins uanvar z'1ouly ,irv", *pi*;,
g,:?^J3P"-:lT.
?.'g:13
;;r;i
t;llly{
r
3 Ji-lJ^-J-----:r"ssJFA;i"'i;'
pidana'
pei;ara n"ri,ij
j
jiqid?T_
g?san
wii d6'";['ftj
LTf^**l
atau pidana denda paling banyak lima raius hitydr rupiah.
hrrnrf
j
l|a-
.
i
A#
Pengaturan Tanggungjawab Hukum peiaku Usaha
secara ryym, tanggung jawabtrukum peraku usaha daram undangUndang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen didasarkan
Pag? prinsipprinsip contractual tiability, product liability, professional
Iiabil ity, dan crimin al responsibitfu.s
a. Contractual Uability
Contractual Liability yaitu tanggungjawab perdata atas das.ar
perjanjian/ kontrak dari petaku usaha-@aif'oarang maupun jasa)
aias
konsum.en akibat mensonsumsi baians
ra.ns
F:gj:l_I3ls _fl3]arni
mgmafT$L.ja.s?
yans
dioerlcannya.
6dsa;
9$1t!:"1{i_?l3y
demikian, di dalam contrcctuat tiability ini terdapat suatu pe4anlian atau
kontrak (langsung) antara pelaku usaha dengan ronrur"n, yang
obyeknya bisa barang atau jasa,
Dewasa ini, perjanjian atau kontrak antara pelaku usaha dengan
konsumen nyaris selalu menggunakal perjanjian atau kontrak yang
berbentuk standar atau baku. oreh sebab itu di ialam hukum
fqr,!i"",
t Gunawan Johanes, 1ggg, "Tanggung Jawab pelaku
Usaha Menurut
u.ndang-_r{ndang No. I Tahun 1999 tentiig -perrindungan rconir*"n,,
Jumal
Hukum Bisnis, Vol. Vlll Tahun 1999.
Tanggung j awab
Hulom .... (M. Syamsudin)
t62
oerianiian atau kontrak semacam itu dinamakan perjanjian atau kontrak
atau kontrak baku. Kontrak baku adalah kontrak bsbentuk
"miiAir
tertulis yang telah digandakan berupa formulir-formulir, yang isinfa telah
distandarisasi atau dibakukan terlebih dahulu secara sepihak oleh pihak
yang menawarkan (pelaku usaha), serta ditawarkan secara massal,
tanpa mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki kotsumen.
Berhubung isi kontrak baku telah ditetapkan secara sepihak oleh pelaku
usaha, maka pada urnumnya, isi kontrak baku tersebut akan lebih
banyak memuat hak-hak pelaku usaha. Bahkan tidak jarang teriadi
pelaku usaha mengalihkan kewajiban-kewajiban, yang seharusnya
menjadi tanggung jawabnya, kepada konsumen. Ketentuan semaclm ini
kontrak baku disebut exonention clause atau exa nption
clause, yang pada umumnya sangat memberatkan atau bahkan
di dafam
cenderung merugikan konsumen.
Kondisi ketidakseimbangan pengaturan hak dan kewajiban
pelaku
usaha dan konsumen dalam kontrak itulah yang oleh
antara
UUPK diatur di dalam Pasal 18 UUPK. Pasal ini pada dasamya
mefarang pencantuman exonertion c/auses yang berbentuk klausula
baku di dalam suatu perjanjian standar, karena bertentangan dengan
prinsip kebebasan berkontrak.
Pasal 18 UUPK tersebut mengatur bahwa dalam menawarkan
barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan, pelaku
usaha dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap
dokumen dan atau perjanjian dengan persyaratan-persyaratan tertentu
baik isinya, letak dan bentuknya. Pelaku usaha yang mencantumkan
ktausula baku dengan isi, letak, dan bentuknya seperti Pasal 18 dalam
dokumen atau perjanjian standar yang dibuatnya, dapat dikenakan
sanksi perdata mauPun pidana. Sanksi Perdata dapat berupa : (1) Jika
perjanjian standar yang dibuatnya digugat di depan pengadilan oleh
konsumen akan menyebabkan hakim harus membuat putusan
declaratoir bahwa perjanjian standar tersebut batal derni hukurn
(void/nietig) (Pasal 18 ayat 3 UUPK): (2)Jika pelaku usaha yang pada
saat ini telah mencantumkan klausula baku dalam dokumen atau
perjanjian standar yang digunakannya, maka wajib merivisi perianjian
standar yang digunakannya itu agar sesuai dengan UUPK, dengan batas
waktu sampai tanggal 20 lApnl2000 (Pasal 18 ayat 4);
Adapun sanksi pidana dapat berupa pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rufianl (Pasal 62 Ayat 1 UUPK). Selain berlaku ketentuanketentuan UUPK seperti diuraikan di atas, karena perjanjian standar
pada dasarnya adalah juga perjanjian, maka ketentuan di dalam Buku lll
KUHPerdata yang penting antara lain: (1) Ketentuan tentang keabsahan
suatu perjanjian sebagaimana diatur di dalam Pasal 1320 KUHPerdata
{tentang syarat sahnya perjanjian); (2) Ketentuan-ketentuan tentang
t63
Jttrnal Hukum, Val,;XJrII, No.2, Juni1008
kerugian akibat brcach of ,o!!t:2t!."-!.p:rtormance
atau wanprestasi,
sebagaimana diatur oreh pasaf 1z4g xuric"ro"t".
b. Product Liability
Dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian
(no orivitlr ot
contract) antara peraku usaha (piocru'seidengan
konsumen,
tanggungjawab p.ii"r" usaha oicailh<an pada
.ryaka
-[eeiinsgungjil"ban product
6;ffii
Liabititv
Fffiri: yaitu
tanggungjawab perdata s.ecJrl ril,grung (sfncfiaiiw dan
petaku usaha (produsen barang) ;t*
k;r,l;i,i.
konsumen akibat mengkonsumli u"i"ng yang ,d diarami
dihasirkannva.
Intisari dari product
.riabitity- ini aoarah t"nggrrffi;;
berdasarkan perbuatan merawan'hrku,
uortiu"-iiiiiiuyanE
tefah dimodifikasi menjadi sfncf tlaoiity. eroauct
digunakan oreh konsumen,,untuk,",i.,p"roren liabitityini dapat
ganii,-igi secara
langsung dari produsen. (larangy, -"Jrlliprn
memiriki hubungan kontriktuat-tpriviiv of konsumen tidak
eontract) dengan
produsen tersebut.
'Ketentuan
di dafam uul5.
I3.!g mengatur tentang product
liability ini adarah pasaf 19 uupx,-vi";;"nyatakan
bahwa
pelaku usaha bertanggung. jawao meinoJrikan
ganti rugi atas:
kerusakan; pencemaiin, ?inratau r"rugi"n'
konrumen
ahbat
mengkonsumsi barang yary dihasirkan -"i"L
oipeidal;*gilKerusakan, pencemaran, din/atau
konsumen
akF.;at
mengonsumsi. barang yang dihasifkan -atau
oiperJag*Gi;n
-Jprooulen -t
dapat terjadi karena petaku
urlng;
.rr"n"
melanggar larangan-larangan_ seuagaiman!
dicantsrr.nkarrn:..=
dalam pasaf I sampai dengln pasat #
Peraku usaha (produsen barang) yang
mernprodus;;i
.
barang dan kemudian temyata u"rang"i"Guut
meniinburk*ii
kerusakan, pencemaran danTatau kerugr" p"d"
r"caii,
ei,,
barang milik konsumen, maka pelaku- urin" dapat
dikenaireir
sanksi perdata maupun pidana. sanksi peiaata
d"pui'n**d
,
Pengembalian
atau; penggantian uaranJv"ng se;enis
.ya.ng
atau
yang setara nilainya, atau; Perawatan kesEhatan,
Pemberian santunan yang sesuai oengan-leientuandan /atau;
peraturan
i;;;sd
tupi
ji*
perundang-undangan yang berJaku.
, .,.pefubung intisari dari product tiabitity adalah toftius
liability (tanggungjawab atas dasar perbuatan
melawan
maka keempat unsur di daram iortius tiabitity yaitu:hukum),
u;il;
perbuatan melawan hukum (pmh); unsur
reiugian, dan unsur
hubungan kaus.af antara pmh
oihg"r, Lurugi"n yang timbur,
.
tetap harus ada. Hanya -pembuktiin
,nrri kesarahan tidak
Tanggung jawab
Hukum.... (M. Syamsudin)
merupakan beban konsumen lagi, tetapi justru merupakan
beban pihak produsen untuk membuktikan bahwa ia tidak
bersalah (shifting the burden of proof atau pembuktian terbalik).
Hal ini diatur di dalam Pasal 28 UUPK yang menyatakan bahwa
pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur kesalahan dalam
gugatan ganti rugi dalam Pasal 19 UUPK merupakan beban dan
tanggungjawab pelaku usaha.
Adapun sanksi pidana diatur dalam Pasal 62 ayat 3 UUPK
yaitu pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat,
cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang
berlaku (KUHP). Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur
kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 UUPK merupakan beban dan tanggung jawab pelaku
usaha, tanpa menutup kemungkinan bagijaksa untuk melakukan
pembuktian.
c,
Professional Liability
Dalam hal terdapat hubungan perjanjian (privity of contrac{)
antara pelaku usaha (pemberi jasa) dengan konsumen, tetapi
prestasi pemberi jasa tidak terukur sehingga merupakan
perjanjian ikhtiar (inspanningsverbinten/s), maka tanggung
jawab pelaku usaha didasarkan pada Professional Liahility
(pertanggungjawaban Profesional) yang menggunakan tanggung
jawab perdata secara langsung (sfricf liability) dari pelaku usaha
(pemberi jasa) atas kerugian yang dialami konsumen akibat
memanfaatkan yang diberikannya. Sebaliknya, dalam hal
terdapat hubungan perjanjian (privity of contracf) antara pelaku
usaha (pemberi jasa) dengan konsumen, dan prestasi pemberi
jasa tersebut terukur sehingga merupakan perjanjian hasil
(resultaats verbintenis), maka tanggung jawab pelaku usaha
didasarkan pada Professional liability (pertanggungjawaban
Profesional), yang menggunakan tanggung jawab perdata atas
dasar perjanjian/kontrak (contractual liability) dari pelaku usaha
(pemberi jasa), atas kerugian yang dialami konsumen akibat
memanfaatkan jasa yang diberikannya.
Stricf liability sebagaimana terdapat di dalam Pasal 19
juncto Pasal 28 UUPK, yang berlaku bagi pemberi jasa
mengatur bahwa pelaku usaha (pemberi jasa) bertanggung
jawab secara langsung untuk memberikan ganti rugi atas:
kerusakan; pencemaran dan/atau ; kerugian konsumen akibat
merhanfaatkan jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Pasal 19 UUPK ini berlaku bagi pemberi jasa apabila
antara pemberi jasa dengan konsumen terdapat hubungan
165
Jurnal Hulanm, Val,XYil, No.2, Juni2008
perjanjian/kontraktual, tetapi prestasi
pemberi jasa tidak terukur.
yang diberikan
oleh
contractu.al liability berlaku bagi pernberi jasa apabiia
antara pemberi.l"r? dengan konsumen terdapat hubungan
perjanjian/kontraktual, dan prestasi yang diberikan oleh pem6eri
jasa dapat diukur. Pelaku usaha harus rnemberikan ganti rugi
atas dasar strict liability apabila prestasi pemberi .!-sa fidak
dapat diukur, dan kerusakan, pencemaran, dan / atau kerugian
konsumen akibat memanfaatkan jasa yang dihasilkan Jtau
diperdagangkan, karena pelaku usaha pehberi jasa) melarggar
larangan-larangan sebagaimana dicantumkan dalarn pasat s
sampai dengan Pasal 1Z UUPK.
Pelaku usaha (pemberi jasa) yang memberikan jasanya,
dan kemudian ternyata jasa tersebut menimbulkan keiusakin,
pencemaran dan / atau kerugian pada badan, jiwa dan barang
milik konsumen, maka pelaku usaha darrat dikenakan sanksi
perdata maupun pidana. Sanksi Perdata dapat berupa :
1) Apabila tanggungjawab pemberi jasa adalah l:rerdasarkan
strict liability, maka ganti rugi yang dapat rJituntut dari
pemberi jasa diatur di dalam pasal 19 Ayat z l=f upK, yaitu:
pengennbafian uang / penggantian jasa yang sejenls / yang
setara nitainya / perawatan kesehatan, dan / pemb&ran
santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan
dalam totious liability, yaitu unsur perbuat.:n
rneia;+ai:
perundang-undangan yang berlaku. Berhubung intisari ciari
strict liability adalah tortious liabirity ( tanggungjawab atas
dasar perbuatan melawan hukum), maka keempat unsur dr
hukum (pmh), unsur kesalahan, unsur kerugiair, rdan u..is.iii
hubungan kausal antara pmh. Dengan kerugian yang tinrbui
tetap harus ada, hanya pernbuktian unsur kesalahaai iiriek
merupakan beban konsumen lagi, tetapi justrrr merupas3:ri
beban pihak pemberi jasa untuk membuktikan bahwa ia
tidak bersalah (shifting the burden of proof atau pembuKien
terbalik). Hal ini diatur di dalam pasal 2g uupK yaiTg
menyatakan bahwa pembuktian terhadap ada ateu tidaknya
unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi dalam pasat ig
uuPK merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha
(pemberijasa).
!
2) Apabila tanggung jawab pemberi jasa adarah berdasarkan
contractual liability;,maka ganti rugi yang dapat dituntut dari
pemberi jasa diatur di dalam Buku lll KUHperdata, yang
masih tetap berlaku bagi perjanjian tersebut, antara lain,
ketentuan-ketentuan tentang kerugian akibat breach of
contract / non pertormance atau wanprestasi, sebagaimana
Tanggung jowab
Hukum.... (M. Syamsudin)
166
diatur oleh Pasal 1243 KUHPerdata, yakni
penggantian
berupa biaya, rugi, dan/atau bunga.
3) selain itu, apabila perjanjian pemberian jasa tersebut
melanggar larangan-larangan yang dicantumkan di datam
butir 1 s.d. I di atas (vide pasal 8 sampai dengan pasar 17
uuPK), maka perjanjian pemberian jasa tersebut
telah
melanggar syarat sebab/causa yang halar daram pasar 1320
KUHPerdata. Alhasil jika diajukan ke pengadilan, hakim
harus menetapkan putusan yang declaratoir bahwa
perjanjian pemberian jasa tersebut batal demi hukum (void,
nietig).
Adapun sanksi pidana diatur dalam Pasal 62 ayat 3
UUPK yaitu pelanggaran yang mengakibatkan luka
berat, sakit
berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana
yang berlaku (KUHP). Pembuktidn terhadap ada tidaknya unsur
kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 UUPK merupakan beban dan tanggung jawab pelaku
usaha, tanpa menutup kemungkinan bagijaksa untuk merakukan
pembuktian.
d. Criminal responsibility
Dalam hal hubungan pelaku usaha (barang dan jasa) dengan
negara dalam memelihara keselamatan dan keamanan masyarakat
(konsumen) maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada
criminal responsibility (pertanggungjawaban pidana)
yaitu
tanggung jawab pidana dari pelaku usaha (baik barang dan /atau
jasa) atas terganggunya keselamatan dan keamanan masyarakat
(Konsumen). criminal responsibility adalah tanggung jawab pidana
dari pelaku usaha (baik barang maupun jasa (atas terganggunya
keselamatan dan keamanan masyarakat (konsumen). sanksi
pidana
di dalam contract liability, product liabirity, maupun
profesional liability telah dikemukakan di atas. Selain sanksi pidana
itu, terhadap pelaku usaha yang barang dan /atau
jasanya
merugikan konsumen, masih dapat dikenakan hukuman pidana
tambahan berupa:
Perampasan barang tertentu; (2)
Pengumuman keputusan hakim; (3) Pembayaran ganti rugi; (4)
Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian konsumen;
Kewajiban penarikan barang
dari peredaran; atau (6) Pencabutan izin usaha.
Dari ruang lingkup tdnggungjawab hukum peraku usaha di
atas, yang didasarkan pada contractual liability, product liability,
professional liability dan criminal responsibility, maka untuk
produksi iklan yang dianggap telah melanggar etika periklanan
dapat dimasukkan dalam dua ranah pertanggungjawaban sekaligus
(1)
(5)
r67
Jurnal Hukum, Vo\,X,I1II, No-2, Juni 2008
: (1) product liability..yang pada intinya adalah perbuatan
mefawan hukum (pmh) | tortius ti"tinni; aan (2) prof*riohat
fiabtiry
yaitu
atas dasar strict fiability.
unsur-unsur Perbuatan yang Dirarang dafam perikfanan
Unsur-unsut perbuatan Ya.l9 dilarang dalam periklanan
diatur dafam
pasar 1T ayat (1) uupK yang terdiri
dari uniur-unsur sebagai berikut :
a. g"JTH:n'
ur"j,
k^r_1|.ij":, kuantitas, bahan, kesunaan,
*::r
T"lts:,:l?i
*:-,*pj
ja1
tarir
jil ,il;'ffi;$;-T:il,
P::an.,dan I ataujasa;
penerimaan barang
^!-ltau
b. Mengelabuhi jaminan /garansi tertradap barang dan ratau jasa;
c. Memuat informasi yang kefiru, satah atau tidak tepat mengenai barang
dan latau jasa;
d' Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakian barang dan
/ atau
jasa;
e.
jr*::^:?:_l :!11 -"".re.orans
*"*r""j'#1li:i
benrenang atau persetujuan yang bersang[;t";
tanpa seiizin yans
Mefanggar etika dan I atau ketentuan peraturan perundang_undangan
mengenai periklanan.
Pengaturan Pasaf 17 ayat (1). di atas perlu dibedakan
antara pihak
pelaku usaha periklanan dengah pinir peralu
Lsaha pemesan iktan. Terkait
dengan adanya ikran yang Jianggap menyes?tkan
atau pemyataan yang
salah seperti pada huruf a, b, JJn'c, ji[a plr"ru
usaha perikfanan tidak
mengetahui iktikat bY.-k dari pemesan iklan haka pelaiu
tidak sepatutunya dipertanggungjaurabkan ueroaiarran ula'na peritoanan
iui"ntu"n
pasa!
tersebut. pihak yang haruJ aiirintai p"rt"nlgungjawaban
hukum atas
kerugian konsumen
akibat ikran
6;9- i"jnvJ' *unvur"tr"n
atau
mengandung pemyataan yang salah aoitat'ipetaku
usana-p6*"r"n lktan.
Lain harnya dengan unsur yang terdapat
g."!"* hunrf d, meski,pun
hal tersebut subtansinyi atas kemauan pemesan
iklan,
tetapi pelaku
usaha perfkranan secara mudah o."e"l ,i,"nJ"Lnui
"i"n yang dipesan
isi
iktan
bahwa di dalamnya tidak memuat informas'i rnengenai
risiko pemakaian
barang dan /jasa yang diiklankan.. ogqi{ial jufa
subtansiyang disebutkan
dalam huruf
9?n walaupun atas inisiatif iJr"p usaha pemesan kfan,
akan tetapi kegiatan
yang b6rupa eksploitasi feJaaian dan
| 5t",
tanpa seizin yang
ai"u
yang
persangkutan
""r"o*ng
!.grwengng
danjuga
yang meranggar etika, selain dapai?"i:"triuan
diketahui oten-pllad
pemesan
iklan juga sangat tdrkait dengan profesionatisme
pefaku usaha periklanan.
Dalam haf ini per.a.ku usaha- perikranan
dianggap tu,'t serta mefakukan
.
perbuatan
Y3ng .difarang dalam pasal ter$eb-ui sehingga dapat dimintai
pertanggungjawaban. 6
t
I
;J;;
5
Ahmadi Miru dan sutarman Yodo. 2a04. Hukum perlindungan
-vv-' "sA
konsumen.
Jakarta : Rajawali press. Hlm tog.
Tanggung jawab
-
Hulam.... (M.
Syamsudin)
Anallsls Hukum
Yang menjadi pokok permasalahan di sini adalah larangan yang
terdapat pada Pasal 17 ayat (1) huruf f UUPK, yaitu pelaku usaha
periklanan dilarang memproduksi iklan yang melanggar etika periklanan.
.lika ketentuan ini dilanggar, maka pelaku usaha periklanan tersebut dapat
clikenai sanksi pidana yaitu dipenjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana
denda paling banyak lima ratus juta rupiah.
Pelarangan pada Pasal 17 ayat (1) huruf f tersebut menurutpenulis
memuat adanya kerancuan hukum. Bukankah wilayah etika dan hukum itu
merupakan dua entitas yang berbeda. Perbedaan dua wilayah tersebut
tentunya membawa konsekuensi yang berbeda jika kedua norma itu
dilanggar. Sanksi terhadap pelanggaran norma etik adalah sanksi etik dan
sanksi pelanggamn norma hukum adalah sanksi hukum.
Etika Periklanan merupakan selft-regulation bagi masyarakat profesi
penklanan sendiri untuk melakukan tindakan-tindakan atas berbagai praktek
r:eriklanan yang bertentangan dengan kode etik. Jadi yang mempunyai
kewenangan untuk menegakkan norma-norma etik adalah organisasi
p'rofesi periklanan. Organisasi profesi lebih tahu apakah salah satu iklan
merupakan kreatifitas kompetitif atau semu belaka. Dengan patokan kode
*tik periklanan sebagai selft regulation organisasi profesi periklanan tidak
hanya bersifat mengontrol saja, akan tetapi dapat mengambil tindakan
terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran kode etik.
Pengaturan pelanggaran etika periklanan yang dikategorikan
sebagai pelanggaran undang-undang (UUPK) yang terdapat pada Pasal 17
ayat (1) huruf f membawa kerancuan hukum. Konsekuensi terhadap
pengaturan ini yaitu hakim dapat menjatuhkan sanksi pidana berdasarkan
Pasal 62 ayat 2 UUPK terhadap petaku usaha periklanan yang mefanggar
Pasaf 17 Ayat (1) huruf f. Subtansi pelanggarannya bukan pelanggaran
hukum akan tetapi pelanggaran etik yaitu Tata Krama dan Tata Cara
Periklanan lndonesia. Pasal 62 ayat (2) UUPK menentukan bahwa Pelaku
usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau pidana debda paling banyak Rp. 500.000.000, (limaratus juta rupiah).
Dalam praktek
di
pengadilan, hakim
juga akan
kesulitan
!'nenerapkan pasal tersebut, yang. mengakibatkan tidak adanya kepastian
hukum. Seorang hakim tidak berwenang mengadili perkara pelanggaran
etika periklanan yang dilakukan oleh pelaku usaha periklanan didasarkan
pada hukum materiil yang berupa Tata Karama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia yang disusun oleh organisasi periklanan, yang merupkan se/fr
regulation.
r69
Juni 2008
Jurnal Hukurn, VoLW'II' No'2'
Berdasarkan uraian ini maka ketentuan yang
terdapat
pasat 17
ayat (1) huruf f tersebut mengandgng kerancuan-hukum pada
JJn tio"r. dapat
diterapkan dalam praktek pero-itan. rri.ir $o"kdapat
menjatuhkan
pidana
berdasarkan pelanggaran Tatakrama oan
periiLnan tndonesia.
caia
Penegakan norma etika periklanan ro"Ln-r"*n"ng
organisasi profesi
periklanan yang bersangkutan.
iil
Simpulan
Etika dan hukum itu. merupakan dua
entitas yang berbeda.
-t.#t;;t;
perbedaan dua witayah
rersebut
riembawa iori*ftrensi yang
berbeda jika kedua norma ilu oilangge'r.
danrci
norma etik adafah sanksi etik dan t"nft'ipetanggaranterhadap pefangganan
norma hukum adafah
sanksi hukum' Norma etik rnerupakan'""ffi-7".gruration
bagi masyarakat
profesi periklanan sendiri untuk rneiakukan
tinaatln+indakan-atas
berbagai
praktek perikranan
ycng mempunyai
.yang bertentang"n-d"ng;n-ioo"
kewenangan untuk rnenegakkan norma-norma .e.tik.
etik aoatal organisasi
profesi periklanan' Dengai patokan
rooe eiir<
periklanin
"n?hv"
seoagai setr?
rcg u I ation organise,ci profesi perikranan
ilo"-r
#;;engontrol
saja, akan tetapi oapit mengambif ttndaiin
terfrada.n
anggotanya
y€ng
merakukan peranggaran kode ;tk. oterr
k*d;
itu lawauan atas pertanyaan
yuridis di atas dapat disimpulkan :
1' Pengatur"n rr,llg.a
petaku usaha perikranan agar
_b_"gi
tidak
memproduksi., iktan yang
metanggar etika vang terdapat pada pasar
17
b;
2'
;n:Lll#H,:ff ?,;:flr"ff"#'r,ngr"';;inhukumi"ntio"iepui
Hakim tidak lapat
lgnjatufrj<an. sanksi pidana sebagaimana diatur
daram pasar 62 ayat (2)
uupKoioasa*an
dan Tata cara perikianan Indone"i;. %ng peranggaran Tatakama
mempunyai kewenangan
norma-norma etika p"iikl"n"; ;ail-orsanisasi
Ii",
iri*r,ffim:::"
DAFTAR PUSTAI(A
Ahmadi Miru dan Sutarman yodo. 2004.
Hukum perlindungan konsumen.
Jakarta : Rajawafi press;
Az Nasution. 2000. Konsumen
Hukum. Jakarta pustaka Sinar
:
Harapan;
Darmawan,l*?Ti:Jll*_I*n-nygl1y.f
3
:
:f::i LY
^
yl gfi
1,.^1,11
*
Ji'
epr1lu.UsahadalamTinjauan
r'" n" . ui ria, ;:;:F'" Hfi ffi I
"
;;
\rral-*^^
o t^l-.
David Oughton
&-John
Lowry.
1ggT, Consumer Law. London:
"'ff.lHnT:
Blackstone
Press Limited;
Tanggung j awab
Hukum.... (tvl syannsudin)
Gunawan Johanes, 1999, 'Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen", Jumal Hukum Bisnrs, Vol. Vlll Tahun 1999.
Darmawan, Thomas. 1999. 'Tanggungjawab Pelaku Usaha dalam Tiniauan
Subtansi UU Perlindungan Konsumen". Makalah pada Pertemuan
Nasional Organisasi Konsumen, yang diadakan di YLKI Bogor;
Handayani, Sri, 1994. "Tanggung Gugat Produsen Bahan Makanan Dalam
Perlindungan Konsumen di lndonesia (Satu Studi Perbandingan
Sistem Hukum)'. Iesis Program Pasca Sarjana
Universitas
Airlangga Surabaya;
Sidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen lndonesia, jakarta
: PT
Grasindo;
Shofi, Yusuf. 2000. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-lnstrumen
Hukumnya. Bandung : PT Citra Aditya Bakti ;
Sudaryatmo. 1999. Hukum dan Advokasi Konsumen, Bandung : PT Citra
Aditya Bakti;
Tunggat, Hadi Setia. 1999. Undang-Undang Rl Nomar 8 Tahun 1999
tentang Peflindungan Kansumen. Haruarindo ;
Widjaya, Gunawan, dan Yani, Ahmad. 2000. Hukum Tentang Pertindungan
Konsumen. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama ;
Pikiran Ralcyat, Senin, 23 Juni 2003
Bemas,3O November dan 3, 6 Desember 1999;
Jateng Pos,25,29 November 1999 ;
Kabar Kampus,29 Nopember dan 3 Desember 1999;
Kedaulatan Ral<yat,28,29,30 November dan 1 Desember 1999;
Kompas, Selasa, 7 Maret 1995
http: /Arrmw. ppPi.or. id.
http:/Arvww. pppi. o r. id/agustus/2003
t7r
Jrrnal Hukum,
Download