ARTIKEL HUBUNGAN PERSEPSI ODHA TERHADAP STIGMA HIV/AIDS MASYARAKAT DENGAN INTERAKSI SOSIAL ODHA DI KDS BERGAS KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG OLEH : I KADEK SUPARIANTO 010215A029 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 HUBUNGAN PERSEPSI ODHA TERHADAP STIGMA HIV/AIDS MASYARAKAT DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA ODHA DI KDS BERGAS, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG I Kadek Suparianto*) Raharjo Apriyatmoko, SKM., M.Kes**) Ns. Trimawati,S.Kep., M.Kep**) UNIVERSITAS NGUDI WALUYO *) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan UNIVERSITAS NGUDI WALUYO **) Dosen Program Studi S1 keperawatan UNIVERSITAS NGUDI WALUYO ABSTRAK Masalah HIV HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan global yang penting karena frekuensi dan tingkat kematian yang tinggi. Persepsi yang salah akan menimbulkan stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS. Stigma negatif yang sudah melekat pada penderita HIV/AIDS, biasanya akan mempengaruhi interaksi mereka dengan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dengan interaksi sosial pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ODHA di KDS Bergas, yaitu sebanyak 41 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengumpulan data menggunakan instrumen data dianalisis menggunakan uji chi square Hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden mempunyai persepsi dalam kategori negatif yaitu sebanyak 23 responden (43,9 %) dan paling banyak responden dengan interaksi sosial dalam kategori kurang yaitu sebanyak 15 responden (36,6%). Hasil uji statistik menggunakan uji chi square diketahui hubungan persepsi ODHA terhadap interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,0001. Diharapkan masyarakat mampu mengubah stigma atau persepsi keluarga dan masyarakat bahwa ODHA tidak untuk dijauhi, tetapi support keluarga dan masyarakat akan meningkatkan kualitas hidup ODHA. Kata kunci : persepsi ODHA, stigma HIV/AIDS, interaksi social ODHA Kepustakaan : 23 kepustakaan (2007 -2014) ABSTRACT HIV problem of HIV / AIDS is a global health problem which is important because of the frequency and high mortality rate. A wrong perception will cause a negative stigma against people living with HIV / AIDS. Stigma and discrimination impact much wider than the HIV virus itself. The negative stigma that has been attached to people with HIV / AIDS, usually affects their interaction with society. The purpose of this study was to determine the relations of perception of PLHIV to stigma of HIV / AIDS community and social interaction in people living with HIV in Bergas Peer Support Groups, District Bergas, Semarang regency. This type of research is descriptive correlation with cross sectional approach using a questionnaire as a data collection tool. The population in this study were all PLHIV in Bergas Peer Support Groups, District Bergas, Semarang regency as many as 41 people. The sampling technique used is total sampling with total sample of 41 people. Collecting data using instruments Data were analyzed using chi square test. The results of the study, known to most of the respondents have a negative perception of the category as many as 23 respondents (43.9%) and most of the respondents with less social interaction in the category as many as 15 respondents (36.6%).Results of statistical test using chi square test known relationship to the perception of PLHIV social interaction in patients with HIV / AIDS in Bergas Peer Support Groups, District Bergas, Semarang regency with p value of 0.0001. Expected that people were able to change the perception of stigma or family and community that people living with HIV are not to be shunned, but support families and communities will improve the quality of life of people living with HIV. Keywords: perception of people living with HIV, the stigma of HIV / AIDS, social interaction PLWHA References : 23 literature (2007 -2014) Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 1 PENDAHULUAN Masalah HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan global yang penting karena frekuensi dan tingkat kematian yang tinggi. Sampai sedemikian jauh, di seluruh dunia diperkirakan sekitar 36 juta penduduk telah terkena infeksi HIV atau menderita penyakit AIDS yang di kenal sebagai penyakit yang ganas dan mematikan (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2008). Kejadian HIV/AIDS mencapai 40 juta orang diseluruh dunia. Dari jumlah ini 37,2 juta diantaranya adalah orang dewasa dan 2,7 juta adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Angka Case Fatality Rate (CFR) AIDS atau angka kematian pada penderita AIDS mengalami penurunan dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85% pada tahun 2013 (KEMENKES, 2014). Penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang memang belum ditemukan obatnya. Para penderita hanya diberikan obat untuk memperlambat penyebaran virus dalam tubuh. Meskipun sudah 23 tahun sejak adanya kasus AIDS di Indonesia, sampai sekarang masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh bahkan stigma mereka semakin negatif. Persepsi negatif masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS, berdasarkan stimulus yang mereka terima (Dinkes, 2014). Menurut Walgito (2010), persepsi adalah suatu proses yang didahulukan oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Persepsi yang salah akan menimbulkan stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS yang merupakan salah satu kendala dalam pengendalian jumlah penderita HIV/AIDS yang semakin meningkat setiap tahunnya. Stigmatisasi dapat mengakibatkan terhambatnya upaya pencegahan penularan HIV. (Kemenkes, 2012). Stigma negatif yang sudah melekat pada penderita HIV/AIDS, biasanya akan mempengaruhi interaksi mereka dengan masyarakat, karena pada dasarnya interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Soekanto; 2006). Menurut Walgito (2007) interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan yang lainnya, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik, hubungan tersebut dapat antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Buruknya interaksi sosial yang dialami oleh ODHA berkaitan dengan stigma dan persepsi negatif yang diterima oleh ODHA dalam pergaulan mereka di masyarakat sehingga menjadikan mereka tertutup dan tidak mau bergaul atau berinteraksi dengan masyarakat. Studi pendahuluan dilaksanakan di KDS (Kelompok Dukungan Sebaya) Bergas pada bulan September. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 ODHA yang ditemui oleh peneliti saat jadwal pertemuan konseling di KDS Bergas didapatkan data bahwa semua responden mengatakan mereka selama ini merasa tersisih dan risih dengan stigma yang berkembang di masyarakat sekitar mereka tentang keberadaan mereka walaupun terdapat beberapa responden yang menyatakan bahwa banyak dari masyarakat sekitar lingkungan mereka yang tidak mengetahui tentang keberadaan penyakit yang mereka derita akan tetapi apabila melihat dan mendengar tentang sikap dan perilaku negatif yang diterima oleh teman-teman mereka yang sudah diketahui indentitasnya dalam masyarakat, mereka merasa kesal dan marah dengan keadaan tersebut. Berbagai hal tersebut menunjukkan adanya stigma negatif dan interaksi yang Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 2 kurang pada sebagian besar responden ODHA yang ada di KDS Bergas sehingga menstimulasi dan memotivasi bagi penulis untuk memahami dan mengkaji lebih dalam hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS Masyarakat dengan interaksi sosial pada ODHA dengan lingkungannya dan mengangkat judul “Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/ AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah ”Adakah hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dengan interaksi sosial pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang?” Tujuan Penelitian Tujuan umum : Untuk mengetahui hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dengan interaksi sosial pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 41 orang pada tahun 2016. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total populasi dimana semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu sejumlah 41 ODHA. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu kuisioner untuk melihat hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dengan interaksi sosial pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Hasil Penelitian A. Karakteristik Responden a. Umur Responden Tabel 4.1 Distribusi Nilai Rata-rata Umur Penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Umur (Tahun) Mean 26,93 Min 17 Maks 40 Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 41 responden sebagian besar rata-rata umur responden 27 tahun dengan rentang usia paling muda adalah berumur 17 tahun dan paling tua adalah berumur 40 tahun. b.Pendidikan Responden Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Pendidikan SD SMP Frekuensi 10 22 SMA 9 Total 41 Persentase (%) 24,4 22,2 53,7 100.0 Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 41 responden sebagian besar mempunyai pendidikan setigkat SMP yaitu sejumlah 22 responden (57,5 %). c. Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Buruh 4 9,8 IRT 3 7,3 Lainnya 34 82,9 Total 41 100.0 Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 41 responden sebagian besar responden adalah bekerja dalam kategori Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 3 lainnya yaitu sejumlah 34 responden (82,9 %). B. Analisa Univariat 2. Persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tabel 4.4 Distribusi frekuensi persepsi ODHA terhadap stigma masyarakat pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Persepsi Positif Negatif Total Frekuensi 18 23 41 Persentase (%) 43,9 56,1 100,0 Dari Tabel 4.4 Distribusi frekuensi persepsi ODHA terhadap stigma masyarakat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi dalam kategori negatif yaitu sebanyak 23 responden (43,9 %). 3. Interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS Tabel 4.5 Distribusi frekuensi interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Interaksi sosial Kurang Cukup Baik Total Frekuensi 15 14 12 41 Persentase (%) 36,6 34,1 29,3 100,0 Dari Tabel 4.5 distribusi frekuensi interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang diketahui bahwa paling banyak responden dengan interaksi sosial dalam kategori kurang yaitu sebanyak 15 responden (36,6 %). B. Analisa Bivariat Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan persepsi ODHA terhadap interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Interaksi sosial Persepsi Negatif Kurang N % 14 60,9 Total Cukup N % 8 34,8 Baik N 1 % 4,30 N 23 % 100,0 Positif 1 5,60 6 33,3 11 61,1 11 100,0 Total 15 36,6 14 34,1 12 29,3 41 100,0 P VALUE =0,0001 Berdasarkan tabel 4.6, hasil uji statistik menggunakan Uji chi square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,0001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi ODHA terhadap interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Persepsi ODHA terhadap stigma masyarakat pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi terhadap stigma masyarakat dalam kategori negatif yaitu sebanyak 23 responden (43,9 %). Stigma dalam kategori negatif pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari aspek dukungan ODHA dari keluarga dimana sebagian besar responden menyatakan bahwa sebagian besar keluarga saya merasa ragu-ragu (43,9 %) menerima keadaan yang di alami dan memberikan motivasi untuk melakukan pengobatan kepada saya, selain itu baik tetangga maupun teman atau masyarakat sekitar tempat Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 4 tinggal saya juga tidak mau berjabat tangan dengan saya karena takut tertular dengan penyakit saya (51,2 %). Masyarakat juga masih banyak yang memandang penyakit yang saya alami adalah akibat kutukan yang saya terima dari Tuhan (26,8 %). Bebeeapa hal tersebut menunjukkan masih adanya persepsi yang salah yang menyebabkan adanya stigma negatif yang selalu disematkan kepada ODHA. Persepsi negatif masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS, berdasarkan stimulus yang mereka terima. Stimulus ini salah satunya adalah melalui informasi yang masyarakat terima tentang HIV/AIDS sehingga terbentuk stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian International Centre For Research on Women (IRCW) (2012), yang mengatakan orang dengan HIV/AIDS akan berhubungan dengan stigma dan diskriminasi dalam bentuk prasangka berlebihan, sikap yang negatif dan perlakuan salah secara langsung dari orang-orang sekitarnnya. Konsekuensi dari stigma dan diskriminasi, ODHA menjadi menarik diri dari lingkungan, Kelompok pertemanan, dan komunitas disekitarnya. Selain itu ODHA mengalami keterbatasan pelayanan kesehatan, pendidikan dan mengalami erosi perlindungan hak asasi manusia. Bentuk persepsi negatif yang terbentuk akibat adanya stigma masyarakat terhadap ODHA dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa bahwa masyarakat menghindar apabila saya dekati pada saat ada pertemuan atau acara-acara yang diadakan di lingkungan tempat tinggal saya (61,0 %) dan merasa dijauhi dan di asingkan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggal saya (39,0 %). Hal tersebut menurut asumsi peneliti menunjukkan bahwa responden merasa tertekan dan merasa ruang lingkup hidupnya terbatas karena adanya persepsi dan stigma yang negatif bagi mereka sehingga banyak manyarakat yang menjauhi dan mangasingkan mereka. Kesalahan persepsi dari masyarakat tentang resiko-resiko bagi kehidupan ODHA, berakibat ODHA termarjinal dari kehidupan bermasyarakat dan semakin terbatasnya layanan yang dibutuhkan bagi ODHA. 2.Interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS Berdasarkan hasil peneltiian dikEtahui bahwa sebagian besar responden mempunyai interaksi sosial dalam kategori kurang yaitu sebanyak 15 responden (36,6 %). Interaksi sosial dalam kategori kurang yang dialami oleh responden tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya adalah bentuk interaksi antara responden dengan sesama ODHA dimana dari hasil peneltian tersebut didapatkan data bahwa sebagian responden menyatakan bahwa mereka kadang-kadang (36,6 %) berkunjung ke teman sesama ODHA, tidak pernah (24,4 %) bertukar informasi dengan sesama ODHA baik yang di pusat rehabilitasi maupun diluar pusat rehabilitasi dan kadang-kadang ada teman sesama ODHA yang berkunjung untuk mengetahui keadaan kesehatan saya (46.9 %). Hal tersebut menunjukkan minimnya atau kurangnya interaksi yang dilakukan oleh ODHA terhadap sesama penderita ODHA itu sendiri. Kurangnya interaksi sesama penderita ODHA tersebut menurut asumsi peneliti dikarenakan kurangnya kepercayaan diri dan rusaknya konsep Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 5 diri responden akibat tingginya stigma negatif yang mereka terima selama ini sehingga menyebabkan mereka lebih tertutup dalam pergaulan dengan lingkungan sekitarnya dan hal tersebut terbawa serta berdampak pula terhadap pergaulan dan interkasi sosial mereka terhadap sesama ODHA. B. Analisa Bivariat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data responden yang memiliki persepsi negatif mempunyai interaksi sosial dalam kategori baik yaitu sebanyak 1 orang (4,30 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun responden tersebut mempunyai persepsi yang negatif dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya akan tetapi ia masih dan tetap mempunyai interaksi sosial yang baik terhadap lingkungan sekitarnya dan persepsi negatif yang melakat padanya tidak berpengaruh terhadap situasi dan kondisi psikologis responden. Interaksi yang baik yang ada pada responden ODHA dengan persepsi negatif tersebut dapat dilihat dari pola hubungan responden terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya dimana ia masih tetap aktif berhubungan dan berinteraksi dengan temannya dan lingkungan tempat tinggal responden tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan asumsi peneliti, adanya interaksi sosial dalam kategori baik pada responden dengan stigma negatif tersebut dikarenakan responden dalam penelitian ini berada dalam naungan KDS sehingga ia selalu berkumpul dan bergaul bersama dengan anggota ODHA lainnya yang mempunyai perasaan senasib, hal tersebut menjadikan responden mempunyai banyak teman untuk curhat dan menumpahkan semua persoalan yang ia alami kepada sesama ODHA di KDS tersebut. Adanya interaksi terhadap teman sesama ODHA dalam KDS menjadikan responden mempunyai kepercayaan dan konsep diri yang tinggi sehingga ia akan merasa bahwa ia tidak sendirian dalam menanggung beban penyakit yang sedang dideritanya, kepercayaan dan konsep diri yang tinggi tersebut akan berpengaruh terhadap interaksi sosial responden tehadap lingkungan dan teman-teman selain ODHA walaupun mungkin banyak persespi negatif yang melekat padanya akantetapi berbekal kepercayaan diri dan konsep diri yang baik pada responden menjadikan responden dapat bergaul dengan lingkungan tempat tinggal responden. Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan data 1 orang responden (5,60 %) dengan persepsi dan stigma positif akan tetapi mempunyai interaksi sosial dalam kategori kurang. Interaksi sosial dalam kategori kurang pada responden dengan stigma positif tersebut menurut asumsi peniliti dan hasil wawancara sekilas dengan responden diketahui bahwa responden tersebut merasa stress dengan kondisi yang sedang dialaminya saat ini. Stress yang dialami responden tersebut dikarenakan ia belum bisa menerima kenyataan bahwa ia bisa terkena penyakit yang mematikan tersebut. Dari hasil wawancara terhadap konselor di KDS diketahui bahwa responden yang merasa stress dan depresi tersebut terlihar selalu murung dan menyendiri serta tidak mau bergaul dengan teman-temannya sesama ODHA di KDS walaupun konselor di KDS tersebut selalu memberi motivasi dan dukungan penuh terhadap responden. Selain itu keluarga juga selalu memberi motivasi dan dukungan terhadap responden serta dapat menerima keadaan yang sedang dialami oleh responden saat ini. Berdasarkan hasil penelitian dan data Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 6 yang diperoleh dari konselor diketahui bahwa responden dengan interaksi sosial tersebut masih berusia sekitar 23 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Perempuan ODHA memiliki kompleksitas lebih tinggi, karena dapat hamil, memiliki anak, dan menyusui. Karena itu perempuan hamil dan menyusui membutuhkan program khusus untuk mencegah penularan saat hamil yaitu Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT). Perempuan lebih mudah tertular HIV karena budaya patriarki yang menempatkan perempuan berada dibawah laki-laki dan masih banyak terjadi di Indonesia sehingga perempuan tidak dapat menolak prilaku seks tidak aman dari pasanganya, selain itu hal ini juga menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang meningkatkan risiko terjadinya penularan HIV. Pendapatan perempuan pada umumnya lebih rendah dari laki-laki sehingga untuk membeli suplemen dan obatobatan tambahan untuk perawatan penyakitnya, perempuan mengalami kesulitan (UNAID, 2009). Dari hasil uji statistik menggunakan Uji chi square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,0001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi ODHA terhadap interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Persepsi ODHA terhadap stigma masyarakat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi dalam kategori negatif yaitu sebanyak 23 responden (43,9 %). 2. Interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang diketahui bahwa paling banyak responden dengan interaksi sosial dalam kategori kurang yaitu sebanyak 15 responden (36,6 %). 3. Ada hubungan persepsi ODHA terhadap interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,0001. B. Saran 1. Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Diharapkan penelitian ini sebagai wawasan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan PITC (provider-initiated testing and counseling). Konseling yang dilakukan tidak hanya berfokus pada ODHA, keluarga, fasilitas kesehatan, Lingkungan tempat tinggal ODHA dan masyarakat umum juga harus diberikan informasi dan edukasi yang benar sehingga tidak terjadi diskriminasi serta persepsi negatif terhadap ODHA. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaaat untuk menambah perkembangan ilmu keperawatan. 3. Bagi Penderita HIV/AIDS Diharapkan penelitian ini dapat memotivasi ODHA untuk berpersepsi Positif dan mampu menerima Stigma masyarakat yang ada serta terjadinya Interaksi Sosial yang positif pada ODHA untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2010. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 7 Bachtiar, Wardi. (2010). Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosdakarya Dep.Kes. RI. 2012, “ Buku Pedoman Penghapusan Stigma &Diskriminasi Bagi Pengelola Program, Petugas Layanan Kesehatan Dan Kader” Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung . Jakarta Departemen Kesehatan RI.(2009). Sehat dan positif untuk ODHA, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan. Depertemen Kesehatan RI.(2010). Modul pelatihan konseling dan tes sukarela HIV (Voluntary Caoucelling and testing =VCT) untuk konselor profesional panduan peserta. Jakarta : Direktorat Jendral Pegendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Effendy, M.M, Bowden.R.V, Jones.G.E (2010). Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori dan praktik edisi 5, Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. French, K., Angelina, B., & Damayanti, R. (2015). Sexual Health/Kesehatan Seksualitas. In: K. French (editor). HIV/AIDS (pp. 63-86). Jakarta: Bumi Medika. Hermawan, G. (2011). Perspektif Masa Depan Imunologi-Infeksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. . Hutapea. R 2007. AIDS & PMS dan Pemerkosaan, jakarta : Raja Gavindo Kementrian Kesehatan. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015. Kementrian Kesehatan RI .(2014). Pusat Data Dan Informasi kementrian kesehatan RI (Situasi dan analisis HIV/AIDS). Retrieved September, 2015 from :WWW.depkes.go.id/pustadin. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) .(2012). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milinium (MGDS) Di Indonesia 2011. Kemenkes RI. 2012 . Buku Pedoman Diskriminasi bagi Pengelola Program, Petugas Layanan Kesehatan dan Kader Koeswinarno. (2007). Kehidupan Beragama Waria Muslim Di Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Komisi Penanggulangan AIDS .(2015). Semarang penyumbang Angka HIV/AIDS terbesar se-Jawa Tengah .(Online).(WWW. Metrosemarang.com - 7 Desember 2014, diakses 2 oktober 2016). Komisi Penanggulangan AIDS Nasiona. (2009). ODHA dan akses pelayanan kesehatan dasar penelitian partisipasif : Jakarta : SAGE Publication. Notoatmodjo Soekidjo.(2010). Metodologi penelitian kesehatan. Ed.Rev. Jakarta: Rineka Cipta. Noviana, N .(2013).Kesehatan Reproduksi HIV – AIDS.Jakarta:Trans Info Media. Nursalam (2007). Asuhan kperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Rineka Cipta. Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 8 Patricia et.al. (2011). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik (Edisi 8), Volume dua. Jakarta: EGC. Price, A & Wilson .(2013). Patofisiologi konsep klinis proses – proses penyakit (Edisi 4), Volume satu. Jakarta: EGC. Ritzer, George. (2010). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers Robbins, P. S; 2010. Perilaku organisasi, Jakarta: Indeks Gramedia Rudianto, D; 2011. Pengaruh persepsi stigma kecintaan jenis kelamin dan bentuk fisik pada variasi reaksi pada stigma kecintaan, Depok: Fakultas psikologi UI Soedarto. (2010). Virologi Klinik: Membahas Penyakit-Penyakit Virus Termasuk AIDS, Flu Burung, Flu Babi dan SARS. Jakarta: CV. Sagung Seto Siregar, N. 2012 . Pengaruh Stigma Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Spiritia.Hidup Dengan HIV/AIDS. April .(2009); [Diakses pada tanggal 30 November 2015]. Simajuntak, 2011. Upaya mengatasi stigma masyarakat pada narapidana, Depok: Fakultas psikologi UI Sobur, A (2011). Psikologi Umum. CV Pustaka Setia : Bandung. Soekanto, S; 2008. Sosiologi suatu pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Soekanto, Soerjono. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sunaryo. 2010. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Tanto Chris et. Al .(2014). Kapita Selekta Kedokteran (Edisi ke 4). Jakarta:FKUI. UNAIDS. (2013). The impact of voluntary caounseling and testing : aglobal review of the benefit and challenges. diperoleh dari http://www.uniads.org tanggal 28 Oktober 2016. Widyarsono, S. (2013). Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). (Skripsi), repository.upi.edu. Widiyono.(2011).Penyakit Tropis (Epidemologi, penularan, pencegahan& pemberantasannya) (Edisi kedua) . Jakarta: Erlangga. Walgito, B .2010, Psikologi Umum. Yogyakarta:Andi WHO. (2012). World Health Organization HIV/AIDS. WHO. Widayatun, T. (2011). Ilmu Perilaku. Jakarta : Fajar Interpratama. Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA di KDS Bergas, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 9