Ning Ulfiyah | 31 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA

advertisement
Ning Ulfiyah | 31
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA
POKOK BAHASAN PANTUN DENGAN METODE JIGSAW
Oleh :
Ning Ulfiyah
SDN Mriyunan Sidayu Gresik
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia SDN Mriyunan Sidayu Gresik, untuk mengetahui pelaksanaan
metode jigsaw pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SDN Mriyunan
Sidayu Gresik dan untuk mengetahui dampak penggunaan strategi pembelajaran
dengan Metode Jigsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia pada pokok bahasan pantun di SDN Mriyunan Sidayu Gresik
Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SDN
Mriyunan Sidayu Gresik tahun pelajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa kelas IV
sebanyak 11 orang dan kelas V sebanyak 14 orang, jadi total sampel berjumlah 25
orang. Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan dengan fungsi utama sebagai alat untuk meningkatkan kualitas dan
efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan.Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.
Hasil penelitian ini sebagai berikut strategi pembelajaran dengan Metode
Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar Siswa kelas IV dan kelas V SDN
Mriyunan Sidayu Gresik. Peningkatan prestasi belajar siswa ini menunjukkan
bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh strategi belajar yang diberikan guru.
Motivasi belajar yang tinggi cenderung akan mempengaruhi prestasi belajar yang
tinggi pula. Bukti peningkatan prestasi belajar siswa dari kegiatan pembelajaran
dapat dijabarkan pada hasil kegiatan siklus 4 berdasarkan pada observasi yang
dilakukan pada siklus sebelumnya dan pada siklus 4 didapatkan temuan sebagai
berikut: Siswa sudah memahami dan siap dalam mempelajari materi yang
disampaikan oleh guru, sebagian besar siswa sudah berani menyampaikan
pendapat pada saat diskusi kelas berlangsung, kegiatan berjalan dengan baik,
suasana kelas lebih hidup, sehingga dalam proses pembelajaran terkesan
menyenangkan. Dan Metode Jigsaw adalah salah satu komponen Contekstual
Teaching and Learnig (CTL) Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata
pelajaran.
Kata Kunci : Prestasi Belajar, Bahasa Indonesia dan Metode Jigsaw
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakekatnya pembelajaran Bahasa
32 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Guru dituntut
mampu memotivasi siswa agar mereka dapat meningkatkan minat baca terhadap
karya sastra, karena dengan mempelajari sastra siswa diharapkan dapat menarik
berbagai manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus dapat
mengarahkan siswa memiliki karya sastra yang sesuai dengan minat dan
kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya dapat dilakukan salah satunya dengan
memberikan tugas untuk membuat karya sastra yaitu menulis sastra.
Keterampilan menulis sastra perlu ditanamkan kepada siswa di sekolah
dasar, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan sastra
dengan baik. Mengapresiasi sastra bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan
pemahaman, melainkan juga mempertajam kepekaan perasaan, penalaran, serta
kepekaan anak terhadap masalah kemanusiaan. Kemampuan tersebut ditentukan
oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajaran menulis satra. Selain
penerapan model, metode dan strategi yang tepat, juga yang sangat menentukan
adalah peranan guru dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
Salah satu model pembelajaran yang sekarang banyak dikembangkan di
beberapa sekolah, khususnya jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah model
pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning ). Pembelajaran ini menekankan
pada adanya aspek kooperatif atau kerja sama antara satu siswa dengan siswa yang
lain. Kerja sama yang dibangun dalam model pembelajaran kooperatif adalah
sistem kerja sama yang terstruktur dan terencana dengan baik.
Tantangan terhadap peningkatan mutu, kehidupan, dan emosi pendidikan
sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat,
berimplikasi secara nyata dalam program pendidik an dan kurikulum sekolah.
Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik jika programnya di
desain secara jelas dan aplikatif. dalam hubungan inilah para guru dituntut untuk
memiliki kemampuan mendesain programnya sekaligus menentukan strategi
instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki keterampilan
memilih dan menggunakan metode mengajar untuk diterapkan dalam system
pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu guru dipandang sebagai agen
modernisasi dalam segala bidang. Dimana usaha utama yang dapat dilakukan oleh
guru adalah malalui program pendidikan bagi para siswa. Dalam pencapaian
tujuan pendidikan disekolah tersebut, guru berperan penting dalam menggunakan
metode dan cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Untuk mencapai tujuan tersebut sangat didukung oleh strategi yang
digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu guru juga sebagai
pelaksana terdepan, harus dapat mengantisipasi perkembangan ini, dengan
memberikan materi pelajaran dengan strategi pengajaran yang diinginkan oleh
siswa. Sehingga materi yang dipelajari akan dapat diterima dengan baik oleh
siswa, dan guru dapat memberikan dengan baik pula.
Dilandasi latar belakang masalah yang demikian itulah, maka penulis
terdorong untuk mengadakan penelitian tindakan (action research) tentang strategi
pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dalam menyampaikan materi
pelajaran Bahasa Indonesia SDN Mriyunan Sidayu Gresik, dengan harapan
penggunaan metode Jigsaw ini dapat membentuk meningkatkan prestasi siswa
dalam belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
Ning Ulfiyah | 33
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia SDN Mriyunan
Sidayu Gresik ?
2. Bagaimana pelaksanaan metode jigsaw pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada SDN Mriyunan Sidayu Gresik ?
3. Bagaimanakah dampak penggunaan strategi pembelajaran dengan tehnik
Jigsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok
bahasan pantun di SDN Mriyunan Sidayu Gresik ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian tersebut, dapat dirumuskan beberapa
tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia SDN
Mriyunan Sidayu Gresik
2. Untuk mengetahui pelaksanaan metode jigsaw pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia pada SDN Mriyunan Sidayu Gresik
3. Untuk mengetahui dampak penggunaan strategi pembelajaran dengan metode
Jigsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok
bahasan pantun di SDN Mriyunan Sidayu Gresik
Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut, diharapkan dapat menghasilkan
temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan tehnik Jigsaw pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia SDN Mriyunan Sidayu Gresik. Disisi lain penelitian
ini bermanfaat bagi :
1. Bagi Peneliti
- Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kua litas
pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia SDN Mriyunan Sidayu Gresik
dengan strategi pembelajaran metode Jigsaw dan pada Sekolah Dasar pada
umumnya.
2. Bagi Sekolah
- Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum
sekolah dasar agar tidak terpaku dengan cara-cara konvensional yang mapan,
namun perlu disesuaikan dengan perubahan inovasi penyelenggara proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman.
- Sebagai sarana untuk mengetahui atau menemukan hambatan dan kelemahan
penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya memperbaiki dan
mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi, sehingga dapat
menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
34 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
TINJAUAN PUSTAKA
Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Rusyan (2009, hal 7) mengatakan bahwa belajar
memiliki dua pengertian. Yang pertama ‘’Belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman’’. Didalam rumusan tersebut
terkandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suati kegiatan dan
bukan hasil atau tujuan. Dimana belajar bukan hanya mengingat, melainkan lebih
luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasaan hasil
latihan, melainkan perubahan kelakuan
Sedangkan definisi belajar menurut Winkel (2004, hal 19) adalah : ‘’Belajar
adalah suatu aktifitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai-nilai sikap’’.
Selanjutnya Sukirin (2003, hal 27) berpendapat bahwa ‘’Learning in the
process by wich an activity oreginites or responding to a situation provided the
change can not be attributed to growth or the temporary state of the organisme as
in futique or under druges’’. Artinya ‘’Belajar adalah suatu proses kegiatan yang
menghasilkan aktivitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan
dimana perubahan itu tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh
perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kelelahan atau karena
obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya”.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah
laku. Perubahan ini diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan
dengan sendirinya.
Metode Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
2007). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Arends, 2007).
Metode Jigsaw merupakan salah satu dari strategi pembelajaran kooperatif
yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Menurut (Arends, 2007) pembelajaran
kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan sebagai
berikut :
- Kelompok terdiri atas anggota yang hiterogen
- Ada ketergantungan positif diantara anggota kelompok, karena masing-masing
individu memiliki rasa tanggung jawab
- Kepemimpinan dipegang bersama
- Guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi bila perlu
Ning Ulfiyah | 35
- Setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok.
- Dari kelima kekhususan tersebut, juga dimiliki oleh karakteristik dari
metode Jigsaw
Secara praktek, keberhasilan dan kegagalan belajar dapat dilihat dari nilai
yang diperoleh siswa. Ditinjau dari komponen-komponen penilaian, hampir
seluruhnya diambil dari factor kognitif siswa. Sebaliknya penerapan jigsaw
bertujuan tidak hanya melatih kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor.
Menurut Ibrahim (2000, hal 10) bahwa manfaat pembelajaran kooperatif termasuk
metode Jigsaw:
- Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
- Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
- Memperbaiki sikap terhadap Bahasa Indonesia
- Memperbaiki kehadiran
- Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
- Perilaku mengganggu lebih kecil
- Konflik antar pribadi berkurang
- Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Untuk mengukur kemajuan bealajar siswa tersebut, tampaknya pedoman
penilaian untuk rapor belum dapat mencakup semua aspek secara keseluruhan.
Satu-satunya peluang untuk memasukkan nilai kemajuan belajar siswa dari hasil
pengamatan metode Jigsaw adalah nilai tugas. Bila diperhatikan rumus-rumus tadi,
peranan nilai tugas sangat kecil, sehingga kemajuan-kemajuan belajar yang bukan
bersifat kognitif cenderung diabaikan pada penilaian rapor.
Strategi Pembelajaran
Menurut Hamalik (2002, hal 45) mengatakan bahwa strategi merancang
system pengajaran adalah suatu rencana untuk mengerjakan prosedur merancang
system secara efisien. Strategi dasar dalam perencanaan meliputi :
1. Menganalisa tuntutan system
2. Mendesain system
3. Mengevaluasi dampak system
Strategi merupakan suatu upaya, cara ataupun langkah-langkah pendekatan
untuk mencapai sesuatu tujuan secara optimal. Strategi pembelajaran tersebut
tercapai sesuai dengan pendekatan tujuan yang direncanakan.
Berdasarkan pada konteks penelitian ini strategi pembelajaran kontekstual,
diantaranya :
1. Pengajaran berbasis masalah
2. Pengajaran kooperatif
3. Pengajaran berbasis inquiri
4. Pengajaran berbasis tugas/proyek
5. Pengajaran berbasis kerja
6. Pengajaran berbasis jasa layanan. (Nurhadi & Senduk, 2002).
36 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian merupakan penelitian tindakan. Menurut Cohen dan manion (2008
; 28) penelitian tindakan memiliki lima kategori fungsi Yaitu :
1. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis
dalam situasi tertentu.
2. Sebagai alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang
bersangkutan dengan keterampilan, metode dan teknik mengajar yang baru
3. Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif
4. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru dilapangan dan
peneliti akademis
5. Sebagai alat untuk menyediakan pilihan yang lebih baik untuk mengantisipasi
pendekatan yang lebih subyektif
Jadi kalau di reduksi kelima fungsi diatas dapat disimpulkan fungsi
penelitian tindakan yang utama sebenarnya adalah sebagai alat untuk
meningkatkan kualitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek / subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini dilakukan pada siswa
SDN Mriyunan Sidayu Gresik tahun pelajaran 2015-2016, Tindakan yang
dilakukan adalah penerapan strategi pembelajaran dengan metode Jigsaw, pada
proses pembelajaran pelajaran Bahasa Indonesia.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah adalah siswa kelas IV dan
V SDN Mriyunan Sidayu Gresik tahun pelajaran 2015-2016. Jumlah siswa kelas
IV sebanyak 11 orang dan kelas V sebanyak 14 orang, jadi sampel berjumlah 25
orang. Alasan diambil sampel kelas IV dan V adalah dianggap siswa kelas IV
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti dengan valid. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dengan maksud tertentu sesuai kebutuhan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Zuriah (2003, hal 78) ada lima jenis instrument yang digunakan
dalam penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah peneli tian yang berorientasi
pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan
masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan
yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan
situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan ini di kalangan
pendidikan dapat diterap kan pada sebuah kelas sehingga sering disebut Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research), atau bila yang melakukan tindakan
adalah kepala sekolah atau pimpinan lain maka tetap saja disebut penelitian
tindakan. Diantaranya observasi, wawancara dan dokumentasi.
Ning Ulfiyah | 37
Teknik Analisis Data
tiga alur kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi satu kesatuan yang
tak dapat terpisahkan, yaitu : Reduksi data, Penyajian data, Penarikan kesimpulan
atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Pada teknik ini penelitian melakukan proses pemilahan, pemusatan
perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah
atau data kasar yang muncul dan catatan-catatan di lapangan. Laporan lapangan
sebagai bahan mentah direduksi, diringkas, ditonjolkan pokok-pokoknya dan
disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang
direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil
pengamatan, juga memberikan kemudahan bagi peneliti dalam mendapatkan
kembali data yang diperoleh jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi. Narasi semacam ini
dinamakan narasi eksposisi atau narasi teknis, karena sasaran yang ingin
dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang
dideskripsikan. Jadi, sasarannya sama dengan eksposisi, yaitu memperluas
pengetahuan orang. Narasi semacam ini dianggap sebagai suatu metode dalam
eksposisi, seperti halnya dengan metode klasifikasi, metode definisi, dan lain
sebagainya. Di samping narasi ekspositoris, terdapat juga narasi yang lain yang
disebut narasi sugeftif, sejajar dengan pembedaan antara deskripsi ekspositoris
dan deskripsi sugestif. Seperti halnya dengan deskripsi sugestif yang ingin
mencapai atau menciptakan sebuah kesan kepada para pembaca atau pendengar,
maka narasi sugestif juga ingin menciptakan kesan pada para pembaca atau
pendengar mengenai obyek narasi. Hal itu berarti, narasi sugestif berusaha
untuk memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat
terselubung kepada para pembaca atau pendengar. Tetapi pembedaan antara
narasi sugestif dan narasi ekspositoris di suatu pihak, dan perbandingannya
dengan deskripsi sugestif dan deskripsi ekspositoris di pihak lain, belum
memberi jawaban pada kita apa sebenarnya narasi itu. Bila deskripsi merupakan
suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu
obyek sehingga obyek itu seolah olah berada di depan mata kepalal pembaca,
maka narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada
sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Tetapi kalau narasi hanya
menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak
bahwa narasi sulit dibedakan dari deskripsi, karena suatu peristiwa atau suatu
proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Sebab
itu, mesti ada unsur lain yang harus diperhitungkan , yaitu unsur waktu. Dengan
demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau
tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak
lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh
dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu obyek
38 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam
suatu rangkaian waktu.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Pada Teknik ini peneliti berusaha agar dapat menggambarkan ke
representatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu subyek. Teknik analisis data
dalam penelitian ini, adalah analisis data kualitatif yang dilakukan dalam tiga
tahap, diantaranya :
- Analisis data pada saat melakukan refleksi pada setiap siklus penelitian
tindakan
- Analisis data terhadap hasil belajar atau prestasi belajar siswa dalam bentuk
kuantitatif
- Analisis data berupa prosentase hasil belajar atau prestasi belajar yang
diperoleh siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang menggunakan strategi pembelajaran Jigsaw.
Dalam kegiatan data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu, data
kualitatif dan kuatitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan
pada setiap siklus kegiatan, data kuantitatif berupa hasil belajar atau prestasi
belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi pembelajaran konsep. Dari
hasil belajar tersebut selanjutnya diprosentase ketercapaian hasil belajar dalam
proses pembelajaran tersebut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Mriyunan Sidayu Gresik. Dalam paparan
data hasil penelitian ini, peneliti akan menjabarkan kegiatan yang direncanakan
oleh peneliti dengan menjabarkan kegiatan persiklus yang dilaksanakan selama
penelitian berlangsung. Penjabarannya adalah sebagai berikut :
Siklus 1
Inti kegiatan pada siklus 1 adalah planning. Artinya perencanaan secara
umum kegiatan pembelajaran dengan cara menyampaikan materi-materi yang akan
dipelajari dalam proses belajar. Namun dalam kegiatan siklus ini sudah dilakukan
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru mata pelajaran
bahasa Indonesia. Berdasarkan observasi pada siklus 1 didapatkan temuan sebagai
berikut:
1. Siswa masih mengalami kebingungan dalam mempelajari materi yang
disampaikan oleh guru,
2. Siswa takut menyampaikan pendapat,
3. Kegiatan diskusi kurang berjalan, masih didominasi oleh siswa yang pandai.
Berdasarkan keaktifan dalam diskusi , menunjukkan bahwa situasi belajar di
kelas kurang menunjang keberhasilan belajar siswa. Sebab dari 20 siswa, diketahui
yang aktif dalam diskusi hanya 6 siswa dalam prosentase 24.00 %. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Ning Ulfiyah | 39
Tabel 1. Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas Siklus I
Kelompok
Jumlah
Siswa
5
Siswa Aktif
Prosentase
Presentase
Peningkatan
-
Kelompok 1
2
8.00 %
Kelas IV
Kelompok 1
7
1
4.00 %
Kelas V
Kelompok 2
6
1
4.00 %
Kelas IV
Kelompok 2
7
2
8.00 %
Kelas V
Jumlah semua
25
6
24.00 %
kelompok
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (diolah)
Siklus 2
Inti kegiatan pada siklus 2 ini adalah acting. Artinya pada proses
pembelajaran ini sudah mendalam pada kegiatan proses belajar mengajar dengan
teknik Jigsaw. Secara umum kegiatan pembelajaran dengan cara menyampaikan
materi-materi yang akan dipelajari dalam proses belajar. Kegiatan pada siklus 2
merefleksi pada kegiatan siklus 1 yang sudah melakukan proses belajar mengajar
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan pada observasi pada siklus 2 didapatkan temuan sebagai
berikut:
- Sebagian siswa sudah ada peningkatan dalam memahami isi materi yang
disampaikan oleh guru dibandingkan dengan kegiatan pada siklus I
- Beberapa siswa mulai berani menyampaikan pendapat dan tidak lagi
didominasi oleh anak yang pandai
- Kegiatan diskusi dapat berjalan lebih baik dibandingkan dengan kegiatan pada
siklus 1, masih didominasi oleh siswa yang pandai.
Tabel 2. Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas Siklus II
Kelompok
Jumlah
Siswa
Prosentase
Presentase
Siswa
Aktif
Peningkatan
Kelompok 1
5
2
8.00 %
0.00 %
Kelas IV
Kelompok 1
7
2
8.00 %
4.00 %
Kelas V
Kelompok 2
6
2
8.00 %
4.00 %
Kelas IV
Kelompok 2
7
2
8.00 %
0.00 %
Kelas V
Jumlah semua
25
8
32.00%
8.00%
kelompok
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (diolah)
Berdasarkan tabel keaktifan dalam diskusi tersebut, menunjukkan bahwa
situasi belajar dikelas sedikit ada peningkatan keaktifan dibanding kan dengan
40 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
kegiatan pada siklus 1. kondisi demikian diharapkan akan menunjang keberhasilan
belajar siswa. Dari 25 siswa yang diketahui aktif dalam diskusi ada 8 siswa dengan
prosentase 32%.
Hal ini menunjukkan antara kegiatan siklus 1 dan kegiatan siklus 2, ada
peningkatan 2 siswa yang aktif dengan prosentase 8%.
Siklus 3
Inti kegiatan pada siklus 3 adalah observating. Artinya dalam kegiatan pada
siklus ke 3 ini adalah melakukan serangkaian proses belajar mengajar dengan cara
mengobservasi dan mencatat hasil refleksi dari kegiatan pada siklus sebelumnya.
Berdasarkan pada kegiatan observating siklus 3 tersebut, peneliti melakukan
refleksi dari hasil kegiatan tersebut dan didapatkan temuan sebagai berikut:
- Siswa sudah mengalami kemajuan yang baik dalam menerima dan menang kap
materi yang disampaikan oleh guru.
- Banyak siswa yang sudah berani menyampaikan pendapat ketika diskusi
kelas berlangsung
- Kegiatan diskusi berjalan dengan baik dan menyampaikan pendapat tidak lagi
didominasi oleh siswa yang pandai, mereka yang mempunyai kemampuan
sedang pun berani menyampaikan pendapatnya. Hal ini
didorong oleh
motivasi guru pada kegiatan siklus 3 ini, dari hasil pengalaman hasil refleksi
pada siklus sebelumnya
Tabel 3. Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas Siklus III
Kelompok
Jumlah
Siswa
Prosentase
Presentase
Siswa
Aktif
Peningkatan
Kelompok 1
5
3
12.00%
4.00%
Kelas IV
Kelompok 1
7
3
12.00%
4.00%
Kelas V
Kelompok 2
6
3
12.00%
4.00%
Kelas IV
Kelompok 2
7
4
16.00%
8.00%
Kelas V
Jumlah semua
25
12
52%
20%
kelompok
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (diolah)
Berdasarkan tabel keaktifan dalam diskusi tersebut, menunjukkan bahwa
situasi belajar mengalami peningkatan keaktifan dibandingkan dengan kegiatan
pada siklus 1 dan siklus 2. kondisi demikian diharapkan akan menunjang
keberhasilan belajar siswa. Dari 25 siswa, yang diketahui aktif dalam diskusi ada
12 anak dengan prosentase 52% . hal ini menunjukkan antara kegiatan siklus
sebelumnya dengan siklus 3 ada peningkatan 4 siswa yang aktif dengan
prosentase 20 %.
Siklus 4
Inti kegiatan pada siklus 4 adalah reflecting. Artinya dalam kegiatan siklus 4
ini materi-materi yang akan dipelajari dalam proses belajar, sudah direfleksi
berdasarkan kegiatan siklus sebelumnya. Kegiatan pada siklus 4 ini tetap
Ning Ulfiyah | 41
melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti sebagai guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan pada observasi yang dilakukan pada siklus sebelumnya dan
pada siklus 4 didapatkan temuan sebagai berikut :
1. Siswa sudah memahami dan siap dalam mempelajari materi yang disampaikan
oleh guru,
2. Sebagian besar dari siswa sudah berani menyampaikan pendapat pada saat
diskusi kelas berlangsung, dan
3. Kegiatan berjalan dengan baik, suasana kelas lebih hidup, sehingga dalam
proses pembeljaran terkesan menyenangkan.
Tabel 4. Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas Siklus IV
Kelompok
Jumlah
Siswa
Prosentase
Presentase
Siswa
Aktif
Peningkatan
Kelompok 1
5
4
16.00%
4.00%
Kelas IV
Kelompok 1
7
6
24.00%
12.00%
Kelas V
Kelompok 2
6
5
20.00%
8.00%
Kelas IV
Kelompok 2
7
5
20.00%
8.00%
Kelas V
Jumlah semua
25
20
80%
32.00%
kelompok
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (diolah)
Berdasarkan tabel keaktifan dalam diskusi tersebut, menunjukkan bahwa
situasi belajar mengalami peningkatan keaktifan yang signifikan dibandingkan
dengan kegiatan pada siklus sebelumnya. Kondisi demi kian diharapkan akan
menunjang keberhasilan belajar siswa dalam me ningkatkan motivasi dan prestasi
siswa dalam belajar. Dari 25 siswa, yang diketahui aktif dalam diskusi ada 20 anak
dengan prosentase 80.00% hal ini menunjukkan antara kegiatan siklus sebelumnya
dengan siklus 4 ada peningkatan 8 siswa yang aktif dengan prosentase 32.00 %.
Pembahasan
Berdasarkan pada (planning, acting, observating, dan reflection) yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan siklus 1,2,3, dan siklus 4 tersebut secara rinci
dapat didistribusikan frekuensi prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri
Karangsari III Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang :
Tabel 5. Frekwensi Data
No
Interval Kelas
Frekwensi
Frekwensi %
Kategori
1
9,01 – 100
4
16.00%
Sangat tinggi
2
8,01 – 9,00
13
52.00%
Tinggi
3
7,01 – 8,00
7
28.00%
Cukup tinggi
4
6,01 – 7,00
1
4.00%
Sedang
5
5,01 – 6,00
0
0%
Cukup rendah
Total
25
100%
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (diolah)
42 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Dari frekwensi data tersebut diketahui nilai terendah interval adalah 6,017,00 dengan frekuensi 1 siswa (4.00 %) dan nilai tertinggi interval 9,01-10,00
dengan frekuensi 4 siswa (16.00 %). Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai
diatas rata-rata (tergolong nilai tinggi) adalah nilai 8,01-9,00 dengan frekuensi 13
siswa (52.00 %). Dan tergolong nilai cukup rendah (kurang) tidak diperoleh oleh
siswa.
Dari prosentase hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa dengan strategi pembelajaran dengan metode Jigsaw menunjukkan
peningkatan hasil yang positif. Hal ini membuktikan bahwa dengan strategi ini,
motivasi belajar siswa bisa didapatkan dengan baik sehingga mempengaruhi hasil
belajar yang didapatkan. Dengan hasil 16% tergolong nilai sangat tinggi 52%,
nilai tinggi 28%, cukup tinggi 4% sedang dan 0% siswa dengan nilai yang cukup
rendah (kurang).
Peningkatan prestasi belajar siswa ini menunjukkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh strategi belajar yang diberikan guru. Bagaimana guru dapat
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, maka strategi yang cocok
harus diterapkan oleh guru tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar dapat baik bila, strategi yang diberikan oleh guru belajarnya juga baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan berbagai
kesimpulan, diantaranya :
1. Strategi pembelajaran dengan metode Jigsaw dapat meningkatkan prestasi
belajar Siswa kelas IV dan kelas V Sekolah Dasar Negeri Karangsari III
Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Peningkatan prestasi belajar siswa
ini menunjukkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh strategi belajar yang
diberikan guru. Motivasi belajar yang tinggi cenderung akan mempengaruhi
prestasi belajar yang tinggi pula.
2. Bukti peningkatan prestasi belajar siswa dari kegiatan pembelajaran dapat
dijabarkan pada hasil kegiatan siklus 4 berdasarkan pada observasi yang
dilakukan pada siklus sebelumnya dan pada siklus 4 didapatkan temuan sebagai
berikut :
- Siswa sudah memahami dan siap dalam mempelajari materi yang
disampaikan oleh guru.
- Sebagian besar siswa sudah berani menyampaikan pendapat pada saat
diskusi kelas berlangsung.
- Kegiatan berjalan dengan baik, suasana kelas lebih hidup, sehingga dalam
proses pembelajaran terkesan menyenangkan.
3. Metode Jigsaw adalah salah satu komponen Contekstual Teaching and Learnig
(CTL). Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat dirumuskan saran-saran
sebagai berikut :
Ning Ulfiyah | 43
1. Kepada guru sekolah dasar agar mempertimbangkan pemberian materi
pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan
barbagai macam strategi. Salah satunya adalah strategi pembelajaran yang
digunakan adalah metode Jigsaw.
2. Hendaknya guru selalu mempunyai kreativitas dalam menggunakan Strategi
belajar yang diberikan kepada siswa.
3. Penggunaan metode Jigsaw dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil
prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M & Totok Bintoro. 2000. Memahami dan Menangani Siswa
dengan Problem dalam Belajar : Pedoman Guru. Jakarta : proyek
Peningkatakan Mutu SLTP. Direktorat Pendidikan Menengah Umum,
Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional
Anonim. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis Program Pascasarjan a
Magister Ilmu Pendidikan Universitas Dr. Soetomo.
Arends R.I., 2007, Classroom Instructional and Management. New York :
Mc.Graw Hill.
Cohen, L & Manion, L., 2008. Research Methods in Education. London &
Canberra: Croom Helm
E.Badawi.2007.Modern
Written
Arabic
Conprehansive
Grammer.
London.Routledge
Hamalik, O, 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Ibrahim.Abi dan Nur.Aus.2000.Duruusu Fi Ilmi Assharfi.Riyad:Maktabah Rusyid
Moleong, L, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi & senduk, G.A. 2002 : Pembelajaran Kontektual dan Penerapannya
dalam KBK, Malang : Universitas Negeri Malang.
Rusyan, Tabrani, 2009. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Rumadya
Karya Offset Bandung.
Sukirin. 2003. Psikologi Belajar. Yogyakarta: FP IKIP Yogakarta.
Winkel. W., 2004, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta.
Zuriah, N. 2003 Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi
Pertama, Malang : Bayu Media Publishing
Download