Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Efektivitas Pemberian Probiotik Pada Pakan Floating terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) Muhamad Sapriansyah, Syahril Bardin, Jailani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) dan untuk mengetahui kadar pemberian probotik yang paling baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang). Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan pakan dan enam pengulangan. Perlakuan pemberian dosis probiotik pada pakan adalah 1) P0 kontrol dengan tidak menambahkan probiotik; 2) P1 sebanyak 5 ml; 3) P2 sebanyak 10 ml; 3) P3 sebanyak 15 ml. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji BNT 5% dan 1%. Hasil analisis data panjang tubuh ikan hari ke 40 menunjukan Fhitung (33.87) > Ftabel (3.10) dengan taraf signifikansi 5%. Ada Pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating pada panjang tubuh ikan lele. Hasil analisis data berat tubuh ikan hari ke 40 menunjukan Fhitung (14.8) > Ftabel (3.10) dengan taraf signifikansi 5%. Ada Pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating pada berat tubuh ikan lele. Hasil analisis data kelangsungan hidup menunjukan Fhitung (0.42) > Ftabel (3.10) dengan taraf signifikansi 5%. Tidak ada Pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating pada kelangsungan hidup ikan lele. Disimpulkan bahwa pemberian probiotik pada pakan floating memberikan Pengaruh terhadap pertumbuhan panjang tubuh dan berat ikan lele sangkuriang namun tidak memberikan Pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang. Dari hasil uji lanjutan BNT 5% dan 1% diperoleh hasil pemberian probiotik dengan dosis 10 ml merupakan perlakuan terbaik pada perlakuan ini. Kata kunci: probiotik, pakan floating, lele sangkuriang PENDAHULUAN Lele Sangkuriang sebagai komoditas perikanan dengan nilai ekonomis tinggi belum banyak yang dibudidayakan secara benar sehingga banyak sekali hal yang harus diteliti dalam kaitannya dengan teknik budidaya agar kegiatan budidaya yang dilakukan dapat berhasil. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan adanya penelitian untuk mengantisipasi faktor-faktor kegagalan produksi terutama terhadap manajemen pakan dan penanggulangan penyakit (Supriyanto, 2010). Pemberian pakan buatan dalam budidaya ikan secara intensif merupakan hal yang mutlak dibutuhkan karena mampu menunjang pertumbuhan Ikan secara optimal. Namun, penggunaan pakan buatan atau pelet cenderung memakan biaya yang relatif tinggi. Pertumbuhan sangat tergantung dengan kandungan protein dalam pakan, namun ikan tidak hanya memanfaatkan protein untuk pertumbuhan tetapi juga sebagai sumber energi. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan penambahan prebiotik pada pakan komersial (Hadijah Ida et al, 2015). Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang menguntungkan inang yang secara selektif merangsang pertumbuhan atau aktivitas satu atau sejumlah bakteri dalam usus besar (Ringø et al, 2010). Menurut Putra (2010) dan Putra et al. (2015) melaporkan bahwa penambahan prebiotik dalam pakan telah “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 374 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 meningkatkan jumlah populasi bakteri dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga diduga menyebabkan aktivitas enzim dalam pencernaan dan kecernaan pakan meningkat. Penggunaan probiotik menjadi solusi internal untuk menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal, mengurangi biaya produksi dan pada akhirnya dapat mengurangi beban lingkungan karena akumulasi limbah diperairan (Iribarren et al, 2012). Penanggulangan penyakit bakterial pada ikan biasanya dilakukan dengan pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik secara terus menerus dapat berakibat terjadinya resistensi bakteri terhadap jenis antibiotik tersebut. Aplikasi penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang diberikan pada pakan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan tersebut. Penelitian tentang probiotik telah banyak dilakukan untuk peningkatan produksi akuakultur sebagai suplemen makanan, peningkatan resistensi terhadap penyakit, serta peningkatan kinerja pertumbuhan (Nayak 2010). Probiotik juga mampu berperan sebagai imunostimulan, meningkatkan rasio konversi pakan, mempunyai daya hambat pertumbuhan bakteri patogen, menghasilkan antibiotik, serta peningkatan kualitas air (Watson et al, 2008). Penggunaan bahan obat–obatan, antibiotik atau bahan kimia lain yang banyak diaplikasikan dalam produksi perikanan untuk mengantisipasi serangan penyakit, mulai dikurangi mengingat bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan residu pada ikan. Upaya pencegahan penyakit dan usaha untuk meningkatkan kelangsungan hidup hewan budidaya tersebut, saat ini mulai digunakan probiotik dalam usaha pembenihan ikan, Crustacea dan kerang-kerangan. Probiotik itu sendiri adalah makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan (Irianto,2007). Menurut Irianto (2007), pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan, berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik. Pemberian probiotik pada pelet dengan cara disemprotkan dapat menimbulkan terjadinya fermentasi pada pelet dan meningkatkan kecepatan pencernaan. Selanjutnya akan meningkatkan konversi pakan ikan, peternak dapat memproduksi lele ukuran layak jual dalam waktu lebih singkat (60-70 hari), sehingga dapat menekan biaya produksi. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian true eksperimen yaitu penelitian yang menghubungkan antara variabel penggunaan probiotik dengan variabel pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang). Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan bulan mei 2016 di bak “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 375 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 kolam ikan yang berada di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Malinau Desa Malinau Seberang. Rancangan penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan termasuk kontrol dan 6 pengulangan.Hasil pengukuran dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) satu arah, apabila hasil analisis varians satu arah menunjukan perbedaan nyata maka maka di lanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Trans - Kaltim Nomor 36 RT. III Desa Malinau Seberang Kecamatan Malinau Utara Kabupaten Malinau. Sampel yang digunakan yaitu 120 ekor ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) dengan kriteria panjang tubuh 3 cm dan berat tubuh 0,3 gram. Hal ini dilakukan untuk mengkondisikan agar sampel digunakan bersifat homogen. Tiap 5 ekor sampel nantinya akan di tempatkan pada bak plastik khusus yang telah dipersiapkan. Dalam penelitian ini ada empat perlakuan penggunaan dosis probiotik dengan masing - masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali. Empat perlakuan penggunaan dosis probiotik yang diberikan pada sampel yaitu Po kontrol dengan tidak menggunakan probiotik pada pakan, P1 dengan penggunaan dosis probiotik sebanyak 5 ml pada pakan, P2 dengan penggunaan dosis probiotik sebanyak 10 ml pada pakan, P3 dengan penggunaan dosis probiotik sebanyak 15 ml pada pakan, pakan floating yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pelet merek FF-999. Kandungan nutrisi yang tertera pada pelet ikan merek FF-999 yaitu terdapat kandungan protein kasar sebanyak 40 %, lemak kasar sebesar 6 %, serat kasar sebesar 3 %, kadar abu kasar sebesar 13 % dan kadar air sebesar 12 %. Sebelum masuk ke dalam tahap pemeliharaan ikan, terlebih dahulu masuk ke tahap persiapan. Persiapan dilakukan termasuk di dalamnya persiapan bak, persiapan sampel, dan persiapan pakan. Persiapan bak dimulai pada tanggal 20 april 2016 yang dilakuakan selama 7 hari mulai dari persiapan alat dan bahan, pembuatan kerangka bak, pemasangan sekat bak, pemasangan plastik drum sebagai tempat pemeliharaan dan penguapan senyawa - senyawa kimia yang terdapat pada air PDAM yang digunakan sebagai media pemeliharaan ikan. Setelah itu masuk ke tahap persiapan sampel. Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) yang berusia 20 hari yang diambil dari kolam pembenihan ikan lele sangkuriang milik bapak Sulaiman di Jalan Trans Kaltim Desa Malinau Seberang Kecamatan Malinau Utara, kemudian benih yang sudah diambil di sortir agar mendapatkan ukuran dan berat yang sesuai dengan kriteria sampel, setelah di dapat 120 ekor ikan lele sangkuriang yang memenuhi kriteria sampel, lalu setiap 5 ekor sampel di tempatkan pada bak pemeliharaan yang telah di persiapkan sebelumnya. Sampel di aklimatasi dalam kolam penelitian selama 3 jam. Aklimatasi adalah proses adaptasi ikan terhadap lingkungan pemeliharaan yang baru maupun perubahan lingkungan. Aklamatasi merupakan proses adaptasi yang harus dilakukan oleh semua makhluk hidup. Proses aklimatasi minimal sekitar 30 menit tergantung dari jenis ikannya, semakin lama proses aklimatasi maka semakin baik proses adaptasi ikan. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 376 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan pada hari terakhir penelitian, untuk mengetahui rata - rata pertumbuhan selama 40 hari. Data pengamatan meliputi panjang tubuh, berat tubuh dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang). Hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian, khususnya pada panjang tubuh ikan diakhir penelitian menunjukan bahwa pemberian pakan floating yang ditambahkan probiotik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan panjang ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang). Perbeadan masing – masing perlakuan selama 40 hari pengamatan dapat digambarkan pada grafik berikut. Pertumbuhan Panjang Tubuh Ikan Lele Sangkuriang Gambar 3. Grafik Pertumbuhan panjang Tubuh Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Selama 40 Hari Pengamatan. Analisis data pada hari terakhir penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating terhadap panjang tubuh ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus). Jika dilihat berdasarkan rata - rata pertumbuhan pada masing masing perlakuan pakannya, bahwa ada peningkatan panjang ikan yang pada awal pemeliharaan berukuran 3 cm. Setelah 40 hari pemeliharaan rata - rata ikan mengalami pertumbuhan sebesar 8.03 cm . Dengan rata - rata setiap perlakuan 7.03 cm (P0), 7.75 cm (P1), 9.23 cm (P2) dan 8.10 cm (P3). Jika dibandingkan antara tingkat pertumbuhan kontrol (P0) dengan perlakuan 3 (P2) maka ikan lele pada kedua perlakuan ini sudah terlihat perbedaanya. Yaitu ikan lele sangkuriang dengan perlakuan 3 (P2) lebih panjang 2.2 cm dibandingkan dengan ikan lele sangkuriang kontrol (P0). Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) juga menunjukan bahwa perlakuan 3 (P2) lebih baik dibandingkan dengan (P0), (P1) dan (P3). Terjadinya variasi pertumbuhan panjang ikan ini keungkinan disebabkan adanya pemberian dosis yang berbeda - beda pada setiap perlakuan sehingga mempengaruhi keseimbangan mikroorganisme yang ada dalam saluran pencernaan, pada perlakuan kontrol P0 dengan tidak adanya penambahan probiotik menjadi perlakuan dengan pertumbuhan panjang tubuh terendah karena tidak adanya bantuan dari mikroorganisme probiotik untuk mengurai senyawa - senyawa yang kompleks “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 377 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 pada pakan menjadi senyawa yang sederhana sehingga mudah diserap oleh sistem pencernaan ikan. Pada perlakuan satu P1 pertumbuhan ikan telah mengalami peningkatan dengan adanya pemberian probiotik namun perlakuan satu P1 bukanlah perlakuan terbaik, hal ini kemungkinan disebabkan ole masih kurangnya jumlah mikroorganisme probiotik didalam sistem pencernaan ikan. Pada perlakuan dua P2 adalah perlakuan denga penambahan probiotik terabaik dalam penelitian ini, hal ini kemungkinan disebabka oleh seimbangnya mikroorganisme didalam saluran pencernaan sehingga mampu mengoptimalkan penguraian senyawa senyawa kompleks menjadi senyawa - senyawa sederhana pada pakan sehingga pertumbuhan panjang ikan menjadi optimal. Pada perlakuan tiga P3 juga lebih baik dari perlakuan kontrol P0 namun tidak sebaik perlakuan dua P2, hal ini kemungkinan dsebabkan terlal banyaknya mikroorganisme dalam sistem pencernaan ikan sehingga terjadi persaingan untuk hidup mikroorganisme tersebut sehingga kurang membantu mengoptimalkan penguraian senyawa kompleks untuk pertumbuhan ikan. Probiotik itu sendiri adalah makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan (Irianto, 2007). Untuk membantu pemanfaatan protein yang terkandun dalam pakan dibutuhkan mikroorganisme proteolitik yang dapat memecah protein menjadi polipeptida, oligopeptida dan asam amino yang bisa langsung dimanfaatkan oleh tubuh ikan untuk membantu pertumbuhannya (Yusuf, 2012). Menurut Maishela (2013), Fotoperiode sangat berpengaruh terhadap pertambahan panjang ikan lele, semakin lama waktu gelap, maka pertumbuhan semakin baik. Hal ini disebabkan karena ikan lele termasuk hewan yang aktif malam hari, sehingga ikan lele akan lebih aktif mencari asupan pakan. Peningkatan asupan pakan akan memacu pertumbahan panjang ikan. Pertumbuhan Berat tubuh Ikan Lele Sangkuriang Gambar 4. Grafik pertumbuhan Berat Tubuh Ikan Lele Sangkuriang (Clarias 40 Hari Pengamatan. gariepinus) Selama Analisis data pada hari terakhir penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating terhadap berat tubuh ikan lele sangkuriang “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 378 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang). Jika dilihat berdasarkan rata - rata pertumbuhan pada masing - masing perlakuan pakannya, bahwa ada peningkatan berat tubuh ikan yang pada awal pemeliharaan memiliki berat 0.3 gram. Setelah 40 hari pemeliharaan rata - rata ikan mengalami pertumbuhan sebesar 9.42 gram . Dengan rata - rata setiap perlakuan 7.33 gram (P0), 8.60 gram (P1), 12.38 gram (P2) dan 9.35 gram (P3). Jika dibandingkan antara tingkat pertumbuhan kontrol (P0) dengan perlakuan 3 (P2) maka ikan lele pada kedua perlakuan ini sudah terlihat perbedaanya. Yaitu ikan lele sangkuriang dengan perlakuan 3 (P2) lebih berat 5.05 gram dibandingkan dengan ikan lele sangkuriang kontrol (P0). Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) juga menunjukan bahwa perlakuan 3 (P2) lebih baik dibandingkan dengan (P0), (P1) dan (P3). Dalam hal kemampuan mengubah pakan menjadi daging ikan lele sangkuriang terbilang efesien, apalagi dengan adanya penambahan probiotik dengan dosis yang tepat. Dapat dilihat pada perlakuan dua P2 pertumbuhan berat ikan menjadi perlakuan terbaik dalam penelitian ini, terjadinya variasi pertumbuhan berat tubuh kemungkinan juga sama dengan pertumbuhan panjang tubuh yang dipengaruhi keseimbangan mikroorganisme yang ada dalam sistem pencernaan. Karbohidrat merupakan senyawa salah satu senyawa yang dapat digunakan untuk menambah daging ikan sehigga sehingga bmempengaruhi berat tubuh. Menurut Arsansyah (2007), pada umumnya ikan kurang mampu memanfaatkan karbohidrat. Ikan yang bersifat karnivora dapat memanfaatkan karbohidrat optimum 1020 % dan omnivora pada 30-40 % dalam pakan. Oleh karena itu dengan adanya penambahan bahan yang dapat membantu menguraikan karbohidrat dalam pakan. Selain Trichoderma sp., Penicillium sp. Juga bisa menguraikan selulosa alam serat kasar pakan menjadi glukosa sehingga bisa lansung diserap oleh tubuh (Nuraini, 2006). Ragi yang dicampurkan dalam pakan juga dapat membantu menimbulkan aroma yang membuat nafsu makan ikan meningkat (Ahmadi, 2012). Selain dipngaruhi nutrisi pakan, pertumbuhan juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu genetik, kelamin dan lingkungan (Widiastuti, 2009). Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang Gambar 5. Grafik Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) selama 40 hari pengamatan. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 379 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) pada hari terakhir penelitian setelah dianalisis dengan ANOVA menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata antara kontrol dengan perlakuan pakan floating yang diberikan probiotik terhadap kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus), hasil akhir rata - rata jumlah ikan yang masih hidup antara kontrol (P0) dan perlakuan 4 (P3) adalah sebanding yakni 90%. Sementara perlakuan 2 (P1) sebanding dengan perlakuan 3 (P2) yakni 93.33%. Artinya, pada perlakuan yang pakan floating yang diberikan probiotik sama baiknya dengan perlakuan pakan floating yang tidak diberikan probiotik atau kontrol. Hal ini diduga karena penambahan probiotik pada pelet tidak mengganggu kelulushidupan lele Sangkuriang. Menurut Fuller (1992) dalam Nizar (2006) mikroba probiotik merupakan mikroba yang aman dan relatif menguntungkan dalam saluran pencernaan. Mikroba ini menghasilkan zat yang tidak berbahaya bagi kultivasi tetapi justru menghancurkan mikroba patogen pengganggu sistem pencernaan. Kematian benih lele Sangkuriang selama penelitian diduga karena sejak awal perlakuan benih tersebut sudah sakit. Pada pakan yang memiliki kandungan protein yang tinggi, akan mampu menaikkan pertumbuhan berat badan ikan selama pemeliharaan. Daya cerna protein pada ikan umumnya sangat tinggi, artinya protein tersebut merupakan sumber energi yang utama. Disamping digunakan sebagai sumber energi, protein juga diperlukan untuk pembentukan sel - sel baru dalam proses pertumbuhan. Dalam bidang perikanan, penggunaan protein untuk pertumbuhan ini mempunyai arti yang sangat strategis. Hal itu dikarenakan protein sangat berhubungan dengan penambahan berat (Mudjiman, 2008). Terjaminnya pertumbuhan ikan akan terjadi jika unsur - unsur nutrisi atau gizi diserap untuk dimanfaatkan sebagai pembangun jaringan setelah pakan diperoses dalam tubuh ikan. Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan, jenis pakannya, serta kondisi lingkungan hidupnya. Jika pakan yang diberikan berkualitas baik, dalam jumlanya mencukupi dan kondisi lingkungan yang mendukung, dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi sesuai dengan harapan. Sebaliknya, jika pakan yang diberikan berkualitas jelek bahkan tidak mencukupi ditambah dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat. Manfaat pakan untuk ikan, pertama digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti alat - alat tubuh yang rusak. Setelah itu nutrisi yang tersisa dalam tubuh dipergunakan untuk pertumbuhan. Suatu pakan minimal harus mengandung protein, karbohidrat, lemak. Karena ketiga zat ini masing - masing akan diubah menjadi energi yang sangat di perlukan tubuh ikan agar dapat melakukan aktifitas - aktifitasnya. Tetapi ikan cenderung memilih protein sebagai energi utama. Komposisi pakan yang digunakan dapat diperhitungkan berdasarkan kadar protein dan nilai gizinya. Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh pakan dalam jumlah yang cukup dan gizi yang seimbang. Kandungan gizi dari suatu komposisi pakan yang tidak seimbang dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Jumlah pakan dan komposisi gizi yang dibutuhkn oleh seekor ikan berbeda - beda dan selalu berubah - ubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi jenis ikan, umur ikan dan ketersediaan makanan (mudjiman, 2008). “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 380 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Salah satu upaya untuk meningkatkan fungsi fisiologis ikan, terutama kemampuannya dalam mencerna pakan, adalah dengan menambahkan probiotik dalam pakan, dengan harapan probiotik tersebut dapat terbawa ke dalam saluran pencernaan. Menurut Dhingra (1993) dan Jankauskine (2002) menyatakan bahwa probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Bacillus sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang diyakini mampu untuk mengkatkan daya cerna ikan. Menurut Irianto (2007), pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan, berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik. Pemberian probiotik pada pelet dengan cara disemprotkan dapat menimbulkan terjadinya fermentasi pada pelet dan meningkatkan kecepatan pencernaan. Selanjutnya akan meningkatkan konversi pakan ikan, peternak dapat memproduksi lele ukuran layak jual dalam waktu lebih singkat 60-70 hari, sehingga dapat menekan biaya produksi. Menurut Irianto (2007) menyatakan upaya pencegahan penyakit dan usaha untuk meningkatkan kelangsungan hidup hewan budidaya tersebut, saat ini mulai digunakan probiotik dalam usaha pembenihan ikan, Crustacea dan kerang-kerangan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang), maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating terhadap pertumbuhan panjang tubuh dan berat ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang). Namun, tidak ada pengaruh pemberian probiotik pada pakan floating terhadap kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang). Pemberian probiotik pada pakan floating terhadap pertumbuhan berat dan panjang tubuh ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) dengan dosis 10 ml adalah kadar pakan yang paling baik dalam penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi. H. Iskandar, N. Kurniawati. 2012. Pemberian Probiotik dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Pendederan II. Jurnal PIK 3(4): 99-107 Arifin, zaenal. 2003. Budidaya Lele. Semarang: Effhar. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 381 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Arsyansyah,H.I. Mokoginta, D. Jusadi. 2007. Kinerja Pertumbuhan Juvenil Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) yang Diberi Pakan dengan Kandungan Koromium Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia 6 (2) :171-176. Badan Pusat Statistik. 2007. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Provinsi dan Subsektor. FPIK. Bogor. Dhingra, M.M. 1993. Probiotic in Poultry Diet Livestock Production and Management. Sania Enterprises Indore 452001, India. Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor Fuller, R. 1989. Probiotics In Man and Animals. J. Appl. Bacteriol. 66: 365-378. Hadijah, I. Mustahal dan Putra, N.A. 2015. Efek Pemberian Probiotik Dalam Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius Sp). FPIK. USAT. Serang Banten. Hendriana, A. 2010. Pembesaran Lele Dikolam Terpal. Jakarta : Penebar Swadaya. Higa, T. dan J. F. Parr. 1994. Beneficial and effective microorganisme for sustainable agriculture and environment. International Journal of Molecular Medicine 18. International Nature Farming Research Center. Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma : Di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Sudirman Tanggal 12 Mei. Iribarren, D., P. Dagá. And M. T. Moreira., G. Feijoo. 2012. Potential environmental effects of probiotics used in aquaculture. Aquacult Int 20:779-789. Jankauskiene, R. 2002. Bacterial Flora of Fishes from Aquaculture: The Genus Lactobacillus. Institute of Ecology Akadejos 2, Vilnius 2600. Lithuania. Junaidi. 2010. Titik Presentasi Distribusi (Online), (http://junaidichaniago.wordpress.com, Diakses 13 Juni 2016) Kompiang, P. I. 2019. Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Probiotik Untuk meningkatkan Produksi Ternak Unggas Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16143. Kroger, M., J.A. Kurmann, and J.L. Rasic. 1989. Fermented Milks-Past And Present. Food Technol. 43: 92-99. Lilly, D.M. and R.H. Stillwell. 1965. Probiotics: Growth Promoting Factors Produce By Microorganisms. Science 147: 747-748. Maishela, B. Suparmono, R. Diantari, M. Muhaemin. 2013. Pengaruh Fotoperiode terhadap Perumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan 1(2): 145-150. Mudjiman, Ahmad. 2008. Makanan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Berternak Lele Sangkuriang. Jakarta: Agromedia Nayak SK. 2010. Probiotics and Immunity: A Fish Perspective. Review. Fish and A Shellfish Immunologi 29:2-14. Nuraini, A. Trisna. 2006. Respon Broiler Terhadap Ransum yang Mengandung Bungkil Inti Sawit Fermentasi dengan Penecillium sp. Jurnal Agribisnis Perternakan 2(2): 45-48 Parker, R.B. 1974. Probiotics, The Other Half Of The Antibiotic Story. Anim. Nutr. Health 29: 109-121. Putra AN. 2014. Sweet Potato Varieties Sukuh Potential As A Prebiotics In Tilapia Feed (Oreochromis niloticus). International Conference of Aquaculture Indonesia 2014. Putra AN, Utomo NBP dan Widanarni. 2015. Growth Performance Of Tilapia (Oreochromis niloticus) Fed With Probiotic, Prebiotic and Synbiotic in Diet. Pakistan Journal of Nutrition 14(5): 263-268. Ringø E, Olsen RE, Gifstad TØ, Dalmo RA, Amlund H, Hemre GL dan Bakke AM. 2010. Prebiotics In Aquaculture: A Review. Aquaculture Nutrition 16:117-136 “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 382 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Sarwono B. 2007 . Berternak Lele Dumbo. Redaksi Agromedia Jakarta. Supriyanto. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam Pelet Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang. Laporan penelitian. Universitas Negeri Semarang. Susanto, Heru. 1986. Budiaya Ikan Di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya. Suyanto. S.R.2007. Budidaya Ikan Lele Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya. Wahyuningsih, Sri. 2009. Pengaruh Komposisi Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Nila. Skripsi. Semarang. Watson AK, Kaspar H, Lategan MJ, dan Gibson L. 2008. Probiotics In Aquaculture: The Need, Principles and Mechanisms Of Action And Screening Processes. Aquaculture 274:1–14. Widiastuti, I.M. 2006. Pertumbuhan dan Kelangsngan Hidup (Survival Rate) Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Dipelihara Dalam Wadah Terkontrol dengan Padat Penebaran yang Berbeda. Media Lubang Suteng 2(2): 126-130. Widodo, Eko Pudji. 2009. Tingkah Laku Makan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) Terhadap Beberapa Jenis Ikan. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Wirabakti, M.C. 2006. Laju Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus L) yang Dipelihara pada Perairan Rawa dengan Sistem Keramba dan Kolam. Journal Tropical Fisheries 1 (1): 61-67. Witjaksono. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp. Melalui Penerapan Teknologi Ketinggian Media Air 15 Cm, 20 Cm, 25 Cm, dan 30 Cm. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yusuf. M. Agustono. D. K. Meles. 2012. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar pada Kulit Pisang Raja yang Difermentasi dengan Trichoderma viridae dan Bacillus subtillis Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(1). 53-58. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 383