Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar Kognitif IPA Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kota Samarinda Chyntia Togatorop, Evie Palenewen, Vandalita M.M Rambitan Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Email: [email protected] Abstrak Proses pembelajaran IPA yang berlangsung di SMP Negeri di Kota Samarinda umumnya belum menerapkan model pembelajaran inovatif yang bersifat konstruktivis. Permasalahan terjadi dalam proses belajar mengajar yaitu siswa kurang aktif, siswa bermain sendiri dalam kelas, pengajaran kurang berpusat pada siswa, dan siswa merasa enggan untuk mengajukan pertanyaan maupun pendapat, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran Probing-Prompting merupakan model pembelajaran yang dapat membangun pola berpikir siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Samarinda. Jenis penelitian ini yaitu eksperimen semu dengan desain pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Samarinda. Kelas sampel yakni kelas VIII-D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 34 Samarinda, kelas VIII-D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-E sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 16 Samarinda, kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 27 Samarinda. Analisis data menggunakan uji-t. Nilai rata-rata kelas VIII-D di SMP Negeri 34 Samarinda yaitu 79,25 sedangkan kelas VIII-C yaitu 64,75, nilai thitung hasil belajar lebih besar daripada ttabel (3,202 > 2,024). Nilai rata-rata kelas VIII-D di SMP Negeri 16 Samarinda yaitu 77,75 sedangkan kelas VIII-E yaitu 59,25. Nilai thitung hasil belajar kognitif lebih besar daripada ttabel (4,671 > 2,024). Nilai rata-rata kelas VIII-C yaitu 76 sedangkan nilai rata kelas VIII-B yaitu 62,75 sehingga nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (3,742 > 2,024) di SMP Negeri 27. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Probing Prompting terhadap hasil belajar kognitif IPA biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di Kota Samarinda. Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran probing-prompting untuk mengarahkan proses berpikir siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Kata Kunci: Probing-Prompting, hasil belajar, IPA PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal mutlak yang dimiliki oleh setiap individu untuk mengembangkan sikap atau perilaku yang lebih baik serta potensi dalam diri individu tersebut yang dibawa sejak lahir. Setiap individu berhak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan diharapkan mampu untuk menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas dalam menghadapi tantangan global. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto,2010). Rendahnya mutu pendidikan dapat diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam individu setiap siswa antara lain bakat, minat dan motivasi dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang sifatnya berasal dari luar diri siswa berupa lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Hadis dan Nurhayati (2009), yang termasuk ke dalam komponen masukan lingkungan (environmental input) yang “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 270 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran dan pendidikan di sekolah ialah segala masukan yang bersumber dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan dan budaya yang ada di tengah masyarakat dapat menjadi salah satu faktor rendahnya pendidikan. Masyarakat pada daerah pinggir kota atau daerah yang jauh dari pusat kota umumnya memilki kualitas pendidikan yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan masyarakat di daerah pusat kota. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain sarana dan prasarana serta budaya yang terdapat pada masing-masing daerah tersebut. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti pada tiga daerah lingkungan belajar yang berbeda yaitu daerah yang jauh dari kota, daerah pinggir kota dan pusat kota . Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Samarinda yaitu SMP Negeri 16, SMP Negeri 34 dan SMP Negeri 27, guru IPA Biologi masih menerapkan model pembelajaran konvensional dan belum menerapkan model pembelajaran inovatif yang bersifat konstruktivisme. Permasalahan sering terjadi dalam proses belajar mengajar yaitu siswa kurang aktif, kadang-kadang siswa bermain sendiri dalam kelas, pengajaran yang kurang berpusat pada siswa dan siswa merasa enggan untuk mengajukan pertanyaan maupun pendapat sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Pada hakikatnya siswa perlu diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya agar mereka memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang pembelajaran yang berlangsung dan menemukan cara-cara baru untuk mengekspresikan gagasan dan perasaannya. Penerapan model pembelajaran dapat menjadi alternatif bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Menurut Nunuk dan Leo (2012), Strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini mencakup : (1) urutan kegiatan pembelajaran, (2) model pembelajaran, (3) media pembelajaran, dan (4) waktu yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran ini diharapkan siswa tidak hanya memperoleh hasil akademik yang lebih besar, tetapi juga mampu berkomunikasi lebih interaktif dalam kelompoknya, lebih terfokus dalam masalah yang harus mereka selesaikan. Hal ini karena menurut Sharan dan Shachar (1988), siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif memilki kesempatan yang lebih besar untuk mempraktekkan strategi verbal dan kognitif yang lebih variatif yang pernah mereka dengar dari gurunya saat proses belajar mengajar di ruang kelas. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan efektif dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan aktivitas belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi pembelajaran. Strategi yang dapat digunakan adalah pembelajaran secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh kelompoknya ( Siti dan Zuhdan, 2014). “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 271 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Salah satu pembelajaran kooperatif yang dinilai dapat meningkatkan pola berpikir siswa adalah pembelajaran kooperatif model Probing-Prompting. Model pembelajaran Probing-Prompting adalah model pembelajaran dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengarahkan dan menggali pengetahuan, pemahaman dan pola berpikir serta menganalisis pelajaran yang diterima pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penerapan model pembelajaran Probing-Prompting diharapkan mampu meningkatkan pola berpikir siswa karena dengan memberikan pertanyaan yang akan membuat siswa berpikir lebih rasional tentang pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan mengaitkan pertanyaan-pertanyaan sehingga diperoleh pengetahuan yang baru. Dengan penggunaan model ini diharapkan akan mampu mempengaruhi hasil belajar kognitif yang baik. Siswa dilibatkan langsung pada saat proses pembelajaran dengan menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan sehingga mau tidak mau siswa harus menjawab pertanyaan. Pada saat proses pembelajaran mungkin akan membuat suasana kelas tegang. Oleh karena itu guru harus mampu membuat suasana pembelajaran tidak tegang, yaitu dengan mengajukan pertanyaan dengan wajah yang ramah dan nada yang lembut, disertai canda, senyum dan tawa sehingga siswa merasa nyaman, menyenangkan dan ceria. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan memperkenalkan pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Samarinda. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian ilmiah di mana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dengan cara tertentu sehingga berpengaruh pada variabel terikat. Jenis penelitian eksperimen ini adalah quasi-experiment atau eksperimen semu. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 16, SMP Negeri 34 dan SMP Negeri 27 Samarinda, sedangkan sampel penelitian yaitu kelas VIII-D sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-E sebagai kelas perlakuan di SMP Negeri 16, kelas VIII-C sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-D sebagai kelas perlakuan di SMP Negeri 34, kelas VIII-B sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-C sebagai kelas perlakuan di SMP Negeri 27 Samarinda yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting. Sampel yang digunakan sebanyak 20 siswa pada ketiga kelas perlakuan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data dengan mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan adalah berupa soal pilhan ganda untuk mengukur sejauh mana siswa mampu memahami dan menguasai pelajaran yang diberikan. Pemberian soal dilakukan pada saat pretest dan posttest. Setiap soal yang diberikan adalah sama pada ketiga kelas perlakuan. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 272 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Pada penelitian ini uji hipotesis dapat menggunakan uji-t. Sebelum melakukan uji t, perlu diketahui normalitas dan homogenitas varianya. Untuk mengetahui distribusi normal suatu data digunakan uji normalitas dengan tipe uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dan perhitungan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov satu sampel ini menggunakan SPSS versi 21. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis menggunakan uji t dilakukan setelah data diuji tingkat normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal dan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus one sample Kolmogorov-Smirnov. Tabel 2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SMP Negeri 34 Samarinda Pretest N Mean a.b Normal Parameters Std Deviation Absolute Most Extreme Positive Differences Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 20 .0000000 10.13827292 .126 .124 -.126 .566 .906 Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SMP Negeri 16 Samarinda Pretest N Mean a,b Normal Parameters Std. Deviation Absolute Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 20 .0000000 10.85046194 .138 .089 -.138 .619 .838 Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SMP Negeri 27 Samarinda Pretest N Mean a,b Normal Parameters Std. Deviation Absolute Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 20 .0000000 11.11580117 .090 .074 -.090 .403 .997 Tabel tersebut menunjukkan data dari sampel berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai asymp.sig (2-tailed) di SMP Negeri 34 sebesar 0,906 > 0,05, di SMP Negeri 16 Samarinda sebesar 0,838 > 0,05, dan di SMP Negeri 27 Samarinda sebesar 0,997 sehingga dinyatakan berdistribusi normal dengan asumsi signifikan yang lebih besar dari taraf signifikan penelitian sebesar 0,05. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 273 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Menurut Sudijono (2012), Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Berdasarkan tabel pada lampiran (6) dilakukan uji homogenitas dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0 diperoleh nilai dari Based on Mean data penelitian di SMP Negeri 34 Samarinda yaitu 0.141, dapat dinyatakan homogen karena lebih besar dari taraf signifikansi 0.05. Nilai dari Based on Mean data penelitian di SMP Negeri 16 Samarinda yaitu 0.193, dapat dinyatakan homogen karena lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 dan untuk nilai dari Based on Mean data penelitian di SMP Negeri 27 Samarinda yaitu 0.589, dapat dinyatakan homogen karena lebih besar dari taraf signifikansi 0.05. Analisis data dilakukan menggunakan Uji t setelah memperoleh hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap ketiga lokasi penelitian untuk mengukur kemampuan dari masing-masing sampel terhadap hasil belajar. Berikut ini hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t. Tabel 6. Hasil Perhitungan Uji t Sampel Penelitian SMP Negeri di Kota Samarinda Sampel Penelitian Kelas Rata-rata thitung Kontrol 64,75 SMP Negeri 34 3,202 Samarinda Eksperimen 79,25 Kontrol 59,25 SMP Negeri 16 4,671 Samarinda Eksperimen 77,75 Kontrol 62,75 SMP Negeri 27 3,742 Samarinda Eksperimen 76 ttabel 2,024 2,024 2,024 Berdasarkan tabel di atas, SMP Negeri 34 Samarinda nilai thitung sebesar 3,202 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 19 sebesar 2,024, untuk sampel SMP Negeri 16 Samarinda diperoleh t hitung sebesar 4,671 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 19 sebesar 2,024, dan untuk nilai thitung pada SMP Negeri 27 Samarinda diperoleh thitung sebesar 3,742 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 38 sebesar 2,024. Berdasarkan hasil analisis data pada ketiga sampel maka hipotesis Ha penelitian ini diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi. Proses dan hasil belajar yang bermutu juga dapat terwujud dengan suasana lingkungan fisik belajar yang kondusif. Keadaan fisik ketiga lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 34, SMP Negeri 16 dan SMP Negeri 27 di Kota Samarinda mendukung keberlangsungan penelitian ini. Fasilitas yang dimiliki ketiga sekolah sangat menunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Begitu juga dengan tenaga pengajar yang mana dengan jumlah guru tetap yang sudah sesuai dan dapat mendidik siswa dengan baik. Lokasi SMP Negeri 34 Samarinda merupakan salah satu lokasi padat penduduk dan berdekatan dengan Samarinda Central Plaza dan Hotel Aston Samarinda. Walaupun dengan kondisi yang dekat dengan pusat keramaian, suasana SMP Negeri 34 Samarinda tidak terganggu oleh aktivitas masyarakat maupun suara bising yang berasal dari para pengendara bermotor. Hal ini disebabkan lokasi sekolah yang tidak terletak langsung di pinggir jalan raya sehingga mendukung proses belajar mengajar yang kondusif guna terciptanya hasil belajar kognitif siswa. Lingkungan SMP Negeri 16 Samarinda berada di dekat pasar tradisonal. Tetapi hal ini tidak menghambat terjadinya proses belajar mengajar, terbukti dengan hasil belajar siswa yang menunjukkan nilai yang baik dengan kriteria ketuntasan minimum. Keadaan pasar tersebut tidak mengganggu proses belajar mengajar karena ditunjang “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 274 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 oleh keadaan bangunan sekolah yang dikelilingi oleh pagar dan luasnya pekarangan sekolah dengan berbagai jenis tanaman di dalamnya sehingga membuat lingkungan sekolah nyaman dan kondusif. Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif maka tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Keadaan lingkungan yang kondusif juga dimiliki SMP Negeri 27 Samarinda. Lokasi yang jauh dari pusat kota dan keramaian menyebabkan kegiatan belajar mengajar yang nyaman selama melaksanakan penelitian di SMP Negeri 27 Samarinda. Keadaan lingkungan belajar yang kondusif merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Jayanti (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar akan memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran di sekolah. Kondisi belajar mengajar dalam kelas merupakan hal terpenting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya yang dapat dilakukan yaitu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, salah satunya adalah model pembelajaran Probing-Prompting. Model pembelajaran ProbingPrompting merupakan suatu model pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali pengetahuan siswa sehingga terjadi proses berpikir siswa. Model pembelajaran ini menuntut dan mengarahkan kemampuan berpikir siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mayasari (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Probing Prompting merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses berpikir siswa dalam membangun dan memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran ini guru membimbing siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu, menumbuhkan kepercayaan diri serta melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan. Proses pembelajaran dengan menggunakan mobel pembelajaran ProbingPrompting pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada lampiran (2), diawali dengan menjelaskan tujuan pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan materi pelajaran, lalu guru membagikan LKS. Setiap gambar yang ada pada LKS disajikan melalui media power point. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada setiap siswa secara acak. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan gambar yang diberikan. Setiap siswa wajib menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru secara lisan. Kemudian guru membuat rangkuman atau kesimpulan dari setiap jawaban siswa. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa bertujuan agar mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa dan menuntun proses berfikir murid, sebab pertanyaan yang baik akan membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Marno dan Idris (2009) yang menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pelontaran yang tepat akan meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, menuntun proses berfikir murid, sebab “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 275 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 pertanyaan yang baik akan membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik dan memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Probing-Prompting pada mata pelajaran IPA Biologi . Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting memiliki hasil belajar yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Jacobsen (2009) yang menyatakan bahwa model Pembelajaran Probing-Prompting dikembangkan untuk meningkatkan daya berpikir dan pemahaman peserta didik melalui memberikan stimulus berupa serangkaian pertanyaan pada saat sebelum dan selama pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran akan melibatkan guru dan siswa sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini guru memberikan pertanyaan kepada setiap siswa secara acak dan siswa harus menjawab pertanyaan, sehingga siswa terpacu untuk memperhatikan penjelasan guru dan memahami serta menganalisa gambar yang disajikan. Pertanyaan yang diberikan oleh guru tersebut akan mengembangkan daya berpikir siswa. Kemudian guru harus membimbing siswa menuju perbaikan. Siswa kelas VIII-D di SMP Negeri 34 Samarinda, siswa kelas VIII-D di SMP Negeri 16 Samarinda dan siswa kelas VIII-C di SMP Negeri 27 Samarinda yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting dapat lebih cepat memahami dan mampu menganalisis permasalahan pada materi yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena pada langkah model pembelajaran setiap siswa diwajibkan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan siswa yang lain memberikan sanggahan maupun pendapat. Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa juga kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah tahap berpikir yang dimiliki oleh usia formal operasional siswa SMP kelas VIII dengan usia antara 12-15 tahun, umumnya siswa sudah dapat menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang diterimanya. Menurut teori Jean Piaget bahwa tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai (Yudhistira,2011). Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kondisi fisik maupun psikologis siswa pada saat mengikuti pembelajaran dimana kegiatan belajar mengajar dilakukan pada siang hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Biggers (2005) yang menyatakan bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Hal ini disebabkan pada pagi hari kondisi jasmani dan rohani siswa masih segar dan memori otak masih kosong, sehingga mudah menyerap materi yang diajarkan. Adapun kendala-kendala secara umum yang dihadapi selama proses penelitian di antaranya (1) terdapat siswa yang ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, (2) adanya perbedaan karakter antar siswa dalam kelompok mengakibatkan siswa kesulitan untuk saling kerjasama dan (3) terdapat siswa yang kurang komunikasi dengan teman sekelompok sehingga peneliti harus memberikan perhatian pada kelompok tersebut. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 276 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Siswa yang ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan sering penulis temukan selama penelitian. Hal ini disebabkan kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru harus dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Guru juga harus menekankan kepada siswa bahwa pentingnya kerjasama tim dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada tanpa harus memilih teman. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Samarinda dengan nilai ratarata kelas yang diberi perlakuan di SMP Negeri 34 Samarinda sebesar 79,25 sedangkan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 64,75 diperoleh thitung yaitu 3,202 dan ttabel dengan taraf signifikansi 2,024 sehingga terdapat pengaruh. Nilai ratarata kelas yang diberi perlakuan di SMP Negeri 16 Samarinda sebesar 77,75 sedangkan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 59,25 diperoleh thitung yaitu 4,671 dan ttabel dengan taraf signifikansi 2,024 sehingga terdapat pengaruh dan nilai rata-rata kelas yang diberi perlakuan di SMP Negeri 27 Samarinda sebesar 76, sedangkan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 62,75 diperoleh thitung yaitu 3,742 sehingga terdapat pengaruh. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Probing-Prompting sangat baik diterapkan sebagai alternatif dalam pembelajaran di sela-sela penggunaan model pembelajaran konvensional, untuk menciptakan suasana berbeda yang lebih variatif sehingga menghilangkan kejenuhan siswa. 2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini sebaiknya menerapkan model pembelajaran Probing-Prompting pada materi yang berbeda, sehingga dapat diketahui apakah model pembelajaran ini cocok digunakan untuk semua materi pada pembelajaran Biologi. 3. Diharapkan siswa mampu mengikuti arahan dari guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dan berani dalam menyampaikan jawaban. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta Biggers,J. 2005. Psychology Learning. Rineka Cipta: Jakarta Dimiyanti dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta Hadis, Abdul dan Nurhayati. 2012. Manajemen Mutu Pendidikan. Alfabeta: Bandung Jacobsen,A David. 2009. Methods for Teaching. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Jayanti,Rizka P. 2014. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Sikap Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 9 Cirebon. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Vol 2 No 2 Jujun, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer. Sinar Harapan: Jakarta Kurniasari,Dewi. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dan Probing Prompting dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Operasi Aljabar ditinjau dari Kecemasan Belajar Matematika Siswa kelas VIII “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 277 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 SMP Negeri di Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Marno dan Idris. 2009. Strategi dan Metode Pengajaran. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta Mayasari,Yuriska. 2014. Penerapan Model Probing-Prompting dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII MTSN Lubuk Buaya Padang. Jurnal Pendidikan Matematika. 45: 56-61 Miftahul, Huda. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Nunuk dan Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Ombak: Yogyakarta Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar : Yogyakarta Ridwan,Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Rustaman. 2003. Pokok-Pokok Pengajaran Biologi. Depdikbud: Jakarta Sanjaya,Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta Sharan dan Shachar. 1988. Language and Learning in the Cooperative Classroom. Springer-Verlag: New York Siti Fatonah dan Zuhdan. 2014. Pembelajaran Sains. Ombak: Yogyakarta Sudijono,Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo: Jakarta Sudjana,Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung Suprijono,Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Suyatno. 2009. Menjelajahi Pembelajaran Inovatif. Mass Media Buana Pustaka: Sidoarjo Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara: Jakarta Wati, Dian Erika. 2013. Analisis Komparatif Model Pembelajaran Probing Prompting dan Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar. Tesis tidak diterbitkan. Bandar Lampung. UNILA Wati,Widya. 2010. Model Pembelajaran. Tesis tidak diterbitkan Konsentrasi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang: Padang Yudhistira, Irfan (2011). Perkembangan Kognitif Siswa menurut Jean Piaget, (Online), (Http://irfanyudhistira.wordpress.com/2011/12/25/perkembangan-kognitif-siswamenurut-Jean-Piaget/html). Diakses 26 September 2016 “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 278