Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Pengaruh Ekstrak Daun Karamunting (Melastoma malabathricum L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes Febrian Ramadana, Didimus T. Boleng, Jailani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak daun karamunting terhadap bakteri Propionibacterium acne. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pengaruh ekstrak daun karamunting terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes, (2) mengetahui besar konsentrasi daya hambat ekstrak daun karamunting yang terbaik terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Jenis Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar. Penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Tingkat konsentrasi yang diberikan adalah 100 μg, 75 μg, 50 μg,dan 25 μg. Parameter yang dilihat adalah besarnya diameter zona bening pertumbuhan bakteri yang diukur dengan menggunakan mistar. Hasil pengamatan ekstrak daun karamunting terhadap pertumbuhan bakteri Propionobacterium acnes nilai F hitung (10,60) > F tabel (7,59) berarti terdapat perbedaan perlakuan yang signifikan, uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf nyata 0,01 = 1,85 dihasilkan 3 kelompok signifikan. Hasil pengujian menunjukan ekstrak daun karamunting mempunyai pengaruh sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Propionobacterium acnes dengan konsentrasi daya hambat yang terbaik pada konsentrasi 100 μg dengan rata-rata Diameter Zona Hambat adalah 11,90 mm. Kata kunci: daun karamunting (Melastoma malabathricum L.), Propionibacterium acnes PENDAHULUAN Daun karamunting (Melastoma malabathricum L.) merupakan tanaman perdu yang dianggap gulma bagi petani namun memiliki banyak manfaat seperti daun karamunting direbus bersama daun atau kembang papaya agar mengurangi rasa pahit dan buah karamunting dapat dimakanan. Karamunting juga merupakan obat tradisional yang digunakan dari berbagai etnis diprovinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Semua bagian tubuh karamunting dijadikan obat mulai dari akar, batang, daun dan buah untuk mengobati penyakit sakit gigi, sakit perut disentri, demam, korengan dan obat sariawan (KEMENKES RI, 2015). Tumbuhan karamunting tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tanaman hias.Tumbuh sampai ketinggian 1.650 m di atas permukaan laut, merupakan tumbuhan perdu, tegak, tinggi 0,5-4m, banyak bercabang, bersisik, dan berambut. Karamunting memiliki daun tunggal, bertangkai letak berhadapan silang. Helai daun bundar telur memanjang sampai lonjong, tepi rata, permukaan berambut pendek sehingga teraba kasar. Berbunga majemuk yang berwarna ungu kemerahan, buah masak akan merekah dan berwarna ungu (Dalimartha, 2000). Kota Samarinda merupakan kota besar dan sebagian penduduknya kurang mengetahui tanaman obat keluarga (TOGA) , sehingga warga Samarinda memilih obat modern. Data dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda penderita dermatis contac alergica dari awal hingga akhir tahun 2015 sebanyak 6990 orang. Angka ini menggambarkan masih banyak warga Samarinda yang mengalami masalah jerawat (Dinkes, 2016). Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap udara. Genom dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) (Normadi, 2012). “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 1 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Akne terjadi ketika lubang kecil pada permukaan kulit yang disebut pori-pori tersumbat. Pori-pori merupakan lubang bagi saluran yang disebut folikel, yang mengandung rambut dan kelenjar minyak. Biasanya, kelenjar minyak membantu menjaga kelembaban kulit dan mengangkat sel kulit mati. Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak minyak, pori-pori akan banyak menimbun kotoran dan juga mengandung bakteri. Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyekresikan bahan kimia yang menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan minyak kulit tersumbat dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras akan membesar (Pramasanti, 2008). Antibakteri adalah zat yang menghambat pertumbuhan bakteri dan digunakan secara khusus untuk mengobati infeksi. Mekanisme keja antibakteri dapat tejadi melalui beberapa cara yaitu kerusakan pada dinding sel, perubahan permeabilitas sel, dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat. Banyak faktor dan keadaan yang dapat mempengaruhi keja antibakteri, antara lain konsentrasi antibakteri, jumlah bakteri, spesies bakteri, adanya bahan organik, suhu, dan pH lingkungan mikroorganisme dan penghambatan siklus sel mikroba.Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein(Nofrian, 2011). Menurut Ditjen POM dalam Ardhila (2010) ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Cara ekstraksi yang tepat tergantung pada bahan tumbuhan yang diekstraksi dan jenis senyawa yang diisolasi. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan dikeringkan lebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu. Metode antimikroba yang sering digunakan adalah metode difusi media agar. Uji ini dilakukan pada permukaan medium padat. Miroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring atau lubang yang dibuat pada media (sumur). Setelah diinkubasi, diameter zona hambat diukur. Diameter zona hambat merupakan pengukuran MIC secara tidak langsung dari antibiotik terhadap mikroba (Aisyah, 2011). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh ekstrak daun karamunting (Melastoma malabathricum L.) terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes. Variabel bebas pada pemberian variasi konsentrasi ekstrak daun karamunting, sedangkan variabel terikat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Penelitian ini bersifat eksperimen dan dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2016. Tempat penilitian di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan (FHUT), Universitas Mulawarman. Rancangan Penelitian untuk menganalisis data hasil penelitian, dipergunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pada penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan anova satu arah. Jika analisis menunjukkan perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji LSD disebut juga Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf signifikan 1%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk menunjukkan bahwa faktor perlakuan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Hasil uji aktivitas antibakteri dengan variasi konsentrasi yaitu 100 μg, 75 μg, 50 μg, 25 μg ekstrak daun karamunting (Melastoma malabathricum L.) dari tiga kali ulangan. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 2 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Tabel 1. Data Diameter Zona Hambat yang Dihasilkan dengan Perlakuan Ekstrak Daun karamunting terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. Perlakuan (P) Pengulangan Jumlah Rata-rata (U) P1 P2 P3 P4 I 12,7 9,7 9,7 8,7 40,80 10,20 II 11,3 10 10,3 10 41,60 10,40 III 11,7 9 9,3 8,3 38,30 9,58 Jumlah 35,70 28,70 29,30 27,00 120,70 30,18 Rata-rata 11,90 9,57 9,77 9,00 40,23 10,06 Berdasarkan Tabel 1. kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus analisis varian (Anava) dan hasil yang didapatkan adalah: Tabel 2. Tabel Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun karamunting (Melastoma malabathricum L.) terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. Sumber Keragaman Jumlah Kuadarat 14,52 3,65 18,17 Db Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 Keterangan : * = signifikan Rataan Kuadrat 4,84 0,46 5,30 Ftabel 1% Fhitung 10,60* 7,59 Hasil dari F hitung = 10,60 sedangkan F tabel(0,01) = 7,59 dimana F hitung > F tabel, berarti pengaruh ekstrak daun karamunting sebagai antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dengan kategori kuat. Analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada (0,01) pada lampiran dan nilai BNT yang didapatkan adalah 7,59. Perhitungan BNT ini dilakukan sebagai acuan untuk menentukan signifikan atau nonsignifikan antar kelompok perlakuan. Tabel 3. Data Rata-rata Kelompok Perlakuan (P1) (P2) 10,90 9,57 (P3) 9,77 (P4) 9,00 Setelah diketahui nilai rata-rata perlakuan maka dapat diteruskan dengan melakukan uji lanjutan untuk menentukan signifikan atau non signifikan antar kelompok melalui Tabel 4. Tabel 4. Uji Lanjutan (P1) Perlakuan 11,90 (P1) 11,90 (P2) 2,23* 9,57 (P3) 2,13* 9,77 (P4) 2,90* 9,00 (P2) 9,57 (P3) 9,77 (P4) 9,00 2,33* 2,13* 2,90* - 0,10 0,67 0,20 - 0,77 0,57 0,77 - BNT (0.01) = 1,85 Keterangan * : signifikan Dari Tabel 4. dapat disajikan dalam bentuk diagram batang untuk mengetahui gambaran diameter zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 3 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Rata-rata diameter zona hambat (mm) 14 12 10 8 Rata-rata diameter zona hambat (mm) 6 4 2 0 100 μg 75 μg 50 μg 25 μg Gambar 1. Diagram Diameter Zona Hambat Ekstrak Daun karamunting Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes. Pelaksanaan uji aktivitas antibakteri dilakukan secara septik. Metode yang digunakan adalah Metode Difusi Agar, dimana biakan bakteri yang telah berumur 24 jam dalam media agar miring (NA) diambil dengan alat jarum ose kemudian dimasukkan ke dalam beacker glass yang berisi aquades dan dihomogenkan. Dituang media NA kedalam cawan petri lalu didiamkan hingga padat dan biarkan mengering selama ± 30 menit, kemudian ditetesi suspensi bakteri sebanyak 100 µl diratakan dengan menggunakan swab steril. Karena menggunakan metode sumuran, beri lubang pada media yang masing-masing berisi 100 µl , 75 μg, 50 μg, 25 μg ekstrak daun karamunting.Tujuannya adalah untuk mengontakkan senyawa aktif dengan media dan bakteri uji. Setelah diinkubasi selama 18 jam muncul daerah bening disekitar sumur yang berbentuk lingkaran. Diameter daerah bening merupakan daerah zona hambat dari ekstrak terhadap bakteri uji. Hasil rata-rata dari diameter zona hambat tersebut perhitungan dengan menggunakan analisis varian (Anava) menghasilkan Fhitung (10,60) dan Ftabel (7,59), ini berarti efektifitas ekstrak daun karamunting sebagai antibakteri efektif dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dengan Fhitung menyatakan hasil yang berbeda signifikan pada tiap perlakuannya. Adapun nilai BNT 0,01 yang dihasilkan adalah 1,85. Perlakuan terjadi adalah 4 perlakuan signifikan. Dari hasil tersebut menunjukkan besarnya rata-rata diameter daerah zona hambat yang terjadi pada pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes tergantung besarnya konsentrasi ekstrak daun karamunting yang diberikan. Dimana semakin besar konsentrasi yang diberikan, semakin besar diameter daerah zona hambat pada pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Dalam uji antibakteri selain ekstrak. Grafik diameter zona hambat pada konsentrasi berbeda ekstrak daun karamunting terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat terlihat pada konsentrasi 100 μg yaitu 11,90 kemudian mengalami penurunan pada konsentrasi 75 μg memiliki rata – rata 9,57 setelah itu konsentrasi 50 μg memiliki rata – rata 9,77 dan 25 μg memiliki rata – rata 9,00. Hasil tersebut menerangkan bahwa konsentrasi efektif ekstrak daun karamunting yang tepat digunakan adalah 100 μg konsentrasi dengan kategori kuat sedangkan konsentrasi 75 “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 4 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 μg, 50 μg dan 25 μg masuk dalam kategori sedang. Pada konsentrasi 75 μg dan 50 μg, dapat terlihat rata - rata konsentrasi 75 μg lebih rendah 0,20 dari konsentrasi 50 μg. Hal tersebut disebabkan oleh kesalahan saat pelaburan yang tidak merata sehingga terdapat bagian yang memiliki bakteri lebih tebal dan pada saat pemberian ekstrak bagian tebal tersebut bakteri tidak sepenuhnya mati sehingga terdapat bakteri di tengah warna bening daya hambat pada media agar yang telah diberi konsentrasi. Zona hambat terendah pada konsentrasi 25 μg, hal ini karena pada konsentrasi ini hanya sedikit menggunakan ekstrak daun karamunting, mendapatkan hasil rata – rata memghambat pertumbuhan bakteri yang paling kecil. Dari hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun karamunting. Berikut ini adalah grafik zona daya hambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. 14 12 10 8 ulangan 1 ulangan 2 6 ulangan 3 4 2 0 p1 p2 p3 p4 Gambar 2. Grafik diameter zona hambat ekstrak daun karamunting (Melastoma malabathricum L.)terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes yang dilakukan scara in-vitro dengan metode difusi agar, hasil penelitian yang diperoleh pada uji daya antibakteri ekstrak daun karamunting terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes menunjukkan bahwa ekstrak daun karamunting mempunyai kemampuan sebagai antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Pada bakteri uji bakteri Propionibacterium acnes konsentrasi ekstrak daun karamunting 100 μg diperoleh nilai rata-rata diameter zona hambat 11,90 mm (termasuk dalam kategori antibakteri kuat), sedangkan pada konsentrasi 75 μg, 50 μg, dan 25 μg diperoleh nilai rata-rata diameter zona hambat 9,57 mm, 9,77 mm dan 9,00 mm (termasuk dalam kategori sedang). Dari nilai rata-rata zona hambat pada bakteri Propionibacterium acnes dapat dikatakan bahwa bakteri uji tidak bersifat resisten terhadap ekstrak daun karamunting. Jadi ditemukan konsentrasi ekstrak daun karamunting yang bersifat antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes yaitu pada semua konsentrasi. Berdasarkan hasil pengamatan, terbentuk zona hambat pada pertumbuhan bakteri pada semua perlakuan menunjukkan bahwa ekstrak daun karamunting menghasilkan suatu senyawa metabolit yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Menurut Gunawan (2008) hal ini diduga senyawa metabolit itu adalah flavonoid. Flavonoid ini memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Beberapa fungsi flavonoid untuk tumbuhan adalah sebagai pengatur tumbuh, “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 5 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba, dan anti virus. Adanya kandungan flavonoid yang merupakan senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein. Protein yang menggumpal tidak dapat berfungsi lagi, sehingga akan mengganggu pertumbuhan dinding sel bakteri. Senyawa flavonoid terdiri atas lipid dan asam amino yang akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat masuk ke dalam inti sel bakteri. Selanjutnya senyawa ini akan bereaksi dengan DNA pada inti sel bakteri dan melalui perbedaan kepolaran antara lipid penyusun DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan terjadi reaksi sehingga akan merusak struktur lipid dari DNA bakteri akibatnya inti sel bakteri akan mengalami lisis, selain senyawa aktif flavonoid ada senyawa lain seperti tanin. Tanin dapat digunakan sebagai anti bakteri karena mempunyai gugus fenol, sehingga tanin mempunyai sifat – sifat seperti alkohol yaitu bersifat anti septik yang dapat digunakan sebagai komponen anti mikroba. Simatupang (2011) menambahkan bahwa tanin merupakan senyawa yang dapat mengikat dan mengendapkan protein. Senyawatanin yang memiliki gugus fenol dengan sifat – sifat seperti alkohol yang menyebabkan daun karamunting bersifat anti bakteri. Senyawa saponin juga salah satu senyawa yang terkandung pada daun karamunting, Istiana (2005) menjelaskan saponin berfungsi sebagai antimikroba. Saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan hancurnya bakteri. Terpenoid mempengaruhi perusakan membran sel pada bakteri, senyawa golongan terpenoid dapat berikatan dengan protein dan lipid yang terdapat dalam membran sel, dan menimbulkan lisis pada sel. Menurut Gunawan (2008) membran sel yang tersusun dari protein dan lipid sangat rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Kerusakan membran sel menyebabkan terganggunya transportasi nutrisi melalui membran sel sehingga sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi. Perusakan membran sel pada bakteri Propionibacterium acnes menyebabkan kurangnya nutrisi yang sangat diperlukan bagi sel Propionibacterium acnes. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak daun karamunting memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri yaitu Propionibacterium acne. Dimana Propionibacterium acnes merupakan bakteri yang menyebabkan jerawat. Penggunaan daun karamunting sebagai obat dalam mengobati jerawat dapat dibuktikan karena terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes . PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian uji dengan antibakteri daun karamunting (Melastoma malabathricum L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes dapat disimpulkan bahwa: Ekstrak daun karamunting (Melastoma malabathricum L.) mempunyai pengaruh sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat pada media uji.Konsentrasi daya hambat ekstrak daun karamunting (Melastoma malabathricum L.) yang terbaik terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes adalah konsentrasi 100 μg dengan rata-rata Diameter Zona Hambat adalah 11,90 mm. DAFTAR RUJUKAN Aisyah. 2011. Uji Anti Bakteri Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hisbiscus sabdariffa L) terhadap Bakteri Basillus cereus dan Samonella typhi. Skripsi Jurusan Biologi. Universitas Mulawarman. Ardhila, Ima. 2010. (Online), http://imamardhila.blogspot.com/2010/12/ekstraksiadaujlah-kegiatan-penarikan.html, diakses 26 maret 2016. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 6 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan antioksidan. Artikel Diakses di ; [email protected] Pada tanggal 4 Jui 2016. Dalimartha ,M.R. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus Agrawidya. DepKes, 2007. Masyarakat Bangsa dan Negara RI.http://bmf.Litbang.depkes.go.id. Diakses 19 maret 2016 DinKes. 2015. Data Penderita Penyakit Kulit Dermatitis Contac Alergica. Samarinda Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta. Gunawan, I. W. G, 2008, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn), Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Haryanto,S. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta : Palmall Istiana, S., 2005, Perbandingan Daya Antibakteri Perasan Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) dengan Bawang Putih (Allium sativum, L.) terhadap Staphylococcus aureus, Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya. Indriyani, Rena.,2014.Uji Potensi Sari Buah Karamunting (Melastoma malabathricum L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aeromonas salmonicida smithia Secara In Vitro. Surabaya : UNAIR KEMENTRIAN KESEHATAN RI, 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian Pengambangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Tawangmangu Maulani,T.A.,2013. Studi Pontensi Ekstrak Daun Ulin (Eusyderoxyln zwageri T. et B.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococus mutan dan Escherichia coli Secara In Vitro. Skripsi Jurusan Biologi. Universitas Mulawarman. Nofrian, Angga Putra. 2011. Anti Bakteri dan Mekanismenya (Online). http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/06/10/anti-bakteri-danmekanismenya Normadi,S. 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basillicum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes. Skripsi Jurusan Biologi. Universitas Mulawarman Novita,Dian.2009.Pengaruh Penggunaan Sediaan Krim Ekstrak Etilasetat Daun Senduduk Sebagai Obat luka Bakar Pada Kelinci Putih Jantan. USU.Medan Nofrian, Angga Putra. 2011. Anti Bakteri dan Mekanismenya (Online). http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/06/10/anti-bakteri-danmekanismenya/ Pelczar, M. J., S. Chan, 1998, Dasar-dasar Mikrobiologi . Ui-Press : Jakarta. Pramasanti Tri Asih. 2008. Propionibacterium acne. Tri-asih-pramasanti-078114019. Pdf. http://microba.liles.wordpress.com. Diakses 19 Maret 2016 Purnomo, Aris. 2010. Konsep Jerawat. (Online), http://arispurnomo.vom/konsepjeraawat-acne, Diakses 19 Maret 2016 Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara, Jakarta. Rabiah. 2015. Uji Efektivitas Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Skripsi Jurusan Biologi. Universitas Mulawarman. Rahayu,p. 2013. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Pertumbuhan. Makasar : Fakultas Kedokteran Gigi.Universitas Hasanuddin Rhezwan. 2009. Efek Anti Bakteri. (Online). Http://Rhezwan.digital_128100-R20-OB402-Efek antibakteri-Kerangka konsep , Diakses 19 Maret 2016 Sardjono,M.A.dkk.2015. Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas DiIndonesia. Samarinda Setyawati, Titiek. 2010. RPI Konservasi Flora, Fauna, dan Mikroorganisme. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Konservasi Alam. Jakarta “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 7 Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016 Simatupang,F.G. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Daun Senduduk. Universitas Sumatera Utara. Medan Siswandono dan Soekardjo, 2000, Kimia Medisinal 2, Airlangga University Press, Surabaya Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analisis Kesehatan. Yogyakarta. Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Wijayakusuma,H., 2000. Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia JIlid 1. Jakarta : Gema Insan. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 8