Hukum Acara Pembubaran Partai Politik Ngr Suwarnatha 1 Pembubaran Partai Politik Hukum Acara Pembubaran Partai Politik diatur dalam Pasal 68 sampai dengan Pasal 73 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK) Nomor 12 Tahun 2008 tentang Prosedur Beracara dalam Pembubaran Partai Politik. Partai Politik bubar apabila : a) membubarkan diri atas keputusan sendiri; b) menggabungkan diri dengan Partai Politik lain; atau, c) dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi.” (Pasal 41 UU 2 Tahun 2011 jo. UU 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik) Ngr Suwarnatha 2 PEMBATASAN HAK DAN PEMBUBARAN PARPOL -Perlindungan Hak lain -Nilai-nilai Agama dan Moral -Ketertiban Umum dan Keamanan -Keberlanjutan Demokrasi KEBEBASAN BESERIKAT Pembatasan Hak Pembubaran Parpol Untuk Melindungi: -Demokrasi -Konstitusi -Kedaulatan Negara -Keamanan Nasional -Ideologi -Melalui Putusan Pengadilan -Sesuai Prinsip Due Process of law Ngr Suwarnatha 3 HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARPOL PEMOHON: Pemerintah, dapat diwakili oleh Jaksa Agung atau Menteri yang ditunjuk Presiden (Pasal 3 ayat (1) PMK 12/2008). Ngr Suwarnatha 4 ISI PERMOHONAN: a) identitas lengkap pemohon; b) uraian yang jelas tentang ideologi, asas, tujuan, program dan kegiatan partai politik yang dimohonkan pembubaran yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945. Selain itu kegiatan partai politik bertentangan dengan UUD 1945 atau akibat yang ditimbulkannya bertentangan dengan UUD 1945 (Pasal 2 PMK 12/2008); c) alat-alat bukti yang mendukung permohonan. Ngr Suwarnatha 5 TERMOHON: partai politik yang diwakili oleh pimpinan partai politik yang dimohonkan untuk dibubarkan (Pasal 3 ayat (2) PMK 12/2008) LARANGAN PARTAI POLITIK Larangan terhadap Partai Politik diatur dalam Pasal 40 UU Nomor 2 Tahun 2011 jo. UU Nomor 2 Tahun 2008 (UU Parpol), diantaranya: Ngr Suwarnatha 6 1. Partai Politik dilarang: a) melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan; atau b) melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan dan keselamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Pasal 40 ayat (2) UU Parpol) 2. “Partai Politik dilarang menganut dan mengembangkan serta menyebarkan ajaran atau paham komunisme/Marxisme-Leninisme.” (Pasal 40 ayat (5) UU Parpol) Ngr Suwarnatha 7 Pembubaran sebagai Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Partai Politik Pembubaran Parpol di MK menurut UU Parpol dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pembekuan sementara, atau secara langsung. Pasal 48 ayat (3) UU Parpol (didahului pembekuan sementara) “Partai Politik yang telah dibekukan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan melakukan pelanggaran lagi terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) dibubarkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi.” Ngr Suwarnatha 8 Pasal 48 ayat (7) UU Parpol (pembubaran secara langsung) “Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (5) dikenai sanksi pembubaran Parpol oleh Mahkamah Konstitusi MK menyampaikan permohonan yang sudah dicatat dalam Konstitusi Termohon. Buku kepada Registerasi Parpol yang Ngr Suwarnatha Perkara menjadi 9 HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARPOL ALASAN PEMBUBARAN: 1. UU No. 2/2008 jo. UU No. 2/2011: a) Dengan Pembekuan terlebih dulu: 1) melanggar larangan terkait dengan nama, lambang, atau tanda gambar 2) melanggar larangan mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan usaha. 3) melanggar larangan kegiatan yang bertentangan dengan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan. Ngr Suwarnatha 10 4) melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan dan keselamatan negara. b) Tanpa Pembekuan 1) menganut dan mengembangkan serta menyebarkan ajaran atau paham Komunisme/Marxisme-Leninisme. 2) pengurus partai politik menggunakan partai politiknya untuk melakukan tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara sebagaimana diatur dalam Pasal 107 huruf c, huruf d, atau huruf e Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999. Ngr Suwarnatha 11 2. Pasal 68 Ayat (2) UU MK: a) Ideologi bertentangan dengan UUD 1945; b) Asas bertentangan dengan UUD 1945; c) Tujuan bertentangan dengan UUD 1945; d) Program bertentangan dengan UUD 1945; dan/atau e) Kegiatan bertentangan dengan UUD 1945. Ngr Suwarnatha 12 Persidangan Pembubaran Partai Politik Pemeriksaan persidangan dilakukan dalam sidang Pleno untuk umum sekurang-kurangnya 7 orang hakim konstitusi. Sidang pendahuluan untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi permohonan, serta wajib memberi nasihat untuk perbaikan permohonan jika perlu. Pemohon dan Termohon diberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan dalil-dalilnya, secara lisan maupun tertulis dengan dilengkapi bukti-bukti (Pasal 7 PMK 12/2008) Ngr Suwarnatha 13 Seperti halnya setiap putusan, jika permohonan tidak memenuhi syarat formil maka putusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima. Apabila permohonan tidak beralasan hukum, maka dinyatakan ditolak. Bilamana permohonan terbukti beralasan hukum, permohonan dikabulkan. Ngr Suwarnatha 14 MK harus memutus permohonan Pembubaran Partai Politik dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak permohonan didaftarkan dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi. Ngr Suwarnatha 15 AMAR PUTUSAN MENGABULKAN 1. mengabulkan permohonan pemohon; 2. menyatakan membubarkan dan membatalkan status badan hukum partai politik yang dimohonkan pembubaran; 3. memerintahkan kepada Pemerintah untuk: a) menghapuskan partai politik yang dibubarkan dari daftar pada Pemerintah paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak putusan Mahkamah diterima; b) mengumumkan putusan Mahkamah dalam Berita Negara Republik Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari sejak putusan diterima. Ngr Suwarnatha 16 Dalam hal Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan Pemohon (Pemerintah) maka putusannya disampaikan kepada Partai Politik yang bersangkutan Ngr Suwarnatha 17 Akibat Hukum Putusan Pembubaran Partai Politik Dalam UU MK maupun UU Parpol tidak diatur akibat hukum pembubaran partai politik. Pasal 10 PMK 12/2008 menyatakan bahwa pembubaran partai politik menimbulkan akibat hukum antara lain: a) Pelarangan hak hidup partai politik dan penggunaan simbolsimbol partai tersebut di seluruh Indonesia; b) Pemberhentian seluruh anggota DPR dan DPRD yang berasal dari partai politik yang dibubarkan; c) Pelarangan terhadap mantan pengurus partai politik yang dibubarkan untuk melakukan kegiatan politik; d) Pengambilalihan oleh negara atas kekayaan partai politik yang dibubarkan. (Pasal 10 ayat (2) PMK 12/2008) Ngr Suwarnatha 18 Sejarah Pembubaran Partai Politik Orla : a) Masyumi ”disuruh membubarkan diri” tidak lama setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. (Keppres No. 200 Tahun 1960) b) PSI dibubarkan. (Keppres No. 201 Tahun 1960) c) Partai Murba dibekukan. d) 11 Maret 1966 Penyerahan Supersemar. Ngr Suwarnatha 19 Orba : 12 Maret 1966 Pengemban SP 11 Maret 1966 (almarhum Presiden Soeharto) membubarkan PKI dan seluruh ormas-ormasnya hanya melalui proses politik, berdasarkan kekuatan dan kekuasaan belaka. (Keppres No. 1/3/1966) Sekarang : Berdasarkan ketentuan Pasal 24 C ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945, harus melalui proses peradilan in casu MK. Itulah yang disebut due process of law sebagai ciri negara hukum. Ngr Suwarnatha 20