laporan pertanggungjawaban pengelolaan surat utang

advertisement
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA
TAHUN 2007
DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007
I.
Pendahuluan
Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat Utang Negara (SUN) ini disusun untuk memenuhi
amanat pasal 16 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penatausahaan,
Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi atas Pengelolaan Surat Utang Negara. Dalam pasal 16
Undang-Undang dimaksud, disebutkan bahwa:
(1) Menteri wajib menyelenggarakan penatausahaan dan membuat pertanggungjawaban atas
pengelolaan Surat Utang Negara dan dana yang dikelola;
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan sebagai bagian dari
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Selain itu, laporan ini juga disusun agar seluruh pihak yang berkepentingan dapat mengetahui secara
jelas dan transparan informasi terkait dengan pengelolaan Surat Utang Negara. Hal ini sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk mengelola keuangan negara secara transparan, profesional dan
bertanggung jawab. Seluruh angka dan data yang digunakan dalam laporan ini meliputi realisasi
selama satu semester tahun anggaran 2008 yang dimulai 1 Januari 2008 dan berakhir 30 Juni 2008,
kecuali secara jelas dinyatakan lain.
II. Portofolio SUN
Surat Utang Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
Tujuan penerbitan SUN ialah untuk: (1) membiayai defisit APBN, (2) menutup kekurangan kas jangka
pendek, dan (3) mengelola portofolio utang negara, sehingga tujuan strategis yang hendak dicapai
yaitu mengoptimalkan pengelolaan utang dan perumusan pembiayaan defisit agar diperoleh sumber
pembiayaan dengan biaya rendah dan tingkat risiko yang dapat ditolerir dapat dilaksanakan dengan
baik.
A. Jenis SUN
Secara umum SUN dapat dibedakan atas Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka
waktu sampai dengan 12 bulan dan Obligasi Negara (ON) yang berjangka waktu lebih dari 12
bulan. Menurut denominasi mata uangnya, ON yang telah diterbitkan Pemerintah dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu ON berdenominasi Rupiah dan ON berdenominasi
valuta asing. Menurut jenis tingkat bunganya, ON dapat dikelompokkan ke dalam ON dengan
tingkat bunga tetap dan ON dengan tingkat bunga mengambang. Selain itu, Pemerintah juga
telah menerbitkan ON tanpa bunga yaitu Zero Coupon (ZC).
1. Obligasi Negara Berdenominasi Rupiah
Obligasi negara berdenominasi Rupiah dapat dipisahkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Obligasi berbunga tetap (fixed rate bonds – FR dan ORI)
Obligasi jenis ini memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan dan
dibayarkan secara periodik. Kupon obligasi
berbunga tetap seri FR (Fixed Rate)
dibayarkan setiap enam bulan sekali (semi-annual) sementara kupon ORI (Obligasi Ritel
Negara) dibayarkan sebulan sekali (monthly). Penerbitan ORI secara khusus akan
dijelaskan pada bagian lainnya.
Berdasarkan posisi akhir tahun 2007, terdapat 39 seri FR dengan tingkat kupon berkisar
antara 9% (FR0048, jatuh tempo 15 September 2018) sampai 15,575% (FR0014, jatuh
tempo 15 Nopember 2010), dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2008
sampai 2037. Selain itu terdapat tiga seri ORI, yaitu ORI001, ORI002, dan ORI003
dengan tingkat kupon berkisar antara 9,28 % sampai 12,05% dengan masa jatuh tempo
berkisar antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Baik obligasi jenis FR maupun
ORI dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
Komposisi SUN seri FR berdasarkan jumlah
18.000.000
16.000.000
J u ta R u p ia h
14.000.000
12.000.000
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
FR
00
0
FR 2
00
1
FR 1
00
1
FR 3
00
1
FR 5
00
1
FR 7
00
1
FR 9
00
2
FR 1
00
2
FR 3
00
2
FR 5
00
2
FR 7
00
3
FR 0
00
3
FR 2
00
3
FR 4
00
3
FR 6
00
3
FR 8
00
4
FR 0
00
4
FR 2
00
4
FR 4
00
4
FR 6
00
48
OR
I0 0
2
-
Seri FR
Grafik 1: Komposisi SUN seri FR menurut Jumlah TA 2007
2
Struktur Jatuh Tempo SBN seri FR TA 2007
2040
2035
2030
2025
2020
2015
2010
2005
FR
00
F R 02
00
1
FR 1
00
F R 13
00
1
FR 5
00
F R 17
00
1
FR 9
00
F R 21
00
2
FR 3
00
F R 25
00
2
FR 7
00
F R 30
00
3
FR 2
00
F R 34
00
3
FR 6
00
F R 38
00
4
FR 0
00
F R 42
00
4
FR 4
00
F R 46
00
48
2000
Grafik 2: Struktur Jatuh Tempo Obligasi FR TA 2007
b. Obligasi tanpa bunga (zero coupon – ZC)
Zero coupon adalah obligasi negara tanpa bunga yang dijual secara diskonto. Penerbitan
perdana zero coupon bond dilakukan oleh pemerintah pada tanggal 28 Agustus 2007.
Seri yang diterbitkan adalah seri ZC0001 yang jatuh tempo 20 November 2008 (tenor 15
bulan). Mengingat tingginya minat investor terhadap zero coupon bond, pemerintah
kembali menerbitkan seri ZC0002 pada tanggal 18 September 2007 dengan tenor 24
bulan. Pada penerbitan zero coupon bond berikutnya tanggal 20 November 2007,
pemerintah menerbitkan ZC0003 dengan waktu jatuh tempo yang lebih panjang yaitu 5
tahun. Secara keseluruhan selama tahun 2007, pemerintah telah menerbitkan 3 seri zero
coupon bond, dengan total outstanding sebesar Rp10,50 triliun.
Komposisi Zero Coupon Bond Menurut Jumlah
TA 2007
6
Triliun Rupiah
5
4
3
2
1
0
ZC0001
ZC0002
ZC0003
Grafik 3: Komposisi Zero Coupon Bond Menurut Jumlah TA 2007
3
Struktur Jatuh Tempo Zero Coupon Bond
2012
Tahun
2011
2010
2009
2008
2007
ZC0001
ZC0002
ZC0003
Grafik 4: Struktur Jatuh Tempo Zero Coupon Bond TA 2007
c. Obligasi berbunga mengambang (variable rate bonds – VR)
Obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan secara periodik
berdasarkan tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) berjangka 3 bulan. Kupon
dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan. Sampai akhir tahun 2007, terdapat 19
seri VR yang masa jatuh temponya berkisar antara tahun 2008 sampai dengan 2020
dengan total outstanding sebesar Rp168 triliun. Obligasi jenis VR dapat diperdagangkan
dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
Struktur VR Bonds Menurut Jumlah
30.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
VR0031
VR0030
VR0029
VR0028
VR0027
VR0026
VR0025
VR0024
VR0023
VR0022
VR0021
VR0020
VR0019
VR0018
VR0017
VR0016
VR0015
VR0014
VR0013
Juta Rupiah
25.000.000
Seri VR
Grafik 5: Komposisi Jumlah Obligasi VR TA 2007
4
VR0031
VR0030
VR0029
VR0028
VR0027
VR0026
VR0025
VR0024
VR0023
VR0022
VR0021
VR0020
VR0019
VR0018
VR0017
VR0016
VR0015
VR0014
VR0013
2000
2005
2010
2015
2020
Grafik 6: Struktur Jatuh Tempo Obligasi VR TA 2007
d. Surat utang kepada BI
Surat utang kepada Bank Indonesia pada akhir tahun 2007 terdiri atas empat seri Surat
Utang (SU) yaitu SU002, SU004, SU005, dan SU007 serta satu seri Special Rate Bank
Indonesia (SRBI01). Surat Utang (SU) diterbitkan dalam rangka penyelesaian bantuan
likuiditas BI yang dikucurkan oleh Bank Indonesia saat krisis moneter tahun 1998/1999.
SRBI diterbitkan untuk pembiayaan kredit program. Kupon dibayarkan secara periodik
setiap 6 (enam) bulan sekali, sementara pokok utang diamortisasi (dicicil) setiap enam
bulan sekali secara proporsional atas dasar pokok utang. Pembayaran cicilan pokok
dilakukan bersamaan dengan pembayaran bunga, dan dimulai setelah masa tenggang
(grace period) berakhir. Pada akhir tahun 2007, total outstanding surat utang kepada BI
adalah Rp259 triliun.
Struktur SU dan SRBI berdasarkan Jumlah
Juta Rupiah
140.000.000
120.000.000
100.000.000
80.000.000
60.000.000
40.000.000
20.000.000
-
SU002
SU004
SU005
SU007 SRBI01
Seri
Grafik 7: Komposisi Surat Utang kepada BI (SU/SRBI) TA 2007
5
2035
2030
2025
Tahun
2020
2015
2010
2005
2000
1995
SU002
SU004
SU005
SU007
SRBI01
Grafik 8: Struktur Jatuh Tempo Surat Utang kepada BI (SU/SRBI) TA 2007
2. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
Penerbitan SPN mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang telah ada yaitu:
Undang-Undang nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, Peraturan Menteri
Keuangan nomor 26/PMK.08//2007 tentang Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana,
Pemerintah Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan atas Diskonto
SPN serta Peraturan Menteri Keuangan nomor 46/PMK.03/2007 tentang Tata Cara
Pemungutan Pajak Penghasilan atas Diskonto SPN. Pada tanggal 28 Mei 2007, Pemerintah
untuk pertama kalinya menerbitkan SPN dengan seri SPN2008052801. Sepanjang tahun
2007, Pemerintah telah menerbitkan SPN sebesar Rp4,16 triliun.
3. Obligasi Negara Berdenominasi Mata Uang Asing
Surat Utang Negara (SUN) saat ini telah menjadi sumber utama dalam pemenuhan target
pembiayaan dalam APBN karena mempunyai pengaruh yang signifikan. Dalam rangka
pemenuhan target tersebut pemerintah semaksimal mungkin berusaha terus menggali
potensi sumber pembiayaan dari dalam negeri, yaitu dengan menerbitkan SUN
berdenominasi Rupiah di pasar domestik. Namun, dengan pertimbangan beberapa hal
seperti daya serap pasar obligasi dalam negeri yang masih terbatas dan kebutuhan untuk
pemenuhan benchmark atas obligasi Indonesia dalam denominasi USD, maka Pemerintah
memutuskan untuk melakukan penerbitan SUN dalam valuta asing di pasar internasional
mengacu pada Undang-undang nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara juga
berlandaskan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.08/2007 tanggal 19 Februari
6
1997 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 22/KMK.01/2004
tentang Penjualan Obligasi Negara Dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional.
Sepanjang tahun 2007, Pemerintah telah menerbitkan SUN valas sebanyak 1 kali yaitu seri
INDO-37 sebesar USD1,5 miliar pada tanggal 7 Februari 2007. Obligasi ini memiliki kupon
6,625% dan akan jatuh tempo pada 17 Februari 2037
Struktur SUN Valas berdasarkan Jumlah
Juta Rupiah
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
RI0014
RI0015
RI0016
RI0017
RI0035
RI0037
Seri SUN Valas
INTERNATIONAL BONDS
Grafik 9: Komposisi Jumlah per Seri International Bonds
RI0037
RI0035
RI0017
RI0016
RI0015
RI0014
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2040
JATUH TEMPO
Grafik 10: Struktur Jatuh tempo International Bonds
7
B. Saldo SUN dan Perubahannya
Surat Utang Negara dapat berubah saldonya akibat adanya penerbitan baru, pelunasan,
pembelian kembali atau oleh sebab lainnya. Posisi SUN per 31 Desember 2006 dan 31
Desember 2007 masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Adapun ringkasan
perubahan posisi SUN tahun 2007 adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Ringkasan Perubahan Posisi SUN Tahun 2007
Obligasi Negara
31 Desember 2007
31 Desember 2006
Mutasi
(Juta Rp)
(Juta Rp)
(Juta Rp)
Seri Fixed Rate
294.452.587
238.564.501
55.888.086
Seri Variable Rate
168.625.188
180.186.698
-11.561.510
SU + SRBI
259.378.965
274.366.755
-14.987.790
Tanpa Bunga (SPN+ZC)
14.668.800
-
14.668.800
Total SUN Dalam Negeri
737.125.540
693.117.954
44.007.586
SUN Valas (USD)
7.000.000.000
5.500.000.000
1.500.000.000
65.933.000
49.610.000
16.323.000
803.058.540
742.727.954
60.330.586
SUN Valas (Rp)
Total SUN DN + Valas
Memperhatikan tabel di atas, dapat dilihat adanya perubahan yang cukup signifikan berupa
meningkatnya porsi SUN berbunga tetap (FR) dan menurunnya porsi SUN berbunga
mengambang (VR). Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah untuk menurunkan risiko tingkat
bunga dengan meningkatkan porsi fixed rate bonds dalam portofolio SUN.
Komposisi Portofolio SUN TA 2007
350.000.000
Juta Rupiah
300.000.000
250.000.000
200.000.000
150.000.000
100.000.000
50.000.000
FR
Tanpa Bunga
VR
SU+SRBI
SUN Valas
Jenis SUN
Grafik 11: Komposisi Jenis-Jenis SUN pada TA 2007
8
III. Kegiatan Pengelolaan SUN Tahun 2007
Kegiatan pengelolaan SUN meliputi penerbitan SUN, pelunasan pokok dan pembelian kembali,
pertukaran obligasi, dan pembayaran bunga dan biaya lainnya.
A. Penerbitan SUN
Pemerintah dan DPR sepakat menetapkan target SUN neto dalam APBN-P 2007 sebesar
Rp58.546.319.276.000,00. Hal ini berarti Pemerintah memperoleh fleksibilitas untuk menerbitkan
SUN dalam jumlah berapa pun dan membeli kembali SUN dalam jumlah berapapun, sepanjang
jumlah netonya (termasuk yang jatuh tempo) tidak pagu tersebut di atas. Sepanjang tahun 2007,
Pemerintah telah menerbitkan SUN baik dalam denominasi Rupiah maupun dalam denominasi
valas. Penerbitan dilakukan baik melalui lelang, maupun bookbuilding.
1. Penerbitan SUN Berdenominasi Rupiah Melalui Lelang
Sepanjang tahun 2007, Pemerintah telah melakukan lelang penerbitan ON berdenominasi
Rupiah sebanyak 13 (tiga belas) kali, yang diselenggarakan setiap bulan, mulai bulan Januari
sampai Nopember. Pada setiap penerbitan selalu terjadi oversubscription, yaitu jumlah bids
yang masuk dibandingkan dengan jumlah target awal yang diumumkan, berkisar dari 1,2 kali
sampai 7,07 dengan rata-rata 4,20 kali (tahun sebelumnya 3,5 kali). Hal ini merupakan salah
satu indikator semakin tingginya kepercayaan investor terhadap SUN. Total nilai nominal ON
seri FR yang diterbitkan Pemerintah tahun 2007 mencapai Rp71,89 triliun, dengan kupon
berkisar antara 9,00% sampai 10,25%, dan waktu jatuh tempo pada umumnya berjangka
menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2017 sampai 2037.
Mengantisipasi minat investor yang cenderung bergeser dari instrumen jangka menegah
sampai panjang ke instrumen jangka pendek sehubungan dengan kondisi ketidakpastian
pasar karena adanya isu subprime mortgages pada pertengahan bulan agustus 2007,
pemerintah mengambil inisiatif untuk menerbitkan instrumen Obligasi Negara dengan waktu
maturity date yang lebih singkat (kurang dari 5 tahun). Alternatif penerbitan instrumen jangka
pendek yang berbentuk obligasi negara dipilih pemerintah karena penerbitan SPN masih
memiliki kendala seputar isu masalah perpajakan. Instrumen yang kemudian diterbitkan oleh
pemerintah adalah Zero Coupon Bond yaitu Obligasi Negara Tanpa Bunga yang dijual secara
diskonto. Secara keseluruhan selama tahun 2007, pemerintah telah menerbitkan 3 seri Zero
Coupon Bond dengan total outstanding sebesar Rp10,5 triliun.
9
2. Penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI)
ORI adalah Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara
Indonesia melalui Agen Penjual di pasar perdana. Penerbitan ORI merupakan salah satu
upaya untuk melaksanakan Strategi Pengelolaan Utang Negara tahun 2005 – 2009 yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan nomor
447/KMK.06/2005.
Di dalam dokumen strategi dimaksud ditetapkan bahwa pengembangan pasar sekunder SUN
dilakukan antara lain dengan melakukan diversifikasi instrumen SUN melalui SUN Ritel yang
mana hal ini sejalan pula dengan upaya memperluas basis investor. Penerbitan ORI
merupakan langkah nyata Pemerintah dalam melaksanakan strategi dimaksud. Selain itu, ORI
diterbitkan juga dalam rangka memberikan alternatif investasi yang cukup menguntungkan dan
aman bagi investor individu, serta memberikan unsur pendidikan bagi investor individu untuk
berinvestasi pada instrumen pasar modal seperti ORI. Selama ini investor individu umumnya
menyimpan dananya pada instrumen investasi berupa tabungan atau deposito yang notabene
instrumen pasar uang. Terlebih dengan belum pulihnya kepercayaan masyarakat umum pada
industri reksadana.
Selama tahun 2007 pemerintah melakukan penerbitan ORI sebanyak dua kali dengan
beberapa penyempurnaan terms and conditions untuk memelihara keberlanjutan supply ORI
dalam upaya perluasan basis investor dan sebagai alternatif instrumen pembiayaan APBN.
Selain itu, keberadaan ORI dapat menjadi alternatif lahan investasi yang menjanjikan seperti
instrumen investasi lainnya yang sudah ada seperti saham, reksadana dan deposito.
ORI002 mulai ditawarkan ke pasar tanggal 8 Maret 2007 dan resmi diterbitkan tanggal 28
Marer 2007 dengan total pemesanan pembelian Rp 6,23 triliun yang terdiri dari 13.158
investor dengan jumlah pemesanan terbesar berada dalam kelompok Rp 100,00 juta s.d. Rp
500,00 juta per pemesanan. Sementara ORI003 diterbitkan tanggal 10 September 2007
senilai Rp 9,37 triliun dengan investor sebanyak 22.387 orang. Secara umum penerbitan
perdana ORI002 dan ORI003 dapat dikatakan terlaksana dengan baik dan memberikan
kontribusi yang cukup signifikan pada pembiayaan APBN 2007 yaitu sebesar 15,6% dari
seluruh penerbitan SBN.
3. Surat Perbendaharaan Negara
Penerbitan perdana SPN dilakukan oleh pemerintah pada tanggal 29 Mei 2007, dengan
menerbitkan SPN seri SPN2008052801. Penerbitan perdana SPN mendapat respon positif
dari pelaku pasar yang terlihat dari oversubcription saat penawaran sebesar 6,44 kali dari
Rp2,00 triliun saat penawaran. Pemerintah menerbitkan kembali (reopening) SPN2008052801
10
pada bulan Juni dan Juli 2007, namun respon pelaku pasar atas reopening tersebut tidak
setinggi pada saat penawaran perdana karena terjadi penurunan nilai oversubcription menjadi
1,96 kali pada reopening pertama dan 1,33 kali pada reopening kedua. Penurunan minat
pelaku pasar atas SPN berkaitan dengan perlakuan pajak seperti yang tertuang dalam PP No
11 Tahun 2006 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Diskonto SPN
yang
menyatakan atas penghasilan tertentu dari Wajib Pajak berupa Diskonto SPN dikenakan
pemungutan PPh sebesar 20% yang bersifat final di Pasar Perdana. Secara total, sepanjang
tahun 2007, pemerintah telah menerbitkan SPN seri SPN2008052801 sebesar Rp4,168 triliun.
4. Surat Utang Kepada Bank Indonesia
Sepanjang tahun 2007, Pemerintah telah mencairkan dana SU005 sebanyak 3 kali, yaitu pada
tanggal 15 Mei 2007 sebesar Rp245 miliar, tanggal 18 Juli 2007 sebesar Rp55 miliar, dan
tanggal 31 Oktober 2007 sebesar Rp35 miliar, sehingga total pertambahan jumlah SU005
selama tahun 2007 adalah sebesar Rp335 miliar.
5. Penerbitan SUN Berdenominasi USD
Pada tanggal 7 Februari 2007 Menteri Keuangan menetapkan penerbitan INDO-37, sebagai
berikut :
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Nominal
Jatuh Tempo
Yield
Ekivalen spread atas US Treasury
Kupon
ƒ
ƒ
Dicatatkan pada Bursa
Trustee, Registrar, Transfer Agent
dan Paying Agent
Tanggal Setelmen
ƒ
: USD 1,5 miliar
: 15 Februari 2037
: 6,750%,(offer price 98,40%)
: 189,3 bps
: 6,625%, semiannually dibayarkan setiap
Tanggal 17 Februari dan 17 Agustus
: Singapore Stock Exchange
: Bank of New York
: 14 Februari 2007
Secara umum penerbitan Obligasi Negara dalam Valuta Asing seri INDO-37 telah dapat
dilaksanakan dengan baik dan kinerja INDO-37 di pasar sekunder juga membaik yang
diindikasikan oleh pergerakan harga maupun maupun rentang imbal hasil (yield spread)
terhadap US Treasury dengan tenor yang sama. Namun demikian evaluasi dan
penyempurnaan akan terus dilakukan.
B. Pelunasan Pokok dan Pembelian Kembali
Pokok SUN dapat berkurang melalui pelunasan baik saat jatuh tempo maupun sebelum jatuh
tempo melalui pembelian kembali (buyback dan switching). Sepanjang tahun 2007, nominal SUN
11
telah berkurang sebanyak Rp58,5 triliun, yang terdiri dari pelunasan SUN jatuh tempo sebesar
Rp39,8 triliun dan pelunasan SUN dalam rangka pembelian kembali sebesar Rp18,7 triliun.
1. Pelunasan SUN Jatuh Tempo
Seluruh SUN yang jatuh tempo tahun 2007 dibayar tepat pada waktunya secara tunai dengan
total Rp39,8 triliun. Seri-seri SUN yang jatuh tempo tahun 2007 adalah sebagai berikut:
Tabel 2: SUN Jatuh Tempo Tahun 2007
Seri
Tanggal Jatuh Tempo
FR0005
15 Juli 2007
VR0029
15 April 2007
VR0011
25 Februari 2007
VR0012
25 September 2007
SU007
01 Februari 2007
SU007
01 Agustus 2007
SU005
10 Desember 2007
SRBI01
25 Mei 2007
Pelunasan SRBI dapat bersumber dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian
Pemerintah dan akan dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter BI telah
mencapai di atas 10%. Pada tahun 2007, berdasarkan hasil audit BPK, rasio modal terhadap
kewajiban moneter Bank Indonesia lebih dari 10%, sehingga pada tahun 2007 kelebihan
tersebut digunakan untuk mengurangi saldo SRBI-01/MK/2003 sebesar Rp13,7 triliun.
2. Pelunasan SUN Melalui Pembelian Kembali (Buyback dan Switching)
Pertukaran obligasi atau debt switching umumnya dilakukan dengan dua alasan utama, yaitu:
(i) memperbaiki struktur jatuh tempo pokok SUN (oleh karena itu sering juga disebut sebagai
debt reprofiling), dan (ii) meningkatkan likuiditas pasar sekunder SUN, yaitu dengan menarik
obligasi yang tidak likuid (off-the-run bonds) dan menggantinya dengan obligasi yang lebih
likuid (on-the-run bonds). Selama tahun 2007, Pemerintah telah melakukan debt switching
melalui lelang sebanyak 9 dengan nilai nominal total sebesar Rp15,78 triliun dan buyback
sebanyak 3 kali dengan nominal total Rp2,9 triliun, sehingga total pembelian kembali SUN
yang dilakukan selama tahun 2007 adalah Rp18,7 triliun. Seri-seri SUN yang ditarik
diutamakan pada SUN yang jatuh tempo dalam jangka pendek dan digantikan dengan SUN
jangka panjang dengan pertimbangan untuk menurunkan refinancing risk periode tersebut.
12
C. Pembayaran Bunga dan Biaya Lain Penerbitan SUN
Pembayaran bunga dan biaya lain penerbitan SUN meliputi: (i) bunga dan biaya lain penerbitan
SUN Rupiah, dan (ii) bunga dan biaya lain penerbitan SUN valas.
1. Bunga dan Biaya Lain Penerbitan SUN Berdenominasi Rupiah
Pembayaran bunga dan biaya penerbitan SUN berdenominasi Rupiah tahun 2007 secara total
mencapai Rp53,5 triliun, yang terdiri dari:
a. Bunga Obligasi negara Dalam Negeri sebesar Rp48,4 triliun;
b. Biaya/Kewajiban Obligasi Negara lainnya sebesar Rp81 miliar;
c. Discount SPN sebesar Rp311 miliar;
d. Discount Obligasi Negara Dalam Negeri sebesar Rp2,7 triliun; dan
e. Loss on Bond Redemption sebesar Rp2,0 triliun.
2. Bunga dan Biaya Penerbitan SUN Berdenominasi USD
Sepanjang tahun 2007, pembayaran bunga dan biaya penerbitan SUN valas mencapai Rp4,5
triliun, yang terdiri dari:
a. Bunga SUN Valas sebesar Rp4,2 triliun;
b. Biaya/Kewajiban SUN Valas lainnya sebesar Rp19 miliar;
c. Discount SUN Valas sebesar Rp217 miliar.
D. Pengembangan Produk dan Infrastruktur Surat Berharga Negara
1. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Dalam rangka perluasan basis investor, diversifikasi sumber pembiayaan, dan pengembangan
pasar keuangan dalam negeri, Pemerintah merencanakan penerbitan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah, atau dikenal secara internasional dengan istilah sukuk. Instrumen
keuangan ini pada prinsipnya sama seperti surat berharga konvensional, dengan perbedaan
pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti
bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu
aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, serta adanya aqad atau penjanjian antara para
pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Untuk keperluan penerbitan surat berharga berdasarkan prinsip syariah, perlu adanya
pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut instrumen maupun perangkat yang
diperlukan. Hal tersebut, juga dengan mempertimbangkan adanya kendala-kendala yang
dihadapi dari sisi legal dalam hal Pemerintah akan menerbitkan surat berharga berdasarkan
prinsip syariah dengan menggunakan basis hukum yang ada di Indonesia pada saat ini. Oleh
karena itu, Pemerintah telah menyiapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Surat
13
Berharga Syariah Negara (SBSN). RUU tentang SBSN ini, secara garis besar mengatur halhal sebagai berikut:
•
Transparansi pengelolaan Surat Berharga Syariah Negara dalam kerangka kebijakan
fiskal dan kebijakan pengembangan pasar Surat Berharga Syariah Negara dengan
mengatur lebih lanjut tujuan penerbitannya dan jenis-jenis akad atau perjanjian yang
digunakan.
•
Kewenangan Pemerintah untuk menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara, baik
dilakukan secara langsung oleh Pemerintah yang didelegasikan kepada Menteri,
ataupun dilaksanakan melalui Perusahaan Penerbit yang dibentuk oleh Menteri.
•
Kewenangan Pemerintah untuk menggunakan Barang Milik Negara sebagai dasar
penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (underlying asset).
•
Kewenangan Wali Amanat untuk bertindak mewakili kepentingan Pemegang Surat
Berharga Syariah Negara;
•
Kewenangan Pemerintah untuk membayar semua kewajiban yang timbul dari
penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, baik yang diterbitkan secara langsung
oleh Pemerintah maupun melalui Perusahaan Penerbit, secara penuh dan tepat waktu
sampai berakhirnya kewajiban tersebut.
•
Landasan hukum bagi pengaturan lebih lanjut atas tata cara dan mekanisme
penerbitan Surat Berharga Syariah Negara di pasar perdana maupun perdagangan
Surat Berharga Syariah Negara di pasar sekunder agar pemodal memperoleh
kepastian untuk memiliki dan memperdagangkan Surat Berharga Syariah Negara
secara mudah dan aman.
Pada saat ini, RUU tentang SBSN tersebut telah disampaikan kepada DPR untuk dilakukan
pembahasan dan ditetapkan. .
IV. Pencapaian Target APBN
Target APBN atas pengelolaan SUN ditetapkan dalam tiga pos yaitu pos Surat Utang Negara (neto),
Bunga Utang Dalam Negeri, dan Bunga Utang Luar Negeri (SUN Valas).
A. Surat Utang Negara (neto)
Mulai tahun 2005, DPR telah menyetujui penerapan konsep net penerbitan SUN. Net penerbitan
SUN ialah selisih antara SUN yang diterbitkan dengan yang jatuh tempo dan yang dibeli kembali.
Mengingat target pembiayaan SUN di APBN ditetapkan dalam bentuk net penerbitan SUN, maka
Pemerintah memiliki fleksibilitas untuk menentukan jumlah penerbitan SUN dan jumlah pembelian
kembali, asalkan jumlah net penerbitan tidak melebihi yang telah ditetapkan DPR.
14
Untuk tahun 2007 target net penerbitan SUN (SUN neto) ditetapkan sebesar Rp58,54 triliun.
Realisasinya mencapai Rp57,17 triliun, angka ini belum memasukkan adanya penerimaan dari
pencairan SU005 sebesar Rp335 miliar, sehingga terdapat kekurangan dari target sebesar
Rp1,37 triliun dengan rincian sebagai berikut:
SUN NETTO 2007
Penerbitan SUN
Penerimaan Utang Bunga Obligasi Negara Dalam Negeri (711423)
1,120,907,117,000.00
Penerimaan Pembiayaan Obligasi Dalam Negeri (711424)
97,992,895,000,000.00
Penerimaan Penerbitan/Penjualan Obligasi LN (711431)
13,575,648,587,500.00
Penerimaan Penerbitan/Penjualan SPN (711441)
4,168,800,000,000.00
Total Penerbitan SUN
116,858,250,704,500.00
Pelunasan SUN
Belanja Pengeluaran Pelunasan Obligasi DN (721321)
39,786,861,003,598.00
Belanja Pengeluaran Pelunasan Obligasi DN melalui Pembelian Kembali (721323)
18,702,248,000,000.00
Belanja Pembayaran Utang Bunga Obligasi Dalam Negeri (721324)
1,196,954,544,000.00
Total Pelunasan SUN
59,686,063,547,598.00
Realisasi SUN Neto
57,172,187,156,902.00
Target APBN-P 2007
58,546,319,276,000.00
Selisih Kurang
(1,374,132,119,098.00)
B. Bunga Utang Dalam Negeri (SUN Domestik)
Berdasarkan APBN-P tahun 2007, pagu Bunga Utang Dalam Negeri ditetapkan sebesar Rp56,7
triliun sementara realisasi pembayaran bunga dan biaya penerbitan SUN berdenominasi Rupiah
tahun 2007 secara total mencapai Rp53,5 triliun, sehingga terdapat sisa pagu sebesar Rp3,2
triliun (rincian Laporan Realisasi Anggaran BA 61 terlampir).
C. Bunga Utang Luar Negeri (SUN Valas)
Berdasarkan APBN-P tahun 2007, pagu bunga SUN Valas ditetapkan sebesar Rp4,7 triliun
sedangkan realisasinya sebesar Rp4,48 triliun sehingga terdapat sisa pagu bunga SUN Valas
untuk TA 2007 sebesar Rp260 miliar (rincian Laporan Realisasi Anggaran BA 61 terlampir).
15
Download