0201: Abu Bakar Tawali dkk. PG-243 DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS SEBAGAI FOOD SUPPLEMENT DI JAYAPURA Abu Bakar Tawali 1), Mathelda Kurniaty Roreng 2), Meta Mahendradatta 3), Suryani 4) 1) Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar, HP 08124291427 e-mail: [email protected] 2) Universitas Papua, Jln. Gunung Salju Amban Manokwari-Tlp (0986)-214991 Disajikan 29-30 Nop 2012 ABSTRAK Tujuan kegiatan Insentif Riset SINas ini adalah memperkenalkan, memproduksi dan mengkomersialkan “konsentrat protein” ikan gabus sebagai food supplement. Kegiatan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu transfer teknologi dan internalisasi/ edukasi pada masyarakat di Jayapura. Produk yang didifusikan yaitu produk konsentrat protein ikan gabus telah terbukti dapat digunakan sebagai food suplement untuk mempercepat penyembuhan luka bakar, penyembuhan pasca operasi, meningkatkan status gizi dan daya tahan anak kurang gizi, pasien stroke, ODHA dan pasien penderita TBC. Melalui scale-up proses, Prosedur Operasional Standar (POS) proses pembuatan konsentrat ikan gabus skala usaha telah berhasil dibuat dan dijadikan acuan di dalam difusi teknologi pada masyarakat di Jayapura. UMKM Mitra (CV. Ridha) di Jayapura, sebagai mitra yang mengadopsi produk dan teknologi, telah mampu memproduksi konsentrat ikan gabus skala kecil, 1000 kapsul atau 35 botol (isi 30 kapsul) setiap harinya. Kapasitas produksi masih kecil, disesuaikan dengan kemampuan pemasaran produk, selanjutnya dapat ditingkatkan dengan penggandaan proses melalui pengadaan peralatan pemasakan/pengukusan, pengeringan dan penepungan yang lebih besar. Rendemen konsentrat protein yang didapatkan sebesar 15 %, dikemas dalam kapsul dan diberi merek”Probumin Sentani”. Produk konsentrat mengandung protein 86,81 % di mana 14-15% adalah protein albumin. Edukasi bagi masyarakat telah dilaksanakan terhadap masyarakat umum, stake holder seperti kalangan dokter dan rumah sakit melalui kegiatan workshop, sosialisasi serta melalui media cetak lokal di Jayapura untuk memberi pemahaman, pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan ikan gabus sebagai sumber protein yang bermanfaat untuk meningkatkan gizi masyarakat dan sebagai suplemen mempercepat proses penyembuhan berbagai penyakit. Diharapkan, kegiatan ini dapat meningkatkan nilai tambah ikan gabus, meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan kerja barus. Hal ini pada akhirnya diharapkan akan berkontribusi pada peningkatkan ketahanan pangan masyarakat di wilayah Jayapura, Papua Barat. Kata Kunci: ikan gabus, konsentrat protein, difusi teknologi, internalisasi I. PENDAHULUAN Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa ikan gabus dapat dijadikan sebagai sumber albumin untuk meningkatkan kandungan protein albumin pasien rawat inap dan bagi proses penyembuhan [1] dan dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan berbagai penyakit infeksi [2] karena perannya dalam meningkatkan kadar albumin pada penderita penyakit infeksi yang mengalami hipoalbuminemia (kadar albumin plasma yang rendah, di bawah 3,5 g/dl). Saat ini, pemberian suplemen dengan harga yang mahal masih dilakukan secara parenteral (infus). Di pasaran tersedia “preparat albumin” dengan merek yang berbeda-beda dan harganya sangat mahal sekitar Rp. 1.500.000 per botol yang diberikan minimal selama tiga hari atau total sekitar Rp. 4.500.000. Penelitian-penelitian terbaru menunjuk kan bahwa ikan gabus mempunyai kandungan albumin yang tinggi. Tawali dkk telah melakukan penelitian dengan judul “Produksi konsentrat protein dari ikan gabus yang menghasilkan produk konsentrat protein” skala laboratorium [3]. Produk konsentrat protein ini dijadikan sebagai food supplement dan telah terbukti mampu mempercepat penyembuhan penyakit infeksi dan meningkatkan daya tahan tubuh dan status gizi pasien. Potensi ikan gabus yang melimpah di berbagai daerah seperti di Danau Sentani dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber albumin yang murah. Untuk itu melalui kegiatan Insentif Riset SINas telah dilakukan transfer teknologi dan internalisasi pada masyarakat di Jayapura untuk memperkenalkan, memproduksi dan mengkomersialkan “konsentrat protein” ikan gabus sebagai food supplement. II. METODOLOGI Difusi teknologi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu transfer teknologi dan internalisasi/ edukasi pada masyarakat. Transfer produk dan teknologi dilakukan melalu tahapan penggandaan proses produksi dari skala laboratorium ke skala komersial kemudian ditransfer pada mitra usaha melalui pelatihan dan pendampingan. PG-244 Kegiatan edukasi dilakukan melalui penyiapan bahan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan kegiatan diseminasi melalui presentasi dan pelatihan (workshop) pada masyarakat. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Ikan Gabus Ikan gabus sebagai bahan baku pembuatan konsentrat protein pada penelitian ini awalnya di diharapkan berasal dari Danau Sentani yang menyimpan potensi sumberdaya ikan yang cukup besar, karena Danau Sentani yang terletak di bawah lereng Pegunungan Cycloop yang terbentang antara kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua, merupakan salah satu danau terbesar dan terluas di Indonesia. Danau Sentani dengan luas 9.360 hektare dan berada pada ketinggian 75 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki 21 buah pulau kecil yang menghiasi danau yang indah ini [4]. Potensi air Danau Sentani yang besar sangat cocok untuk pengembangan budidaya ikan air tawar bagi peningkatan gizi keluarga dan salah satu sumber pendapatan daerah. Saat ini terdapat 29 spesies ikan air tawar dan tiga di antaranya merupakan spesies asli Danau Sentani. Salah satunya adalah ikan gabus, spesies asli Danau Sentani yang tidak terdapat di daerah atau negara lain di dunia. Masyarakat Danau Sentani menyebut ikan gabus asli (Oxyeleotris heterodon) sebesar paha atau betis manusia dengan nama khahebei sedangkan yang masih kecil disebut kayou. 0201: Abu Bakar Tawali dkk. Populasi ikan gastor dengan cepat berkembang biak, tidak hanya di Danau Sentani tetapi juga di rawa-rawa dan sungai-sungai dan hutan sagu di wilayah Jayapura. Keadaan ini di satu sisi mengkhawatirkan karena menyebabkan punahnya spesies asli Danau Sentani tetapi di sisi lain gastor menjadi bahan baku yang potensial sebagai sumber protein bagi masyarakat. Pemanfaatan ikan gabus di Jayapura belum banyak, beberapa kelompok masyarakat mengkonsumsi ikan gabus dalam bentuk masakan (dipanggang, digoreng, dimasak berkuah), namun sebagian lagi tidak suka mengkonsumsi ikan gabus toraja karena bentuknya yang menyerupai ular. Ikan gabus diperjualbelikan dengan harga bervariasi antara Rp. 100.000 sampai Rp. 150.000 per ikat, berisi 5-6 ekor dengan berat rata rata 1- 1.5 kg/ekor. Gambar 1. Ikan gabus toraja yang dipasarkan di Jayapura Gambar 1. Danau Sentani dengan latar belakang kota Jayapura Sayangnya spesies asli sudah sulit ditemukan oleh masyarakat. Umumnya ikan gabus yang diperdagangkan di pasar-pasar Jayapura dan sekitarnya didominasi oleh ikan gabus yang disebut gabus toraja (gastor) (Channa striata). Ciri-ciri fisiknya, memiliki tubuh sedikit bulat atau bentuk tubuh Sub-cylindrical, panjang 90110 cm, bagian punggung cembung, perut rata, dan kepala pipih berwarna hitam dengan gigi yang bergerigi dan runcing mirip dengan ular. Bagian permukaan dan samping punggung berwarna gelap dan bercorak kombinasi warna hitam dan kuning tua, putih pada bagian perut. Disebut gabus toraja karena menurut cerita rakyat yang beredar, pada tahun 1980an perantau dari Tana Toraja Sulawesi Selatan yang banyak mendiami pesisir Danau Sentani secara tidak sengaja membawa ikan gabus dari kampung halaman mereka ke Papua dan dilepas di Danau Sentani. Karena ikan gabus merupakan predator, maka polulasi ikan lainnya terutama ikan asli Danau Sentani secara perlahan mulai hilang dimangsa oleh gastor. Produk -Teknologi yang Didifusikan Produk dan teknologi yang telah didifusikan ke Jayapura adalah produk dan proses pembuatan ”konsentrat protein ikan gabus” dalam kapsul yang dijadikan sebagai makanan tambahan bagi berbagai kalangan masyarakat. Konsentrat protein ikan gabus telah diteliti dan diproduksi pada skala laboratorium di Laboratorium Pengembangan Produk, Pusat Pangan Gizi dan Kesehatan Universitas Hasanuddin [3]. Produk ini telah terbukti mampu meningkatkan kadar albumin pasien rawat inap dan mempercepat penyembuhan luka bakar dan penyembuhan pasca operasi serta mampu meningkatkan status gizi pasien. Bahkan salah satu produk penelitian berupa konsentrat protein albumin telah dipatenkan [5]. Penelitian-penelitian lain di Unhas, telah membuktikan bahwa konsentrat protein ikan gabus dapat digunakan sebagai food supplement untuk membantu meningkatkan status gizi anak kurang gizi [6], status gizi lansia [7], status gizi dan hemoglobin lansia [8], mempercepat penyembuhan pasien pasca bedah [9], penyembuhan luka [10], meningkatkan status gizi dan daya tahan pasien stroke [11], [12], pasien ODHA [13], pasien penderita TBC [14]. Transfer produk dan Teknologi Scaling-up Produksi Skala Usaha Salah satu tahapan untuk mendifusikan teknologi pada masyarakat di Jayapura adalah penggandaan proses produksi dari skala laboratorium ke skala komersial untuk memperbesar 0201: Abu Bakar Tawali dkk. kemampuan memproduksi konsentrat protein ikan gabus. Scale-up proses dilakukan secara bertahap dari 0,5 kg menjadi 5-10 kg. Sebagai konsekuensi dari pembesaran skala, menyebabkan perubahan dalam perlakuan proses. Oleh karena itu semua tahapan proses pada skala baru perlu dioptimalisasi berlandaskan proses optimal telah diperoleh pada skala laboratorium. Optimalisasi proses produksi konsentrat protein ikan gabus telah berhasil dilakukan dengan menghasilkan Prosedur Operasional Standar (POS) proses pembuatan konsentrat ikan gabus yang meliputi pengadaan bahan baku, pengolahan (persiapan, pengkondisian, pemasakan dan pengukusan, pengeringan, penepungan dan pengkapsulan) dan sanitasi lingkungan usaha. Dokumen ini dijadikan acuan dalam difusi teknologi pada masyarakat di Jayapura. Sebagai tahap pertama dari proses produksi adalah pengadaan bahan baku ikan gabus yang umumnya berasal dari bagian dasar danau atau rawa-rawa. Ikan gabus toraja mengandung berbagai benda asing. Selain itu ikan gabus mengeluarkan lendir yang banyak pada saat ditangkap dan pada saat transportasi. Ikan yang baru diperoleh dari lapangan dibersihkan terutama dari bendabenda asing. Kemudian ikan dibersihkan lebih lanjut dengan mengeluarkan sisik dan insang. Pengeluaran sisik dan insang sangat penting untuk menghindari benda-benda/ kotoran yang tak diinginkan yang dapat terikut pada tahap pengolahan selanjutnya. Proses pembersihan ikan gabus sebanyak 5 kg dengan satu pekerja membutuhkan waktu 30 menit. Tahapan selanjutnya adalah pengolahan ikan gabus menjadi konsentrat ikan gabus yang dikemas dalam kapsul. Ikan gabus yang telah dibersihkan kemudian dikondisikan melalui proses pematangan dan pengeluaran lemak. Peran suhu dan volume pelarut sangat menentukan produk akhir. Perbandingan pelarut dan ikan gabus menentukan tingkat kematangan ikan yang dihasilkan. Jika air terlalu banyak maka sisa air yang banyak menyebabkan protein yang larut air dalam hal ini protein albumin dari ikan gabus akan banyak terbuang. Gambar 3. Proses produksi konsentrat protein ikan gabus Proses selanjutnya adalah penghancuran yang dilakukan menggunakan blender untuk mendapatkan ikan gabus dalam bentuk pasta homogen. Produk ini kemudian dikeringkan sampai kadar air di bawah 4 % agar dapat dihancurkan. Scale-up pengeringan dilakukan menggunakan oven pengering bertingkat dengan suhu yang bervariasi. Optimalisasi pengeringan pada skala produksi yang lebih besar dilakukan untuk mendapatkan perlakuan penggunaan suhu yang tepat untuk menghasilkan ikan gabus yang PG-245 kering siap digiling. Perlakuan suhu harus diatur agar proses pengeringan berlangsung cepat karena sifat ikan yang mudah rusak. Namun demikian kecepatan pengeringan tidak boleh menyebabkan daging ikan gabus menjadi hangus/gosong dan berwarna kehitaman. Proses pengeringan didasarkan pada data yang telah diperoleh pada skala laboratorium. Beberapa perlakukan diberikan terutama suhu pengeringan. Hasil terbaik optimalisasi pengeringan diperoleh pada pengeringan bertingkat yang dimulai dengan suhu 700C pada 30 menit awal kemudian suhu diturunkan bertahap sampai 650C, satu jam berikutnya 600C kemudian dibiarkan pada suhu 50-55 0C sampai kadar air mencapai 9-10%. Pada awal pengeringan suhu diberikan agak tinggi agar proses pengeringan berlangsung cepat, namun setelah kadar air berkurang maka suhu oven pengering secara bertahap diturunkan untuk menghindari produk menjadi gosong. Proses pengeringan dihentikan pada saat kadar air mencapai kadar di mana produk kering sudah dapat digiling. Dari hasil optimalisasi terlihat bahwa penggilingan baru dapat dilakukan setelah kadar air mencapai 4 %. Penggilingan dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan rendemen yang lebih besar. Bahan yang telah kering tersebut digiling dengan ukuran 100 mesh. Pada skala 5-10 kg bahan baku ikan gabus, penggilingan diulang hingga tiga kali untuk memberikan hasil dengan rendemen terbaik. Konsentrat protein ikan gabus dalam bentuk tepung kemudian dimasukkan ke dalam kapsul 0,7 gram secara manual. Produksi di Lokasi Mitra Rancangan proses produksi berdasarkan hasil optimal sklala usaha yang telah dilakukan diaplikasikan di lokasi mitra berdasarkan Prosedur Operasional Standar yang telah disusun sebelumnya pada tahap scaling-up. Mitra menyiapkan tempat produksi, beberapa peralatan produksi. Proses difusi teknologi dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan proses produksi. Pelatihan terutama difokuskan pada proses produksi termasuk pengadaan bahan baku dan rencana pemasaran. Proses produksi yang dilakukan di lokasi mitra disesuaikan dengan peralatan yang tersedia. Kapasitas satu kali proses membutuhkan ikan gabus sebanyak 5 kg. Ikan gabus yang digunakan berasal dari pasar di sekitar Abepura Jayapura. Untuk proses selanjutnya jika kapasitas permintaan cukup besar, CV. Ridha akan bermitra dengan pemasok ikan gabus yang kemudian disimpan dalam keadaan beku setelah dibersihkan. Hasil pelatihan dan uji coba produksi di lokasi mitra menunjukkan bahwa dengan peralatan dan tenaga kerja yang ada (dua orang) saat ini mitra hanya mampu memproses kurang lebih 5 kg ikan gabus setiap harinya (satu kali proses). Hasil produksi dari bahan baku tersebut menghasilkan 700-800 gram konsentrat ikan gabus (rendemen 14-15 %). Dengan kata lain bahwa kemampuan mitra satu kali produksi adalah kurang lebih 1000 kapsul (0,7 gram konsentrat protein/kapsul) atau sekitar 35 botol/hari (1 botol berisi 30 kapsul konsentrat protein). Untuk menghasilkan produksi 1000 botol/bulan maka dibutuhkan bahan baku ikan sebanyak 150 kg/bulan atau 5 kg/hari. Biaya total untuk bahan baku, termasuk bahan pendukung dan kemasan adalah sebesar Rp. 13.500.000. Jika biaya bahan baku ditambah dengan biaya operasional usaha dan penyusutan alat serta memperhitungkan bunga bank, maka total pengeluaran perbulan sebesar kurang lebih Rp. 25.000.000,-. Jika produksi per bulan konstan 1000 botol, maka harga pokok produk konsentrat protein ikan gabus adalah sebesar Rp.25.000,-/botol. Dari hasil analisis ekonomi terlihat bahwa, jika produk dijual Rp 50.000/botol maka 0201: Abu Bakar Tawali dkk. PG-246 telah memberikan keuntungan bersih rata-rata Rp. 25 juta per bulan atau Rp. 260.000.000,-/tahun. Produk yang dihasilkan oleh mitra diberi nama Probumin Sentani. Pemasaran produk konsentrat protein ikan gabus sedang dijajaki oleh mitra dalam dua bentuk yaitu penjualan langsung dan penjualan melalui distributor atau perantara. Untuk penjualan langsung, mitra usaha menjual langsung pada masyarakat yang dilakukan melalui komunikasi langsung dengan masyarakat. Pada tahap awal mitra telah menjual produk (sambil menunggu izin) kebanyakan yang dikemas dengan plastik dengan satuan 10 sampai 20 kapsul per kemasan. Penjualan tidak langsung, mitra bekerjasama dengan dokter atau orang tertentu sepeti pedagang multi level yang selama ini telah memasarkan produk-produk kesehatan. Untuk pemasaran ini lebih banyak menggunakan kemasan botol dengan satuan 30 biji/botol. memenuhi kebutuhan gizi keluarga terutama kebutuhan protein dan berbagai alternatif diversifikasi olahan ikan gabus. Untuk kalangan yang terkait dengan pemanfaatan produk konsentrat ikan gabus (Probumin Sentani) kegiatan sosialisasi dilakukan pada kegiatan pembukaan pertemuan dokter gigi se Papua yang diadakan oleh Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) cabang Papua. Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 40 dokter gigi dari berbagai wilayah di Papua. Selain itu dilakukan presentasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura yang dihadiri kurang lebih 50 peserta: dokter, tenaga medis lainnya dan tenaga administrasi. Kegiatan ini dipandu langsung oleh Direktur RSUD Jayapura. Gambar 5. Workshop pada Masyarakat Gambar 4. Produk ”Probumin Sentani” Komunikasi Informasi dan Edulasi Masyarakat Salah satu rangkaian kegitan difusi teknologi adalah kegiatan edukasi pada masyarakat di Jayapura. Material untuk komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) produk seperti brosur, leaflet, poster dan lain-lain telah dirancang dan dicetak untuk keperluan edukasi masyarakat dan sekaligus sebagai media promosi produk yang didifusikan di Jayapuara. Bahan-bahan tersebut berisikan profil, kekhasan serta kegunaan dan manfaat produk konsentrat protein yang berbahan baku ikan gabus dari Danau Sentani. Kegiatan dilaksanakan dengan obyek masyarakat umum, stake holder seperti kalangan dokter di rumah sakit melalui kegiatan workshop, sosialisasi dan melalui media cetak dan elektronik di Jayapura. Rangkaian sosialisasi diawali pada masyarakat di sekitar wilayah mitra usaha. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 50 orang ibu-ibu di wilayah Entrop Jayapura. Selain itu telah dilaksanakan workshop dengan tema Pemanfaatan Ikan Gabus Sebagai Makanan Tambahan (Food Supplement) sumber Protein bagi Masyarakat Jayapura di Kota Raja, Abepura, Jayapura bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat. Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 50 orang utusan dari posyandu dan wakil dari kelompok masyarakat di wilayah Jayapura. Kegiatan workshop yang diadakan selain memperkenalkan produk konsentrat ikan gabus juga memperkenalkan berbagai produk olahan dari ikan gabus bagi masyakat seperti bakso, abon, ikan asap, sosis ikan gabus dan berbagai kue basah yang berbahan baku ikan gabus, masalah pemenuhan gizi keluarga, pemanfaatan ikan gabus untuk Pada kegiatan tersebut selain diperkenalkan produk konsentrat protein ikan gabus (Probumin Sentani), juga lebih banyak dipaparkan hasil penelitian berupa manfaat konsentrat ikan gabus sebagai food supplement untuk pasien pasien pasca operasi, gizi buruk, luka bakar, penyakit TBC, liver, pasien stroke dan HIV/AIDS dan lain-lain. Kegiatan KIE ini diharapkan dapat memberi pemahaman, pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan ikan gabus sebagai sumber protein yang bermanfaat dalam meningkatkan gizi masyarakat dan sebagai suplemen untuk mempercepat proses penyembuhan berbagai penyakit. IV. KESIMPULAN Produk konsentrat protein ikan gabus terbukti dapat digunakan sebagai food supplement untuk mempercepat penyembuhan luka bakar, penyembuhan pasca operasi, meningkatkan status gizi dan daya tahan anak kurang gizi, pasien stroke, ODHA dan pasien penderita TBC. Prosedur Operasional Standar (POS) proses pembuatan konsentrat ikan gabus skala usaha telah berhasil dibuat dan dijadikan acuan di dalam difusi teknologi pada masyarakat di Jayapura. UMKM Mitra (CV. Ridha) di Jayapura telah mampu memproduksi konsentrat ikan gabus skala kecil, 1000 kapsul atau 35 botol (isi 30 kapsul) setiap harinya 0201: Abu Bakar Tawali dkk. Produk yang dihasilkan, ”Probumin Sentani” dengan rendemen 15 %, mengandung protein 86,81 % di mana 14-15 % adalah protein albumin Edukasi bagi masyarakat telah dilaksanakan masyarakat umum, stake holder seperti kalangan dokter, rumah sakit melalui kegiatan workshop, sosialisasi dan melalui media cetak dan elektronik di Jayapura untuk memberi pemahaman, pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan ikan gabus sebagai sumber protein yang bermanfaat untuk meningkatkan gizi masyarakat dan sebagai suplemen mempercepat proses penyembuhan berbagai penyakit. UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan terima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia melalui Program Insentif SINas yang telah mendanai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Suprayitno, Eddy. 2003. Potensi Serum Albumin Dari Ikan Gabus (Ophiocephalus streatus). Laporan Penelitian, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang. [2] Taslim, N.A. 2004. Kecukupan Asupan Makanan pada Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Wahidin. Laporan penelitian Pusat Penelitian Pangan Gizi dan KesehatanUnhas. [3] Tawali A.B., Taslim, N.A., Veni Hadju, Faisal Attamimi. 2005. Pembuatan Tepung Ikan Gabus dan Pemanfaatannya. Laporan Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sulsel. [4] Anonim. 2009. “Danau Sentani Mendangkal Lima Meter Setiap Tahun”, artikel di Harian Kompas, 30 Sept 2002, diunduh tanggal 10 Maret 2009 dari: www.polarhome.com [5] Taslim, N.A. A.B. Tawali, Veni Hadju, Faisal Attamini. 2007. Manfaat ikan Gabus sebagai makanan suplement pengganti Albumin, Paten No. Publikasi 047.137.A pada tgl 8 Maret 2007 [6] Santia, B. 2006. Pengaruh Subtitusi Tepung Ikan Gabus Terhadap Mutu Biskuit Sebagai Makanan Tambahan Anak Gizi Kurang. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. [7] Mulyati, 2007. Efek Pemberian Kapsul Albumin Ikan Gabus terhadap Perubahan Status Gizi dan Status Neurologis Penderita Stroke di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. [8] Malle, S. 2009. Pengaruh Pemberian Protein Albumin Ikan Gabus Terhadap Status Gizi dan Kadar Hemoglobin Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. PG-247 [9] Hidayanti, H. 2007. Pengaruh Pemberian Kapsul Konsentrat Ikan Gabus Pada Pasien Pasca Bedah di RSU DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. [10] Milasari, N. 2011. Pengaruh pemberian albumin ikan Gabus terhadap penyembuhan luka seksio sesarea elektif. Tesis Program Pascasarjana Unhas [11] Djajakusli, S. 2009. Pengaruh Suplemen Kapsul Ekstrak Protein Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) pada Penderita Sindrom Nefrotik. Tesis Program Pascasarjana Unhas [12] Ashari, N. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus (PujiminR) terhadap Peningkatan Imunitas Penderita HIV/AIDS. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. [13] Salma, Wa Ode. 2007. Pengaruh Pemberian Kapsul Ikan Gabus Terhadap Kadar Albumin Dan Status Gizi Pada Pasien ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) Di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tesis Program Pascasarjana Unhas [14] Malle, J. 2008. Tepung Ikan Gabus untuk Penderita TBC. Tesis Program Pascasarjana Unhas