Pengaruh Brand Experience, Brand Knowledge dan Advertising terhadap Repurchase Intention (Studi pada Konsumen Wardah di Purworejo) Awanda Setyaningrum [email protected] IntanPuspitasari, S.E., M.Sc. EndahPriAriningsih, S.E., M.Sc. Program StudiManajemen, FakultasEkonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Minat beli ulang dapat ditimbulkan dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk dapat menimbulkan minat beli ulang adalah (1) brand experience yang positif terhadap merek, (2) memberikan pengetahuan merek (brand knowledge) yang cukup kepada konsumen dan (3) iklan (advertising) yang menarik. Ketika ketiga hal tersebut dikelola dengan baik, maka konsumen akan melakukan pembelian kembali terhadap merek tersebut. Repurchase intention sendiri sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan sukses atau tidaknya sebuah produk dipasaran, hal ini dikarenakan ketika sebuah produk diminati oleh konsumen, maka konsumen akan melakukan pembelian kembali terhadap produk tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah brand experience, brand knowledge dan advertising berpengaruh terhadap repurchase intention. Populasi penelitian ini adalah pengguna produk Wardah yang ada di Purworejo. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden yang ditentukan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Instrumen telah diuji coba dan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil uji regresi linier berganda yang diuji secara parsial menunjukkan bahwa brand experience berpengaruh positif dan signifkan terhadap repurchase intention, brand knowledge berpengaruh positifdan signifkan terhadap repurchase intention, advertising berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention pada konsumen produk Wardah di Purworejo. Kata kunci: brand experience, brand knowledge, advertising, repurchase intention 1 A. PENDAHULUAN Dewasa ini persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti kegunaan suatu produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra terhadap suatu produk. Suatu merek bukan hanya sekedar nama atau pembeda antara suatu produk dengan produk yang lain tetapi lebih dari itu, merek juga dapat menarik konsumen dan mempertahankan konsumen. Begitu banyak perusahaan dengan hasil produksinya berupa produk yang dijual di pasar tentunya harus dibedakan dengan pesaing. Oleh karena itu produk harus diberi tanda, simbol atau desain yang mengidentifikasi dan dideferensiasi dengan produk lain. Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2007:332), merek adalah nama istilah, simbol, tanda, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut, dimaksudkan untuk mendeferensiasikan barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dari barang atau jasa pesaing. Dengan adanya merek (brand) dapat membantu perusahaan dalam menarik dan mempertahankan konsumen. Menurut Kotler, (2007:193) terdapat langkah-langkah utama dalam proses menarik dan mempertahankan konsumen yaitu setiap orang bisa dibayangkan akan membeli produk atau jasa, kemudian perusahaan menetapkan calon konsumen yang paling mungkin yang diharapkan menjadi pelanggan pertama dan selanjutnya menjadi pelanggan yang membeli kembali terhadap suatu produk, sehingga dapat menjadi klien. Niat pembelian kembali (repurchase intention) didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menggunakan sebuah barang atau jasa kembali di masa yang akan datang (Fornel dalam Lawu, 2015:202). Sedangkan menurut Hicks et.al dalam Hamjah et.al, (2015:81) niat beli ulang (repurchase intention) merupakan suatu komitmen konsumen yang terbentuk setelah konsumen melakukan pembelian suatu produk atau jasa, komitmen ini timbul karena kesan positif konsumen terhadap suatu merek dan konsumen merasa puas terhadap pembelian tersebut. Menurut Ajen (2005) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi niat pembelian kembali (repurchase intention) yaitu: (1) faktor individu, (2) faktor sosial dan (3) faktor informasi. Dimana dalam faktor informasi terdiri dari 3 hal yaitu: (1) experience didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa 2 pribadi yang terjadi dikarenakan adanya stimulus tertentu seperti pelayanan yang diberikan oleh pemasar pada saat membeli produk barang atau jasa. (2) knowledge didefinisikan sebagai informasi yang disimpan didalam memori dan meliputi aturan-aturan yang luas mengenai ketersediaan dan karakteristik dari suatu produk, dimana membeli suatu produk dan bagaimana menggunakan suatu produk. (3) advertising dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian kembali suatu produk, dimana iklan yang intensif dapat menarik konsumen untuk membeli kembali suatu produk. Melihat persaingan yang semakin ketat dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh konsumen membuat perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu keadaan dimana manusia memiliki perasaan kekurangan akan kepuasan dasar tertentu (Kotler, 2005:13). Menurut intensitas kegunaannya kebutuhan dibedakan menjadi tiga yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier (Arifin, 2007:2). Meskipun demikian setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Kebutuhan orang dewasa akan berbeda dengan kebutuhan anak kecil, kebutuhan orang miskin berbeda dengan kebutuhan orang kaya, begitu pula kebutuhan antara pria dan wanita juga tentu berbeda. Menurut sebagian besar wanita terlihat cantik merupakan bagian dari kebutuhan primer yang harus terpenuhi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan melakukan perawatan baik dari dalam ataupun dari luar. Perawatan dari dalam dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi vitamin dan nutrisi untuk kulit, sedangkan perawatan dari luar dapat dilakukan dengan cara menggunakan produk-produk kecantikan atau kosmetik. Salah satu produk kosmetik yang sedang populer dikalangan para wanita adalah produk kosmetik dari Wardah, dimana kosmetik dari Wardah terjamin dalam segi kualitas dan keamanan. Selain itu kosmetik Wardah juga telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah mendapat pengakuan kehalalan melalui sertifikat halal dari LPPOM MUI melalui serangkaian tahapan audit dari MUI, baik penilaian bahan baku maupun proses pembuatannya termasuk proses qualitycontrol, peralatan, bangunan dan personil yang terlibat dalam produksi 3 kosmetik tersebut. Dengan adanya dua label tersebut membuat konsumen merasa nyaman dan aman untuk melakukan pembelian terhadap produk kosmetik Wardah. Selain itu kualitas dari produk-produk Wardah telah banyak dibuktikan oleh sebagian besar konsumen yang telah menggunakan Wardah, dimana sebagian besar konsumen memiliki brand experience (pengalaman merek) yang positif setelah menggunakan produk-produk Wardah karena menghasilkan hasil yang maksimal dan membuat kulit lebih cerah serta membuat kulit lebih halus. Brand experience (pengalaman merek) diartikan sebagai sensasi, perasaan, kognisi dan respon perilaku yang ditimbulkan oleh merek terkait rangsangan yang merupakan bagian dari desain merek dan identitas, kemasan, komunikasi dan lingkungan (Brakus et. al., 2009:52). Seorang konsumen produk Wardah yang memiliki pengalaman yang buruk atau negatif tentang produk Wardah akan membuat konsumen merasa kecewa dan menceritakan kekecewaan tersebut kepada orang lain. Sebaliknya jika konsumen produk Wardah merasa puas atau positif tentang produk Wardah, konsumen akan melakukan pembelian kembali produk wardah. Pengalaman konsumen menggunakan Wardah terjadi ketika konsumen menggunakan produk Wardah, dimana setelah konsumen menggunakan produk Wardah kosumen merasakan manfaat dari produk Wardah seperti kulit lebih cerah, kulit lebih halus, memiliki aroma yang harum dan aman digunakan karena menggunakan bahan-bahan pilihan. Pengalaman yang positif tersebut membuat seorang konsumen untuk melakukan pembelian kembali (repurchase intention) terhadap produk Wardah. Dengan adanya pengalaman merek yang positif akan membantu pemasar untuk tetap terus mempertahankan pelanggan dari pada mencari pelanggan baru. Hal ini dikarenakan ketika produsen menarik atau mencari pelanggan baru, produsen dapat menghabiskan biaya lima kali lebih besar dari pada biaya yang tercakup untuk memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada (Kotler dan Keller, 2007:193). Oleh karena itu setiap produsen berlomba-lomba untuk dapat memuaskan dan mempertahankan pelanggan, hal ini dikarenakan pelanggan yang puas terhadap suatu produk, akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut (Kotler dan Keller, 2007:243) 4 Selain adanya brand experience, brand knowledge juga mempengaruhi niat konsumen dalam melakukan pembelian kembali (repurchase intention). Menurut Keller (1993:3) brand knowledge atau pengetahuan merek dikonseptualisasikan sebagai memori dari berbagai asosiasi tentang merek tersebut. Seorang konsumen mencari informasi tentang merek untuk menambah informasi tentang merek yang akan dibeli dan juga untuk menambah informasi yang telah diketahui oleh konsumen, sehingga pengetahuan konsumen tentang merek akan bertambah. Brand knowledge sangat dibutuhkan seorang konsumen sebelum melakukan pembelian ulang, dengan adanya pengetahuan akan merek dapat memudahkan konsumen dalam mengenali merek yang akan dibelinya dan juga dapat mengetahui dengan lebih detail tentang merek atau produk yang akan dibeli. Pengetahuan akan produk secara detail dapat diketaui oleh konsumen setelah konsumen menggunakan produk Wardah, konsumen mengetahui bahwa produk Wardah dapat mencegah efek buruk sinar UV A dan B pada kulit, mengurangi minyak yang berlebihan pada kulit, diproduksi dari bahan yang berkualitas, terbukti aman dan halal serta diformulasikan oleh para ahli farmasi dan kecantikan yang menghadirkan produk berkualitas dengan inovasi terkini. Dengan pengetahuan atau informasi tentang merek produk Wardah tersebut lebih memudahkan konsumen dalam memilih jenis produk Wardah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. (www.jfw.wardahbeauty.com) Hal lain yang dapat mepengaruhi seorang konsumen melakukan pembelian kembali adalah adanya advertising atau iklan. Menurut Kotler dan Keller (2007:244) periklanan didefinisikan sebagai bentuk presentasi non pribadi dan promosi gagasan, barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan (advertising) dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian ulang, hal ini dikarenakan iklan yang tidak diminati oleh konsumen dapat mengurangi pembelian kembali. Selain itu iklan (advertising) juga berfungsi untuk mengingatkan (reminder) kepada konsumen akan keberadaan suatu produk, seperti halnya iklan yang ditayangkan oleh produk Wardah, berfungsi untuk menarik pelanggan baru ataupun untuk membuat konsumen lama melakukan pembelian kembali. Iklan produk Wardah sendiri ditayangkan melalui berbagai media yaitu iklan televisi, iklan radio dan iklan spanduk serta surat kabar. Dimana iklan dari 5 berbagai media memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Iklan tidak akan mempengaruhi konsumen jika iklan tidak menarik, namun jika iklan memiliki daya tarik maka akan dapat menarik konsumen. Seperti iklan produk Wardah melalui media telivisi yang menggunakan artis terkenal untuk mempromosikan produk Wardah sehingga konsumen merasa tertarik untuk menggunakan produk Wardah. Selain itu iklan produk Wardah melalui spanduk yang dipasang dijalan-jalan membuat konsumen selalu teringat pada produk Wardah dan membuat konsumen melakukan pembelian kembali pada produk Wardah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh brand experience, brand knowledge dan advertising yang mempengaruhi niat pembelian kembali (repurchase intention) terhadap produk Wardah, dengan judul “Pengaruh Brand Experience, Brand Knowledge dan Advertising terhadap Repurchase Intention (Studi pada Konsumen Wardah di Purworejo)”. B. RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah brand experience berpengaruh positif terhadap repurchase intention? 2. Apakah brand knowledge berpengaruh positif terhadap repurchase intention? 3. Apakah advertising berpengaruh positif terhadap repurchase intention? C. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 1. KAJIAN TEORI a. Merek (Brand) Menurut American Marketing Association (Kotler dan Keller, 2007: 332), merek didefinisikan sebagai nama, istilah, simbol, tanda, rancangan atau kombinasi dari semuanya, dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa penambah 6 dimensi dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. b. Pengalaman Merek (Brand Experience) Brand experience atau pengalaman merek diartikan sebagai sensasi, perasaan, kognisi, dan respon perilaku yang ditimbulkan oleh merek terkait rangsangan yang merupakan bagian dari desain merek dan identitas, kemasan, komunikasi, dan lingkungan (Brakus et.al., 2009:52). Brand experience dimulai pada saat konsumen mencari produk, membeli, menerima pelayanan dan mengkonsumsi produk. Menurut Brakus et. al., 2009 terdapat 4 dimensi brand expereince: 1) Sensorik adalah menciptakan pengalaman melalui penglihatan, suara, sentuhan, bau, dan rasa. 2) Afeksi adalah pendekatan perasaan dengan mempengaruhi suasana hati, perasaan dan emosi. 3) Perilaku adalah menciptakan pengalaman secara fisik, pola perilaku dan gaya hidup. 4) Intelektual adalah menciptakan pengalaman yang mendorong konsumen terlibat dalam pemikiran seksama mengenai keberadaan suatu merek. c. Pengetahuan Merek (Brand Knowledge) Menurut Keller (1993:3), brand knowlegde atau pengetahuan merek dapat dikonseptualisasikan sebagai memori dari berbagai asosiasi tentang merek tersebut. Sedangkan menurut Rao dan Schiben dalam Ruslim dan Andrew (2012:36), brand knowledge adalah cakupan dari seluruh informasi akurat yang disimpan dalam memori konsumen yang sama baiknya dengan persepsi terhadap pengetahuan sebuah produk. Menurut Keller (1998:48) pengetahuan merek dicirikan dalam dua komponen yaitu: 1) Brand awarness Brand awarness terkait tentang kekuatan merek atau jejak di memori yang tercermin pada kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi sebuah merek pada kondisi yang berbeda. Brand awarness juga 7 diartikan apakah sebuah merek muncul dalam pikiran konsumen ketika konsumen berpikir mengenai suatu kategori produk tertentu dan terdapat kemudahan saat nama tersebut dimunculkan (Shimp, 2014:39). 2) Brand image Brand image didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap merek dan tercermin oleh asosiasi merek yang ada di memori konsumen (Keller, 1998:49). Asosiasi merek adalah informasi lain yang terhubung ke merek yang ada didalam memori dan mengandung arti bagi konsumen. Asosiasi datang dalam berbagai bentuk dan mungkin mencerminkan karakteristik dari produk atau aspek independen dari produk tersebut. d. Periklanan (Advertising) Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan komunikasi gagasan barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler dan Keller, 2007). Sedangkan menurut Shimp (2014: 1992) periklanan adalah bentuk komunikasi berbayar dan termediasi dari sumber yang jelas, didesain untuk mempengaruhi penerima supaya melakukan sesuatu sekarang atau di masa yang akan datang. Iklan sendiri merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak, orisinil, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasife sehingga para konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan (Jefkins, 1997: 18). e. Keputusan Pembelian Keputusan merupakan bagian dari salah satu elemen penting dari perilaku konsumen disamping kegiatan fisik, yang melibatkan konsumen dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang serta jasa ekonomi. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Menurut Kotler dan Keller (2007:235), tahaptahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam model lima tahap yaitu: 8 1) Pengenalan masalah (Problem recognition) Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal dan rangsangan tersebut dapat dikendalikan dari dalam diri pembeli maupun dari luar. 2) Pencarian informasi (Information search) Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. 3) Evaluasi alternatif (Evaluation of alternatif) Konsumen mengolah informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir, tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. 4) Keputusan pembelian (Purchase) Pada tahap ini konsumen cenderung menggunakan model non- kompensasi pada pilihan konsumen, dimana pertimbangan atribut positif dan negatif tidak perlu disaring. 5) Perilaku pasca pembelian Pada tahap ini konsumen mungkin mengalami dua hal yaitu kesesuaian terhadap produk yang telah dibeli atau ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Pada tahap ini pemasar harus memantau tiga hal yaitu: a) Kepuasan pasca pembelian Kepuasan pembeli adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. b) Tindakan pasca pembelian dan pemakaian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika puas konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi 9 untuk melakukan pembelian kembali produk tersebut (repurchase intention). c) Pembuangan produk pasca pembelian Jika konsumen merasa tidak puas terhadap produk yang dibelinya maka para konsumen akan membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya. Para pemasar harus dapat meyakinkan konsumen tentang keuntungan penggunaan produk tersebut dan meminimalisir pembuangan produk pasca pembelian. f. Minat Beli Ulang (Repurchase Intention) Repurchase intention atau minat beli ulang adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen sesudah melakukan pembelian atas produk yang ditawarkkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen Zhou dan Kim dalam Zeki (2015). sedangkan menurut Hellier et. al., (2003) repurchase intention adalah keputusan terencana seseorang untuk melakukan pembelian kembali atas produk atau jasa tertentu, dengan mempertimbangkan situasi pengalaman yang terjadi setelah berbelanja melalui respon positif atau negatif. Seorang konsumen akan melakukan pembelian ulang terhadap suatu barang atau jasa jika kinerja produk sesuai harapan pelanggan dan pelanggan merasa puas terhadap produk yang dikonsumsinya. Namun jika konsumen tidak mengalami kepuasan terhadap produk yang dikonsumsinya maka konsumen akan merasa kecewa dan terdapat kemungkinan untuk berpindah ke lain produk. Kepuasan konsumen lah yang akan menentukan dan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Ajen (2005) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi niat pembelian kembali (repurchase intention) yaitu: (1) faktor individu, (2) faktor sosial dan (3) faktor informasi. Dimana dalam faktor informasi terdiri dari 3 hal yaitu: (1) experience didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi dikarenakan adanya stimulus tertentu seperti pelayanan yang diberikan oleh pemasar pada saat membeli produk barang atau jasa. (2) knowledge didefinisikan sebagai informasi yang disimpan 10 didalam memori dan meliputi aturan-aturan yang luas mengenai ketersediaan dan karakteristik dari suatu produk, dimana membeli suatu produk dan bagaimana menggunakan suatu produk. (3) advertising dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian kembali suatu produk, dimana iklan yang intensif dapat menarik konsumen untuk membeli kembali suatu produk. 2. KERANGKA PIKIR Berdasarkan tinjauan pustaka dan kajian penelitian sejenis sebelumnya, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut: Brand experience(X1) Brand knowledge (X2) H1+ H2+ Repurchase Intention (Y) H3+ Advertising (X3) Gambar 1. Kerangka Pikir Keterangan : : Pengaruh secara parsial. D. HIPOTESIS 1. Pengaruh brand experience terhadap repurchase intention Brand experience dimulai pada saat konsumen mencari produk, membeli, menerima pelayanan dan mengkonsumsi produk. Brand experience yang positif sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat mempertahankan pelanggan. Pengalaman merek sendiri dapat tercipta melalui pengalaman produk, pengalaman berbelanja dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan serta pengalaman mengkonsumsi atau menggunakan produk (Brakus et.al., 2009:52-53). Penelitian yang dilakukan oleh Rambitan (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif yaitu brand experience terhadap repurchase intention. Hal ini berarti pengalaman merek yang baik, dapat mempengaruhi 11 konsumen dalam melakukan pembelian ulang produk tersebut. Dari uraian diatas dapat ditulis hipotesis sebagai berikut: H1= Brand experience berpengaruh positif terhadap repurchase intention. 2. Pengaruh brand knowledge terhadap repurchase intention Brand knowledge atau pengetahuan merek dapat dikonseptualisasikan sebagai memori dari berbagai asosiasi tentang merek tersebut (Keller, 1993:3). Brand knowledge atau pengetahuan merek sendiri memiliki dua dimensi yaitu brand image dan brand awarness. Kedua faktor tersebut sangat penting dalam membentuk pengetahuan konsumen, dimana untuk brand image didefinsikan sebagai persepsi konsumen terhadap merek dan tercermin oleh asosiasi merek yang ada di memori konsumen (Keller, 1993:7). Setiap perusahaan berlombalomba untuk menciptakan brand image yang baik dimata konsumen, baik itu tentang produk, perusahaan dan juga pemakai atau user. Dengan brand image yang baik dibenak konsumen akan memudahkan perusahaan untuk dapat memasarkan produk mereka dan juga dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Sedangkan brand awarness yang kuat dapat memperkuat produk dan perusahaan. Dengan brand awarness yang kuat terhadap suatu produk tidak dapat dipungkiri akan semakin banyak intensitas konsumen untuk membeli produk tersebut. Lawu (2015) yang meneliti tentang pengaruh dari elemen brand knowledge terhadap repurchase intention, menunjukkan bahwa elemen brand knowledge berpengaruh positif terhadap repurchase intention. Dari uraian diatas dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H2 = brand knowledge berpengaruh positif terhadap repurchase intention. 3. Pengaruh advertising terhadap repurchase intention Advertisng atau iklan adalah segala bentuk presentasi non probadi dan komunikasi gagasan barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayat (Kotler dan Keller, 2007). Advertising atau periklanan membentuk hubungan komunikasi dengan membentuk kesadaran, pemahaman, minat konsumen, serta untuk memotivasi konsumen agar mencoba dan melakukan pembelian ulang (Surachman, 2008:189). 12 Hasil penelitian Giffar (2016) menunjukkan bahwa variabel periklanan berpengaruh secara signifikan terhadap repurchase intention atau niat beli kembali, hal ini sesuai dengan penelitian Ibrahim, (2015) yang menunjukkan bahwa variabel iklan atau advertising berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian ulang atau repurchase intention. Dari uraian diatas dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H3 = advertising berpengaruh positif terhadap repurchase intention. E. METODE PENELITIAN 1. Definisi Operasional Variabel a. Pengalaman Merek (Brand Expereince) Pengalaman merek diartikan sebagai sensasi, perasaan, kognisi, dan respon perilaku yang ditimbulkan oleh merek terkait rangsangan yang merupakan bagian dari desain merek dan identitas, kemasan, komunikasi, dan lingkungan (Brakus et.al., 2009). Adapun indikator dari brand experience (Brakus et.al., 2009) adalah sebagai berikut: 1) Merek membuat kesan yang kuat pada indra penglihatan, indra penciuman dan indra peraba. 2) Terdapat ikatan emosi yang kuat pada merek 3) Merek menghasilkan kesan saat menggunakannya. 4) Merek sesuai dengan perilaku. 5) Merek sesuai gaya hidup. 6) Merek tidak membuat berfikir. 7) Merek merupakan kebutuhan. b. Pengetahuan Merek (Brand Knowledge) Menurut Keller (1993) pengetahuan merek dapat dikonseptualisasikan sebagai memori dari berbagai asosiasi tentang merek tersebut. Adapun indikator dari brand knowledge (Keller, 1993) sebagai berikut: 1) Kemampuan mengingat kembali merek atau product recall. 2) Familiaritas atau pengenalan merek terhadap produk 13 3) Keunggulan asosiasi merek 4) Kekuatan asosiasi merek 5) Keunikan asosiasi merek 6) Karakteristik asosiasi merek c. Iklan (Advertising) Advertising adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan komunikasi gagasan barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler, 2007). Menurut Kotler (2007) indikator yang digunakan untuk mengukur iklan sebagai berikut: 1) Iklan yang menarik sehingga mudah diingat oleh konsumen. 2) Konsumen mengerti kandungan isi pesan dalam iklan. 3) Iklan sesuai dengan produk. d. Minat Beli Ulang (Repurchase Intention) Repurchase intention adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen sesudah melakukan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen Zhou dan Kim dalam Zeki (2015) . Menurut Zhou dan Kim dalam Zeki (2015) untuk mengukur repurchase intention terdapat tiga indikator yaitu: 1) Keinginan untuk membeli kembali produk. 2) Menggunakan produk kembali dimasa yang akan datang. 3) Merekomendasikan produk kepada orang lain. 2. Pengujian Instrumen Penelitian Berdasarkan hasil uji Validitas r-hitung per item pernyataan bernilai positif dan lebih dari r-min (0.3) sehingga butir pernyataan dalam kuesioner dapat dinyatakan valid dalam mengukur variabel penelitian. Hasil uji reliabilitas, semua butir pertanyaan menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0.6 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut adalah reliabel. Artinya pertanyaan dalam kuesioner konsisten dalam mengukur konstruk atau variabel penelitian sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data selanjutnya. 14 F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENELITIAN Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Brand Experience Standardized P value Coeficients Beta (Sig.) 0.341 0.000 (X1) Brand Knowlegde Positif dan signifikan 0.339 0.000 (X2) Advertising Keterangan Positif dan signifikan 0.317 0.000 (X3) Positif dan signifikan Sumber : Data Primer Diolah 2016 Berdasarkan Tabel 1, model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil Analisis Regresi Liner Berganda adalah: Y = 0.341 X1 + 0.339 X2 + 0.317X3 2. PEMBAHASAN a. H1: Brand experience berpengaruh positif terhadap repurchase intention. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0.00 (kurang dari 0.05), dan nilai koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.341 sehingga H1 diterima, yang berarti brand experience berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa brand experience berpengaruh positif terhadap repurchase intention terdukung. Hal ini berarti ketika konsumen menggunakan produk Wardah konsumen merasa senang, memiliki pengalaman yang positif terhadap produk Wardah seperti produk Wardah memiliki bau yang harum, tekstur yang lembut 15 dikulit dan produk Wardah dapat membuat tampil cantik, selain itu adanya ikatan emosi yang kuat terhadap produk Wardah membuat konsumen tidak memerlukan pemikiran yang panjang untuk membeli kembali produk Wardah. Produk Wardah dapat memenuhi kebutuhan konsumen untuk tampil cantik, hal itulah yang membuat konsumen melakukan pembelian kembali produk Wardah dan merekomendasikannya kepada orang lain. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rambitan (2013) yang menyatakan bahwa brand experiece berpengaruh terhadap repurchase intention. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seorang konsumen memiliki pengalaman merek (brand experience) yang positif dan memuaskan serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen maka akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian kembali (repurchase intention) produk Wardah di Purworejo. b. H2: Brand knowledge berpengaruh positif terhadap repurchase intention. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0.000 (kurang dari 0.05), dan nilai koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.339 sehingga H2 diterima, yang berarti brand knowledge berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa brand knowledge berpengaruh positif terhadap repurchase intention terdukung. Hal ini berarti konsumen memiliki pengetahuan tentang produk Wardah, konsumen sangat familiar dengan produk Wardah, konsumen mengetahui keunggulan produk Wardah yaitu sebagai produk yang aman untuk digunakan, konsumen mengetahui kekuatan produk Wardah yang dapat membuat konsumen tampil cantik dan konsumen mengetahui bahwa produk Wardah memiliki ciri tersendiri serta adanya pengalaman konsumen menggunakan Wardah membuat pengetahuan konsumen tentang produk Wardah bertambah dan merasakan hasilnya sendiri bahwa produk Wardah adalah produk yang aman untuk digunakan. Dengan meningkatnya pengetahuan akan produk Wardah membuat konsumen melakukan pembelian kembali produk Wardah, menggunakan kembali produk Wardah dan merekomendasikan produk Wardah kepada orang lain. 16 Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lawu (2015) yang menyatakan bahwa brand knowledge berpengaruh terhadap repurchase intention. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seorang konsumen memiliki pengetahuan merek (brand knowledge) yang lebih tentang produk Wardah akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian kembali (repurchase intention) produk Wardah tersebut. c. H3: Advertising berpengaruh positif terhadap repurchase intention. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0.000 (kurang dari 0.05), dan nilai koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.317 sehingga H3 diterima, yang berarti advertising berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa advertising berpengaruh positif terhadap repurchase intention terdukung. Hal ini berarti iklan produk Wardah sangat menarik bagi konsumen sehingga mudah diingat oleh konsumen, konsumen juga mengerti kandungan isi pesan iklan produk Wardah dan produk Wardah memiliki sertifikat halal dan aman untuk digunakan serta Wardah terbuat dari bahan-bahan yang aman bagi kulit. Hal tersebut membuat konsumen melakukan pembelian kembali produk Wardah, menggunakan produk Wardah dan tentunya merekomendasikan produk Wardah kepada orang lain. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2015) dan Giffar (2016) yang menyatakan bahwa advertising berpengaruh terhadap repurchase intention. Hal ini menunjukkan ketika meningkatnya advertising pada konsumen produk Wardah di Purworejo maka repurchase intention pada produk Wardah tersebut juga semakin meningkat. G. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh brand experience, brand knowledge dan advertising terhadap repurchase intention pada konsumen produk Wardah, dimana studi dilakukan di Purworejo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 17 1. Brand experience berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention. 2. Brand knowledge berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention. 3. Advertising berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intenion. DAFTAR PUSTAKA Ajen. 2005. Attidude, Personality and Behavior. Open University Press. Brakus, J.J., Schmitt, B. H dan Zarantonello, L. 2009. “Brand Experience: What is it? How is it meassured? Does is affect loyalty? Journal of marketing. Vol 73, pp 52-68. Casandra, Tony., Ruslim, Tommy Setyawan dan Andrew, Richard. 2012. Pengaruh Brand Image dan Product Knowledge terhadap Purchase Intention Kosmetik Merek X. Jurnal Media Bisnis. Vol 2, pp 34-44. Giffar, Davinindya. 2016. Peran Iklan, Brand Image, Trust dan Perceived Value terhadap Repurchase Intention Traveloka. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Hamjah, Nurlaila., Yunus, Mukhlis., dan Chan, Syafruddin. 2015. Pengaruh Periklanan, Pameran dan Event terhadap Peningkatan Kesadaran Wisatawan dan Dampaknya pada Minat Berkunjung ke Destinasi Wisata Religi di Aceh. Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Vol 4, pp 79-88. Hellier, Philip K., Geursen, Gus M., Carr Rodrey A and Rickard, John A. 2003. Customer Repurchase Intention; A General Structural; Equation Model. European Jurnal of Marketing. Vol 37, pp 1792-1800. Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga. Keller, Kevin Lane. 1993. Conceptualizing, Measuring, and Manging Customer-Based Brand Eequity. Journal of Marketing. Vol 37, pp 1-22. Keller, Kevin Lane. 1998. Strategic Brand Management. New Jersey: Pearson. Kotler, Philip dan Amstrong G, G. 2008. Prinsip Pemasaran. Ed 12. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. 12ed. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Kotler, Philip. 2005: Manajemen Pemasaran. 11ed. Jakarta: Gramedia. Lawu, Bakti Jeans Lawas . 2015. Pengaruh Elemen Brand Knowledge dan Brand Equity terhadap Repurchase Intention. Jurnal Manajemen. Vol 14, pp 197-221. 18 Prastiningsih, Ayu Sari., Suryadi, Imam., Yulianto, Edy. 2014. Pengaruh Custoemr Experience terhadap Repurchase Intention (Niat Beli Ulang) Survei pada Konsumen KFC di Lingkungan Warga Rw 3 Desa Kandangrejo, Kedungpring, Lamongan. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol 16, pp 1-8. Rambitan, Tasya Febriana. 2013. The Effect Of Perceived Value And Brand Experience On Cutomer Repurchase Intention. Jurnal EMBA. Vol 1, pp 917-926. Rizal, Mohamad., Wita Nuranindya Fitri., dan Agung Kresnamurti. 2015. Pengetahauan Merek, Persepsi Kualitas dan Inovasi Konsumen Terhadap Sikap Perluasan Merek Dettol dan Lifeboy di Tip Top Raurangan. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Rossarin, Wangwibookij. 2011. Factor Influencing Repurchase Intention of Thai Female Customer to ward Kercan Kosmetics in Bangkok. Assumption University, Graduate School of Business. Vol 3, pp 18-26. Shimp, Terence. 2014. Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Periklanan dan Promosi. Jakarta: Salemba Empat. Surachman. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek. Jatim: Bayumedia Publishing. Wiryawan, Zahrida dan Purwanto. 2013. Brand Loyalty Sebagai Prediktor Repurchase Intention Pada Produk Levis. Fakultas Ekonomi. Universitas Tarumanegara. Jakarta. Zeki. 2015. Determinants Of Repurchase Intention In Online Shopping: A Turkish Consumer Perspective. International Journal Business And Social Science. Vol 6, pp 55-63. 19