BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sering kali dibutuhkan oleh berbagai masyarakat dalam mengambil keputusan. Salah satu manfaat dari adanya jasa akuntan publik adalah memberikan informasi keuangan yang akurat dan terpercaya. Sehingga dapat digunakan oleh pihak yang menggunakan jasa akuntan publik dalam mengambil keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit lebih dipercaya daripada laporan keuangan yang belum atau tidak dilakukan audit. Dengan harapan laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji material dan asersi yang diberikan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Kerena itu diperlukan jasa profesional akuntan publik dalam menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Menurut Mulyadi (2013) manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil oleh mereka. Profesi akuntan publik merupakan sebuah profesi kepercayaan masyarakat. Adanya profesi akuntan publik masyarakat sangat mengharapkan adanya penilaian yang tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen 1 2 perusahaan. Selain dibutuhkan dalam bidang bisnis, profesi ini sangat dibutuhkan dalam pemerintahan. Berdasarkan keterangan dari Indonesian Corruption Watch (ICW) yang menyebutkan total kerugian keuangan Negara akibat tindak pidana korupsi sepanjang 2015 mencapai Rp 31,077 triliun dengan sebagaian besar modus yang digunakan adalah penyalahgunaan anggaran. Modus korupsi terbanyak kedua adalah penggelapan dengan jumlah 107 kasus dengan nilai kerugian Negara sebesar Rp 412,4 miliar, ketiga “mark up” sebanyak 104 kasus dengan kerugian Rp 455 miliar dengan disusul penyalahgunaan wewenang sebanyak 102 kasus dengan kerugian Rp 991,8 miliar. ICW mengatakan korupsi lebih banyak terjadi di sektor keuangan daerah dengan 105 kasus korupsi dengan kerugian Negara sebesar Rp 385,5 miliar. Pejabat tersangka yang paling banyak adalah selama 2015 adalah pejabat atau pegawai pemda/kementerian, disusul direktur dan komisaris pegawai swasta, kepala dinas, anggota DPR/DPRD serta desa/lurah dan camat (www.antaranews.com). Kasus tersebut mencerminkan kondisi pemerintahan saat ini, dimana banyak kasus-kasus Korpsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merajalela dan menjadikan pertanyaan dalam masyarakat mengenai hasil audit yang dihasilkan auditor pemerintah. Hasil audit yang berkualitas memungkinkan dapat mengurangi laju KKN yang marak terjadi dalam pemerintahan. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) berdasarkan PERMENPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 adalah instansi pemerintahan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Negara (PERMENPAN) Nomor 3 PER/04/M.PAN/03/2008, salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanan audit. Standar audit APIP sebagaimana diatur dalam PERMENPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam melaksanakan audit. Keberadaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) seperti disebutkan di atas perlu didukung dengan pedoman dan peraturan perundangundangan tentang pengawsan intern pemerintah yang merumuskan ketentuanketentuan pokok dalam bidang pengawasan intern pemerintah dalam rangka menjamin terlaksananya pengawasan intern pemerintahan yang efektif dan efisien. Mengingat sampai saat ini belum seluruh APIP mempunyai standar yang seragam, untuk itu perlu disusun standar audit yang berlaku bagi seluruh APIP (Ainia dan Hepi, 2011). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 47 Tahun 2011, pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. 4 Audit internal adalah salah satu bentuk upaya dalam mencegah terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan aset-aset Negara. Oleh karena itu, diperlukan orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam mencegah terjadinya hal-hal yang mengakibatkan kerugian yang dapat terjadi di lingkungan pemerintah (Ainia dan Hepi, 2011). Audit internal pemerintah (Inspektorat) sebagai whistleblower harus mampu mengungkap semua temuannya mulai dari korupsi, fraud, perbuatan melanggar perundang-undangan atau perpajakan, perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian finansial atau nonfinansial, pelanggaran prosedur operasi standar (SOP), pelanggaran etika tanpa ada rasa takut untuk mutasi jabatan, sehingga menghasilkan pelaporan yang berdampak pada kualitas audit (Susilawati dan Maya, 2014). Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens dkk, 2013). Audit sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2013). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008, menyatakan ada empat faktor yang dapat mempengaruhi kualitas auditor, yaitu 5 keahlian, independensi, kecermatan profesional. Keahlian audit merupakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki auditor dalam pemeriksaan audit. Sehingga dalam hal ini keahlian audit merupakan bagian penting dalam mempengaruhi kualitas audit yang dilakukan auditor. Sebagai pengawas dan konsultan intern pemerintah, kualitas hasil kerja auditor internal pemerintah akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil serta mempengaruhi kualitas hasil auditnya. Maka dari itu akuntabilitas dan transparansi merupakan tujuan penting dari reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik dalam pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban dalam menjelaskan kinerja dari tindakan seorang atau badan kepada pihak-pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau keterangan dari orang atau badan yang telah diberikan wewenang untuk mengelola aparatur pemerintah. Karena dengan meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang adil, bersih, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis (Nolanda dan Haryanto, 2015). Arens dkk (2013) memaparkan bahwa Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias, sikap mental auditor yang tidak memihak. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan (Herman dkk, 2015). Independensi dapat diartikan sebagai adanya kejujuran dalam diri auditor untuk mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dan tidak memihak dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak 6 dalam diri auditor untuk merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi APIP pada kontek pemerintah daerah, posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan organisasi, sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Seorang auditor harus memiliki independensi dalam melaksanakan tugasnya. Pernyataan standar umum kedua SPKN menjelaskan bahwa “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan diri dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya” (Nolanda dan Haryanto, 2015). Standar audit sektor publik secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor untuk bersikap independen karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (Precilia dan Abdul, 2012). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 menyebutkan bahwa kualitas auditor dipengaruhi oleh kepatuhan pada kode etik. Kode etik auditor adalah norma yang harus dipatuhi oleh auditor (Kadhafi dkk, 2014). Etika pada dasarnya 7 berkaitan erat dengan moral yang merupakan kristalisasi dari ajaran-ajaran, patokan-patokan, kumpulan aturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis. Etika yang dinyatakan secara tertulis atau formal disebut sebagai kode etik. Auditor dalam menjalankan praktik profesinya harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur prilaku auditor (Precilia dan Abdul, 2012). Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada standar umum (SPKN) pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian atau kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa Keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa. Persyaratan standar umum yang kedua adalah Pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya (Lubis, 2010). Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomi oleh APIP (PER/05/M.PAN/03/2008 pada lampiran pengertian-pengetrian). Standar audit APIP berdasarkan PERMENPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 meliputi standar pelaksanaan, standar pelaporan dan standar tindak lanjut, baik untuk prinsip-prinsip dasar dan standar umum. Uraian di atas menjelaskan bahwa keahlian audit, akuntabilitas, independensi, etika dan standar audit memegang peranan penting terhadap kualitas hasil audit. Dengan adanya faktor-faktor tersebut, maka laporan audit 8 yang dihasilkan oleh auditor akan lebih meningkat. Sehingga tiga tugas utama baik inspektorat provinsi, kota ataupun kabupaten yaitu pengawasan, pembinaan dan pemeriksaan terhadap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dapat berjalan dengan baik dan inspektorat dapat menghasilkan kinerja secara maksimal. Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Kabupaten Banyumas. Berdasarkan informasi yang diakses dari www.inspektorat.banyumaskab.go.id, pada tahun 2014 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Banyumas kembali mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK-RI. Seperti tahun-tahun sebelumnya Pemerintah Kabupaten Banyumas berhasil mempertahankan opini WTP dari BPK-RI. Tetapi pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Banyumas mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual. Dan Inspektorat Kabupaten Banyumas wajib melakukan review LKPD agar lebih dapat diyakini sebelum diperiksa oleh BPK-RI. Pada tahun 2014 Inspektorat Kabupaten Banyumas mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah yang berhasil menyelesaikan tindak lanjut audit. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Keahlian Audit, Akuntabilitas, Independensi, Etika dan Standar Audit terhadap Kualitas Audit Auditor Internal Inspektorat Kabupaten Banyumas”. Penelitian ini merupakan penelitian sintesa dari penelitian Kadhafi dkk (2014) tentang Pengaruh Independensi, Etika dan Standar Audit terhadap Kualitas Audit Inspektorat Aceh. Penelitian dari Hasbulloh dkk (2014) Pengaruh Keahlian Audit, Kompleksitas Tugas, dan Etika 9 Profesi terhadap Kualitas Audit (Studi pada Inspektorat Pemerintah Kota Denpasar Dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar). Dan penelitian dari Nolanda dan Haryanto (2015) tentang Pengaruh Kompetensi, Independensi, Motivasi, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Aparat Inspektorat Provinsi Jawa Tengah). Perbedaan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kadhafi dkk (2014), Hasbulloh dkk (2014) dan Nolanda dan Haryanto (2015) dapat dilihat dari segi variabel independen dan hasil penelitiannya serta objek penelitian. Kadhafi dkk (2014) menggunakan variabel independen yaitu Independensi, Etika dan Standar Audit dan melakukan penelitian di Inspektorat Aceh. Penelitian yang dilakukan oleh kadhafi dkk (2014) pada Inspektorat Provinsi Aceh menghasilkan penelitian dimana independensi secara parsial berpengaruh terhada kualitas audit, etika secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit dan standar audit secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit dan secara simultan indepenensi, etika dan standar audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasbulloh dkk (2014) menggunkan variabel indpenden yaitu Keahlian Audit, Kompleksitas Tugas, dan Etika Profesi dan melakukan penelitian di Inspektorat Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar. Penelitian yang dilakukan oleh Hasbulloh dkk (2014) pada Inspektorat Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar hasilnya menunjukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh antara keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi terhadap kualitas audit. Nolanda dan Haryanto (2015) menggunakan variabel independen Kompetensi, Independensi, Motivasi, dan Akuntabilitas dan melakukan penelitian di Inspektorat Provinsi Jawa Tengah. Penelitian yang 10 dilakukan oleh Nolanda dan Haryanto (2015) pada Inspektorat Provinsi Jawa Tengah dimana penelitian tersebut menghasilkan bahwa Secara simultan variabel Independen yaitu Kompetensi, Independensi, Motivasi, akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit diperoleh dengan arah positif dan signifikan. Dan secara parsial semua variabel independen yaitu Kompetensi, Independensi, Motivasi, akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan arah positif. Pada Penelitian ini menggabungkan variabel independen yaitu Keahlian audit, Akuntabilitas, Independensi, Etika dan Standar Audit dan melakukan penelitian pada Inspektorat Kabupaten Banyumas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah Keahlian audit, Akuntabilitas , Independensi, Etika dan Standar Audit berpengaruh terhadap kualitas audit? 2) Apakah Keahlian Audit berpengaruh terhadap Kualitas audit? 3) Apakah Akuntabilitas auditor berpengaruh terhadap Kualitas audit? 4) Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? 5) Apakah etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? 6) Apakah standar audit berpengaruh terhadap kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui pengaruh Keahlian audit, Akuntabilitas , Independensi, Etika dan Standar Audit terhadap kualitas audit. 11 2) Untuk mengetahui pengaruh Keahlian audit terhadap kualitas audit. 3) Untuk mengetahui pengaruh Akuntabilitas terhadap kualitas audit. 4) Untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap kualitas audit. 5) Untuk mengetahui pengaruh etika terhadap kualitas audit. 6) Untuk mengetahui pengaruh standar audit terhadap kualitas audit. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Bagi penulis Hasil penelitian diharapkan akan menambah pengetahuan tentang pengaruh keahlian audit, akuntabilita, independensi, etika dan standar audit auditor terhadap kualitas audit pada auditor internal Inspektorat Kabupaten Banyumas. 2) Bagi peneliti selanjutnya Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitan selanjutnya. 3) Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi dan informasi bagi para mahasiswa dan diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran. 4) Bagi inspektorat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk kantor inspektorat dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya demi tercapainaya good governance and clean governance. Hasil penelitian ini dapat 12 digunakan sebagai masukan untuk auditor internal inspektorat sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. 5) Bagi masyarakat umum Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat untuk mengetahui kinerja pengawas intern pemerintah, dalam upayanya mengawal jalannya pemerintahan. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi dalam 5 bab dan setiap setiap sub bab-sub bab, hal ini dimaksudkan agar lebih jelas dan mudah dipahami. Secara garis besar materi pembahasan dari masing-masing bab tersebut dijelaskan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari penelitian ini dan untuk penganalisisan masalah yang dibahas, penelitian terdahulu sebagai dasar dari penelitian yang akan dilakukan, pengembangan hipotesis dan kerangka teoritis dari penelitian ini. Bab III : Metode Penelitian 13 Bab ini akan menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis data. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian Bab V : Penutup Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan, saran yang berguna bagi pihak terkait, implikasi dari hasil analisis data yang dibuat, serta keterbatasan yang mengemukakan kelemahan dari penelitian ini.