I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori tentang kepemimpinan berkembang dengan sangat pesatnya. Diawali dari perdebatan kepemimpinan itu bisa dipelajari atau merupakan sesuatu sifat yang diturunkan lewat gen, muncul teori traits yang menyatakan bahwa kepemimpinan identik dengan sifat yang menempel pada seorang individu. Kemudian muncul teori perilaku yang memiliki cakupan yang lebih luas dari teori sebelumnya yang menyatakan bahwa perilaku membedakan seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Teori tersebut kemudian dibantahkan dengan munculnya teori kontingesi yang melahirkan LeaderMember Exchange (LMX) dan Situational Leadership Theory (SLT) yang menyatakan bahwa kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan proses adaptasi terhadap kondisi lingkungan dalam pencapaian tujuan. Seiring perjalanan waktu, dalam beberapa puluh tahun terakhir telah muncul berbagai batasan tentang kepemimpinan. Ironisnya, di tengah berbagai perkembangan pemahaman tersebut justru sangat sedikit figur pemimpin yang ditemukan dan dapat menjadi teladan. Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan sebuah organisasi dikarenakan mampu mempengaruhi kinerja organisasi tersebut. Hal tersebut didukung oleh Stephen P. Robbins dalam bukunya Organizational Behavior yang menyatakan bahwa organisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk pencapaian efektivitas yang optimal. Robbins kemudian menambahkan lagi bahwa pada masa ini dimana dunia memiliki dinamika yang fluktuatif, dibutuhkan pemimpin yang mampu menantang kondisi status-quo, menciptakan visi yang jauh ke depan, serta mampu menginspirasi para anggota organisasinya untuk mau mencapai visi tersebut. Salah satu modal utama sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya adalah sumber daya manusia. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sumber daya manusia berpatokan pada sebuah sistem atau tata cara yang berlaku di dalam perusahaan yang dalam satu kesatuan tatanannya disebut sebagai Standard Operational Procedure (SOP). SOP tersebut diturunkan dari visi dan misi bersama yang sudah ditetapkan sebelumnya. Di lain hal, diperlukan sesuatu yang menjadi dasar dan kontrol agar proses pencapaian visi dan misi perusahaan bisa berjalan secara sinergis; budaya organisasi. Budaya organisasi didefinisikan sebagai gaya, keyakinan, dan nilai-nilai organisasional yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan dalam organisasi sehingga gaya tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar berperilaku atau kontrol sosial dalam organisasi. Budaya sebagai dasar menjadi hal yang penting ketika membicarakan budaya organisasi. Budaya atau kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia yang disosialisasikan secara turun-temurun serta bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, budaya membutuhkan sesuatu yang menjadi perantara sebagai perwujudannya sehingga bisa dilihat dan dinilai. Perwujudan dari budaya tersebut adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia seperti peralatan hidup, bahasa, pola perilaku, organisasi sosial, agama, dan seni yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan hidupnya. Salah satu bagian penting dalam definisi budaya adalah bahwa budaya atau kebudayaan tersebut disosialisasikan secara turun-temurun. Dalam bagian ini, kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting. Dibutuhkan pribadi yang memiliki gaya kepemimpinan yang tepat untuk menjadi pemimpin dalam proses sosialisasi tersebut. Proses sosialisasi tersebut dilakukan tidak hanya dengan melakukan pengajaran khusus yang bersifat teoritis, melainkan melalui teladan hidup pemimpin itu sendiri. Secara psikologis, hal tersebut disebabkan bahwa manusia cenderung lebih cepat menirukan apa yang dilihat dibandingkan dengan apa yang didengar. Sebagai contoh, gaya perilaku yang merupakan bagian dari budaya memiliki bentuk positif dan negatif. Ketika seorang pemimpin menginginkan bawahannya memiliki sifat positif yang terwujud lewat sikapnya, maka hal tersebut tidak akan dapat tercapai ketika sifat positif tersebut hanya diajarkan secara teoritis. Tetapi ketika pemimpin mengajarkan dengan memberikan teladan, maka karyawannya akan lebih mudah dalam mengikuti karena mereka dengan jelas dapat melihat bagaimana wujud dari sifat positif tersebut. Proses pengajaran tersebut tentu tidak berjalan instan karena ada kemungkinan munculnya penolakan terhadap sebuah budaya yang disosialisasikan sampai akhirnya budaya tersebut bisa dipahami dan diterima secara utuh. Kondisi tersebut menyebabkan munculnya salah satu defenisi kepemimpinan yang praktis yaitu membuat orang lain melakukan apa yang tidak ingin mereka lakukan sehingga orang-orang tersebut menjadi apa yang selalu mereka inginkan. Dari beberapa kondisi diatas, terbukti bahwa pemimpin merupakan tokoh utama yang memilki tanggung jawab terhadap keberhasilan sebuah organisasi. Pemimpin sebagai sebuah peran harus mampu menunjukkan interaksi yang memberikan dampak positif bagi lingkungan dan antusiasme yang besar terhadap pekerjaan. Pemimpin yang baik tidak akan membuat budaya organisasi sebagai momok yang menakutkan bagi para bawahannya. Sebaliknya, pemimpin harus mampu menerapkan budaya organisasi yang dinamis sehingga relevan dengan kebutuhan organisasi yang mengandung banyak perbedaan karakter dan pandangan serta senantiasa mengingatkan bawahannya akan visi dan misi perusahaan. Dengan kondisi ideal tersebut, maka diharapkan fungsi-fungsi manajemen akan berjalan dengan efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Penelitian ini dilakukan di PT Pro Car International Finance yang bergerak dalam industri pembiayaan atau multifinance. Perusahaan tersebut sudah berdiri sejak tahun 2002 yang memfokuskan usahanya pada pembiayaan kendaraan niaga baru dan bekas. Dari berbagai jenis industri yang berkembang di Indonesia, industri pembiayaan (multifinance) adalah salah satu yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi 1997/1998 dan fenomena bubble economy pada tahun 2008. Industri tersebut telah hadir di Indonesia sejak tahun 1974. Pada tahun 1975, perusahaan multifinance pertama di Indonesia mulai beroperasi, dan pada akhir tahun 1970an dan awal 1980an sektor ini dikenal dalam memudahkan leasing peralatan industri berat yang ditujukan untuk perusahaan konstruksi yang seringkali tidak dapat melakukan pembelian alat yang diperlukan. Pada akhir tahun 1980an ketika perekonomian Indonesia mulai bangkit, perusahaan multifinance bergerak ke berbagai jenis usaha baru termasuk melebarkan sewa guna, anjak piutang, consumer financing (pembiayaan konsumen), modal usaha dan penerbitan kartu kredit. Industri pembiayaan mengalami perkembangan yang berarti dalam tiga tahun belakangan ini. Menurut Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), rata-rata pertumbuhan industri pembiayaan sekitar 15 persen per tahun. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh jenis usaha consumer financing (pembiayaan konsumen). Kegiatan pembiayaan konsumen dibidang otomotif (mobil dan sepeda motor) menjadi andalan beberapa perusahaan multifinance yang aktif. Pertumbuhan industri pembiayaan ditengah pasca krisis global saat ini menuntut seluruh perusahaan multifinance di Indonesia untuk mampu bertahan dan menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Aspek-aspek pengelolaan perusahaan yang perlu mendapatkan perhatian adalah produk, permodalan, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan aspek yang harus mendapat perhatian utama dari kelima aspek tersebut. Hal tersebut dikarenakan sumber daya manusia merupakan aspek yang bertanggung jawab dalam pengelolaan keempat aspek lainnya. Dengan kata lain, ketersediaan akan keempat aspek lainnya akan terasa sangat timpang jika tidak didukung oleh tersedianya sumber daya manusia yang memiliki daya juang dan daya saing. Berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh APPI, PT Pro Car International Finance saat ini masih dalam tahap perkembangan menuju skala besar. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah aset perusahaan yang baru mencapai satu triliun. Kemudian untuk struktur organisasi yang dimiliki PT Pro Car International Finance belum terlalu besar dan kompleks. Kondisi tersebut mengakibatkan masih adanya kemungkinan kontak langsung antara pimpinan tertinggi dengan para karyawan, sehingga proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan tertinggi serta dampak dari keputusan tersebut bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh para karyawan. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan yang diterapkan akan berdampak langsung kepada para karyawan. Pada masa ini, perkembangan yang dialami PT Pro Car International Finance mendapat tekanan dari luar yang berupa perkembangan teknologi yang begitu pesat sehingga menyebabkan meningkatnya persaingan dalam industri pembiayaan. Perkembangan tersebut bisa direspon dari dua sudut pandang yang berbeda. Perusahaan yang ingin bertahan dalam zona nyaman akan menganggap perkembangan teknologi sebagai tekanan. Sementara perusahaan yang ingin maju akan menganggap perkembangan tersebut sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya. Sebagai salah satu perusahaan yang berada di tengah-tengah meningkatnya persaingan industri pembiayaan, PT Pro Car International Finance harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut. Adaptasi tersebut berarti kemauan dan kemampuan untuk merubah budaya organisasi yang sebelumnya sudah dimiliki perusahaan sebagai standar penilaian. Untuk merubah budaya organisasi tersebut, dibutuhkan sosok pemimpin yang mengerti kondisi perusahaan sebagai dasar dalam melakukan pembaharuan sehingga perusahaan menjadi lebih berdaya saing. Gaya kepemimpinan yang tepat yang dimiliki oleh pemimpin sebagai salah satu tokoh internal perusahaan memiliki peran yang sangat krusial dan mempengaruhi penerapan budaya organisasi yang berpotensi meningkatkan kualitas perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kedua contoh kepemimpinan dalam dunia bisnis serta kondisi internal PT Pro Car International Finance. Dengan kata lain, kemampuan sebuah perusahaan untuk bertahan dalam kondisi kritis merupakan bukti dari kapabilitas kepemimpinan seorang pemimpin. Perlu diingat bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang paling benar. Akan tetapi, akan selalu ada gaya kepemimpinan yang tepat atau relevan dengan satu kondisi. Sebagai perusahaan yang sedang mengembangkan bisnisnya dan mempertahankan kinerjanya ditengah ketatnya persaingan industri pembiayaan saat ini, PT Pro Car International Finance pastinya telah menjalankan suatu gaya kepemimpinan. Pertanyaan klasik yang kemudian muncul adalah apakah gaya kepemimpinan tersebut sudah relevan dengan kebutuhan perusahaan. Penelitian ini muncul dengan harapan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Pada bagian latar belakang sudah diuraikan dengan jelas mengenai teori kepemimpinan dan budaya organisasi. Penjelasan teori tersebut kemudian didukung dengan kondisi nyata yang ada pada catatan sejarah dunia dan Indonesia. Catatan tersebut menjadi pembuktian akan seberapa pentingnya kepemimpinan yang baik untuk keberlangsungan organisasi. PT Pro Car International Finance sebagai sebuah organisasi, dipastikan sudah menerapkan satu gaya kepemimpinan. Sejalan dengan penerapannya, muncul pertanyaan klasik yang berkutat dalam masalah relevansi yang darinya dapat diturunkan beberapa permasalahan yang perlu mendapat pengkajian yaitu: 1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin di PT Pro Car International Finance? 2. Bagaimana budaya organisasi di PT Pro Car International Finance? 3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan yang diterapkan terhadap budaya organisasi PT Pro Car International Finance? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan dikaji, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memetakan pengaruh penerapan gaya kepemimpinan terhadap keberadaan budaya organisasi di PT Pro Car International Finance dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan. Pencapaian tujuan tersebut akan dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini: 1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin pada PT Pro Car International Finance. 2. Menganalisis budaya organisasi pada PT Pro Car International Finance. 3. Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap budaya organisasi PT Pro Car International Finance. 1.4. Manfaat Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan dengan tercapainya tujuan tersebut adalah: 1. Memberikan gambaran umum bagi pemimpin perusahaan dalam mengembangkan gaya kepemimpinan yang efektif. 2. Pemahaman terhadap budaya organisasi memberikan arah dan pedoman bagi para pemimpin maupun karyawan untuk mewujudkan kesatuan langkah dan visi dalam tugasnya. 3. Penelitian ini juga diharapkan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.